Ada sebagian mengaku dirinya Islam, pandai bicara, pidatonya bagus, orasinya membuat berdecak kagum, penapilanya menarik, tetapi permusuhanya pada Islam tinggi, dialah munafik
DI ANTARA ciri dan tanda orang munafik adalah memiliki penampilan menarik, gayanya yang memuka dan pandai dalam berbicara. Tanda-tanda ini disampaikan Allah Subhanahu Wata’ala dalam Surat Al-Baqarah ayat 204-207.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّعْجِبُكَ قَوْلُهٗ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللّٰهَ عَلٰى مَا فِيْ قَلْبِهٖ ۙوَهُوَ اَلَدُّ الْخصام
“Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia mengagumkan engkau (Muhammad), dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras. (QS: Al-Baqarah [2]: 204)
Sebab turunnya ayat
1) Diriwayatkan bahwa ayat ini turun pada Akhnas bin Syuraiq Ats-Tsaqob mendatangi Rasulullah ﷺ dan mengakui sudah masuk Islam. Setelah pergi ia melewati ladang dan sejumlah keledai milik orang Islam, ia membakar ladang dan membunuh keledai. Maka turunlah ayat ini.
2) Riwayat lain disebutkan oleh Ibnu Abbas bahwasannya ayat ini diturunkan berkenaan dengan beberapa orang dari kalangan orang-orang munafik. Mereka membicarakan dan mencaci maki Khubaib dan para sahabatnya yang terbunuh dalam peristiwa Ar-Raji.
Kemudian Allah menurunkan ayat yang mencela orang-orang munafik dan memuji Khubaib dan para sahabatnya dalam Surah Al-Baqarah 207.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّعْجِبُكَ قَوْلُهٗ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللّٰهَ عَلٰى مَا فِيْ قَلْبِهٖ ۙ وَهُوَ اَلَدُّ الْخِصَامِ
“Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia mengagumkan engkau (Muhammad), dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras.” (QS: Al-Baqarah: 207)
Pandai berbicara
Pertama, ayat di atas menunjukkan bahwa ada sebagian yang mengaku dirinya orang Islam, dia pandai bicara, pidato dan ceramahnya menarik banyak orang, orasinya membuat banyak orang berdecak kagum, tutur katanya urut, runtut dan teratur, tidak ada orang yang mendengarnya kecuali tertarik dengannya.
Tetapi sejatinya, hatinya sangat benci dengan Islam , tidak senang ajaran Islam tegak di muka bumi. Dia sedih jika umat Islam mendapatkan kemenangan, sebaliknya dia senang jika umat Islam terpuruk dan mengalami kemunduran.
Allah Subhananhu wa Ta’ala berfirman,
وَاِذَا رَاَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ اَجْسَامُهُمْۗ وَاِنْ يَّقُوْلُوْا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْۗ كَاَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ ۗيَحْسَبُوْنَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْۗ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْۗ قَاتَلَهُمُ اللّٰهُ ۖاَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ
“Dan apabila engkau melihat mereka, tubuh mereka mengagumkanmu. Dan jika mereka berkata, engkau mendengarkan tutur-katanya. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS: Al-Munafiqun [63]: 44 )
Selain kata-katanya menarik, menurut ayat di atas kadang orang munafik berpenampilan sangat menarik dan menyakinkan juga. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
فَلَا تُعْجِبْكَ اَمْوَالُهُمْ وَلَآ اَوْلَادُهُمْ ۗاِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ اَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كٰفِرُوْنَ
“Maka janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnya maksud Allah dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan mati dalam keadaan kafir.” (QS: At-Taubah [9]: 55).
Juga dikuatkan dengan firman-Nya,
وَلَا تُعْجِبْكَ اَمْوَالُهُمْ وَاَوْلَادُهُمْۗ اِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّعَذِّبَهُمْ بِهَا فِى الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ اَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كٰفِرُوْنَ
“Dan janganlah engkau (Muhammad) kagum terhadap harta dan anak-anak mereka. Sesungguhnya dengan itu Allah hendak menyiksa mereka di dunia dan agar nyawa mereka melayang, sedang mereka dalam keadaan kafir.” (QS: At-Taubah [9]: 85).
Dua ayat di atas melarang umat Islam agar tidak terpedaya dan kagum dengan harta dan pengikut mereka. Jadi kalau disimpulkan dari empat ayat di atas, didapatkan bahwa sebagian orang munafik mampu membuat orang Islam kagum dan tertarik dalam empat hal;
1. Perkataan orasi dan pidato mereka.(QS. Al-Baqarah[2]: 204, QS. Al-Munafiqun [63]: 4).
2. Penampilan mereka yang sangat menarik dan menyakinkan (QS. Al-Munafiqun [63] : 4) (QS. At-Taubah [9]: 55 dan 85)
3. Anak atau
4. Pengikut mereka yang banyak. (QS. At-Taubah [9]: 55 dan 85)
Kedua, orang munafik mempersaksikan apa yang ada di dalam hatinya kepada Allah. Ini mirip denga firman-Nya,
يَّسْتَخْفُوْنَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُوْنَ مِنَ اللّٰهِ وَهُوَ مَعَهُمْ اِذْ يُبَيِّتُوْنَ مَا لَا يَرْضٰى مِنَ الْقَوْلِ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِمَا يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطًا
“Mereka dapat bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak dapat bersembunyi dari Allah, karena Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak diridai-Nya. Dan Allah Maha Meliputi terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nisa [4]: 108)
Sebagian ulama membaca ayat itu dengan, memfathahkan huruf ya’ dan mendhommahkan lafadz Allah, yang artinya “Dan Allah mempersaksikan apa yang ada di dalam hatinya.” Hal ini mirip dengan firman Allah,
اِذَا جَاۤءَكَ الْمُنٰفِقُوْنَ قَالُوْا نَشْهَدُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُ اللّٰهِ ۘوَاللّٰهُ يَعْلَمُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُهٗ ۗوَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَكٰذِبُوْنَۚ
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata, “Kami mengakui, bahwa engkau adalah Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.” (QS: Al-Munafiqun [63]: 1)
Penentang yang keras
وَهُوَ اَلَدُّ الْخِصَام
“Padahal dia adalah penentang yang paling keras.”
1) Ayat ini menunjukkan sifat munafik yang selanjutnya yaitu penentang yang paling keras.
2) Didalam hadist Aisyah Radhiyallahu anha bahwa Rasulullah ﷺbersabda,
عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «أَبْغَضُ الرِّجَالِ إِلى اللهِ الأَلَدُّ الخَصِمُ
“Sesungguhnya Allah -Tabāraka wa Ta’ālā- membenci orang yang keras kepala dalam pertikaian dan selalu berselisih tanpa mau tunduk kepada kebenaran.” (HR. Al-Bukhari)
Sebagaimana mengartikan Al-Aludd, Al-Khasim adalah orang yang susah ketika berselisih dan besar permusuhannya. Di dalam firman Allah disebutkan,
فَاِنَّمَا يَسَّرْنٰهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَتُنْذِرَ بِهٖ قَوْمًا لُّدًّا
“Maka sungguh, telah Kami mudahkan (Al-Qur’an) itu dengan bahasamu (Muhammad), agar dengan itu engkau dapat memberi kabar gembira kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar engkau dapat memberi peringatan kepada kaum yang membangkang.” (QS. Maryam [19]: 97)
“Luddan” pada ayat di atas artinya yang menyimpang atau membangkang dan ngeyel. Ini dikuatkan di dalam hadist lain,
وإذا خاصم فجر آية المنافق ثلاث: إذا حدّث كذب، وإذا وعد أخلف
“Tanda munafik ada tiga, jika berbicara berdusta, jika berjanji ia ingkar dan jika bertengkar ia berbuat jahat.”
Membuat Kerusakan
وَاِذَا تَوَلّٰى سَعٰى فِى الْاَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيْهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ ۗ وَ اللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ
“Dan apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, sedang Allah tidak menyukai kerusakan.” (QS: Al-Baqarah [2]: 205)
1) Salah satu ciri orang munafik adalah jika berpaling dari Nabi Muhammad ﷺdia berusaha untuk membuat kerusakan di muka bumi di antaranya dengan merusak tanam–tanaman dan memusnahkan tempat berkembang biaknya hewan- hewan.
Hal ini ditunjukkan oleh Akhnas bin Syuraiq yang membakar ladang dan membunuh keledai, sebagaimana sudah dijelaskan pada sebab turunnya ayat.
2) Ciri orang munafik yang sering membuat kerusakan ini sudah Allah tunjukkan di awal Surah Al-Baqarah di dalam firman-Nya,
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِۙ قَالُوْٓا اِنمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi! ” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 11)
Ini dikuatkan dengan firman Nya,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum [30]: 41)
Tidak menerima nasehat
وَاِذَا قِيْلَ لَهُ اتَّقِ اللّٰهَ اَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْاِثْمِ فَحَسْبُهٗ جَهَنَّمُ ۗ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ
“Dan apabila dikatakan kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah,” bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka Jahanam, dan sungguh (Jahanam itu) tempat tinggal yang terburuk.” (QS. Al-Baqarah [2]: 206)
1) Sifat orang munafik yang kelima, adalah jika dikatakan kepadanya, “Bertaqwalah kepada allah” dan jangan membuat kerusakan di muka bumi. Dia berpaling dan tidak mau menerima nasehat. Dia merasa tinggi dan lebih. Kemudian mudah melakukan dosa lagi. Maka jawaban mereka adalah “ justru kami ini melakukan perbaikan.” (QS: Al-Baqarah [2] : 11).
2) Diceritakan bahwa seorang Yahudi mempunyai keperluan kepada Harun Ar-Rasyid. Dia menunggu di depan pintunya sampai satu tahun tidak di penuhi keperluannya. Suatu ketika Harun Ar-Rasyid keluar dari istana, melihat hal itu orang Yahudi tersebut segera mengejarnya. Sampai bisa berdiri di depannya. Dia berkata kepadanya, “Bertaqwalah Wahai amirul mukminin.” Maka turunlah Harun Ar-Rasyid dari kudanya dan bersujud. Setelah mengangkat kepalanya, beliau langsung memenuhi kebutuhan orang Yahudi tersebut. Ketika sudah pulang ke istananya, ada yang bertanya, “Wahai amirul mukminin mengapa engkau turun dari kuda, hanya karena permintaan seorang Yahudi?” Harun ar-Rasyid menjawab, “ bukan itu, tetapi saya turun karena teringat dengan firman Allah.”
وَاِذَا قِيْلَ لَهُ اتَّقِ اللّٰهَ اَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْاِثْمِ فَحَسْبُهٗ جَهَنَّمُ ۗ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ
“Dan apabila dikatakan kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah,” bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka Jahanam, dan sungguh (Jahanam itu) tempat tinggal yang terburuk.” (QS. Al-Baqarah [2]: 206)
Berjualan dengan Allah
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّشْرِيْ نَفْسَهُ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ رَءُوْفٌۢ بِالْعِبَاد
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 207)
1) Diriwayatkan ketika Suhaib Ar-Rumi berangkat hijrah ke Madinah, ia dikejar boleh beberapa orang Quraisy, maka ia turun dari kendaraannya lalu memasang anak panah, ia berseru, “Wahai orang-orang Quraisy, kalian tahu bahwa bidikanku sangat jitu. Demi Allah kalian tidak akan mampu menangkapku sebelum kubidikkan semua anak panah yang ku bawa kemudian aku melawan dengan pedang hingga aku habiskan senjata, setelah itu lakukanlah apa yang kalian mau terhadapku. Tapi kalau kalian sudi melepaskan aku, akan kutunjukkan kepada kalian tempat harta bendaku di Makkah.” Mereka berkata, “baiklah.” Setibanya Suhaib di Madinah, Nabi bersabda kepadanya, “transaksimu itu sungguh menguntungkan, wahai Abu Yahya,” maka turunlah ayat ini.
2) Ayat di atas menunjukkan kebalikan dari tiga ayat sebelumnya yang berisi tentang , lima sifat orang munafik, dimana visi dan misinya hanya membuat kerusakan di muka bumi ini untuk kepentingan pribadi, untuk kekayaan dirinya, serta untuk kedudukan yang sedang di kejarnya.
Dalam ayat ini Allah menjelaskan sifat orang beriman yang menjual dirinya dan menginfakkan hartanya di dunia ini untuk meraih ridha dan surga Allah. Ini salah satu metode Al-Qur’an sering membuat perbandingan antara dua kelompok manusia, yang kafir dan yang beriman kepada Allah. Dan nasib keduanya di dunia dan di akhirat.
3) Ayat Al-Quran yang sesuai dengan ayat ini adalah firman Allah,
اِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ بِاَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَۗ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيَقْتُلُوْنَ وَيُقْتَلُوْنَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ وَالْقُرْاٰنِۗ وَمَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ مِنَ اللّٰهِ فَاسْتَبْشِرُوْا بِبَيْعِكُمُ الَّذِيْ بَايَعْتُمْ بِهٖۗ وَذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau-pun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.” (QS. At-Taubah [9]: 111)
Ayat di atas yaitu dalam Surah Al-Baqarah: 207 dan dalam At-Taubah : 111. Menjelaskan bahwa Allah telah membeli orang-orang yang beriman, harta dan jiwa mereka dengan bayaran surga. Padahal harta dan jiwa orang beriman juga milik Allah, tetapi Allah membelinya dari orang beriman.
Hal itu untuk menunjukkan penghormatan dan permuliaan Allah kepada orang-orang beriman yang berjihad di jalan-Nya dengan mengorbankan harta dan jiwanya.
4) Ayat di atas menunjukkan kebolehan seorang muslim yang menebus dirinya dengan hartanya ketika di halang- halangi untuk melaksanakan kewajiban dan ajaran agamanya. Karena Shuhaib ArRumi menebus dirinya dengan semua hartanya agar tidak di halangi untuk pergi berhijrah ke Madinah menyusul Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya.*/Dr Ahmad Zain An-Najah
HIDAYATULLAH