Jamaah Umroh Tempuh Makkah-Madinah dalam Dua Jam dengan Kereta Haramain Express

Kerajaan Arab Saudi terus berupaya menyiapkan layanan terbaik bari para peziarah. Terbaru, sebuah layanan kereta api berkecepatan tinggi sedang disiapkan untuk rute Makkah dan Madinah.

Layanan kereta api berkecepatan tinggi ini memungkinkan jamaah umroh melakukan perjalanan antara kota suci hanya dalam kurun waktu dua jam dan 20 menit. Haramain Express, yang melaju dengan kecepatan tertinggi lebih dari 300 kilometer per jam, adalah bagian dari jaringan transportasi terintegrasi Kerajaan.

Layanan ini juga berhenti di Jeddah dan King Abdullah Economic City. Dilansir di Arab News, Jumat (16/9/2022), kereta tersebut dapat menampung lebih dari 400 penumpang kelas bisnis dan ekonomi. Adapun harga tiket yang dipasang antara 40 riyal hingga 150 riyal Saudi.

Orang-orang dari seluruh dunia diizinkan untuk melakukan umroh selama mereka tinggal di Kerajaan, berkat skema visa yang disediakan oleh Kementerian Haji dan Umroh. Inovasi dan peningkatan layanan ini dilakukan dengan tujuan menawarkan pengalaman budaya dan keagamaan yang bebas masalah bagi jamaah umroh, sejalan dengan tujuan Saudi Vision 2030.

Peziarah yang ingin mengunjungi Arab Saudi untuk melakukan umroh disarankan menggunakan platform Maqam, maqam.gds.haj.gov.sa. Dalam situs tersebut, jamaah dapat membuat semua pengaturan perjalanan yang diperlukan dan memilih paket layanan yang ada.

Adapun pemegang visa kunjungan keluarga dan pribadi dapat melakukan umroh dengan mudah, selama mereka membuat reservasi melalui aplikasi Umrah. Saat ini, Kerajaan Arab Saudi mewajibkan jamaah umroh memiliki asuransi kesehatan yang komprehensif, termasuk pertanggungan biaya pengobatan Covid-19.

IHRAM

Ciri Muslim itu Mengasihi, Tips Syech Abdul Qadir Al-Jailani Memupuk Rasa Hormat

Allah menciptakan manusia dengan karakter yang berbeda-beda. Namun perlu di sadari bahwa dengan perbedaan tersebut merupakan salah satu rahmat dari Allah. Karena perbedaan inilah seharusnya manusia dapat saling mencintai, menghargai dan menghormati satu sama lain.

Sikap menghormati dan menghargai orang lain merupakan sikap yang penting dimiliki bagi kaum muslim. Menghormati dan menghargai orang lain juga merupakan salah satu upaya untuk menghormati dan menghargai diri sendiri. Cara menghargai dan menghormati orang lainpun berbeda-beda cara karena keberagaman sifat dasar yag dimiliki manusia itu sendiri.

Rasulullah bersabda : “Tidak termasuk golongan umatku orang yang tidak menghormati mereka yang lebih tua dan tidak mengasihi mereka yang lebih muda darinya, serta tidak mengetahui hak-hak orang berilmu.” (HR. Ahmad). Dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa sikap menghormati dan menghargai orang lain merupakan identitas bagi seorang muslim.

Islam mengajarkan agar saling menghargai satu sama lain. Sikap menghargai terhadap orang lain tentu didasari oleh jiwa yang santun atau al hilmi yang dapat menumbuhkan sikap menghargai dan mengasihi yang berbeda.

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani sendiri memberikan tips untuk dapat memandang orang lain dengan pandangan penuh penghormatan dan penghargaan atasnya. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, kata Syekh Nawawi Banten, mengingatkan bagaimana kita menghargai orang yang mulia, anak kecil, orang dewasa, ulama atau orang alim, orang awam, dan bahkan orang yang berbeda keyakinan.

Pertama, jika bertemu dengan orang mulia, kamu harus berprasangka terhadapnya. Karena bisa jadi orang ini lebih baik dan lebih tinggi derajatnya di sisi Allah daripadaku.

Kedua, bila bertemu dengan anak kecil, kamu seyogianya berpikir bahwa anak ini belum bermaksiat kepada Allah. Sedangkan aku telah bermaksiat. Tentu dia lebih baik dariku.

Ketiga, jika bertemu dengan orang dewasa, kamu sepatutnya berprasangka.‘Orang ini telah beribadah menyembah Allah sebelumku’.

Keempat, jika bersua ulama atau orang alim, kamu mesti berprasangka, ‘Orang ini dianugerahkan ilmu yang tidak dapat kugapai, meraih derajat tinggi yang tidak kuraih, mengetahui materi ilmu yang tidak kuketahui, dan mengamalkan ilmunya.

Kelima, bila bertemu orang awam atau bodoh, kamu harus berpikiran, ‘Orang ini bermaksiat kepada Allah karena ketidaktahuannya. Sedangkan aku bermaksiat kepada-Nya secara sadar di tengah ilmuku. Aku sendiri tidak pernah tahu bagaimana akhir hidupku dan akhir hidupnya, apakah husnul khatimah atau su’ul khatimah.

Keenam, bila berjumpa dengan orang kafir, kamu harus berprasangka, ‘Bisa jadi orang kafir ini suatu saat memeluk Islam dan mengakhiri hidupnya dengan amal yang baik/husnul khatimah. Sedangkan aku bisa jadi malah menjadi kafir suatu saat dan mengakhiri hidup dengan amal yang buruk/su’ul khatimah.

Dari semua tips yang diberikan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani terdapat satu pelajaran penting, yakni rendah hati dan tidak sombong. Kesombongan diri yang menyadari diri lebih mulia, lebih banyak ibadah, lebih alim, lebih dewasa dan lebih segalanya terkadang mampu menumbuhkan sikap meremehkan dan tidak hormat terhadap yang lain. Ketika diri kita diajari untuk rendah hati muncullah sikap menghormati dan mengasihi yang lain.

Semua ini merupakan sekian cara yang ditawarkan oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani agar kita tetap menjaga prasangka baik dan menghargai orang lain. Sikap menghargai terhadap orang lain tentu didasari oleh jiwa yang santun yang dapat menumbuhkan sikap menghargai orang.

Sikap menghargai dan juga menghormati memang harus dilatih untuk menjadi jiwa penyantun. Sikap dan perilaku ini akan terwujud bila pribadi seseorang telah mampu menekan ego pribadinya melalui pembiasaan dan pengasahan rasa empati melalui pendidikan akhlak. Selanjutnya, ia akan selalu terdorong untuk berbuat yang baik kepada orang lain.

ISLAM KAFFAH

Jika Allah Maha Penyayang dan Pengampun, Kenapa Ada Neraka?

Dalam setiap mengawali pekerjaan kita diingatkan dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ketika berdoa pun kita selalu mengakhiri bahwa Engkau adalah Dzat Maha Pengampun. Jika memang Allah Pengasih dan Penyayang, kenapa harus ada balasan neraka? Kenapa Allah menciptakan neraka?

Dalam berbagai ayat dalam al-Quran neraka digambarkan suatu tempat dan kondisi yang sangat menakutkan. Ia memiliki ciri ditumpahkan air yang mendidih ke tubuh manusia yang berdosa, dibakar wajahnya dengan api neraka, tangan dan kaki dibelenggu serta dijaga oleh malaikat yang kasar. Begitu pedihnya! Dan gambaran yang ada hanyalah sebatas apa yang bisa dijaungkau akal manusia. Tentu neraka lebih pedih daripada yang dibayangkan manusia.

Untuk apa diciptakan jika Allah Maha Pengampun? Allah memang Maha Pengampun. Janji Allah tidak akan diinkari untuk memberikan ampunan bagi mereka bertaubat. Tetapi, Allah Maha Adil terhadap semua setiap perbuatan yang dilakukan manusia. Surga dan neraka adalah bagian dari bentuk Maha Adil Tuhan dalam menimbang perbuatan manusia.

Mereka yang berbuat baik akan mendapat imbalan surga. Sementara mereka yang hanya menghabiskan umurnya berbuat maksiat mendapatkan punishment sesuai dengan kadar perbuatannya di neraka. Bukankah adil bermakna sesuai kadar perbuatan dan bukan penyamarataan?

Namun, jika didalami lebih jauh, sejatinya, surga dan neraka sejatinya bentuk kasih Allah. Neraka adalah alasan agar manusia berbuat baik sesuai koridor syariat. Mereka yang selalu menjalankan kebaikan dan menjauhi keburukan akan menjalani kehidupan dengan harmoni. Kebahagiaan pada akhirnya lari kepada manusia itu sendiri.

Neraka untuk Menyelamatkan Manusia

Keharusan seorang umat untuk memandangnya apapun yang telah ditetapkannya dengan sikap husnudzan. Sikap ini akan melahirkan keimanan yang kuat dan menjadikan kita umat yang lebih baik dalam mencintai Tuhan serta apapun yang diciptakannya. Jadi neraka lahir bukan karena Allah Maha Pendendam atau Maha Pemarah, namun karena rasa sayangnya kepada umatnya.

Hadist Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya tatkala Allah menetapkan makhluk-Nya, Dia tulis di sisi-Nya di atas ‘arsy bahwa rahmat-Ku mendahului murka-Ku” (HR. Bukhari: 7422).

Dalam penjelasan hadist di atas menjelaskan bahwa, kasih sayang Allah melebihi murkanya. Jadi neraka ada bukan karena dendam Allah atau murka Allah kepada umatnya yang tidak taat. Namun karena ketidaktaatan umatnya lah yang mengharuskan Allah menciptakan neraka.

Sama halnya ketika manusia yang enggan menjaga kesehatannya dan kemudian jatuh sakit, maka Allah memberikannya obat yang tentu obat tersebut tidak enak dirasakan namun membawa kesembuhan bagi si penderita. Begitulah sebenarnya konsep dari neraka.

Akan apa jadinya jika surga dihuni orang-orang yang masih sakit dalam iman dan akhlak? Apa jadinya jika seorang yang tamak berada dalam surga Allah? Nabi Adam saja yang telah dirahmati Allah diusir dari surga karena satu kesalahan, yakni pembangkangan atas perintah Allah.

Neraka untuk Mereka yang Enggan ke Surga

Terdapat hadist yang cukup unik yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yang enggan untuk memasukinya. Kemudian seseorang bertanya, “Siapakah orang yang enggan tersebut wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Barangsiapa menaatiku akan masuk surga, barangsiapa tidak taat kepadaku sungguh dia orang yang enggan masuk surga”.

Jadi jika kita yang menaati apa yang telah diperintahkan Rasulullah, kita termasuk umat yang beruntung. Namun, sayangnya terkadang keinginan kitalah yang sebenarnya menyebabkan kita enggan masuk surga dan memilih neraka. Karena kejahatan atau keburukan yang kita lakukan, pasti kita menyadari akan ada balasan neraka untuk kita.

Manusia yang memilih sendiri untuk enggan ke surga dan memilih neraka dengan pilihan sadar atas dosa-dosanya. Tuhan menciptakan neraka agar manusia menghindarinya dan memilih untuk masuk surga. Namun, manusia enggan dan memilih neraka dengan pilihan dosa dan maksiat yang dikerjakan.

Masuk Surga yang Mudah

Sejatinya masuk surga sangat mudah. Kunci surga pun diberikan kepada mereka yang tiada henti melafalkan kalimat tahlil. Keinginan masuk surga adalah modal utama. Sementara mereka yang enggan masuk surga dan memilih neraka bukan karena Allah tidak sayang, tetapi pilihan sadar manusia.

Betapa mudahnya masuk surga sekalipun kita diselimuti dengan berbagai dosa. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Ada seorang wanita pezina melihat seekor anjing di hari yang panasnya begitu terik. Anjing itu mengelilingi sumur tersebut sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Lalu wanita itu melepas sepatunya (lalu menimba air dengannya). Ia pun diampuni karena amalannya tersebut.” (HR. Muslim no. 2245).

Dari hadist di atas digambarkan seorang pezina yang mendapatkan ganjaran surga hanya dengan memberi minum anjing. Artinya memulai perbuatan baik yang sederhana dengan konsisten dapat menjadi alasan untuk kita menempati tempat terbaik untuk kembali kelak. Terus berusaha berbuat baik karena kita tidak tahu nanti di akhir kehidupan kita, kita akan menjadi manusia yang seperti apa.

ISLAM KAFFAH

3 Tanda Iman Melemah

APA tanda iman melemah?

Memang, iman itu terkadang naik dan turun, ketika iman kita sedang naik maka rasa dekat dengan Allah pun semakin terasa, dan ibadah akan lebih nikmat.

Beda rasanya jika iman kita sedang turun, rasa malas itu senantiasa menggelayuti setiap ativitas ibadah kita. Ada beberapa hal yang akan membuat iman kita melemah, diantaranya yaitu.

1- Tanda Iman Melemah: Menuruti Angan-angan

Terkadang, secara tiba-tiba seseorang bisa saja mengalami kekesalan, merasa apa yang diupayakan tidak akan bisa mencapai apa yang diinginkan, yang telah lama menjadi angan-angan dalam hidupnya.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu beliau berkata, “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam membuat segi empat, kemudian membuat garis panjang hingga keluar dari persegi tersebut, dan membuat garis-garis kecil dari samping menuju ke tengah.

Kemudian beliau berkata, Inilah manusia, dan garis yang mengelilingi ini adalah ajalnya, dan garis yang keluar ini adalah angan-angannya.

Garis-garis kecil ini adalah musibah dalam hidupnya, jika ia lolos dari ini, ia akan ditimpa dengan ini, jika ia lolos dari ini, ia akan ditimpa dengan ini.” (HR. Bukhari).

Demikian juga yang sudah tidak lagi diuji dengan masalah ekonomi, tetapi hidupnya telah diperkuda ambisi. Sehari-hari hanya pusing menghendaki ambisinya menjadi kenyataan.

Dari Anas beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Setiap anak Adam akan menjadi tua dan hanya tersisa darinya dua hal: ambisi dan angan-angannya.” (HR. Baihaqi).

Di sinilah setiap Muslim penting memahami makna dan implementasi dari perintah untuk ridha dengan apa yang Allah berikan di dalam kehidupan dunia ini. Harapan terbesar yang harus terus diperkuat adalah teguhnya iman demi kebahagiaan di akhirat.

2– Tanda Iman Melemah: Tidak Mencintai Majelis Ilmu

Orang yang diperkuda angan-angan dan ambisi biasanya tidak tertarik dengan ilmu, sehingga sulit baginya berdzikir dalam makna yang sesungguhnya.

Akibatnya hidup kian tidak tenang dan hati semakin kering kerontang dari siraman iman yang sangat dibutuhkan.

Padahal, taman surga ada di dalam majelis ilmu. Rasulullah bersabda, “Jika kalian melewati taman surga maka singgahlah dengan hati senang.”

Para sahabat bertanya, “Apakah taman surga itu?” Beliau menjawab, ” halaqoh-halaqoh dzikir” (atau halaqoh ilmu).” (HR. Tirmidzi).

Dikatakan taman surga, karena hanya orang yang benar-benar berilmulah yang takut kepada Allah Ta’ala.

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambanya hanyalah orang-orangyang berilmu.” (QS. Fathir [35]:  28).

3- Tanda Iman Melemah: Tidak Mau Lepas Dari Pergaulan Yang Salah

Salah satu poin dari syair tombo ati yang populer adalah “Wong Kang Sholeh Kumpulono” yang artinya “Berkumpullah dengan orang-orang yang sholeh.”

Rasulullah menegaskan bahwa iman seseorang juga dipengaruhi oleh dengan siapa ia bergaul. “Seseorang dapat dinilai dari agama kawan setianya, maka hendaklah di antara kalian melihat seseorang dari siapa mereka bergaul.” (HR. Al-Hakim).

Tanda Iman Melemah, Tidak Akan Sulit Jika Punya Tekad

Sejauh seseorang mengerti kebaikan, namun enggan atau mungkin menunda-nunda untuk meninggalkan pergaulan yang ia tahu sebenarnya mesti segera ditinggalkan, tetapi malah tidak memupuk tekad yang sungguh-sungguh, maka pasti akan semakin sulit baginya untuk mengembalikan kebeningan hatinya.

Seorang maling tidak mungkin memikirkan majelis taklim. Artinya, kebiasaan, pergaulan benar-benar menentukan pola pikir dan perilaku keseharian seseorang.

Tanda Iman Melemah, Peringatan dari Rasulullah

Oleh karena itu, Rasulullah memberikan rambu yang jelas dan tegas. “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia duduk (di suatu majelis) yang dihidangkan padanya minuman keras.” (HR. Abdu Dawud dan Ibn Majah).

Jadi, mari bersungguh-sungguh, mencari dan berteman, bergaul dan berinteraksi dengan orang-orang yang sholeh. Hal ini akan sangat membantu akal sehat segera pulih dan hati secara perlahan-lahan akan kembali bisa menangkap cahaya Ilahi (hidayah), sehingga semakin kuat keimanan di dalam dada. []

SUMBER: HIDAYATULLAH

ISLAMPOS

Ibrahim bin Adham Tanggalkan Baju Istana

Ibrahim bin Adham menukar baju istananya dengan pakaian jelata, dan bekerja sebagai kuli di ladang dan kebun, agar tercegah dari meminta-minta

Ibrahim bin Adham lebih masyhur daripada yang dikenal selama ini. la pemimpin para zahid, panutan para ahli ibadah, pemimpin para kesatria (futuwwah), ahli ilmu dan amal.

la tak punya hajat pada manusia, berpegang teguh kepada Allan, pejuang yang selau siaga (a-mujâhid al-murábith). la sangat hati-hat memiih yang halal dalam pekerjaannya.

la gugur tahun 162 H dalam pertempuran Angkatan Laut melawan Romawi. lbrahim bin Adham tumbuh di keluarga mewah dan megah.  Ayahnya salah seorang Raja Khurasan, Ibráhim bin Adham gemar bersenang-senang.

Hari itu, ia pergi berburu menunggang kuda ditemani anjingnya. Ketika ia mengendapi seekor rubah, tiba-tiba sebuah suara menghentikannya.

“Hai Ibrahim, bukan untuk ini kau diciptakan. Bukan untuk ini kau diperintahkan.”

Ibrahim memandang ke sekitar dalam kebingungan. la tak melihat siapa-siapa. la menyangka didatangi setan. “Allah mengutuk iblis.”

Ibrahim kembali memacu kudanya. Tiba-tiba suara itu terdengar lagi: “Hai Ibrahim, bukan untuk ini kau diciptakan. Bukan untuk ini kau dititahkan.”

Ibrahim kembali terdiam. la memandang sekitar.

Tapi tak kunjung menemukan siapa pun. “Allah melaknat iblis,” gumamnya lagi.

la kembali memacu kudanya. Tiba-tiba suara itu, kini keluar dari pelana kuda: “Hai Ibrahim, bukan untuk ini kau diciptakan. Bukanlah untuk ini kau diperintahkan.”

Ibrahim berhenti dan turun dari kudanya. “Aku insaf, aku sadar. Aku telah didatangi seorang juru peringat dari Tuhan semesta alam. Demi Allah, mulai hari ini aku tak akan pernah bermaksiat kepada Allah selama Pelindungku menjagaku, “ demikian batinnya.Ibrahim akhirnya pulang ke istana dengan hati yang bukan hati ketika ia pergi. la tinggalkan kudanya.

la pergi dengan muka berseri-seri. Ia telah bertekad pergi menuju Tuhannya.

Ia pergi menemui para gembala yang sedang menggembalakan ternak ayahnya. Baju istananya ditanggalkan dan diberikan kepada mereka.

Ia menukar bajunya dengan pakaian jelata dari salah seorang mereka. la terus menempuh perjalanan hingga tiba di Iraq.

Di negeri itu, Ibrahim bekerja sebagai kuli di ladang dan kebun, agar dirinya tercegah dari meminta-minta.*(Dalam Al-Hilyat al-Auliyá’, karya Abů Nu’aim, dari buku Qisasul Auliya’)

HIDAYATULLAH

Doa Saat Adzan Maghrib Berkumandang

Selain doa yang biasa dan memang dianjurkan dibaca setelah adzan. Ada satu doa yang secara istimewa dianjurkan dibaca saat adzan maghrib dikumandangkan. Doa tersebut adalah:

اللَّهُمَّ عِنْدَ اسْتِقْبَالِ لَيْلِكَ، وَإِدْبَارِ نَهَارِكَ، وَأَصْوَاتِ دُعَاتِكَ، وَحُضُورِ صَلَوَاتِكَ ، أَسْأَلُكَ أَنْ تَغْفِرَ لِي

Allahumma inda istiqbali lailika wa idbari naharika wa ashwati du’aika wa hudhuri shalawatika asaluka an taghfira li.

“Ya Allah di saat tiba malam-Mu, berlalu siang-Mu, terdengar suara-suara panggilan-Mu, hadir shalat-shalat-Mu, aku memohon kepada-Mu agar Engkau mengampuniku.”

Doa ini merupakan doa yang langsung diajarkan kanjeng nabi kepada sang istri, Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha. Yang kemudian oleh Ummu Salamah diajarkan kepada Abu Katsir.

Hal ini sebagaimana yang dikisahkan dalam hadis riwayat Abu Ya’la berikut;

عَنْ حَفْصَةَ بِنْتِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِيهَا أَبِي كَثِيرٍ قَالَ: عَلَّمَتْنِي أُمُّ سَلَمَةَ قَالَتْ: عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” ‌قُولِي ‌يَا ‌أُمَّ ‌سَلَمَةَ ‌عِنْدَ ‌أَذَانِ ‌الْمَغْرِبِ: اللَّهُمَّ عِنْدَ اسْتِقْبَالِ لَيْلِكَ، وَإِدْبَارِ نَهَارِكَ، وَأَصْوَاتِ دُعَاتِكَ، وَحُضُورِ صَلَوَاتِكَ، أَسْأَلُكَ أَنْ تَغْفِرَ لِي”

Dari Hafshah binti Abu Katsir, dari ayahnya Abu Katsir berkata; Ummu Salamah mengajarkan (suatu doa) kepadaku, Ummu Salamah berkata; Rasulullah Saw. telah mengajarkan (suatu doa) kepadaku, beliau bersabda: “Wahai Ummu Salamah, ketika adzan maghrib dikumandangkan ucapkanlah allahumma inda istiqbali lailika wa idbari naharika wa ashwati du’aika wa hudhuri shalawatika asaluka an taghfira li.”

Demikian penjelasan terkait doa saat adzan maghrib berkumandang. Semoga bermanfaat dan semoga kita bisa mengamalkannya. Amin.

BINCANG SYARIAH

Kisah Ahli Shalawat Terlilit Hutang

Dahulu ada seseorang yang memiliki hutang sangat banyak, yaitu sebesar 500 dinar. Orang ini berhutang kepada orang banyak. Ketika datang waktunya, datanglah semua orang untuk menagih, dia kebingungan karena tidak memiliki uang sepeserpun.

Akhirnya dia pergi kepada salah seorang saudagar yang kaya dan ia meminjam uang kepadanya sebesar 500 dinar. Sebelum diberikan ditanya terlebih dahulu oleh saudagar : “kapan mau kau kembalikan uang ini ?”. Dia berkata : “insya Allah di tanggal sekian saya kembalikan”

Uang itu pun akhirnya segera ia ambil dan ia bayarkan hutangnya tersebut satu per satu. Selesai ia bayarkan tidak tersisa uangnya lagi sepeser pun, karena tidak ada sisa modal lagi untuk ia putarkan supaya bisa terbayar hutangnya yang 500 dinar tadi. Karena memang dia pinjam sesuai kadar hutangnya tadi.

Sampai ketika datang waktu jatuh tempo si saudagar pun datang ke rumahnya  untuk menagih : “mana uang 500 dinar yang kau pinjam ? Kau janji hari ini akan melunasinya. Ia menjawab “Demi Allah sepeser pun saya tidak punya, saya belum mendapatkan apa-apa untuk saya bayarkan kepada dirimu. ”

Saudagar pun tidak mau tahu “sekarang sudah jatuh temponya maka bayar hutangmu sesuai ucapanmu”. Lalu ia menjawab: “Demi Allah sepeser pun saya tidak punya .” Si saudagar berkata : “Kalau begitu ayo pergi ke hakim karena tidak benar perbuatanmu ini.”

Di depan hakim saudagar menceritakan perkaranya. Hakim bertanya : “kenapa tidak kau bayar hutangmu? Bukankah engkau berjanji hari ini engkau akan melunasinya? ” Ia menjawab :  iya benar saya berjanji, akan tetapi saya tidak memiliki uang, saya bukan pengkhianat, bukan orang yang mau berdusta, saya memang tidak punya uang, tapi saya mengaku kalau saya punya hutang dan hari ini saya tidak punya uang untuk saya bayarkan.”

Hakim berkata : “kalau begitu kau telah melanggar, melanggar janjimu dan kau harus di hukum, kau harus di penjara. ” Ia pun menerima hukuman itu tapi meminta : “tolong berikan saya waktu 1 hari, saya ingin kembali ke rumah saya untuk izin kepada istri dan juga anak-anak saya, besok saya akan kembali ke sini lagi dan masukkan saya ke dalam penjara”

Hakim meragukan keterangannya : “Siapa yang akan menjamin dirimu kalau engkau akan kembali kesini? “

“Kalaupun saya niat lari dari kemarin-kemarin pun saya sudah niat lari saya tidak akan datang kesini, percayalah saya akan kembali di esok hari, “kata orang yang berhutang tadi”.

Hakim masih ragu dan bertanya: “jaminannya apa? ” Ia menjawab: “jaminannya adalah Rasulullah SAW. ”. Sang hakim pun bingung dengan maksudnya.

Dia berkata : wahai hakim kalau saya besok tidak menepati janji saya, saya bersedia ditolak dan dikeluarkan sebagai umat Nabi besar Muhammad SAW”.

Sumpah itu jelas tidak main-main, Sang Hakim pun mengizinkannya. Orang ini kembali ke rumahnya dan menceritakan semuanya kepada istri dan anak-anaknya. Ia meminta izin kepada istrinya bahwa besok ia akan dipenjara karena tidak bisa bayar hutang.

Sang istri bertanya :“kalau kau dipenjara, lalu apa yang bisa membuatmu keluar sekarang ini? ” Suaminya menjawab: “karena saya mendapat jaminan. ” Istrinya kembali bertanya:“ dari siapa?”  suaminya menjawab :“dari Rasulullah SAW, bahwa jikalau saya tidak menepati janji saya maka saya rela dikeluarkan bahkan tidak lagi dianggap menjadi umat Nabi Muhammad SAW”

Maka istrinya berkata: “Selagi engkau ini mendapat jaminan dari Rasulullah SAW atau kau menjaminkan Rasulullah SAW, ayo kita perbanyak shalawat, semoga Nabi besar Muhammad SAW benar-benar menjamin dirimu, karena shalawat itu manfaatnya besar, shalawat ini berkahnya luar biasa.”

Mereka pun memperbanyak shalawat sampai akhirnya pun mereka tertidur. Si suami yang punya hutang tadi ketika tidur ia bermimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW. Dalam mimpinya Rasulullah mengatakan : “kau jangan takut, jangan gelisah, besok pagi kau pergi ke gubernur di tempatmu itu dan kau bilang sama gubernur tadi bahwa Rasulullah SAW mengucapkan salam kepadamu dan sampaikan kepada si gubernur kalau setiap hari kau shalawat kepada Rasulullah SAW sebanyak 1000 kali dan itu shalawatnya sampai kepadaku dan sampaikan kepada si gubernur bahwa tadi malam ketika ia membaca shalawat apakah sudah sampai 1000 kali apa belum, karena ada salah dalam menghitung sehingga ia pun gelisah maka sampaikan kepada gubernur tadi bahwasannya shalawatnya ini sudah 1000 dan diterima oleh baginda Nabi besar Muhammad SAW”

Keesokan harinya, ia pergi ke hakim, namun sebelum ia menemui hakim ia datang terlebih dahulu untuk menemui gubernur tadi.

“Wahai gubernur, wahai wali, Rasulullah SAW menitipkan salam kepadamu”, katanya. Kagetlah si gubernur itu. Ia menceritakan sesuai mimpinya bahwa Rasulullah SAW mengabarkan telah sampainya shalawat kepada Rasulullah sejumlah 1000 kali dan ketika si gubernur gelisah perihal ia bingung dalam jumlah menghitung shalawat nya udah sampai 1000 atau belum maka Rasulullah mengatakan bahwa itu sudah tepat berjumlah 1000 dan bahwasannya engkau telah istiqomah bersholawat kepadaku berjumlah 1000 kali setiap harinya , dan engkau di minta untuk membantu saya melunasi hutang-hutang saya.

Saking gembiranya dapat salam dari Rasulullah dan kabar shalawatnya selama ini telah sampai kepada Rasulullah SAW, gubernur tadi pun langsung bertanya :“Berapa jumlah hutang-hutang mu? ”

Ia pun menjawab: “500 dinar wahai gubernur”. Diambillah 500 dinar dari baitul mal setelah itu diambilkan lagi 2500 dinar dari uang pribadinya. “engkau datang membawa kabar gembira kepadaku” kata gubernur. Ia pulang dari rumah gubernur tadi membawa 3000 dinar.

Lalu ia datang kepada hakim, dan berkata hakim : “alhamdulillah, berkat dirimu tadi malam saya mimpi bertemu Rasulullah, dan Rasulullah mengatakan: “kalau engkau membantu orang yang memiliki hutang dan melunasi hutangnya tersebut maka aku akan membantumu kelak di hari kiamat.”

Kemudian diambilkan uang 500 dinar untuk diberikan kepada orang tersebut. Keluar dari rumah sang hakim, orang tersebut pun membawa 3500 dinar .

Akhirnya dia pergi ke rumah saudagar yang dia hutangi untuk membayar hutangnya tersebut. Ternyata saudagar tadi sudah menunggu kedatangannya di depan rumahnya. Ketika bertemu langsunglah orang ini dipeluk, dicium sambil menangis dan mengucapkan berkat dirimu aku semalam mimpi bertemu Rasulullah SAW.

Kata Rasulullah SAW :“kalau kau bebaskan hutangnya si fulan, kelak engkau akan aku bantu dan akan aku berikan syafa’atku di hari kiamat.”  Dan ini ada hadiah untukmu 500 dinar.

Berangkat dari rumah orang ini masih memiliki hutang 500 dinar berkat mimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW hutangnya terlunaskan dan dapat tambahan 4000 dinar berkat shalawat yang dibaca kepada Rasulullah SAW.

Dapat di simpulkan membaca shalawat bukan hanya mendapakan berkah dan syafa’at di akhirat, namun ketika kita sedang menghadapi situasi sulit di dunia pun jika kita senantiasa memperbanyak membaca shalawat, semuanya akan mudah teratasi akibat berkah shalawat kepada Nabi besar Muhammad SAW.

ISLAM KAFFAH

Orang Badui Kencing di Masjid, Nabi Tak Ajak Umat Islam Madinah Buat Marah

Suatu hari ada seorang Arab Badui yang mengunjungi masjid Nabi di Madinah. “Semoga Allah mengampuniku dan Muhammad. Tapi tidak mengampuni orang lain yang ada di sini selain kami berdua,” ucap Arab Badui itu sambil nyelonong masuk masjid. “Wah, bahaya betul doamu itu,” jawab Nabi. Bukan sembahyang, orang Arab Badui itu malah kabur agak menjauh dari Nabi untuk kencing di masjid Nabi. Waktu itu masjid Nabi masih beralaskan tanah.

Sontak para sahabat yang ada di masjid Nabi itu pun terheran-heran dengan berbagai respon. Ada yang berteriak, mengomel, bahkan sampai menyampari orang Arab Badui itu agar tidak kencing di masjid. Menurut Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari, respon para sahabat itu tidak sampai anarkis menggunakan tangan, hanya omelan mulut saja.

Bagaimana sikap Nabi sendiri? Nabi justru melarang para sahabatnya untuk ngomel-ngomel. Apakah Nabi membangun emosi umat Islam di Madinah untuk menghakimi orang Arab Badui itu yang sudah menistakan simbol Islam, yaitu masjid? Tidak. Nabi tidak berkenan menyakiti orang Arab Badui itu dengan perkataan, apalagi sampai melukainya.

Lalu apa respon Nabi Muhammad?

“Udah biarin aja (Arab Badui itu menuntaskan kencingnya di masjid). Tinggal kalian siram kencingnya Arab Badui itu dengan seember air. Kalian itu seharusnya mempermudah, jangan mempersulit.”

Setelah orang Arab Badui selesai kencing di masjid, sebagian sahabat menyiram tanah bekas kencing itu dengan seember air.

Nabi pun memanggil orang Arab Badui itu untuk menasihatinya. “Mas, masjid itu gak pantes buat dikencingi dan dikotori. Masjid itu tempat zikir kepada Allah, salat, dan membaca Al-Qur’an.”

Imam Ibnu Hajar memberi catatan mengenai dakwah Nabi yang santun dan akhlaknya yang mulia. Kata Imam Ibnu Hajar, kita itu harus bersikap lembut terhadap orang yang tidak tahu agama dan mengajarinya dengan baik tanpa perlu kasar.

Imam Ibnu Majah dan Ibnu Hibban meriwayatkan, saat sudah mengerti Islam dengan baik, orang Arab Badui itu menghadap ke hadapan Nabi dan bersumpah sudah tidak pernah lagi mencaci maki dan menghina Islam.

Ulama hadis berbeda pendapat mengenai siapa sih nama orang Arab Badui itu. Imam Abu Musa al-Madini menyebutkan, Arab Badui itu Dzul Khuwaishirah al-Yamānī. Bukan al-Yamānī, tapi Dzul Khuwaishirah  al-Tamīmī menurut riwayat Abu Zur‘ah al-Dimasyqī. Al-Tamīmī ini belakangan menjadi pembesar kelompok Khawarij. Imam Abu al-Husain bin Faris berpendapat, nama Arab Badui itu Uyainah bin Hishn. Wallahu A’lam

BINCANG SYARAIAH

Kemenag Bahas Desain Manasik Haji Sepanjang Tahun

Bekasi (Kemenag) — Kementerian Agama menyusun desain manasik haji sepanjang tahun bagi jemaah. Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Hilman Latief mengatakan, pasal 32 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah mengamanahkan kepada Menteri Agama untuk melaksanakan pembinaan bagi jemaah haji. 

Namun, lanjutnya, selama ini fokus pembinaan masih terfokus untuk jemaah yang akan berangkat pada tahun berjalan. “Ke depan, perlu inovasi agar jemaah yang masih dalam masa tunggu (waiting list) juga mendapatkan pembinaan manasik. Ini penting guna meningkatkan kemandirian mereka saat pelaksanaan haji,” terang Hilman Latief saat membuka Penyusunan dan Pembahasan Desain Manasik Sepanjang Tahun secara virtual, Selasa (13/9/2022).

Acara ini berlangsung secara hybrid, 13 – 15 September 2022, dan dipusatkan di Bekasi. Hadir, ASN Ditjen PHU, perwakilan Kementerian Kesehatan, Biro Hukum dan Kerja Sama Luar Negeri, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Akademisi, Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (FK KBIHU), serta Organisasi Keagamaan dan Lembaga Survey.

Direktur Bina Haji Arsad Hidayat menjelaskan, setiap warga negara yang telah mendaftarkan diri dan memiliki porsi adalah jemaah haji. Mereka secara regulasi sudah memiliki hak untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah. Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam PMA 13 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Haji Reguler Pasal 32 ayat ayat 3 dilakukan dengan cara penyuluhan dan pembimbingan. 

“Pelaksanaan penyuluhan dan pembimbingan terhadap Jemaah Waiting List harus terencana, terukur, terstruktur, dan terpadu. Kegiatan ini diharapkan mampu melahirkan sebuah pedoman sebagai parameter dan rambu dalam melaksanakan amanah PMA dimaksud,” pesan Arsad. 

Plt. Kasubdit Bimbingan Jemaah yang juga ketua pelaksana Anshor menambahkan, pedoman manasik ini akan mengatur mekanisme pelaksanaan penyuluhan dan pembimbingan, sarana dan prasarana pelaksanaan, serta materi yang disampaikan.

Dari proses diskusi, disepakati desain manasik haji terbagi dalam tiga kategori: 1). Manasik haji reguler bagi jemaah haji tahun berjalan; 2) Penyuluhan bagi jemaah haji waiting list dua tahun jelang keberangkatan; dan 3) Sapa Jemaah dalam bentuk “pod cast”, seminar dan konsultasi  bagi jemaah haji waiting list di atas 3 tahun dan masyarakat.

Kemenag RI

Jangan Lupakan Nasib Kalian di Dunia

Apa yang dimaksud dengan ayat yang artinya ‘jangan lupakan nasib kalian di dunia’? Apakah itu berarti kita membagi dunia dan akhirat menjadi ‘fifty-fifty’? Apakah itu berarti dunia dan akhirat mesti seimbang? Ataukah akhirat yang jadi tujuan utama, sedangkan dunia kita gunakan sebagai sarana untuk menggapai kebahagiaan akhirat?

Ayat yang bisa kita renungkan dan kita kaji di pagi hari ini,

وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS. Al Qashshash: 77).

Raihlah Akhiratmu

Sekarang kita lihat terlebih dahulu makna penggalan pertama dari ayat di atas (yang artinya), “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat”.

Dikatakan oleh Qurthubi dalam Al Jaami’ li Ahkamil Qur’an (7: 199), “Hendaklah seseorang menggunakan nikmat dunia yang Allah berikan untuk menggapai kehidupan akhirat yaitu surga. Karena seorang mukmin hendaklah memanfaatkan dunianya untuk hal yang bermanfaat bagi akhiratnya. Jadi ia bukan mencari dunia dalam rangka sombong dan angkuh.”

Ibnu Katsir mengatakan mengenai ayat tersebut,

استعمل ما وهبك الله من هذا المال الجزيل والنعمة الطائلة، في طاعة ربك والتقرب إليه بأنواع القربات، التي يحصل لك بها الثواب في الدار الآخرة

“Gunakanlah yang telah Allah anugerahkan untukmu dari harta dan nikmat yang besar untuk taat pada Rabbmu dan membuat dirimu semakin dekat pada Allah dengan berbagai macam ketaatan. Dengan ini semua, engkau dapat menggapai pahala di kehidupan akhirat.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 37).

Jangan Lupakan Nasibmu di Dunia

Yang dimaksud ayat,

وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Jangan melupakan nasibmu di dunia”.

Jika kita artikan leterlek, mungkin maknanya adalah hendaklah kita seimbangkan dunia dan akhirat. Namun ternyata, yang dipahami oleh para ulama pakar tafsir tidaklah demikian. Banyak yang salah dalam memahami ayat ini gara-gara cuma bersandar pada Al Qur’an terjemahan.

Imam Ibnu Katsir -semoga Allah merahmati beliau- menyebutkan dalam kitab tafsirnya,

{ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا } أي: مما أباح الله فيها من المآكل والمشارب والملابس والمساكن والمناكح، فإن لربك عليك حقًّا، ولنفسك عليك حقًّا، ولأهلك عليك حقًّا، ولزورك عليك حقا، فآت كل ذي حق حقه.

“Janganlah engkau melupakan nasibmu dari kehidupan dunia yaitu dari yang Allah bolehkan berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan menikah. Rabbmu masih memiliki hak darimu. Dirimu juga memiliki hak. Keluargamu juga memiliki hak. Istrimu pun memiliki hak. Maka tunaikanlah hak-hak setiap yang memiliki hak.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 37).

Dalam Tafsir Al Jalalain (hal. 405) disebutkan maksud dari ayat tersebut,

{ وَلاَ تَنسَ } تترك { نَصِيبَكَ مِنَ الدنيا } أي أن تعمل فيها للآخرة

“Janganlah engkau tinggalkan nasibmu di dunia yaitu hendaklah di dunia ini engkau beramal untuk akhiratmu.” Sangat jelas apa yang dimaksudkan oleh Jalaluddin As Suyuthi dan Jalaluddin Al Mahalli bahwa yang dimaksud ayat di atas bukan berarti kita harus menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Namun tetap ketika di dunia, setiap aktivitas kita ditujukan untuk kehidupan selanjutnya di akhirat. Jadikan belajar kita di bangku kuliah sebagai cara untuk membahagiakan orang banyak. Jadikan usaha atau bisnis kita bisa bermanfaat bagi kaum muslimin. Karena semakin banyak yang mengambil manfaat dari usaha dan kerja keras kita di dunia, maka semakin banyak pahala yang mengalir untuk kita. Karena sebaik-baik manusia, merekalah yang ‘anfa’uhum linnaas’, yang paling banyak memberi manfaat untuk orang banyak.

Coba lihat pula keterangan lainnya. Syaikh ‘Abdurrahman  bin Nashir As Sa’di dalam Taisir Karimir Rahman (hal. 623), “Engkau telah menggenggam berbagai cara untuk menggapai kebahagiaan akhirat dengan harta, yang harta tersebut tidaklah dimiliki selainmu. Haraplah dengan harta tersebut untuk menggapai ridho Allah. Janganlah nikmat dunia digunakan untuk memenuhi syahwat dan kelezatan semata. Jangan pula sampai lupa nasibmu di dunia, yaitu Allah tidak memerintahkan supaya manusia menginfakkan seluruh hartanya, sehingga lalai dari menafkahi yang wajib. Namun infaklah dengan niatan untuk akhiratmu. Bersenang-senanglah pula dengan duniamu namun jangan sampai melalaikan agama dan membahayakan kehidupan akhiratmu kelak.”

Di Akhir Ayat

Di akhir ayat yang kita kaji disebutkan,

وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al Qashshash: 77).

Ayat ini memerintahkan untuk berbuat baik pada makhluk Allah sebagaimana Dia telah memberi kebaikan untuk kita. Janganlah tujuan hidup kita di muka bumi untuk berbuat kerusakan dan menyakiti makhluk lain. Sesungguhnya Allah benar-benar tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir, 6: 37.

Jadikan Akhirat Tujuan Kita

Yang dimaksud dalam ayat yang kita kaji, bukan dunia yang jadi tujuan kita, namun semestinya yang jadi tujuan besar kita adalah akhirat. Namun betapa banyak manusia yang lalai akan hal ini. Mereka hanya mengejar dunia dan banyak lupa pada akhirat. Mereka tidak mau mengenal Islam, tidak mau belajar agama, melupakan mengkaji Al Qur’an, sampai lupa pula akan kewajiban shalat 5 waktu dan kewajiban lainnya. Ingat dan kecamkan hadits berikut ini,

مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ

Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.” (HR. Tirmidzi no. 2465. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini dho’if dan syawahidnya atau penguatnya pun dho’if. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat penjelasan hadits ini di Tuhfatul Ahwadzi, 7: 139).

Sekali lagi, ayat yang kita bahas pun bukan maksudnya adalah dunia dan akhirat mesti seimbang. Tapi yang dimaksud adalah dunia adalah sebagai lading persiapan untuk menuju kampung akhirat. Ingat kata Qurthubi di atas, “Hendaklah seseorang menggunakan nikmat dunia yang Allah berikan untuk menggapai kehidupan akhirat yaitu surga. Karena seorang mukmin hendaklah memanfaatkan dunianya untuk hal yang bermanfaat bagi akhiratnya.

Semoga Allah menjadikan pada benak dan tujuan hidup kita adalah darul akhirat, negeri akhirat yang kekal abadi. Hanyalah Allah yang memberi taufik, wallahu waliyyut taufiq was sadaad.

Sumber https://rumaysho.com/3335-jangan-lupakan-nasib-kalian-di-dunia.html