Hukum Memboikot Produk Pro Israel dalam Islam

Hingga kini hubungan antara Israel dan Hamas di wilayah Gaza Palestina terus memanas. Tentu saja kekejaman Israel memantik kemarahan umat Muslim di seluruh dunia. Salah satu hal yang gencar disuarakan melemahkan sektor ekonomi dengan seruan memboikot produk-produk yang berhubungan dengan Israel. Lantas bagaimanakah hukum memboikot produk pro Israel dalam Islam?

Secara singkat, pengertian boikot adalah suatu wujud protes sekelompok orang terhadap seseorang atau organisasi tertentu dengan cara menolak untuk menggunakan, membeli, atau berurusan dengan pihak yang diboikot.

Umumnya boikot dilakukan secara terorganisir dan tidak melibatkan tindak kekerasan dengan tujuan untuk memaksa pihak yang diboikot mengubah suatu kebijakan. Boikot juga bisa diartikan sebagai suatu tindakan persekongkolan sekelompok orang untuk menolak bekerjasama, menggunakan, atau berurusan dengan seseorang, produk, atau organisasi tertentu. 

Menurut Syekh Abi Faishol, boikot diartikan sebagai upaya mencegah diri dari transaksi dengan orang lain, baik secara ekonomi maupun sosial sesuai dengan peraturan. Dalam kacamata fikih, memboikot produk-produk nonmuslim yang ditengarai mendukung tindakan yang dapat merugikan umat muslim adalah boleh. Sebagaimana penjelasan Imam Ibn al-Haj dari kalangan Mazhab Maliki:

وَلَا بَأْسَ أَنْ يَنْصِبَ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى لِأَنْفُسِهِمْ وَلِأَهْلِ دِينِهِمْ مَجْزَرَةً عَلَى حِدَةٍ وَيُنْهَوْنَ أَنْ يَبِيعُوا مِنْ الْمُسْلِمِينَ وَيُنْهَى الْمُسْلِمُونَ أَنْ يَشْتَرُوا مِنْهُمْ.

“Tidak masalah masalah bagi kalangan Yahudi dan Nasrani mendirikan (ekonomi) untuk kalangannya sendiri dan yang seagama dengannya sebagai bentuk pembunuhan secara terpisah. Dan tidak masalah melarang mereka untuk menjual pada kaum muslimin dan melarang kaum muslimin membeli produk mereka.” (Al-Madkhal, II/78)

Bahkan secara tegas, Syekh Said Ramadhan al-Buthi dalam salah satu fatwanya mengatakan:

يَجِبُ وُجُوْبًا عَيْنِيًّا مُقَاطَعَةُ الأََغْذِيَةِ وَالْبَضَائِعِ الأَمْرِيْكِيَّةِ وَالإِسْرَائِلِيَّةِ أَيْضًا، إِذْ هُوَ الْجِهَادُ الّتِي يَتَسَنَّى لِكُلِّ مُسْلِمِ الْقِيَامُ بِهِ في مُوَاجَهَةِ الْعُدْوَانِ الإِسْرَائِلِيِّ.

“Wajib ain untuk memboikot makanan dan produk dagang Amerika dan Israel, karena ini termasuk jihad yang mudah dilakukan bagi setiap orang Islam untuk menghadapi agresi dari Israel.” (Man’ an-Nas wa Musyawarah wa Fatawa, h. 52).

Demikian hukum memboikot produk Pro Israel dalam Islam.Semoga bermanfaat.

Sedekah yang Paling Utama adalah yang Paling Sesuai dengan Kondisi Penerima Sedekah

Dari Abu Sa’id Al-Khudhri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَيُّمَا مُسْلِمٍ كَسَا مُسْلِمًا ثَوْبًا عَلَى عُرْيٍ، كَسَاهُ اللَّهُ مِنْ خُضْرِ الْجَنَّةِ، وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ أَطْعَمَ مُسْلِمًا عَلَى جُوعٍ، أَطْعَمَهُ اللَّهُ مِنْ ثِمَارِ الْجَنَّةِ، وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ سَقَى مُسْلِمًا عَلَى ظَمَإٍ، سَقَاهُ اللَّهُ مِنَ الرَّحِيقِ الْمَخْتُومِ

Siapa pun seorang muslim yang memakaikan pakaian kepada muslim yang lainnya karena ia tidak berpakaian, maka Allah akan memakaikan kepadanya pakaian dari pakaian yang hijau di surga. Siapa pun seorang muslim yang memberikan makan kepada muslim lainnya yang dalam keadaan lapar, maka Allah akan memberinya makanan dari buah-buahan di surga. Dan siapa pun seorang muslim yang memberi minum muslim lainnya yang dalam keadaan haus, maka Allah akan memberinya minum dari ar-rahiq al-makhtum (arak surga).” (HR. Abu Dawud no. 1682. Dinilai dha’if  oleh Al-Albani. Di dalam sanadnya terdapat perawi bernama Abu Khalid Ad-Dalani, dia ini jujur, namun sering salah dalam meriwayatkan hadis. Lihat pula Tahdzib At-Tahdzib, 12: 89)

Kandungan hadis

Kandungan pertama, hadis ini mengandung motivasi untuk berhias dengan akhlak yang mulia ini, yaitu senang memberi bantuan kepada orang lain yang membutuhkan dalam rangka mencari ganjaran dan pahala. Hadis ini juga menunjukkan bahwa siapa saja yang beramal dengan suatu amal, maka akan mendapatkan balasan yang semisal pada hari kiamat. Allah Ta’ala berfirman,

جَزَاء مِّن رَّبِّكَ عَطَاء حِسَاباً

Sebagai pembalasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak.” (QS. An-Naba’: 36)

Allah Ta’ala juga berfirman,

هَلْ جَزَاء الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ

Bukankah tidak ada balasan kebaikan, kecuali kebaikan (pula).” (QS. Ar-Rahman: 60)

Siapa saja yang memberi pakaian kepada orang yang tidak memiliki pakaian, maka dia akan diberi pakaian dari pakaian surga yang berwarna hijau. Ini adalah pakaian yang paling bernilai dan berharga. Siapa saja yang memberi makan orang yang kelaparan, maka akan diberi makan dari buah-buahan surga. Dan siapa saja yang memberi minum orang yang kehausan, maka dia akan diberi minum dari ar-rakhiq al-makhtum, yaitu sari khamr di surga.

Hadis ini, dan hadis-hadis lain yang semakna dengannya, meskipun sanadnya lemah (dha’if), akan tetapi maknanya benar (sahih). Hal ini karena didukung dengan dalil-dalil yang menunjukkan keutamaan sedekah. Di antara bentuk sedekah adalah memberi pakaian kepada orang yang tidak memiliki pakaian dan memberi makan kepada orang-orang yang kelaparan tidak memiliki makanan. Demikian pula, hadis ini didukung oleh dalil-dalil yang menunjukkan bahwa balasan (al-jazaa’) itu sejenis (setimpal) dengan amal perbuatan. Surga adalah negeri yang penuh dengan kemuliaan dan nikmat. Surga adalah negeri tempat adanya balasan dan kebaikan. Dan Allah Ta’ala memberikan balasan kepada seorang hamba sesuai dengan amalnya, bahkan lebih banyak dari amalnya sebagai anugerah dan keutamaan untuk hamba-Nya.

Kandungan kedua, hadis ini merupakan dalil tentang keutamaan sedekah yang sesuai dengan kebutuhan orang yang menerima sedekah. Misalnya, jika ada orang yang tidak memiliki pakaian, maka kita bersedekah dengan memberi pakaian. Karena dalam kondisi tersebut, dia sangat membutuhkan pakaian untuk menutup auratnya, atau untuk melindungi diri dari cuaca panas dan dingin. Jika ada orang yang kelaparan, maka dia memberi bantuan dalam bentuk makanan. Atau jika ada orang yang membutuhkan air, maka dia memberi bantuan dalam bentuk air minum atau sarana-sarana untuk mendapatkan air, misalnya dengan membangun sumur bor, atau sejenisnya.

Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim memperhatikan hal ini. Hendaknya seorang muslim melihat pada setiap masa, manakah yang lebih bermanfaat untuk orang yang akan diberikan sedekah. Jika datang musim dingin, dia pun bersedekah dengan pakaian musim dingin sehingga orang-orang yang membutuhkan tidak kedinginan. Jika sedang musim panas (musim kemarau), dia bersedekah dengan bentuk yang sesuai, misalnya memberi bantuan air bersih ke daerah-daerah yang dilanda kekeringan.

Demikian pembahasan singkat ini, semoga bermanfaat.

Wallahu Ta’ala a’lam.

***

@Kantor Pogung, 10 Rabiul akhir 1445/ 25 Oktober 2023

Penulis: M. Saifudin Hakim

Catatan kaki:

Disarikan dari kitab Minhatul ‘Allam fi Syarhi Bulughil Maram (4: 474-475).

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/88969-sedekah-yang-paling-utama.html

Khutbah Jumat: Terima Kasih, Palestina!

Peristiwa di Gaza dan Palestina menunjukkan kita para pemimpin kuffar di muka bumi saja bersatu dan saling melindungi ‘Israel’, pejuang membela izza umat memalui bertahan dan berjihad, inilah khutbah Jumat kali ini

Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil

Hidayatullah.com | PALESTINA mengajarkan kepada kita tentang betapa pentingnya jihad. Dengan jihad, pasukan musuh lari kocar-kacir melihat perjuangan umat. Di bawah ini naskah lengkap khutbah Jumat kali ini;

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Sampai sekarang rakyat Palestina masih berjuang membebaskan negerinya dari penjajah ‘Israel’. Hujan bom terus mengguyur seantero kota Gaza. Ribuan orang meninggal dunia. Tiga ribu lebih di antaranya adalah anak-anak.

‘Israel’ dibantu Amerika Serikat dan sekutunya terus melancarkan serangan-serangan yang membabi buta. Tak peduli dan tak melihat siapa sasarannya.

Pagi, siang, sore, lebih-lebih di malam hari suara bom menggelegar. Bangunan-bangunan hancur lebur.

Sekolah-sekolah luluh lantak. Rumah sakit juga tidak luput dari pengeboman termasuk rumah sakit Indonesia yang dibangun dari pengumpulan donasi masyarakat di tanah air.

Mereka memutus jaringan internet agar kekejian mereka tidak terekspos ke dunia luar. Mereka memutus suplai makanan, minuman, obat-obatan.

Mereka sengaja menciptakan kelaparan bagi warga Gaza. Sungguh perilaku yang tidak mungkin akan dilakukan kecuali oleh manusia-manusia yang tidak memiliki perikemanusiaan.

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Di sisi lain, kita harus berterima kasih kepada Palestina. Mengapa? Karena mereka telah mengajarkan banyak hal kepada kita.

Beberapa di antaranya :

Pertama, Palestina mengajarkan kepada kita tentang betapa pentingnya jihad. Dengan jihad, pasukan musuh lari kocar-kacir melihat perjuangan umat. Meski di bawah tekanan selama berpuluh tahun, dijajah, dibantai, dirampok tanah dan rumahnya, diusir dari tanah airnya oleh Zionis ‘Israel’ -Semoga Allah melaknat mereka- namun tidak memadamkan kobaran jihad di dada para pejuang.

Allah SWT berfirman :

وَقَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوْا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ 

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. al-Baqarah : 190)

Jihad menjadi momok yang menakutkan di hati para musuh. ‘Israel’ sadar tidak mudah menaklukkan Palestina. Sebab mereka berhadapan dengan para mujahid.

Para mujahid yang mencintai kematian seperti para musuh yang mencintai kehidupan.

Kedua, Palestina mengirimkan pesan kepada kita betapa biadabnya ‘Israel’. Selama ini kita mengetahui informasi kekejian mereka dari Al-Quran dan Sunnah, yang di antaranya mereka membunuh para Nabi.

Dengan apa yang saat ini tengah terjadi di bumi Palestina, kita ditunjukkan di depan mata kepala kita, bahwa orang-orang ‘Israel’ adalah bangsa al-Maghduub a’laihim (bangsa yang dimurkai Allah).

Setiap hari kita membaca ayat al-Maghduub a’laihim, khususnya dalam shalat. Sekarang kita dipertontonkan betapa sangat benarnya firman Allah.

Kebiadaban mereka sangat luar biasa. Mereka bunuh anak-anak seperti membunuh hewan. Tanpa beban. Mereka membantai kaum wanitanya.

Mereka bom rumah sakit, mereka bunuh para dokter, perawat, pasien tanpa rasa bersalah.

Seluruh masyarakat internasional akhirnya bisa mengetahui kekejian ‘Israel’. Amerika Serikat membela ‘Israel’ tapi rakyatnya tumpah ruah ke jalan mengecam ‘Israel’ sebagai pelanggar HAM berat.

Pemerintahan Inggris sama, menolak penghentian pembantaian di Palestina, tapi ratusan ribu rakyatnya berdemo menentang ‘Israel’. Sungguh betapa biadabnya, betapa kejamnya, betapa kejinya bangsa ‘Israel’ sesuai apa yang disampaikan oleh Allah SWT dan Rasul ﷺ. Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Ketiga, Palestina menunjukkan kepada kita betapa bersatunya para pemimpin kuffar yang ada di muka bumi ini. Mereka bersatu dalam membela dan melindungi ‘Israel’. Mereka bela habis-habisan tanpa rasa malu sedikit pun, meski ‘Israel’ salah dan jelas-jelas melakukan pembantaian besar-besaran terhadap rakyat yang tidak berdosa.

Mereka, di luar ‘Israel’ menekan bangsa lain untuk menghargai HAM, melaksanakan demokrasi, tapi semuanya hanya pepesan kosong jika berkaitan dengan ‘Israel’. Semuanya hanya bualan yang sarat kepalsuan dan kebohongan. Allah SWT buka topeng kebusukan dan kebobrokan negara-negara Barat.

Keempat, dari Palestina kita bisa mengetahui siapa muslim yang peduli dan yang tidak peduli, siapa yang mukmin dan siapa yang munafik, siapa yang pejuang dan siapa yang pecundang. Terbuka lebar-lebar di hadapan kita.

Mari menjadi seorang manusia, lebih-lebih menjadi seorang muslim yang peduli, yang memiliki perhatian kepada urusan sesama orang Islam, seperti sabda Rasulullah ﷺ:

مَنْ لاَ يَهْتَمُّ بِأََمْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ

“Barang siapa tidak memperhatikan urusan kaum muslimin maka dia bukan dari mereka.” (HR. Thabrani) Sebab,

الْمُؤْمِنِ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَثُّدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Seorang mukmin dengan mukmin lainnya adalah bagaikan bangunan yang saling menguatkan antara satu dengan lainnya.” (HR. Bukhari-Muslim)

Jemaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Kelima, Palestina mengajarkan kita untuk bersatu, bergotong royong saling bantu, ringan sama dijinjing berat sama dipikul. Dari  al-Aqsha kita diingatkan bahwa bumi Palestina adalah ardhun Mubarakah (bumi yang diberkahi), tempatnya para nabi, tempat Isra Miraj Rasulullah ﷺ, qiblat pertama, dan masjid suci ketiga setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمى

“Perumpamaan kaum mukminin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka adalah bagaikan satu jasad, apabila satu anggota tubuh sakit maka seluruh badan akan susah tidur dan terasa panas.” (HR. Muslim).

leh karena itu, siapa saja di antara kita yang sanggup membantu saudaranya dengan doanya, bantulah dengan doa. Bagi yang bisa membantu dengan hartanya, bantulah dengan hartanya.

Bagi yang bisa membantu dengan tenaganya, bantulah dengan tenaganya. Allah SWT yang Maha Membalas akan membalas dengan lebih baik dari apa yang sudah kita lakukan.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Jumah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :

فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهم في يوم الجمعة، اجعل نار المسلمين تحرق الأعداء، اللهم احرس المسجد الأقصى من مكر الماكرين، اللهم اقتل من قتل المسلمين. اللهم انصر شعب فلسطين على أعدائك، اللهم اجعل لأهل فلسطين النصرة والعزة والغلبة والقوة والهيبة في قلوب أعدائهم، اللهم اشف جرحاهم وأطلق أسر أسراهم، اللهم انصر مجاهديهم في سبيلك في برك وبحرك وجوك، يا رب العالمين.

اللهمَّ اجعل الأقصى محررًا من الاحتلال واجمع أهله تحت راية الإسلام والعدل، اللهمَّ اجعل فلسطين بلدًا آمنًا ومزدهرًا، حيث يعيش أهلها في سلام واستقرار.

يارب في يوم الجمعة كن العَون والنّصر لأهلنا في فلسطين المُحتلة، اللهم قد ضاقت بهم الأرض بما رحبت. اللهم إنا لا نملك لفلسطين إلا الدعاء فيارب لا ترد لنا دعاء ولا تخيب لنا رجاء وأنت أرحم الراحمين. اللهم انتصر لهم واربط على قلوبهم وردَّهم إلى ديارهم ومسجدهم آمنين، اللهم واشدد على أعدائهم حتى يروا العذاب الأليم. اللهم احرس أهل غزة بعينك التي لا تنام.

اللهم حرر المسجد الأقصى، واجبر كسرهم، واشف مرضاهم، وتقبل شهدائهم برحمتك. اللهمَّ انصر الإسلام والمسلمين في فلسطين وأعزَّهم، اللهم اجعل النصر قريبًا واجعل الفرجَ يأتيهم. اللهمَّ اجعل فلسطين ملاذًا آمنًا لأهلها، وارفع عنهم الظلم والاضطهاد، وانصرهم على أعدائهم. اللهم ارفع الأذى عن أهل فلسطين وانصرهم على الظالمين، واجعلهم يعيشون في سلام وعدل وحرية.

اللهم ارحم شهداءَ فلسطين واجعلهم في عليين، واشفِ صدورَ أهلها وأنزل السكينةَ عليهم، اللهم اجعلهم أُمةً واحدة تتكاتف في وجه العدو وتحقق النصر المؤزر، يا مُجيب الدعاء يا كريم. نستودعك يا الله بأهلنا وأحبابنا في فلسطين الحبيبة، تلك الدّيار المُقدّسة التي باركت بها وما حولها أن تحفظها من كل سوء وشر.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

HIDAYATULLAH

Lakukan 6 Hal Ini Agar Mendapatkan Keberkahan dalam Penghasilan dan Pengeluaran!

Keberkahan hidup adalah dambaan hampir semua orang. Tak sedikit orang yang berusaha dengan sekuat tenaga dan diiringi dengan ‘ritual’ tertentu untuk hidup yang penuh makna, damai, dan bermanfaat serta kebaikan. Di antara keberkahan hidup yang hendak dicapai oleh setiap manusia adalah keberkahan dalam penghasilan dan pengeluaran.

Adalah benar bahwa keberkahan itu merupakan hak prerogatif Allah SWT. Namun demikian, keberkahan hidup itu bisa dicapai dengan melakukan usaha-usaha sebagaimana petunjuk dalam al-Qur’an dan hadis.

  1. Memahami Makna Keberkahan dalam Penghasilan

Keberkahan dalam penghasilan bukan hanya tentang memperoleh banyak uang, tetapi juga mencakup adanya berkah dan barokah dari Allah dalam setiap rezeki yang diberikan. Memahami makna ini akan membantu seseorang untuk lebih menghargai setiap nikmat yang diterima.

Keberkahan dalam penghasilan bisa dimaknai sebagai sebuah konsep yang melampaui nilai materi dari pendapatan seseorang. Artinya, keberkahan dalam penghasilan bukan semata-mata karena besaran materi yang didapatkan tetapi juga melibatkan engakuan terhadap nilai-nilai spritual, sosial, dan emosional.

Dalam QS. Ar Ra’ad ayat 28, Allah berfirman: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa kebahagiaan bukanlah tergantung pada apa yang dimiliki seseorang, melainkan tergantung pada apa yang dirasakan dalam hati seseorang tersebut. Salah satu caranya adalah dengan mengingat Allah SWT.

  1. Bersyukur atas Rezeki yang Diberikan

Setelah memahami makna keberkahan dalam penghasilan, maka poin kedua untuk menggapai keberkahan dalam penghasilan adalah dimulai dengan bersyukur atas segala rezeki yang telah diberikan.

Konsep syukur dalam Islam sangat komprehensif karena merupakan sikap mental, emosi, dan tindakan yang diarahkan kepada Allah sebagai ungkapan rasa terima kasih atas segala nikmat yang diberikan-Nya kepada manusia.

Dengan menerapkan rasa syukur tersebut sesungguhnya bagian dari langkah awal untuk menerima lebih banyak berkah dari Allah dan membuat seseorang lebih bahagia dengan apa yang telah dimilikinya.

Dalam implementasi sehari-hari, rasa syukur ini dapat diwujudkan dalam segala bidang, termasuk penghasilan. Bahwa segala penghasilan yang kita dapatkan harus kita syukuri dan kita tasarrufkan dengan sebaik-baiknya.

  1. Mengelola Pengeluaran dengan Bijaksana

Mengelola pengeluaran dengan bijak sana merupakan hal yang harus dilakukan untuk mencapai keberkahan. Mengatur pengeluaran dengan baik dan terencana merupakan bagian dari tips meraih keberkahan dalam penghasilan.

Salah satu langkah praktisnya adalah menghindari hutang yang tidak perlu atau riba, dan berbelanja secara bijaksana serta benar-benar bisa membedakan antara kebutuhan dan kepentingan adalah langkah-langkah yang dapat membantu seseorang untuk hidup dalam kedamaian dan penuh berkah. Isnyaallah.

  1. Berbagi dengan Sesama

Poin keempat ini jarang orang yang bisa memahami dan melaksanakannya. Betapa tidak. Hasil kerja dengan susah payah malah diberikan kepada orang lain. Secara itungan matematika konvensional, tentu langkah tersebut justru malah mengurangi penghasilan kita.

Namun, justru berbagi dengan sesama menjadi salah satu cara mencari keberkahan, bahkan meningkatkan kebahagiaan. Wujud berbagi kepada sesama ini dalam Islam diistilahkan dengan infaq, sedekah, zakat dan wakaf. Aspek-aspek tersebut sangat syarat dengan kebaikan sosial, yang pada muaranya akan membuka pintu berkah dalam hidup seseorang.

  1. Menghindari Sumber Penghasilan yang Haram

Banyak orang yang bergelimang harta tetapi keluarga dan kehidupannya tidak bahagia, mulai dari rumah tangga tidak harmonis, anak yang terus bermasalah sampai selalu dibayang-bayangi ketakutan tertentu.

Setelah dikupas lebih lanjut, salah satu faktornya adalah sumber penghasilan haram, memperolehnya dengan cara curang dan sejenisnya. Untuk itu, menghindari sumber penghasilan yang haram atau tidak halal adalah prinsip penting dalam mencari keberkahan.

Hal ini sebagaimana dijelaskan Allah dalam Q.S. Al Baqarah [2] : 172 sebagai berikut:

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepadaNya kamu beribadah.

  1. Menjaga Niat yang Ikhlas

Terakhir adalah niat yang ikhlas. Sesungguhnya nilai-nilai dan tips sebagaimana diuraikan pada poin di atas, seluruhnya harus dibingkai dalam konsep niat yang ihlkas sehingga dalam mencari penghasilan akan membantu seseorang meraih keberkahan.

Salah satu wujud niat yang ikhlas adalah sungguh-sungguh dan memberikan yang terbaik dalam usaha adalah wujud dari niat yang tulus untuk meraih berkah dalam rezeki.

Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa menggapai keberkahan dalam penghasilan dan pengeluaran bukanlah hal yang instan. Artinya,  diperlukan langkah-langkah yang tepat dan niat yang baik, seseorang dapat meraih keberkahan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

ISLAMKAFFAH

Makna Tauhid dan Syirik

Pertanyaan:

Apa makna tauhid dan syirik? Mohon penjelasannya.

Jawaban:

Alhamdulillah, ash-shalatu wassalamu ‘ala Rasulillah, wa ‘ala alihi wa man walah, amma ba’du,

Makna Tauhid

Tauhid secara bahasa Arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu, yang artinya: menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya” (Syarah Tsalatsatil Ushul, hal. 24). Maka seseorang tidak dikatakan mentauhidkan Allah kecuali ia menafikan semua sesembahan selain Allah dan hanya menyembah Allah semata.

Secara istilah syar’i, dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah,

التوحيد: إفراد الله تعالى بما يختص به من الربوبية والألوهية والأسماء والصفات

“Tauhid adalah mengesakan Allah ta’ala dengan segala kekhususan-Nya dalam perkara rububiyah, uluhiyah, dan al-asma was shifat” (Al-Qaulul Mufid, hal. 6).

Beliau juga mengatakan: 

أن تعبد الله وحده ولا تشرك به شيئا

“Tauhid adalah engkau menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun” (Syarah Tsalatsatil Ushul, hal. 24).

Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.

Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama sejak dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa tauhid terbagi menjadi tiga:

  1. Tauhid rububiyah
  2. Tauhid uluhiyah
  3. Tauhid al-asma was shifat

Yang dimaksud dengan tauhid rububiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah ta’ala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka (Al-Jadid Syarh Kitab Tauhid, hal. 17). Dengan kata lain, tauhid rububiyah adalah meyakini bahwa Allah ta’ala satu satunya yang menciptakan, mengelola, dan menguasai alam semesta beserta isinya. Misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah, Allahlah yang memberikan rezeki, Allah yang mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-bintang, dll. Dinyatakan dalam Al-Qur’an:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ

“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang” (QS. Al-An’am: 1).

Dan perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang baik mukmin, maupun kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah kepada Allah. Hal ini dikabarkan dalam Al-Qur’an:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan mereka?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ” (QS. Az-Zukhruf: 87).

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan langit dan bumi serta menjalankan matahari juga bulan?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Al-Ankabut: 61).

Oleh karena itu kita dapati ayahanda dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bernama Abdullah, yang artinya: hamba Allah. Padahal ketika Abdullah diberi nama demikian, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tentunya belum lahir. Membuktikan bahwa orang-orang yang hidup sebelum Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam lahir, sudah menyembah Allah.

Pertanyaan, jika orang kafir jahiliyyah sudah menyembah dan beribadah kepada Allah sejak dahulu, lalu apa yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat? Mengapa mereka berlelah-lelah penuh penderitaan dan mendapat banyak perlawanan dari kaum kafirin? Jawabannya, meski orang kafir jahiliyah beribadah kepada Allah mereka tidak bertauhid uluhiyyah kepada Allah, dan inilah yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat.

Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadatan baik yang zhahir maupun batin (Al-Jadid Syarh Kitab Tauhid, hal. 17). Dalilnya firman Allah ta’ala tentang doa dalam surat Al-Fatihah:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” (QS. Al-Fatihah: 5).

Sedangkan orang musyrikin jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga memohon, berdoa, ber-istighatsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi Rasulullah, ini juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya, mendakwahkan tauhid uluhiyyah. Allah ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap umat dengan tujuan untuk mengatakan: ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut‘” (QS. An-Nahl: 36).

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan berkata: “Dari tiga bagian tauhid ini yang paling ditekankan adalah tauhid uluhiyah. Karena ini adalah misi dakwah para rasul, dan alasan diturunkannya kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah. Semua itu adalah agar hanya Allah saja yang disembah, dan agar penghambaan kepada selainNya ditinggalkan” (Lihat Syarh Aqidah Ath-Thahawiyah).

Sedangkan tauhid al-asma’ was shifat adalah menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi diriNya dan menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diriNya, dengan tanpa tahrif, tanpa ta’thil dan tanpa takyif dan tanpa tamtsil (Syarh Tsalatsatil Ushul Ibnu Al-Utsaimin, hal. 25). Allah ta’ala berfirman yang artinya:

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya” (QS. Al-A’raf: 180).

Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat Allah dari makna zhahir-nya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya kata ‘istiwa’ yang artinya ‘bersemayam’ dipalingkan menjadi ‘menguasai’.

Ta’thiladalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah. Sebagaimana sebagian orang yang menolak bahwa Allah berada di atas langit dan mereka berkata Allah berada di mana-mana.

Takyifadalah menggambarkan atau mendeskripsikan hakikat Dzat Allah. Dantamtsil adalah menyerupakan Allah dengan makhluk. Padahal Allah sama sekali tidak serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu menggambarkan hakikat wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha mendeskripsikan detail-detail tangan Allah, wajah Allah, dan lain-lain.

Makna Syirik

Adapun syirik, secara bahasa, syirik dari kata asyraka-yusyriku yang artinya: menjadikan sesuatu tidak bersendirian. Secara istilah syar’i, syirik artinya mempersembahkan sesuatu yang khusus bagi Allah kepada selain Allah, sehingga Allah tidak bersendirian dalam hal-hal yang khusus bagi-Nya. Syaikh Abdurrahman As-Sa’di menjelaskan:

حقيقة الشرك بالله: أن يعبد المخلوق كما يعبد الله، أو يعظم كما يعظم الله، أو يصرف له نوع من خصائص الربوبية والإلهية

“Hakikat syirik terhadap Allah adalah: (1) Menyembah makhluk seperti menyembah Allah, atau (2) Mengagungkan makhluk seperti mengagungkan Allah, atau (3) Memalingkan salah satu kekhususan Allah kepada makhluk dalam rububiyah atau uluhiyyah” (Tafsir As-Sa’di, 2/499).

Contoh:

  • Seseorang mempersembahkan ibadah shalat kepada berhala, maka ini syirik karena menyembah makhluk seperti menyembah Allah. 
  • Seseorang mengagungkan seorang kyai dengan penuh pengagungan, sujud dan rukuk kepadanya, meyakini ia memiliki kuasa-kuasa terhadap nasib, rezeki dan semisalnya, maka ini syirik karena mengagungkan makhluk seperti mengagungkan Allah
  • Seseorang mengklaim tahu yang terjadi di masa depan, maka ini syirik karena masa depan adalah perkara yang khusus bagi Allah.

Syirik secara umum terbagi menjadi 2:

  1. Syirik akbar (besar), perbuatan syirik yang mengeluarkan dari Islam dan membuat pelakunya kekal di neraka. 
  2. Syirik ashghar (kecil), perbuatan syirik yang tidak sampai mengeluarkan dari Islam dan tidak membuat pelakunya kekal di neraka. Bukan berarti syirik ashghar ini dosanya kecil, bahkan dosanya tetap besar walaupun tidak mengeluarkan dari Islam.

Contoh-contoh syirik akbar:

  1. Syirik dalam doa
  • Berdoa kepada mayit
  • Berdoa kepada kuburan
  • Berdoa kepada berhala
  • Berdoa kepada jin
  1. Syirik dalam khauf (takut), disebut sebagai khauf sirr. Yaitu takut kepada makhluk dengan keyakinan makhluk tersebut bisa menimpakan bahaya atau kematian secara seketika kapan pun di mana pun.
  2. Syirik dalam tawakal, yaitu bergantung hati kepada selain Allah untuk mengharapkan suatu manfaat atau menghindarkan diri dari mudharat. Seperti:
  • Tawakal kepada jimat
  • Tawakal kepada dukun
  • Tawakal kepada wali
  1. Syirik dalam ibadah lahiriyah, semua bentuk ibadah yang secara lahiriyah dipahami sebagai bentuk penyembahan kepada selain Allah.
  • Sujud kepada selain Allah
  • Menyembelih untuk selain Allah (tumbal)

Contoh-contoh syirik ashghar:

  1. Riya, meniatkan ibadah untuk selain Allah. Semisal:
  • Beribadah karena ingin dilihat
  • Beribadah karena ingin cari keuntungan dunia
  • Beramal untuk memikat wanita
  1. Bersumpah dengan nama selain Allah. Semisal:
  • Bersumpah dengan nama Rasulullah, dengan mengatakan: “demi Rasulullah….”
  • Bersumpah dengan nama Malaikat, dengan mengatakan: “demi Malaikat….”
  1. Syirik dalam ucapan. Semisal:
  • Mengucapkan “andaikan bukan karena kamu, aku tidak mendapatkan keuntungan ini”, “andaikan bukan karena kamu, aku tidak akan selamat”.
  • Mengucapkan “masya Allah wa syi’ta” (semua ini atas kehendak Allah dan kehendakmu).
  1. Mencela waktu. Semisal:
  • Mencela hujan
  • Mencela angin
  • Menganggap adanya hari sial

Dan kesyirikan adalah dosa dan kezaliman yang paling besar. Allah ta’ala berfirman,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Ketika Luqman menasehati anaknya, dia berkata, ‘Wahai anakku, janganlah Engkau berbuat syirik, karena syirik adalah kezaliman yang paling besar’.” (QS. Luqman: 13)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ المُوبِقاتِ، قالوا: يا رَسولَ اللَّهِ وما هُنَّ؟ قالَ: الشِّرْكُ باللَّهِ، والسِّحْرُ، وقَتْلُ النَّفْسِ الَّتي حَرَّمَ اللَّهُ إلَّا بالحَقِّ، وأَكْلُ الرِّبا، وأَكْلُ مالِ اليَتِيمِ، والتَّوَلِّي يَومَ الزَّحْفِ، وقَذْفُ المُحْصَناتِ المُؤْمِناتِ الغافِلاتِ

“Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan. Para sahabat bertanya: wahai Rasulullah, apa saja itu? Rasulullah menjawab: berbuat syirik terhadap Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak, makan riba, memakan harta anak yatim, kabur ketika peperangan, menuduh wanita baik-baik berzina” (HR. Bukhari no. 2766, Muslim no. 89).

Perhatikan, dari semua dosa-dosa yang besar, yang paling pertama kali disebutkan adalah dosa syirik.

Ini penjelasan ringkas mengenai makna tauhid dan syirik. Semoga kita diberi taufik oleh Allah untuk senantiasa bertauhid kepada-Nya dan dijauhkan dari dosa syirik.

Walhamdulillahi rabbil ‘alamin, wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.

Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom.

***

KONSULTASI SYARIAH

Apakah Mengorek Telinga Membatalkan Wudhu?

Mengorek telinga umumnya kita lakukan karena telinga gatal, ada air masuk, atau karena membersihkan kotoran telinga. Tak jarang pula mengorek telinga ini kita lakukan saat sedang memiliki wudhu dan sedang santai. Apakah mengorek telinga dapat membatalkan wudhu?

Membersihkan telinga tidak termasuk bagian dari perkara yang membatalkan wudhu. Sehingga jika kita mengorek telinga pada saat kita memiliki wudhu, maka wudhu kita tidak batal dan kita tidak perlu mengulang wudhu lagi. Meskipun kita mengorek telinga sampai bagian telinga bagian dalam.

Disebutkan bahwa hal-hal yang membatalkan wudhu ada enam, dan mengorek telinga tidak termasuk di dalamnya. Yaitu, sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur, tidur selain tidur yang kedua pantat ditekan ke tanah atau lantai, hilang akal baik karena mabuk atau sakit, menyentuh lawan jenis tanpa ada penghalang, menyentuh kemaluan depan (kubul) dengan telapak tangan, dan terakhir menyentuh kemaluan belakang (dubur) dengan telapak tangan.

Ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Matn Abi Syuja’ berikut;

والذي ينقض الوضوء ستة اشياء ما خرج من السبيلين والنوم على غير هيئة المتمكن وزوال العقل بسكر أو مرض ولمس الرجل المرأة الأجنبية من غير حائل ومس فرج الآدمي بباطن الكف ومس حلقة دبره على الجديد

Dan hal yang membatalkan wudhu ada enam. Yaitu, sesuatu yang keluar dari dua jalan (kubul dan dubur), tidur selain tidur yang menekan pantat, hilang akal sebab mabuk atau sakit, menyentuhnya laki-laki terhadap perempuan ajnabi tanpa ada penghalang, menyentuh kemaluan anak adam dengan telapak tangan, dan menyentuh dubur anak adam, menurut qaul jadid.

Ini berbeda jika kita sedang berpuasa dan kemudian kita mengorek telinga, jika sampai pada telinga bagian dalam, maka puasa kita bisa menjadi batal. Sebaliknya, jika hanya di bagian luar saja, tidak sampai pada telinga bagian dalam, maka tidak membatalkan puasa.

Ini sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi dalam kitab Raudhatut Thalibin berikut;

ولو قطر في أذنه شيئا فوصل إلى الباطن أفطر على الأصح عن الأكثرين كالسعوط، والثاني لايفطر كالإكتحال قاله الشيخ أبو علي والقاضي حسين والفوراني

Jika seseorang meneteskan sesuatu ke telinganya, kemudian ia sampai pada telinga bagian dalam, maka hal itu membatalkan puasa menurut pendapat yang shahih yang diikuti oleh kebanyakan para ulama. Kedua tidak batal sebagaimana bercelak. Pendapat ini menurut Syaikh Abu Ali, Al-Qadhi Husain dan Al-Fawrani.

BINCANG SYARIAH

Hukum Pernikahan Beda Agama

Pernikahan adalah salah satu sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama yang bisa menjadi salah satu jalan ketenangan bagi seorang hamba. Sebagaimana firman Allah ‘Azza Wajalla,

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS Ar-Ruum: 21)

Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullahu menjelaskan,

بما رتب على الزواج من الأسباب الجالبة للمودة والرحمة. فحصل بالزوجة الاستمتاع واللذة والمنفعة بوجود الأولاد وتربيتهم، والسكون إليها، فلا تجد بين أحد في الغالب مثل ما بين الزوجين من المودة والرحمة

(Allah jadikan pernikahan sebagai ketenangan -pent) karena apa yang tumbuh setelah pernikahan tersebut. Yang dengannya seseorang bisa bersenang-senang satu sama lain termasuk dengan kehadiran anak-anak yang mereka didik dan merasa nyaman dengannya. Dan tidak ada hubungan yang secara umum melahirkan cinta dan kasih sayang kecuali hubungan antara suami dan istri.” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 639)

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama juga memerintahkan agar para pemuda bersegera menikah jika sudah mampu. Sebagaimana dalam hadis beliau shallallahu ‘alaihi wasallama,

يا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ البَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فإنَّه أغَضُّ لِلْبَصَرِ وأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، ومَن لَمْ يَسْتَطِعْ فَعليه بالصَّوْمِ فإنَّه له وِجَاءٌ

Wahai sekalian pemuda! Jika kalian sudah mampu, maka menikahlah! Karena dengan menikah akan lebih menjaga pandangan dan kemaluan. Namun, jika tidak mampu, maka berpuasalah. Karena di dalam puasa terdapat penghalang dari keinginan berbuat buruk.” (HR. Bukhari no. 5066)

Tentu saja, ketenangan di dalam rumah tangga ini tidaklah diperoleh, kecuali ketika seseorang memulainya dengan ketakwaan kepada Allah. Dan bukan dengan hal-hal yang melanggar perintah Allah ‘Azza Wajalla, seperti berpacaran, berzina, berpegangan tangan dengan lawan jenis, dan lain-lain yang semoga Allah azza wajalla melindungi kita dan anak keturunan kita darinya.

Pilih yang baik agamanya

Di antara petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama ketika hendak menikah adalah hendaknya kita memilih seseorang yang baik agamanya. Yakni, pasangan yang saleh dan salehah dan bukan pasangan yang fasik (gemar berbuat dosa). Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,

تُنْكَحُ المَرْأَةُ لأرْبَعٍ: لِمالِها، ولِحَسَبِها، وجَمالِها، ولِدِينِها، فاظْفَرْ بذاتِ الدِّينِ، تَرِبَتْ يَداكَ

Alasan wanita dipilih untuk dinikahi ada empat, yakni, hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan kualitas agamanya. Maka, pilihlah wanita yang salehah, niscaya kalian akan beruntung.” (HR. Bukhari no. 5090)

Karena keberadaan wanita yang salehah akan menjadi pelita bagi kehidupan rumah tangga seorang muslim. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama,

الدُّنْيَا مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا المَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

Dunia ini seperti perhiasan. Dan perhiasan dunia yang paling indah adalah wanita salehah.” (HR. Muslim no. 1467)

Yakni, wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian patuh kepada titah suaminya, menjaga aib keluarganya, mendidik anak-anaknya dengan didikan agama, dan sebagainya. Merekalah yang akan digambarkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama sebagai wanita yang berhak masuk surga dari pintu mana saja yang mereka kehendaki.

Bahkan, mayoritas ulama dari empat mazhab mempersyaratkan (menjadikan ini sebagai saran pertimbangan utama) kesetaraan calon pasangan dalam masalah kualitas agama. Hal ini dengan beberapa alasan, yaitu:

Pertama: Orang yang fasik tertolak persaksian dan juga riwayatnya.

Kedua: Orang yang fasik tidak bisa dipercaya, baik terkait harta maupun nyawa.

Ketiga: Orang yang fasik berkurang kadar kedudukannya di hadapan Allah, maka tidaklah mereka layak untuk wanita-wanita yang menjaga kehormatan dirinya.

Menikahi pasangan beda agama

Namun, rasa cinta yang bersarang di hati setiap hamba berbeda-beda. Ada juga yang terjatuh ke dalam cinta kepada calon pasangan yang beda agama. Islam juga telah mengatur akan hal ini. Sebagaimana firman Allah ‘Azza Wajalla,

اَلْيَوْمَ اُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبٰتُۗ وَطَعَامُ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ حِلٌّ لَّكُمْ ۖوَطَعَامُكُمْ حِلٌّ لَّهُمْ ۖوَالْمُحْصَنٰتُ مِنَ الْمُؤْمِنٰتِ وَالْمُحْصَنٰتُ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ اِذَآ اٰتَيْتُمُوْهُنَّ اُجُوْرَهُنَّ مُحْصِنِيْنَ غَيْرَ مُسٰفِحِيْنَ وَلَا مُتَّخِذِيْٓ اَخْدَانٍۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِالْاِيْمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهٗ ۖوَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ ࣖ

Pada hari ini dihalalkan bagimu segala (makanan) yang baik. Makanan (sembelihan) ahlulkitab itu halal bagimu dan makananmu halal (juga) bagi mereka. (Dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab suci sebelum kamu (yautu ahlul kitab, pent.), apabila kamu membayar maskawin mereka untuk menikahinya, tidak dengan maksud berzina, dan tidak untuk menjadikan (mereka) pasangan gelap (gundik). Siapa yang kufur setelah beriman, maka sungguh sia-sia amalnya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Maidah: 5)

Tentu saja hal ini dikhususkan pada kondisi seorang laki-laki muslim menikah dengan wanita nonmuslimah dari kalangan ahlulkitab (yaitu, Nasrani dan Yahudi). Adapun wanita nonmuslimah selain dari kalangan ahlulkitab (seperti Majusi), maka Islam tidak membolehkannya. Imam At-Thabari rahimahullahu mengatakan,

 ( والمحصنات من الذين أوتوا الكتاب من قبلكم ) يعني : والحرائر من الذين أعطوا الكتاب وهم اليهود والنصارى الذين دانوا بما في التوراة والإنجيل من قبلكم أيها المؤمنون بمحمد من العرب وسائر الناس أن تنكحوهن أيضاً

(Yang dimaksud dengan wanita-wanita yang diberi kitab suci) adalah wanita dari kalangan Nasrani dan Yahudi. Yang mereka itu dekat dengan ajaran Taurat dan Injil sebelum kalian wahai orang-orang yang beriman. Boleh bagi kalian menikahi mereka.” (Tafsir Ath-Thabari, 6: 104)

Namun, tentu saja hal ini perlu dipikirkan lebih matang lagi. Mengingat penjagaan seseorang terhadap agama dirinya seringkali lemah di hadapan wanita yang dicintainya. Maka seseorang perlu benar-benar mempertimbangkan sebelum memutuskan menikahi wanita ahlulkitab.

Bagaimana dengan wanita muslimah yang menikahi laki-laki kafir?

Adapun masalah ini, maka Islam mengharamkannya dan pernikahan mereka tidak sah. Baik laki-lakinya dari kalangan ahlulkitab maupun yang lain. Dalilnya adalah firman Allah ‘Azza Wajalla,

وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكٰتِ حَتّٰى يُؤْمِنَّ ۗ وَلَاَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّنْ مُّشْرِكَةٍ وَّلَوْ اَعْجَبَتْكُمْ ۚ وَلَا تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَتّٰى يُؤْمِنُوْا ۗ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّنْ مُّشْرِكٍ وَّلَوْ اَعْجَبَكُمْ ۗ اُولٰۤىِٕكَ يَدْعُوْنَ اِلَى النَّارِ ۖ وَاللّٰهُ يَدْعُوْٓا اِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِاِذْنِهٖۚ وَيُبَيِّنُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ ࣖ

Janganlah kamu menikahi perempuan musyrik hingga mereka beriman! Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik, meskipun dia menarik hatimu. Jangan pula kamu menikahkan laki-laki musyrik (dengan perempuan yang beriman), hingga mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al-Baqarah: 221)

Dan hal yang menyayat hati di zaman sekarang, banyak wanita muslimah yang harus mengorbankan aturan agama dengan mengatasnamakan cinta. Padahal kecintaan yang hakiki adalah ketika kecintaan tadi dapat mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza Wajalla. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka kecintaan tersebut justru akan mencelakakannya di akhirat kelak.

Semoga Allah Ta’ala menjaga diri kita dan keluarga kita dari cinta yang menghancurkan. Amin.

***

Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/88858-hukum-pernikahan-beda-agama.html

Masuk Surga dan Neraka karena Hewan

Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamin (kasih sayang untuk seluruh alam). Tidak hanya untuk manusia, tetapi juga untuk makhluk lain termasuk dengan hewan-hewan.

Ketika para sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Apakah jika berbuat baik kepada hewan mendapatkan pahala?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,

فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ

“Di setiap yang memiliki jantung yang basah (hewan) terdapat pahala.” (HR. Abu Dawud no. 2550, lihat juga HR. Bukhari no. 2363)

Dalam sabda beliau hallallahu ‘alaihi wasallam yang lain,

ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

“Kasihanilah siapa yang ada di bumi ini, niscaya kalian akan dikasihani oleh yang ada di langit.” (HR. At-Tirmidzi no. 1924)

Jika hati manusia itu lembut, maka dia akan menyayangi segala sesuatu yang memiliki roh. Dan jika dia menyayangi segala sesuatu yang memiliki roh, maka Allah akan menyayanginya. (Lihat Syarah Riyadhus Shalihin, 2: 555)

Dalam suatu riwayat, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melarang para sahabatnya menjadikan burung sebagai sasaran memanah,

لَعَنَ مَنِ اتَّخَذَ شَيْئًا فِيهِ الرُّوحُ غَرَضًا

“Allah melaknat orang yang menjadikan sesuatu yang bernyawa sebagai sasaran.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Demikian pula, tatkala beliau melihat seekor burung berputar-putar mencari anak-anaknya yang mana sarangnya diambil oleh salah seorang sahabat,

مَنْ فَجَعَ هَذِهِ بِوَلَدِهَا رُدُّوا وَلَدَهَا إِلَيْهَا

“Siapa gerangan yang telah menyakiti perasaan burung ini karena anaknya? Kembalikanlah kepadanya anak-anaknya.” (HR. Abu Daud no. 2675)

Riwayat-riwayat di atas menunjukkan bahwa dianjurkan untuk berbuat baik kepada hewan.

Masuk surga karena menolong anjing

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

غُفِرَ لِامْرَأَةٍ مُومِسَةٍ مَرَّتْ بِكَلْبٍ عَلَى رَأْسِ رَكِيٍّ يَلْهَثُ قَالَ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ فَنَزَعَتْ خُفَّهَا فَأَوْثَقَتْهُ بِخِمَارِهَا فَنَزَعَتْ لَهُ مِنْ الْمَاءِ فَغُفِرَ لَهَا بِذَلِكَ

“Seorang wanita pezina diampuni oleh Allah. Dia melewati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya di sisi sebuah sumur. Anjing ini hampir saja mati kehausan. Si wanita pelacur tersebut lalu melepas sepatunya, dan dengan penutup kepalanya. Lalu dia mengambilkan air untuk anjing tersebut. Dengan sebab perbuatannya ini, dia mendapatkan ampunan dari Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيْقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ، فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيْهَا فَشَرِبَ، ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ، فَقَالَ الرَّجُلُ: لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبُ مِنَ الْعَطَشِ مِثْلَ الَّذِي كَانَ قَدْ بَلَغَ مِنِّي، فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ مَاءً ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيْهِ، حَتَّى رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ، فَشَكَرَ اللهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ. قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِم أَجْرًا؟ فَقَالَ: فِي كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ

“Pada suatu ketika ada seorang lelaki sedang berjalan dan ia merasa sangat kehausan, lalu dia turun ke sumur dan minum. Ketika dia keluar, ternyata ada seekor anjing sedang menjulurkan lidahnya menjilati tanah basah karena kehausan. Dia berkata, ‘Anjing ini kehausan seperti diriku.’ Maka, dia mengisi sepatunya dan memegangnya dengan mulutnya. Kemudian dia naik dan memberi minum anjing itu. Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah menolong binatang juga memperoleh pahala?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Menolong setiap makhluk yang bernyawa itu ada pahala (sebagai balasan atas perbuatan baik padanya).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dapat kita ketahui dari hadis di atas bahwa orang yang mati membawa dosa besar tanpa membawa dosa syirik, maka ia tidak kekal di neraka untuk diazab (dibersihkan dosanya). Allah dapat memberikan rahmat-Nya dengan memasukkannya ke dalam surga setelah bersih dosanya. Bahkan, ada pelaku maksiat yang mati dalam keadaan belum bertobat (tanpa membawa dosa syirik). Jika Allah berkendak, ia bisa langsung Allah masukkan ke dalam surga. Maka, perkaranya adalah bergantung pada kehendak Allah. (Lihat Ushulus Sunnah, no. 26)

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Allah kehendaki.” (QS. An Nisa: 4)

Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hewan yang ditolong adalah hewan yang tidak mengganggu dan tidak diperintahkan untuk dibunuh.

Masuk neraka karena menyiksa kucing dan membunuh lalat

Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

عُذِّبت امرأة في هِرَّة سَجَنَتْها حتى ماتت، فدخلت فيها النار، لا هي أطعمتها ولا سَقتها، إذ حبستها، ولا هي تَركتْها تأكل مِن خَشَاشِ الأرض

“Ada seorang wanita diazab karena seekor kucing yang dia kurung hingga mati kelaparan, lalu dengan sebab itu dia masuk neraka. Dia tidak memberinya makan dan minum ketika mengurungnya, dan dia juga tidak melepaskannya supaya ia bisa memakan serangga tanah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis tersebut memberikan dorongan untuk memberikan kasih sayang kepada setiap makhluk, tercakup di dalamnya orang beriman dan orang kafir, serta binatang yang dimilikinya maupun binatang yang bukan miliknya.” (Lihat Syarh Shahih Al-Adab Al-Mufrad, 1: 490)

Dikisahkan juga bahwa ada seorang laki-laki yang masuk neraka disebabkan karena membunuh lalat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓِﻲْ ﺫُﺑَﺎﺏٍ , ﻭَﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓِﻲْ ﺫُﺑَﺎﺏٍ، ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ : ﻭَﻛَﻴْﻒَ ﺫَﻟِﻚَ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻣَﺮَّ ﺭَﺟُﻼَﻥِ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﻮْﻡٍ ﻟَﻬُﻢْ ﺻَﻨَﻢٌ ﻻَ ﻳَﺠُﻮْﺯُﻩُ ﺃَﺣَﺪٌ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻘَﺮِّﺏَ ﻟَﻪُ ﺷَﻴْﺌًﺎ، ﻓَﻘَﺎﻟُﻮْﺍ ﻷَﺣَﺪِﻫِﻤَﺎ : ﻗَﺮِّﺏْ، ﻗَﺎﻝَ : ﻟَﻴْﺲَ ﻋِﻨْﺪِﻱْ ﺷَﻲْﺀٌ ﺃُﻗَﺮِّﺏُ، ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﻟَﻪُ : ﻗَﺮِّﺏْ ﻭَﻟَﻮْ ﺫُﺑَﺎﺑًﺎ، ﻓَﻘَﺮَّﺏَ ﺫُﺑَﺎﺑًﺎ ﻓَﺨَﻠُّﻮْﺍ ﺳَﺒِﻴْﻠَﻪُ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ، ﻭَﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﻟِﻶﺧَﺮِ : ﻗَﺮِّﺏْ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﻛُﻨْﺖُ ﻷُﻗَﺮِّﺏَ ﻷﺣَﺪٍ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺩُﻭْﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﻀَﺮَﺑُﻮْﺍ ﻋُﻨُﻘَﻪُ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ

“Ada seseorang yang masuk surga karena seekor lalat dan ada yang masuk neraka karena seekor lalat pula.”

Para sahabat bertanya, “Bagaimana itu bisa terjadi, wahai Rasulullah?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Ada dua orang berjalan melewati sebuah kaum yang memiliki berhala. Tidak boleh seorang pun melewatinya, kecuali dengan mempersembahkan sesuatu untuknya terlebih dahulu. Maka, mereka berkata kepada salah satu di antara kedua orang tadi, ‘Persembahkanlah sesuatu untuknya!’

Ia menjawab, ‘Saya tidak mempunyai apapun yang akan saya persembahkan.’ Mereka berkata lagi, ‘Persembahkan untuknya walaupun seekor lalat!’ Maka, ia pun mempersembahkan untuknya seekor lalat. Maka, mereka membiarkan ia untuk meneruskan perjalanannya, dan ia pun masuk ke dalam neraka.

Kemudian mereka berkata lagi kepada seseorang yang lain, ‘Persembahkalah untuknya sesuatu!’ Ia menjawab, ‘Aku tidak akan mempersembahkan sesuatu apapun untuk selain Allah.’ Maka mereka pun memenggal lehernya, dan ia pun masuk ke dalam surga.” (HR. Ahmad dalam Az-Zuhud, hal. 15)

Dari hadis di atas terdapat peringatan keras agar tidak terjerumus dalam kesyirikan. (Lihat Fathul Majid, hal. 200). Hendaknya seseorang belajar agama agar mengenal macam-macam kesyirikan dan terhindar dari bahaya perbuatan syirik.

Semoga kita dapat mengamalkan ajaran yang diperintahkan oleh syariat Islam tersebut, yaitu syariat yang penuh rahmat, syariat yang penuh dengan kebaikan dan kelembutan bagi segenap makhluk.

***

Penulis: Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/88604-masuk-surga-dan-neraka-karena-hewan.html

Pengorbanan Konkret Putra Indonesia untuk Palestina pada Tahun 1930-an

Kahar Muzakkir yang dikenal anggota Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan (BPUPK), Panitia 9 yang merumuskan dasar negara Pancasila dan Pembukaan UUD 45 serta Piagam Jakarta, adalah diplomat ulung dan ikut memperjuangkan kemerdekaan Palestina sejak muda

DALAM majalah Suara Muhammadiyah (5/69/1989), H. Harun Aly menulis pengalaman nyatanya terkait perjuangan putra Indonesia untuk Palestina dengan judul “9 Putra Indonesia untuk Palestina.”

Ia mengawali tulisan terkait rakyat Palestina yang mengalami kezaliman Israel, “Selain mereka itu adalah saudara kita seagama, juga penulis ini pernah berada di sana, pernah menghirup udaranya, pernah mendapat bimbingan dengan baik dan penuh kasih-sayang oleh beberapa pemuka Palestina yang senang dengan bangsa Indonesia.”

Di penghujung tahun 1931, di lembah Syuna, tepi Laut Mati, H.Harun Aly telah mendengar pemuda Indonesia terkemuka (yang bernama Abdulkahar Muzakkir, atau almarhum Prof. Abdul Kahar Muzakkir)  yang bertemu dengan Amir Abdullah (Yordania).

Meski hanya dengar kabar, rupanya membuatnya penasaran. Tiga hari kemudian, di surat kabar Suriah bernama Alif-Ba, ada termuat gambar Ir. Soekarno, Mr. Iskak yang menghiasi tulisan dua lembar penuh yang rupanya ditulis oleh Abdulkahar Muzakkir dengan judul “Indonesia Yujahid” (Indonesia Berjuang).

Tulis H. Harun, “Mendengar berita di atas tergugahlah hatiku untuk melihat wajah orang besar dari bangsaku yang telah berkecimpung dan bersama sederajat dengan pembesar Islam sedunia itu.”

Perasaan haru, bangga sekaligus penasaran bercampur dibenaknya sehingga membuatnya ingin segera bertemu dengan Abdulkahar Muzakkir.

Sayangnya, saat Harun pergi ke Palestina, Kahar Muzakkir sudah kembali ke Mesir. Informasi ini didapat dari orang Partai Istiqlal Palestina yang saat itu diketuai oleh Awni Abdulhadi dan skretarisnya Ya’cub Al-Gassin.

Waktu itu Harun baru berusia 17 tahun, dan diberi pekerjaan menjaga dua buah gua di lubang gunung Palestina yang kabarnya ditata di masa Nabi Sulaiman. Setelah dua bulan kemudian, ia disarankan pergi ke panti asuhan Darul Aitam untuk diajari keterampilan.

Tapi, Harun lebih memilih bekerja di rumah makan Al-Alami dekat kantor Partai Istiqlal. Di sini, walau menjadi pekerja di rumah makan, Harun dapat banyak bimbingan terkait bahasa Arab, wawasan politik perjuangan.

Di tempat ini pula dari tokoh-tokoh Arab, Harun sering mendengar nama Indonesia berikut tokoh-tokohnya seperti HOS. Cokroaminoto, KH.Ahmad Dahlan, H. Samanhudi, KH. Hasyim Asy’ari dan lain-lain, yang sampai ditulis oleh Luthfi Jum’ah dalam buku “Hayaatusy Syarqi”.

Menarik untuk diungkap di sini, bahwa pada tahun-tahun itu (1930-an), tersiarnya nama Indonesia di kalangan pejuang di Timur Tengah dan di Afrika Utara berkat tulisan-tulisan dan pidato Abdulkahar Muzakkir yang punya hubungan erat dengan para pejuang misalnya dalam organisasi Syubbanul Muslimin (Mesir-Palestina).

Atas anjuran H. Farid Makruf, akhirnya Harun dan kawan-kawan pergi dari Palestina menuju Mesir, kemudian bisa bertemu dengan Abdulkahar Muzakkir pada 30 Desember 1933. Demikian gambaran Harun, “Di Mesir saya bertemu dengan orang yang kucari dan ingin kulihat dahulu, yaitu Abdukahar Muzakkir, yang alu menggembleng aku di kantor Jam’iyyah Khairiyah yang kemudian berganti nama Parpindom. Seterusnya ia lalu memanggil aku adik dan aku memanggilnya kakang.”

Ketika terjadi pemberontakan besar di Palestina tahun 1936 di bawah pimpinan Abdurrazik, ada beberapa pemuda Indonesia yang gugur. Di antaranya Jaka (Zakaria) yang gugur dalam pertempuran El-Ked. Ada juga Ahmad asal Lampung yang juga gugur di tempat yang sama sebagai anggota palang merah.

Sedangkan nama lain, Thahir bin ALi dari Serumbung, gugur di sekitar Jafa sebagai kurir. Adapun AHmad asal Bima gugur di daerah Karak.

Sementara Abdulwahab dan Abdullah Abu Yabis hilang di daerah Karak. Sedangkan Abdullah kecil dari Sumatera Selatan juga gugur di Tulkarom sebagai sopir mobil. Ada tiga lagi orang asal Indonesia yang tidak diketahui nama dan kelahirannya yang hilang di sekitar Khalilurrahman (Hibron), Gaza.

Mereka yang gugur ini, tulis Harun berjuang untuk Palestina bukan sekadar kata dan tulisan tapi juga sampai mempertaruhkan nyawa. “Kenangan saya seperti yang tertulis ini bahwa nama-nama yang tercantum di atas telah lebih dahulu mewakili kita bangsa Indonesia. Bukan saja menyatakan solidaritas dengan kata-kata dan tulisan di surat kabar tetapi telah dengan sukarela dan tanpa pamrih memberikan jiwa-raga demi Agama dan Keadilan.”

Sebagai tambahan catatan untuk putra Indonesia yang gugur dan berjuang secara konkret di Palestina, penulis jadi ingat apa yang dicatat oleh Ridwan Saidi dalam majalah Al-Mujtama’ (No.3/I/2008: 58-59) yang berjudul “M. Natsir dan Perlawanan terhadap Zionisme Israel.”

Dalam tulisan Ridwan ini ada data menarik, mengutip pemberitaan majalah Muhammadiyah Betawi yang memuat berita perang Palestina-Israel tahun 1931, bahwa ada tiga pelajar timur tengah dari Indonesia yang terlibat dalam pertempuran itu melawan penjajah ‘Israel’.

Tulis Babe Ridwan, “Tidak kurang dari tiga pelajar Indonesia yang tewas di medan tempur yaitu Ali, Ibhrahim dan Sapulete.” Menariknya, saat Ridwan Saidi pada tahun 1992 bertemu dengan seorang tokoh Palestine Liberation Organization (PLO) di Yordania, ia menceritakan, bahwa Ridwan terkejut dengan lancar ia (tokoh PLO) menyebut ketiga nama putra Indonsia yang syahid dalam melawan ‘Israel’ pada tahun 1930-an itu.

Kisah dari Ridwan semakin melengkapi apa yang diceritakan oleh Haji Harun bahwa sejak awal putra Indonesia sangat peduli Palestina. Mereka bukan sekadar menyuarakan soladiratis melalui lisan dan tulisan, tapi lebih konkret lagi hingga berjuang di medan jihad hingga titik darah penghabisan. Maka dari itu, kepedulian kepada Palestina, seharusnya tidaklagi sebatas himbauan dan kecaman, tapi butuh lebih kongkret lagi.

Setelah kembali ke Indonesia, Kahar Muzakir tercatat menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan (BPUPK). Kemudian masuk dalam Panitia 9 yang merumuskan dasar negara Pancasila dalam  Pembukaan UUD 45 dan Piagam Jakarta.

Meski namanya kurang menonjol dibandingkan KH Agus Salim, Ali Sastro Amijoyo, atau Soekarno ia tetap dikenal pejuang diplomat Indonesia yang memiliki, intelektualitas dan integritas tinggi.*/Mahmud Budi Setiawan

HIDAYATULLAH

Tentang Doa Ketika Hujan: Sunnah dan Keutamaannya

Hujan adalah salah satu anugerah Allah ‘Azza Wajalla kepada makhluk-Nya, dan dalam Islam, waktu hujan adalah salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa. Inilah doa turun hujan sesuai dengan sunnah yang bisa kita amalkan.

Allah ‘Azza Wajalla menjadikan hujan sebagai rahmat bagi bumi dan isinya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ

“Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah, dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. Al-Hajj: 5)

Hujan adalah salah satu tanda besar akan kekuasaan Allah. Seorang penyair pernah berkata, “Sungguh mengherankan jika ada yang bermaksiat atau ingkar kepada Allah, padahal di setiap hal di alam semesta ini terdapat tanda yang menunjukkan bahwa hanya Dia yang layak disembah.”

Oleh karena itu, saat hujan turun, seorang muslim dianjurkan untuk memanfaatkan momen ini dengan berdoa sesuai sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Doa Ketika Turun Hujan:

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, disebutkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ketika melihat turunnya hujan, beliau berdoa dengan ucapan:

اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا “Allahumma shayyiban naafi’an.”

Artinya, “Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat.”

Ini menunjukkan betapa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sangat menginginkan kebaikan dan manfaat bagi umatnya. Beliau berdoa agar Allah memberikan hujan yang membawa manfaat dan bukan bencana.

Doa Ketika Hujan Reda:

Dalam satu peristiwa, ketika hujan reda setelah turun semalam, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memimpin Salat Subuh di Hudaibiyah. Beliau menghadap jamaah dan bertanya, “Tahukah kalian apa yang dikatakan oleh Rabb kalian?” Para sahabat menjawab bahwa hanya Allah dan Rasul-Nya yang tahu. Lalu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berkata,

أصبحَ مِن عِبادي مُؤمنٌ بي وكافرٌ. فأمّا مَن قالَ: مُطِرنا بفَضلِ اللهِ ورَحمَتِهِ فذلك مُؤمنٌ بي كافرٌ بالكوكَبِ، وأمّا مَن قال: مُطِرنا بنوء كذا وكذا فذلك كافرٌ بي مُؤمنٌ بالكوكَبِ. “Pagi ini, di antara hamba-hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kufur. Siapa yang mengatakan, ‘Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’ (Kami diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah), maka dialah yang beriman kepadaku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan ‘Muthirna binnau kadza wa kadza’ (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepadaku dan beriman pada bintang-bintang.” (HR. Bukhari no. 846 dan Muslim no. 71)

Semoga di musim hujan ini, kita dapat mengamalkan sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam berdoa ketika hujan turun, sehingga kita mendapatkan manfaat dan rahmat dari Allah. Aamiin.

Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/79607-doa-ketika-turun-hujan.html