Hukum Budidaya Larva BSF untuk Pakan

Bagaimana hukum budidaya larva lalat jenis BSF (black soldier flies) – lalat tentara hitam? Larva ini digunakan untuk pakan ternak atau ikan. Mohon pencerahannya?

Jawab:

Bismillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Berbicara budidaya berarti berbicara mengenai pemanfaatan. Selama hewan itu memiliki sisi manfaat yang mubah dan bukan termasuk benda najis, maka boleh diperjualbelikan dan termasuk juga boleh dibudidayakan.

Lalat dan serangga-serangga kecil lainnya (al-Hasyarat) termasuk di antara binatang yang haram untuk dikonsumsi manusia.

An-Nawawi menyebutkan,

وأما الحشرات فكلها مستخبثة وكلها محرمة سوى ما يدرج منها وما يطير

Semua serangga adalah hewan menjijikkan dan semuanya haram kecuali yang loncat dan terbang (belalang). (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, 9/15)

Hanya saja, hewan ini tidak najis, baik ketika masih hidup maupun ketika jadi bangkai. Dan ini merupakan pendapat Jumhur ulama. Karena serangga termasuk binatang yang tidak memiliki sistem transportasi darah merah (laisa lahuu nafsun sailah).

Ibnu Qudamah mengatakan,

كل ما ليس له دم سائل، كالذي ذكره الخرقي من الحيوان البري، أو حيوان البحر، منه العلق، والديدان، والسرطان، ونحوها، لا يتنجس بالموت، ولا يتنجس الماء إذا مات فيه، في قول عامة الفقهاء؛ قال ابن المنذر: لا أعلم في ذلك خلافا، إلا ما كان من أحد قولي الشافعي

Semua binatang yang tidak memiliki sistem transportasi darah merah, seperti beberapa hewan darat dan laut yang disebutkan oleh al-Khiraqi, di antaranya lintah, ulat, kepiting, atau semisalnya. Tidak najis ketika jadi bangkai, dan air yang terkena bangkai ini juga tidak najis. Demikian menurut pendapat jumhur ulama. Ibnul Mundzir mengatakan, “Saya tidak mengetahui adanya perbedaan dalam masalah ini, selain salah satu pendapat Imam as-Syafi’i.” (al-Mughni, 1/68).

Dalil yang menguatkan pendapat jumhur adalah hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِى شَرَابِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ ، ثُمَّ لِيَنْزِعْهُ ، فَإِنَّ فِى إِحْدَى جَنَاحَيْهِ دَاءً وَالأُخْرَى شِفَاءً

Apabila ada lalat yang masuk ke minuman kalian maka hendaknya dia mencelupkannya, kemudian buang lalat itu. Karena di salah satu sayapnya ada obat, sementara di sayap yang lain ada penyakit. (HR. Bukhari 3320 dan yang lainnya)

Andaikan lalat yang hinggap di air itu najis, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memerintahkan untuk dicelupkan terlebih dahulu, namun seharusnya langsung dibuang. Karena air yang najis tidak bisa dimanfaatkan apalagi diminum.

Selanjutnya, apakah larva seperti yang disebutkan dalam pertanyaan, halal diperjualbelikan?

Kaidah dalam masalah objek jual beli adalah mengikuti prinsip halal manfaat. Terdapat kaidah yang menyatakan,

كُلُّ مَا صَحَّ نَفْعُهُ صَحَّ بَيعُهُ إِلَّا بِدَلِيلٍ

Semua yang boleh dimanfaatkan, boleh diperjualbelikan kecuali jika ada dalil.

Allah ciptakan bumi dan isinya untuk dimanfaatkan manusia. Allah berfirman,

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS. al-Jatsiyah: 13)

Dalam Ensiklopedi Fiqh dinyatakan,

اتفق الفقهاء على عدم جواز بيع الحشرات التي لا نفع فيها، إذ يشترط في المبيع أن يكون منتفعا به، فلا يجوز بيع الفئران، والحيات والعقارب، والخنافس، والنمل ونحوها، إذ لا نفع فيها يقابل بالمال

Ulama sepakat, tidak boleh menjual serangga yang sama sekali tidak ada manfaatnya. Karena syarat barang yang dijual, harus memiliki manfaat. Sehingga tidak boleh menjual tikus, ular, kalajengking, kumbang ampal, semut, dan seterusnya. Karena hewan-hewan ini tidak memiliki manfaat yang senilai dengan harta.

أما إذا وجد من الحشرات ما فيه منفعة، فإنه يجوز بيعه كدود القز، حيث يخرج منه الحرير الذي هو أفخر الملابس، والنحل حيث ينتج العسل

Sementara hewan kecil yang punya manfaat, boleh dijual, seperti ulat sutra, yang bisa menghasilkan sutra, kain termahal. Atau lebah yang bisa menghasilkan madu.

وقد نص الحنفية والشافعية والحنابلة على جواز بيع دود العلق، لحاجة الناس إليه للتداوي بمصه الدم … وقال الحنابلة: بجواز بيع الديدان لصيد السمك.

Hanafiyah, Syafiiyah, dan Hambali mengatakan bolehnya menjual lintah, karena orang butuh untuk pengobatan dengan menghisap darah… ulama Hambali menegaskan, boleh menjual ulat untuk umpan mancing ikan.

Terdapat kaidah umum yang disampaikan al-Hashkafi tentang jual beli hasyarat (hewan kecil),

وقد وضع الحصكفي من الحنفية ضابطا لبيع الحشرات، فقال: إن جواز البيع يدور مع حل الانتفاع

Al-Hashkafi – ulama Hanafiyah – membuat batasan untuk jual beli hasyarat. Dia menyatakan, “Boleh menjual hasyarat kembali pada adanya unsur manfaat.” (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 17/280 – 281).

Ibnu Qudamah pernah menyinggung khilaf ulama mengenai jual beli ulat untuk mancing.
Beliau mengatakan,

في بيع العلق التي ينتفع بها، مثل التي تعلق على وجه صاحب الكلف، فتمص الدم، والديدان التي تترك في الشص، فيصاد بها السمك، وجهان؛ أصحهما جواز بيعها؛ لحصول نفعها، فهي كالسمك

Mengenai jual beli lintah yang bisa dimanfaatkan, seperti digunakan untuk terapi orang yang terkena jerawat, agar disedot darahnya. Atau ulat yang ditaruh di perangkap untuk menangkap ikan, di sana ada 2 pendapat dalam madzhab Hambali. Pendapat yang benar, boleh diperjual-belikan karena ada manfaatnya, sehingga statusnya sebagaimana ikan. (al-Mughni, 4/327).

Jika kita telah mendapat kesimpulan bahwa hukum jual beli serangga semacam ini dibolehkan, karena memiliki manfaat yang mubah, maka hukum budidaya serangga ini juga dibolehkan. Hanya saja, tidak boleh dikonsumsi manusia.

Demikian.

Allahu a’lam.

Dijawab oleh: Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

KONSULTASI SYARIAH

Rasulullah, Pemimpin Terbesar Sepanjang Masa

Berbagai penghinaan itu sebenarnya bukan sesuatu yang mengejutkan, sebab Allah Swt telah menjelaskannya di dalam Al-Qur’an

JUDUL  Prestisius tersebut pernah menghiasi sampul depan majalah kenamaan TIME pada tanggal 15 Juli 1974. Dalam edisi tersebut, terdapat sejumlah artikel yang bertema “Apa yang membuat seseorang menjadi pemimpin besar?”, “Sepanjang sejarah, siapa yang berkualitas sebagai pemimpin besar?” dan tema-tema lain seputar hal tersebut.

Majalah tersebut mewawancarai sejumlah ahli sejarah, penulis, pejabat militer, pelaku bisnis dan beberapa profesi lainnya. Masing-masing narasumber mengajukan nama-nama tokoh pilihannya berdasarkan persepsi mereka.

Dan diantara sebagian besar para penyumbang pendapat dalam wawancara tersebut, ternyata tidak sedikit yang mencantumkan nama Muhammad, sosok yang dicintai segenap kaum Muslim dan sebuah nama yang sudah menjadi rahasia umum selalu dijadikan sasaran fitnah dan pelecehan oleh sebagian besar masyarakat dan media-media barat.

Diantara Narasumber dalam wawancara tersebut adalah William Mc Neill, seorang ahli sejarah berkebangsaan Amerika Serikat dari Chicago University yang mengatakan “Jika Anda mengukur kepemimpinan berdasarkan pengaruhnya, maka Anda akan menyebut Yesus, Buddha, Muhammad, Confucius, sebagai orang-orang suci di dunia..”.

Kemudian ada James Gavin, seorang Purnawirawan Angkatan Darat Amerika Serikat. Dia berkata “Di antara pemimpin-pemimpin yang telah memberikan pengaruh yang besar selama hidupnya, saya mempertimbangkan Muhammad, Yesus, Lenin, Mao. Dan sebagai seorang yang berkualitas sekarang ini saya akan memilih John F. Kennedy.”

Meskipun dia lebih memilih JFK, namun dia tetap berani dengan jujur menyertakan nama Muhammad dalam daftar analisanya. Berikutnya ada seorang Psycoanalis dari Chicago University yang bernama Prof. Jules Masserman.

Berbeda dengan narasumber yang lain, dia tidak terlalu gegabah untuk menyatakan pendapatnya. Dia memberikan dan memaparkan beberapa kualifikasi berdasarkan pengaruh yang terbesar. Dia menginginkan standar yang objektif dalam hal ini.

Dia berkata bahwa “Pemimpin harus memenuhi 3 fungsi.”

Pertama, pemimpin harus menyediakan kesejahteraan bagi orang – orang yang dipimpinnya.

Kedua, pemimpin atau calon pemimpin harus menyediakan suatu organisasi sosial dimana orang – orang akan merasa aman di dalamnya

Ketiga, pemimpin harus menyediakan suatu kepercayaan bagi pengikutnya.  Berdasarkan ketiga standar fungsi tersebut, Masserman mencari dan menganalisa dalam sejarah terhadap Louis, Salk, Pasteur, Gandhi, Confucius, Alexander Agung, Caesar, Hitler, Yesus, Buddha dan beberapa tokoh lainnya. Dia menyimpulkan bahwa orang-orang seperti Salk dan Pasteur adalah pemimpin dalam fungsi pertama.

Tokoh-tokoh seperti Gandhi, Confucius, di satu pihak dan Alexander, Caesar serta Hitler di lain pihak adalah pemimpin yang memenuhi fungsi kedua atau mungkin ketiga. Yesus dan Buddha memenuhi fungsi ketiga. kemudian dia berkata dalam kesimpulan terakhirnya “Mungkin pemimpin yang terbesar sepanjang masa adalah Muhammad yang mengkombinasikan ketiga fungsi di atas dan pada urutan berikutnya adalah Musa”.

Pendapat profesor itu tidak bisa diabaikan dan dianggap sebagai kesimpulan yang tergesa-gesa dan subjektif belaka. Untuk membuktikan betapa objektifnya pendapat Profesor tersebut, kita bisa melihat dan menilai dari objektifitas analisannya dan dari latar belakang kehidupannya.

Meskipun dia seorang Yahudi, yang juga mengabdi pada pemerintah, namun dia tetap gentle menyertakan nama Adolf Hitler dalam daftar analisanya. Bukankah Hitler adalah musuh terbesar bangsanya (Yahudi) yang diklaim telah melakukan Genosida terhadap sekian juta kaum Yahudi.

Dan yang lebih mengejutkan adalah keberaniannya mengumumkan kepada negerinya (Amerika Serikat) yang notabene didominasi oleh sekian juta kaum Nasrani dan Yahudi bahwa bukan Yesus atau Musa, tetapi Muhammadlah pemimpin terbesar sepanjang masa. Bukankah ini sebuah pernyataan yang objektif yang bersumber  dari analisa yang objektif pula.

Selain hasil wawancara yang dilakukan oleh Majalah TIME tersebut, ternyata banyak tokoh-tokoh intelektual Barat maupun Timur yang dengan jujur mengagumi kepribadian nabi kita, Muhammad ﷺ, diantaranya adalah Diwan Chand Sharma, seorang sarjana Hindu yang mengatakan “Muhammad adalah suatu jiwa yang bijaksana dan pengaruhnya dirasakan dan tak akan dilupakan oleh orang-orang di sekitarnya.” [The Prophets Of East, Calcutta 1935, Hal. 122].

Kemudian ada R.V.C. Bodley yang berkata dalam bukunya “Saya ragu apakah ada orang lain yang bisa merubah kondisi manusia begitu besar seperti yang dilakukan oleh Muhammad.” [The Messenger, London 1946, Hal. 9].

Lalu ada lagi George Bernard Shaw yang tentunya tidak asing bagi kita, dia adalah penulis dan sastrawan terkenal dari Inggris, dia pernah berucap “Saya telah mempelajari dia (Muhammad), laki-laki yang luar biasa -dan menurut saya, terlepas dari pemikiran anti Kristen, beliau adalah penyelamat manusia.” [The Genuine Of Islam, Vol.I No.81936].

Pandangan objektif Barat terhadap Nabi Muhammad ﷺ makin diperkuat oleh sebuah buku fenomenal yang terbit pada tahun 1978 di Amerika Serikat yang memuat daftar tokoh-tokoh paling berpengaruh sepanjang masa.  Buku setebal 572 halaman yang ditulis oleh Michael H. Hart ini sangat fenomenal dan mungkin juga kontroversial bagi sebagian pembacanya, terutama di Barat.

Karena penulisnya dengan sangat berani menempatkan nama Muhammad di peringkat pertama dalam daftar tokoh paling berpengaruh sepanjang masa, sedangkan Yesus di urutan ke tiga di bawah Sir Isaac Newton. Dan menempatkan Musa di posisi ke enam belas di bawah Lenin.

Buku yang sempat memicu kegusaran sebagian pembacanya, karena diterbitkan dan dibaca pertama kali di Negeri Paman Sam, negara yang dihuni oleh mayoritas kaum Nasrani dan Yahudi. Namun Hart memiliki alasan tersendiri mengenai hal itu. Dia berkata “Pilihan saya menempatkan Muhammad pada urutan pertama dari daftar Tokoh-tokoh paling berpengaruh mungkin mencengangkan bagi sebagian pembaca dan menjadi pertanyaan besar bagi mereka, tetapi memang sepanjang sejarah hanya beliau satu-satunya orang yang paling berpengaruh baik dalam keagamaan maupun dalam keduniaan.” [Michael H. Hart. Dalam The 100: A Ranking Of The Most Influential Persons In History, New York : Hart Publishing Company, Inc.1978, Hal. 33].

Berbagai pernyataan di atas seolah menjadi oase yang sedikit banyak menyejukkan hati kita yang sudah terlalu sering dibuat gerah oleh berbagai pernyataan-pernyataan yang melecehkan dan berbagai penghinaan yang dilakukan oleh para kaum Islamphobia (terutama Barat).  Mencapai klimaksnya dengan munculnya karikatur Nabi Muhammad ﷺ oleh koran Jyllands Posten Denmark, dan didukung oleh tabloid satire Prancis, Charlie Hebdo.

Dan seperti yang sedang hangat terjadi, penghinaan kepada Nabi Muhammad ﷺ pun kini sedang menjadi trending di dunia Islam setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa Islam sedang mengalami “krisis” di seluruh dunia.

Macron yang merupakan pendukung setia Zionis ‘Israel’ juga mendukung penerbitan kartun yang menghina Nabi Muhammad ﷺ dan menghubungkan Islam dengan terorisme.  Berbagai penghinaan itu sebenarnya bukan sesuatu yang mengejutkan, sebab Allah Swt telah menjelaskannya di dalam Al-Qur’an,

قَدْ بَدَتِ ٱلْبَغْضَآءُ مِنْ أَفْوَٰهِهِمْ وَمَا تُخْفِى صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلْءَايَٰتِ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُون

“Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS. Ali Imron : 118)

Sebagai sunatullah kehidupan di dunia, berbagai penghinaan kepada Islam dan Nabi Muhammad ﷺ akan terus berlanjut hingga akhir zaman nanti.  Artinya hal tersebut tidaklah mengejutkan, sebaliknya yang menjadi ketidak-lumrahan adalah manakala masih banyak umat Islam terlebih para tokohnya memilih diam melihat nabinya dihina sedemikian rupa.

Bahkan yang lebih ironis adalah manakala pembelaan kepada kelompok, ormas, harakah, partai dsj lebih diutamakan dibanding dengan membela nabinya.  Namun dibalik berbagai hujatan kepada Nabi Muhammad ﷺ tersebut harus diakui bahwa masih ada para tokoh Barat yang masih objektif kepada Islam.

Hal itu dibuktikan dengan berbagai pernyataan-pernyataan objektif mereka yang penulis sertakan di awal tulisan ini.  Hal ini juga kian membenarkan Firman Allah  Swt dalam Al-Qur’an, “Dan, Kami tinggikan bagimu sebutan (nama) mu.” [QS. Alam Nasyrah:4].

Nama beliau tetap tinggi di mata kaum beriman dan mereka (non Muslim) yang masih memiliki kejujuran untuk mengakui kepribadian beliau yang sempurna. Adakah sosok pemimpin yang dikagumi sedemikian besar oleh kawan maupun lawan. Terutama di tengah krisis kepemimpinan yang tengah melanda dunia, khususnya Indonesia saat ini.

Sebagai penutup tulisan ini, ada baiknya kita simak pernyataan seorang tokoh Prancis yang menulis sejarah tentang Turki yang menyatakan, “..Ahli Filsafat, Ahli Pidato, Rasul, Pemimpin negara, pejuang, pencetus ide-ide, penemu keyakinan yang rasional, penemu 20 kekaisaran di bumi dan menjadikannya satu kekaisaran spiritual, dia adalah Muhammad. Berdasarkan semua standar kebesaran dan kejayaan yang bisa diukur, kita bisa bertanya, apakah ada orang lain yang lebih besar dari beliau?”  [Lamartine dalam Historie de La Turquie. Paris 1854]. Wallahu A’lam Bis Showab.*

Oleh: Muhammmad Syafii Kudo, Murid Kulliyah Dirosah Islamiyah Pandaan Pasuruan

HIDAYATULLAH



Kedudukan Shalat dalam Islam (Bag. 1)

Sesungguhnya ibadah yang merupakan kewajiban terbesar yang Allah Ta’ala perintahkan kepada hamba-Nya adalah shalat. Shalat adalah tiang agama dan rukun yang paling ditekankan setelah membaca dua kalimat syahadat. Shalat adalah penghubung antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Shalat adalah ibadah pertama kali yang Allah Ta’ala hisab pada hari kiamat. Jika ibadah shalat itu baik, akan baik pula seluruh amal ibadah yang lain. Namun jika ibadah shalat itu jelek, niscaya akan jelek pula seluruh amal ibadah yang lain.

Shalat adalah ibadah yang membedakan antara seorang muslim dan orang kafir

Shalat adalah ibadah yang membedakan antara seorang muslim dan orang kafir. Mendirikan shalat adalah bagian dari iman, sedangkan meninggalkan shalat adalah kekafiran dan perbuatan melampaui batas.

لا دين لمن لا صلاة له

“Tidak ada agama (Islam) bagi orang yang tidak mendirikan shalat.” [1]

و لا حظ في الإسلام لمن ترك الصلاة

“Tidak ada bagian dari Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.” [2]

Siapa saja yang menjaga ibadah shalat, maka hati, wajah, kubur, dan hari kebangkitannya akan bercahaya, dia akan mendapatkan keselamatan pada hari kiamat. Dia pun akan dikumpulkan bersama-sama dengan orang-orang yang telah mendapatkan nikmat, baik itu para Nabi, shiddiqiin, asy-syuhada’, dan ash-shalihin. [3]

Dan siapa saja yang tidak menjaga ibadah shalat, dia tidak mendapatkan cahaya, petunjuk, dan juga keselamatan pada hari kiamat. Dia pun akan dikumpulkan bersama-sama dengan gembong orang kafir, yaitu Fir’aun, Haman, Qarun, dan Ubay bin Khalaf.

Imam Ahmad rahimahullah berkata dalam kitab beliau, Ash-Shalat,

“Terdapat dalam hadits,

لا حظ في الإسلام لمن ترك الصلاة

“Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.”

‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu menulis kepada para gubernurnya di penjuru timur dan barat, ”Sesungguhnya perkara kalian yang paling penting bagiku adalah shalat. Siapa saja yang menjaga shalat, berarti dia telah menjaga agamanya. Dan siapa saja yang menyia-nyiakan shalat, maka dia akan lebih-lebih lagi menyia-nyiakan lagi selain ibadah shalat. Maka, tidak ada bagian dari Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.”

Siapa saja yang meremehkan dan menganggap enteng ibadah shalat, dia telah meremehkan dan menganggap enteng Islam. Bagian dia dari Islam itu sekadar bagian shalat (yang dia perhatikan). Harapan (keinginan) dia terhadap Islam itu sekadar dengan harapan (keinginan) dia terhadap shalat.

Maka ketahuilah (kondisi) dirimu sendiri, wahai hamba Allah. Waspadalah ketika Engkau bertemu dengan Allah Ta’ala dan tidak ada bagian dari Islam dalam dirimu. Sesungguhnya kedudukan Islam dalam hatimu itu sebagaimana kedudukan shalat dalam hatimu.

Terdapat dalam sebuah hadits, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

الصلاة عمود الدين

“Shalat adalah tiang agama.” [4]

Tidakkah kalian melihat bahwa jika tiang dari suatu tenda itu roboh, maka tenda itu akan roboh pula. Pasak dan talinya tidak akan bermanfaat (untuk menegakkan tenda). Jika tiang dari suatu tenda itu tegak berdiri, maka pasak dan talinya baru akan bermanfaat (karena ikut berperan menegakkan tenda, pent.).

Demikian pula ibadah shalat dalam Islam. Maka renungkanlah, semoga Allah Ta’ala merahmatimu, berpikirlah, dan bertakwalah kepada Allah Ta’ala berkaitan dengan ibadah shalat. Hendaklah kalian saling menolong dalam menegakkan ibadah shalat, saling memberikan nasihat tentang shalat dengan saling mengajarkan di antara kalian, juga saling mengingatkan dari lalai dan lupa.

Sesungguhnya Allah Ta’ala telah memerintahkan kalian untuk saling menolong dalam kebajikan dan takwa. Sedangkan shalat adalah kebajikan yang paling utama. Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أول ما تفقدون من دينكم : الأمانة ، و آخر ما تفقدون منه: الصلاة، وليصلين أقوام لا خلاق لهم

“Perkara pertama yang hilang dari agama kalian adalah sifat amanah. Dan perkara paling akhir yang akan hilang dari agama kalian adalah shalat. Dan sungguh suatu kaum mengerjakan shalat, namun tidak mendapatkan bagian (pahala) apa pun.“ [5]

Juga terdapat hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إن أول ما يسأل العبد عنه من عمله : الصلاة ، فإن تقبلت منه صلاته تقبل منه سائر عمله

“Sesungguhnya perkara yang pertama kali ditanyakan kepada seorang hamba dari amalnya adalah shalat. Jika shalatnya diterima, maka seluruh amal ibadahnya pun diterima.” [6]

Maka shalat kita adalah perkara paling akhir dari agama kita. Shalat adalah ibadah yang pertama kali akan ditanyakan dari amal-amal kita pada hari kiamat. Jika shalat telah hilang dari diri seseorang, maka tidak ada lagi Islam atau agama. Jika shalat menjadi perkara yang paling belakangan pergi dari agama Islam, maka segala sesuatu yang bagian paling akhirnya itu telah pergi, maka pergilah seluruh perkara tersebut. Maka berpegang teguhlah, semoga Allah Ta’ala merahmatimu, dengan perkara paling akhir dari agama.” -selesai kutipan dari Imam Ahmad rahimahullah- [7]

[Bersambung]

***

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.or.id

Ingin mewakafkan Jam Masjid sebagai pengingat waktu sholat untuk masjid atau musholah? Segera dapatkan Jam Masjid itu di Toko Albani!


TGB Zainul Majdi: Politisasi Agama untuk Kekuasaan Berbahaya

TGB mengingatkan umat bahaya politisasi agama di tengah kemajemukan

Ketua Umum Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar Cabang Indonesia, TGB Muhammad Zainul Majdi, mengingatkan bahwa politisasi agama semata untuk mendapatkan kekuasaan atau memenangkan kontestasi politik akan berdampak buruk dan berbahaya.

“Menurut saya, politisasi agama bentuk paling buruk dalam hubungan agama dan politik. Sekelompok kekuatan politik menggunakan sentimen keagamaan untuk menarik simpati kemudian memenangkan kelompoknya. Menggunakan sentimen agama dengan membuat ketakutan pada khalayak ramai. Menggunakan simbol agama untuk mendapatkan simpati,” katanya, saat webinar Moya Institute bertema “Gaduh Politisasi Agama”, Kamis (19/11).

TGB memaknai politisasi agama merupakan pemanfaatan agama semata untuk mendapatkan kekuasaan atau memenangkan kontestasi politik, atau agama jadi instrumen untuk mendapatkan hasil politik.

Namun, kata Ketua Umum Dewan Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW) itu, politisasi agama juga bisa baik kalau nilai-nilai mulia agama menjadi prinsip dalam berpolitik, sebagaimana yang dilakukan para pendiri bangsa ini.

“Maka politik menjadi hidup dan bagus karena ada nilai agama,” kata mantan gubernur Musa Tenggara Barat itu.

Melihat kejadian akhir-akhir ini, TGB menilai ada kelompok tertentu mempolitisasi agama dengan tujuan politik, murni untuk mencapai kekuasaan. “Kita perlu literasi, perlu penegasan bahwa politik bagian dari muamalah, politik bukan akidah,” tegas TGB.

Intelektual Muhammadiyah yang juga Sekjen Dewan Masjid Indonesia (DMI) Imam Addaruqutni mencontohkan apa yang dilakukan Rizieq Shihab merupakan bagian dari politisasi agama.

“Kalau Rizieq mungkin mengatakan bukan (politisasi agama). Tapi kalau kita mengatakan iya,” kata Imam.

Masih dalam forum yang sama, intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU) Muhammad Cholil Nafis mengatakan apa yang terjadi akhir-akhir ini bukan karena kegagalan NU dan Muhammadiyah dalam membimbing umat, tetapi lebih pada kegagalan orang yang ingin membawa isu liberal.

“Liberal ini melahirkan radikalisme. Yang kita hadapi ini buah dari proses liberalisasi. Jadi, jangan sampai kita menepi menjadi radikalisme. Bagaimana memasyarakatkan moderasi Islam agar orang tidak menepi ke kanan dan ke kiri,” ujar Cholil.

Sedangkan Direktur Moya Institute, Hery Sucipto, menegaskan bahwa negara harus hadir dan tegas melindungi segenap warganya termasuk menindak tegas kelompok yang memanfaatkan agama untuk kepentingan provokasi. “Negara tidak boleh kalah,” tegasnya.

Ia mengatakan munculnya konservatisme dan militansi juga akibat adanya pembiaran terhadap kelompok intoleran yang dibungkus dakwah provokatif, padahal dakwah itu harus santun, tidak boleh mencaci, dan melukai pihak lain.

Selain itu, kata dia, kerumunan massa yang dibungkus kegiatan keagamaan beberapa hari lalu tidak boleh terulang lagi karena berbahaya bagi penanganan Covid-19.  

KHAZANAH REPUBLIKA

Memandang Hari-Hari di Dunia

Engkau Hanyalah Kumpulan Hari

Hari demi hari dijalani, berbagai fase terlewati. Fase dalam kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, berkeluarga, dan akhirnya menua. Kita ada di salah satu fase tersebut. Sudah cukup lama kita menjalani hari, dan betapa banyak yang sering kaget sendiri ketika mengingat-ingat waktu yang telah dilewatinya. Memandang umurnya sudah sudah cukup tua dan tak tahu akan sampai kapan kakinya masih bisa menapak. Kumpulan hari-hari dalam kehidupannya selalu berkurang seiring berlalunya waktu. Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan,

ابن آدم إنما أنت أيام كلما ذهب يوم ذهب بعضك

“Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.” (Hilyatul Awliya’, 2: 148)

Begitu pula Ja’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Rabi’ah menasihati Sufyan Ats-Tsauri,

إنما أنت أيام معدودة، فإذا ذهب يوم ذهب بعضك، ويوشك إذا ذهب البعض أن يذهب الكل وأنت تعلم، فاعمل.

“Sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu, maka sebagian dirimu juga akan hilang. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu berlalu, lalu hilanglah seluruh dirimu, sedangkan Engkau mengetahuinya. Oleh karena itu, beramallah.” (Shifatush Shofwah, 2: 245)

Singkatnya Dunia

Allah Ta’ala memberikan permisalan kehidupan dunia,

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَاۤءٍ اَنْزَلْنٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ فَاخْتَلَطَ بِه نَبَاتُ الْاَرْضِ فَاَصْبَحَ هَشِيْمًا تَذْرُوْهُ الرِّيٰحُ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ مُّقْتَدِرًا – ٤٥

“Dan buatkanlah untuk mereka perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air hujan yang Kami turunkan dari langit, menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu mengering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Kahfi: 45)

Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa permisalan kehidupan dunia ini bagaikan hujan yang turun ke bumi, membuat subur tumbuhan, membuat tumbuhan tersebut berbunga dan membuat senang orang-orang yang melihatnya. Saat mereka lalai dengan keindahannya, tiba-tiba jadilah tumbuhan itu kering dan diterbangkan oleh angin. Maka hilanglah tumbuhan dan bunga yang bermekaran indah tersebut, tersisalah tanah yang kering.

Itulah dunia, pengejar dunia sungguh terkagum dengan pencapaiannya, mengumpulkan dirham dan dinar, memetik kelezatan dunia, menceburkan diri dalam syahwat di hari-harinya. Saat dia menikmati kenikmatan tersebut hingga ia mengira bahwa dirinya akan tetap terus seperti itu, tiba-tiba maut datang menjemput atau hartanya hilang. Pergilah kesenangannya, lenyaplah kelezatan dan kebahagiaannya. Tinggallah dia bersama amal baik atau amal buruknya. Ketika itu, orang yang zalim akan menggigit jarinya karena menyadari hakikat keadaan dirinya. Dia berangan-angan bisa kembali ke dunia, bukan untuk kembali melanjutkan memuaskan hawa nafsunya, akan tetapi untuk menebus kelalaiannya di masa lalu dengan taubat dan amal shalih. (Tafsir As Sa’di, 1: 478).

Betapa banyak yang terbuai dengan indahnya dunia hingga lupa akhiratnya, padahal kenikmatan di dunia itu sangatlah singkat, Allah Ta’ala permisalkan seperti  singkatnya  tetumbuhan hijau yang akan segera mengering. Allah Ta’ala menceritakan tentang singkatnya dunia yang dirasakan di saat hari berbangkit,

كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوٓا۟ إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَىٰهَا

“Pada hari ketika mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari.” (QS. An-Nazi’at: 46)

Imam Hasan Al Bashri  rahimahullaahu  mempermisalkan singkatnya dunia dengan seseorang yang sedang tidur dan bermimpi indah,

مَا الدُّنْيَا كُلُّهَا مِنْ أَوَّلِهَا إِلَى آخِرِهَا إِلَّا كَرَجُلٍ نَامَ نَوْمَةً رأى فِي مَنَامِهِ مَا يُحِبُّ ثُمَّ انْتَبَهَ

“Tidaklah gambaran kehidupan dunia seluruhnya dari awal sampai akhirnya, kecuali seperti seorang yang tidur, dia melihat dalam tidurnya apa yang dia senangi, kemudian dia tersadar bangun.” (Al-mujalasah wa jawahirul ‘ilmi, 5: 227)

Perjalanan Itu Masih Panjang

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yang bisa melampui umur tersebut (HR. Ibnu Hibban no. 2980. Syaikh Al-Albani mengatakan: hasan shahih, Syaikh Syu’aib Al Arnaut mengatakan: isnadnya hasan)

Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa umur kita di dunia sekitar 60 hingga 70 tahun. Waktu yang sangat pendek apabila dibandingkan dengan perjalanan setelah mati nanti. Setelah kematian, manusia masih melewati masa di alam barzakh yang kita belum tahu berapa lama masing-masing kita berada di alam tersebut. Bisa jadi jarak antara kematian kita dengan hari kiamat nanti masih sangatlah lama. Setelah kita dibangkitkan dari kubur, kita masih akan melewati perjalanan lagi. Hari-hari di padang Mahsyar bisa terasa sangat lama.

Allah Ta’ala berfirman,

تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.” (QS. Al-Ma’arij: 4)

Ibnu Abi Hatim berkata, “Ahmad bin Sinan Al-Wasithiy menuturkan kepada kami, dia berkata: ‘Abdurrahman bin Mahdiy menuturkan kepada kami, dia berkata: dari Israil dari Simak dari ‘Ikrimah dari ‘Ibnu ‘Abbas: -dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun-, dia mengatakan: hari kiamat. Sanadnya shahih.

Ats Tsauri meriwayatkan dari Simak bin Harb, dari ‘Ikrimah: -dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun-, yakni hari kiamat. Ini merupakan perkataan Adh-Dhahhak dan Ibnu Zaid. ‘Ali bin Abi Thalhah berkata: dari Ibnu ‘Abbas dalam perkataannya: -Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun- , dia mengatakan: ini adalah hari kiamat, Allah  Ta’ala menjadikan sehari setara dengan lima puluh ribu tahun bagi orang-orang kafir.” (Tafsir Ibnu Katsir, 8: 222)

Meskipun begitu singkatnya kehidupan di dunia, namun kehidupan di dunialah yang akan menjadi sebab penentu bahagia atau sengsaranya perjalanan panjang setelah kematian nanti. Karena pada hakikatnya, kita sedang mengumpulkan bekal di dunia ini untuk kehidupan abadi. Dunia adalah tempat persinggahan untuk mempersiapkan masa depan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا لِى وَمَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَ تَرَكَهَا

Apa peduliku dengan dunia? Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi no. 2377, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani)

Orang yang singgah untuk berteduh dan beristirahat tentu bersifat sementara. Setelah itu, dia akan melanjutkan perjalanan. Ada yang beristirahat secukupnya, namun juga ada yang terbuai dengan kenyamanan di tempat persinggahan sampai akhirnya waktunya habis. Setelah semua terlambat, barulah dia menyesal dan sadar bahwa dia akan menuju ke tempat perhentian perjalanan: surga atau neraka.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullaahu berkata,

الناس منذ خلقوا لم يزالوا مسافرين, ﻭﻟﻴﺲ ﻟﻬﻢ ﺣﻂٌّ ﻋﻦ ﺭِﺣﺎﻟﻬﻢ ﺇﻻَّ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻨَّﺔ ﺃﻭ ﺍﻟﻨﺎﺭ

“Manusia sejak diciptakan senantiasa menjadi musafir, batas akhir perhentian perjalanan mereka adalah surga atau neraka.” (Al-Fawaid, 1: 190)

Penulis: apt. Pridiyanto

Artikel Muslim.or.id

Gamal Albinsaid: Bayangkan, Sudah 1400 Tahun Wakaf Utsman bin Affan Terus Berkembang

 Istilah sociopreneurship dalam beberapa tahun belakangan ini semakin populer di kalangan masyarakat. Sociopreneurship atau wirausaha sosial adalah bentuk wirausaha yang mengedepankan aspek sosial dalam bisnisnya. Bukan profit semata.

Sosok sukses yang mengembangkan sociopreneurship di Indonesia adalah Gamal Albinsaid. Dokter muda ini pernah mendapatkan penghargaan HRH (His Royal HighnessThe Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneurship dari Cambridge, Inggris. Satu penghargaan internasional yang mengakui prestasi dokter Gamal mengelola klinik asuransi premi sampah.

Gamal menyisihkan 511 wirausahawan muda dari 90 negara. Ia menginspirasi anak muda dunia untuk peduli pada masalah yang dihadapi masyarakat umum, terutama terkait lingkungan, sosial, dan kesehatan.

Pada acara Aksi Wakaf Fest 2020 bertema Wakaf dan Sociopreneurship Mindset yang digelar Baitul Wakaf secara virtual (29/10/2020), Gamal menceritakan kisah suksesnya.

Menurut Gamal, klinik asuransi sampah yang ia rintis adalah upaya menyelesaikan dua persoalan sekaligus. Yakni persoalan kesehatan dan sampah. “Kesehatan masyarakat terjaga, persoalan sampah pun teratasi,” ujar Gamal.

Menjadi pelaku sociopreneurship, jelas Gamal, harus siap menanggung risiko. Inti dari wirausaha sosial bukan untuk mencari keuntungan materi. Tetapi memberi keuntungan signifikan kepada masyarakat dengan ide inovatif.

“Jadi harus bersiap tidak digaji tetap. Kemudian harus konsisten. Jangan sampai tidak berlanjut, harus konsistensi pada misi,” ungkap dokter lulusan Universitas Brawijaya Malang ini.

Soal ide inovatif ini sangat penting bagi yang ingin memulai wirausaha sosial. Dikatakan Gamal, salah satu tantangan yang dihadapi pelaku wirausaha sosial adalah masalah pendanaan. Dengan ide inovatif dan konsistensi akan mendatangkan sponsor atau funding dari pihak lain.

“Inovasi itu penting. Di Jawa Timur terdapat ribuan klinik kesehatan. Tapi kami dirikan klinik sampah. Itu yang kemudian mendatangkan funding,” jelas Gamal.

Kemudian, bisa juga wirausaha sosial dikembangkan berbasis wakaf. Gamal mencontohkan wakaf sumur yang dilakukan oleh Utsman bin Affan. Utsman membeli sumur seharga 20.000 dirham atau Rp 5 miliar dan mewakafkan untuk kaum Muslimin yang kekurangan air.

Kemudian dari sumur itu melebar menjadi kebun yang luas, wakaf itu kemudian dirawat kekhalifahan Islam, lalu beralih ke tangan Kerajaan Arab Saudi. Hingga hari ini kebun wakaf itu masih tumbuh 1.550 pohon kurma. Keuntungannya mampu membeli sebidang tanah yang kemudian dibangun hotel bintang lima dekat Masjid Nabawi.

Hotel ini bernama hotel Utsman bin Affan dengan keuntungan per tahun diperkirakan senilai 50 juta real atau lebih dari Rp 177 miliar. Keuntungan dari semua wakaf itu separuh diberikan kepada anak-anak yatim dan fakir miskin. Separuhnya digunakan mengembangkan wakaf Utsman bin Affan yang tersimpan dalam rekening wakaf yang bernama Utsman bin Affan.

“Bayangkan, sudah 1400 tahun wakaf Utsman bertahan. Bahkan terus berkembang, ini berawal dari wakaf sumur,” kata Gamal mengakhiri pembicaraan.

Selain Gamal, pada Aksi Wakaf Fest 2020 edisi Oktober ini hadir pula pembicara Uzroni Al Fatih, inovator pemberdayaan bidang peternakan yang juga owner Villa Domba dan disupport wakaf produktif oleh Baitul Wakaf untuk mengembangkan peternakan lokal di Cirebon.* (BW)

HIDAYATULLAH

—————————

WAKAF JAM MASJID. Kita semua bisa memulai wakaf dari hal yang sederhana, misalnya mewakafkan Jam Masjid (jam pengingat waktu Sholat). Kita bisa membeli Jam Masjid itu di Toko Albani, kemudian kita wakafkan ke masjid atau musholah yang belum memiliki Jam pengingat waktu sholat. Nah, wakaf inilah yang bis membuat pahalanya terus mengalir untuk Anda, seperti halnya yang dilakukan Khalifah Utsman bin Affan.


Emmanuel Macron Terus Mendukung Kartun Nabi Muhammad, Protes di Dunia Islam Meluas

Presiden Prancis, Emmanuel Macron masih bertahan dengan sikapnya untuk tidak menarik dukungan terhadap penerbitan kembali kartun Nabi Muhammad oleh Charlie Hebdo. Mengutip situs DW, Emmanuel Macron bersikukuh melindungi kartun satir Nabi Muhammad tersebut dengan spirit kebebasan berpendapat. Ia bahkan menambahkan pernyataan yang sama kontroversialnya dnegan mengatakan kalau Islam adalah agama yang sedang mengalami masa krisis di seluruh dunia. Dan karena itu, ia akan mendorong keluar semua unsur-unsur atau simbol Islam dari sistem pendidikan dan ruang publik.

Gelombang Protes

Atas sikapnya, ia mendapatkan protes di berbagai tempat khususnya di negara-negara Timur Tengah dan negara mayoritas Islam. Saat ini, mulai berkembang gelombang untuk memboikot produk-produk dari Prancis akibat dipicu oleh pernyataan Presiden Turki, Recep Tayip Erdogan yang mengatakan Macron adalah presiden yang perlu diuji kesehatan mentalnya dan menuding sedang menjalankan agenda anti-Islam. Padahal, Prancis adalah negara eksportir ke-10 untuk Turki.

Setelah pernyataan Erdogan, Macron mengingatkan warganya yang berada di Turki untuk berhati-hati dan menghindari dari kerumunan demonstrasi terhadap Prancis. Mengutip Detik, hal yang sama dilakukan Duta Besar Prancis untuk Indonesia dengan meminta warga Prancis di Indonesia untuk menghindari kerumunan. Di negara-negara Arab seperti Yordania, Kuwait, dan Qatar, mereka mulai menurukan produk Prancis dari toko-toko Mereka. Demonstrasi mengecam Macron juga terjadi di Irak, Suriah, Libya, jalur Gaza, dan Bangladesh. Protes dilayangkan juga oleh Maroko, Arab Saudi, hingga Iran. Pemerintah Indonesia sendiri lewat Kementerian Luar Negeri mengirimkan pernyataan sikap kecaman Olivier Chambard, Duta Besar Prancis untuk Indonesia. Namun, pihak Kedubes Prancis belum memberikan respon, seperti disampaikan oleh Teuku Faizasyah, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI.

Al-Azhar, diantaranya dikomandoi oleh Grand Syekh Al-Azhar Syekh Ahmad Thoyyib, mengecam sikap Macron. Menurut Grand Syekh, permasalah utamanya sebenarnya Macron menggunakan dalih mendukung kebebasan dan menyerang simbol agama sebagai alat untuk mendapatkan dukungan politik. Thoyyib, bersama dengan lembaga Majlis al-Hukama al-Muslimin (Muslim Council of Elders) selain mengecam, akan membawa persoalan tersebut ke jalur pengadilan untuk melawan secara hukum.

Pemicu Konflik

Statement dan langkah Macron dipicu dari kejadian pemenggalan seorang guru Sejarah di sekolah di Prancis, Samuel Party yang mencoba mendiskusikan majalah satir Charlie Hebdo yang menayangkan karikatur Nabi Muhammad yang melecehkan. Ia pun sempat menyatakan, jika ada murid muslim yang tidak berkenan, silahkan meninggalkannya kelas. Dampaknya, Paty kemudian dibunuh dan dipenggal pada Jumat (16/10) saat pulang dari sekolah oleh imigran Chechnya yang masih berusia 18 tahun, Abdullakh Anzorov. Anzorov kemudian ditembak mati setelah diadili di pengadilan.

Negara-negara Eropa seperti Jerman, Italia, Belanda, dan Yunani menunjukkan dukungannya terhadap Prancis. Menurut mereka, sikap Macron merupakan implikasi logis dari kemunculan “islam fanatik” yang sampai berani menghilangkan nyawa orang.

BINCANG SYARIAH

Mengapa Hari Wafat Nabi Muhammad Tidak Diperingati?

Tradisi maulid Nabi Muhammad saw. di Indonesia tahun ini terbilang masih semarak, meskipun pelaksanaannya harus mematuhi protokol kesehatan karena kita masih dalam bayang-bayang ancaman virus covid-19.  Melaksanakan tradisi maulid bagi Muslim merupakan ungkapan ekspresi kebahagiaan mereka dalam menyambut lahirnya nabi yang membawa rahmat bagi semesta alam. Namun masih ada beragam pertanyaan sekitar perayaan ini. Di antaranya, mengapa hari wafat Nabi Muhammad tidak diperingati juga?

Untuk menjawab pertanyaan ini, Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki dalam kitab beliau, “Haul al-Ihtifal bi Dzikra al-Maulid an-Nabawi asy-Syarif” halaman 40, mengutip pernyataan Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitabnya “al-Hawi lil Fatawi (1/193) yang membantah pernyataan bahwa merayakan maulid nabi berarti merayakan kematian beliau, yang menurut beberapa riwayat sama-sama bertepatan tanggal 12 Rabiulawwal:

إِنَّ وِلَادَتَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْظَمُ النِّعَمِ عَلَيْنَا وَوَفَاتَهُ أَعْظَمُ المـَصَائِبِ لَنَا وَالشَّرِيْعَةُ حَثَّتْ عَلَى إِظْهَارِ شُكْرِ النِّعَمِ وَالصَّبْرِ وَالسُّكُوْنِ وَالْكَتْمِ عِنْدَ المـَصَائِبِ، وَقَدْ أَمَرَ الشَّرْعُ بِالعَقِيْقَةِ عِنْدَ الوِلَادَةِ وَهِيَ إِظْهَارُ شُكْرٍ وَفَرَحٍ بِالمـَوْلُوْدِ، وَلَمْ يَأْمُرْ عِنْدَ الـمَـوْتِ بِذِبْحٍ وَلَا بِغَيْرِهِ بَلْ نَهَى عَنِ النِّيَاحَةِ وَإِظْهَارِ الـجَزْعِ فَدَلَّتْ قَوَاعِدُ الشَّرِيْعَةِ عَلَى أَنّهُ يُحَسَّنُ فِيْ هَذَا الشَّهْرِ إِظْهَارُ الفَرَحِ بِوِلَادَتِهِ صلى الله عليه وسلم دُوْنَ إِظْهَارِ الحُزْنِ فِيْهِ بِوَفَاتِهِ.

“Kelahiran Nabi Muhammad merupakan nikmat terbesar bagi kita. Sebaliknya, wafatnya beliau adalah musibah terbesar bagi kita. Syariat telah mendorong kita untuk mengekspresikan rasa syukur akan nikmat, pun mendorong kita untuk sabar dan menahan diri saat terjadi musibah.

Oleh karena itu, Syariat memerintahkan pelaksanaan akikah ketika lahirnya seorang bayi dalam rangka mengekspresikan rasa syukur dan bahagia dengan adanya bayi tersebut. Namun syariat tidak memerintahkan kurban atau hal lain saat kematian, bahkan melarang meratap dan menampakkan keluhan.

Oleh karena itu, kaidah syariat memberi dalil bahwa di bulan ini (Rabiuwwal) baiknya menampakkan kebahagiaan dengan lahirnya Nabi Muhammad, bukan malah menampakkan kesedihan dengan wafatnya beliau”

Demikianlah, dapat disimpulkan bahwa umat Islam tidak memperingati hari wafatnya baginda Nabi- walaupun juga bertepatan dengan hari kelahiran beliau-karena momen kelahiran beliau merupakan momen kebahagiaan dan kegembiraan, sedangkan hari wafatnya beliau merupakan momen kesedihan dan duka lara bagi umat Islam, sehingga layak bagi kita untuk memperingati momen menggembirakan tersebut.

Wallahu al’lam

BINCANG SYARIAH


Orang-Orang Khusus diantara Umat Rasulullah saw

Rasulullah saw bersabda,

“Tidak akan selesai urusan umatku yang awam kecuali dengan (bantuan) orang-orang khusus dari mereka.”

“Siapa orang-orang khusus itu wahai Rasulullah?” tanya seorang sahabat.

“Orang-orang khusus dari umatku ada 4. Mereka adalah pemimpin, ulama, ahli ibadah dan pedagang.” jawab beliau.

“Bagaimana mereka bisa menjadi orang-orang khusus?” sahabat itu kembali bertanya.

Kemudian Rasul pun menjawab, “Seorang pemimpin adalah penggembala makhluk Allah. Jika gembalanya adalah serigala (buas), maka siapakah yang akan menggiring domba-domba?

Seorang ulama adalah dokter. Jika dokternya sakit, siapakah yang akan menyembuhkan orang yang sakit?

Seorang ahli ibadah adalah petunjuk bagi hamba Allah. Jika petunjuknya sesat, siapakah yang akan memberi hidayah?

Pedagang adalah orang-orang yang dipercaya oleh Allah diantara hamba-Nya. Jika yang diberi kepercayaan telah berkhianat, lalu siapa yang akan dipercaya?

Inilah 4 macam orang khusus dalam umat Rasulullah saw. Siapa yang berada dalam posisi ini memiliki tanggung jawab yang lebih dibanding umat yang awam.

Kepada para pemimpin, jadilah pemimpin yang tegas namun berhati lembut. Kepada para ulama, jadilah penyembuh bagi masyarakat yang sakit. Agar mereka dapat hidup damai dan tentram. Jangan malah menjadi corong provokasi dan permusuhan. Kepada para ahli ibadah, jadilah cahaya petunjuk yang menerangi jalan untuk meraih ridho Allah. Dan kepada para pedagang, jadilah orang-orang yang jujur karena Allah telah menjadikan kalian Umana’ullah, orang-orang yang dipercaya oleh-Nya.

كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته

“Setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.”

Semoga kita semua dapat menjalankan tugas kita masing-masing untuk mewujudkan umat Muhammad yang bersatu dan harmonis.

KHAZANAH ALQURAN

Rasulullah Saw Bagai Rembulan dan Matahari

Ketika Allah Swt menyifati rembulan, Dia Berfirman :

قَمَرٗا مُّنِيرٗا

“Bulan yang bersinar.” (QS.Al-Furqan:61)

Ketika Allah Swt menyifati matahari, Dia Berfirman :

سِرَاجٗا وَهَّاجٗا

“Pelita yang terang-benderang (matahari).” (QS.An-Naba’:13)

Dan ketika Allah Swt menyifati Al-Habibil Mustofa, Muhammad Saw, Dia Berfirman :

وَدَاعِيًا إِلَى ٱللَّهِ بِإِذۡنِهِۦ وَسِرَاجٗا مُّنِيرٗا

“Dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya dan sebagai cahaya yang menerangi.” (QS.Al-Ahzab:46)

Allah Swt menggabungkan di antara dua sifat dari rembulan مُنِيرَا (bersinar) dan matahari سِرَاجًا (pelita yang terang benderang) sebagai wujud sempurnanya keindahan dan keagungan Baginda Nabi Muhammad Saw.

Semoga kita termasuk orang-orang yang mencintai dan di cintai oleh Baginda Nabi Muhammad Saw.

KHAZANAH ALQURAN