Jika kondisi sakit, jamaah haji tak dianjurkan melaksanakan Tarwiyah.
Tarwiyah adalah proses menginapnya jamaah haji di Mina sebelum melaksanakan wukuf di padang Arafah pada 9 Dzulhijjah. Namun, pemerintah Indonesia tidak menganjurkan jamaah haji Indonesia melaksanakan tarwiyah.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah, Khalilurrahman, mengatakan, sesungguhnya pemerintah tidak menganjurkan jamaah haji melaksanakan tarwiyah. Karena kondisi cuaca yang sangat panas, terlebih banyak jamaah haji Indonesia yang sudah lanjut usia (lansia).
“(Jika ikut tarwiyah) khawatir sebelum puncak haji ketika mereka melaksanakan tarwiyah banyak jamaah haji yang sakit,” kata Khalilurrahman di Makkah, Ahad (18/6/2023) malam.
Jamaah haji ketika wukuf di padang Arafah seharusnya melaksanakan puncak dari ibadah haji. Tapi karena ikut tarwiyah kemudian kelelahan dan sakit, maka mereka tidak bisa ibadah saat wukuf.
“Jadi kami tidak merekomendasikan jamaah haji, apalagi jamaah haji yang lansia untuk melaksanakan tarwiyah,” ujar Khalilurrahman.
Khalilurrahman menegaskan, mereka yang memaksakan diri untuk ikut tarwiyah, pemerintah Indonesia tetep meminta semacam pertanggungjawaban kepada mereka. Jadi mereka yang memutuskan melaksanakan tarwiyah harus siap menerima segala konsekuensinya.
“Ketika jamaah haji melaksanakan tarwiyah maka ada konsekuensi yang mereka timbulkan seperti masalah konsumsi, penginapan, itu sudah di luar tanggungan pemerintah,” jelas Khalilurrahman.
Sekali lagi, Khalilurrahman mengingatkan, mereka yang memutuskan untuk melaksanakan tarwiyah harus siap menandatangani segala hal yang akan terjadi, terkait dengan konsumsi dan penginapan jamaah haji.
Berdasarkan data penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi tahun 2023 per 18 Juni 2023 atau hari ke-26 penyelenggaraan ibadah haji. Terhitung 82 jamaah haji telah wafat.
Sebanyak 34.763 jamaah haji terdeteksi mengidap infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), 24.012 jamaah haji terdeteksi mengidap Hipertensi, dan 9.224 jamaah haji terdeteksi mengidap myalgia atau nyeri otot (pegal-pegal).
Berikut ini adalah amalan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw untuk meraih kemuliaan di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Di bulan ini yang di dalamnya terdapat banyak keutamaan. Dzulhijjah disebut banyak keutamaan karena ada banyak amalan yang disunnahkan pada bulan tersebut.
Di antara amalan yang dianjurkan pada bulan itu adalah ibadah haji bagi yang mampu melakukannya; shalat Idul Adha dan ibadah kurban bagi yang mampu. Anjuran ini bahkan datang dari Allah Swt. yang diabadikan di dalam Al-Quran surat </span><i><span style="font-weight: 400;">Al-Anam ayat 28;
Artinya; “Dan supaya mereka menyebut Asma Allah di hari-hari yang telah diketahui.” (QS. Al-An`am ayat 28).
Selain itu Rasulullah Saw juga memberikan anjuran dalam hadist bahwa di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah kita hendaknya memaksimalkan zikir dan amal ibadah lainnya. Hal ini sebagaimana hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad;
Artinya; “Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal saleh di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah), karenanya perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya,” (HR Ahmad).
Dan bahkan Rasulullah Saw bersabda bahwa keutamaan sepuluh hari pertamah bulan Dzulhijjah itu melebihi keutamaan jihad. Sebagaimana dalam hadist;
Artinya; “Dari Nabi Muhammad ﷺ, Beliau bersabda: ‘Tak ada amal yang lebih utama daripada yang dilakukan di hari hari ini.’ Para sahabat berkata: ‘Tidakkah jihad juga?’ Rasulallah menjawab: ‘Tidak juga jihad, kecuali seorang yang pergi memerangi musuh dengan jiwa dan hartanya kemudian kembali tanpa membawa apa pun’,” (HR Muslim).
Nah, mengenai amalan yang hendaknya dilanggengkan di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah disebutkan oleh Imam Nawawi dalam kitab Adzkar An-Nawawi;
واعلم أنه يستحب إكثار من الأذكار في هذا العشر زيادة على غيره ويستحب من ذلك في يوم عرفة أكثر من باقى العشر.
Artinya; “Ketahuilah bahwa disunnahkan memperbanyak zikir pada sepuluh awal Dzulhijjah dibanding hari lainnya. Dan di antara sepuluh awal itu memperbanyak zikir pada hari Arafah sangat disunnahkan.”
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa amal Sunnah yang hendaknya dilakukan di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah berpuasa dan memperbanyak membaca tahmid, tasbih,dan tahlil.
Demikian penjelasan mengenai amalan sunnah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Semoga bermanfaat, Wallahu a`lam.
“Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak. Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!” (QS. Al Kautsar: 1-3)
Syekh Abdurrahman bin Nashir as Sa’diy rahimahullahu menjelaskan,
خص هاتين العبادتين بالذكر، لأنهما من أفضل العبادات وأجل القربات. ولأن الصلاة تتضمن الخضوع [في] القلب والجوارح لله، وتنقلها في أنواع العبودية، وفي النحر تقرب إلى الله بأفضل ما عند العبد من النحائر، وإخراج للمال الذي جبلت النفوس على محبته والشح به
“Allah mengkhususkan dua ibadah ini karena keduanya adalah di antara ibadah yang paling utama dan jalan mendekatkan diri kepada Allah yang paling baik. Salat sendiri adalah ibadah yang menggabungkan antara tunduknya hati dan anggota tubuh hanya kepada Allah. Dan di dalam ibadah kurban juga terdapat bentuk pendekatan diri kepada Allah dengan mengurbankan hewan paling baik dan mengeluarkan harta yang dicintai oleh hati.” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 935)
Dalam ayat yang lain, Allah ‘Azza Wajalla berfirman,
“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Itulah yang diperintahkan kepadaku. Aku adalah orang yang pertama dalam kelompok orang muslim.’” (QS. Al An’am: 162-163)
Begitu pun ibadah ini dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama yang diceritakan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,
ضحى النبي صلى الله عليه وسلّم بكبشين أملحين ذبحهما بيده وسمى وكبر، وضع رجله على صفاحهما
“Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama berkurban dengan dua kambing kibasy yang bertanduk. Beliau menyembelihnya dengan tangannya, mengucapkan basmalah, dan bertakbir serta meletakkan kaki beliau di leher kambing.” (HR. Bukhari no. 5558 dan Muslim no. 1966)
Dan tidak dipungkiri bahwa setiap syariat Allah akan menyimpan hikmah bagi hamba-Nya, diketahui atau tidak. Beberapa hikmah ibadah kurban adalah sebagai berikut:
“Kemudian, Kami wahyukan kepadamu (Nabi Muhammad), ‘Ikutilah agama Ibrahim sebagai (sosok) yang hanif dan dia tidak termasuk orang-orang musyrik.’” (QS. An-Nahl: 123)
Belajar arti sabar Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dalam menjalankan perintah Allah
Jika sekarang kita hanya diperintahkan untuk menyembelih seekor hewan, maka beliau dulu harus bersabar ketika diuji dengan perintah menyembelih putra tersayangnya. Allah ‘Azza Wajalla berfirman,
“Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?’ Dia (Ismail) menjawab, ‘Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.’ Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah), Kami memanggil dia, ‘Wahai Ibrahim, sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.’ Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar. Kami mengabadikan untuknya (pujian) pada orang-orang yang datang kemudian, ‘Salam sejahtera atas Ibrahim.’ Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang mukmin.” (QS. Ash-Shaffat: 102-111)
Menambahkan rasa cinta antar sesama muslim
Di hari yang penuh berkah, yakni Iduladha, tidak setiap orang memiliki kelapangan untuk makanan di hari itu. Dengan ibadah kurban dan anjuran membagikannya kepada sekitar akan semakin menambah rasa cinta di hati sesama muslim.
Bentuk syukur kepada Allah ‘Azza Wajalla
Nikmat Allah yang ada pada diri kita tidaklah terbatas. Allah ‘Azza Wajalla berfirman,
“Dia telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur.” (QS. Ibrahim: 34)
Bersyukur atas nikmat harta kemudian menggunakannya untuk ibadah kepada Allah adalah sebaik-baik cara bersyukur kepada Allah ‘Azza Wajalla.
Berikut ini doa ketika minum air zam-zam. Menurut agama Islam, air Zam Zam adalah air suci yang memiliki makna dan keistimewaan khusus bagi umat Muslim. Air ini diperoleh dari sumur Zam Zam di Kota Mekah, Arab Saudi, dan diyakini sebagai air yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada umat Nabi Ibrahim (AS) dan Ismail (AS).
Air Zam Zam telah menjadi bagian penting dalam ibadah haji dan umrah, tetapi juga dapat diminum oleh umat Muslim di seluruh dunia. Selain itu, terdapat keutamaan dan manfaat yang luar biasa ketika meminum air Zam Zam, terutama ketika disertai dengan doa yang tulus dan penuh keyakinan. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda;
Artinya; “Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Air Zam-Zam sesuai dengan niat ketika meminumnya. Bila engkau meminumnya untuk obat, semoga Allah menyembuhkanmu. Bila engkau meminumnya untuk menghilangkan dahaga, semoga Allah menghilangkannya. Air Zam-Zam adalah galian Jibril, dan curahan minum dari Allah kepada Ismail.” (HR. Ad-Daruqutni).
3 Doa Ketika Minum Air Zam-zam
Nah sebelum minum air zam zam, disunnahkan membaca doa. Adapun doa pertama ketika minum air zam-zam sebagaimana dibaca dan amalkan Ibnu Abbas dalam Ad-Daruqutni:
Allāhumma innī as’aluka ‘ilman nafi‘an, wa rizqan wasi‘an, wa syifā’an min kulli dā’in,
Artinya: Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada mu untuk menganugerahkan ilmu yang bermanfaat, dan rizki yang luas, dan jadikan sebagai obat dari segala penyakit.
Kedua, ada juga doa saat meminum air zam-zam berikutnya:
“Allahumma ij’alhu li syifa’an min kulli da’in wa saqamin, wa barakatan fi ‘ilmee wa ‘amalee, wa raf’atan li fi ad-darajat.”
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah air zam-zam ini sebagai penyembuh bagi segala penyakit dan keluhan, sebagai berkah dalam ilmu dan amalku, serta sebagai peningkatan derajat bagiku.”
Artinya: “Ya Allah, berikanlah makanan kepada orang yang minum air zam-zam ini dengan kesembuhan, berkah, pengampunan, ilmu, keselamatan, ketakwaan, dan petunjuk.”
Semoga doa-doa ini bermanfaat bagi Anda ketika ingin minum air zam-zam.
Petugas haji di Madinah memilah barang jamaah haji dan mengembalikan ke jamaah.
Laporan Jurnalis Republika.co.id Fuji Eka Permana dari Makkah, Arab Saudi
Kasi Perlindungan Jamaah (Linjam) Daerah Kerja (Daker) Makkah PPIH Arab Saudi Rizal Kani mengembalikan barang milik jamaah haji yang tertinggal di Madinah. Sehubungan dengan itu, jamaah haji diminta jangan terlalu banyak membawa barang bawaan agar tidak lupa terus tertinggal.
Rizal mengatakan petugas haji di Madinah memilah barang-barang jamaah haji, karena jamaah haji sudah bergeser ke Makkah. Sehingga barang bawaan jamaah haji yang tertinggal di Madinah dikirim ke Daker Makkah. Kemudian dari Daker Makkah didistribusikan ke pemiliknya.
“Baru saja mengembalikan barang bawaan jamaah, ada uang, tas kecil, tas koper kecil, barang pribadi dan ransel. Kalau dia itu ada alamatnya gampang sekali kita antar, tapi kalau yang tidak ada alamatnya, dan hanya ada kloternya, kita minta fotonya kira-kira siapa jamaah yang hilang barangnya,” kata Rizal di Makkah, Senin (19/6/2023).
Rizal mengimbau jamaah haji agar barang bawaan jamaah jangan terlalu banyak. Sehingga jamaah haji lupa membawa barangnya karena terlalu banyak.
Rizal mengatakan, kadang-kadang jamaah haji membeli banyak barang sehingga banyak barang yang harus dipegang dan dibawa. Akhirnya barang-barang yang penting malah tidak kebawa atau tertinggal.
Jika ada barang bawaan yang hilang, Rizal mengatakan jamaah haji bisa menghubungi petugas linjam. Nanti petugas linjam yang menyisir atau mencari barang yang dibutuhkan atau tertinggal oleh jamaah haji.
“Untuk itu, jamaah haji diimbau barang-barang yang tidak perlu dibeli tidak usah dibeli, yang kita beli di sini bisa hilang, jadi imbauan bagi jamaah haji lansia fokus saja bawa barang bawaan (yang penting),” jelas Rizal.
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسوله، نبينا محمد وآله وصحبه
Hati yang tenang
Ketika seorang mukmin menerima dan rida dengan ketetapan Allah, maka akan mengantarkannya kepada ketenangan hati dan jiwa. Jiwanya akan selamat dari kecemasan dan kegoncangan. Akan terwujud dalam dirinya kondisi yang Allah telah jelaskan (dalam QS. Al-Hadid: 22) bahwa segala sesuatu yang menimpa manusia semuanya telah tertulis di kitab (lauhulmahfuz),
“Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (QS. Al-Hadid: 23)
Seseorang tidak perlu cemas dan bersedih dengan segala ketetapan yang tidak disenanginya, dan jangan tertipu dengan keuntungan dunia yang ia dapatkan. Hendaknya dia sabar ketika ditimpa kesulitan (dan hal tersebut baik untuknya). Bersyukur ketika mendapat kesenangan (dan hal tersebut baik untuknya). Tidak akan didapatkan sifat demikian, kecuali pada seorang mukmin seperti yang dijelaskan dalam hadis (HR. Muslim no. 2999).
Tidak berputus asa
Menerima takdir tidak mungkin terwujud, kecuali setelah seseorang melakukan usaha maksimal meniti jalan yang mengantarkannya kepada kebaikan. Jika dia belum meraih apa yang diinginkannya, maka hendaknya dia mengucapkan,
“قدر الله وما شاء فعل“
(Takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi)
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
“المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف وفي كل خير، احرص على ما ينفعك، واستعن بالله ولا تعجز وإن أصابك شيء فلا تقل: لو أني فعلت كان كذا وكذا، ولكن قل قدر الله وما شاء فعل، فإن “لو” تفتح عمل الشيطان”
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, masing-masing ada kebaikan. Semangatlah meraih apa yang manfaat untukmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, janganlah mengatakan, ‘Seandainya aku berbuat begini dan begitu, niscaya hasilnya akan lain.’ Akan tetapi, katakanlah, ‘Takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi.’ Sebab, mengandai-andai itu membuka pintu setan.” (HR. Muslim no. 2664)
Seorang mukmin tidak akan meraih kenikmatan iman hingga dia mengetahui bahwa apa saja yang telah ditetapkan untuknya, maka tidak akan meleset. Dan apa saja yang tidak ditetapkan untuknya, maka tidak akan menimpanya. Sebagaimana perkataan sahabat ‘Ubadah bin Ash-Shamat radhiyallahu ‘anhu kepada anaknya, setelah meyakini apa yang dikatakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Ibnu ‘Abbasradhiyallahu ‘anhu,
“… واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك، ولو اجتمعوا على أن يضروك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك، رفعت الأقلام وجفت الصحف”
“Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andai pun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. Ahmad no. 2669, Tirmidzi no. 2516, berkata Tirmidzi: hadis sahih)
Berusaha mengambil sebab
Bukanlah maksud dari iman kepada takdir adalah pasrah duduk bermalas-malasan, merasa tidak ada gunanya berletih-letih berusaha dan bekerja. Toh, semuanya sudah ditetapkan (dalam kitab) jauh sebelumnya. Makna yang benar adalah bahwa Allah sebagaimana Dia mengetahui sebab-sebabnya, hasil akhirnya, dan keterkaitan sebab dengan sebab lainnya, di mana semua itu adalah bagian dari takdir, maka ketika Allah juga menetapkan satu perkara, Dia akan mudahkan sebab-sebab terwujudnya dengan pengetahuan-Nya, hingga terwujud dengan cara yang Dia ketahui pula.
Maka, sikap tawakal kepada Allah tidak bertentangan sama sekali dengan berusaha mengambil sebab. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang suatu amal, beliau menjawab, “Sesungguhnya penduduk surga dimudahkan beramal dengan amal penduduk surga. Dan penduduk neraka dimudahkan beramal dengan amalan penduduk neraka.” (As-sunnah oleh Abdullah bin Imam Ahmad no. 873).
Hal ini merupakan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau melakukan usaha sebagai bentuk mengambil sebab. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengenakan baju perisai dalam perang, menggali parit, memiliki pasukan mata-mata dan penjaga, mempelajari mana sekutunya, membantu para sahabat, berobat dan memerintahkan untuk berobat, bekerja, dan memerintahkan untuk bekerja.
Belajarlah dari Umar Al-Faruuq radhiyallahu ‘anhu. Ketika Umar diminta pendapat tentang wabah Tha’un, “Apakah kita lari dari takdir Allah?” Beliau menjawab, “Kita berpindah dari satu takdir Allah ke takdir Allah lainnya.” (HR. Bukhari no. 5397 dan Muslim no. 2219)
Seandainya Umar memahami takdir sebagaimana para dungu (yang tidak mengerti takdir), maka Umar akan masuk ke dalam kampung dan berkata, “Tidak akan menimpa kita, kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk kita.”
Meluapkan semangat di dalam diri
Pada saat kaum muslimin terdahulu memahami takdir dengan pemahaman yang benar, Allah berikan kepemimpinan bagi mereka di muka bumi. Mereka berjalan membawa agama ke seluruh bumi. Mereka menundukkan separuh dunia dalam setengah abad atau sebagaimana yang telah dikatakan oleh salah satu orang orientalis, “Mereka (kaum muslimin) menaklukkan dalam 80 tahun apa yang ditaklukkan Romawi dalam 800 tahun. Takdir yang menimpa mereka tidak melemahkan mereka sedikit pun. Tidak pula mereka menjadi lemah dan tertunduk. Mereka berperang dengan cita-cita yang mulia dengan keberanian dan peperangan yang baik dan penuh berkah. Mereka tegakkan keadilan, sebarkan Islam. Mereka membuktikan bahwa iman kepada takdir mengantarkan kepada kekuatan dan kemampuan maksimal seorang manusia. Agar mengenal sunah kauniyah yang telah Allah tetapkan, menggali harta kekayaan bumi, dan memanfaatkan karunia tersebut.
Demikian. Semoga Allah Ta’ala memberi taufik. Semoga bermanfaat.
ISLAM telah mengajarkan kita segala sesuatu, bagaimana kita makan, memakai pakaian. Apakah disana ada sunah yang menjelaskan bagi orang Islam adab jima’ (berhubungan badan). Apakah di sana ada tempat dalam sunah? Atau dalam sunah tidak ada hadits yang shoheh seperti ini?
Jima’ (bersenggama) termasuk urusan kehidupan yang penting. Dimana agama kita datang dengan penjelasannya. Dan disyareatkan di dalamnya dari adab dan hukum menaikkan (posisi) bukan hanya sekedar kenikmatan hewan semata, dan menyalurkan nafsu bahkan digabungkan dengan masalah niatan yang baik, zikir, adab syariiyyah (agama) yang menaikkan ke posisi ibadah dimana seorang muslim akan mendapatkan pahala. Telah ada dalam sunah nabawiyah menjelaskan hal itu.
Imam Ibnu Qoyim rahimahullah mengatakan dalam kitabnya ‘Zadul Maad’ (Sementara jima’ (bersenggama) maka petunjuk Nabi sallallahu alaihi wa sallam di dalamnya adalah petunjuk yang paling sempurna. Menjaga kesehatan, menyempurnakan kenikmatan dan kegembiraan jiwa. Mendapatkan maksud yang ditempatkan. Sesungguhnya jima ditempatkan pada asalnya untuk tiga perkara yaitu maksud aslinya:
Pertama: menjaga keturunan, terus menerus berkembang biak sampai sempurna bilangan yang Allah tetapkan keturunannya di alam ini.
Kedua: mengeluarkan air, dimana bisa merusak badan ketika ditahan dan dicegahnya.
Ketiga: menunaikan kebutuhan, mendapat kelezatan, menikmati kenikmatan. Faedah ini saja yang ada di surga. Karena di sana tidak ada keturunan dan tidak ada pencegahan untuk mengeluarkannya. Para pakar kedokteran berpendapat bahwa jima termasuk salah satu sebab menjaga kesehatan.” At-Tibbu Nabawi, hal. 249.
Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Diantara manfaatnya –maksudnya jima’- menahan pandangan, menjaga diri, mampu menjaga diri dari haram. Hal itu didapatkan untuk wanita. Hal itu bermanfaat untuk dirinya di dunia dan akhiratnya. Dan bermanfaat untuk wanita.
Oleh karena itu dahulu Nabi sallallahu alaihi wa sallam mengikat dan mencintainya seraya bersabda:
( حبب إلي من دنياكم : النساء والطيب ) رواه أحمد 3/128 والنسائي 7/61 وصححه الحاكم
“Disenangkan kepadaku masalah dunia kamu semua adalah wanita dan wewangian.” HR. Ahmad, 3/128. Nasa’I, 7/61 dinyatakan shoheh oleh Hakim.
Sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam:
( يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج ، فإنه أغض للبصر وأحفظ للفرج ، ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء ) رواه البخاري 9/92 و مسلم 1400 )
“Wahai para pemuda, siapa yang mampu menikah diantara kamu semua, maka menikahlah. Karena ia lebih dapat menahan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Siapa yang belum mampu, hendaknya berpuasa, karena ia sebagai tameng.” HR. Bukhori, 9/92 dan Muslim, 1400. Tibbun Nabawi. 251
Diantara perkara yang layak diperhatikan ketika jima’ adalah:Advertisements
Adab Jima: Niatan ikhlas karena Allah Azza Wajallah dalam masalah ini.
Meniatkan dalam prilakunya ini untuk menjaga diri dan keluarganya dari haram. Dan memperbanyak keturunan dari umat Islam untuk meninggikan urusannya karena banyak itu suatu kemulyaan. Agar diketahui, bahwa dia akan mendapatkan pahala terhadap perbuatannya ini, meskipun dia mendapatkan kelezatan dan kegembiraan yang disegerakan. Dari Abu Dzar radhiallahu anhu sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
وفي بُضع أحدكم صدقة ) – أي في جماعه لأهله – فقالوا : يا رسول الله أيأتي أحدنا شهوته ويكون له فيها أجر ؟ قال عليه الصلاة والسلام : ( أرأيتم لو وضعها في الحرام ، أكان عليه وزر ؟ فكذلك إذا وضعها في الحلال كان له أجر ) رواه مسلم 720
“Dalam kemaluan salah satu diantara kamu itu shodaqoh –maksudnya dalam berjima dengan istrinya- mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah salah satu diantara kita menyalurkan syahwatnya dia mendapatkan pahala? Beliau sallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Apakah pendapat anda kalau sekiranya diletakkan pada yang haram, apakah dia mendapatkan dosa? Begitu juga kalau diletakkan yang halal, maka dia mendapatkan pahala.” HR. Muslim, 720.
Ini termasuk keutamaan Allah yang agung terhadap umat penuh berkah ini. Segala puji hanya milik Allah yang kita dijadikan bagian darinya
Adab Jima: Dimulai diantara jima’ dengan, cumbu, rayuan, permainan dan ciuman.
Dahulu Nabi sallallahu alaihi wa sallam mencumbui istrinya dan menciumnya.
Adab Jima: Berdoa ketika mendatangi istrinya dengan;
( بسم الله اللهم جنبنا الشيطان وجنب الشيطان ما رزقتنا ) قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( فإن قضى الله بينهما ولدا ، لم يضره الشيطان أبدا ) رواه البخاري 9/187
“Dengan nama Allah, Ya Allah jauhkan syetan dari kami dan jauhkan syetan dari apa yang Engkau rezkikan kepada kami. Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Kalau Allah mentakdirkan diantara keduanya anak, syetan tidak akan (dapat) mencelakainya selamanya.” HR. Bukhori, 9/187.
Adab Jima: Diperbolehkan mendatangi istrinya lewat qubul (kemaluannya) dari sisi mana saja.
Baik dari depan atau belakang dengan syarat harus di kemaluannya. Yaitu tempat keluarnya anak. Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
( نساؤكم حرث لكم فأتوا حرثكم أنى شئتم )
“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” QS. Al-Baqarah: 223
Dan dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhuma berkata, dahulu Yahudi mengatakan, kalau suami mendatangi istrinya dari belakang di kemaluannya, maka anaknya akan juling. Maka Allah turunkan ayat :
( نساؤكم حرث لكم فأتوا حرثكم أنى شئتم )
“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” QS. Al-Baqarah: 223
Maka Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Baik depan atau belakang selagi itu di kemaluannya (tidak apa-apa).” HR. Bukhori, 8/154. Dan Muslim, 4/156.
Adab Jima: Tidak diperbolehkan dalam kondisi apapun juga mendatangi istrinya dari dubur.
Allah Azza Wallah berfirman:
( نساؤكم حرث لكم فأتوا حرثكم أنى شئتم )
“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” QS. Al-Baqarah: 223
Telah diketahui bahwa tempat bertanam adalah kemaluan. Yaitu apa yang diharapkan adanya anak. Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
( ملعون من يأتي النساء في محاشِّهن : أي أدبارهن ) رواه ابن عدي 211/1 و صححه الألباني في آداب الزفاف ص105
“Dilaknat orang yang mendatangi istrinya di duburnya.” HR. Ibnu Ady 1/211. Dinyatakan shoheh oleh Albani di ‘Adab Zafaf, hal. 105.
Hal itu karena menyalahi fitrah dan kejelekan yang tidak disukai tabiat jiwa yang lurus. Sebagaimana menghilangkan bagian wanita dari kelezatan. Sebagaimana dubur adalah tempat kotoran. Dan itu yang menguatkan keharaman masalah ini. Untuk tambahan silahkan merujuk soal no. 1103.
Adab Jima: Kalau suami telah menjima istrinya kemudian ingin mengulangi lagi, hendaknya dia berwudu.
Berdasarkan sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam:
( إذا أتى أحدكم أهله ثم أراد أن يعود فليتوضأ بينهما وضوءا ، فإنه أنشط في العَوْد ) رواه مسلم 1/171
“Kalau salah satu diantara kamu telah mendatangi istrinya kemudian ingin mengulanginya, hendaknya dia berwudu diantara keduanya, karena hal itu lebih bersemangat dalam mengulanginya.” HR. Muslim, 1/171.
Itu dianjurkan bukan diwajibkan. Kalau memungkinkan mandi diantara dua jima, maka itu lebih utama. Berdasarkan hadits Abu Rofi’ sesungguhnya Nabi sallallahu alaihi wa sallam suatu hari beliau menggilir istri-istrinya. Mandi di sini dan mandi di sini. Berkata, “Ya bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah tidaklah menjadikan satu kali mandi saja? Beliau menjawab, “Ini lebih bersih, lebih baik dan lebih suci.” HR. Abu Dawud dan Nasai, 1/79.
Adab Jima: Diwajibkan mandi dari janabat bagi kedua suami istri atau salah satu dari keduanya dalam kondisi berikut ini:
– Bertemunya dua hitan berdasarkan sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam:
” إِذَا جَاوَزَ الْخِتَانُ الْخِتَانَ ( وفي رواية : مسّ الختان الختان ) فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْل . ” رواه أحمد ومسلم رقم 526
Kalau melewati hitan dengan hitan (dalam redaksi ‘Bertemu hitan dengan hitan) maka harus mandi.” HR. Ahmad dan Muslim, no. 526.
Mandi ini wajib, baik keluar (mani) atau tidak. Menyentuh hitan dengan hitan adalah masukkan penis di dalam vagina (wanita) bukan sekedar bertemu saja.
– Keluarnya mani meskipun tidak bertemu dua hitan berdasarkan sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam.
” إنما الماء من الماء ” رواه مسلم رقم 1/269
“Sesungguhnya air (janabat) itu dari (keluar) air (mani). HR. Muslim, no. 1/269.
Bagowi dalam ‘Syarkh Sunah, (2/9) mengatakan, “Wajibnya mandi janabah karena salah satu dari dua hal. Karena masuknya penis di vagina atau keluarnya air deras (mani) baik dari lelaki atau perempuan.” Untuk mengetahui tatacara mandi syariyyah, silahkan melihat pertanyaan no. 415.
Diperbolehkan bagi suami istri mandi bersama di satu tempat meskipun (suami) melihat (aurat) istri atau sebaliknya. Berdasarkan hadits Aisyah radhiallahu anha berkata:
كنت أغتسل أنا والنبي صلى الله عليه وسلم من إناء بيني وبينه واحد تختلف أيدينا فيه فيبادرني حتى أقول : دع لي ، دع لي قالت : وهما جنبان . رواه البخاري ومسلم .
“Dahulu saya mandi bersama Nabi sallallahu alaihi wa sallam dalam satu bejana antara diriku dan dirinya. Bergantian tangan kami dan beliau mendahuluiku sampai saya mengatakan ‘Biarkan untukku, biarkan untukku’ berkata, “Keduanya dalam kondisi junub.” HR. Bukhori dan Muslim.
Adab Jima: Diperbolehkan bagi orang yang wajib mandi tidur dan mengakhirkan mandi sampai sebelum waktu shalat.
Akan tetapi sangat dianjurkan baginya berwudu sebelum tidur. Berdasarkan hadits Umar bahwa beliau bertanya kepada Nabi sallallahu alaihi wa sallam, “Apakah salah satu diantara kita tidur dalam kondisi junub? Maka Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ya, kalau dia mau berwudu.” HR. Ibnu Hibban, 232.
Adab Jima: Diharamkan mendatangi haid ketika kondisi haid.
Ini berdasarkan firman Allah Azza Wajalla:
( ويسألونك عن المحيض قل هو أذى فاعتزلوا النساء في المحيض ولا تقربوهن حتى يطهرن فإذا تطهرن فأتوهن من حيث أمركم الله إن الله يحب التوابين ويحب المتطهرين
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu kotoran.” Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” QS. Al-Baqarah: 222
Bagi orang yang mendatangi istrinya dalam kondisi haid, hendaknya dia bersodaqah dengan satu dinar atau setengah dinar. Sabagaimana telah ada ketetapan hal itu dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam beliau menjawab pertanyaan orang yang datang dan bertanya tentang hal itu. Dikeluarkan dari Ashabus Sunan dan dinyatakan Shoheh Albani dalam ‘Adab Zafaf, hal. 122. Akan tetapi dia diperbolehkan baginya menikmati selain dari kemaluan berdasarkan hadits Aisyah radhiallahu anha berkata:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يأمر إحدانا إذا كانت حائضا أن تتزر ثم يضاجعها زوجها ) متفق عليه.
“Dahulu Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam menyuruh salah satu diantara kita ketika haid agar memakai (pembatas) kain kemudian suaminya dapat menikmatinya.” Muttafaq ‘alaihi.
Adab Jima: Diperbolehkan bagi suami melakukan azl (mengeluarkan air mani di luar kemaluan) kalau tidak menginginkan anak.
Diperbolehkan juga mempergunakan penghalang. Kalau istrinya mengizikannya. Karena dia mempunyai hak dalam kenikmatan dan dalam mendapatkan anak. Dalil akan hal itu hadits Jabir bin Abdullah radhiallahu anhuma sesungguhnya beliau mengatakan,
كنا نعزل على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فبلغ ذلك رسول الله صلى الله عليه وسلم فلم ينهنا . رواه البخاري 9/250 ومسلم 4/160
“Dahulu kita melakukan azl pada zaman Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, dan hal itu sampai kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam dan tidak melarang kita.” HR. Bukhori, 9/250 dan Muslim, 4/160.
Akan tetapi yang lebih utama meninggalkan hal itu semua karena karena hal itu dapat menghilangkan kelezatan wanita atau menguranginya. Diantaranya juga menghilangkan sebagian maksud nikah yaitu memperbanyak keturunan dan anak sebagaimana yang telah kami sebutkan tadi.
Adab Jima: Diharamkan bagi suami istri menyebarkan rahasia terkait apa yang terjadi diantara keduanya dalam masalah intaraksi keluarga (muasyarah zaujiyyah).
Bahkan ia termasuk urusan yang paling jelek. Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
( إن من شر الناس منزلة عند الله يوم القيامة الرجل يفضي إلى امرأته وتفضي إليه ثم ينشر سرها ) رواه مسلم 4/157
“Sesungguhnya orang yang terjelek di sisi Allah pada hari kiamat adalah suami mendatangi istrinya dan (istri) mendatangi suaminya kemudian menyebarkan rahasianya.” HR. Muslim, 4/157.
Dari Asma’ binti Yazid bahwa dia bersama Nabi sallallahu alaihi wa sallam, sementara para lelaki dan wanita duduk. Maka beliau bersabda, “Mungkin seorang suami mengatakan apa yang dilakukan dengan istrinya. Dan mungkin seorang istri memberitahukan apa yang dilakukan dengan suaminya? Maka kaum tersebut diam dan tidak menjawab. Maka saya katakan, “Ya wahai Rasulullah !, mereka para wanita benar melakukannya. Dan para suami juga melakukannya. Maka beliau bersabda, “Maka jangan kamu lakukan. Karena hal itu seperti syetan lelaki bertemu dengan syetan wanita di jalan kemudian pingsan sementara orang-orang pada melihatnya.” HR Abu Dawud dengan no. 1/339. Dinyatakan shoheh Albany di Adab Zafa, hal. 143.
Ini yang dapat kami sebutkan dari sejumlah adab jima’, segala puji milik Allah yang telah menunjukkan kita ke dalam agama yang mulia pemilik adab nan tinggi. Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kita kebaikan dunia dan akhirat. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi kita Muhammad. []
Tiada satu pun makhluk di muka bumi ini yang tidak berdosa. Sejak akil balig, segala perbuatan mulai diperhitungkan dan menjadi catatan bagi malaikat raqib dan atid. Bicara soal dosa, tulisan ini merupakan bentuk dari refleksi tulisan Habib Husein Ja’far yang berjudul Move On dari Dosa dalam bukunya yang berjudul Seni Merayu Tuhan.
Sebelum jauh dari pembahasan, ada baiknya mengenal kembali apa sih dosa? Belakangan kata dosa kerap dilontarkan oleh siapa pun dan kapan pun. Bahkan seperti di tempat tongkrongan, kata berdosa acap kali jadi bahan canda. Misalnya ‘ih berdosa banget,’ atau ‘dosa lu!’ dan masih beragam banyaknya.
Lantas apa sih dosa? Kalau merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dosa bermakna perbuatan yang melanggar hukum Tuhan dan agama. Selain itu, dosa juga disematkan pada orang-orang yang melakukan perbuatan salah.
Contohnya, memaki orang tua dengan kalimat tidak pantas, melanggar adat setempat atau tatanan hukum. Namun dosa, memang melekat erat dengan nilai-nilai keagamaan, moralitas dan sosial.
Secara umum, dosa di dalam Islam nyatanya terbagi menjadi dua yaitu dosa besar dan dosa kecil. Pembagian dosa ini bisa dilihat dalam Al-Quran, salah satunya seperti :
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa besar yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)” (QS. An-Nisa`: 31).
Ada yang berpendapat jika dosa kecil merupakan perbuatan yang tidak memiliki aturan hukuman had-nya. Hukuman had sendiri berarti hukuman yang ditentukan bentuknya oleh syariat. Sehingga dampak dari dosa kecil ini tidak sebesar si dosa besar.
Meski disebut sebagai kecil, tetap saja dosa sebisa mungkin perlu dihindari. Bukan tidak mungkin, sesuatu yang kecil kalau terus ditumpuk akan menggunung dan menimbulkan dampak buruk.
Sedangkan dosa besar merupakan bentuk pelanggaran atau kejahatan yang dijanjikan akan mendapat ganjaran yang keras oleh Allah SWT. Selain itu pelaku dari dosa besar pun ‘dijanjikan’ akan mendapatkan hukuman dan siksa yang ada disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist.
Perilaku dosa besar pun selalu mengarah pada kerusakan yang tidak hanya merugikan diri si pelaku, tapi juga orang lain bahkan lingkungan sekitar. Seperti apa sih dosa besar itu?
Beberapa dosa besar yang sering kita dengar di antaranya seperti perbuatan syirik atau menyekutukan Allah SWT dengan makhluk lain. Atau bisa juga berupa perbuatan zina hingga membunuh.
Sampai di sini tentu sudah terbayang sebesar apa impact dari dosa besar itu. Tidak dapat ditampik, entah kita atau orang lain mungkin saja pernah melakukan dosa besar. Dan usai melakukan perbuatan dosa, bisa saja tersembunyi rasa bersalah yang luar biasa menyesakkan.
Beberapa perasaan bersalah ini tidak sedikit diikuti dengan putus asa dan tanda tanya. Akankah Allah mengampuni segala dosa yang telah diperbuat, atau bagaimana? Meski mungkin belum tepat sebagai jawaban, tulisan dari Habib Husen Ja’far di dalam buku berjudul Seni Merayu Tuhan ini sepertinya bisa jadi ‘gong’.
Layaknya sahara, tulisan ini dapat menghapus sedikit dahaga dari rasa putus asa pendosa. Habib Husen mengungkapkan jika ‘jangan berputus asa’. Karena ampunan-Nya, jauh lebih dulu dan lebih luas. Bahkan dari dosa yang telah diperbuat oleh manusia itu sendiri.
Seberapa pun besar dosa tersebut, pengampunan Allah lebih, bahkan maha besar. Maka tidak ada kata terlambat untuk ‘kembali’ dan bertobat, memohon ampun. Di sini penulis merasakan sesuatu yang jarang disampaikan soal Islam. Yaitu Allah maha pengasih lagi maha penyayang. Kasih tersebut terlihat dari ampunan-Nya yang tidak terbatas alias unlimited.
Pesan ini layak disebarluaskan. Mengingat banyak orang yang ‘tersandera’ karena dosa yang telah ia buat. Pemikiran seperti ‘percuma, dosaku sudah kadung banyak atau terlanjur basah, berenang saja sekalian, menjadi umpama diri tengah disandera oleh dosa besar.
Tulisan dari Habib Husen Ja’far ini pula yang mengingatkan penulis pada seorang teman yang pernah membeberkan kalimat berbeda, tapi tujuannya yang sama. Meski masih belum mampu lepas dari cengkeraman dosa yang teramat kuat, jangan malu hingga berhenti untuk salat dan berbuat baik.
Jangan merasa percuma, karena sesuatu yang diniatkan pada kebaikan, akan berakhir baik pula. Pesan terakhir yang penulis tangkap adalah mari selalu berusaha move on dari dosa. Jika belum bisa, coba lagi, coba terus.
Berikut ini doa haji mabrur. Sering kali kita dengar bahwa setiap umat muslim khususnya bagi para jamaah haji, tentunya menginginkan agar ibadah hajinya tersebut mabrur. Nah, makna dari haji mabrur sendiri ialah diterimanya ibadah haji seseorang yang dilaksanakan dengan memperhatikan syarat, rukun, wajib, dan hal-hal yang harus dihindari.
Haji Mabrur Balasannya Surga
Dalam Islam mengajarkan bahwa haji mabrur menjadi amalan paling utama dan memiliki keistimewaan bagi orang yang berhasil meraihnya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Abu Hurairah :
“Dari sahabat Abu Hurairah ra, ketika ditanya, Apakah amal paling utama?, Nabi Muhammad saw menjawab: Iman kepada Allah dan rasul-Nya. Lalu apa lagi? sahabat bertanya. Jihad di jalan Allah, jawab Rasul. Kemudian apalagi?, sahabat bertanya. Haji mabrur, jawab Rasul.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda bahwa balasan bagi orang yang meraih haji mabrur adalah surga. “Tidak ada balasan yang pantas diberikan bagi haji mabrur kecuali surga.” (HR Bukhari).
Ini Dia Tanda-Tanda Haji Mabrur
Menurut pandangan sejumlah ulama Nahdlatul Ulama, mendapat predikat haji mabrur adalah dambaan semua muslim yang melaksanakan Rukun Islam kelima. Dan predikat mabrur adalah hak prerogatif Allah SWT yang disematkan kepada hamba sesuai kehendak-Nya.
Meski demikian, ada pendapat yang mengatakan bahwa haji mabrur dapat dilihat dari perilaku setelah menjalankan ibadah haji dengan menjadi lebih baik dari sebelumnya dan tidak mengulangi perbuatan maksiat.
Artinya: “Ada pendapat yang mengatakan: Haji mabrur adalah haji yang diterima (maqbul) yang dibalas dengan kebaikan berupa pahala. Sedangkan pertanda diterimanya haji seseorang adalah kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya dan tidak mengulangi melakukan kemaksiatan.” (Jalaluddin as-Suyuthi, Syarhus Suyuthi Sunan an-Nasa’i).
Hadis di atas selaras pula dengan pandangan salah satu ulama Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Ruslan Fariadi menyebut haji mabrur tentunya memiliki sifat-sifat yang baik pada dirinya. Diantaranya yakni ada dua tanda haji mabrur. Pertama adalah dermawan dan selalu menebar kedamaian.
Tanda haji mabrur tersebut berdasarkan hadis riwayat Ahmad. “Dari Jabir ra. berkata; Rasulullah saw bersabda: Haji mabrur, tidak ada balasan baginya melainkan hanya syurga, Mereka bertanya, Wahai Nabiyullah apa itu haji yang mabrur? Beliau bersabda: Memberikan makanan dan menyebarkan salam.” (HR. Ahmad).
Kemudian tanda haji mabrur yang kedua adalah santun dalam bertutur kata. Dalam hadis disebutkan, “Dari Jabir ra. Berkata, Rasulullah SAW ditanya tentang haji mabrur. Rasulullah bersabda; Memberikan makanan dan santun dalam berkata.” (HR. al-Hakim dan al-Baihaqi: Hadis ini sahih sanadnya namun tidak diriwayatkan oleh imam al-Bukhari dan Muslim).
Doa Haji Mabrur
Nah setelah kita tahu keutamaan dari ibadah haji yang mabrur maka selain dengan melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji dengan memperhatikan syarat, rukun, wajib, dan hal-hal yang harus dihindari, ada doa yang sering diamalkan untuk mendapat haji mabrur, berikut adalah doa agar mendapat predikat haji mabrur., sebagai berikut:
Penyakit jantung dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko.
Jumlah jamaah haji lanjut usia (lansia) tahun ini 66.943 orang dari total kuota reguler sebesar 210.680 orang atau mencapai 31,8 persen. Tingginya jumlah jamaah haji lansia tahun ini, menjadi perhatian PPIH Arab Saudi bidang kesehatan tahun 1444 H/ 2023 M.
Salah satu penyakit yang menjadi penyebab kematian terbanyak dari jamaah haji adalah penyakit jantung. Hingga hari ke-25 penyelenggaraan ibadah haji, terdapat 42 dari 78 jamaah haji yang meninggal di Arab Saudi disebabkan oleh penyakit jantung.
Penanggung Jawab Medis Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah dr. Muhaimin Munizu menyampaikan bahwa penyakit jantung dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko seperti usia dan penyakit komorbid.
Muhaimin menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki usia di atas 45 tahun pada laki-laki dan di atas 55 tahun pada wanita berisiko terkena penyakit jantung. Dari segi usia, fenomena peningkatan jumlah jamaah haji lansia tahun ini, menjadi peringatan pada pemantauan pelayanan kesehatan terutama terkait penyakit jantung.
“Faktor risiko kedua adalah penyakit komorbid seperti hipertensi, diabetes melitus, dan gangguan kolesterol yang dapat menimbulkan risiko terkena penyakit jantung. Melalui Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH) diketahui banyak jamaah haji lansia kita memiliki penyakit penyerta tersebut,” kata Muhaimin di Makkah, Ahad (18/6/2023).
Muhaimin menyampaikan bahwa ditemukan juga jamaah haji yang sudah dalam terapi penyakit jantung koroner atau dengan gagal jantung. Oleh karenanya jamaah haji dengan riwayat penyakit jantung dan faktor risiko, menjadi prioritas bagi petugas kesehatan untuk dilakukan pemantauan terus menerus.
Selain faktor risiko, jamaah haji perlu mewaspadai faktor pencetus terjadinya gangguan akut pada jantung atau lebih dikenal dengan serangan jantung seperti aktifitas fisik yang melampaui kemampuan hingga menimbulkan kelelahan, istirahat yang kurang, dan ditambah dengan cuaca ekstrem.
“Banyak jamaah haji sakit yang dirujuk di KKHI dan Rumah Sakit Arab Saudi, dengan keluhan serangan jantung, mayoritas sebelumnya menjalani aktivitas fisik yang berat seperti umrah. Pasien mengalami serangan jantung pasca melakukan tawaf atau sai,” jelas Muhaimin.