Atlet Tinju Rocky Memutuskan Masuk Islam

Rocky Pasarani masuk Islam atas pilihannya sendiri, tanpa ada paksaan.

Atlet tinju amatir nasional Rocky Pasarani memutuskan untuk masuk Islam. Pelatih tinju mantan menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri ini memutuskan masuk Islam tanpa paksaan dari siapapun.

Kabar Rocky bersyahadat diinfokan dalam akun @hanifdhakiri. Dalam unggahannya, Hanif menggugah foto Rocky sedang bersyahadat dipandu oleh Ust Muhammad Nur Hayid.

Selain itu, Hanif menuliskan keterangan yang berbunyi:

Namanya Rocky Pasarani, asal Semarang, atlet petinju amatir nasional. Sdh pensiun skrg. 5 th-an Rocky melatih saya, istri dan anak saya Elang bertinju scr privat. Saya sih males2 berlatih, makanya cuma bisa lawan Nibras..😁

.

Profesi Rocky skrg pelatih tinju privat. Muridnya mayan banyak. Stlh pandemi lbh banyak lg. Gara2 pandemi org banyak di rumah dan pny waktu luang. Rocky beruntung. Ia pelatih yang baik, pribadi yang baik.

.

3 th lalu Rocky mengutarakan niatnya masuk Islam. Dia non-Muslim, sama spt driver saya. Ga ada angin ga ada hujan dia minta dibantu mjd seorang Muslim. Mungkin itu yg namanya hidayah.

.

Saat itu sy minta dia berpikir benar2. Jika sungguh2 dan tdk ada paksaan dr siapapun, sy siap bantu dia masuk Islam. Entah knp, habis itu Rocky gak pernah bicara lg soal masuk Islam. Latihan tinju berjalan spt biasa.

.

Minggu pagi kmrn kita berlatih tinju. Usai latihan Rocky mengutarakan niat lg unt membaca dua kalimat syahadat. Rupanya 3 th terakhir ini ia sdh belajar agama Islam. Belajar rukun Islam dan Iman, wudlu, sholat, menghafal surat2 pendek, dll. Bahkan ia sdh puasa penuh tiap Ramadhan 3 th terakhir.

.

Stlh nanya bbrp hal kemantapan dia dan stlh memastikan tdk ada paksaan dr siapapun, sy telpon Kiai Muda @gushayid unt bantu membimbing Rocky bersyahadat. