Minal ‘Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin Saat Idul Fitri, Apakah Benar Tidak Boleh Diucapkan?

Bolehkah mengucapkan minal ‘aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin saat hari raya? Karena sebagian orang masih menganggapnya tidak boleh. Coba lihat pembahasan menarik berikut.

KAEDAH UNTUK ADAT

Adat ini adalah perkara non-ibadah. Hukum asal perkara adat adalah boleh. Selama tidak ada dalil yang melarang.

Syaikh As-Sa’di mengatakan dalam bait syairnya,

والأصل في عاداتنا الإباحة حتى يجيء صارف الإباحة

“Hukum asal adat kita adalah boleh selama tidak ada dalil yang memalingkan dari hukum bolehnya.”

Para ulama memberikan ungkapan lain untuk kaedah di atas,

الأصل في العادات الإباحة

“Hukum asal untuk masalah adat (kebiasaan manusia) adalah boleh.”

Ibnu Taimiyah berkata,

وَالْأَصْلُ فِي الْعَادَاتِ لَا يُحْظَرُ مِنْهَا إلَّا مَا حَظَرَهُ اللَّهُ

Hukum asal adat (kebiasaan masyarakat) adalah tidaklah masalah selama tidak ada yang dilarang oleh Allah di dalamnya.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 4:196).

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata pula,

وَأَمَّا الْعَادَاتُ فَهِيَ مَا اعْتَادَهُ النَّاسُ فِي دُنْيَاهُمْ مِمَّا يَحْتَاجُونَ إلَيْهِ وَالْأَصْلُ فِيهِ عَدَمُ الْحَظْرِ فَلَا يَحْظُرُ مِنْهُ إلَّا مَا حَظَرَهُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى

Adat adalah kebiasaan manusia dalam urusan dunia mereka yang mereka butuhkan. Hukum asal kebiasaan ini adalah tidak ada larangan kecuali jika Allah melarangnya.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 29:16-17)

BEDAKAN DENGAN KAEDAH IBADAH

Para ulama biasa menyebut kaedah di atas dengan menyatakan,

الأَصْلُ فِي العِبَادَاتِ التَّحْرِيْمُ

“Hukum asal ibadah adalah haram (sampai adanya dalil).”

Ulama Syafi’i berkata dengan kalimat,

اَلْأَصْلَ فِي اَلْعِبَادَةِ اَلتَّوَقُّف

“Hukum asal ibadah adalah tawaqquf (diam sampai datang dalil).”

Dalilnya dari ayat,

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. Al-Ahzab: 21).

Juga didukung dengan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari, no. 20 dan Muslim, no. 1718). Dalam riwayat lain disebutkan,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim, no. 1718).

UCAPAN SELAMAT HARI RAYA (AT-TAHNIAH) MASUK DALAM KAEDAH ADAT ATAU IBADAH?

Para ulama mengatakan bahwa ucapan selamat hari raya masuk dalam kaedah adat.

Para ulama katakan:

التهنئة بالعيد من باب العادات لا من العبادات، وقد قرره بعض أهل العلم كالسعدي وابن عثيمين

Ucapan selamat hari raya termasuk dalam perkara adat (non-ibadah), bukan perkara ibadat. Inilah kaedah yang ditetapkan oleh Syaikh As-Sa’di dan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin. (Kaedah dari Dr. Naif bin Muhamamd Al-Yahya dalam channel telegram https://t.me/fiiqh)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah ditanya, “Apa hukum mengucapkan selamat hari raya? Lalu adakah ucapan tertentu kala itu?”

Beliau rahimahullah menjawab, “Ucapan selamat ketika hari raya Id dibolehkan. Tidak ada ucapan tertentu saat itu. Apa yang biasa diucapkan manusia dibolehkan selama di dalamnya tidak mengandung kesalahan (dosa).” (Majmu’ Fatawa Rosail Ibni ‘Utsaimin, 16:128)

MASALAH MENGUCAPKAN MINAL ‘AIDIN WAL FAIZIN DAN MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN (PENJELASAN DARI USTADZ DR. MUSYAFFA AD-DARINY)

Sebagian orang menyalahkan ucapan selamat saat hari raya “Minal aa’idin wal faa’iziin”, karena artinya, “Semoga termasuk orang-orang yang kembali dan menang.”

Mereka juga mengatakan: orang-orang Arab tidak menggunakan ucapan selamat seperti itu.

Maka kita katakan:

  1. Arti yang paling tepat untuk ucapan “Minal Aa’idin Wal Faa’iziin” adalah, “Selamat berhari raya, dan semoga termasuk orang yg mendapatkan kemenangan.”

Maksud dari ucapan ini adalah memberikan ucapan selamat berhari raya, dan MENDOAKAN semoga orang tersebut termasuk orang yang menang dengan banyak pahala, ampunan, dan kemuliaan yang dijanjikan oleh Allah di Bulan Ramadhan.

  1. Tidak benar bila ‘ucapan selamat’ itu tidak digunakan orang-orang Arab, karena saya sendiri -selama di Madinah- pernah mendengar beberapa orang arab mengatakannya, terutama mereka yang berasal dari negeri Syam.
  2. Para ulama telah menegaskan, bahwa ucapan selamat untuk datangnya hari raya, tidak ada batasannya, selama maknanya baik, maka dibolehkan karena syariat tidaklsh membatasinya dengan ucapan atau doa-doa tertentu.

Hal ini sama dengan dibolehkannya merayakan hari idul fitri dengan permainan, nasyid, dan hal-hal mubah lainnya. Syariat tidak membatasi jenis permainannya, atau jenis nasyidnya. Selama hal mubah itu tidak mengandung hal-hal yg diharamkan, maka dibolehkan.

Sehingga ‘ucapan selamat’ ini tidak mengapa, maknanya baik, dan cocok diucapkan di momen Hari Raya Idul Fitri, wallahu a’lam.

  1. Bagi yg ingin memasyarakatkan ucapan selamat yg dipakai oleh para sahabat -radhiyallahu anhum-, maka itu merupakan hal yang sangat baik. Mereka mengucapkan,

“Taqobbalallohu Minna wa Minkum”, yang artinya semoga Allah menerima amal kebaikan kita semua.

Namun, bukan berarti kita boleh mengharamkan atau menyalahkan ‘ucapan selamat’ lainnya tanpa dasar dalil yang kuat, wallahu a’lam.

  1. Di antara contoh ucapan selamat lain yg maknanya baik dan biasa diucapkan oleh sebagian kaum muslimin adalah:

“‘Iidukum Mubarok” (semoga hari rayanya penuh dengan keberkahan).

“‘Iidukum Sa’iid” (semoga hari rayanya penuh dengan kebahagiaan).

Taqobbalahu Thoa’atakum” (semoga Allah terima amal ketaatannya).

Tidak mengapa pula menyelipkan ucapan “Mohon maaf lahir batin”, setelah ucapan minal ‘aa-idin wal fa-izin, karena maksudnya meminta atau mengingatkan agar saling memaafkan. Waktu hari raya adalah momen berkumpulnya karib kerabat, sehingga sangat pas bila digunakan untuk saling memaafkan dan mempererat atau memperbaiki tali silaturahim.

UCAPAN SELAMAT HARI RAYA YANG MASIH BOLEH

  1. ‘Ied mubarak, semoga menjadi ‘ied yang penuh berkah.
  2. Minal ‘aidin wal faizin, selamat berhari raya dan meraih kemenangan.
  3. Minal ‘aidin wal faizin. Mohon maaf lahir dan batin.
  4. Kullu ‘aamin wa antum bi khair, moga di sepanjang tahun terus berada dalam kebaikan.
  5. Selamat Idul Fithri 1441 H.
  6. Sugeng Riyadi 1441 H (selamat hari raya) dalam bahasa Jawa.

Dalam fatwa Islamweb, ucapan selamat tersebut boleh diucapkan sebelum atau sesudah shalat Id.

KESIMPULAN

Ucapan selamat hari raya dengan ucapan apa pun dibolehkan. Begitu pula yang menerapkan ucapan taqabbalallahu minna wa minkum (semoga Allah menerima amalan kami dan kalian) sebagaimana praktik para salaf di masa silam juga dipersilakan, namun bukan berarti ucapan selain ini jadi salah.

فعن جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ : كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك . قال الحافظ : إسناده حسن .

Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan hari ‘ied (Idul Fithri atau Idul Adha, pen), satu sama lain saling mengucapkan, “Taqobbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).” Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. (Fath Al-Bari, 2:446)

Ucapan Minal ‘Aidin wal Faizin itu artinya selamat berhari raya dan meraih kemenangan. Sedangkan ucapan mohon maaf lahir batin tidaklah masalah diucapkan.

Minal ‘aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin.

1 Syawal 1441 H

Muhammad Abduh Tuasikal

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/24526-minal-aidin-wal-faizin-mohon-maaf-lahir-dan-batin-saat-idul-fitri-apakah-benar-tidak-boleh-diucapkan.html

Shalat Dhuha, Ibadah Sunah Sarat Faedah

Rasulullah mewasiatkan kepada Muslim agar membiasakan shalat dhuha.

Shalat dhuha merupakan suatu ibadah sunah yang sangat bagus untuk dibiasakan kaum Muslimin. Ibadah ini dilaksanakan pada pagi hari ketika matahari sudah menampakkan sinarnya.

Sunday, 24 May 2020 20:55 WIB

Shalat Dhuha, Ibadah Sunah Sarat Faedah

Rasulullah mewasiatkan kepada Muslim agar membiasakan shalat dhuha.Red: Hasanul RizqaMgIT03

Ilustrasi Shalat Dhuha

Ilustrasi Shalat Dhuha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Shalat dhuha merupakan suatu ibadah sunah yang sangat bagus untuk dibiasakan kaum Muslimin. Ibadah ini dilaksanakan pada pagi hari ketika matahari sudah menampakkan sinarnya.

Baca Juga:

Rasulullah SAW bersabda, “Shalat dhuha dilakukan apabila anak-anak unta telah merasakan kepanasan (karena tersengat matahari)” (HR Muslim).

Nabi Muhammad SAW pun membiasakan diri beliau untuk mengamalkan shalat dhuha. Seperti dijelaskan Abu Hurairah, “Kekasihku (Rasulullah SAW) mewasiatkan kepada tiga hal. Pertama, berpuasa tiga hari tiap bulan. Kedua, shalat dhuha dua rakaat. Ketiga, supaya shalat witir sebelum tidur”(HR Bukhari-Muslim).

Menurut Ibnul Qayyim al-Jauzi, jumlah rakaat shalat dhuha tidak ada batas maksimal, tergantung kemampuan dan kesempatan seorang Muslim yang hendak mengamalkannya. Aisyah berkata, ”Biasanya Rasulullah melakukan shalat dhuha empat rakaat dan beliau menambah.” (HR Muslim).

Allah SWT akan menjauhkan dari siksa api neraka dan mengganti dengan surga bagi yang mengamalkan shalat dhuha. ”Di dalam surga terdapat pintu yang bernama bab ad-dhuha (pintu dhuha) dan pada hari kiamat nanti ada orang memanggil. Di mana orang yang senantiasa mengerjakan shalat dhuha? Ini pintu kamu, masuklah dengan kasih sayang Allah.” (HR Tabrani).

Keistimewaan lainnya adalah sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat kesehatan setiap persendian di tubuh kita. Nabi Muhammad SAW mengungkapkan bahwa di tubuh manusia bersemayam 360 sendi yang setiap harinya harus disedekahkan. Dan sebagai penggantinya adalah shalat dhuha.

Shalat dhuha juga sebagai sebuah pengharapan supaya Allah SWT melimpahkan rahmat dan nikmat, baik fisik maupun materi, sepanjang hari yang kita lalui. ”Allah SWT berfirman, Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas melakukan shalat empat rakaat pada pagi hari, yakni shalat dhuha, niscaya nanti akan Kucukupi kebutuhanmu hingga sore hari.” (HR Hakim dan Tabrani).

KHAZANAH REPUBLIKA

Semakin Terlihat Kecil Bermakna Semakin Tinggi

PERBINCANGAN tentang kemunculan bintang Tsuraya sangat ramai terbaca dan terdengar. Wabah virus kali ini memaksa manusia mencari dalil pembenar kapan pandemi corona ini akan berakhir.

Ketemulah hadits yang menyatakan bahwa jika bintang (Tsuraya) telah terbit, maka wabah akan terangkat hilang. Terlepas dari perdebatan tentang apa makna wabah (‘ahat) dalam hadits ini, hadits ini tetap memberikan harapan besar bagi semua yang berharap wabah ini segera selesai.

Mesin pencarian Google mencatat kenaikan signifikan pada pencarian kata “bintang tsuraya.” Bintang yang mana dan kapan muculnya? Google menjelaskan bahwa dalam dunia ilmu antariksa ia disebut Pleiades. Di Indonesia ia kenal dengan bintang Kartika. Kemunculannya adalah pertanda masuknya musim panas. Ahli ilmu Falak menghitung bahwa ia akan terbit sekitar akhir bulan Mei dan terlihat dengan jelas di awal-awal bulan Juni. Saya gak hendak bercerita tentang bagaimana bintang itu. Saya tertarik pada sisi-sisi lainnya yang lebih ringan.

Sudah mulai banyak orang meneropong langit. Ini adalah pertanda bagus. Manusia terlalu fokus pada bumi akhir-akhir ini, lupa bahwa di atas ada langit. Semua benda langit dilihat, diteliti dan difoto lalu di’share.’ Saya termasuk yang menikmati gambar-gambar itu. Ada bintang yang tampak terang sekali dan relatif besar. Ada pula bintang yang terlihat kecil dan jauh sekali.

Teringatlah saya pada kata-kata guru hati saya dahulu saat saya terbiasa jalan-jalan malam hari menyusuri hutan dan pantai. Guru saya, sambil menudingkan tangannya ke bintang-bintang di langit, berkata: “Semakin tiggi posisi bintang, semakin ia terlihat kecil. Namun hakikatnya ia justru lebih besar ketimbang bintang yang tampak besar dan terang.” Lalu beliau diam tak bicara lagi sampai adzan subuh sayup-sayup terdengar.

Iya, benar. Jangan tertipu dengan keterkenalan atau popularitas. Tidak setiap yang terkenal itu adalah yang paling benar dan otoritatif. Tidak setiap yang tak terkenal itu tak benar dan tak layak untuk dihargai serta dihormati. “Tidak semua yang keluar dari dubur ayam yang tak terkenal itu adalah kotoran, bisa jadi ia adalah telur.” Salam, AIM. [*]

Oleh KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Zainadine Johnson, Mualaf yang Terpikat Isi Surat Al Kafirun

REPUBLIKA.CO.ID, Brisbane, Australia, menjadi tempat Zainadine Johnson tahun dilahirkan. Di sana dia tumbuh menjadi bocah yang sangat aktif berolahraga. Olahraga rugby menjadi kesukaannya. Dia bermain dan bergabung bersama temannya di grup Mitchelton.

Keahlian bermain telah mengantarkannya menjadi juara sekolah. Para guru dan teman-teman mengapresiasinya. Tak hanya rugby, Johnson juga gemar berselancar. Badannya tak bisa diam bila melihat ombak berarak di lautan. Dia langsung berdiri di atas papan dan berselancar mengikuti kemana ombak menjilati pantai. Johnson aktif mengunjungi Gereja Prebysteran. Bersama keluarga tercinta, dia selalu menyanyikan pujian di hadapan pastor yang mengkhotbahinya setiap akhir pekan.

Selesai menempuh pendidikan mendekati milenium ketiga, dia pindah ke Sunshine Coast untuk mencari pekerjaan dan menekuni hobinya berselancar. Di sana dia bergaul dengan teman-teman yang gemar hidup hedonistis. Hobi mabuk-mabukan, mengonsumsi narkoba, dan terjebak dalam pergaulan bebas. Yang menyedihkan, ada temannya yang tewas karena overdosis.

Selama mata mengedip, dia selalu ingin dalam keadaan sadar penuh. “Apa iya saya harus mengikuti mereka? sepertinya tidak. Saya punya jalan sendiri,” ujarnya. Dia bertemu calon istrinya, Fernanda Gonzalez, seorang mahasiswa internasional dari Columbia. Mereka menikah pada 1999 dan putra pertama mereka lahir segera setelahnya.

Pada saat itu dia bekerja sebagai konsultan investasi dan keuangan. Dia membantu masyarakat untuk memahami seluk beluk keuangan dan cara pengelolaannya. Ibadah akhir pekan masih terus di jalani. Hingga akhirnya dia terobsesi untuk menjadi manusia suci. Namun dia tidak menemukan cara terbaik.

Kemudian dia mengundang teman-temannya yang Muslim. Mereka berkumpul di rumah untuk bersilaturahim. Johnson kemudian memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya tentang Islam dan segala seluk beluknya. Ketika itu Islam menjadi sasaran fitnah yang luar biasa. Media massa menggambarkannya sebagai agama setan. Penuh dengki dan permusuhan. Namun, gambaran itu sama sekali tak ditemuinya saat berkumpul bersama Muslim.

Dia melihat Muslim adalah sosok yang santun. Mereka melebur dalam kehidupan dan kebersamaan. Johnson menyukai Islam ketika mengetahui agama tersebut tidak memaksa orang lain untuk bersyahadat. “Bagimu agamamu. Bagiku agamaku. Saya suka ajaran yang terdapat dalam surat Al Kafirun itu, ujarnya. .

Peselancar ini juga menghabiskan waktu membaca buku tentang Muhammad dan Islam. Di situ dia terkesan dengan perjuangan Rasulullah yang sangat gigih mendakwahkan tauhid dan menginspirasi kehidupan dunia selama ribuan tahun. Dari situ dia semakin meyakini bahwa Islam adalah jalan hidup yang harus ditempuhnya. Dia pun memutuskan untuk mengunjungi Masjid Lab rador untuk bertemu imam di sana.

photo

Zainadine Johnson kini aktif berdakwah. – (Dok Istimewa)

Saat memasuki masjid, dia melihat orang-orang di dalamnya sangat ramah. Semuanya tersenym “Yang saya ingat tentang masjid adalah semua orang tersenyum, yang sangat berbeda dengan apa yang Anda lihat di TV.” Di sana dia menyatakan kesaksiannya bahwa Allah adalah satusatunya Tuhan dan Muhammad adalah utusan-Nya. Pendamping hidupnya juga telah memeluk Islam.

Memberitahukan tentang keislamannya kepada keluarga bukanlah proses yang mudah. Ibunda Imam Zainadine sebelumnya menyuruhnya memilih agama, tetapi bukan Islam. “Saya ingat itu setelah saya menjadi Muslim. Selama sekitar empat bulan aku tidak memberitahunya,” jelasnya. Namun ibu mengetahui anaknya sudah berubah. Dia pun pada akhirnya mempersilakan Johnson untuk melanjutkan dan memegang keimanan nya.

Pada 2004, dia membawa istri dan keluarga ke Afrika Utara, suatu perubahan besar yang membawa pada suatu perjalanan penemuan. Men jelajahi negara-negara seperti Suriah, Mesir, Yaman, dan bahkan Indonesia, dia melakukan perjalanan, belajar Islam.

Imam Zainadine melakukan perjalanan ke Afrika Utara dan juga Indonesia pada 2004 di mana dia belajar hukum syariah dan belajar bahasa Arab. Dia digambarkan bersama Dr Zakir Naik seorang pengkhotbah Islam dari India.

Tapi kemudian dia teringat rumah masa kecilnya sehingga menggugah hatinya kembali ke Sunshine Coast. “Tempat ini selalu ada di hatiku, aku ingin kembali ke sini dan bekerja dengan komunitas Muslim. Aku punya hubungan dekat dengan Sunshine Coast.” ujar Imam Zainadine.

September 2016 dia kembali ke Sunshine Coast untuk mengambil peran sebagai pemimpin komunitas Muslim. Dia berharap dapat membangun jembatan antara Muslim dan mereka yang menentang agama dan juga kembali di papan selancar.

KHAZANAH REPUBLIKA

Ketika Wanita Berbicara dengan Bukan Mahramnya di Telefon

KETIKA zaman semakin modern, dan cara-cara berkomunikasi semakin banyak, muncullah peertanyaan bagaimana terkait komunikasi seorang wanita dan pria. Hadits mengatakan bahwa, ketika seorang perempuan dan seorang laki-laki berduaan maka yang ketiga adalah syaitan.

Tapi, bagaimana ketika berbicara dengan yang bukan mukhrim melalui telepon?

Tidak mengapa seorang wanita berbicara dengan laki-laki via telepon jika memang ada maslahat yang syar’i, atau ada urusan yang sifatnya mubah seperti bertanya perihal agamanya, atau mungkin bertanya tentang kondisinya sakit ataukah sudah sehat. Hal-hal semacam itu tidaklah mengapa.

Adapun jika berbicaranya adalah bermesra-mesraan yang menimbulkan fitnah (godaan bagi si pria), atau mengajak pada perbuatan bejat (zina), atau sebagai sarana menuju perbuatan yang dimurkai, maka tidak dibolehkan.

Seorang wanita haruslah berhati-hati akan hal ini. Begitu pula dengan si pria perlu juga menjaga diri dari hal semacam ini. Janganlah sampai laki-laki berbicara dengan wanita via telepon untuk tujuan semacam ini, begitu pula si wanita. Bahkan hal semacam ini bisa mengantarkan kepada kerusakan yang banyak dan teramat bahaya.

Adapun jika si wanita tadi berbicara dengan suami dari saudara perempuannya, atau berbicara kepada anak pamannya, ia menanyakan kesehatan mereka, kesehatan anak mereka, kesehatan ayah mereka, atau pada perkara yang ada hajat untuk ditanyakan, atau pada urusan jual beli yang urgent, selama itu tidak mengandung syubhat dan kejelekan maka tidaklah mengapa.

Demikian semoga kita senantiasa berada dalam lindungan Allah dari godaan Syaitan. [][

Sumber: muslimah.or.id/ISLAMPOS


Pelunasan Biaya Haji Reguler Tahap II Diperpanjang Hingga 29 Mei

Jakarta (PHU)–Pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) Reguler tahun 1441H/2020M tahap II dibuka dari 12-20 Mei 2020. Sampai hari terakhir, masih ada 11.537 jemaah yang belum melakukan pelunasan. Dari jumlah itu, ada 7.736 jemaah yang melunasi dengan status cadangan sehingga masih ada sisa kuota sebesar 3.801 orang.

“Karena masih ada sisa kuota haji sebanyak 3.801 jemaah, pelunasan biaya haji tahap II ini kita perpanjang,” terang Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Muhajirin Yanis di Jakarta, Kamis (21/05).

“Perpanjangan berlangsung mulai besok, 22 hingga 29 Mei 2020,” sambungnya.

Menurut Muhajirin, ada tiga kriteria jemaah haji reguler yang berhak melakukan pelunasan. Pertama, jemaah haji yang telah ditetapkan berhak melunasi pada tahap 1 dan 2, namun belum melakukan pelunasan Bipih. 

Kriteria kedua, jemaah haji pendamping lansia dan penggabungan mahram yang sudah terinput ke dalam aplikasi Siskohat, namun belum diusulkan Kanwil Kemenag Provinsi. 

Ketiga, jemaah haji yang teridentifikasi sudah berhaji kurang 10 tahun, namun hasil verifikasinya menyebutkan belum pernah menunaikan ibadah haji atau dari unsur pembimbing KBIHU (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah).

Muhajirin menambahkan, perpanjangan juga dibuka untuk pelunasan Bipih Petugas Haji Daerah (PHD) dan Pembimbing KBIHU. “Sampai penutupan kemarin, masih ada 1.411 kuota PHD dan 101 kuota pembimbing KBIHU yang belum terlunasi,” jelasnya.

Dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19, Muhajirin mengatakan bahwa proses pelunasan Bipih diutamakan melalui mekanisme tanpa tatap muka atau non teller. “Kanwil Kemenag Provinsi dan Kankemenag Kab/Kota serta BPS Bipih agar lebih intensif menghubungi jemaah haji yang berhak melunasi dan mensosialisasikan kebijakan perpanjangan pelunasan Bipih melalui mekanisma tanpa tatap muka,” tandasnya.

KEMENAG RI

Khutbah Idul Fitri: Sepuluh Orang yang Merugi Saat Idul Fitri

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Jama’ah rahimani wa rahimakumullah, jama’ah yang senantiasa dirahmati dan diberkahi oleh Allah …

Kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita sekalian, sehingga kita bisa merampungkan puasa pada Ramadan kemarin dan hari ini kita bertemu dengan hari raya Idul Fitri, yang moga bawa berkah bagi kita semua.

Shalawat dan salam semoga tercurah pada suri tauladan kita dan menjadi akhir zaman, Nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada istri beliau—Ummahatul Mukminin—dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum, serta yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.  

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Dengan gema takbir, tanda bahwa kita telah menyelesaikan puasa wajib di bulan Ramadan. Moga amal-amal kita diterima, amalan puasa kita diterima,  shalat malam kita diterima, serta sedekah dan kebaikan kita lainnya di bulan Ramadan, dan kita harap bisa istiqamah setelah itu.  

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Di hari Idul Fitri 1440 H, kami ingin menyampaikan khutbah yang cukup sederhana yaitu sepuluh orang yang merugi saat Idul Fitri ini. Siapa saja mereka? Kita berharap, kita tidak termasuk di dalamnya dan selamat dari sifat-sifat jelek yang ada.  

Pertama: Yang belum sadar shalat fardu hingga Idul Fitri

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالكُفْرِ ، تَرْكَ الصَّلاَةِ

Sesungguhnya batas antara seseorang dengan syirik dan kufur itu adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim, no. 82)

Imam Nawawi rahimahullah menyebutkan, “Jika seseorang meninggalkan shalat, maka tidak ada antara dirinya dan kesyirikan itu pembatas, bahkan ia akan terjatuh dalam syirik.” (Syarh Shahih Muslim, 2:64)  

Kedua: Yang belum pernah menginjakkan kakinya di masjid hingga Ramadan usai

Padahal jika kita dalam keadaan sehat, punya penglihatan yang jelas, tidak ada penghalang untuk ke masjid tentu wajib untuk menunaikan shalat berjamaah di masjid.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kedatangan seorang lelaki yang buta. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki seorang penuntun yang menuntunku ke masjid.’ Maka ia meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberinya keringanan sehingga dapat shalat di rumahnya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberinya keringanan tersebut. Namun ketika orang itu berbalik, beliau memanggilnya, lalu berkata kepadanya,

هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلاَةِ ؟

Apakah engkau mendengar panggilan shalat?’ Ia menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda,

فَأجِبْ

Maka penuhilah panggilan azan tersebut.’ (HR. Muslim, no. 503)  

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Ketiga: Yang memikirkan ibadah hanya di bulan Ramadan saja

Di antara salaf, ada yang bernama Bisyr pernah menyatakan,

بِئْسَ القَوْمُ لاَ يَعْرِفُوْنَ اللهَ حَقًّا إِلاَّ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِنَّ الصَّالِحَ الَّذِي يَتَعَبَّدُ وَ يَجْتَهِدُ السَّنَةَ كُلَّهَا

“Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah di bulan Ramadhan saja. Ingat, orang yang shalih yang sejati adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh sepanjang tahun.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 390)

Kita diperintahkan itu sampai mati, bukan hanya di bulan Ramadan saja, bukan hanya Ramadoniyyun saja.

Allah Ta’ala perintahkan,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu kematian.” (QS. Al-Hijr: 99).  

Keempat: Yang merugi tidak mendapatkan lailatul qadar, hanya memikirkan persiapan lebaran saja dengan berada di mall-mall

Ada yang malam ke-27 Ramadan malah satu keluarga jalan-jalan ke mall di saat masjid-masjid penuh dengan orang yang iktikaf. Mereka yang di masjid sibuk mencari Lailatul Qadar, karena Lailatul Qadar di masa Nabi pernah terjadi di malam ke-27. Apa kerugiannya?

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari, no. 1901)

Keutamaan seperti ini juga rugi tidak ia dapatkan,

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadar: 3).  

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Kelima: Menuruti anak dalam perkara maksiat untuk memeriahkan Idul Fitri

Ada yang menuruti anak dalam hal maksiat seperti memberikan alat musik, petasan, dan hal-hal mudarat serta haram lainnya. Dari sisi petasan untuk memeriahkan hari raya, di dalamnya tak ada manfaat sama sekali. Yang ada hanya suara bising yang mengganggu orang lain. Dalam ajaran Islam yang dituntunkan adalah seperti disebutkan dalam hadits,

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Seorang muslim adalah seseorang yang lisan dan tangannya tidak mengganggu orang lain.” (HR. Bukhari, no. 10 dan Muslim, no. 41).

Bermain petasan sama saja dengan membakar uang. Perbuatan ini termasuk tabdzir (menyalurkan harta untuk tujuan yang haram). Tabdzir itu termasuk mengikuti langkah setan sebagaimana disebutkan dalam ayat,

وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan.” (QS. Al Isro’: 26-27).  

Keenam: Sudah mampu dengan memenuhi syarat zakat, namun pelit untuk berzakat

Harusnya seorang muslim tidak takut hartanya berkurang karena zakat dan sedekah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallampernah menyemangati Bilal untuk bersedekah,

أَنْفِقْ بِلاَل ! وَ لاَ تَخْشَ مِنْ ذِيْ العَرْشِ إِقْلاَلاً

Berinfaklah wahai Bilal! Janganlah takut hartamu itu berkurang karena ada Allah yang memiliki ‘Arsy (Yang Maha Mencukupi).” (HR. Al-Bazzar dan Ath-Thabrani dalam Al-Kabir. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih. Lihat Shahihul Jaami’, no. 1512)  

Ketujuh: Sibuk meminta maaf pada manusia, namun tak peduli dosanya pada Ar-Razzaq (Yang Maha Memberi Rezeki)

Banyak yang saat Idul Fitri minta maaf kepada manusia, namun tak pernah ia meminta maaf kepada Allah. Ia terus saja meninggalkan shalat, atau shalatnya bolong-bolong dan itu berlanjut hingga Ramadan, kemudian berlanjut bada Ramadan. Seharusnya kita segera bertaubat. Dosa terkait hak Allah harusnya kita dahulukan untuk mendapatkan maaf dan ampunan Allah. Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 135)  

Kedelapan: Sudah sampai bulan Ramadan, tak kunjung pula menikah atau menikahkan putrinya padahal sudah wajib untuk menikah

Hatim Al-Asham berkata, “Ketergesa-gesaan biasa dikatakan dari setan kecuali dalam lima perkara, (di antaranya): menikahkan seorang gadis jika sudah bertemu jodohnya.” (Hilyah Al-Auliya’, 8:78)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ

Jika ada yang engkau ridhai agama dan akhlaknya datang untuk melamar, maka nikahkanlah dia. Jika tidak, maka akan terjadi musibah di muka bumi dan mafsadat yang besar.” (HR. Tirmidzi, no. 1084 dan Ibnu Majah, no. 1967. Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ Al-Ghalil, no. 1868 menyatakan bahwa hadits ini hasan).  

Kesembilan: Membahagiakan teman dengan maksiat seperti mengajak mabuk-mabukkan

Yang tepat adalah membahagiakan orang lain dengan mendukung dalam hal ibadah atau minimal perkara mubah, bukan dalam maksiat. Bagaimana caranya? Yaitu bisa dengan membantu urusannya, bisa dengan bersedekah untuknya, bisa dengan memberi hadiah, dan semacamnya.

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ

Siapa yang biasa membantu hajat saudaranya, maka Allah akan senantiasa menolongnya dalam hajatnya.” (HR. Bukhari no. 6951 dan Muslim no. 2580).  

Kesepuluh: Masih muda hanya memikirkan kesenangan, tanpa memikirkan ibadah sama sekali, malah seringnya durhaka pada orang tua

Dari Abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ

Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi, no. 2417, dari Abi Barzah Al-Aslami. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).  

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Padahal bulan Ramadan itu penuh ampunan dan rahmat, sehingga jika keluar dari Ramadan, keadaan seharusnya adalah mendapatkan banyak ampunan lewat amalan puasa, shalat tarawih, shalat pada malam lailatul qadar, dan membayar zakat fitrah. Qatadah mengatakan, “Siapa saja yang tidak diampuni di bulan Ramadhan, maka sungguh di hari lain ia pun akan sulit diampuni.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 370-371)

Ulama salaf mengatakan kepada sebagian saudaranya ketika melaksanakan shalat Id di tanah lapang, “Hari ini suatu kaum telah kembali dalam keadaan sebagaimana ibu mereka melahirkan mereka.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 366)

Apa yang harus kita lakukan bada Ramadan adalah berusaha istiqamah, berdoa agar amal kita diterima, dan berharap agar bisa lagi berjumpa dengan Ramadan berikutnya.

Sebagian ulama sampai-sampai mengatakan, “Para salaf biasa memohon kepada Allah selama enam bulan agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Kemudian enam bulan sisanya, mereka memohon kepada Allah agar amalan mereka diterima.”  

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Demikian khutbah pertama ini.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَنَا مُحَمَّدٌ عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم  تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم

عِيْدُكُمْ مُبَارَكٌ وَعَسَاكُمْ مِنَ العَائِدِيْنَ وَالفَائِزِيْنَ

كُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.


Naskah Khutbah Idul Fitri, 1 Syawal 1440 H @ Lapangan Parkir Pesantren Darush Sholihin Warak Girisekar Panggang Gunungkidul

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/20603-khutbah-idul-fitri-sepuluh-orang-yang-merugi-saat-idul-fitri.html

Khutbah Idul Fitri 1441 H: Menggali Hikmah Dibalik Musibah

Ketua PP Muhammadiyah menyampaikan khutbah Idul Fitri.

Oleh: Prof Dr H Dadang Kahmad, Ketua PP Muhammadiyah

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْـحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ . وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ  نَبِيِّنَا مُحَمَّد وَعَلَى اَلِهَ وَ اَصْحَبِهَ وَمَنْ وَّالَاهُ اَمَّا بّعْدُ فَيَاعِبَدَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَأِيَّايَ بِتَقْوَى االلهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ   قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ  

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ لآأِلهَ اِلَّااللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ.اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ .اللهُ اَكْبَرُكَبِيْرًا وَالْحَمْدُاِللهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةَوَّاَصِيْلًا

Hadirin kaum Muslimin yang berbahagia, marilah kita panjatkan puji syukur ke Hadhirot Allah SWT, atas limpahan karunia-Nya yang tiada terhingga kita bisa berkumpul bersama, bersimpuh dihadapan Nya merayakan  iedul fitri, 1 Syawal 1441 H. Kita merayakan Iedul Fithri dalam suasana keprihatinan karena masih merebaknya wabah covid-19 di tengah tengah kita semua. Tapi walaupun demikian kita hendaknya tetap bersyukur atas segala karunia Allah SWT,   Kita bersyukur karena masih diberi kesempatan hidup sampai detik ini, masih sehat wal afiat., masih bisa beraktifitas melaksanakan ibadah dan bersilaturahmi bersama keluarga dan handai tolan.

Sudah lebih  dari dua bulan sejak ditetapkanya negara kita dalam keadaan darurat corona dan kita  merasakan suasana keprihatinan yang luar biasa atas apa yang kita lihat maupun apa yang kita dengar serta kita rasakan. Sesuai dengan protocol kesehatan yang dikeluarkan oleh pemerintah di awal bulan maret, kita berusaha  menjaga diri dan orang lain dari ketularan virus yang berbahaya itu,  yaitu dengan mengadakan jarak social dan tinggal di rumah masing masing sampai masa darurat  selesai. Kita merasakan segala  kegiatan kita  terbatas,  sehingga ekonomi, pergaulan maupun melaksanakan peribadahan juga tidak bisa leluasa sebagaimana biasa.

Walaupun dalam keadaan terbatas, kita tetap melaksanakan ibadah dengan mengikuti tatacara yang ada dalam surat edaran PP Muhammadiyah yaitu kita  beribadah shalat di rumah saja. Karena selama darurat pandemic copid-19  dilarang untuk mengikuti peribadahan yang melibatkan banyak orang, makanya  dianjurkan untuk beribadah di rumah dengan tetap berjamaah bersama anggota keluarga yang terbatas. Termasuk pelaksanaan shalat iedul fitri seperti  yang kita lakukan sekarang ini. 

Hadirin yang berbahagia,

Dalam agama Islam diajarkan bahwa di setiap musibah  yang menimpa manusia ada hikmah kebaikan yang tersimpan di dalamnya. Sesuatu yang menimpa manusia baik suka  maupun duka tentu mempunyai  hikmah yang dapat diambil pelajaran bagi orang orang sabar dan beriman kepada Allah SWT. Sebagaimana maksud yang tercantum dalam   Firman Allah  dalam Surat Al Baqarah 216,

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖ – ٢١٦

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216).

Oleh karena itu dalam menghadapi  musibah  wabah yang sedang melanda dunia sekarang walaupun  dirasakan  tidak menyenangkan, atau sesuatu yang dianggap buruk dan kebanyakan orang membencinya bahkan banyak yang stress karenanya dan  semua  berharap wabah ini cepat berlalu  dan bisa hidup normal kembali tentu ada hikmah yang besar jika bagi orang orang yang pandai mengambilnya. Berdasarkan kepada makna firman Allah dalam surat al Baqoroh 216 di atas, maka optimisme akan muncul dan  harapan baik akan kita dapatkan. Kita yakin  di balik musibah yang sangat memilukan ini ada beberapa pelajaran positif yang dapat kita gali sebagai ibrah bagi kita semua.

Pelajaran pertama, adalah kita merasakan makin dekat  dengan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang selama ini mungkin agak  terabaikan oleh kesibukan duniawi kita. Musibah  yang terjadi  sebagai peringatan dari Allah kepada manusia supaya mereka  kembali kepada kebenaran yang diajarkan Allah SWT. Dalam Al Quran Surat Arum 41 maupun Sajdah 21 Allah SWT menyatakan bahwa setiap musibah adalah peringatan kepada Manusia supaya mereka kembali. Kedua ayat tersebut di akhiri dengan kalimat “la’alahum yarjiun” yang artinya: supaya mereka kembali.

Saya sebut musibah pandemic Covid-19  sekarang sebagai peringatan kepada manusia. Sebab kehidupan manusia akhir akhir ini sungguh  sudah keterlaluan jika diukur dari ketentuan Allah SWT. Mereka sudah menjauhkan dirinya dari Tuhan bahkan melupakan-Nya. Dengan kemampuan manusia yang luar biasa  dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan mereka sombong dan meremehkan kekuasaan Tuhan. Karena kemampuan akal yang luarbiasa tersebut, kepercayaan kepada Tuhan semakin menipis bahkan mungkin sudah hilang sama sekali.

Jika kepercayaan kepada Tuhan sudah hilang, maka otomatis manusia tidak mengakui agama sebagai aturan Tuhan. Mereka  ciptakan sendiri aturan dan hukum menurut kebutuhan mereka sehingga timbul keadaan yang tidak singkron dengan hukum Allah.  Merebaknya kebohongan, melegalkan LGBT, kawin sesame jenis, hidup bersama di luar nikah serta menumpuk kekayaan dengan segala cara tanpa mengindahkan kemanusiaan serta berbagai penyimpangan lain dari kehidupan individu mereka.

Tetapi dengan munculnya wabah dan musibah, semua menjadi kalang kabut. Kesombongan yang mereka banggakan dalam kekuasaan politik, kekuatan ekonomi, kekuatan ilmu pengetahuan, hampir tidak berdaya. Tidak ada satu kekuasaan pun yang bisa menahan sakit dan kematian. Tidak ada satupun kekuatan ekonomi yang bisa bertahan. Bisnis yang dibanggakan menjadi lumpuh banyak saudagar bangkrut banyak pabrik yang gulung tikar, pengangguran di mana mana. Begitupun Ilmu pengetahuan tidak berdaya karena sampai hari ini belum ditemukan obat maupun vakcinnya sehingga tingkat kematian masih tetap tinggi. Dalam keadaan seperti itu seharusnya manusia  menyadari kelemahan dan kembali kepada Tuhan.

وَلَنُذِيْقَنَّهُمْ مِّنَ الْعَذَابِ الْاَدْنٰى دُوْنَ الْعَذَابِ الْاَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ – ٢١

Dan Kami bersumpah akan merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat sebelum azab yang lebih besar, mudah-mudahan mereka kembali.”(QS As Sajdah:21)

Pelajaran  yang kedua, adalah  hendaknya manusia semakin menyadari hakekat kehidupan di dunia ini,  harus meyakini bahwa hidup ini sementara, dan akan pulang ke negeri akherat. Dengan banyaknya korban meninggal hendaknya menjadi pelajaran bahwa hidup ini  Allah yang menentukan. Sebagaimana manusia hidup kedunia  atas kehendak dan ketentuan Allah begitu pula kematian atas kehendak dan ketentuan Allah. Atas kehendak Tuhan  manusia  lahir ke dunia dan dan atas kehendak Tuhan  pula kita akan kembali kepadaNya. Kapan dan dimana semua ada ada dalam taqdir Allah SWT

اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ࣖ – ٣٤

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS Lukman :34)

Pelajaran ketiga adalah, hendaknya manusia  semakin punya kepedulian social yang tinggi, memperhatikan sanak saudara, handai tolan dan tetangga. Jika ada yang

kekurangan kita bantu semampu kita. Dengan banyaknya orang kehilangan mata pencaharian otomatis makin banyak orang yang kesusahan untuk makan. Dengan memberi pertolongan pada tetangga yang kesulitan maka makin sempurnalah keimanan kita kepada Allah SWT. “Tidak beriman seseorang jika dirinya kenyang tetapi tetangganya tidak bisa tidur karena kelaparan”. Murah hati adalah karakter orang orang sholeh terdahulu dan merupakan akhlak mulia yang terpuji. Dirahmati hidupnya diberkahi hartanya dan dimuliakan kedudukanya.

وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (At-Taghabun:16)

Selanjutnya kebaikan yang ada di balik musibah ini ialah, kedekatan hati dengan keluarga. Kalau dulu kita jarang tinggal di rumah karena aktifitas yang sangat tinggi, sekarang setiap waktu kita tinggal di rumah. Bercengkrama bersendagurau serta saling melepaskan kasih sayang diantara anggota keluarga. Keluarga adalah tiangnya masyarakat, jika keluarga buruk maka masyarakatpun buruk. Membangun masyarakat dimuali dengan membangun keluarga. Kasih sayang dan pendidkan keluarga sangatlah penting. Banyaknya kejahatan dan penyimpangan dalam masyarakat disebabkan oleh keadaan keluarga kurang baik, hubungan antar anggotanya tidak berdasarkan kasih sayang yang tulus tetapi  berdasarkan keuntungan duniawi. Maka dengan adanya kumpul bersama dan lebih intent menimbulkan kedekatan antara orang tua dengan anak. Secara psikologis akan menyebabkan pertumbuhan mental dan ruhani anak yang baik, sehingga penjagaan keluarga sebagaimana yang dikehendaki Allah akan terwujud.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ – ٦

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Attahrim:6)

Maka  untuk menyikapi musibah ini tetap tenang, waspada, ikuti protocol kesehatan dari pada ahli  dan tidak berhenti berdoa kepada Allah SWT dengan doa yang tulus dan bertawakal dalam kesabaran.

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ – ٤٥ الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ وَاَنَّهُمْ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ ࣖ – ٤٦

 Dan mintalah pertolongan ( kepada ) Allah dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhhya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang  khusu’ , ( yaitu ) orang-orang yang menyakini , bahwa mereka akan menemui Robb-nya dan bahwa mereka akan kembali kepad-Nya ” ( QS Al Baqarah : 45 -46 )

Kaum Muslimin yang berbahagia,

Selamat iedul Fitri 1441 semoga Allah terus menjaga kita memberi keselamatan dan kesehatan. Mohon maaf lahir bathin.

Akhirnya marilah kita memanjatkan do’a kehadirat Allah SWT. Mudah mudahan Allah berkenan mengabulkan doa kita.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،

Allahuma Ya Allah Yang Maha Kuasa, pada hari ini kami berkumpul di lapangan ini, untuk melaksanakan perintah-Mu. Kami melakukan ini untuk melampiaskan rasa syukur kami kepadamu, menyatakan rasa bahagia kami atas perjuangan kami selama ini. Terimalah segala amal kami. Ampunilah segala dosa kami, dosa ibu bapa kami, dosa keluarga kami, dosa kaum muslimin muslimat yang hidup maupun yang telah wafat.

Ya Allah kemaren waktu shaum di bulan romadhan, kami tinggalkan harta halal tidak kami dimakan, Istri yang syah tidak kami jamah di siang hari, semuanya  hanyalah mengejar ridho Mu, mengharap ampunan Mu, membersihkan kotoran jiwa yang mengganggu. Terimalah pengorbanan kami ya Allah, gantilah dengan ridho Mu, ampunan Mu dan surga Mu.  

Ya Allah engkau tahu, negeri kami dihuni oleh sembilan puluh persen umat Islam yang selalu mengagungkan asmamu, menjaga agamamu, jangan timpakan kepada kami ujian dan musibah yang berat  akibat kesalahan dan keserakahan para pemimpin kami. ampunilah kami, hindarkanlah kami dari wabah virus corola dan segala penyakit yang berbahaya  jadikanlah negeri kami, negeri yang aman sentosa berilah penduduknya rizki dari buah-buahan terutama orang yang beriman kepadamu dan hari akhirmu.

Ya Allah, hajat kami kepada-Mu begitu  banyak, hanya Engkaulah Yang Mengetahui seluruh hajat dan kebutuhan kami. Kami memohon kepada-Mu ya karim, sepanjang hajat dan kebutuhan kami ini baik menurutmu, dan memberi kemaslahatan dunia dan akhirat bagi kami, maka penuhilah hajat dan kebutuhan kami ini, juga hajat dan kebutuhan istri, keluarga, orang tua, dan saudara serta sahabat kami.

Ya Allah, tiada tempat berharap bagi kami selain kepada-Mu, tiada tempat bergantung bagi kami, selain Engkaulah tempat kembali kami. Penuhilah seluruh harapan kami, kabulkan seluruh pinta dan keinginan kami. Sungguh Engkau tidak pernah mengingkari janji-janji-Mu

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Sumber: https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/05/18/khutbah-idul-fitri-1441-h-menggali-hikmah-dibalik-musibah-wabah/


Panduan bagi Imam Shalat Idul Fitri di Tengah Pandemi Covid-19

PANDEMI Covid-19 telah mengubah agenda bergama kegiatan di seluruh dunia. Kegiatan ibadah pun terkena imbasnya. Masjid-masjid telah ditutup mengikuti aturan karantina atau penguncian wilayah masing-masing. Kegiatan ibadah yang biasanya dilakukan secara berjamaah pun ditiadakan selama pandemi ini.

Begitu pun pada Ramadhan kali ini yang bertepatan dengan kondisi pandemi Covid-19, shalat jumat, shalat tarawih, bahkan shalat Idul Fitri, yang biasa dilaksanakan di masjid atau lapangan, kini semuanya dikerjakan di rumah saja. Di Indonesia, keputusan mengenai pelaksanaan ibadah di situasi pandemi ini telah ditetapkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui fatwa-fatwa terkait. 

Situasi ibadah di rumah saja ini membuat banyak kepala keluarga mendadak jadi imam shalat. Bagi yang sudah biasa, mungkin tidak masalah, bagaimana dengan yang awam? 

Jika shalat wajib sudah tak asing, tarawih pun tak jauh berbeda dengan itu. Namun, shalat Idul Fitri punya sedikit perbedaan dari shalat sunah lainnya. Selain ada khotbah, pada shalat Idul Fitri juga ada gerakan takbir yang berulang. Imam shalat Idul Fitri ini biasanya bukan sembarang orang. Lalu, bagaimana jika shalat ini dikerjakan di rumah saja dan salah satu diantara anggota keluarga ‘mau tidak mau’ harus jadi imamnya?

Bagi yang tidak terbiasa, mengimami istri, anak apalagi ada mertua, mungkin saja bikin grogi. Tapi, jangan bingung, ada tuntunan shalat Idul Fitri yang bisa dipelajari, termasuk panduan bagi imamnya.

Berikut ini penjelasannya:

1. Shalat Idul Fitri

Hukumnya

Sunah Muakkadah; sunah yang sangat dianjurkan, kesempatan satu kali dalam satu tahun jangan Anda lewatkan. Bahkan Nabi menyuruh warga muslim Madinah laki-laki & perempuan untuk keluar rumah, sholat id dan merayakan lebaran.

Waktunya

1. Waktu shalat Idul Fitri sama dengan sholat dhuha, dilaksanakan di pagi hari mulai terbit matahari, hingga waktu paling akhir adalah saat zawal (masuk waktu dzuhur).

2. Lebih utama dilakukan di awal waktu saat masuk waktu terbit matahari.

Tata caranya

1. Jumlah rakaat shalat Id adalah 2 rakaat, tetapi ada pengulangan takbir di setiap awal rakaatnya.

2. Saat jadi imam shalat Idul Fitri bacalah dengan terang (jahar) seperti pada saat shalat Jum’at.

3. Niat jika menjadi imam;

اُصَلِّى سُنَّةً لِعِْيدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ اِمَاماً ِلِله تعالى

Usholli sunnatal li iedil fitri rok’ataini imaman lillahi ta’la

“Saya niat shalat sunah idul fitri dua rakaat menjadi imam karena Allah Ta’la”

4. Rakaat pertama, takbir 7 kali (setelah takbiratul Ihram). Sunah membaca doa iftitah setelah takbiratul ihram. Kemudian baru dilanjutkan 7 kali takbir.

الله اَكْبَرُ

Allahu akbar….7x. Di sela bacaan takbir 7x di atas, bacalah;

سُبْحَانَ اللهِ وَالحَمْدُ للهِ وَلاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهَ واللهُ اَكْبَرْ

Subhanallah walhamdulillah walailaha illallah wallahuakbar

Setelah takbir, di lanjutkan baca Al Fatihan, kemudian baca sebagian ayat Alquran dan berlanjut seperti shalat pada umumnya.

5. Rakaat ke dua diawali dengan takbir 5 kali.

Di sela takbir membaca:

سُبْحَانَ اللهِ وَالحَمْدُ للهِ وَلاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهَ واللهُ اَكْبَرْ

Subhanallah walhamdulillah walailaha illallah wallahuakbar.

Setelah takbir di lanjutkan baca Al Fatihah, ayat/surat seperti sholat pada umumnya hingga tahiyyat & salam.

6. Khusus bagi imam, setelah selesai shalat, maka diharuskan menyampaikan khotbah

2. Khotbah shalat Id

Hukumnya

Hukum khotbah idul fitri adalah sunah. Jika shalat Idul Fitri sendirian bagi musafir, dalam kondisi sakit atau adanya anjuran di rumah aja, maka cukup shalat di rumah saja, jika tidak memungkinkan adanya khotbah Id, ini tidak jadi masalah. Ini mengacu pada pendapat mayoritas ulama di antaranya pendapat Imam Nawawi dari madzhab Syafi’e.

Waktunya

Khotbah idul fitri dilakukan setelah shalat (Shalat dulu baru khotbah), berbeda dengan sholat Jum’at yang khotbah terlebih dahulu baru shalat.

Tata caranya

Cara khotbah Shalat Idul Fitri seperti khotbah shalat Jum’at.

1. Baca hamdalah

2. Baca sholawat

3. Baca ayat

4. Memberi nasehat baik

5. Berdoa

Contohnya 

Assalamu alaikum, Wr. Wb

Allahu akbar 3x

Alhamdu lillahi robbil alamin

Wassholatu wassalamu ala sayyidina Muhammad wa alihi wa shohbihi ajma’in

Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

yaa ayyuhaa alladziina aamanuu ittaquu allaaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illaa wa-antum muslimuuna

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS. Ali ‘Imran: 102)

Saudara ku, (jika di rumah bisa juga menyebut: ‘Anak istri ku yang ku cintai..’)

Jadilah dirimu orang yang bertakwa….. (dan seterusnya)

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

rabbanā ātinā fid-dun-yā ḥasanataw wa fil-ākhirati ḥasanataw wa qinā ‘ażāban-nār

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.

الله اكبر الله اكبر الله اكبر

لااله الا الله اكبر

الله اكبر ولله الحمد

Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar, laa ilaaha illallahu waallaahu akbar, Allaahu akbar walillaahil hamd.

“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dan segala puji hanya untuk Allah.”

Kaifiat ini dirangkum berdasarkan ringkasan yang disusun Tim Penyusun Ikatan Sarjana Qur’an Hadits Indonesia: Fauzan Amin (Ketum ISQH), Yazid Mubarok (Wakil), dan Ahmad Aminuddin (Sekjend). []

SUMBER: OKEZONE/ISLAMPOS




Kapan Takbiran Idul Fitri?

Para ulama berbeda pendapat, kapan dimulai takbir pada hari raya ‘idul fithri? Sebagian ulama berpendapat bahwa takbir dimulai dari sempurnanya jumlah bulan Ramadhan, baik dengan melihat hilal, atau menyempurnakan jumlah bulan, sampai imam keluar menuju shalat, dan ini adalah pendapat imam Asy Syafi’i dan lainnya, beliau berkata dalam kitab Al Umm : “Apabila mereka telah melihat hilal, aku suka agar manusia bertakbir, baik secara berjama’ah maupun sendiri-sendiri, di masjid, di pasar, di jalan-jalan, di rumah, baik musafir atau muqim, di setiap keadaan dan di mana saja, dan mereka mengeraskan takbirnya, dan mereka terus bertakbir sampai menuju tempat shalat, sampai keluarnya imam untuk takbir, kemudian berhenti bertakbir”.

Dan pendapat ini di rajihkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, beliau berkata: “Dan takbir (‘idul fithr) dimulai dari semenjak terlihatnya hilal, dan diakhiri dengan selesainya (shalat) ‘id, yaitu selesainya imam dari khutbah atas pendapat yang shahih”.

Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

ولتكملوا العدة ولتكبروا الله على ما هداكم ولعلكم تشكرون

dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”. (QS. Al Baqarah: 185).

Imam Al Mawardi berkata: “Allah memerintahkan bertakbir setelah menyempurnakan puasa, dan itu terjadi ketika matahari tenggelam di malam satu Syawwal, maka ini berkonsekuensi bahwa awal waktu takbir adalah di malam tersebut”.

Sementara imam Malik, imam Ahmad, Al Auza’i dan Ishaq berpendapat bahwa takbir ‘idul fithri dimulai di pagi hari ‘idul fithr, mereka berhujjah dengan hadits ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar di dua ‘id bersama Al Fadhl bin ‘Abbas, Abdullah bin Abbas, Al ‘Abbas, Ali, Ja’far, Al Hasan dan Al Husain, Usamah bin Zaid, Zaid bin Haritsah dan Aiman bin Ummi Aiman dengan mengeraskan suara mengucapkan tahlil dan takbir, beliau mengambil jalan Al Haddadin hingga sampai lapangan tempat shalat, apabila telah selesai beliau kembali dari jalan Al Hadzain hingga sampai rumahnya” (HR ibnu Khuzaimah).

Namun di dalam sanadnya terdapat perawi yang lemah yang bernama Abdullah bin Umar al ‘Umari, akan tetapi hadits ini dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah, karena dikuatkan oleh mursal Az Zuhri bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar pada hari ‘idul fithri bertakbir sampai mendatangi tempat shalat dan sampai selesai shalat, apabila telah selesai shalat, beliau menghentikan takbir. Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah (no 5620).

Namun bila kita perhatikan, mursal Az Zuhri ini tidak dapat menguatkan riwayat diatas, karena ia berasal dari periwayatan ibnu Abi Dziib dari Az Zuhri, Yahya bin ma’in menganggapnya lemah, beliau berkata: “Mereka melemahkan dia (Ibnu Abi Dziib) dalam riwayatnya dari Az Zuhri”. (Syarah ‘ilal at Tirmidzi, 2/673).

Dan yang menunjukkan kelemahannya juga, hadits ini diriwayatkan dengan wajah yang berbeda, terkadang di marfu’kan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, terkadang dinisbatkan kepada orang-orang, dan terkadang dinisbatkan kepada perkataan Az Zuhri, sehingga terjadi keguncangan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Syaikh Abul Hasan Al Maribi.

Jadi, dalil pendapat ini juga lemah, tidak bisa dijadikan hujjah. Namun bila kita melihat dari praktek salafushalih dalam riwayat-riwayat yang shahih, menunjukkan bahwa mereka memulai takbir dari semenjak keluar rumah sampai selesai shalat, seperti atsar Ibnu Umar. Dan ini yang penulis condong kepadanya, namun kita pun tidak menganggap sesat orang yang melakukan takbir di malam hari, karena tidak adanya nash dalam masalah ini. Wallahu a’lam.

***

Sumber: channel Al Fawaid

Penulis: Ust. Badrusalam Lc.

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/28317-kapan-takbiran-idul-fithri.html