Konsumsi Makanan atau Minuman yang Dikerumuni Semut, Bolehkah dalam Islam?

Seringkali kita menemukan semut pada makanan atau minuman yang sedang atau akan kita konsumsi. Mengingat ukurannya yang kecil dan terkadang tidak nampak dalam jangkauan mata, seringkali ia ikut tertelan bersama makanan atau minuman yang kita konsumsi. Lantas apakah makanan atau minuman yang didatangi semut hukumnya suci sehingga masih halal dikonsumsi? Atau sudah menjadi makanan yang najis dan tidak halal dikonsumsi?

Sebagian Ulama menyebutkan bahwa minuman yang bercampur dengan semut baik masih hidup ataupun sudah mati dihukumi suci, sebab hewan semut sama dengan lalat yang mana keduanya merupakan hewan yang tidak mengalirkan darah ketika dibunuh. Imam Al-Bukhari meriwayatkan hadist:

Apabila seekor lalat hinggap dibejana milik salahseorang dari kalian, hendaknya ia mencelupkan lalat kedalam minuman tersebut kemudian membuangnya. Karena pada salahsatu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap yang lainnya terdapat penawar.”

Menganai Hadist tersebut Ibnu hajar al-Haitami menjelaskan bahwa Hadist ini menjadi dalil mengenai air yang sedikit tidak menjadi najis dengan jatuhnya bangkai hewan yang tidak mengalirkan darahnya pada bejana tersebut. Bedahalnya jika hewan tarsebut memang sengaja dilempar pada makanan atau minuman maka makanan atau minuman tersebut menjadi najis.

Menurut imam Syafi’i, semut termasuk bagian dari hewan yang dilarang untuk dibunuh dan setiap hewan yang dilarang oleh syara’ untuk membunuhnya maka haram pula mengonsumsinya. Dengan demikian ketika kita mengetahui ada semut pada makanan atau minuman, hal yang harus dilakukan adalah mengambil dan membuang semut itu agar tidak ikut termakan dengan makanan kita, karena jika mengetahui adanya semut namun tetap kita makan, kita akan terkena hukum haram sebab mengonsumsi semut secara sengaja yang merupakan hal yang dilarang. Beda halnya jika termakan atau terminum secara tidak sengaja, maka perbuatan tersebut tidak dikenai dosa. Rasulullah saw bersabda:

Sesungguhnya Allah swt membiarkan (mengampuni) kesalahan dari ummatku akibat kekeliruan dan lupa serta keterpaksaan.”

Berdasarkan keterangan diatas menjadi jelas bahwa makan atau minumann yang bercampur dengan semut baik dalam keadaan masih hidup atau sudah mati statusnya masih dikatakan suci. Sedangkan mengkonsumsi makanan atau minuman yang bercampur dengan semut secara sengaja adalah haram sehingga apabila pada makanan atau minuman terdapat semut selayaknya kita memeriksa, mengambil, dan membuang semut agar tidak ikut tertelan.

Sedangkan menurut sisi medis, makanan yang telah dikerubungi semut selayaknya dibuang dan janga dimakan kembali karena kita tidak tahu datangnya semut dari mana, bisajadi melewati kotoran atau bangkai binatang lain. Makanan yang sudah digerayangi semut dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan, seperti diare, mual, dan muntah. Sedangkan apabila menelan semut, jika jumlah yang tertelan hanya satu sampai dua, tidak akan menjadi masalah. Sebab, semut bisa ikut terurai saat masuk ke sistem pencernaan. Jika yang tertelan terlalu banyak makan akan menimbulkan beberapa efek seperti mual dan muntah.

ISLAM KAFFAH

Gempa Masa Nabi dan Umar bin Khattab, Apakah karena Tidak Menerapkan Sistem Khilafah?

“NKRI diadzab dengan bencana (gempa) karena anti khilafah”, “khilafah adalah solusi segala problem umat dan bangsa” dan narasi-narasi lain kelompok pendukung khilafah yang mengklaim khilafah sebagai sistem terbaik dan satu-satunya yang direstui Tuhan.

Klaim yang terlalu dipaksakan, mengada-ada dan lucu. Memaksakan bencana memiliki hubungan dengan sistem pemerintahan tertentu seperti Khilafah adalah kekonyolan, sekaligus kebodohan. Suatu tindakan yang semakin memperjelas tujuan mereka sebenarnya, yakni membungkus “kebatilan” dengan dakwah.

Salah satu bukti kekonyolan kelompok pengusung khilafah adalah pernyataan mereka ketika gempa mengguncang Cianjur beberapa hari yang lalu, bahwa NKRI sedang diadzab Tuhan karena anti khilafah. Padahal, di masa Nabi dan di masa Umar bin Khattab gempa pernah terjadi.

Menceritakan kepada kami Hafs, dari Laits, dari Syahr, beliau mengatakan; “Kota Madinah pernah mengalami goncangan (gempa) di masa Nabi. Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mengingatkan kalian, maka ingatlah kepada Allah”. (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: 1/221)

Pada masa Sayyidina Umar bin Khattab Madinah juga pernah dilanda gempa. Kekuatan gempa pada masa itu membuat pagar-pagar rumah bergerak. Kemudia Umar berdiri dan memuji Allah. Beliau berkata: “Berapa cepatnya apa yang kalian perbuat, demi Allah jika gempa terjadi lagi, maka saya akan keluar dari sisi kalian”. (Istidzkar, 2/418)

Siti Aisyah menjelaskan sebab terjadinya gempa dari sudut pandang agama. Ia menjelaskan, ketika penduduk suatu negeri telah menghalalkan zina, minuman keras dan segala kemaksiatan yang lain, Allah akan memberi perintah kepada bumi untuk gempa. Jika mereka bertaubat gempa akan berhenti. Namun apabila mereka tetap melakukan kemaksiatan tersebut, gempa akan meluluh lantakkan mereka.

Anas bin Malik bertanya kepada Aisyah, “Apakah ini hukuman wahai Ummul Mukminin”? Siti Aisyah menjawab, “Bukan, ini adalah rahmat, berkah, nasihat serta pelajaran bagi orang mukmin dan adzab bagi orang kafir”. (Mustafrak ‘ala Shahihain Li al Hakim; 4/561)

Maka, apakah gempa yang terjadi pada masa Nabi dan Umar bin Khattab karena mereka anti khilafah? Pertanyaan ini sekaligus menyadarkan kita semua akan kebohongan narasi kelompok khilafah bahwa gempa Cianjur karena Indonesia anti khilafah.

Andaipun kita menganalisis gempa dari sudut pandang agama seperti dijelaskan oleh Ummul Mukminin di atas, alasan gempa terjadi karena kita anti khilafah juga tidak benar.

Kemaksiatan bisa berupa perbauatan dosa, seperti zina, meminum minuman keras, narkoba dan praktek kemaksiatan yang lain. Bisa pula karena kita terlalu memaksakan keinginan untuk meraih tujuan duniawi sehingga menggunakan agama sebagai tameng. Seperti, politik kelompok pendukung khilafah yang untuk meraih kekuasaan memakai kedok agama.

Alhasil, yang penting dilakukan saat bencana menimpa saudara-saudara sebangsa adalah membantu mereka. Bukan malah menambah kesengsaraan dengan mengatakan hal-hal seperti NKRI diadzab Tuhan karena anti khilafah dan berbagai propaganda yang lain. Justru, tindakan seperti itu adalah bentuk kemaksiatan karena menjadikan agama sebagai alasan untuk pembenaran kebatilan.

ISLAM KAFFAH

Mengenal Beberapa Ulama Hadis Mutaqaddimin (Bag. 1)

Al-Imam Adz-Dzahabi dalam kitab Mizanul I’tidal (1: 4), menjelaskan bahwa ulama yang hidup di masa sebelum tahun 300-an Hijriah sampai awal-awal 300 Hijriah, disebut sebagai ulama mutaqaddimin. Adapun para ulama yang hidup setelahnya, disebutkan sebagai ulama muta’akhirin.

Para ulama mutaqaddimin memiliki keutamaan dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh para ulama setelahnya. Masa hidup mereka tentunya lebih dekat dengan masa kenabian, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ’alaihi wasallam,

خير الناس قرني ، ثم الذين يلونهم ، ثم الذين يلونه

“Sebaik-baik manusia adalah yang ada pada zamanku, kemudian setelah mereka, kemudian setelah mereka.” (HR. Bukhari no. 3651 dan Muslim no. 2533)

Pada artikel ini, kita akan mengenal secara ringkas, biografi beberapa nama ulama mutaqaddimin dan biografi ringkas mereka.

Al-Khathib Al-Baghdadi

Ahmad bin Ali bin Tsabit Al-Baghdadi (wafat 100H), terkenal dengan Al-Khatib Al-Baghdadi. Beliau adalah penduduk kota Darzijan sebelah barat daya Baghdad. Sejak sebelas tahun, beliau sudah memulai perjalanan menuntut ilmu. Baghdad, Bashrah, Syam, Isfahan, dan Naisabur pernah ia singgahi dalam rangka menuntut ilmu. Beliau sangat menonjol dalam bidang hadis, ilmu rijal (perawi hadis), dan tarikh (sejarah). Karya tulis beliau sangat benyak, mencapai 500 lebih. Kitab tarikh yang masyhur karya beliau adalah kitab Tarikh Baghdad. Tulisan beliau dalam bidang hadis juga banyak, di antaranya yang masyhur adalah Al-Kifayah Fii ‘Ilmil Riwayah.

Amir bin Syurahil

Amir bin Syurahil bin ‘Abdi Dzi Kibar Asy-Sya’bi (wafat 104H), masyhur dengan sebutan Asy-Sya’bi. Beliau seorang ulama tabiin yang terkemuka, seorang imam, penghafal hadis, dan ahli dalam bidang fikih. Beliau lahir pada pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Beliau meriwayatkan hadis dari Ali bin Abu Thalib, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Aisyah, Ibnu Umar, dan lain-lainnya. Beliau mengendalikan pengadilan Kufah beberapa lama masanya. Fatwa-fatwanya telah berkembang di masa sahabat sendiri. Hal ini menunjukan bahwasanya beliau mempunyai ilmu yang luas dalam bidang hadis dan fikih. Ibnu Sirin pernah berkata kepada seseorang, ”Tetaplah engkau bersama Asy-Sya’bi, aku melihat bahwa beliau telah berfatwa di kala para sahabat Nabi masih banyak jumlahnya.”

Thawus bin Kaisan

Thawus bin Kaisan Al-Yamani (wafat 106H), seorang tabiin dari negeri Yaman. Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa nama aslinya adalah Dzakwan, sedangkan Thawus adalah laqob (julukan). Sangat dikenal keberanian dan ketegasannya dalam memberi nasihat dan meluruskan kesalahan. Sehingga beliau banyak disegani oleh kaum muslimin termasuk para raja dan khalifah. Beliau berjumpa dengan banyak sahabat Nabi shallallahu ‘alahi wasallam, bahkan banyak mengambil ilmu dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Kefakihannya tidak perlu dipertanyakan. Telah lahir banyak nama besar dari didikannya, sebut saja Atha bin Abi Rabah, Amr bin Dinar, Mujahid bin Jabr, dan Wahb bin Munabbih.

Nafi’ bin Hurmuz

Nafi’ bin Hurmuz (wafat 117 H), dikenal dengan Abu Abdillah Al-Madini. Sebagian ulama berpendapat bahwa Nafi’ berasal dari Naisabur, sedangkan ulama lain mengatakan ia dari Kabul. Nafi’ adalah pembantu dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu yang sangat senang dengan ilmu dan hadis. Nafi’ meriwayatkan hadis dari Abu Sa’id Al-Khudri, ‘Aisyah, dan Hafshah radhiyallahu ‘anhum. Imam Malik bin Anas rahimahullah termasuk murid Nafi’ bahkan muridnya yang paling lama. Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah mengirimnya ke Mesir dengan tugas mengajarkan hadis dan pengetahuan agama kepada penduduk negeri itu.

Utsman bin ‘Ashim

Utsman bin ‘Ashim bin Hushain Al-Kufi (wafat 127H), dikenal dengan Abu Hushain, seorang tabiin dari Kufah. Beliau meriwayatkan hadis dari Ibnu ‘Abbas, Abu Sa’id Al-Khudri, Ibnu Zubair, dan Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhum. Beliau seorang imam dan Al-Hafidz. Kealimannya disegani para ulama tabiin. Pernah Asy-Sya’bi, seorang ulama besar di kalangan tabiin, ketika masuk ke masjid di Kufah, ia bertanya dahulu, “Adakah Abu Hushain di dalam? Kalau ada mari kita duduk di majelis beliau.” Beliau juga dikenal dengan sikap wara‘-nya. Pernah sebagian pejabat menghadiahi beliau 2000 dirham ketika beliau sedang mencari nafkah, namun hadiah tersebut ditolak. Ketika muridnya bertanya alasannya, beliau menjawab, “Karena malu dan menjaga kemuliaan.” Walau beliau seorang alim yang disegani, kadang jika beliau ditanya suatu masalah agama, beliau menjawab, “Saya tidak tahu, wallahu’alam.”

Sa’id bin Abi ‘Arubah

Sa’id bin Abi ‘Arubah (wafat 156H), dari kota Bashrah (sekarang bagian dari Irak). Seorang imam, Al-Hafidz, dan ulama besar di masanya. Beliau adalah murid dari Ibnu Sirin dan Qatadah. Di antara yang mengambil ilmu darinya adalah Sufyan Ats-Tsauri, Syu’bah, dan Yahya bin Sa’id Al-Qathan. Sebagian ahli sejarah mengatakan beliaulah yang pertama kali menghimpun hadis dalam bentuk kitab sunan. Yang menakjubkan dari beliau adalah hafalannya, sampai-sampai Abu Awwanah mengatakan, “Di antara kami tidak ada yang lebih kuat hafalannya dari beliau di kala itu.”

Waki’ bin Al-Jarrah

Waki’ bin Al-Jarrah bin Malih bin ‘Adi Al-Kufi (wafat 197H), ulama besar dari Kufah. Beliau mendengarkan hadis dari Hisyam bin ‘Urwah, Sulaiman Al-A’masy, Al-Auza’i, Sufyan Ats-Tsauri, dan Ibnu ‘Uyainah. Di antara murid beliau adalah Imam Asy-Syafi’i dan Imam Ahmad. Imam Ahmad memuji beliau, ”Belum pernah aku melihat seorang ulama yang dalam hal ilmu dan hafalan sanad sehebat Waki’. Dia menghafal hadis, mendalami fikih dan ijtihad. Dia tidak pernah mencela seseorang.”

Oleh karena itu, Imam Asy-Syafi’i pun ketika merasa hafalannya kurang baik, beliau meminta nasihat kepada Waki’ dengan perkataannya yang masyhur, “Aku mengadukan buruknya hafalanku kepada Waki’, lalu ia membimbing aku untuk meninggalkan maksiat. Dan ia memberitahu aku bahwa ilmu itu cahaya dan cahaya Allah itu tidak menerangi pelaku maksiat.”

Abu Daud Ath-Thayalisi

Sulaiman bin Daud Al-Farisi (wafat 204H), dikenal dengan nama Abu Daud Ath-Thayalisi. Disebut demikian karena beliau sering memakai thayalisah (sejenis jubah yang di pakai di pundak). Beliau ulama pakar hadis yang telah pergi ke berbagai negeri untuk menulis hadis. Ia pernah berkata, “Aku telah mencatat hadis dari seribu syekh.” Beliau adalah penyusun kitab Musnad yang dikenal dengan Musnad Ath-Thayalisi.

Ibnu Qutaibah

Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin Qutaibah Ad-Dainury (wafat 236H), dikenal dengan nama Ibnu Qutaibah. Ia  adalah seorang ahli lughah (bahasa Arab) yang terkenal. Beliau belajar hadis dari Ishaq bin Rahawaih, Abu Ishaq Ibrahim Az-Ziyadi, dan Abu Hatim As-Sijistany. Ia banyak mengarang kitab yang bermanfaat di antaranya adalah kitab Gharibul Quran, Gharibul Hadits, Uyunul Akhbar, Musykilul Quran, Musykilul Hadits, kitab I’rabil Qur’anal Ma’arif, dan Adabul Katab. Di antara murid-muridnya adalah anaknya, Ja’far Ahmad Al-Faqih, dan Ibnu Dusturaih Al -Farisy.

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, ”Ibnu Qutaibah seorang ulama yang cenderung kepada mazhab Ahmad bin Ishaq, ia seorang juru bicara ahli hadis.” Adz-Dzahabi rahimahullah berkata, ”Ibnu Qutaibah seorang yang banyak kitabnya, seorang yang diterima riwayatnya, tetapi sedikit dalam meriwayatkan hadis.”

Baqi bin Makhlad

Abu Abdirrahman Baqi bin Makhlad Al-Andalusi (wafat 276H) adalah seorang ulama dari negeri Andalus (sekarang bagian dari Spanyol). Beliau dikenal dengan kegigihannya dalam menuntut ilmu agama. Beliau berjalan kaki menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, menemui Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah. Namun, ketika itu musibah besar menimpa Imam Ahmad, sehingga beliau dilarang untuk mengajar oleh penguasa. Namun, Baqi bin Makhlad punya cara lain, setiap hari beliau berpakaian mirip pengemis mendatangi rumah Imam Ahmad sehingga Imam Ahmad bisa menyampaikan hadis kepada beliau. Terus demikian hingga akhirnya Imam Ahmad boleh mengajar lagi. Ia pun di depan murid-muridnya berkata tentang Baqi bin Makhlad, “Orang ini berhak menyandang predikat sebagai pencari ilmu.”

Wallahu a’lam, semoga bermanfaat.

[Bersambung]

***

Penulis: Yulian Purnama

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/81065-mengenal-beberapa-ulama-hadits-mutaqaddimin-bag-1.html

Tiga Waktu Terbaik Berdoa Agar Dikabulkan Allah

Setiap orang ingin doa yang dipanjatkan senantiasa diterima Allah. Sebab doa yang dituturkan merupakan suara hati yang ingin didengar dan dikabulkan Allah. Dalam Islam terdapat beberapa waktu yang paling baik untuk memanjatkan doa. Ketika doa dipanjatkan di waktu tersebut, sehingga dikabulkan oleh Allah.

Pertama, waktu yang dikabulkan adalah saat iqamah dikumandangkan. Hal ini sebagaimana dikumandangkan melalui hadis dibawah ini:

اذا ثوب بالصلاة فتحت لأبةاب السماء واستجيب الدعاء

Apabila salat sudah diserukan (disuarakan iqamah), maka dibukalah pintu-pintu langit dan diterimalah doa

Rasulullah menyebutkan bahwa saat iqamah dikumandangkan adalah saat-saat di mana pintu langit sedang dibuka dan doa-doa yang dipanjatkan akan diterima oleh Allah. Terdengarnya sangat sederhana, namun bernilai istimewa bagi siapa saja yang mau mengamalkannya. Siapa saja yang sedang sangat butuh bantuan Tuhan, dengan segera menanti waktu tersebut.

Kedua, waktu yang tepat untuk berdoa adalah antara azan dan iqamah. Pada waktu tersebut merupakan waktu yang dianjurkan untuk memperbanyak doa. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah dalam sabdanya;

الدعاء لا يرد بين الأذان والإقامة

Doa di antara azan dan iqamah tidak tertolak

Waktu istimewa tersebut sangat berharga jika hanya dilewatkan dengan begitu saja. Terlebih bagi seseorang yang sedang menunggu sang imam untuk salat berjamaah. Memperbanyak zikir dan doa jauh lebih baik dibandingkan dengan sekedar mengecek beberapa notifikasi yang hadir di layar gawai. Panjatkan banyak doa, bukankan doa adalah senjata orang mukmin untuk menghadapi banyak urusan?

Allah terus membentangkan rahmat-Nya dan mengabulkan doa setiap hamba yang mau berdoa kepada-Nya. Dan saat waktu istimewa tersebut, tidak ada lagi sekat antara hamba dan Sang Pencipta, sehingga tiada doa yag ditolak oleh-Nya.

Ketiga, waktu yang mustajab adalah saat selesai shalat fardhu. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin;

أن يغتنم الأحوال الشريفة قال أبو هريرة رضي الله عنه إن أبواب السماء تفتح عند زحف الصفوف في سبيل الله تعالى وعند نزول الغيث وعند إقامة الصلوات المكتوبة فاغتنموا الدعاء فيها

Hendaklah mempergunakan kesempatan berdoa pada keadaaan-keadaan yang mulia. Berdasarkan hadis riwayat Abu Hurairah, “Sesungguhnya pintu-pintu langit dibuka ketika perang fi sabilillah berkecamuk, turunnya hujan, ketika sholat wajib, maka perbanyaklah berdoa pada waktu itu.”

Demikian penjelasan terkait tiga waktu terbaik berdoa agar dikabulkan Allah. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYRAIAH

Rasisme, Memecah Belah Manusia

RASISME menjadi salah satu bentuk kedzaliman yang kerap terumbar tanpa adanya sekat dan rasa segan dalam melakukannya.

Baik disadari maupun tidak terkadang seseorang melakukannya. Hal ini kerap muncul di tengah masyarakat yang plural. Artinya di huni oleh beberapa kalangan dan etnis budaya, semisal berkumpulnya etnis tionghoa, etnis china, etnis arab, dan etnis jawa dalam satu lokasi rumpun warga.

Selain itu rasisme juga kerap terjadi mulai dari lingkungan rumah, tempat kerja, lingkungan sekolah atau bahkan di lingkungan pemerintah.

Hal ini nampak menjadi sebuah anomali jika kita memandangnya dari sisi teori. Namun ternyata dari sisi praktis banyak yang telah menajdi korban bahkan secara tidak disadari sekaligus menjadi pelaku.

Rasisme merupakan bentuk perilaku yang berbeda dan mengarah pada ketimpakan tindakan baik itu secara verbal maupun nonverbal atas perbedaan warna kulit, keturunan, suku, ras, dan budaya. Mulai dari penghinaan terhadap suatu ras, menghina fisik atas perbedaan keturunan (masuk dalam bulliying), dan yang lainnya.

Perilaku yang tidak disadari bisa berwujud guyonan atau candaan di teman sebaya, sekantor, bahkan tetangga. Penyebab terjadinya rasisme biasanya mereka merasa ras nya lebih tinggi dibandingkan yang lain dan berprasangka buruk terhadap ras golongan tertentu.

Rasisme juga memiliki bentuk lain seperti sikap benci yang berlebihan terhadap orang lain, kemudia intimidasi, bahkan berujung pada terjadinya kekerasan.

Dampak dari tindakan rasisme seperti yang kita tahu, bahwa perbuatan tersebut memiliki banyak dampak negatif dibandingkan dampak positifnya.

Dampak yang diterima korban dapat berpengaru pada psikolognyainya, selain itu akan berdampak pada hubungan sosialnya karena korban akan malas untuk berinteraksi kepada lingkungan social mereka.

Ini karena dalam pikiran korban akan merasa adanya kuasa dari kaum ras yang berkuasa dengan jumlah yang tinggi karena tidak terjadi secara imbang antara keduanya.

Untuk mengikis habis rasisme yang sangat marak akhir-akhir ini kepada warga sekitar ataupun orang-orang terdekat diperlukannya suatu ruang dialog yang terbuka dan berbaur dengan masyarakat sekitar.

Hal ini mendapat respon positif dari para korban agar tidak terputusnya kegiatan silahturahmi untuk menyuarakan apa yang mereka rasakan dan menyuarakan perdamaian, keberagaman, keadilan, kesetaran, dan anti rasisme.

Kegiatan ini sebagai gerbang untuk menyuarakan perdamaian, keberagaman, keadilan, kesetaran, dan anti rasisme. Karena diskusi ini dan permasalahan ii tidak bisa selesai dalam satu pertemuan saja melainkan harus lebih intens agar masalah ini cepat terselesaikan dengan baik.

Selain itu, solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kasus-kasus rasisme yang terjadi di antaranya senantiasa menjaga lisan dari mengolok-olok suatau kaum.

Karena pemicu utama dari kasus rasisme adalah berawal dari ketersinggungan dari ujaran seseorang, menanamkan konsep satu keluarga kemanusiaan dalam bernegara yang menjadikan kita hidup saling berdampingan dan persaudaraan.

Selain itu jadikan perbedaan suku, bahasa, dan warna kulit dijadikan tanda kebesaran Allah SWT. []

Oleh: Madinatul Bannah
Mahasiswi Jurnalistik Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan
madinatulbana11@gmail.com

ISLAMPOS

Akhlaq Muslim terhadap Al-Quran

BENARKAH klaim para orientalis bahwa Al Quran bukan firman Allah SWT atau copy paste kitab suci agama lain? Untuk menjawabnya perlu terlebih dahulu diketahui realitas terkait Al Quran yang tak satupun orang dapat mengingkarinya. Yaitu Al Quran berbahasa arab, dibawa oleh Muhammad ﷺ dan saat diturunkan 1450-an tahun lalu kondisi transportasi dan komunikasi amatlah sederhana dan terbatas. Yang paling canggih hanyalah unta/ kuda dan pena.

Puncak keemasaan sya’ir arab terjadi saat masa Al Quran diturunkan, dan pakar sya’irnya pun secara massif unjuk kemampuan. Walaupun begitu, tak satupun dari mereka yang mampu memenuhi tantangan Al Quran untuk membuat surat dan ayat semisalnya.

Tantangan ini termaktub dalam Al Quran surat Huud ayat 13-14, Yunus ayat 38 dan Al Baqarah ayat 23. Ini menunjukkan bahwa Al Quran bukanlah buatan pakar syair arab apatah lagi orang arab yang awam sya’ir.

Al Quran juga jelas bukan buatan Muhammad ﷺ. Karena terdapat perbedaan jauh antara gaya bahasa Al Quran dan hadits.

Pun diketahui Muhammad ﷺ seorang ummi yang tak pandai baca dan tulis. Apalagi jika menilik lebih mendalam isi kandungan Al Quran yang begitu memukau. Al Quran mampu mengungkap fenomena alam dan sosial yang baru bisa dibuktikan kebenarannya dengan kemajuan sains dan teknologi hari ini. Jadi, secara qath’i (pasti), Al Quran dapat dibuktikan secara rasional adalah kalamullah (firman Allah SWT).

BACA JUGA: Inilah Luqman Al-Hakim, Lelaki yang Diceritakan dalam Al-Quran

Bagi muslim, apakah hanya cukup mengimani Al Quran sebagai kalamullah? Tentu saja tidak. Terdapat akhlaq-akhlaq yang harus dilakukan muslim terhadap Al Quran, sebagai bentuk kecintaan pada Allah SWT.

Akhlaq Muslim terhadap Al-Quran yang Pertama, membaca Al Quran.

Bagi orang yang bertaqwa adalah kehormatan dan kemuliaan bagi lisannya dapat melantunkan kalam pemilik alam semesta beserta isinya. Ayat-ayatNya selalu mencerdaskan akalnya dan menggetarkan jiwanya.

Tak ada rasa bosan. Karena kesadaran dirinya bahwa kalamullah adalah petunjuk dan pelajaran amat berharga dari Allah SWT.

Kesadaran dirinya bahwa bertaburan keutamaan saat lisannya melantunkan ayat-ayat cintaNya. Sehingga membaca kalamullah bukan hanya kerutinan tapi juga kebutuhan bahkan kenikmatan. Rasulullah SAW bersabda :

مَنْ قَرَأ حَرْفاً مِنْ كِتاب الله فَلَهُ حَسَنَة، والحَسَنَة بِعَشْرِ أمْثَالِها، لا أقول: ألم حَرفٌ، ولكِنْ: ألِفٌ حَرْفٌ، ولاَمٌ حَرْفٌ، ومِيمٌ حَرْفٌ

Artinya : Siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur`ān) maka baginya satu pahala kebaikan, dan satu pahala kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat, aku tidak mengatakan bahwa alif lām mīm itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lām satu huruf, dan mīm satu huruf (HR. Tirmidzi).

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

Artinya : Bacalah al-Qur’an karena ia akan memberikan syafaat kepada para “sahabatnya (HR. Muslim)

الذي يقرَأُ القرآنَ وهو مَاهِرٌ به مع السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، والذي يقرَأُ القرآنَ ويَتَتَعْتَعُ فيه وهو عليه شَاقٌ لَهُ أجْرَانِ

Artinya : Orang yang membaca Al-Qur`ān dan ia mahir membacanya, maka ia bersama para malaikat yang mulia dan berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur`ān dengan terbata-bata dan merasa kesulitan dalam membacanya, maka baginya dua pahala (HR. Bukhari Muslim).

Akhlaq Muslim terhadap Al-Quran yang Kedua, menghapal Al Quran.

Muslim yang menikmati lantunan ayat-ayatNya, terinstal juga dalam benaknya untuk menghapal Al Quran.

Apalagi keutamaan melekatkan ayat-ayatNya dalam akal dan qalbunya semakin menyemangati dirinya. Rasulullah ﷺ bersabda :

اقرؤوا القرآن فإن الله تعالى لا يعذب قلبا وعى القرآن وإن هذا القرآن مأدبة الله فمن دخل فيه فهو آمن ومن أحب القرآن فليبشر

Artinya : Bacalah Alquran karena Allah tidak akan menyiksa hati yang berisi Alquran. Dan sesungguhnya Alquran ini adalah jamuan Allah, maka siapa yang masuk di dalamnya, dia pun aman. Dan siapa mencintai Alquran, maka berilah kabar gembira kepadanya Imam (HR. Al-Darimi).

BACA JUGA:  7 Lapis Langit dan Sabuk Van Allen Menurut Al-Quran

Allah memberikan keistimewaan bagi penghapal kalamNya. Bahwa terjatuhnya manusia pada khilaf dan dosa adalah keniscayaan, tapi Allah berjanji tak akan menyiksa qalbu muslim yang berisi hafalan al Quran yang menjadi penuntun hidupnya.

Akhlaq Muslim terhadap Al-Quran yang Ketiga, memahami Al Quran.

Tak kenyang hanya dengan membaca dan menghapal, pecintaNya juga akan berusaha memahami (tadabbur) Al Quran. Memahami dengan mempelajarinya baik dari sisi bacaan, kaidah bahasa maupun makna/tafsirnya.

Apalagi keutamaan mempelajari Al Quran, akan semakin memotivasi dirinya selalu semangat tadabbur Al Quran. Rasulullah ﷺ bersabda :

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Artinya : Tidaklah sekelompok orang berkumpul di dalam satu rumah di antara rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan saling belajar di antara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (para malaikat) di hadapanNya (HR. Muslim).

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Artinya : Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya (HR.Bukhari).

Akhlaq Muslim terhadap Al-Quran Keempat, mengamalkan Al Quran.

Dengan tadabbur Al Quran, muslim akan semakin ma’rifat pada Allah. Sehingga akan menuntun dirinya berpegang pada perintah dan larangan yang termuat dalam Al Quran. Baginya mengamalkan Al Quran adalah bukti imannya dan lisensi keselamatan dunia akhiratnya.

Tak rela dirinya digelari seperti keledai oleh Rabbnya atau dikumpulkan di yaumul qiyamah dalam keadaan buta akibat lalai dalam mengamalkan Al Quran. Karena itu merupakan kehinaan dunia dan akhiratnya. Allah SWT berfirman :

مَثَلُ الَّذِيْنَ حُمِّلُوا التَّوْرٰىةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوْهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ اَسْفَارًاۗ بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ

Artinya : Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim (QS. Al Jumu’ah ayat 5).

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةًۭ ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِىٓ أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا (125) قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ ءَايَٰتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ ٱلْيَوْمَ تُنسَىٰ (126)ء

Artinya : Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. Dia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?”. Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.” (QS. Thaha ayat 124-126).

Akhlaq Muslim terhadap Al-Quran yang Kelima, mengajarkan Al Quran.

Amalan terbaik yang perlu menjadi target bagi pecinta kalamullah adalah mengajarkan bacaan dan makna-makna yang terkandung di dalamnya.

Tak cukup menjadikannya sebagai ilmu bermanfaat untuk amal jariyah, tapi sebagai pengabdiannya pada Allah. Karena ikhtiar dirinya menjaga dengan sebaik-baiknya kalamullah dan diin Islam. Rasulullah ﷺ bersabda :

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

Artinya : Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya (HR. Muslim).

Allah SWT berfirman :

كُوۡنُوۡا عِبَادًا لِّىۡ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ وَلٰـكِنۡ كُوۡنُوۡا رَبَّانِيّٖنَ بِمَا كُنۡتُمۡ تُعَلِّمُوۡنَ الۡكِتٰبَ وَبِمَا كُنۡتُمۡ تَدۡرُسُوۡنَۙ‏

Artinya : Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah,” tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!” (QS: Ali Imran:79).

Wallahu a’lam bish-shawabi. []

Oleh: Desti Ritdamaya, Praktisi Pendidikan
mabdagabek000@gmail.com

ISLAMPOS

Manusia yang Beruntung

Manusia yang beruntung memiliki empat kriteria; sabar, melipatgandakan kesabaran, murabathah (tetap siap siaga), dan bertakwa kepada Allah SWT. (QS Ali Imran [3]: 200). Menurut mufassirin, makna murabathah dalam ayat tersebut adalah menjaga benteng dari serangan musuh untuk melindungi umat.

Ketika umat Islam di suatu negeri tidak menghadapi serangan bersenjata, tetapi serangan pemikiran maka konotasi murabathah adalah menjaga benteng untuk melindungi umat Islam dalam semua aspek kehidupan, seperti akidah, ekonomi, dan politik.

Para dai yang berusaha membentengi akidah umat adalah murabith (penjaga benteng). Demikian juga para guru, pendidik yang membina kader Muslim, politisi, dan ekonom yang membela ekonomi umat, termasuk dalam penjaga benteng. Kita sekarang sangat membutuhkan penjaga benteng yang melindungi akidah, ekonomi, budaya, dan seluruh bidang kehidupan Muslim.

Rasulullah memberikan berbagai keutamaan murabathah ini. Pertama, siap siaga sehari lebih baik dari dunia dan isinya. (HR Bukhari). Kedua, siap siaga sehari semalam lebih baik dari puasa dan qiyam sebulan penuh pada bulan Ramadhan.

Abu Darda’ meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, “Siap siaga satu bulan lebih baik dari puasa satu tahun. Barang siapa meninggal dalam keadaan siaga di jalan Allah, akan aman dari fitnah kiamat dan dia mendapatkan rezekinya dari surga dan terus ditulis amal seorang penjaga benteng sampai dibangkitkan hari kiamat.” (HR Thabrani).

Ketiga, semua amalan seseorang terputus saat mati kecuali murabith. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap mayit dipungkasi amalnya kecuali murabith di jalan Allah. Amalnya ditumbuhkan sampai hari kiamat dan akan aman dari fitnah kubur.” (HR Abu Daud, Turmudzi, dan al-Hakim).

Rasulullah SAW bersabda, “Empat kelompok yang amalnya tetap mengalir setelah meninggalnya: penjaga benteng fi sabilillah, perbuatan seseorang yang diamalkan orang lain, seseorang yang sedekahnya masih tetap bermanfaat, dan seorang yang meninggalkan anak saleh yang selalu mendoakannya.” (HR Ahmad dari Abu Umamah).

Keempat, penjaga benteng di jalan Allah bila meninggal akan dibangkitkan dalam keadaan aman dari fitnah hari kiamat.

“Menjaga benteng satu hari di jalan Allah lebih baik dari puasa dan qiyam selama Ramadhan, barang siapa yang meninggal saat menjaga benteng maka pahala amalnya terus ditulis (sampai kiamat), dan diberi balasan rezekinya di surga dan aman dari fitnah kubur (pertanyaan Munkar dan Nakir).” (HR Muslim).

Kelima, penjaga benteng bila meninggal akan dibangkitkan pada hari kiamat sebagai syahid. (HR Ibnu Majah dari Abu Hurairah). Keenam, penjaga benteng fi sabilillah akan mendapatkan pahala dari orang-orang yang hidup setelahnya.

Ketujuh, menjaga benteng satu hari di jalan Allah lebih baik dari seribu hari dari derajat amalan lainnya. (HR Turmudzi, Nasai dan Ibnu Abi Syaibah)

Oleh: Prof KH Ahmad Satori Ismail

IHRAM

Ikhlas dalam Ibadah Seorang Mukmin

Di hari kiamat, ikhlas dan syirik berlutut di hadapan Allah. Allah mememintahkan ikhlas ke surge dan menendang syirik ke neraka

SEMUA amal kebaikan itu jasad dan ikhlas adalah ruhnya. Maka tidaklah berguna suatu jasad apabila tidak memiliki ruh.

