Ketika UAS Jamu Daniel Mananta di Pekanbaru

DANIEL Mananta dan Ustaz Abdul Somad (UAS) tengah menjadi perbincangan publik. Pasalnya, baru-baru ini keduanya tampak bertemu seperti yang terlihat dari foto-foto di Instagram. UAS dan Daniel Mananta sebelumnya pernah bertemu di dalam sebuah podcast.

Seorang akun Facebook menceritakan momen Daniel Mananta dijamu UAS. Ketika itu, sang presenter tengah ke Pekanbaru.

“Hari pertama, Selasa, 08 November 2022, Bang Daniel dijemput ke Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru dan dibawa ke Rumah Omak di Rimbo Panjang. Sampai di Rumah Omak, Bang Daniel disambut dengan hangat bersama keluarga dan sahabat. UAS tawarkan kepada Bang Daniel dan keluarga; “Kalau Bang Daniel merasa nyaman tidur di Rumah Omak, tidurlah disini. Ini kamar untuk Abang tempati.” Sambil UAS tunjukkan kamar di lantai 1 di samping ruang tengah tempat UAS biasa menyambut tamu. “Tapi kalau Abang merasa nyaman di hotel, kami antar ke hotel”. Bang Daniel dan istri memilih tidur di Rumah Omak,” kata Alnofiandri Dinar.

Di rumah itu, Daniel Mananta sempat mengunggah momen tersebut. Ia menyampaikan bahwa dirinya tak sabar menjajal kuliner daerah Pekanbaru.
Advertisement

“Gw & Viola gak sabar nyobain kuliner di sini ah! Senangnya main ke rumah tetangga!” tulis Daniel.

Sampai akhirnya, Daniel Mananta mencoba durian bareng UAS. Mereka begitu lahap menyantap buah tersebut.

“Durian adalah,” tulis Daniel untuk momen itu.

Setelah itu, Daniel Mananta terlihat tengah khusyuk dalam pengajian UAS di Pekanbaru. Seorang akun Facebook kembali menceritakan terkait hal tersebut.

Dari foto, Daniel Mananta tak segan untuk berbaur dengan warga lainnya untuk mendengarkan pengajian yang diberikan Ustaz Abdul Somad. Ia yang kala itu memakai kaus putih dan masker biru juga begitu serius mendengarkan apa yang disampaikan Ustaz Abdul Somad.

“Bang Daniel, Temukanlah Hidayah Dengan Caramu! Selaku muslim, jama’ah, sahabat, atau fans UAS, kita tidak perlu sesak napas dan buru-buru berharap Bang VJ Daniel Mananta dan istri, Viola Maria, memeluk Islam,” buka dalam keterangan Facebook tersebut, Kamis (10/11/2022).

Sikap UAS ke Daniel Mananta dipuji. Ia sama sekali tidak pernah memaksakan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.

“Tidak perlu bertanya-tanya, “Kok Bang Daniel belum log in juga, khan sudah jalan bareng UAS dan mungkin sudah dikasih tahu passwordnya?!” Tidak perlu kesal. Awas, nanti naik kolesterol dan asam urat. Biarlah hidayah Dia temukan dengan caranya. Biarlah Allah yang menganugerahkan hidayah kepada Bang Daniel. Kita cukup mendoakannya,” sambung akun Facebook itu.

“Perlakukan saja Bang Daniel dengan perlakuan terbaik yang dituntun oleh Islam. Tampakkan kehebatan Islam kepada Bang Daniel dengan praktek riil. Misalnya seperti UAS melayaninya Bang Daniel. Selama dua hari Bang Daniel di Riau, UAS sama sekali tidak pernah menyuruh Bang Daniel bersyahadat atau menyindir Bang Daniel agar bersyahadat. Bertanya pun tidak. UAS fokus saja menyambut Bang Daniel dan istri dengan pelayanan terbaik,” lanjutnya lagi.

Daniel Mananta mengaku merasa mendapat sahabat baru usai dari Pekanbaru. Ia berterima kasih ke UAS.

“Pekanbaru… Sahabat baru! Banyak unforgettable sweet moments bareng @ustadzabdulsomad_official. Thank you for hosting us,” tulis Daniel. []

SUMBER: DETIK

Shalat Gerhana Bulan Sendirian, Sahkah?

Gerhana Bulanakan terjadi pada tanggal 08 November 2022. Menurut fiqih Islam, ketika terjadi gerhana bulan, maka sunah hukumnya melaksanakan shalat sunah gerhana. Nah, lantas muncul persoalan, shalat gerhana bulan secara sendirian (tidak berjamaah), apakah shalatnya sah?

Menurut Imam Syihabuddin al-Nafrawi  al Azhari al Maliki, dalam kitab al-Fawakih al-Dawani mengatakan bahwa shalat sunah gerhana bulan tidak dikerjakan secara berjamaah— dilaksanakan secara sendirian (munfarid)—, dan lebih istimewa dikerjakan di rumah. Beliau berkata:

وليس في صلاة خسوف القمر جماعة، وليصل الناس عند ذلك أفذاذا لأنها مستحبة على المعتمد، ففعلها في البيوت أفضل

Artinya: Tidak dianjurkan shalat gerhana bulan itu dilaksanakan secara berjamaah. Untuk itu, umat Islam hendaknya melaksanakan shalat gerhana bulan itu secara sendiri-sendiri. Shalat gerhana bulan secara munfarid/ sendiri hukumya sunah, menurut pendapat yang muktamad . Di samping itu, melaksanakan shalat gerhana bulan di rumah itu lebih diutamakan.

Pada sisi lain, Habib Syekh Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim al- Kaff secara terperincidalam kitab at-Taqrir as-Sadidah fil Masailil Mufidahbahwa melaksanakan shalat sunah gerhana bulan sunah hukumnya. Dan bisa dilaksanakan secara munfarid/sendirian, dan hukumnya masih sunah.

Habib Syekh Al-Kaff mengatakan pada halaman 347;

و حكمها سنة مؤكدة, ولو لمنفرد, و يكره تركها

Artinya: Hukum shalat gerhana bulan itu sunah, meskipun dikerjakan secara sendiri, dan makruh hukumnya meninggalkan shalat gerhana bulan.

Sementara itu, Imam Alauddin Abu Bakar bin Mas‟ud Al-Kasani al-Hanafi, mengatakan bahwa dalam mazhab Hanafi, shalat sunah gerhana bulan, tidak dikerjakan dengan cara Jamaah— tetapi dikerjakan secara sendiri-sendiri—, sedangkan yang menyebutkan hukum shalat sunah gerhana bulan Jamaah itu , dari kalangan mazhab Syafi’i. Imam Al-Kasani menerangkan itu dalam kitab Bada’i al-Shonai’.

وَأَمَّا خُسُوفُ الْقَمَرِ فَالصَّلَاةُ فِيهَا حَسَنَةٌ لِمَا رَوَيْنَا عَنْ النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَنَّهُ قَالَ «إذَا رَأَيْتُمْ مِنْ هَذِهِ الْأَفْزَاعِ شَيْئًا فَافْزَعُوا إلَى الصَّلَاةِ» وَهِيَ لَا تُصَلَّى بِجَمَاعَةٍ عِنْدَنَا، وَعِنْدَ الشَّافِعِيِّ تُصَلَّى بِجَمَاعَةٍ

Artinya: Shalat gerhana bulan yang dilaksanakan di dalam rumah itu sangat bai. Pasalnya ada riwayat yang kami dapatkan dari Nabi, yang  menyebutkan bahwa Nabi bersabda, “Tatkala kalian menyaksikan fenomena  yang mengagetkan ini, maka segeralah laksanakan shalat.”

Ada pun  menurut Mazhab Hanafi shalat gerhana bulan  itu tidak dikerjakan secara berjamaah,sedangkan dalam pandangan  mazhab Syafi’i, sunah hukumnya dilaksanakan shalat gerhana bulan secara berjamaah.

Terkait khutbah shalat gerhana bulan yang dikerjakan secara sendiri-sendiri, Syekh Taqiyuddin Abu Bakar al-Hishni as-Syafi’i dalam kitab Kifayatu al Akhyar menjeskan bahwa barang siapa yang mengerjakan shalat gerhana secara sendirian/munfarid, maka tidak pakai khutbah. Artinya, shalat gerhana yang dikerjakan sendirian, tidak perlu memakai khutbah. Pasalnya, khutbah dalam shalat gerhana bulan hukumnya sunah. Jadi shalat tetap sah.

Syekh Taqiyuddin al Hishni berkata;

فِي كسوف الْقَمَر) وَمن صلى مُنْفَردا لم يخْطب وَيسْتَحب الْجَهْر بِالْقِرَاءَةِ فِي خُسُوف الْقَمَر)

Artinya; pada shalat gerhana bulan, barang siapa yang mengerjakannya secara sendiri-sendiri, maka tidak perlu khutb, akan tetapi disunahkan menyaringkan bacaan tatkala shalat gerhana bulan.

Imam Nawawi secara tegas menyebutkan bahwa bagi yang shalat sendirian tak perlu pakai khutbah, cukup mengerjakan shalat gerhana bulan saja. Dalam al Majmu’ Syarah al Muhadzab, dijelaskan bahwa khutbah itu hukumnya sunah, dan bukan menjadi syarat sah shalat gerhana bulan.

Imam Nawawi dalam kitab al Majmu’ Syarah al Muhadzab, berkata ;

اتَّفَقَتْ نُصُوصُ الشَّافِعِيِّ وَالْأَصْحَابِ عَلَى اسْتِحْبَابِ خُطْبَتَيْنِ بَعْدَ صَلَاةِ الْكُسُوفِ وَهُمَا سُنَّةٌ لَيْسَا شَرْطًا لِصِحَّةِ الصَّلَاةِ, وَلَا يَخْطُبُ مَنْ صَلَّاهَا مُنْفَرِدًا

 Artinya: Telah sepakat Imam as-Syafii dan para pengikutnya atas kesunnahan dua khutbah setelah shalat gerhana. Dua khutbah itu hukumnya hanyalah sunnah, dan bukan menjadi syarat sahnya shalat gerhana. Dan tak membaca khutbah bagi orang yang shalat sendiri.

Demikian penjelasan terkait shalat sunah gerhana bulan sendirian, sahkah shalatnya? Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Memperingati Hari Pahlawan; Berziarah untuk Mengenang Jasanya

Menjelang peringatan hari pahlawan, masyarakat kembali mengingat jasa dari para pejuang yang telah mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tepatnya pertempuran pada 10 November 1945 di Surabaya, yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan. Memperingati Hari Pahlawan tersebut merupakan simbolis penghormatan negara untuk para pahlawannya.

Tradisi Tawasul Masyarakat Indonesia

Dalam mengenang perjuangan para pahlawan, di setiap tanggal 10 November masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan ataupun tradisi khusus. Tradisi tersebut adalah bertawasul atau ziarah kubur dengan berkunjung ke makan para pahlawan nasional.

Istilah yang digunakannya pun juga beragam. Ada yang menyebutnya dengan arwahan, nyekar (Jawa Tengah), kosar/ziere (JawaTimur), munggahan (Sunda) dan lain sebagainya.

Dasar Hukum Ziarah Kubur 

Memang benar, dahulu kala di masa awal-awal Islam, Rasulullah SAW sempat memberikan larangan pada umat Islam terkait ziarah kubur. Namun dengan alasan karena kondisi keimanan mereka pada saat itu yang masih lemah. Secara dahulu masyarakat Arab masih didominasi dengan kemusyrikan dan kepercayaan kepada sesembahan.

