PPIH Bentuk Tim Khusus Wujudkan Haji Ramah Lansia

Direktur Jenderal (Dirjen) Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama Hilman Latief mengatakan, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) telah membentuk tim khusus demi mewujudkan Haji Ramah Lansia 2023.

“Kami telah menyiapkan tim khusus dari PPIH untuk melayani lansia serta kita latih mulai dari teknis cara menggunakan, mendorong, serta menaikkan kursi roda ke atas kendaraan,” ujarnya saat ditemui di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Selasa (23/5/2023).

Hilman mengatakan, pihaknya meminimalkan upacara seremonial sehingga calon jamaah haji (calhaj), khususnya lansia, tidak kelelahan dalam mengikuti rangkaian kegiatannya. Selain itu, ia telah bekerja sama dengan berbagai pihak dalam merumuskan serta memahami karakter jamaah lansia agar pelayanan kepada mereka dapat dilaksanakan secara maksimal.

“Kami memberikan semangat kepada calhaj lansia agar konsisten, sabar, dan bisa mengatur diri karena situasi di Tanah Suci cukup berat saat ini,” katanya.

Pada kloter pertama yang diberangkatkan dari Embarkasi Jakarta malam ini terdapat dua orang calhaj dengan usia 82 tahun dan 14 pengguna kursi roda.

Kemenag pada pelaksanaan ibadah haji tahun ini mengangkat tema Haji Ramah Lansia. Alasannya, pada musim haji tahun 2023 ada sebanyak 67 ribu anggota jamaah atau sekitar 30 persen dari kuota jamaah haji Indonesia berusia lanjut.

Terkait dengan layanan di Arab Saudi, Pemerintah Indonesia juga sudah melakukan koordinasi dengan pihak terkait di negara tersebut guna memastikan layanan yang baik terkait akomodasi, transportasi, katering, dan layanan masyair (Arafah-Muzdalifah-Mina).

Dengan pembekalan, bimbingan, dan pendampingan petugas, serta penyiapan berbagai kebutuhan selama rangkaian ibadah, diharapkan jamaah haji lansia dari Indonesia bisa menjadi jamaah yang lebih mandiri, mampu melaksanakan ibadah haji tanpa banyak tergantung pihak lain.

sumber : Antara

Melawan Malas dengan Metode Kaizen

Berikut ini artikel tentang melawan sikap malas dengan metode Kaizen. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita merasa tergoda untuk bersikap malas dan menghindari tanggung jawab. Sikap malas dapat menghambat kemajuan pribadi dan profesional kita, menghalangi kita dari mencapai potensi penuh kita.

Al-Qur’an memberikan petunjuk dan ajaran tentang pentingnya bekerja keras, berusaha, dan menghindari sifat malas. Di sisi lain, Al-Qur’an secara konsisten menekankan pentingnya usaha dan kerja keras untuk mencapai keberhasilan dan memperoleh rezeki. Allah SWT berfirman dalam Surah ar Ra’du ayat 13,

اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Al-Qur’an juga mengingatkan umat Islam agar tidak terjebak dalam sikap malas yang dapat menghalangi mereka dalam mencapai kesuksesan. Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-A’raf (7:51),

الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا دِيْنَهُمْ لَهْوًا وَّلَعِبًا وَّغَرَّتْهُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۚ فَالْيَوْمَ نَنْسٰىهُمْ كَمَا نَسُوْا لِقَاۤءَ يَوْمِهِمْ هٰذَاۙ وَمَا كَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يَجْحَدُوْنَ

Artinya; (Mereka adalah) orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai kelengahan dan permainan serta mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Maka, pada hari ini (Kiamat), Kami melupakan mereka sebagaimana mereka dahulu melupakan pertemuan hari ini dan karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.

Melawan Sikap Malas dengan Metode Kaizen

Namun, dengan menerapkan metode Kaizen, kita dapat melawan sikap malas dan mengembangkan kebiasaan produktif yang berkelanjutan. Artikel ini akan menjelaskan konsep Kaizen dan bagaimana metode ini dapat membantu kita melawan sikap malas.

Sekilas Metode Kaizen

Kaizen adalah konsep Jepang yang berfokus pada perbaikan berkelanjutan. “Kai” berarti perubahan, sedangkan “zen” berarti baik atau menuju yang lebih baik. Kaizen melibatkan pengembangan kebiasaan kecil dan perbaikan bertahap yang mengarah pada perubahan positif dalam jangka panjang.

Metode ini terkenal karena efektivitasnya dalam mengatasi hambatan dan meningkatkan efisiensi di berbagai bidang, termasuk bisnis, manufaktur, dan kehidupan pribadi. [Baca juga: Hukum Menuntut Cerai Suami yang Malas Sholat].

Langkah Melawan Sikap Malas dengan Metode Kaizen

Pertama, Identifikasi area yang perlu ditingkatkan. Sejatinya, identifikasi area atau kebiasaan dalam hidup yang perlu ditingkatkan. Apakah itu pekerjaan, kesehatan, keuangan, atau hubungan pribadi, fokuskan pada satu hal pada satu waktu agar tidak terlalu terbebani.

Kedua, Membuat tujuan kecil yang dapat dicapai:

Selanjutnya, buat tujuan kecil yang dapat dicapai dalam waktu singkat. Misalnya, jika  ingin meningkatkan produktivitas kerja, Anda dapat menetapkan tujuan untuk menyelesaikan satu tugas penting setiap hari. Tujuan-tujuan ini haruslah realistis dan terukur sehingga dapat mengukur kemajuan.

Ketiga, Lakukan perubahan kecil:

Mulailah dengan melakukan perubahan kecil yang terarah menuju tujuan . Misalnya, jika  ingin membaca lebih banyak buku, luangkan waktu 10 menit setiap hari untuk membaca. Perubahan kecil ini memungkinkan menghindari rasa terbebani dan membuatnya lebih mudah untuk mempertahankan kebiasaan baru.

Keempat, evaluasi dan refleksi:

Evaluasi dan refleksikan kemajuan secara teratur. Cermati perubahan yang telah lakukan dan manfaat apa yang Anda rasakan. Jika merasa tujuan kecil terlalu mudah, tingkatkan tantangan sedikit demi sedikit. Jika menghadapi kesulitan, cari solusi kreatif untuk mengatasi hambatan tersebut.

Lima, teruslah bergerak maju:

Metode Kaizen melibatkan perubahan yang berkelanjutan. Setelah mencapai tujuan kecil , lanjutkan dengan menetapkan tujuan baru yang sedikit lebih tinggi. Teruslah mengembangkan kebiasaan produktif dan jangan biarkan diri Anda jatuh kembali ke sikap malas.

Kesimpulan

Melawan sikap malas dan mengembangkan kebiasaan produktif bukanlah tugas yang mudah. Namun, dengan menerapkan metode Kaizen, kita dapat membuat perubahan kecil yang berkelanjutan dan mencapai perbaikan dalam jangka panjang.

Mulailah dengan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, tetapkan tujuan kecil yang dapat dicapai, dan lakukan perubahan kecil secara bertahap. Evaluasi dan refleksikan kemajuan, dan teruslah bergerak maju dengan menetapkan tujuan baru.

Dengan ketekunan dan disiplin, Anda dapat melawan sikap malas dan mencapai kesuksesan yang lebih besar dalam hidup Anda. Demikian penjelasan terkait melawan sikap malas dengan metode Kaizen. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Hukum Perempuan Buka Cadar Demi Bisa Bekerja

Di zaman modern saat ini, sudah tidak asing lagi bagi kita melihat banyaknya perempuan yang ikut andil dalam beberapa pekerjaan penting. Namun, ada beberapa kantor yang meminta karyawannya untuk membuka cadar demi kepentingan meeting dan lain sebagainya. Lantas, bagaimana hukum perempuan buka cadar demi bisa bekerja?

Dalam literatur kitab fikih, dijumpai beberapa keterangan yang menyatakan bahwasanya tidak ada larangan dalam islam yang mencegah wanita untuk mencari nafkah. Dia diperbolehkan untuk mencari nafkah dengan syarat harus menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang diharamkan. 

Sebagaimana disebutkan dalam kitab Adabu Hayati Zaujiyah, halaman 163 berikut,

ليس في الاسلام ما يمنع المرأة ان تكون تاجرة او طبيـبة او مدرسة او محترفة لأي حرفة تكسب منها الرزق الحلال ما دامت الضرورة تدعو الى ذالك وما دامت تـختار لنفسها الاوسط الفاضلة وتلتزم خصائص العفة التـى اسفلنا بعضها اهـ

Artinya : “Tidak ada dalam islam perkara yang mencegah para wanita untuk menjadi pedagang, dokter, pengajar, atau pekerja pada pekerjaan apapun untuk memperoleh rizki yang halal. Hal ini selama ada kebutuhan yang mendorong terhadap hal itu dan wajib baginya untuk menjaga diri sebagaimana keterangan yang telah lalu. ”

Mengenai membuka cadar bagi wanita, masih terjadi perbedaan pendapat diantara ulama apakah wajah termasuk aurat yang wajib ditutup atau tidak. Menurut mayoritas ulama yakni dalam mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali, wajah bukan merupakan aurat yang wajib ditutup, sehingga bagi perempuan dipebolehkan untuk membukanya tanpa cadar. 

 Sebagaimana dalam kitab Mausu’ah al-Fiqhiyyah, Juz 21 halaman 134 berikut,

فذهب جمهور الفقهاء (الحنفية والملكية والشافعية والحنابلة) الى أن الوجه ليس بعورة، واذا لم يكن عورة فانه يجوز لها أن تستره فتنتقب ولها أن تكشفه فلا تنتقب.

Artinya: “Mayoritas ulama fikih yakni mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali,  berpendapat bahwa, wajah bukanlah aurat, sehingga apabila wajah bukan aurat maka bagi perempuan boleh menutupnya dengan cadar atau boleh juga membukanya tanpa cadar”.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa menurut mayoritas ulama yakni dalam mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali, wajah bukan merupakan aurat yang wajib ditutup, sehingga bagi perempuan diperbolehkan untuk membukanya tanpa cadar.  

Demikian penjelasan mengenai hukum perempuan buka cadar demi bisa bekerja. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

Pujian Kerajaan Arab Saudi untuk Jamaah Haji Indonesia

Arab Saudi menyiapkan pelayanan terbaik untuk para jamaah haji.

Kementerian Haji Arab Saudi mengakui jamaah dari Indonesia tertib dan baik, kata Wakil Menteri Haji dan Umrah Bidang Ziarah Arab Saudi Muhammad Abdurrahman Al Bijawi saat memberikan pernyataan pers usai menerima kunjungan Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Subhan Cholid di kantornya, di Madinah, Senin (22/5/2023).

“Kami sudah sangat rindu untuk memberikan layanan kepada jamaah haji Indonesia yang sangat tertib dan baik,” kata Abdurrahman Al Bijawi.

Ia mengatakan pihaknya berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik kepada jamaah haji dan hal itu merupakan perintah langsung dari Raja Salman agar jamaah haji dapat melaksanakan ibadah dengan tenang, dengan khusyuk, dan kembali ke Tanah Airnya mendapatkan haji mabrur.

Salah satu kesiapan Arab Saudi menerima jamaah haji asal Indonesia adalah inovasi yang akan kembali diterapkan, yakni fasilitas fast track atau jalur cepat keimigrasian bandara.

“Kami akan melihat tanggal 24 Mei atau 5 Zulqai’dah saat kedatangan jamaah haji Indonesia. Kami akan bersama-sama menyambutnya,” kata Abdurrahman.

Ia mengatakan tiga bulan lalu perwakilan Kementerian Haji dan Umrah berkunjung ke Jakarta untuk melihat persiapan Bandara Soekarno Hatta untuk menerapkan fast track dengan harapan waktu pemrosesan oleh imigrasi Arab Saudi dapat dipangkas.

Bila pada layanan yang standar, proses imigrasi membutuhkan waktu dua sampai dua setengah jam, dengan jalur cepat pemrosesan di Bandara Arab Saudi hanya sekitar 30 menit. Kemudian, jamaah bisa naik bus yang disediakan PPIH untuk diantar ke hotel.

“Kami sangat berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik kepada jamaah haji dan itu perintah langsung dari Raja Salman agar jamaah haji dapat melaksanakan ibadah dengan tenang, dengan khusyuk, dan kembali ke Tanah Airnya mendapatkan haji mabrur,” kata Abdurrahman.

Kepala Daerah Kerja (Daker) Madinah PPIH Arab Saudi Zainul Muttaqin yang mendampingi Ketua PPIH dalam pertemuan dengan Abdurrahman mengatakan mereka juga membahas tasreh atau izin memasuki Raudhah di Masjid Nabawi bagi jamaah haji Indonesia.

“Tadi dibahas juga soal tasreh ziarah, khususnya ke Raudhah. Jamaah kita akan diberikan tasreh untuk masuk ke Raudhah,” kata Zainul.

Dengan tasreh tersebut, menurut Zainul, jamaah tidak perlu mendaftar untuk mendapatkan reservasi di aplikasi Nusuk. Meski begitu, jamaah juga tetap bisa memilih memakai aplikasi tersebut.

Raudhah merupakan tempat di dalam Masjid Nabawi, Madinah, yang dahulu berada di antara kediaman Rasulullah SAW dengan mimbar tempat beliau berdakwah. Tempat tersebut disebut sebagai taman surga dan merupakan salah satu tempat mustajab untuk memanjatkan doa.

sumber : Antara

Arab Saudi Rindu Layani Jamaah Haji Indonesia

Pemerintah Indonesia saat ini tengah bersiap memberangkatkan jamaah haji gelombang pertamanya. Di sisi lain, Arab Saudi juga menyatakan diri siap melayani jamaah dari Indonesia.

Bahkan, Pemerintah Saudi menyebut mereka merasa rindu melayani jamaah dari Tanah Air. “Kami sangat rindu memberikan pelayanan kepada jamaah haji Indonesia yang sangat tertib dan baik,” ujar Wakil Menteri Haji dan Umrah Bidang Ziarah, Muhammad Abdurrahman Al Bijawi, dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Selasa (23/5/2023).

Hal ini ia sampaikan saat menerima kunjungan Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Tahun 2023 Subhan Cholid di Kantor Kementerian Haji dan Umrah, Madinah. Ikut hadir, Wakil Ketua PPIH Arab Saudi Nasrullah Jasam, Kepala Daker Madinah Zaenal Muttaqin, serta Kasi Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Alfarisi.

Atas nama pemerintah Saudi, Al Bijawi menyampaikan Kerajaan Arab Saudi telah melakukan sejumlah inovasi pelayanan. Salah satunya adalah pelayanan Rute Makkah atau fast track di sejumlah embarkasi.

“Untuk fast track kita lihat nanti di saat dimulainya kedatangan jamaah haji Indonesia pada 24 Mei 2023 bertepatan dengan 5 Zulkaidah 1444 H. Kita akan bersama-sama menyambutnya,” lanjut dia.

Al Bijawi juga menjelaskan inovasi ini  sudah dikoordinasikan dengan pemerintah Indonesia, termasuk Kementerian Agama. Tiga bulan lalu, ia telah berkunjung ke Indonesia sembari melihat kesiapan layanan tersebut di Bandara International Soekarno-Hatta.

Selanjutnya, ia menyebut hubungan dan kerja sama antara Kerajaan dengan pemerintah Indonesia sangat baik. Pihaknya pun berharap semua pelayanan selama haji 1444 H/2023 M ini juga berjalan dengan baik dan lancar.

“Kami sangat memegang komitmen terhadap pelayanan jamaah dan ini merupakan perintah langsung dari khadimul haramain, Raja Salman.” kata Al Bijawi.

Kloter pertama jamaah haji Indonesia dijadwalkan mendarat di Bandara Internasional Pangeran Muhammad bin Abdulaziz, Madinah, pada Rabu (24/5/2023). Jamaah kloter pertama dari Embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG 01) ini diperkirakan tiba pukul 06.20 waktu Arab Saudi.

IHRAM

Mau ke Raudhah? Jamaah Haji Daftar Dulu di Aplikasi Nusuk

Menjadi harapan seluruh jamaah haji untuk bisa sholat, doa, dan dzikir di Raudhah (Taman Surga). Namun, berbeda dengan kebijakan sebelumnya, untuk menuju Raudhah, jamaah harus lebih dulu mendaftar via aplikasi nusuk.

Dalam situs Nusuk.sa dijelaskan jika Nusuk merupakan platform perencanaan, pemesanan, dan pengalaman resmi pertama, untuk membuat rencana perjalanan haji atau umrah Anda ke Makkah, Madinah, dan sekitarnya. Dengan Nusuk, jamaah dari seluruh dunia dapat dengan mudah mengatur seluruh kunjungan mereka, mulai dari mengajukan e-Visa hingga memesan hotel dan penerbangan.

Aplikasi ini bisa diunduh oleh mereka yang akan menjalankan ibadah umroh atau haji. Seperti yang Republika.co.id lakukan saat berada di Madinah.

Berikut langkah-langkah unduh dan daftar aplikasi Nusuk.

1. Kunjungi aplikasi Appstore lalu tekan unduh. Setelah selesai pilih buka.

2. Masuk halaman utama muncul pertanyaan izin akses lokasi, kalender. Pilihan bahasa Arab dan Inggris. “Login” dan “New User”. Jika belum pernah, bisa dipilih “New User”.

3. Masuk ke pengisian data, pilih kanan atas sebagai visitor. Isi nomor visa, paspor, kebangsaan, nomor telepon, email dan password akun Nusuk. Sudah lengkap, klik tiga pertanyaan di bawahnya lalu tekan register.

4. Sistem kemudian mengirim empat nomor pin via email sebagai aktivasi aplikasi Nusuk.

5. Berhasil. Saat akan masuk ke aplikasi, sistem kembali mengirim kode verifikasi via email.

6. Selesai di menu utama ada pilihan aktivitas. Pilih menu ke Raudhah dibedakan antara perempuan dan laki laki. Seusai dipilih, akan muncul pilihan lagi, klik, dan tinggal pilih tanggal dan jam berkunjung. Jika sudah, aplikasi akan mengirim jadwal kunjungan sesuai pilihan. Ini yang digunakan sebagai bukti ke askar saat berkunjung ke Raudhah.

Dengan proses tersebut, jadwal kunjungan bisa lebih terencana. Jika memungkinkan, keluarga jamaah juga bisa bantu unduh dan registrasi sebelum orang tua atau kerabatnya berangkat sehingga memudahkan saat di Madinah. Untuk pendaftaran bisa dibantu petugas haji.

IHRAM

Buah Syukur

Syukur merupakan salah satu sifat seorang mukmin. Oleh karena itu, Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda tentang keadaan seorang mukmin, “Sungguh menakjubkan keadaan (urusan) seorang mukmin. Semua urusannya baik baginya. Dan yang demikian itu tidak terjadi, kecuali pada seorang mukmin. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya.” (HR. Muslim no. 7692)

Syukur mempunyai banyak buah (faedah) yang dapat dipetik. Semuanya kembali kepada hamba dan tiada satu pun yang kembali kepada Allah. Apabila seorang hamba bersyukur, maka sejatinya dia telah bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri.

Sebaliknya, apabila seorang hamba kufur (mengingkari) nikmat, maka kekufurannya itu akan merugikan dirinya sendiri pula. Nabi Sulaiman ‘alaihis salam pernah berkata sebagaimana yang diabadikan dalam Al-Qur’an,

هَٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

“Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia”. (QS. An-Naml: 40)

Buah-buah dari syukur antara lain adalah sebagai berikut:

Selamat dari azab (siksa) Allah

Allah tidak akan mengazab seseorang selama ia mau beriman dan bersyukur. Allah Ta’ala berfirman,

مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا

“Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa’: 147)

Ibnu Jarir rahimahullah berkata, ”Sesungguhnya Allah Jalla Tsanaauhu tidak akan menyiksa orang yang bersyukur dan beriman.” (Tafsir Ath-Thabari, 4: 338)

Mendapatkan rida Allah

Buah syukur yang kedua sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa akan mendapatkan rida dari Allah Ta’ala. Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

“Sungguh Allah benar-benar rida kepada seorang hamba yang memakan suatu makanan, lalu mengucapkan alhamdulillah atas makanan tersebut, atau meminum suatu minuman, lalu mengucapkan alhamdulillah atas minuman tersebut.” (HR. Muslim no. 2734)

Dikhususkan dengan nikmat dan anugerah hidayah

Sungguh Allah telah mengabarkan kepada hamba-Nya yang senantiasa bersyukur dengan dikhususkan sebagai hamba yang mendapat hidayah.

Allah Ta’ala berfirman,

وَكَذَٰلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَٰؤُلَاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا ۗ أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ

“Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, ‘Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah (hidayah) Allah kepada mereka?’ (Allah berfirman), ‘Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?’” (QS. Al-An’am: 53)

Ibnu Jarir rahimahullah berkata, “Allah lebih mengetahui mana di antara hamba-hamba-Nya yang bersyukur maupun kufur. Dan nikmat hidayah diberikan kepada mereka yang senantiasa bersyukur.” (Tafsir Ath-Thabari, 5: 204)

Terpelihara dan terjaganya nikmat

Syukur adalah penjaga (pengawal) nikmat dari segala sebab yang mengakibatkan hilangnya nikmat tersebut. Oleh karena itu, sebagian ulama menamakan syukur itu sebagai pengikat nikmat karena syukur itu mengikat nikmat sehingga tidak lepas dan kabur.

Umar bin Abdul Azis rahimahullah berkata, ”Ikatlah nikmat-nikmat Allah dengan bersyukur kepada Allah.” (Syu’abul Iman, no. 4546)

Ditambahkannya nikmat

Allah Ta’ala telah menjanjikan dalam kitab-Nya yang mulia bahwa Allah akan memberikan tambahan nikmat kepada orang-orang yang bersyukur. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7)

Mungkin ada orang-orang di sekitar kita yang usahanya tidak sekeras kita, namun Allah berikan nikmat yang banyak kepadanya. Hal ini bisa jadi disebabkan karena besarnya rasa syukurnya kepada Allah.

Balasan syukur tidak terikat kehendak Allah

Allah Ta’ala menggantungkan banyak balasan (pahala) suatu amal dengan kehendak, seperti firman Allah,

بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِنْ شَاءَ

“(Tidak), tetapi hanya Dialah yang kamu seru, maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepada-Nya, jika Dia menghendaki.” (QS. Al-An’am: 41)

يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ

“Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Ali Imran: 129)

وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Al-Baqarah: 212)

وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَىٰ مَنْ يَشَاءُ

“Dan Allah menerima tobat orang yang dikehendaki-Nya.” (QS. At-Taubah: 15)

Adapun syukur, maka Allah tidak gandengkan dengan kehendak, tetapi langsung Allah balas. Allah Ta’ala berfirman,

وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ

“Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran: 144)

وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ

“Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran: 145).

Dikabulkannya doa

Ibrahim bin Adham, seorang tokoh tabi’in pernah ditanya, “Mengapa kami berdoa, namun tidak dikabulkan?” Dia menjawab,

“Karena kalian mengenal Allah, tetapi tidak menaati-Nya.”

“Kalian mengenal Rasulullah, tetapi kalian tidak mengikuti sunnahnya.”

“Kalian mengetahui Al-Quran, tetapi tidak mengamalkannya.”

“Kalian memakan nikmat-nikmat Allah, namun kalian tidak mensyukuri nikmat-nikmat tersebut.”

“Kalian mengetahui surga, namun tidak memburunya. Dan kalian mengetahui neraka, namun tidak berlari darinya.”

“Kalian mengetahui setan, namun tidak memeranginya malah menyepakatinya.”

“Kalian mengetahui kematian, namun tidak bersiap untuknya dan kalian menguburkan orang mati, namun tidak mengambil pelajaran dan kalian meninggalkan aib-aib kalian sendiri, namun sibuk dengan aib-aib orang lain.” (Tafsir Ath-Thabari, 2: 303)

Semoga Allah Ta’ala senantiasa memudahkan kita dan seluruh kaum muslimin untuk bisa menjadi hamba yang bersyukur dan menjadikan kita termasuk ke dalam golongan hamba yang pandai bersyukur. Aamiin.

***

Penulis: Arif Muhammad N.

Arikel: Muslim.or.id

Catatan kaki:

Disarikan dari A’malul Qulub bab As-Syukur, hal. 306-308 karya Syekh Muhammad Shalih Al Munajjid hafizhahullah.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/84953-buah-syukur.html

Sampai Kapan Belajar Akidah?

Bismillah (dengan menyebut nama Allah). Hanya kepada-Nya kita bertawakal.

Saudaraku yang dirahmati Allah, di antara perkara paling mendasar yang wajib diketahui oleh setiap muslim dan muslimah adalah apa tujuan Allah menciptakan kita di alam dunia ini. Hal ini sudah begitu jelas diterangkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah berfirman,

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِیَعۡبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat: 56)

Para ulama tafsir menjelaskan bahwa yang dimaksud beribadah di sini bukan sekadar melaksanakan salat atau membayar zakat. Lebih daripada itu, ibadah yang dituntut ialah yang dimurnikan untuk Allah semata alias bertauhid.

Dalam sebagian risalahnya Syekh Muhammad At-Tamimi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya ibadah tidaklah dikatakan sebagai ibadah, kecuali apabila disertai dengan tauhid. Sebagaimana halnya salat tidak dikatakan salat, kecuali jika disertai dengan thaharah/bersuci.”

Apa beda tauhid dengan ibadah?

Ya, mungkin kita bertanya-tanya. Apakah perbedaan antara tauhid dengan ibadah? Perlu kita pahami bahwa secara bahasa Arab ibadah itu mengandung makna perendahan diri dan ketundukan. Adapun dalam istilah agama yang dimaksud ibadah mencakup puncak kecintaan dan puncak perendahan diri kepada Allah. Ibadah itu diwujudkan dalam bentuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Ada juga yang memberikan definisi ibadah yang lebih luas, yaitu segala hal yang dicintai dan diridai oleh Allah berupa ucapan dan perbuatan yang lahir maupun batin. Definisi ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam risalah Al-’Ubudiyah.

Dari situlah para ulama membagi ibadah menjadi tiga bentuk: 1) ada ibadah dengan lisan, 2) ada ibadah dengan anggota badan, dan 3) ada ibadah dengan hati. Adapun istilah tauhid dalam bahasa Arab bermakna menunggalkan atau menjadikan sesuatu sebagai satu-satunya. Dalam pengertian agama, tauhid yang dimaksud adalah mengesakan Allah dalam beribadah. Dengan kata lain menujukan segala bentuk ibadah hanya kepada Allah tidak kepada selain-Nya. Tauhid ini juga sering diungkapkan dengan istilah ikhlas sebagaimana banyak disebutkan di dalam Al-Qur’an.

Ketika mengutus Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ’anhu ke Yaman, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepadanya, “Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum dari kalangan ahli kitab, maka hendaklah yang paling pertama kamu serukan kepada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim. Ini lafal Bukhari. Dalam redaksi riwayat lainnya disebutkan dengan ungkapan “Hendaklah yang paling pertama kamu serukan kepada mereka adalah syahadat laa ilaha illallah wa anna Muhammadar rasulullah.”)

Hal ini memberikan pelajaran penting bagi kita bahwa ibadah yang diperintahkan oleh Allah kepada kita adalah ibadah yang bersih dari syirik. Tidak boleh kita beribadah kepada Allah, tetapi di sisi lain kita juga mempersembahkan ibadah kepada selain Allah. Allah berfirman,

وَٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُوا۟ بِهِۦ شَیۡـࣰٔاۖ

“Dan sembahlah Allah, dan janganlah kalian mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apa pun.” (QS. An-Nisa’: 36)

Allah juga berfirman,

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوۤا۟ إِلَّاۤ إِیَّاهُ

“Dan Rabbmu telah menetapkan bahwa janganlah kalian beribadah, kecuali kepada-Nya.” (QS. Al-Isra’: 23)

Kemudian hal ini juga menegaskan kepada kita bahwasanya tauhid bukan semata-mata keyakinan bahwa Allah menjadi satu-satunya pencipta dan pengatur alam semesta. Adapun keimanan bahwa Allah merupakan pencipta alam ini serta yang mengatur segala urusan merupakan sebuah keyakinan yang sudah dimiliki oleh kaum musyrikin Quraisy. Keyakinan seperti itu juga belum cukup untuk memasukkan pemiliknya ke dalam agama Islam.

Apa hubungan tauhid dengan akidah?

Ya, sebagian kita mungkin juga bertanya. Apa kaitan antara tauhid (sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas) dengan istilah akidah. Bukankah akidah itu perkara keyakinan yang ada di dalam hati. Hal ini akan mudah dimengerti apabila kita melihat kepada penjelasan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang iman (sebagaimana disebutkan dalam hadis Jibril) bahwa iman itu adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dst. Iman kepada Allah inilah yang biasa disebut dengan istilah tauhid oleh para ulama. Oleh sebab itu, Syekh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan bahwa tauhid ini merupakan pokoknya keimanan.

Dalam sebuah riwayat disebutkan ucapan Hasan Al-Bashri rahimahullah“Bukanlah iman itu hanya dengan berangan-angan atau memperindah penampilan. Akan tetapi, iman adalah apa-apa yang bersemayam di dalam hati dan dibuktikan dengan amalan.” Dengan bahasa lain, iman itu mencakup keyakinan hati dan amal dengan anggota badan. Intisari keimanan kepada Allah sendiri ada pada kalimat laa ilaha illallah atau kalimat tauhid. Di dalamnya terkandung pengakuan dan keyakinan bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah. Menetapkan bahwa Allah yang berhak disembah dan menolak segala bentuk sesembahan selain-Nya. Inilah yang diserukan oleh setiap rasul kepada kaumnya. Allah berfirman,

وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِی كُلِّ أُمَّةࣲ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَۖ

“Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan, ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.’” (QS. An-Nahl : 36) Imam Malik rahimahullah menafsirkan thaghut sebagai segala bentuk sesembahan selain Allah.

Maksudnya, jika kita meyakini bahwa hanya Allah sesembahan yang benar, maka kita juga harus tunduk beribadah kepada Allah semata, melakukan amal saleh, dan menjauhi syirik. Tidak cukup bermodalkan keyakinan tanpa disertai dengan amal ibadah kepada Allah. Oleh sebab itu, Allah berfirman,

وَمَاۤ أُمِرُوۤا۟ إِلَّا لِیَعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخۡلِصِینَ لَهُ ٱلدِّینَ حُنَفَاۤءَ وَیُقِیمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَیُؤۡتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَ ٰ⁠لِكَ دِینُ ٱلۡقَیِّمَةِ

“Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan untuk-Nya agama/amal dengan hanif/bertauhid, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat. Dan itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Demikian pula sebaliknya, tidak cukup ucapan dengan lisan atau syahadat jika tidak disertai dengan keyakinan di dalam hati tentang keesaan Allah dalam hal ibadah dan wajibnya mengimani apa-apa yang wajib diimani. Oleh sebab itu, ucapan syahadat dari kaum munafikin tidak bermanfaat di akhirat. Bahkan, mereka dihukum di kerak neraka yang paling bawah selama-lamanya disebabkan ucapan mereka hanya di lisan dan tidak disertai dengan keyakinan hati. Pada hakikatnya, mereka itu adalah para pembohong, menampakkan beriman padahal hatinya penuh dengan kekafiran.

Penjelasan ulama tentang akidah

Syekh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan,

“Akidah adalah hal-hal yang diyakini di dalam hati dan dipastikan olehnya. Ia disebut dengan akidah, bisa juga disebut dengan ‘iman’ sebagaimana para salaf dahulu menamainya dengan istilah ‘iman’. Dan ia juga bisa disebut dengan nama ‘as-sunnah’.

Oleh sebab itulah, anda temukan bahwasanya karya-karya ulama salaf itu berbeda-beda namanya. Sebagian diberi judul ‘Iman’ atau ‘Ushul/pokok keimanan’. Sebagian yang lain diberi judul dengan nama ‘As-Sunnah’. Seperti contohnya adalah kitab As-Sunnah karya Abdullah putra Imam Ahmad, kitab As-Sunnah karya Al-Atsram. Demikian pula kitab Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah karya Al-Lalika’i. Di antara para ulama ada yang menyebut perkara akidah dengan sebutan ‘iman’. Di antara ulama juga ada yang menyebutnya dengan nama ‘akidah’. Dan di antara mereka ada yang menamainya dengan sebutan ‘tauhid’.

Itu adalah nama-nama yang berbeda, akan tetapi maknanya satu. Setiap nama ini diambil dari dalil-dalil. Ia bukan sekedar istilah buatan manusia sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian kalangan. Dari sanalah para ulama memberikan perhatian besar terhadap masalah ini, yaitu persoalan akidah, iman, atau as-sunnah.

Mereka mencurahkan perhatian yang sangat besar terhadap hal ini. Mereka menekuni hal ini dengan serius. Mereka pun menyusun banyak karya tulis untuk menjelaskan masalah ini, menerangkan pokok-pokoknya, dan menjabarkan dalil-dalilnya. Karena masalah ini menjadi asas/pondasi tegaknya agama. Mereka menulis dalam bidang ini baik dalam bentuk prosa ataupun sajak. Di dalamnya mereka kumpulkan dalil-dalil dari Al-Kitab dan As-Sunnah.” (lihat Syarh Ad-Durrah Al-Mudhiyyah, hal. 13)

Dari keterangan beliau di atas, kita juga bisa menarik kesimpulan bahwa sesungguhnya tauhid ini juga merupakan nama lain dari akidah dalam istilah yang digunakan oleh para ulama salaf. Mari kita simak keterangan beliau di kitab lain yang menunjukkan bahwa maksud utama dari penjelasan akidah oleh para ulama bukan sekedar keyakinan tetapi juga mencakup ibadah kepada Allah. Karena akidah saja tanpa amal ibadah kepada Allah tidak akan diterima di sisi Allah.

Syekh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Akidah tauhid ini merupakan asas agama. Semua perintah dan larangan, segala bentuk ibadah dan ketaatan, semuanya harus dilandasi dengan akidah tauhid. Tauhid inilah yang menjadi kandungan dari syahadat laa ilaha illallah wa anna Muhammadar rasulullah. Dua kalimat syahadat yang merupakan rukun Islam yang pertama. Maka, tidaklah sah suatu amal atau ibadah apa pun, tidaklah ada orang yang bisa selamat dari neraka dan bisa masuk surga, kecuali apabila dia mewujudkan tauhid ini dan meluruskan akidahnya.” (lihat Ia’nat Al-Mustafid bi Syarh Kitab At-Tauhid [1/17] cet. Mu’assasah Ar-Risalah)

Meskipun demikian, kita tidak menafikan bahwa akidah dalam artian keyakinan hati memang memiliki peran dan kedudukan yang sangat agung di dalam Islam. Syekh Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullah menerangkan bahwa kedudukan akidah bagi ilmu-ilmu maupun amal-amal yang lain laksana pondasi bagi sebuah bangunan. Laksana pokok bagi sebatang pohon. Sebagaimana halnya sebuah bangunan tidak bisa berdiri tanpa pondasi dan pohon tidak akan tegak tanpa pokok-pokoknya, maka demikian pula amal dan ilmu yang dimiliki seseorang tidak akan bermanfaat tanpa akidah yang lurus. Oleh sebab itu, perhatian kepada masalah akidah harus lebih diutamakan daripada perhatian kepada masalah-masalah apa pun. Apakah itu kebutuhan makanan, minuman, atau pakaian. Karena akidah itulah yang akan memberikan kepada seorang mukmin kehidupan yang sejati, yang dengannya jiwanya menjadi bersih, amalnya menjadi benar dan ketaatan bisa diterima. Dan dengan sebab itu pula derajatnya akan semakin meninggi di hadapan Allah ‘Azza Wajalla. (lihat Tadzkiratul Mu’tasi Syarh Aqidah Al-Hafizh Abdul Ghani Al-Maqdisi, hal. 8 cet. I, 1424 H)

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan, “Barangsiapa yang mencermati syariat, pada sumber-sumber maupun ajaran-ajarannya. Dia akan mengetahui betapa erat kaitan antara amalan anggota badan dengan amalan hati. Bahwa amalan anggota badan tidak akan bermanfaat tanpanya. Dan amalan hati lebih wajib daripada amalan anggota badan. Apakah yang membedakan antara mukmin dengan munafik kalau bukan karena amalan yang tertanam di dalam hati masing-masing di antara mereka berdua? Penghambaan/ibadah hati itu lebih agung daripada ibadah anggota badan, lebih banyak, dan lebih kontinyu. Karena ibadah hati wajib di sepanjang waktu.(lihat Ta’thir al-Anfas, hal. 14-15)

Dengan begitu, kita bisa memahami bahwa belajar akidah itu tidak boleh berhenti. Karena akidah itu merupakan bagian dari amalan hati yang wajib di sepanjang waktu. Sementara hati manusia ini sering berbolak-balik, terkadang ia condong kepada kebaikan, tetapi terkadang ia juga condong kepada keburukan. Begitu pula belajar tauhid tidak boleh ditinggalkan karena tauhid inilah syarat diterimanya seluruh amalan. Allah berfirman,

إِنَّهُۥ مَن یُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَیۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّـٰلِمِینَ مِنۡ أَنصَارࣲ

“Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka benar-benar Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka. Dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu penolong.” (QS. Al-Ma’idah: 72)

Wallahu a’lam bish-shawaab.

***

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/84927-sampai-kapan-belajar-aqidah.html

81 Persen Jamaah Haji Indonesia Lunasi Pembayaran Melalui BSI

BSI akan membuka Gerai Layanan Offline di 14 titik Embarkasi Haji.

Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna mengungkapkan 81 persen jamaah haji yang berangkat tahun ini, melunasi melalui Bank Syariah Indonesia. Tercatat, total jamaah haji regular BSI yang berangkat tahun 2023 yakni lebih dari 165 ribu jamaah haji dari total jamaah haji Indonesia sebesar 203.320.

\”Keberangkatannya tersebar di 14 Embarkasi Haji di Indonesia,” ujar Anton, dikutip Ahad (21/5/2023).

Adapun prosentase tertinggi di embarkasi Solo sebesar 17.7 persen. Selanjutnya, embarkasi Surabaya 16 persen dan sisanya tersebar di kota-kota seluruh Indonesia.

Menurut Anton, BSI terus berkomitmen untuk menjadi sahabat finansial, sosial, dan spiritual bagi masyarakat Indonesia. Haji dan umrah adalah salah satu fokus BSI dalam mengembangkan ekosistem Islam. Ibadah Haji ini menjadi ciri khas dan amanah bagi bank syariah untuk memberikan layanan prima bagi seluruh jamaah.

“Alhamdulillah, seluruh proses pelunasan biaya haji sudah selesai 100 persen. Terima kasih kepada seluruh nasabah BSI atas kepercayaannya dan dukungan dari berbagai pihak. Kami siap bekerja sama dengan Kementerian Agama guna mendukung peningkatan layanan ibadah haji,” kata Anton.

Anton melanjutkan pada musim keberangkatan Haji tahun 2023 ini, BSI hadir lebih dekat dengan calon jemaah. Dalam hal ini, BSI ditunjuk oleh Kantor wilayah Kemenag Provinsi untuk dapat menyediakan dan mendistribusikan Living Cost dalam bentuk mata uang IDR kepada Jamaah Haji.

Selain itu, BSI akan membuka Gerai Layanan Offline di 14 titik Embarkasi Haji. Calon jamaah haji dapat menukarkan mata uang Riyal (SAR) dan BSI menyediakan uang SAR dengan pecahan kecil dalam bentuk Paket (1 Paket = SAR250).

Selain itu, BSI juga membuka layanan Kartu BSI Debit Haji berlogo VISA yang dapat digunakan jamaah selama di tanah suci untuk kebutuhan transaksi penarikan uang tunai di ATM berlogo VISA maupun kebutuhan berbelanja di merchant-merchant yang berlogo VISA. Selanjutnya, BSI Mobile juga dapat digunakan untuk transaksi dimanapun dan kapanpun dengan call centre 14040 yang siap melayani nasabah.

IHRAM