Imam Ad-Dimyati dalam kitabnya al-Muttajjir ar-Rabih fi al-Amal As-Sholih berkata: “Ketahuilah! Syarat umum agar diterimanya semua amal kebaikan dan memperoleh pahala di sisi Allah ialah dengan adanya ikhlas. Dan setiap amal yang tidak bersumber dari keikhlasan maka amal tersebut rusak.”

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “مَنْ فَارَقَ الدُّنْيَا عَلَى الْإِخْلَاصِ لِلَّهِ وَحْدَهُ [وَعِبَادَتِهِ] لَا شَرِيكَ لَهُ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ مَاتَ وَاللَّهُ عَنْهُ رَاضٍ”.  رواه ابن ماجه و الحاكم

“Dari Anas bin Malik ra. ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa meninggal dunia dalam keadaan ikhlas kepada Allah, beribadah kepada-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya, menegakkan salat dan menunaikan zakat, maka ia meninggal dalam keridaan Allah.” (HR: Ibnu Majah (70) dan Al-Hakim (2/332).

Allah Swt. berfirman dalam Al-Quran Surah Al-Bayyinah ayat 5:

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ

“Padahal mereka tidak diperintah kecuali agar menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan agar mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS: Al-Bayyinah: 5)

Apa itu ikhlas?

Imam Nawawi ra. dalam Bustanul Arifin berkata, telah diriwayatkan kepada kami dari Hudzaifah bin al-Yaman ra. beliau berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ mengenai ikhlas, apa itu ikhlas? Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Aku bertanya kepada Jibril a.s. mengenai apa itu ikhlas? Lalu dijawab: “Aku bertanya kepada Tuhan Yang Mahamulia mengenai apa itu ikhlas? Lalu Allah Swt. berfirman: “Salah satu sir daripada sekian sir milikku, kutitipkan sir tersebut di hati setiap hamba yang mencintaiku.”

Imam Junaid Al-Baghdadi berkata: “Ikhlas adalah sir antara Allah dan hambanya. Tidak diketahui oleh malaikat sehingga ia mencatatnya, tidak pula setan sehingga merusaknya dan tidak pula hawa sehingga mencondongkannya.”

Sebagian arifin berkata: “Tanda ikhlas itu ialah nur yang diperoleh seorang hamba di dalam nurani yang dengannya kekurangan dalam ketaatan dapat diketahui dan nampak olehnya kecacatan dalam keiklasannya.” Karena tidaklah seorang hamba dapat terlepas dari belenggu setan kecuali dengan keikhlasan dalam beramal baik.

Nabi ﷺ bersabda: “Pada hari kiamat kelak, didatangkan ikhlas dan syirik lalu keduanya berlutut di hadapan Tuhan Yang Mahamulia. Lalu Allah Azza wa Jalla berkata kepada ikhlas: Pergilah kamu dan rombonganmu (para mukhlis) masuk ke dalam surga. Dan Allah berkata kepada syirik: Pergilah kamu dan rombonganmu (musyrikin) masuk ke dalam neraka.” kemudian Rasulullah ﷺ  membaca firman Allah Q.S An-Naml ayat 90:

وَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَكُبَّتْ وُجُوْهُهُمْ فِى النَّارِۗ هَلْ تُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

“Dan barang siapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah wajah mereka ke dalam neraka. Tidaklah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS: An-Naml: 90)

Keberkahan ikhlas dan pengaruhnya

Syekh Ad-Damiri ra. dalam kitabnya Hayatul Hayawan menceritakan: Aku pernah melihat di dalam kitab Mukhtasor Ihya’ karangan Syeikh Syarofuddin bin Yunus di dalam Bab Ikhlas: “Sesungguhnya siapa saja yang ikhlas lillahi taala dalam beramal baik walaupun tidak diniatkan, maka akan tampak atsar (pengaruh) keberkahan dari ikhlasnya tersebut kepada dirinya dan anak cucunya hingga hari kiamat. Sebagaimana yang diceritakan, konon ketika Nabi Adam a.s. diturunkan ke bumi, datanglah segerombolan hewan liar sahara mengunjungi dan mengucapkan salam kepada Nabi Adam a.s. Pada saat itu Nabi Adam a.s. mendoakan tiap mereka.”

Lalu datang pula sekawanan kijang. Beliau mendoakan mereka dan mengusap punggung mereka lalu muncul kelenjar misik pada tubuh mereka.

Tatkala mereka kembali pulang dan dilihat oleh gerombolan hewan yang lain, mereka bertanya, “Darimana kalian mendapatkan ini (kelenjar misik)?”. “Kami baru saja mengunjungi kekasih Allah, Nabi Adam a.s., lalu beliau mendoakan dan mengusap punggung kami,” jawab sekawanan kijang tadi.

Walhasil, berangkatlah segerombolan hewan lain mengunjungi Nabi Adam a.s., lalu mereka didoakan dan diusap punggungnya juga namun tidak muncul kelenjar misik pada mereka. Sepulangnya, mereka protes sembari berkata: “Kami telah melakukan seperti yang kalian lakukan namun tidak mendapatkan seperti yang kalian dapatkan!?” Lalu dijawab: “Kalian berbuat seperti itu karena berharap mendapatkan seperti apa yang mereka dapatkan. Sedangkan mereka itu mengunjungi Nabi Adam a.s ikhlas semata karena Allah tanpa niatan lain.”

Maka kelenjar misik tadi juga Allah anugerahkan kepada anak keturunan kijang hingga hari kiamat kelak. Inilah dampak amal yang ikhlas, tak hanya orang tersebut yang mendapatkan keberkahan, namun anak keturunannya pun ikut mendapatkan keberkahan atas amal yang ikhlas.

Penerapan ikhlas dalam ibadah

Imam Fudhail bin Iyadh berkata; “Meninggalkan amal baik karena manusia itu ria. Adapun beramal baik karena manusia itu syirik. Sedangkan ikhlas itu menafikan keduanya karena Allah semata.”

Ikhlas ialah menyucikan amal dari segala niatan selain lillah dan tidak bercampur dengan segala kehendak nafsu. Hadis pertama tadi dapat menjadi motivasi untuk meraih rida Allah Swt.*/Risalah Hadramiyah, PCIM Yaman

HIDAYATULLAH

Susul Senegal, Maroko Jadi Negara Muslim Kedua yang Lolos ke 16 Besar Piala Dunia Qatar

Maroko berhasil mengalahkan Kanada 2-1 dalam laga terakhir Grup F Piala Dunia 2022 Qatar. Kemenangan ini membawa negara Muslim tersebut memuncaki klasemen grup dan lolos ke 16 besar.

Lolosnya Maroko ke 16 besar menyusul negara mayoritas Muslim lainnya yang berada di Grup A, Senegal.

Maroko menjadi satu dari dua negara Afrika yang pernah memuncaki fase grup selama pagelaran Piala Dunia. Senegal juga pernah memuncaki fase grup di Piala Dunia 1994 dan 1998.

Bertanding di Al Thumama Stadion pada Kamis (01/12), Singa Atlas membuat kejutan dengan gol cepat Hakim Ziyech di menit ke-4. Blunder kiper Kanada, yang keluar dari areanya, membuat Ziyech dengan mudah menjebol gawang Kanada. Maroko memimpin 1-0.

Maroko semakin unggul pada menit ke-23, usai umpan jauh Achraf Hakimi berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Youssef En-Nesyri. Pemain bernomor punggung 19 itu kemudian melepaskan tembakan keras ke sudut kanan bawah gawang yang tak mampu dihalau kiper Kanada. Skor 2-0 untuk Maroko.

Kanada berhasil mencetak gol usai bek Maroko melakukan kesalahan yang menyebabkan gol bunuh diri.

Seperti halnya pada selebrasi pertandingan sebelumnya, para pemain Maroko juga melakukan sujud syukur usai kemenangan keempat mereka di sepanjang sejarah Piala Dunia.

Performa Maroko, hingga saat ini, bisa dibilang luar biasa. Sebelumnya, Maroko berhasil mengalahkan Belgia yang berada urutan kedua Peringkat Dunia FIFA dengan skor 2-0.*

HIDAYATULLAH

Doa Bebas dari Utang, Dibaca Selepas Shalat Jumat

Anda sedang dililit utang? Utang Anda ada di mana-mana; bank, teman, kantor, pinjol, kantor lelang, dan rentenir. Saban hari Anda dikejar penagih hutang. Atau setiap bulan Anda dihantui oleh utang-utang yang menumpuk.

Lebih parah lagi, saudara, teman, dan tetangga sudah tak percaya pada Anda? Sebab utang yang dulu tak juga dibayar. Semua orang seperti menjauh dari Anda. Akibat utang yang tak kunjung lunas dan kian menumpuk.

Bila keadaan ini dibiarkan begitu saja, akan sangat berbahaya. Depresi bisa akan menimpa seseorang yang dalam hutang banyak. Lebih gawat lagi, bisa jadi mengakhiri hidup. Atau kemungkinan pertengkaran dalam rumah tangga, akibat suami atau istri dikejar utang.

Selain berusaha mencari kerja dan menyisihkan penghasilan, seorang yang dililit utang juga dianjurkan untuk memperbanyak doa agar bebas dari utang. Sebagai seorang muslim, seyogianya kita meminta dan mengharap belas kasih dari Tuhan. Bagaimana tidak? Ketika kita tak berdaya, Allah akan selalu menyapa dan membuka kasih pada hamba-Nya.

Salah satu amalan agar bebas dari hutan terdapat dalam kitab berjudul An Nawadir,  karya Syeikh Qolyubi. Dalam kitab ini, Syekh Qolyubi menjelaskan doa bebas dari utang tersebut dibaca selepas melaksanakan shalat Jumat. Di samping itu, doa ini juga bisa diamalkan selepas melaksanakan shalat fardu.

Simak penjelasan Syekh Qolyubi dalam kitab An Nawadir  berikut;

فائدة } من قال بعد صلاة الجمعة : ياغني يامبدئ يامعيد يارحيم ياودود أغنني بحلالك عن حرامك واكفني بفضلك عمن سواك قضى الله دينه وأغناه الله عن خلقه. قال بعض العلماء : فإن واظب على ذلك بعد كل فريضة فلا تأتيه الجمعة الأخرى إلا وقد أغناه الله تعالى

Artinya; Faedah; Barang siapa saja yang mengamalkan doa ini selepas melaksanakan shalat Jumat, maka Allah akan membebaskan hutangnya dan juga dilapangkan rezekinya.

Dan sebagian ulama mengatakan; apabila doa tersebut sering dibaca atau melaziminya selepas mengerjakan shalat wajib, maka dipastikan sepanjang hari sampai Jum’at yang akan datang, Allah akan memberikan kemudahan rezki bagi yang mengamalkannya.

Adapun doa bebas dari utang tersebut, adalah sebagai berikut ini :

يَاغَنِيُ يَاحَمِيْدُ يَامُبْدِئُ يَامُعِيْدُ يَارَحِيْمُ يَاوَدُوْدُ أَغْنِنِيْ بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَاكْفِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Ya Ghaniyu Ya Hamid Yamu’idu Ya Rahim Ya Wadud A’nini bi halalika ‘an Haramika wakfini bi fadhlika

Artinya; Ya Allah, wahai Dzat yang Maha Kaya, Wahai yang Maha Mulia , Wahai zat yang menciptakan sesuatu dari awal dan Dzat yang mengembalikannya, ya Allah yang Maha Pengasih lagi dan Maha Penyayang berikanlah aku kekayaan dari rezeki yang halal sehingga aku terhindar dari rezeki yang haram,

Dan aku pinta cukupkanlah pada aku untuk melakukan ketaatan-Mu sehingga aku menjauhi hal-hal yang Engkau haramkan, dan jadikanlah kami hanya mengharap karunia-Mu sehingga aku terhindar dari mengharap karunia dari selain Engkau.

Demikian penjelasan doa Bebas dari utang yang biasa dibaca selepas Shalat Jumat. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH