Subhanallah Serta Keutamaan Tasbih, Tahmid, Tahlil dan Takbir

Pada suatu hari, Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ucapan apa saja yang paling dicintai oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Diriwayatkan dalam hadits Muslim, Abu Dawud dan al-Nasa’i, Rasulullah menjawab: subhanallah wabihamdihi, subhanallahi al-azhim.

Dalam hadits Muslim diriwayatkan oleh Samurah ibn Jundab dikutip dari Kitab Ihya’ Ulumiddin karya Imam Al Ghazali, Rasululah SAW bersabda:

عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَحَبُّ الْكَلاَمِ إِلَى اللَّهِ أَرْبَعٌ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ. لاَ يَضُرُّكَ بَأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ.

Dari Samuroh bin Jundub, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada empat ucapan yang paling dicintai Allah SWT: Subhanallah (Mahasuci Allah), Alhamdulillah (segala puji hanya milik Allah), Laa ilaaha illallah (tiada tuhan selain Allah), dan Allahu Akbar (Allah Maha Besar).Engkau memulai dari yang mana saja, tidak ada masalah.”

Kalimat mulia yang dicintai oleh Allah SWT, dapat dijadikan dzikir yang bisa diamalkan setiap hari. Abu Malik al-Asy’ari meriwayatkan bahwa,

Rasulullah Saw bersabda:

“Bersuci itu separuh dari iman, kalimat ‘alhamdulillah’ adalah kalimat yang memenuhi timbangan amal, kalimat ‘Subhanallah wallahu akbar’ adalah kalimat yang memenuhi antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya, sedekah adalah bukti, kesabaran adalah cahaya, Al-Qur’an adalah pembela atau penjerumusmu. Semua manusia itu berangkat pada pagi hari. Namun, manusia yang membinasakan dirinya adalah manusia yang menjual dirinya. Manusia yang membeli dirinya adalah yang memerdekakan dirinya.”

Imam Al Ghazali dalam bukunya, Ihya Ulumiddin menyebut Abu Dzar pernah melihat sejumlah orang fakir berkata kepada Rasulullah.,””Orang-orang kaya telah pergi memperoleh pahala. Mereka mengerjakan shalat seperti kami. Mereka berpuasa seperti kami. Mereka juga bersedekah seperti kami.”

Rasulullah kemudian bersabda, “Apakah Allah tidak menjadikan pahala sedekah atas apa yang kalian lakukan? Sesungguhnya setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, setiap bacaan takbir adalah sedekah, setiap melakukan amar makruf adalah sedekah, setiap melakukan nahyi mungkar adalah sedekah, setiap kali kalian memberikan sesuap makanan kepada keluarga kalian juga bernilai sedekah, setiap kali kalian bergaul dengan istri kalian juga dianggap sedekah.”

Kalimat Subhanallah (Mahasuci Allah), Alhamdulillah (segala puji hanya milik Allah), Laa ilaaha illallah (tiada tuhan selain Allah), dan Allahu Akbar (Allah Maha Besar) bernilai sedekah.

Detik

Apa yang Harus Diucapkan Muslim Saat Tertimpa Musibah?

Saat tertimpa musibah seorang Muslim harus mengucapkan kalimat thayyibah.

Banjir yang melanda ibu kota Jakarta dan sekitarnya merupakan sebuah musibah dan bukan sebuah azab.

“Ini musibah, bukan azab, kalau azab itu khusus orang kafir dan jahat tapi kalau musibah itu mengenai semua, tidak membedakan,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Said Aqil Siroj, dalam konferensi Pers di kantor PBNU pada Kamis (2/1).   

Lalu apa yang harus dilakukan seorang Muslim ketika mendapati dirinya atau orang-orang terdekatnya tertimpa musibah seperti bencana banjir yang mengakibatkan belasan orang meninggal dan membuat rumah dan bangunan mengalami kerusakan.

Hendaknya ketika seorang Muslim tertimpa musibah untuk bersegera mengingat Allah SWT. Rasulullah SAW dalam sebuah hadisnya memberikan petunjuk bagi umatnya untuk segera melafazkan sebuah kalimat ketika tertimpa musibah.   

“Tidaklah seorang Muslim yang tertimpa musibah kemudian bersegera kepada apa yang di perintahkan Allah berupa ucapan : 

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ عِنْدَكَ احْتَسَبْتُ مُصِيبَتِي فَأْجُرْنِي فِيهَا وَعَوِّضْنِي مِنْهَا إِلَّا آجَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهَا وَعَاضَهُ خَيْرًا مِنْهَا

 “Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, Allahumma ‘indaka ihtasabtu mushibati, fa’jurni fiha wa ‘awwidhni minha. (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepadaNya. Ya Allah, di sisi-Mu aku rela dengan musibah yang menimpaku, maka berilah aku pahala dan gantilah dengan yang lebih baik.)” 

Inilah kalimat dalam kutipan keterangan hadis Nabi SAW yang dapat ditemukan di yang diriwayatkan Ibnu Majah di mana jalur hadisnya dari Abdullah bin Muhammad hingga Abdullah bin Abdul Asad. 

KHAZANAH REPUBLIKA

 

Didoakan Rasulullah, Ini Manfaat Bangun Pagi dan Tak Tidur Usai Subuh

Tidur lagi usai sholat subuh mungkin jadi kebiasaan sebagian besar kaum urban. Berbagai alasan menjadi penyebabnya mulai dari masih ngantuk, menunggu giliran menggunakan kamar mandi, atau sekadar malas gerak (mager).

Kebiasaan ini ternyata telah disinggung Nabi Muhammad SAW dalam salah satu haditsnya. Dikutip dari buku Hadits-Hadits Sains: Fakta dan Bukti Ilmiah dalam Sabda Nabi Muhammad SAW, Rasulullah melarang umatnya tidur lagi setelah sholat subuh.

لَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَعَالَى مِنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ، حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ : أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتِقَ أَرْبَعَةً مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ

“Aku duduk bersama orang-orang yang berdzikrullah Ta’ala mulai dari (waktu) sholat shubuh hingga terbit matahari lebih aku cintai daripada memerdekakan empat orang budak dari putra Nabi Isma’il.” (HR. Abu Dawud).

Hadist lain juga menekankan pentingnya memperbanyak ibadah di pagi hari, yang lebih baik daripada tidur lagi. Nabi Muhammad SAW bahkan mendoakan umatnya agar selalu mendapat berkah dari Allah SWT.

اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا

“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.” (HR. Abu Dawud).

Sains atau ilmu pengetahuan selanjutnya membuktikan pentingnya bangun pagi yang menyediakan lebih banyak waktu sebelum beraktivitas. Selain beribadah, waktu yang tersedia bisa digunakan untuk melakukan berbagai persiapan.

Dengan persiapan cukup, memungkinkan seseorang tidak terburu-buru yang mencegah fluktuasi emosi dan stres. Efek menguntungkan lain adalah rasa persiapan diri yang meningkat karena selangkah lebih maju, dibanding yang bangun kesiangan sehingga tak punya persiapan.

Produktivitas dan kemampuan otak yang baik pada akhirnya membantu memaksimalkan seluruh potensi pada diri seseorang. Dalam jangka panjang, kebiasaan bangun pagi membentuk pribadi seseorang menjadi lebih stabil, berjiwa pemimpin, dan hidup lebih bahagia.

Islam sendiri sebetulnya telah memperingatkan umatnya bangun pagi, bahkan mulai dari sepertiga malam. Dalam hadistnya, Nabi Muhammad SAW mengingatkan umatnya untuk memaksimalkan ibadah pada Allah SWT di malam tersebut.

يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَلَهُ ، مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

“Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berkata: ‘Siapa yang berdoa pada-Ku, aku akan memperkenankan doanya. Siapa yang meminta pada-Ku, pasti akan Kuberi. Dan siapa yang meminta ampun pada-Ku, pasti akan Kuampuni’.” (HR. Bukhari).

Dengan hadist ini, sesungguhnya tidak ada alasan untuk tidur lagi usai sholat subuh. Dengan izin Allah SWT, berkah akan menyertai mereka yang bangun pagi.

detikHikmah

Doa Selamat dari Penguasa Zalim, Terbukti Maqbul

Doa selamat dari penguasa zalim ini diabadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al Quran. Sekaligus dikisahkan bagaimana doa ini dikabulkan-Nya.

رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

“Ya Rabbku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu.” (QS. Al Qashash: 21)

Doa ini dipanjatkan oleh Nabi Musa ‘alaihis salam setelah diperingatkan seseorang bahwa Fir’aun dan pejabatnya sedang berunding mengambil keputusan untuk membunuh Musa. Kisah ini tercantum dalam ayat sebelumnya yakni Surat Al Qashash ayat 20.

Setelah memanjatkan doa selamat dari penguasa zalim ini, Musa pergi ke negeri Madyan. Syaikh Muhammad Ali Usman mengatakan, perginya Musa ke Madyan adalah bimbingan Allah. Demikianlah cara Allah menyelamatkan Musa dari Fir’aun saat itu.

Ketika tiba di sumur Madyan, Musa mendapati sekelompok orang sedang memberi minum ternak mereka. Di pinggir antrian itu, ada dua perempuan yang sedang menunggu. Mereka tak bisa mengambil air sebelum kerumunan itu bubar.

Musa pun menolong keduanya. Ia memberikan minum ternak-ternak itu. Lalu kembali ke tempatnya berteduh.

Dua perempuan yang tidak lain adalah putri Nabi Syu’aib itu sangat terkesan dengan Musa. Mereka menceritakan apa yang dialaminya kepada sang ayah. Mendengar cerita itu, Nabi Syu’aib mengundang Musa ke kediamannya. Di sanalah Nabi Musa mendapatkan ketegasan bahwa Allah menyelamatkannya dari Fir’aun dan pejabatnya yang zalim.

“Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu,” kata Nabi Syu’aib kepada Musa, sebagaimana difirmankan Allah dalam Surat Al Qashash ayat 25.

Demikianlah doa selamat dari penguasa zalim ini dikabulkan Allah. Fase pertama, Musa berada di Madyan yang tidak terjangkau oleh Fir’aun. Ia aman bersama dengan Nabi Syu’aib. Fase kedua, kelak Musa diselamatkan dari Fir’aun dengan ditenggelamkannya penguasa zalim itu di laut merah.

Tak hanya selamat dari penguasa zalim seperti Fir’aun, doa ini juga untuk memohon pertolongan kepada Allah agar diselamatkan dari kaum atau orang-orang zalim secara umum. Sebagaimana redaksi ayat tersebut.

[Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Rasulullah Larang Umatnya Meniru Orang Kafir

RASULULLAH shallallahu ‘alaihi wasallam melarang umatnya menyerupai orang kafir. Untuk itu beliau bersabda: Dari Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari kaum itu.” (HR Abu Daud dan Ibnu Hibbab menshahihkannya). Sedemikian pentingnya masalah ini sehingga sampai nabi mengancam bahwa orang yang secara sengaja meniru gaya orang kafir, divonis bahwa dirinya telah menjadi pengikut mereka.

Hanya saja yang jadi pertanyaannya sekarang adalah: manakah yang termasuk kriteria tasyabbuh (menyerupai) orang kafir? Apakah bila orang kafir di barat makan roti, lalu kita dianggap menyerupai mereka karena kita ikut makan roti jua? Padahal bukankah justru nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dahulu tidak makan nasi tapi malah makan roti? Apakah bila orang kafir pakai celana panjang dan kemeja, lalu kita dianggap mengikuti orang kafir gara-gara pakai celana panjang dan kemeja?

Untuk menjawab masalah ini, paling tidak ada dua parameter yang perlu diperhatikan:
a. Parameter pertama, masalah niat. Bila seseorang melakukan sesuatu dengan niat semata-mata meniru gaya dan lagak orang kafir, maka perbuatan itu terlarang dan termasuk ke dalam kriteria meniru orang kafir.
b. Parameter kedua, masalah bentuk teknisnya. Yang dikatakan tindakan meniru atau menyerupai orang kafir adalah bila suatu perbuatan itu merupakan ciri khas milik suatu agama tertentu. Bukan budaya yang bersifat umum dan dilakukan oleh banyak bangsa di dunia ini.

Misalnya tanda salib, hiasan pohon natal dan penggunaan lonceng di rumah ibadah yang merupakan ciri khas kaum nasrani. Ini merupakan ciri khas agama itu dan kalau ada umat Islam secara sengaja meniru-niru hal-hal seperti ini, termasuk ke dalam orang yang diancam di hadis tadi. Demikian juga bila kita mengenakan logo bintang David yang merupakan ciri khas kaum yahudi. Atau membakar pedupaan atau shio yang dibakar khusus untuk penyembahan kalangan konghuchu atau Budha, semua termasuk sesuatu yang menjadi ciri khas satu kaum atau agama tertentu.

Lalu bagaimanakah dengan menggunduli kepala, apakah bisa termasuk kategori menyerupai para pendeta Budha (shaolin)? Jawabnya tergantung niatnya. Sebab di dalam syariat Islam, juga ada perintah atau anjuran untuk menggunduli kepala, yaitu saat selesai dari ibadah haji/umrah. Maka menggundulkan kepala berarti bukan ciri khas suatu agama saja. Dalam hal ini, parameter yang pertama yang menentukan, yaitu apakah seseorang berniat meniru gaya para shaolin itu atau tidak?

Maka jawaban atas masalah jam tangan yang dikenakan di tangan kiri, apakah benar hal itu merupakan ciri khas pemeluk agama tertentu? Ataukah hanya sekadar asumsi berlebihan saja? Kalau memang benar merupakan ‘hak milik’ yang merupakan ciri khas agama tertentu, tentu harus ada pembuktiannya, baik lewat literatur maupun lewat pengakuan para pemuka agama yang bersangkutan. Tapi kalau kita pertimbangkan secara sederhana, rasanya kok tidak ada kaitannya. Tapi silahkan saja dilakukan penelitian lebih mendalam dan buktikan bahwa pakai jam tangan di kiri itu merupakan ciri khas suatu agama tertentu. Tapi sebelum agar pembuktian yang pasti dan valid, kita belum boleh mengeluarkan vonis tertentu, apalagi mengharamkannya.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatulahi wabarakatuh. [Ahmad Sarwat, Lc.]

INILAHMOZAIK

Tahun Baru, Apakah Iman Kita Semakin Meningkat?

BAGAIMANA hukum merayakan tahun baru bagi muslim? Ternyata banyak kerusakan yang ditimbulkan sehingga membuat perayaan tersebut terlarang. Merayakan tahun baru termasuk membuang-buang waktu. Padahal waktu sangatlah kita butuhkan untuk hal yang bermanfaat dan bukan untuk hal yang sia-sia. Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah memberi nasehat mengenai tanda kebaikan Islam seseorang,

“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.”

Ingatlah bahwa membuang-buang waktu itu hampir sama dengan kematian yaitu sama-sama memiliki sesuatu yang hilang. Namun sebenarnya membuang-buang waktu masih lebih jelek dari kematian. Semoga kita merenungkan perkataan Ibnul Qoyyim, “(Ketahuilah bahwa) menyia-nyiakan waktu lebih jelek dari kematian. Menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu (membuatmu lalai) dari Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanyalah memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”

Seharusnya seseorang bersyukur kepada Allah dengan nikmat waktu yang telah Dia berikan. Mensyukuri nikmat waktu bukanlah dengan merayakan tahun baru. Namun mensyukuri nikmat waktu adalah dengan melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah. Itulah hakekat syukur yang sebenarnya. Orang-orang yang menyia-nyiakan nikmat waktu seperti inilah yang Allah cela. Allah Taala berfirman,

“Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?” (Qs. Fathir: 37). Qotadah mengatakan, “Beramallah karena umur yang panjang itu akan sebagai dalil yang bisa menjatuhkanmu. Marilah kita berlindung kepada Allah dari menyia-nyiakan umur yang panjang untuk hal yang sia-sia.”

Inilah di antara beberapa kerusakan dalam perayaan tahun baru. Sebenarnya masih banyak kerusakan lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu dalam tulisan ini karena saking banyaknya. Seorang muslim tentu akan berpikir seribu kali sebelum melangkah karena sia-sianya merayakan tahun baru. Jika ingin menjadi baik di tahun mendatang bukanlah dengan merayakannya. Seseorang menjadi baik tentulah dengan banyak bersyukur atas nikmat waktu yang Allah berikan. Bersyukur yang sebenarnya adalah dengan melakukan ketaatan kepada Allah, bukan dengan berbuat maksiat dan bukan dengan membuang-buang waktu dengan sia-sia. Lalu yang harus kita pikirkan lagi adalah apakah hari ini kita lebih baik dari hari kemarin? Pikirkanlah apakah hari ini iman kita sudah semakin meningkat ataukah semakin anjlok! Itulah yang harus direnungkan seorang muslim setiap kali bergulirnya waktu.

Ya Allah, perbaikilah keadaan umat Islam saat ini. Perbaikilah keadaan saudara-saudara kami yang jauh dari aqidah Islam. Berilah petunjuk pada mereka agar mengenal agama Islam ini dengan benar. “Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (Qs. Hud: 88)

Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihat. Wa shallallahu ala nabiyyina Muhammad wa ala alihi wa shohbihi wa sallam. [Muhammad Abduh Tuasikal]

INILAH MOZAIK

Tata Cara Shalat Gerhana Matahari, Niat, dan Sunnah-Sunnahnya

Shalat gerhana matahari disyariatkan ketika terjadi gerhana matahari. Apa hukumnya, bagaimana tata cara dan niatnya, adakah doa khusus dan contoh khutbah dari Rasulullah? Berikut ini pembahasannya.

Hukum Shalat Gerhana

Gerhana merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tanda kebesaran-Nya. Ketika terjadi gerhana, Islam mensyariatkan shalat gerhana.

وَمِنْ آَيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (QS. Fushilat: 37)

Syaikh Wahbah az Zuhaili ketika menafsirkan ayat ini dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, yakni melaksanakan shalat ketika terjadi gerhana.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda mengenai gerhana dan shalat gerhana:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَافْزَعُوا لِلصَّلاَةِ

“Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua tanda kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Terjadinya gerhana matahari atau bulan itu bukanlah karena kematian seseorang atau kehidupannya. Oleh karena itu, jika kau menyaksikan gerhana bergegaslah untuk mengerjakan shalat.” (HR. Muslim)

Dari ayat dan hadits tersebut serta hadits lainnya, para ulama menjelaskan bahwa shalat gerhana hukumnya sunnah muakkad (sunnah yang sangat dianjurkan) baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan.

Tata Cara Shalat Gerhana Matahari

Shalat gerhana matahari boleh dilakukan sendiri-sendiri, boleh pula dilakukan secara berjama’ah, dengan khutbah atau tanpa khutbah.

Namun, berjamaah di Masjid yang ditempati shalat Jumat lebih utama karena dulu Rasulullah mengerjakannya secara berjamaah di Masjid. Imam mengeraskan bacaannya (surat Al Fatihah dan surat lainnya) dan ada khutbah setelah shalat gerhana.

Shalat gerhana matahari dikerjakan dua rakaat, dalam setiap rakaat dua kali ruku’. Waktu pelaksanaannya terbentang sejak mulainya gerhana (matahari mulai tertutupi) hingga gerhana berakhir (matahari kembali ke kondisi semula).

Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menjelaskan, sebelum shalat gerhana dimulai, hendaklah muadzin mengumandangkan lafadz “ash shalaatu jaami’ah.”

1. Ringkasan Tata Cara

Secara ringkas, berikut ini tata cara shalat gerhana matahari:

  1. Niat
  2. Takbiratul ihram
  3. Membaca surat Al Fatihah dan surat lainnya (imam membaca jahr)
  4. Ruku’. Disunnahkan waktu ruku’ lama, seperti waktu berdiri.
  5. Berdiri lagi, baca Al Fatihah dan surat lainnya (disunnahkan lebih pendek dari sebelumnya)
  6. Ruku’ lagi (disunnahkan lebih pendek dari ruku’ pertama)
  7. I’tidal
  8. Sujud
  9. Duduk di antara dua sujud
  10. Sujud kedua
  11. Berdiri lagi (rakaat kedua), membaca surat Al Fatihah dan lainnya
  12. Ruku’. Disunnahkan waktu ruku’ lama, seperti waktu berdiri.
  13. Berdiri lagi, baca Al Fatihah dan surat lainnya (disunnahkan lebih pendek dari sebelumnya)
  14. Ruku’ lagi (disunnahkan lebih pendek dari ruku’ pertama)
  15. I’tidal
  16. Sujud
  17. Duduk di antara dua sujud
  18. Sujud kedua
  19. Duduk tasyahud akhir
  20. Salam

Setelah selesai shalat gerhana, khatib memberikan khutbah.

2. Hadits Tata Cara Nabi Shalat Gerhana

Ringkasan tata cara shalat gerhana matahari di atas berdasarkan hadits shahih yang terjemahnya sebagai berikut:

Pada saat Nabi hidup, terjadi gerhana matahari. Rasulullah keluar ke masjid, berdiri dan membaca takbir. Orang-orang pun berdatangan dan berbaris di belakang beliau. Beliau membaca surat yang panjang. Selanjutnya beliau bertakbir dan ruku’. Beliau memanjangkan waktu ruku’ hampir menyerupai waktu berdiri.

Selanjutnya beliau mengangkat kepala dan membaca “Sami’allaahu liman hamidah, rabbanaa walakal hamdu”. Lalu berdiri lagi dan membaca surat yang panjang, tapi lebih pendek daripada bacaan surat yang pertama. Kemudian beliau bertakbir dan ruku’. Waktu ruku’ ini lebih pendek daripada ruku’ pertama. Setelah itu beliau sujud.

Pada rakaat berikutnya, beliau melakukan perbuatan yang sama hingga sempurnalah empat ruku’ dan empat sujud.

Setelah itu matahari muncul seperti biasanya, yaitu sebelum beliau pulang ke rumah. Beliau terus berdiri dan menyampaikan khutbah, memuji Allah dengan puji-pujian yang layak bagi-Nya. Tak lama kemudian, beliau bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua tanda kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Terjadinya gerhana matahari atau bulan itu bukanlah karena kematian seseorang atau kehidupannya. Oleh karena itu, jika kau menyaksikan gerhana bergegaslah untuk mengerjakan shalat.” (HR. Muslim)

Baca juga: Shalat Istikharah

Niat Shalat Gerhana Matahari

Semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafadzkan niat bukanlah suatu syarat. Artinya, tidak harus melafalkan niat.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, menurut jumhur ulama selain madzhab Maliki, melafalkan niat hukumnya sunnah dalam rangka membantu hati menghadirkan niat.

Sedangkan dalam madzhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafadzkan niat karena tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Jika menjadi makmum, lafadz niat shalat gerhana matahari adalah sebagai berikut:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْكُسُوْفِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا لِلَّهِ تَعَالَى

Usholli sunnatal khusuufi rok’ataini ma’muuman lillahi ta’aalaa

Artinya: “Aku niat shalat gerhana matahari dua rakaat sebagai makmum karena Allah Ta’ala”

Artinya: “Aku niat shalat gerhana matahari dua rakaat sebagai makmum karena Allah Ta’ala”

niat shalat gerhana matahari imam

Jika menjadi imam, lafadz niat shalat gerhana matahari adalah sebagai berikut:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْكُسُوْفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا لِلَّهِ تَعَالَى

Usholli sunnatal khusuufi rok’ataini imaaman lillahi ta’aalaa

Artinya: “Aku niat shalat gerhana matahari dua rakaat sebagai imam karena Allah Ta’ala”

niat shalat gerhana matahari

Khutbah Shalat Gerhana

Disunnahkan ada khutbah setelah shalat gerhana berjamaah. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencontohkannya dalam hadits di atas.

Isi khutbah Rasulullah adalah memuji Allah dengan puji-pujian kepadaNya, lalu beliau bersabda:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَافْزَعُوا لِلصَّلاَةِ

“Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua tanda kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Terjadinya gerhana matahari atau bulan itu bukanlah karena kematian seseorang atau kehidupannya. Oleh karena itu, jika kau menyaksikan gerhana bergegaslah untuk mengerjakan shalat.” (HR. Muslim)

Dalam hadits yang lain beliau bersabda,

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ

“Sesungguhnya matahari dan bulan itu adalah dua tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari dan bulan itu bukanlah karena kematian atau kehidupan seeorang. Maka jika engkau melihatnya, ingatlah dan berzikirlah kepada Allah” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan, dalam khutbah shalat gerhana hendaknya disampaikan kepada jamaah tentang taubat dari segala dosa, berbuat kebaikan seperti sedekah, berdoa dan beristighfar.

Sunnah-Sunnah Saat Terjadinya Gerhana

Selain shalat gerhana, ada beberapa amal lain yang disunnahkan saat terjadinya gerhana. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda mengenai amal-amal sunnah ketika terjadi gerhana:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari atau bulan tidaklah terkait kematian atau kehidupan seseorang. Karenanya jika kalian melihat gerhana itu, berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, shalatlah dan bersedekahlah. (HR. Bukhari)

Dalam Fiqih Sunnah, Sayid Sabiq menyebutkan hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.

Pada suatu ketika, terjadi gerhana matahari, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri untuk mengerjakan shalat dan bersabda, “Jika engkau melihat gerhana, segeralah berzikir kepada Allah, berdoa dan memohon ampunan kepadaNya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan dua hadit itu, selain shalat gerhana matahari, ada empat amal yang disunnahkan saat terjadinya gerhana matahari:

1. Berdoa

Pada saat gerhana matahari, kita dianjurkan untuk banyak berdoa kepada Allah. Di antara keutaman doa ketika gerhana ini, doa-doa tersebut insya Allah mustajab. Dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla.

2. Dzikir dan takbir

Sunnah saat terjadinya gerhana yang kedua adalah berdzikir. Dzikir apa? Dzikir apa saja yang termasuk kalimat thayyibah, terutama takbir karena disebutkan secara khusus dalam hadits tersebut. Yang perlu dipahami, membaca takbir ketika terjadi gerhana tak perlu keras-keras. Cukup didengar oleh dirinya sendiri.

3. Istighfar

Sunnah saat terjadinya gerhana matahari berikutnya adalah bersitighfar. Memohon ampun kepada Allah. sebagaimana doa yang dikabulkan, memohon ampunan pada momen ini insya Allah membuat dosa-dosa diampuni.

4. Sedekah

Sunnah saat terjadinya gerhana matahari yang keempat adalah bersedekah. Jika amal-amal sunnah sebelumnya terkait amal fisik, yang keempat ini adalah amal maliyah. Amal finansial. Perbanyak sedekah saat terjadinya gerhana.

Demikian panduan shalat gerhana matahari mulai dari hukum, tata cara, niat hingga sunnah-sunnah saat terjadinya gerhana. Wallahu a’lam bish shawab.

[Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Daftar Pondok Pesantren Tahfizh Quran yang Menyediakan Beasiswa Gratis

Alhamdulillah semakin banyak anak-anak muda khususnya alumni SMA yang ingin menghafal Al Quran. Demikian pula semakin banyak lembaga yang menyediakan pendidikan tahfizh Al Quran mulai dari pondok pesantren, ma’had dan lain-lain.

Berikut ini pondok pesantren tahfizh Quran yang menyediakan beasiswa gratis, termasuk untuk tahun ajaran 2020/2021. Khususnya untuk alumni SMA sederajat:

1. Perwira Baitul Quran Al Burhani

Terkenal dengan nama Pondok Tahfizh Perwira Quran. Perwira adalah singkatan dari Pesantren Wira Usaha. Sebab di pesantren ini santri juga dididik menjadi wira usaha.

Selama kurang lebih dua tahun, para santri akan dididik menjadi hafizh Quran 30 juz. Selain itu para santri juga dibekali pendidikan wira usaha dan kepemimpinan.

Secara garis besar, kurikulum di Perwira Baitul Quran Al Burhani terdiri dari empat tarbiyah, yaitu:

1. Tarbiyah Quraniyah

  • Tahsin (perbaikan bacaan Al Quran)
  • Tahfizh (menghafal Al Quran)
  • Tarjim (menerjemahkan ayat kata per kata)
  • Kitabah (menulis Al Quran)
  • Muqorrobah (baca tartil jama’i khatam setiap 2 pekan sekali)
  • Muroja’ah 2 kali sehari plus sebagai bacaan saat bertugas menjadi imam sholat tahajud

2. Tarbiyah Tsaqafah Diniyah

  • Nahwu ajurumiyah
  • Shorof amtsilatut tashrifiyah
  • Fiqh taqrib, kaifa tusholli, fiqhus sunnah
  • Khot, imla’, mahfuzhot
  • Washoya, akhlaq lil banin, ta’limul muta’allim
  • Hadits arba’in, riyadhush sholihiin
  • Halaqoh tarbawi usbu’iyah

3. Tarbiyah Ruhiyah

  • Sholat sunnah rowatib, sholat tahajud, sholat dhuha
  • Puasa ayamul bidh (tengah bulan), puasa senin kamis
  • Dzikir jama’i pagi dan petang, alma’tsurot atau tawajuhat

4. Tarbiyah Qiyadah & Iqtishodiyah

  • Self cooking, pondok siapkan alat masak, beras, uang sayur/lauk harian
  • Muhadhoroh latihan ceramah setiap pekan
  • Syawir musyawarah amal sholeh peduli lingkungan
  • Workshop usaha, praktek ternak lele bioflog/biona, ayam kampung pancamurti, pertanian agroponik, pengolahan pakan fermentasi, pengolahan limbah
  • Majlis ta’lim usaha, dg ustadz/dosen tamu praktisi profesional
  • Marketing online dan digital crowd funding
  • Praktek Bank Mini Pesantren dengan akun transaksi bisa diakses online oleh orang tua/wali santri

Istimewanya, seluruh pendidikan di Perwira Baitul Quran Al Burhani ini tidak dipungut biaya alias beasiswa penuh sejak masuk hingga lulus.

Bagi yang ingin mendaftar, bisa langsung ke lokasi Kampus Ben Sholeh, Jl. Jawa Gg. Pondok, Ds. Sumberjo Kec. Sanankulon Blitar, Jawa Timur. Atau melalui website resmi Perwiraquran.id

2. STIDKI Ar Rahmah

Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam (STIDKI) Ar Rahmah menyediakan beasiswa penuh untuk Program Studi S1 Manajemen Komunikasi dan Dakwah sekaligus tahfizh 30 juz.

Dilatarbelakangi belum adanya wadah khusus pencetak imam dan manajer masjid, STIDKI Ar Rahmah hadir mencetak imam masjid sekaligus pemimpin peradaban.

Keunggulan STIDKI Ar Rahmah antara lain:

  • Full scholarship (bebas biaya hidup dan pendidikan).
  • Holistik-integratif yang menggabungkan antara kurikulum kemenag, kurikulum khas Ar Rahmah, dan pembinaan kepribadian instensif.
  • Menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dan komunikasi.
  • Menggunakan Metode pembelajaran meaningfull learningjoyfull learning, dan contextual learning.
  • Bekerja sama dengan masjid-masjid model, LAZ, perguruan tinggi, serta lembaga keilmuan lainnya di dalam dan di luar negeri.
  • Diperkuat oleh tenaga pengajar alumni perguruan tinggi dalam dan luar negeri serta didukung oleh native speaker dari timur tengah.
  • Proses pendidikan mengacu pada ketercapaian mutu dengan pendekatan Total Quality Management.

Dengan keunggulan itu, STIDKI Ar Rahmah menghasilkan alumni dengan profil sebagai berikut:

  • Manajer dan Pemimpin yang menjadi panutan umat.
  • Imam masjid dan Dai yang hafidz Al Quran 30 juz.
  • Pendidik yang cakap mengajarkan Al Quran dan ilmu keislaman.

Bagi yang ingin menjadi mahasiswa kampus yang beralamat di Jl. Teluk Buli I/3-5-7 Surabaya ini, bisa mengunjungi website resminya di stidkiarrahmah.ac.id

3. Pondok Pesantren Al Quran Ibnu Katsir

Jika dua pesantren di atas khusus untuk laki-laki, Yayasan Ibnu Katsir memiliki pesantren putra dan pesantren putri. Keduanya juga menyediakan beasiswa.

Pondok Pesantren Al Quran (PPA) Putra Ibnu Katsir beralamat di Jl. Mangga 18 Jember, Jawa Timur. Sedangkan Pondok Pesantren Al Quran (PPA) Putri Ibnu Katsir beralamat di di Jl. Hayam Wuruk XXI (Gedung Qur’an Aliah) Jember, Jawa Timur.

Di PPA Ibnu Katsir, santriwan dan santriwati memiliki target menjadi hafizh dan hafizhah Al Quran. Hafal 30 juz.

Secara garis besar, kurikulum di PPA Ibnu Katsir meliputi empat pilar:

  • Kurikulum Tahfizh Qur’an. Targetnya hafal 30 juz selama 2 tahun
  • Dirosah Islamiyah. Yakni penguasaan ulumuddin selama 4 tahun
  • Pendidkan Agama Islam (PAI). Sarjana  Pendidikan S-1 selama 4 tahun
  • Pengembangan Diri. Meliputi skill & leadership selama 4 tahun

Khusus kurikulum tahfizh Quran, akan dievaluasi setiap 6 bulan. Jila tidak mencapai target, bisa dinyatakan dikualifikasi atau dikenai sanksi Pencabutan Beasiswa.

Informasi lengkap dan pendaftaran bisa dibaca di website resmi ibnukatsir.or.id

Demikian tiga di antara Pondok Pesantren Tahfizh Quran yang menyediakan beasiswa gratis.

Bagi pembaca yang memiliki daftar pesantren lain yang juga memberikan beasiswa, bisa diinfokan melalui kolom komentar di bawah ini. Mungkin ke depan bisa dijadikan bahan melengkapi daftar ini.

[BersamaDakwah]


Bersabarlah, Semua Akan Datang Pada Waktunya!

Seringkali manusia terburu-buru ketika menginginkan sesuatu. Tak jarang kesabarannya hilang ketika sesuatu yang dinanti atau yang diharap-harapkan tak kunjung datang. Al-Qur’an menyebut sifat manusia yang suka tergesa-gesa ini dalam firman-Nya :

كَانَ ٱلۡإِنسَٰنُ عَجُولٗا

“Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa.” (QS.Al-Isra’:11)

Atau dalam ayat lain Allah swt berfirman :

خُلِقَ ٱلۡإِنسَٰنُ مِنۡ عَجَلٖۚ

“Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa.” (QS.Al-Anbiya’:37)

Kita sering mendengar kalimat “semua akan indah pada waktunya”. Jika direnungkan, kalimat ini bukan hanya kalimat motivasi biasa yang ingin mendinginkan hati manusia yang sedang dalam kesulitan saja. Tapi kalimat ini benar-benar menggambarkan kenyataan yang sebenarnya.

Terkadang kita sangat menginginkan sesuatu dan sangat berharap apa yang kita inginkan akan segera terwujud. Namun pernahkah kita berpikir bahwa sesuatu yang kita inginkan itu bila datang di waktu yang “tidak tepat” akan membuat semuanya berantakan?

Yakinlah selalu bahwa doa dan harapanmu akan terwujud pada waktunya. Pada waktu yang paling pas dan paling tepat !

Bersabarlah untuk menanti buah hingga matang, karena rasa manisnya akan muncul pada waktunya. Bila engkau tergesa-gesa maka engkau hanya akan rasa masam darinya.

Bersabarlah untuk menanti janin di dalam rahim ibunda hingga tiba waktunya, karena bayi akan sempurna pada waktunya.

Bersabarlah untuk semua yang kau inginkan, karena “sesuatu itu akan menjadi manis, indah dan sempurna bila tiba pada waktu yang tepat”.

Jangan pernah berputus asa dalam berdoa, teruslah memohon dan meminta kepada Allah swt, karena tidak ada orang yang akan kecewa karena banyak berdoa.

وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيّٗا

“Dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku.” (QS. Maryam:4)

Jangan pernah takut dengan hari esok, karena Dia yang menyelesaikan berbagai macam kesulitanmu di hari kemarin pasti akan menolongmu di hari esok. Yang telah merawatmu, menjagamu dan membimbingmu di masa kecil tidak akan menelantarkanmu di masa depanmu ! Dia-lah Allah yang kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya tak tertandingi oleh siapapun.

– وَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ وَكِيلًا

“Dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah yang menjadi pelindung.” (QS. An-Nisa’:81)

Kegelisahan hati muncul karena rendahnya rasa tawakal kita kepada Allah swt. Bila kita yakin dengan Rahmat Allah, pasti kita tidak akan putus asa dalam menghadapi berbagai kesulitan. Bila kita yakin dengan Keadilan Allah, pasti kita tidak akan menyalahkan ketentuan-Nya. Tugas kita ada berdoa dan berusaha, sembari kita terus menyebut Nama-Nya, karena hanya Dia-lah yang mampu menyelesaikan semua urusan kita.

وَأُفَوِّضُ أَمۡرِيٓ إِلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَصِيرُۢ بِٱلۡعِبَادِ

“Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS.Ghafir:44)

Setelah ayat lain, langsung Allah menjawab dengan firman-Nya :

فَوَقَىٰهُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِ مَا مَكَرُواْۖ

“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka.” (QS.Ghafir:45)

Hadapi harimu dengan keyakinan bahwa pasti Allah akan memberi yang terbaik di waktu yang terbaik. Buang semua kegelisahan di hatimu dan hiduplah dengan penuh optimis bahwa semua akan indah pada waktunya !

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN

Tunjukkan Apa yang Bermanfaat Bagi Kami

SERINGKALI para sahabat berkunjung kepada Rasulullah untuk memohon petunjuk hidup agar selamat dunia akhirat. Ada sahabat yang sudah berusia tua, seperti Qabishah misalnya, ataupun yang muda. Ada pula yang datang berombongan juga dalam rangka mendapatkan arahan menuju hidup di akhirat yang baik.

Tak banyak yang permintaan petunjuknya yang hanya berhubungan dengan dunia. Rata-rata berhubungan dengan akhirat. Terlihat sekali bahwa mereka para sahabat itu memiliki semangat keberagamaan yang sangat bagus. Wajarlah kalau kemudian Rasulullah bersabda bahwa sebaik-baiknya masa adalah masa Rasulullah. Ketenangan dan kedamaian dalam hidup sangat mereka rasakan walau dalam hal kondisi ekonomi yang terbatas.

Andai masyarakat kini meneladani semangat generasi sahabat, yakni selalu fokus pada hal yang bermanfaat dunia akhirat, maka masyarakat kini pun akan merasakan kedamaian dan ketenteraman. Rupanya, yang paling banyak dicari dan diburu kini adalah bagaimana caranya menggapai hal duniawi saja. Akhirnya, ketulusan dan kelembutan hati hilang digantikan oleh keserakahan dan angkara murka. Aksi saling tuduh, saling caci dan saling jegal menjadi tontonan langsung keseharian. Persahabatn dan persaudaraan hancur berkeping dan sulit ditata rapi kembali.

Kita rupanya belum yakin dengan ayat dan hadits serta kesimpulan para bijak bahwa jika urusan kita dengan Allah adalah baik, maka urusah dunia kita akan dengan sendirinya menjadi baik. Jika akhirat adalah sudah di tangan, maka dunia pun akan turut serta bersama. Bukankah yang mengatur hidup ini semuanya adalah Allah?

Ada ungkapan yang pernah saya baca dan ungkapan ini sangat lekat dalam pikiran saya. “Akhirat adalah Ibu, dunia adalah puterinya. Barangsiapa mengawini sang puteri, maka haramlah mengawini ibunya juga selamanya.” Lalu bagaimanakah kita dengan dunia kita? Ambillah yang sekiranya bermanfaat dan gunakanlah untuk hal yang bermanfaat, maka kita akan senantiasa dituntun diarahkan menuju hidup yang semakin baik. Salam AIM. [*]

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK