5 Wasiat Nabi Sebelum Wafat

ISYARAT dekatnya ajal Rasulullah ﷺ dimulai dengan beliau beritikaf selama dua puluh hari di bulan Ramadhan tahun 10 H. Jibril mengecek bacaan Qur’an Rasulullah ﷺ berbeda dari biasanya. Biasanya satu tahun sekali tetapi untuk kali ini dua kali. Ada beberapa wasiat Nabi sebelum wafat. Apa saja?

Kemudian di Padang Arafah pada saat haji Wada’ Rasulullah ﷺ bersabda, “Aku tidak tahu pasti. Barangkali setelah tahunku ini, aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian di tempat wukuf ini untuk selamanya.”

Rasulullah ﷺ kembali dari haji wada’ setelah Allah SWT menurunkan firman-Nya,

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ. وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا. فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS. An-Nashr: 1-3).

Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Saat Haji Wada

Setelah itu, Rasulullah ﷺ mulai mengucapkan kalimat dan melakukan sesuatu yang menyiratkan perpisahan. Beliau ﷺ bersabda pada haji wada’:

لتأخذوا عني مناسككم لعلي لا ألقاكم بعد عامي هذا

“Pelajarilah dariku tata cara haji kalian, bisa jadi aku tidak berjumpa lagi dengan kalian setelah tahun ini.” (HR. al-Bukhari, 4430).

Kemudian di Madinah, beliau berziarah ke makam baqi’, mendoakan keluarganya. Juga menziarahi dan mendoakan syuhada Perang Uhud. Beliau juga berkhutbah di hadapan para sahabatnya, berucap pesan seorang yang hendak wafat kepada yang hidup.

Pada akhir bulan Shafar tahun 11 H, Nabi ﷺ mulai mengeluhkan sakit kepala. Beliau merasakan sakit yang berat. Sepanjang hari-hari sakitnya beliau banyak berwasiat, di antaranya:

Wasiat Nabi Sebelum Wafat yang Pertama, Beliau ﷺ mewasiatkan agar orang-orang musyrik dikeluarkan dari Jazirah Arab (HR. al-Bukhari, Fathul Bari, 8/132 No. 4431).

Wasiat Nabi Sebelum Wafat yang Kedua, berpesan untuk berpegang teguh dengan Al-Qur’an.

Wasiat Nabi Sebelum Wafat yang Ketiga:, pasukan Usamah bin Zaid hendaknya tetap diberangkatkan memerangi Romawi.

Wasiat Nabi Sebelum Wafat yang Keempat, berwasiat agar berbuat baik kepada orang-orang Anshar.

Wasiat Nabi Sebelum Wafat yang Kelima, berwasiat agar menjaga shalat dan berbuat baik kepada para budak.

Beliau ﷺ mengecam dan melaknat orang-orang Yahudi yang menjadikan kuburan para nabi sebagai masjid. Lalu beliau melarang kubur beliau dijadikan berhala yang disembah.

Di antara pesan beliau ﷺ adalah agar orang-orang Yahudi dikeluarkan dari Jazirah Arab. Sebagaimana termaktub dalam Musnad Imam Ahmad, 1/195.

Wasiat Nabi Sebelum Wafat, tentang Dunia dan Adab terhadap Istri

Beliau ﷺ berpesan kepada umatnya tentang dunia. Janganlah berlomba-lomba mengejar dunia. Agar dunia tidak membuat umatnya binasa sebagaimana umat-umat sebelumnya binasa karena dunia.

Dalam keadaan sakit berat, beliau tetap menjaga adab terhadap istri-istrinya, dan adil terhadap mereka. Nabi ﷺ meminta izin pada istri-istrinya untuk dirawat di rumah Aisyah. Mereka pun mengizinkannya.

Karena sakit yang kian terasa berat, Nabi ﷺ memerintahkan Abu Bakar untuk mengimami masyarakat. Abu Bakar pun menjadi imam shalat selama beberapa hari di masa hidup Rasulullah ﷺ.

Sehari sebelum wafat, beliau bersedekah beberapa dinar. Lalu bersabda,

لا نورث، ما تركناه صدقة

“Kami (para nabi) tidak mewariskan. Apa yang kami tinggalkan menjadi sedekah.” (HR. al-Bukhari dalam Fathul Bari, 12/8 No. 6730).

Pada hari senin, bulan Rabiul Awal tahun 11 H, Nabi SAW wafat. Hari itu adalah waktu dhuha yang penuh kesedihan. Wafatnya manusia sayyid anaknya Adam. Bumi kehilangan orang yang paling mulia yang pernah menginjakkan kaki di atasnya.

Aisyah bercerita, “Ketika kepala beliau terbaring, tidur di atas pahaku, beliau pingsan. Kemudian (saat tersadar) mengarahkan pandangannya ke atas, seraya berucap, ‘Allahumma ar-rafiq al-a’la’.” (HR. al-Bukhari dalam Fathul Bari, 8/150 No. 4463).

Beliau memilih perjumpaan dengan Allah SWT di akhirat. Beliau ﷺ wafat setelah menyempurnakan risalah dan menyampaikan amanah.

Berita di pagi duka itu menyebar di antara para sahabat. Dunia terasa gelap bagi mereka. mereka bersedih karena berpisah dengan al-Kholil al-Musthafa. Hati mereka bergoncang.

Tak percaya bahwa kekasih mereka telah tiada. Hingga di antara mereka menyanggahnya. Umar angkat bicara, “Rasulullah ﷺ tidak wafat. Beliau tidak akan pergi hingga Allah memerangi orang-orang munafik.” (Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 8/146).

Abu Bakar hadir, “Duduklah Umar”, perintah Abu Bakar pada Umar. Namun Umar menolak duduk. Orang-orang mulai mengalihkan diri dari Umar menuju Abu Bakar. Kata Abu Bakar, “Amma ba’du… siapa di antara kalian yang menyembah Muhammad ﷺ , maka Muhammad telah wafat. Siapa yang menyembah Allah, maka Allah Maha Hidup dan tidak akan wafat. Kemudian ia membacakan firman Allah,

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran: 144).

BACA JUGA:

Mendengar ayat yang dibacakan Abu Bakar, orang-orang seakan merasakan ayat itu baru turun hari itu. Mereka begitu larut dalam kesedihan.

Mereka merasakan kosong. Bagaimana tidak, mereka ditinggal orang yang paling mereka cintai. Orang yang mereka rindu untuk berjumpa setiap hari. Orang yang lebih mereka cintai dari ayah, ibu, anak, dan semua manusia. Mereka lupa akan ayat itu. Dan mereka diingatkan oleh Abu Bakar, seorang yang paling kuat hatinya di antara mereka.

Penutup

Para ulama sepakat bahwa Nabi ﷺ wafat pada hari sendin tahun 11 H. Namun berbeda pendapat tentang tanggal wafatnya Nabi ﷺ. Mayoritasnya berpendapat tanggal 12 Rabiul Awal. Sebagian menyatakan tanggal 12 tidak tepat, karena haji wada’ terjadi pada hari Jumat. Melihat urut hari sejak itu, maka tanggal 12 Rabiul Awal tidak tepat jika dikatakan hari senin.

Perbedaan pendapat ulama juga terjadi pada tanggal kelahiran beliau ﷺ. Bahkan perbedaannya lebih banyak: antara tanggal 2 Rabi’ul Awal, tanggal 8, 10, 12, 17 Rabiul Awal, dan 8 hari sebelum habisnya bulan Rabi’ul Awal.

Berdasarkan penelitian ulama ahli sejarah Muhammad Sulaiman Al Mansurfury dan ahli astronomi Mahmud Basya disimpulkan bahwa hari senin pagi yang bertepatan dengan permulaan tahun dari peristiwa penyerangan pasukan gajah dan 40 tahun setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan atau bertepatan dengan 20 atau 22 april tahun 571, hari senin tersebut bertepatan dengan tanggal 9 Rabi’ul Awal. Wallahu alam. []

SUMBER: KISAHMUSLIM | – az-Zaid, Zaid bin Abdulkarim. 1424. Fiqh as-Sirah. Riyadh: Dar at-Tadmuriyah

ISLAMPOS

Enam Alasan Mengapa Kita Beribadah pada Allah

Mengapa kita perlu beribadah kepada Allah? Sejak janin dalam rahim ibu, Allah telah melindungi kita dari gangguan suara, panas dan dingin

APA manfaatnya bagi Allah menciptakan kita? Menciptakan langit, bumi, matahari dan bulan? Apakah hanya untuk main-main saja, mempergilirkan siang dan malam?

Untuk apa Allah perlu menurunkan hujan? Menumbuhkan pepohonan dan mengalirkan sungai-sungai? Tanpa tujuankah Allah mengaruniakan akal pikiran kepada kita?

Sederet pertanyaan yang jawabannya sangat mudah dan tidak membutuhkan pemikiran mendalam sebetulnya. Namun hal ini sering terlewatkan dalam pengamatan kita karena hati kita kerapkali sibuk dengan keinginan-keinginan jiwa kita yang tidak berujung dan melalaikan.

Mata kita sering silau dengan kegermelapan indah dunia, dan karena akal pikiran kita tidak jarang tertutup kabut kegelapan – penyakit hati – yang menyamarkan kebenaran. Padahal kebenaran itu berada depan kita, bahkan, sebagian kita lupa daratan dan menjadi pengingkar hakikat dirinya sendiri.

Satu kata saja, dengan satu tarikan nafas saja untuk mengucapkannya, yang kita butuhkan untuk menjawab sejumlah pertanyaan di atas. Yaitu, untuk tujuan ibadah. Ya, semua itu Allah lakukan agar kita beribadah kepada-Nya.

Hal ini telah dengan tegas dinyatakan Allah dalam Al-Quran;

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS: Adz-Dzariyaat [51]: 56).

Menurut pakar tafsir sahabat Ibnu Abas: Makna liya’buduni – menyembah-KU- artinya liyuwahhiduni (agar jin dan manusia mentauhidkan Aku). Menomorsatukan kepentingan Allah diatas berbagai kepentingan yang lain. Kita pentingkan Dia sedemikian rupa, dan kita siap lahir dan batin didominasi oleh kepentingan tersebut.

Allah pun menyindir kita dengan pertanyaan;

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS: Al Mukminun [23]: 115).

Imam Ibnu Katsir –rahimahullah– berkata, “Firman Allah, “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja)?” “Apakah kalian menyangka bahwa kalian diciptakan tanpa maksud, tujuan dan hikmah ?” “Firman Allah, “bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” “Tidak dikembalikan ke negeri akhirat (darul akhirah) ?” (Tafsir Al Qur`an Al Adzim: 5/500).

Jika muncul dalam benak kita pertanyaan, “lalu, mengapa Allah memerintahkan kita untuk beribadah?”. Beberapa alasan berikut mudah-mudahan semakin dapat meyakinkan kita mengapa kita harus beribadah kepada Sang Pencipta kita, Allah subhaanahu wa ta’aala;

Pertama: Allah adalah Pencipta kita dan semesta, serta pemelihara semuanya

Hal ini sebagaimana pernyataan Allah dalam ayat yang telah lalu penyebutannya (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56, Al Mukminun [23]: 115)

Allah pun berfirman,

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ

“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (QS: Az Zumar [39]: 62).

Oleh karena Allah satu-satunya dzat yang menciptakan kita dan juga menciptakan semesta tempat hidup kita, maka kita harus beribadah kepada-Nya, mengabdi sebagai hamba dan bagian dari makhluk-Nya. Alangkah zalimnya/batilnya jika hak penyembahan dan ketundukan diri kita dialihkan kepada selain-Nya?

Kedua:  Allah menciptakan kita dengan bentuk yang terbaik

Allah tidak menciptakan kita dalam bentuk yang asal-asalan, tapi menciptakan kita dengan bentuk yang terbaik. Perhatikan firman Allah berikut,

لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS: At Tiin [95]: 4).

Syeikh As-Sa’diy berkata, “Maksudnya adalah diciptakan dengan sempurna, anggota tubuh yang sesuai dan perawakan yang pantas, tidak kurang sesuatu apa pun yang ia butuhkan.” (Tafsir Karim Al-Rahman: 929).

Ketiga:  Allah memuliakan kita dengan akal pikiran

Tidak hanya itu, Allah pun mengistimewakan kita dengan akal pikiran. Allah berfirman,

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ

“Dan sungguh kami telah memuliakan anak Adam.” (QS: Al Isra [17]: 70)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa manusia telah dimuliakan dengan akal. Yang tidak diberikan kepada makhluk-Nya yang lain (Lihat Tafsir Al Baghawi: 5/108).

Kita sendiri dapat membayangkan, bagaimanakah perasaan orang-orang terdekat kita apabila karena kondisi tertentu akal kita mengalami disfungsi. Bukankah kebahagiaan mereka akan terkurangi. Itulah musibah yang menimpa, suatu kondisi yang pada umumnya manusia tidak menyukainya?

Keempat: Allah yang mengarunikan kepada kita rezeki untuk menopang kehidupan kita

Setelah diciptakan, diciptakan dengan bentuk terbaik dan dimuliakan dengan akal pikiran, karunia Allah selanjutnya adalah menurunkan beragam rezeki yang dengannya manusia mampu bertahan hidup di bumi ini. Apabila rezeki (pemberian) itu dihitung dengan alat hitung yang paling canggih, maka alat itu akan rusak sebelum nikmat dan karunia-Nya selesai dihitung.

Allah berfirman,

أَمَّنْ هَذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ

“Atau siapakah dia yang memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya?” (QS. Al Mulk [67]: 21)

Kelima: kebutuhan asasi/hakiki manusia

Sejarah kehidupan manusia mengajarkan bahwa ternyata manusia dalam mengelola kehidupannya tidak saja memerlukan kebutuhan jasmani, tetapi memerlukan nutrisi ruhani. Jika kehidupan manusia tidak seimbang dan utuh, maka manusia akan merasakan kehampaan kehidupan.

Ia hidup bagaikan mengejar bayangan. Semakin lama ia mengejar kebahagiaan itu, yang dituju semakin menjauh.

Ia baru menyadari bahwa kebahagiaan, ketenangan batin, tidak berbentuk benda yang dapat dicari di tempat tertentu. Ia juga baru terhenyak, bahwa kebahagiaan tidak dapat dibeli dengan kekuasaan, kekayaan, pengaruh, yang dimilikinya.

Kehidupan manusia akan menyakitkan jika ia dengan sengaja ataupun tidak sengaja menyingkirkan dimensi ruhani dalam dirinya. Mereka akan mendapatkan azab dalam kehidupan di dunia dan azab akhirat yang lebih memberatkan (QS. Ar Ra’du (13) : 34).

Ketika lahir, struktur fisik dan ruhani manusia sehat wal afiat. Lahir dalam keadaan fitrah (Islam). Dalam perkembangan berikutnya, karena tidak konsisten dalam memelihara kebersihan dirinya, maka saat itu terjadi penyimpangan yang sangat jauh, akhirnya menjadi Yahudi, Majusi, dan Nasrani.

Itulah kehidupan orang-orang kafir dan sekuler. Ia menceraikan manusia dari ruhnya.

Ia memisahkan makhluk dari Al-Khaliq. Saat itulah tercerabut ruhnya dalam berbagai aspek kehidupannya.

Ia hidup hanya untuk bersenang-senang, makan dan minum. Setelah semua yang diinginkan diperoleh, terbukti membuat pemburunya kecewa.

Orang-orang kafir itu semua amal mereka sia-sia. Semua yang mereka lakukan bagaikan fatamorgana di sebuah lembah.

Orang-orang yang kehausan menyangka bahwa fatamorgana itu adalah air. Ketika ia mendekati tempat itu, mereka tidak menemukan air sedikitpun (QS: An Nur (24) : 39).

Orang-orang kafir ketika di dunia (hanya bertujuan) mendapatkan kesenangan dan makanan sama halnya dengan hewan-hewan ternak (QS. Muhammad (47) : 12).

Keenam: Allah selalu memelihara kita tanpa libur

Perhatikanlah perkembangan diri kita. Sejak berupa janin dalam rahim ibu kita, Allah melindunginya dari gangguan suara, panas dan dingin.

Menginjak usia bayi (shoby), Allah mengajari kita menangis dan ketrampilan yang lain. Pada usia anak-anak (thifl), Allah menyempurnakan perkembangan pisik, panca indra dan perasaan kita.

Pada usia murahiq (remaja), Allah menumbunhkan berbagai potensi di dalam diri kita. Pada usia dewasa (kuhulah), Allah mendewasakan diri kita dengan berbagai pengalaman kehidupan.

Pada usia syaikh (40 th keatas), Allah membuat struktur kepribadian diri kita lebih matang. “Sungguh Kami telah menciptakan Adam dari sari pati tanah. Kemudian Kami jadikan anak keturunan Adam dari pembuahan sel telur oleh sperma. Hasil pembuahan itu tersimpan dalam rahim dengan baik. Kemudian Kami jadikan hasil pembuahan itu segumpal darah. Dan segumpal darah Kami jadikan segumpal daging. Dan segumpal daging Kami jadikan tulang belulang. Lalu Kami selimuti dengan daging. Dan tulang belulang yang selimuti dengan daging itu Kami ciptakan seorang manusia baru.  Allah Maha suci dari segala kekurangan dalam menciptakan manusia dan Tuhan sebaik-baik pencipta.” (QS: Al-Mukminun (23) : 12-14).

Itulah beberapa alasan mengapa kita harus beribadah kepada Dzat yang telah mengaruniakan kepada kita segala hal yang kita miliki saat ini. Jelas sekali, sejelas matahari di siang hari.

Bagi orang-orang yang mau berfikir, bagi orang-orang yang berakal, bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran (ibrah), bagi orang-orang yang mengambil jembatan untuk mendaki ke atas (‘ubur), dan bagi orang-orang yang mau mengikuti fitrah sucinya.

Begitulah Allah sering menyinggung nalar kita untuk berfikir di dalam Al Qur`an. Semoga Allah menuntun, memandu, dan mengarahkan kita kepada petunjuk dan keridhaan-Nya. Wallahu a’lam Bishshawab.*/Sholih Hasyim

HIDAYATULLAH

Hukum Menyewa Orang Untuk Baca Al-Quran di Kuburan Orang Tua?

Cara berbakti pada orang tua yang telah wafat adalah mengirimkan doa dan membaca al-Quran untuk orang tua yang sudah meninggal dunia. Namun seseorang tidak semua bisa membaca al-Qur’an ataupun tidak sempat karena banyak kesibukan. Maka bagaimana hukum menyewa orang baca al-Qur’an di kuburan untuk dihadiahkan pada orang tuanya?

Pada dasarnya seseorang yang disewa untuk membaca al-quran itu boleh dengan catatan harus ada doanya setelah membaca al-Qur’an. Karena al-Quran merupakan hal yang paling layak untuk diberi apresiasi (uang). Hal ini sebagaiman disabdakan oleh Nabi Muhammad sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari.

 ‌إِنَّ ‌أَحَقَّ ‌مَا ‌أَخَذْتُمْ ‌عَلَيْهِ ‌أَجْرًا ‌كِتَابُ ‌اللهِ.

“Sesungguhnya sesuatu yang paling berhak untuk kalian mengambil upah adalah kitabullah (al-Qur’an)”. (HR. Imam Bukhari)

Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitabnya (Tuhfatul Muhtaj: 6 158) menyatakan kebolehan menyewa orang untuk membaca al-Quran.

«وَيَصِحُّ الِاسْتِئْجَارُ لِقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ عِنْدَ الْقَبْرِ» «أَوْ مَعَ الدُّعَاءِ بِمِثْلِ مَا حَصَلَ مِنْ الْأَجْرِ لَهُ أَوْ بِغَيْرِهِ عَقِبَهَا عَيَّنَ زَمَانًا أَوْ مَكَانًا أَوْ لَا»

“Sah menyewa seseorang untuk membaca al-Quran di kuburan atau bersama doanya dengan kompensasi pahala yang akan diperoleh setelah membaca. Baik telah menentukan waktu dan tempatnya maupun tidak”

Seykh Zainuddin al-Malibari juga menandaskan keabsahan menyewa seseorang untuk membaca al-Quran di kuburan. Beliau mengatakan (Fathu al-Muin: 376). 

«قال شيخنا في شرح المنهاج: ‌يصح ‌الاستئجار ‌لقراءة ‌القرآن عند القبر أو مع الدعاء بمثل ما حصل له من الأجر له أو لغيره عقبها عين زمانا أو مكانا أو لا ونية الثواب له غير دعاء لغو خلافا لجمع وإن اختار السبكي ما قالوه»

“Syaikhuna berkata dalam kitab syarah al-Minhaj bahwasanya sah menyewa seseorang untuk membaca al-Quran di kuburan atau bersama doanya dengan kompensasi pahala yang akan diperoleh setalah membaca. Baik telah menentukan waktu dan tempatnya maupun tidak. Adapun meniatkan pahala untuk orang yang menyewa tanpa doa itu sia-sia. Berbeda dengan sekelompok ulama dan Imam al-Syubki memilih pendapat sekelompok ulama itu”.

Dari penjelasan Syeh Zainuddin bisa disimpulkan bahwa jika menyewa membaca al-Quran tanpa membaca doa itu sia-sia sebagaimana dikutip dari gurunya. Sementara Imam al-Syubki cenderung memilih pendapat yang tetap membolehkan menyewa al-Qur’an meskipun tanpa doa. Pendapat ini dipelopori oleh sekelompok ulama.

Dengan demikian, orang yang tidak bisa membaca al-Qur’an dan tahu tidak sempat membacanya untuk dihadiahkan kepada orang tua yang sudah wafat karena sibuk, maka sah hukumnya menyewa seseorang untuk membaca al-Quran.

Itulah penjelasan hukum menyewa orang untuk baca Al-Quran di kuburan orang tua? Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Uang Tabungan untuk Daftar Haji Senilai Puluhan Juta Habis Dimakan Rayap

Uang puluhan juta milik Samin (53 tahun) penjaga sekolah kontrak di SD Lodjiwetan, Kedunglumbu, Pasar Kliwon, Solo, ludes dimakan rayap, Senin (13/9/2022). Uang tersebut diniatkan Samin untuk digunakan menunaikan ibadah haji.

Namun, Samin terpaksa harus menunda niatnya untuk mendaftarkan haji keluarganya mulai dari istrinya dan kedua anaknya. Pasalnya uang senilai sekitar Rp 50 juta tersebut rusak dan tidak dapat digunakan.

Samin menjelaskan bahwa uang tersebut telah ia kumpulkan selama 2,5 tahun dengan disimpan di dalam dua buah celengan plastik. Satu celengan yang dimakan rayap tersebut berisi mulai dari uang pecahan Rp 50 ribu dan Rp 100 ribu dengan total sekitar Rp 50 juta.

“Yang aman sekitar Rp 49.800.000 dan yang rusak sekitar Rp 50 juta,” katanya.

Menurut keternagan Samin ketika sedang membongkar tumpukan tas di rumahnya ditemukan ada sebuah rayap. Ia pun bergegas untuk memeriksa keadaan tabungannya dan benar ia mendapati rayap sudah memakan uang tabungannya.

“Saya curiga ada rayap dan langsung saya bongkar semua. Dan benar satu celengan sudah dimakan (rayap) dan tidak bisa diselamatkan,” katanya.

Sebelumnya, Samin mengungkapkan bahwa alasannya tidak menabung di bank adalah karena ia menilai hal tersebut tidak efisien. Pasalnya ia mengaku terlalu sibuk untuk bekerja.

“Saya nabung di rumah karena untuk efisien tenaga kalau Rp 100-300 kan saya dapat dari hasil kerja di sekolahan. Saya juga harus memantau anak-anak sehingga kurang efisien,” terangnya.

Samin juga mengaku tidak pernah melihat uang yang sudah ditabungnya. Ia juga tidak menyangka bahwa ada rayap yang memakan uangnya karena kondisi tempat ia menyimpan uang tidak dalam kondisi yang lembab.

“Sama sekali tidak pernah dilihat. Saya dan istri juga tidak bisa ngomong apa-apa soalnya tempat penyimpanan itu kering tidak lembab,” terangnya.

Selanjutnya, Samin pun berharap untuk bisa menukar uang rusak tersebut di Bank Indonesia (BI). Oleh karena itu ia mengumpulkan uang tersebut dan berniat datang ke BI guna menukarkan uang yang rusak.

“Harapan bisa ditukar dan dikembalikan untuk daftar haji soalnya saya punya keinginan itu sudah lama. Sedangkan untuk menabung saya masukkan Rp 100-300 ribu dari hasil kerja ribu ditambah hasil jualan istri saya. Itu upah dari bapak-ibu guru untuk saya,” harapnya.

IHRAM

Cara Arab Saudi Manfaatkan Kekuatan AI di Masjidil Haram Makkah

Kerajaan Arab Saudi telah melakukan investasi dalam dunia Kecerdasan Buatan (AI). Mereka menyiapkan robot dengan layar sentuh untuk membantu peziarah menavigasi proses haji, memberi informasi seputar jadwal mingguan di masjid, serta memberikan fatwa agama.

Saudi selama ini terus berinovasi dengan perkembangan teknologi, meluncurkan robot-robot pintar dan menempatkan kecerdasan buatan untuk digunakan bersama dalam praktik Islam.

Dilansir di TRT World, Selasa (13/9/2022), robot-robot itu lantas ditempatkan di Masjidil Haram Makkah, yang mana mereka akan membaca Alquran dan memberikan khotbah kepada umat Islam di tempat suci Islam.

Robot tersebut telah dilengkapi dengan kode batang (barcode), yang memungkinkan pengguna mengunduh layanan ke ponsel pintar masing-masing. Atau, mereka bisa menekan perintah yang ada pada robot ini untuk mempelajari tentang imam yang memimpin shalat, muazin, jadwal mingguan staf masjid termasuk nama ulama yang memimpin khutbah Jumat mingguan.

Dalam artikel yang dikeluarkan oleh Gulf News, disebutkan keberadaan mesin canggih ini diluncurkan oleh Kepala Kepresidenan Umum untuk Urusan Dua Masjid Suci Sheikh Abdul Rahman Al Sudais.”

“Peluncuran ini adalah bagian dari strategi skala besar, yang bertujuan tidak hanya meluncurkan lebih banyak robot pintar di dua Masjid Suci, tetapi untuk mengimplementasikan Proyek Smart Haram [Masjid Suci] sesuai dengan Visi [Saudi] 2030 yang diberkati,” kata Kepala Kepresidenan, mengacu pada skema pembangunan Kerajaan Arab Saudi.

Gulf News juga mencatat dalam beberapa bulan terakhir, serangkaian robot telah diluncurkan ke Masjidil Haram untuk memberikan fatwa, sterilisasi, sekaligus pembersihan atap Ka’bah Suci yang bertempat di masjid, yang dikunjungi oleh jutaan Muslim dari seluruh dunia.

Awal tahun ini di bulan April, outlet berita Saudi //Arab News// menulis artikel tentang Robot Bimbingan di Mekah, yang terletak di halaman Masjidil Haram, dekat Gerbang Raja Abdulaziz. Robot tersebut dapat membantu umat Islam dalam bahasa Arab, Inggris, Turki, Farsi dan Urdu, dengan total 11 bahasa.

Dalam tulisan itu dikatakan, keberadaan robot ini dirancang untuk memberikan saran kepada para peziarah, termasuk panduan tentang cara melakukan ritual, serta memberikan fatwa tentang masalah hukum melakukan umrah. Adapun robot beroda yang ada di masjid berkomunikasi melalui layar sentuh.

Melakukan ziarah haji ke Makkah adalah salah satu prinsip Islam. Setiap tahunnya, ribuan Muslim berduyun-duyun ke Kota Suci untuk berdoa di al Masjid al Haram (Masjid Agung), yang mengelilingi Ka’bah. Peziarah juga biasanya mengunjungi kota Madinah untuk berdoa di al Masjid an Nabawi (Masjid Nabawi).

Robot-robot itu disiapkan untuk membantu peziarah menavigasi umrah (di luar bulan suci Ramadhan). Ini bukan pertama kalinya robot digunakan di Makkah, mengingat mereka pernah digunakan untuk membagikan air kepada jamaah selama haji ketika kota dibuka kembali setelah pandemi, sementara aturan jarak sosial masih berlaku.

Menurut media Al Monitor, otoritas Saudi sedang mempertimbangkan untuk menggunakan robot untuk tujuan non-agama. Beberapa entitas pemerintah Saudi, seperti perusahaan minyak milik negara Aramco, disebut tengah berinvestasi dalam kecerdasan buatan.  

Sumber:

https://www.trtworld.com/life/robots-assist-the-faithful-how-saudi-harnesses-the-power-of-ai-in-mecca-60712

IHRAM

Makna Kalimat Tauhid “Lailahaillallah”

Menjelang kematian Abu Thalib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sangat menginginkan kebaikan bagi pamannya itu mengatakan, “Wahai pamanku, ucapkanlah, ‘lailahaillallah.’ Sebuah kalimat yang akan kujadikan pembela bagimu di sisi Allah.” (HR. Bukhari). Namun, ternyata pamannya enggan dan tetap memilih agama Abdul Muthallib, yaitu memuja berhala. Sehingga pupuslah sudah harapan Nabi untuk menyelamatkan pamannya dari siksa neraka.

Saudaraku, kalimat syahadat ini sudah sangat kita kenal. Setiap hari kita mendengar panggilan azan dan kalimat ini selalu diulang-ulang. Namun sayang, masih banyak saudara kita yang belum memahami makna kalimat ini dengan benar. Contohnya mereka memaknai bahwa lailahaillallah artinya tidak ada pencipta selain Allah. Pada hakikatnya pernyataan tidak ada pencipta selain Allah adalah sesuatu yang benar. Kita tidak memungkirinya sama sekali. Namun, itu bukanlah makna dari lailahaillallah. Kok bisa demikian? Coba perhatikan bagaimana jawaban orang-orang musyrik dahulu ketika ditanya tentang pencipta mereka, pencipta langit dan bumi, pemberi rezeki kepada mereka dari langit dan bumi, mereka menjawab, “Allah”.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَىِٕن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضَ وَسَخَّرَ ٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ لَیَقُولُنَّ ٱللَّهُۖ فَأَنَّىٰ یُؤۡفَكُونَ

Sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi serta yang menundukkan matahari dan bulan?’ Pasti mereka menjawab, ‘Allah’. Maka, mengapa mereka bisa dipalingkan (dari kebenaran).” (QS. Al-Ankabut : 61)

Allah Ta’ala berfirman,

قُلۡ مَن یَرۡزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَاۤءِ وَٱلۡأَرۡضِ أَمَّن یَمۡلِكُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَـٰرَ وَمَن یُخۡرِجُ ٱلۡحَیَّ مِنَ ٱلۡمَیِّتِ وَیُخۡرِجُ ٱلۡمَیِّتَ مِنَ ٱلۡحَیِّ وَمَن یُدَبِّرُ ٱلۡأَمۡرَۚ فَسَیَقُولُونَ ٱللَّهُۚ

Katakanlah, ‘Siapakah yang memberikan rezeki kepada kalian dari langit dan bumi? Atau siapakah yang kuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan? Dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup? Dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka, niscaya mereka akan menjawab, ‘Allah.‘” (QS. Yunus : 31)

Hal itu menunjukkan bahwa sekedar mengakui pencipta alam ini hanya Allah belumlah memasukkan seseorang ke dalam Islam. Padahal, kita mengetahui bersama bahwa yang menjadi kunci masuk ke dalam Islam adalah kalimat syahadat ini. Kalaulah makna syahadat hanya semacam itu saja, niscaya orang-orang kafir dahulu tidak perlu diperangi oleh Nabi. Kita juga ingat, dahulu ketika mengutus sahabatnya Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ’anhu ke Yaman untuk berdakwah, beliau berpesan, “Jadikanlah seruan yang pertama kali kamu sampaikan syahadat lailahaillallah dan Muhammad rasulullah…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lalu, apakah makna kalimat yang mulia ini? Maknanya sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama yaitu la ma’buda bihaqqin illallah (tidak ada sesembahan yang benar selain Allah). Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

ذَ ٰ⁠لِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡحَقُّ وَأَنَّ مَا یَدۡعُونَ مِن دُونِهِۦ هُوَ ٱلۡبَـٰطِلُ

Demikian itulah, karena hanya Allahlah (sesembahan) yang hak, sedangkan segala sesuatu yang disembah selain-Nya adalah batil.” (QS. Al-Hajj : 62)

Sehingga, kalimat ini menuntut kita untuk menyembah hanya kepada Allah Ta’ala dan mengingkari segala sesembahan selain-Nya. Entah itu malaikat, nabi, orang saleh, jin, matahari, pohon, apalagi batu.

Oleh sebab itu, orang yang mengucapkan lailahaillallah harus meyakini bahwa segala bentuk ibadah entah itu salat, puasa, nazar, sembelihan, meminta perlindungan dan keselamatan, dan lain sebagainya hanya boleh ditujukan kepada Allah. Hal ini sebagaimana Allah Ta’ala perintahkan di dalam ayat,

وَٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُوا۟ بِهِۦ شَیۡـࣰٔاۖ

Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (QS. An-Nisaa’ : 36)

Orang yang beribadah kepada selain Allah, pada hakikatnya dia telah melanggar larangan Allah yang paling besar ini. Akibat dari melanggar larangan ini, Allah akan menghukumnya di dalam neraka selama-lamanya. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّهُۥ مَن یُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَیۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ

Barangsiapa yang mempersekutukan Allah dengan sesembahan lain, maka sungguh Allah haramkan surga baginya. Dan tempat kembalinya adalah neraka…” (QS. Al-Maa’idah : 72)

Dengan demikian, sudah semestinya seorang muslim yang mengikrarkan syahadat ini memahami bahwa kunci keselamatan dan kebahagiaan hidupnya adalah dengan melaksanakan kandungan kalimat ini dengan sungguh-sungguh. Yaitu mempersembahkan segala bentuk ibadah, penghinaan diri, ketundukan, serta pengagungan yang dilandasi kecintaan yang paling dalam kepada Rabb alam semesta saja. Bukan kepada makhluk yang memang tidak menguasai kemanfaatan dan kemudharatan walaupun setipis kulit ari, apalagi menghidupkan dan mematikan. Alangkah malang dan mengenaskan, nasib para pemuja selain-Nya. Allahu waliyyut taufiq.

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/78344-makna-kalimat-tauhid.html

Bolehkah Memohon Rahmat dan Ampunan untuk Orang yang Tidak Salat Semasa Hidupnya?

حكم من ترك الصلاة تهاونا وكسلا ومات على ذلك

السؤال

أحسن الله إليكم فضيلة الشيخ هذا سائل يقول: جدتي كانت لا تصلي تهاونا وكسلا ، ولكنها كانت تؤمن بالله ورسوله فهل يجوز لي أن اترحم عليها وأن اعتمر عنها ؟

Pertanyaan:

Semoga Allah melimpahkan kebaikan untuk Anda wahai Syeikh yang mulia, penanya ini berkata, “Nenek saya dahulu tidak salat karena malas dan menyepelekannya tetapi dia beriman kepada Allah dan Rasulullah, bolehkan saya memohonkan rahmat untuknya dan umrah untuknya?”

الاحابة

لا الذي لا يصلي وعنده عقله وتفكيره يترك الصلاة فهذا ليس بمسلم، ليس بمسلم، والنبي ﷺ ( العهد الذي بيننا وبينهم الصلاة فمن تركها فقد كفر )

Jawaban:

Tidak boleh. Orang yang tidak salat, padahal dia berakal dan bisa berpikir, tapi meninggalkan salat, dia bukanlah seorang muslim. Dia bukan seorang muslim, karena Nabi sallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

العهد الذي بيننا وبينهم الصلاة فمن تركها فقد كفر

“Batas pemisah antara kami (orang muslim) dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barang siapa yang meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad)

[Syaikh Shalih al-Fauzan]

مصدر الفتوى

درس فتح المجيد شرح كتاب_التوحيد / يوم الثلاثاء/ ١٥- ربيع الأول -١٤٤١ ﮪ

Sumber:

Pelajaran kitab Fatẖul al-Majīd Penjelasan kitab Tauẖīd

https://www.alfawzan.af.org.sa/ar/node/18252

PDF Artikel

***

Referensi: https://konsultasisyariah.com/39599-bolehkah-memohon-rahmat-dan-ampunan-untuk-orang-yang-tidak-salat-semasa-hidupnya.html

Munafik, Saat Hati dan Mulut Tidak Sinkron

TIDAK sedikit manusia yang seperti ini. Munafik. Ia mengatakan sesuatu yang tidak sinkron antara apa yang ia katakan dengan hatinya. Hatinya berkata tidak, tetapi mulutnya malah berkata iya.

Jika kita contohkan dengan keimanan seseorang, orang yang beriman iya percaya bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan nabi Muhammad ﷺ adalah utusan Allah.

Selain itu, orang yang beriman juga melafadzkan nya dengan mulut, seperti membaca syahadat. Ketika manusia sudah melafadzkan syahadat, maka ia harus percaya itu. Bukan hanya seksdar ucapan di mulut saja. Karna kepercayaan letaknya di hati.

Munafik, Gombal

Hati dan mulut tidak sinkron juga bisa diumpamakan kepada orang-orang yang suka gombal. Ia berkata seperti ini: “MasyaAllah, alangkah cantiknya ciptaanmu ini”.

Biasanya para lelaki mengatakan seperti ini kepada wanita yang iya cintai, padahal dihatinya tidak seperti itu, yang ada di hatinya adalah ucapan seperti ini “dih, cantik dari mananya, jelek iya”.

Ini perbuatan yang tidak baik. Tidak seharusnya kita mencontohnya.

Munafik, sebutan ini juga bisa diberikan kepada orang yang hati dan mulutnya tidak sinkron. Orang yang munafik tidak bisa dipercaya. Terdapat dalam sebuah hadist. Tanda-tanda orang munafik ada tiga, jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari, dan jika diberi amanah mengkhianati.” (HR Bukhari dan Muslim).

“Jika berbicara berdusta” maksudnya adalah, ucapan yang keluar dari mulutnya berbeda dengan apa yang ada di hatinya. “lain di mulut lain di hati”.

Munafik, Jauhi Meskipun Pahit

Seorang muslim tidak seharusnya memiliki sifat ini. Karena kejujuran itu penting meskipun pahit, dari pada berbohong demi diri sendiri. Ketika mulut dan hatu sudah tidak sinkron, maka itu adalah awal dari perselisihan.

Mulut bisa berkata iya, tapi hati belum tentu bisa. Karena hati yang bisa merasakan, sedangkan mulut hanya bisa berucap. Didalam hidup kita bisa merasakan sedih dan senang, dan perasaan itu munculnya dari hati. []

Oleh: Uli Qurrata A’yuni Candra
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI Depok
candrauli8@gmail.com

ISLAMPOS

Fatwa Ulama: Ketika Ragu Apakah Terlupa Salah Satu Rukun Salat

Fatwa Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah

Pertanyaan:

Hal itu jika dia yakin meninggalkan salah satu rukun salat (baca fatwa sebelumnya di sini). Akan tetapi, bagaimana jika dia ragu-ragu (apakah betul sudah melakukan rukun salat atau belum), apakah yang harus dia perbuat?

Jawaban:

Jika ragu-ragu apakah terlupa salah satu rukun salat, maka terdapat tiga kondisi (keadaan).

(Kondisi pertama) jika keraguan itu hanya waham (wahm) semata, tidak ada hakikatnya (tidak riil), maka tidak perlu diperhatikan (tidak teranggap). Dia terus melanjutkan salatnya seakan-akan keraguan tersebut tidak terjadi.

(Kondisi kedua) jika keraguan tersebut sering dia alami, sebagaimana yang dijumpai pada orang yang sering mengalami was-was, kami meminta kepada Allah keselamatan untuk kami dan untuk kalian, maka dia juga tidak perlu memperhatikannya. Akan tetapi, dia terus melanjutkan salatnya sampai dia selesai dari salatnya. Walaupun dalam kondisi dia merasa ada kekurangan dalam salatnya, maka hal itu tidak perlu dikhawatirkan. Atau keraguan tersebut muncul selesai salat, maka dalam kondisi ini juga tidak perlu dianggap dan diperhatikan, selama dia tidak yakin telah meninggalkan rukun salat. Adapun jika terjadi keraguan di tengah-tengah salat, maka para ulama mengatakan, “Siapa saja yang ragu apakah terlupa salah satu rukun salat, maka seperti meninggalkan (belum melakukan) rukun salat tersebut.”

Baca Juga: Hukum Mengqodo Shalat Sunah Rawatib

(Kondisi ketiga) jika mengalami keraguan di tengah-tengah salat, dan keraguan tersebut betul-betul riil (hakiki), bukan karena waham atau was-was, misalnya dia sedang sujud dan ketika itu dia ragu apakah sudah rukuk atau belum, maka kita katakan, “Berdirilah dan kemudian rukuklah.” Hal ini karena hukum asalnya, dia belum rukuk. Kecuali terdapat sangkaan kuat bahwa dia telah rukuk. Karena menurut pendapat yang benar, jika dia memiliki sangkaan kuat bahwa telah rukuk, maka sangkaan kuat inilah yang dimenangkan (teranggap). Akan tetapi, dia hendaknya melakukan sujud sahwi setelah mengucapkan salam.

Sujud sahwi adalah perkara yang penting. Hendaknya kaum muslimin mengetahuinya, lebih-lebih imam salat. Akan tetapi, banyak di antara imam salat yang tidak mengetahuinya. Hal ini tidak seharusnya terjadi dari orang semisal mereka. Menjadi kewajiban atas setiap mukmin untuk mengetahui batasan-batasan dari syariat yang diturunkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam.

***

Penerjemah: M. Saifudin Hakim

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/78516-fatwa-ulama-ketika-ragu-apakah-terlupa-salah-satu-rukun-salat.html

3 Pekerjaan yang Dilaknat Allah SWT

APA pekerjaan yang dilaknat Allah SWT dan kenapa sebabnya? Sahabat Mulia Islampos, Seorang isteri dikatakan dzalim ketika mengetahui suaminya melakukan sesuatu hal yang haram, atau mendapat sogokan dari seseorang namun tidak mencegahnya. Ironis memang ketika isteri menyadari hal itu, tapi malah meremehkan perbuatan tersebut.

Kemudian apa laknat Allah bagi seorang wanita yang membiarkan perbuatan tersebut tanpa mencegahnya?

Maka bagi seorang yang ikut dalam hal tersebut, Allah SWT mengutuk, melaknat oknum penyogok dan orang yang disogok. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW melaknat penyogok, yang menerima sogokan dan perantaranya yang termasuk diharamkan terkait dengan Sogokan.

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الرَّاشِىَ وَالْمُرْتَشِىَ.

“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat orang yang memberi suap dan yang menerima suap,” (HR. Abu Daud no. 3580, Tirmidzi no. 1337, Ibnu Majah no. 2313. Kata Syaikh Al Albani hadits ini shahih).

Kalau diperhatikan lebih seksama, ternyata hadits-hadits Rasulullah itu bukan hanya mengharamkan seseorang memakan harta hasil dari sogokan, tetapi juga diharamkan melakukan hal-hal yang bisa membuat sogokan itu berjalan.

Maka yang diharamkan itu bukan hanya satu pekerjaan yaitu memakan harta sogokan, melainkan tiga pekerjaan sekaligus. Yaitu

Pekerjaan yang Dilaknat Allah SWT yang Pertama. Menerima sogokan;

Pekerjaan yang Dilaknat Allah SWT yang Kedua. Memberi sogokan;

Pekerjaan yang Dilaknat Allah SWT yang Ketiga. Mediator sogokan.

Pekerjaan yang Dilaknat Allah SWT, Kenapa Sogok?

Sebab tidak akan mungkin terjadi seseorang memakan harta hasil dari sogokan, kalau tidak ada yang menyogoknya. Maka orang yang melakukan sogokan pun termasuk mendapat laknat dari Allah juga. Sebab karena pekerjaan dan inisiatif dia-lah maka ada orang yang makan harta sogokan. Dan biasanya dalam kasus sogokan seperti itu, selalu ada pihak yang menjadi mediator atau perantara yang bisa memuluskan jalan.

Karena bisa jadi pihak yang menyuap itu tidak mau menampilkan diri, maka dia akan menggunakan pihak lain sebagai mediator. Atau sebaliknya, pihak yang menerima suap tidak akan mau bertemu langsung dengan si penyogok, maka peran mediator itu penting. Dan sebagai mediator, maka wajarlah bila mendapatkan komisi uang tertentu dari hasil jasanya itu.

Pekerjaan yang Dilaknat Allah SWT, Ketiganya Sepakat dalam Kemungkaran

Maka ketiga pihak itu oleh Rasulullah SAW dilaknat sebab ketiganya sepakat dalam kemungkaran. Dan tanpa peran aktif dari semua pihak, sogokan itu tidak akan berjalan dengan lancar. Sebab dalam dunia sogok menyogok, biasanya memang sudah ada mafianya tersendiri yang mengatur segala sesuatunya agar lepas dari jaring-jaring hukum serta mengaburkan jejak.

Rupanya sejak awal Islam sudah sangat antisipatif sekali terhadap gejala dan kebiasaan sogok menyogok tak terkecuali yang akan terjadi di masa depan nanti. Sejak 15 Abad yang lalu seolah-olah Islam sudah punya gambaran bahwa di masa sekarang ini yang namanya sogok menyogok itu dilakukan secara berkomplot dengan sebuah mafia persogokan yang canggih.

Pekerjaan yang Dilaknat Allah SWT,  Merugikan Diri Sendiri dan Orang Lain

Karena itu sejak dini Islam tidak hanya melaknat orang yang makan harta sogokan, tetapi juga sudah menyebutkan pihak lain yang ikut mensukseskannya. Yaitu sebuah mafia persogokan yang biasa teramat sulit diberantas, karena semua pihak itu piawai dalam berkelit di balik celah-celah kelemahan hukum buatan manusia.

Maka dengan begitu islam, menjadi akhir hukuman yang berat untuk seorang yang banyak melanggar hukum yang merugikan orang lain dan dirinya, walaupun tidak diketahui oleh manusia, Allah tetap mengetahui hal itu. []

Sumber: Hadits Budi Luhur/Karya: Muhammad Said/Penerbit: Putra Ma’arif

ISLAMPOS