Jadi masih percaya dengan permohonan yang ditujukan pada roh halus. Rasulullah pun mengkhawatirkan terjadinya kesalahpahaman ketika mereka mengunjungi kubur baik dalam berperilaku maupun dalam berdoa.

Namun berselangnya waktu, Rasulullah pun memperbolehkan berziarah kubur. Demikian keterangan Rasulullah yang bisa kita temukan dalam Sunan Turmudzi no 973 sebagai berikut:

   حديث بريدة قال : قال رسول الله صلى الله علية وسلم :”قد كنت نهيتكم عن زيارة القبور فقد أذن لمحمد في زيارة قبر أمه فزورها فإنها تذكر الآخرة”رواة الترمذي

Artinya: Hadits dari Buraidah ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: Saya pernah melarang berziarah kubur. Tapi sekarang Muhammad telah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang berziarahlah karena hal itu dapat mengingatkan kamu kepada akhirat.

Maka dasar hukum ziarah kubur adalah boleh dengan illat (alasan) ‘tazdkiratul akhirah’ yaitu mengingatkan kita kepada akhirat. Begitu pula ziarah ke makam para wali, orang shalih ataupun ke makan para pahlawan pejuang kemerdekaan.

Bertawasul justru dinilai sebagai kebaikan yakni bentuk penghormatan atas jasa-jasa yang telah diberikannya yakni dengan mengirimkan doa untuk pada para leluhur. Ibnu Hajar al-Haytami dalam kitab al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubra menjelaskan bahwa ziarah kubur bahkan dianjurkan.

Para ustadz dan jamaahpun seringkali mementingkan diri berziarah ke makam para wali ketika usai penutupan ‘tawaqqufan’ kegiatan majlis ta’lim. Sebagaimana yang ditradisikan masyarakat muslim di sejumlah kawasan.

   وسئل رضي الله عنه عن زيارة قبور الأولياء فى زمن معين مع الرحلة اليها هل يجوز مع أنه يجتمع عند تلك القبور مفاسد كاختلاط النساء بالرجال وإسراج السرج الكثيرة وغير ذلك فأجاب بقوله زيارة قبور الأولياء قربة مستحبة وكذا الرحلة اليها.

Artinya: Beliau ditanya tentang berziarah ke makam para wali pada waktu tertentu dengan melakukan perjalanan khusus ke makam mereka. Beliau menjawab, berziarah ke makam para wali adalah ibadah yang disunahkan. Demikian pula perjalanan ke makam mereka. 

Demikian memperingati Hari Pahlawan, dengan berziarahlah untuk mengenang jasa-jasanya. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Larangan Bunuh Diri

Seringkali kita melihat suatu fenomena ketika seseorang yang memiliki suatu masalah atau problematika kehidupan yang berat, menjadikan bunuh diri sebagai sebuah solusi. Dia mengira bahwa bunuh diri adalah solusi atas permasalahan yang dia hadapi. Padahal, bunuh diri termasuk salah satu dosa besar yang paling besar. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلاَّ أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ وَلاَ تَقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيماً وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَاناً وَظُلْماً فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَاراً وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللّهِ يَسِيراً

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Mahapenyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. An-Nisa: 29-30)

Larangan dari Allah Ta’ala “janganlah kamu membunuh dirimu” ditafsirkan oleh para ulama dengan dua penjelasan. Penjelasan pertama, seorang muslim dilarang membunuh dirinya sendiri (larangan bunuh diri). Penjelasan kedua, seorang muslim dilarang membunuh sesama muslim yang lain. Membunuh muslim yang lain termasuk dalam istilah “bunuh diri” karena pada asalnya, semua muslim adalah bersaudara dan bagaikan satu jasad. Jika seorang muslim membunuh muslim yang lain, hal itu mengakibatkan dirinya berhak untuk mendapatkan hukuman bunuh dari penguasa. Sehingga seorang muslim yang membunuh muslim yang lain, pada hakikatnya dia telah melakukan usaha untuk membunuh dirinya sendiri.

Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنفِقُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ تُلْقُواْ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوَاْ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

”Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah: 195)

Dalam menjelaskan ayat ini, Syekh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah mengatakan bahwa kata  التَّهْلُكَةِ (kebinasaan) dapat ditafsikan dengan dua makna. Pertama, ”kebinasaan” tersebut dimaknai sebagai perbuatan-perbuatan maksiat. Kedua, ”kebinasaan” diartikan sebagai segala bentuk perbuatan yang dapat membinasakan diri sendiri dengan memberikan bahaya dan menyusahkan diri sendiri.

Bunuh diri merupakan perbuatan membunuh dan menghilangkan jiwa seorang manusia dengan cara yang tidak dibenarkan oleh syariat. Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa seseorang tidak boleh membunuh dirinya sendiri. Karena pada hakikatnya, badan dan jiwanya itu bukan murni milik dirinya sendiri. Mengapa demikian? Karena manusia itu dimiliki oleh Allah Ta’ala dan manusia hanya mempunyai hak untuk menggunakan badan dan jasad yang telah dianugerahkan oleh Allah Ta’ala kepadanya. Manusia tidak boleh menggunakan dan mengeksploitasi jasadnya dengan seenaknya sendiri tanpa ada batasan. Termasuk di dalamnya adalah tidak boleh membunuh dirinya sendiri.

Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَاماً

“Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya).” (QS. Al-Furqan: 68)

Dari Jundub bin Abdillah radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ بِهِ جُرْحٌ فَجَزِعَ فَأَخَذَ سِكِّينًا فَحَزَّ بِهَا يَدَهُ فَمَا رَقَأَ الدَّمُ حَتَّى مَاتَ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى بَادَرَنِي عَبْدِي بِنَفْسِهِ حَرَّمْتُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

“Ada seseorang di antara umat sebelum kalian menderita luka-luka tapi dia tidak sabar lalu dia mengambil sebilah pisau kemudian memotong tangannya yang mengakibatkan darah mengalir dan tidak berhenti hingga akhirnya dia meninggal dunia. Lalu Allah Ta’ala berfirman, ‘Hamba-Ku mendahului Aku dengan membunuh dirinya sendiri, maka Aku haramkan baginya surga.’” (HR. Bukhari no. 3463 dan Muslim no. 113)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيهِ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ تَحَسَّى سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَسُمُّهُ فِي يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَجَأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا

“Barangsiapa menjatuhkan diri dari gunung, hingga membunuh jiwanya (bunuh diri), maka ia akan jatuh ke neraka jahanam. Ia kekal serta abadi di dalamnya selama-lamanya. Barangsiapa menegak racun hingga meninggal dunia, maka racun tersebut akan berada di tangannya, dan ia akan menegaknya di neraka jahanam. Ia kekal serta abadi di dalamnya selama-lamanya. Dan barangsiapa bunuh diri dengan (menusuk dirinya dengan) besi, maka besi itu akan ada di tangannya, dengannya ia akan menghujamkan ke perutnya di neraka jahanam. Ia kekal dan abadi di dalamnya selama-lamanya.” (HR. Bukhari no. 5778 dan Muslim no. 109)

Dari Tsabit bin Adh-Dhahhak radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ عُذِّبَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ وَلَعْنُ الْمُؤْمِنِ كَقَتْلِهِ وَمَنْ رَمَى مُؤْمِنًا بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ

”Barangsiapa membunuh dirinya dengan sesuatu, ia disiksa di neraka jahanam dengan sesuatu yang digunakannya untuk bunuh diri. Dan melaknat seorang mukmin bagaikan membunuhnya. Dan barangsiapa menuduh seorang mukmin dengan kekafiran, maka dia seperti membunuhnya.” (HR. Bukhari no. 6652 dan Muslim no. 110)

Dan termasuk dalam perbuatan bunuh diri adalah perbuatan sebagian orang yang  memakai pakaian atau rompi yang berisi bom  yang diikatkan di perutnya, kemudian diledakkannya di tempat yang banyak terdapat orang kafir. Dengan demikian, dirinya merupakan orang yang pertama kali meninggal karena bom tersebut. Perbuatan semacam ini dinilai termasuk bunuh diri. Sehingga pelaku bom bunuh diri di neraka akan disiksa dengan bom yang digunakannya untuk bunuh diri  ketika dirinya masih di dunia.

***

Penulis: dr. M. Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/80244-larangan-bunuh-diri.html

Jangan Jadikan Sunnah sebagai Alasan Menyempitkan Ladang Kebaikan

Istilah sunnah terkadang menjadi dalil yang sering digunakan untuk menghukumi orang lain sesat, bid’ah bahkan keluar dari Islam. Hadist wakullu bidatin dhalalah, setiap bid’ah adalah kesesatan, seolah menjadi justifikasi bagi para pendakwah untuk menghukumi sesuatu yang baru yang belum pernah dikerjakan Nabi.

Persoalan sunnah dan bid’ah kerap mengguncang masyarakat. Lontaran kalimat sesat, bid’ah dan bukan pengikut sunnah menghantui masyarakat ketika mendengar seorang penceramah yang sangat berapi-api. Ukurannya adalah segala sesuatu yang belum pernah dikerjakan Rasulullah menjadi bukan sunnah. Dan di situlah bid’ah bergentayangan di tengah kebaikan dan kearifan yang bermanfaat yang sudah lama dimasyarakatkan.

Tidak sedikit persoalan bid’ah ini hanya persoalan sepele yang diungkit-ungkit. Semisal, berjabat tangan setelah shalat dianggap bid’ah karena tidak dilakukan Nabi dan para sahabat. Perbuatan seperti ini dianggap bagian dari menambah hal baru dalam agama. Setiap hal baru berarti bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.

Persoalannya adalah sederhana. Hal yang tidak dilakukan Nabi. Apakah semua hal kebaikan tetapi tidak dicontohkan Nabi berarti bid’ah? Apakah mansyiarkan tarawih secara berjamaah pada masa Khalifah Umar adalah bid’ah? Atau menambah adzan sebelum shalat jumat yang dilakukan Khlaifah Ustman adalah bid’ah?

Pertanyaan selanjutnya, apakah menambah titik dalam al-Quran agar lebih memudahkan membaca al-Quran oleh Yahya bin Ya’mur, salah seorang tabiin, adalah bid’ah? Ataukah menambah mihrab dalam masjid sebagaimana ditradisikan oleh Khalifah Rasyid Umar bin Abdul Aziz adalah bid’ah? Atau memperingati Maulid sebagai bagian ekspresi mencintai Nabi adalah bid’ah?

Jika hal yang baru dalam Islam yang tidak menyalahi ajaran Islam tetapi justru menambah dan memudahkan syiar Islam adalah bid’ah mungkin Islam tidak seperti saat ini. Mungkin Islam tidak bisa dikenal dengan secara luas oleh masyarakat di luar Arab seperti saat ini. Semua berawal dari ijtihad kreatif para shabat, tabiin, dan tabi’ tabiin serta ulama salafusshaleh dalam menggali ajaran dan hukum Islam dengan berpedoman al-Quran dan Sunnah.

Labeling sunnah atau tidak, yang kerap dilemparkan secara sporadis dan tanpa dasar ilmu dan akal merupakan penyempitan terhadap ajaran, syiar dan dakwah Islam. Sunnah menjadi alat untuk mempersempit amalan kebaikan yang bisa diekspresikan dalam banyak bentuk selama tidak bertentangan dengan Quran dan Sunnah itu sendiri.

Anjuran Mensunnah Kebaikan Baru

Mari kita lihat sabda Nabi : “Sungguh telah aku tinggalkan pada kalian sesuatu yang tidak akan menjadikan kalian tersesat selagi kalian berpegang teguh denganya yaitu al-Qur’an dan Sunah nabiNya“. HR Muslim no: 1218.

Berpegang teguh bukan sekedar melaksanakan. Berpegang teguh berarti al-Quran dan Sunnah dijadikan pedoman. Keduanya menjadi sumber kebaikan dalam menggali hukum, ajaran dan wujud kebaikan dalam Islam. Keduanya bukan menyempitkan ladang kebaikan dalam Islam, tetapi menjadi sumber dan pedoman untuk meluaskan ajaran Islam.

Jika hal seperti salaman setelah shalat saja dihukumi bid’ah, belum kita membahas hal besar seperti maulid yang banyak manfaatnya, bagaimana kita mengartikan sunnah jabat tangan kapanpun dilakukan sebagai bagian kebaikan dan bentuk silaturrahmi. Padahal berjamaah bukan sekedar hubungan shalat antara manusia dengan Allah, tetapi cermin kekuatan Islam dalam persaudaraan.

Dalam shalat berjamaah setelah melaksanakan shalat umat Islam bisa saling silaturrahmi dan saling mengenal. Bukan sekedar shalat jamaah kemudian pulang ke rumah masing-masing. Apa esensinya berjamaah jika umat sekedar tegur sapa saja setelah berjamaah tidak dilakukan?

Itu hal yang kecil sebelum memberikan argument kepada mereka yang menolak Maulid yang jelas tidak bertentangan dengan syariat, tetapi mempunyai banyak manfaat dan wahana syiar Islam. Jika tidak ada Maulid kapan umat Islam bisa diingatkan dengan mensyukuri dan membanggakan sosok teladan Rasulullah? Sama halnya ketika tidak ada tabiin yang berijtihad dalam memberikan titik dan harkat dalam al-Quran bagaimana orang Indonesia bisa membaca al-Quran seperti saat ini?

Sungguh pembaharuan yang dilakukan para sahabat, tabiin, tabi’ tabiin, ulama salafussaleh dan para pengikutnya hingga hari ini dalam memberikan warna baru bagi syiar Islam adalah sebuah sunnah yang baik yang sangat bernilai pahala. Nabi tidak melarang mentradisikan sesuatu hal yang baik.

Sebagaimana sabda Nabi : “Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari perbuatan tersebut juga pahala dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang sedikitpun pahala mereka, dan barang siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka baginya dosa dari perbuatan tersebut juga dosa dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dosa-dosa mereka sedikitpun” (H.R. muslim).

Istilah sunnah lebih luas dari sekedar hadist. Sunnah berarti mentradisikan kebiasaan yang diulang-ulang. Umat Islam yang mentradisikan hal baru dan baik yang tidak bertentangan dengan pegangan Al-Quran dan Sunnah adalah mendapatkan pahala. Al-quran dan Sunnah adalah pedoman dan pegangan untuk menilai apakah hal baru itu baik atau buruk, bukan persoalan hal itu sudah atau belum dikerjakan oleh Nabi.

Semoga umat saat ini terus berkreatifitas dalam memajukan Islam sebagaimana para sahabat, tabiin, tabi’tabiin dan para ulama salafusshalih yang terus berijtihad dalam memajukan dan memperluas ladang kebaikan. Umat Islam bukan semakin mempersempit ladang kebaikan dan syiar Islam atas nama Sunnah.

ISLAM KAFFAH

Kapan Waktu yang Tepat untuk Masuk Islam?

Keraguan untuk masuk Islam datang dari Setan.

 Jika bertanya kapan waktu yang tepat bagi seseorang untuk masuk Islam, maka jawabannya adalah saat ini juga. Karena jika terus menunda menerima Islam sampai merasa benar-benar siap maka Anda tidak akan pernah merasa siap.

Keragu-raguan itu datang dari syaitan, sehingga dengan menunda-nunda sampai siap, ini hanyalah salah satu trik setan untuk menjauhkan kita dari Islam. Karena kita tidak pernah tahu, kapan ajal kita akan tiba dan akan kah kita masih hidup sampai besok?

“Jadi jangan ragu jika Anda yakin bahwa Islam adalah Kebenaran. Juga, jangan berharap iman Anda sempurna dan kuat sebelum Anda masuk Islam. Karena iman kita akan naik turun secara bergantian,” kata Akademisi AS, Aelfwine Mischler, dilansir dari About Islam, Jumat (28/10/2022).

Menurut Mischler, masuk Islam dan kemudian secara bertahap belajar mengamalkan iman. Di saat yang sama, juga akan melihat bagaimana melihat reaksi orang-orang di sekitar. Lebih baik, jika memiliki tempat tinggal di dekat masjid atau mencoba mengunjungi masjid dan bergabung dengan komunitas muslim. Berada di lingkungan sesama muslim akan memberikan dukungan dan bimbingan di awal-awal masuk Islam.

Namun jika tinggal di daerah di mana Muslim kulit putih dapat menjadi sasaran kebencian dari komunitas Muslim dan non-Muslim, “Saya ingin menjelaskan bahwa perilaku satu kelompok Muslim terhadap kelompok Muslim lain seperti itu sama sekali bertentangan dengan ajaran Islam. Setiap perilaku diskriminatif atau berbasis kebencian berdasarkan ras, asal etnis, atau sejenisnya, dilarang oleh Islam,” ujarnya.

Ujian selanjutnya yang mungkin akan dihadapi oleh muslim wanita saat ini adalah Hijab. Sehingga jika belum benar-benar siap maka dapat dimulai dengan menggunakan pakaian tertutup lebih dulu, misalnya menutupi kaki dengan mengenakan rok atau celana panjang longgar dan mengenakan atasan berlengan panjang.

“Cobalah untuk menemukan gaya yang terasa pas untuk Anda dan tidak terlalu drastis perubahannya dari cara Anda berpakaian sekarang,” kata dia yang juga seorang mualaf.

Dengan bersyahadat atau mengucapkan kalimat “Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah; saya bersaksi bahwa Muhammad adalah Hamba dan Utusan Allah”  maka saat itu juga seseorang menjadi seorang muslim. Setelah itu, kita akan terus belajar tentang Islam selama berbulan-bulan, bertahun-tahun, bahkan mungkin seumur hidup untuk menjadi muslim kuat dan beriman.

KHAZANAH REPUBLIKA

Menjaga Keutuhan Keluarga

Masyarakat bagaikan bangunan kokoh. Keluarga bukan saja sebagai sendi utama dalam bangunan umat, melainkan juga inti eksistensi  umat secara  keseluruhan. Kekuatan atau kehancuran suatu bangsa bergantung pada kondisi keluarga. Oleh karena itu, Islam memberikan perhatian  khusus terhadap masalah pembentukan keluarga ini.

Ayat-ayat tentang pembinaan keluarga termasuk paling banyak jumlahnya dibandingkan ayat-ayat yang menerangkan masalah shalat, zakat, puasa, dan haji. Alquran memaparkan tentang  keutamaan menikah,  perintah menikah, pergaulan antara suami dan istri, menyusui anak, bahkan sampai masalah waris dan seterusnya.

Demikian juga Assunnah, membahas semua aspek keluarga dengan panjang lebar. Contoh, Nabi saw menganjurkan takwinul usrah  dengan memilih calon mempelai yang salehah. Beliau bersabda: Pilihlah tempat untuk menyemai benihmu, nikahilah orang-orang yang se’kufu’, dan  nikahkanlah kepada mereka. (HR Ibnu Majah, Al Hakim, dan Al Baihaqi).

Semua bentuk amalan yang bertujuan untuk mengokohkan keutuhan keluarga dipandang sebagai amalan utama dalam Islam, antara lain birrul walidain, sedekah terhadap karib kerabat, silaturahim, dan ishlahu dzaatil bain (menyelesaikan perselisihan keluarga). Dan sebaliknya, semua perbuatan yang mengakibatkan keretakan rumah tangga dianggap dosa besar, seperti uququl walidain (durhaka kepada kedua orang tua), memutus silaturahim,  menzalimi istri dan anak. Keretakan rumah tangga inilah yang menjadi megaproyek iblis.

Dalam sebuah hadis disebutkan: sesungguhnya iblis (raja setan) membangun singgasananya di atas air kemudian mengutus balatentaranya (untuk menebar malapetaka dan dosa). Setan yang paling dekat kedudukannya dengan iblis  adalah yang paling hebat  menimbulkan malapetaka di antara manusia. Salah satu setan berkata, aku telah melakukan ini dan itu. Iblis menjawab, kamu belum berbuat apa-apa. Setan lainnya melapor, aku tidak biarkan manusia sampai aku ceraikan dia dari kelurganya. Maka Iblis mendekatkan setan ini seraya berkata, kamu yang paling hebat. ( HR Ahmad,’Abd bin Hamid dan Muslim dari Jabir).

Kehancuran rumah tangga merupakan  proyek unggulan iblis. Dia mengajarkan sihir pada manusia, tujuan utamanya adalah menceraikan suami dari istrinya yang berujung pada keruntuhan rumah tangga. (lihat QS  Albaqarah [2]:102)  Bila rumah tangga berantakan, kondisi sakinah, mawadah, dan rahmah dalam keluarga menjadi musnah, pendidikan anak akan telantar dan kehidupan masyarakat akan penuh dengan kerusakan.

Rangsangan-rangsangan maksiat, yang ditebarkan pendukung setan melalui media elektronik dan cetak, sering memunculkan angan-angan bejat pada pengaksesnya  sehingga  menimbulkan perasaan  tidak puas dengan istri yang di rumah. Hal ini bisa menyeret kepada perselingkuhan dan dosa besar. Sehingga berdampak domino menuju kehancuran rumah tangga, kerusakan masa depan remaja, serta ambruknya moralitas bangsa. Na’udzubillah min dzalik.

Oleh: Ahmad Satori

IHRAM

Alasan Kemenkes Masih Wajibkan Vaksin Meningitis untuk Umroh

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) belum menerima surat pemberitahuan dari Kemenkes Arab Saudi bahwa vaksin meningitis sudah tidak menjadi syarat umroh. Meski Pemerintah Arab Saudi melalui Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta sudah mengeluarkan surat resmi menghapus kewajiban vaksin meningitis bagi jamaah umroh.

“Kalau Kemenkes Arab Saudi belum,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi Republika, Kamis (10/11/2022).

Karena belum menerima surat dari Kemenkes Arab Saudi terkait penghapusan vaksin meningitis, Kemenkes RI, melalui Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) masih meminta jamaah umroh menunjukan bukti vaksin meningitis. Kemenkes RI tidak akan lagi meminta jamaah umroh bukti vaksin meningitis jika Kemenkes Arab Saudi sudah mengirim surat pemberitahuan.

“Ya, masih kita minta samapi surat kepastiannyaa ada,” katanya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kementerian Agama Prof Hilman Latief berberjanji akan melakukan komunikasi dengan kantor kesehatan pardu (KKP) atau Kemenkes. Komunikasi ini tujuannya agaimana surat edaran yang dikeluarkan oleh pemerintah Arab Saudi menghapus kebijakan vaksin tidak digunakan oleh pemerintah Indonesia

“Nanti kita tetap komunikasi dengan KKP atau dengan Kemenkes bagaimana menyikapi aturan yang sekarang kertasnya sudah muncul. Jadi mudah-mudahan poinya tidak memberatkan jamaah di satu sisi,” kata Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Prof Hilman Latief, saat dihubungi Republika, Rabu (8/11/2022).

Karena memang bagi masyarakat yang ingin berangkat umroh itu tidak keberatan dengan divaksin itu. Masyarakat hanya ingin dipermudah dalam meksanan ibadah umroh.

“Sebetulnya bagi jamaah tidak berat, tapi mereka juga menginginkan ketersediaannya dan harganya yang terjangkau,” katanya.

Selain tidak keberatan divaksin, jamaah juga menginginkan vaksin itu mudah didapat dan tidak dijual dengan harga yang mahal.

“Jamaah tidak keberatan juga divaksin, asal harganya terjangkau kemudian aturannya mungkin bisa diperlonggar karena di sana bukan untuk persyaratan visa.,” katanya.

Idealnya, setelah ada surat edaran dari Keduataan Besar Arab Saudi, pemerintah tidak mempersulit jamaah untuk ibadah umrah. Jangan sampai karena tidak ada vaksin jamaah dilarang berangkat.

“Tidak menjadi persyaratan visa tapi di Indonesia masih menjadi persyaratan boleh tidaknya orang berangkat terbang. kan itu beda oleh KKP bukan oleh imigrasi, nah ini juga penting,” katanya.

Hilman mengatakan apa yang dilakukan pemerintah, semua demi kebaikan jamaah. Untuk itu Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan masih mewajiban vaksin meningitis meski Arab Saudi sudah tidak menjadi satu syarat.

“Kita menginginkan jamaah itu aman. Apakah dengan vaksin jamaah terlindung maka jawabannya jelas terlindungi dan lebih terlindungi,” katanya.

Sekarang ini kata dia, tinggal bagaimana vaksin itu bisa diterapkan dengan mudah, murah, terjangkau dan bisa cepat. Jangan sampai kewajiban vaksin menyulitkan masyarakat berangkat umroh.

“Kalau saya dari Kementerian Agama tanggapannya seperti itu nanti kebijakan dari Kemenkes kita akan lihat akan seperti apa mereka,” katanya. 

IHRAM

Khutbah Jum’at: Mewarisi Nilai-nilai Perjuangan Para Pahlawan

Dengan jihad dan sabar, Allah memberikan kepada kita buah kemerdekaan, inilai nilai-nilai perjuangan yang diperingati setiap 10 Nopember ini harus terus kita warisi

Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil

Tema khutbah Jumat kali ini membahas warisan nilai perjuangan para pahlawan bangsa Indonesia yang memperingati setiap 10 November. Atas jasa-jasa para syuhada yang berjihad dan sabar, akhirnya Allah memberikan buah kemerdekaan Republik Indonesia

Khutbah Jumat pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Bangsa Indonesia memperingati hari pahlawan setiap 10 November sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa para syuhada yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

10 November menjadi saksi perjuangan kaum muslimin yang mencintai Indonesia sebagai tanah airnya, dengan mempertahankan kedaulatan sampai titik darah penghabisan. Pekik takbir menggema dari lisan para pejuang di sepanjang pertempuran.

Tentara Belanda bersekutu dengan Inggris kala itu datang kembali ke Tanah Air untuk menjajah. Mereka mendarat di Jakarta, Semarang, dan Surabaya.

Dua jenderal mereka, Brigadir Jenderal AWS Mallaby dan Brigadir Jenderal Guy Loser Symonds, tewas dalam waktu yang berdekatan. Tewasnya kedua jenderal membuat murka pasukan sekutu. Mereka tidak pernah mengalami ada dua jenderal sekaligus yang mati begitu cepat, bahkan dalam pertempuran di Eropa dan Pasifik.

Pekik takbir yang digelorakan oleh Bung Tomo membakar semangat Laskar Hizbullah dan Sabilillah untuk berjihad membela tanah air dengan memerangi pasukan yang akan menjajah. Harian Kedaulatan Rakjat yang terbit di Yogyakarta tanggal 7 November 1945 menurunkan tajuk utama, “60 Milijoen Kaoem Moeslimin Siap Berdjihad.”

Dari perjuangan para pahlawan ini, terkandung nilai-nilai yang mesti kita lestarikan dan amalkan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang harus menjiwai diri kita dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan, nilai-nilai yang menjadi pondasi dalam mengukir amal shaleh  sebagai hamba Allah ﷻ yang diberi nikmat kemerdekaan.

Sungguh, jika kita mampu meneladani para mujahid fi sabilillah ini kita akan meraih kebaikan di dunia dan akhirat. Nilai pertama dari perjuangan mereka adalah istiqamah dalam kebaikan.

Sikap istiqamah menjadi landasan utama yang dilalui oleh para pejuang yang rela mengorbankan harta dan jiwanya. Mereka tidak tergiur oleh tawaran dan negoisasi yang sarat kepentingan pihak musuh. Mereka tidak silau dengan iming-iming para penjajah berupa harta dan materi sebagai ganti dari mengangkat senjata.

Sikap istiqamah ini telah diamanatkan oleh Allah ﷻ melalui Rasul ﷺ dalam firman-Nya :

فَٱسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا۟ ۚ إِنَّهُۥ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS: Huud : 112).

Sikap istiqamah ini harus mewarnai perjalanan spiritual kita. Istiqamah harus kita tanamkan di dalam ibadah, syariah, akhlak, ilmu, dan perjuangan di jalan Allah ﷻ.

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Warisan kedua, yang harus kita rawat dari perjuangan para pahlawan adalah memiliki sifat berani dalam membela kebenaran, berani dalam mempertahankan kebenaran, dan berani dalam menghadapi berbagai rintangan serta hambatan.

Perbedaan yang sangat jauh antara jumlah dan kualitas persenjataan yang dimiliki oleh pihak musuh dengan para pejuang, tentu menjadi tantangan tersendiri. Namun tidak berarti mengendurkan semangat apalagi merontokkan keberanian mereka dalam memerangi para penjajah.

Bermodalkan senjata bambu runcing dan persenjataan lainnya, para mujahid ini pantang menyerah dalam berjuang. Mereka memandang menang dan kalah dalam sebuah perjuangan adalah hak Allah ﷻ yang memutuskannya. Tugas kita hanya berjuang. Selebihnya kita serahkan hasil perjuangan dalam keputusan Allah ﷻ.

Hal inilah yang menimbulkan semangat tak gentar. Para pejuang tetap lantang menantang musuh yang datang dengan fasilitas persenjataan yang dimiliki.

Keberanian semacam ini sudah diajarkan oleh Rasul ﷺ kepada kita. Di saat beliau dan Sayidina Abubakar Ash-Shiddiq bersembunyi dari kejaran musuh di gua Tsur, beliau berkata kepada Abubakar,

لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا

“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah : 40)

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Ketiga, sabar dalam menanam benih kebaikan. Apa yang kita rasakan dan nikmati hari ini adalah buah dari kesabaran para mujahidin dalam menanam pohon yang bernama pohon perjuangan.

Mereka sabar dalam menghadapi kesusahan hidup akibat diburu oleh musuh yang berkekuatan besar. Mereka sabar dalam mengarungi medan perjuangan yang berliku-liku.

Seandainya mereka kehilangan kesabaran mungkin kita tidak bisa menikmati apa yang pernah mereka tanam dalam mengisi kemerdekaan. Tidak ada batas dalam bersabar sebagaimana tidak ada batas dalam pahala bagi orang-orang yang bersabar. 

Allah ﷻ berfirman :

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS: Az-Zumar: 10)

Begitu agungnya amalan berupa sikap sabar ini, sehingga Allah pun membersamai orang-orang yang sabar. Firman-Nya :

وَاصْبِرُوا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Dan bersabarlah! Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal:46).

Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa Allah ﷻ bersama kita yang sabar. Jika kita jauh dari sabar berarti kita jauh dari Allah ﷻ. Jauh dari Allah ﷻ artinya jauh dari rahmat dan perlindungan-Nya.

Dengan kita memiliki kesabaran, Allah ﷻ akan bersama kita, Allah ﷻ akan anugerahkan pahala tanpa batas, Allah ﷻ akan berikan kepada kita kedudukan yang mulia. Ganjaran dan penghargaan semacam ini sudah lebih dari cukup untuk memacu diri kita dalam mewujudkan sikap sabar, sabar yang tiada batas.

Demikianlah nilai-nilai keteladanan yang bisa kita ambil dari perjuangan para pahlawan dalam membela tanah air dan agama di hari pahlawan yang kita peringati setiap 10 November.

Istiqamah, berani, dan sabar, inilah tiga sikap mulia yang harus kita teladani dari mereka. Jangan lupa, kita selalu mendoakan yang terbaik bagi setiap pahlawan yang telah mengorbankan harta dan jiwa demi kemerdekaan.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Jumat kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :

فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Khutbah Jumat: ini dikeluarkan, DPC Rabithah Alawiyah Kota Malang. Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI

HIDAYATULLAH

Doa Setelah Dzikir Shalat Fardhu untuk Imam

Berikut doa setelah dzikir shalat fardhu untuk imam shalat. Sejatinya menjadi imam shalat berjamaah merupakan pekerjaan yang penuh tanggung jawab. Banyak di antara para imam dan ulama yang enggan menjadi imam shalat berjemaah karena dirinya merasa tidak pantas.

Di antaranya adalah Imam Al-Syafi’i. Beliau enggan menjadi imam shalat berjemaah karena tanggung jawabnya yang berat. Dalam kitab Al-Majmu, Imam Al-Nawawi menukil perkataan Imam Al-Syafi’i sebagai berikut;

أُحِبُّ الْأَذَانَ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ اغفر للمؤذين  وَأَكْرَهُ الْإِمَامَةَ لِلضَّمَانِ وَمَا عَلَى الْإِمَامِ فِيهَا

Saya senang azan karena Nabi Saw pernah berdoa; Ya Allah, ampunilah orang-orang yang mengumandangkan azan. Dan saya tidak suka menjadi imam karena tanggung jawab yang harus ditanggung seorang imam.

Oleh karena itu, jika kita melaksanakan shalat berjemaah, maka kita jangan lupa setelah shalat untuk mendoakan kebaikan untuk orang yang menjadi imam shalat. Agar imam shalat senantiasa diberi bimbingan oleh Allah untuk menjadi imam yang baik.

Adapun doa yang bisa kita baca setelah shalat berjemaah untuk kebaikan imam shalat adalah doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw berikut;

اللَّهُمَّ أَرْشِدِ الْأَئِمَّةَ وَاغْفِرْ لِلْمُؤَذِّنِينَ

Allohumma arsyidil aimmata waghfir lil mukmuaziniin.

Ya Allah, berilah bimbingan kepada para imam dan ampunilah para muazin.

Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Abu Daud dari Abu Hurairah, dia berkata;

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الإمام ضامن والمؤذن مؤتمن اللهم أرشد الأئمة واغفر للمؤذنين

Rasulullah Saw bersabda; Imam adalah pihak penjamin (penanggung jawab) dan muazin adalah pihak yang dipercaya. Ya Allah, berilah bimbingan kepada para imam dan ampunilah para muadzin.

Demikian penjelasan terkait doa setelah dzikir shalat fardhu untuk imam shalat. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH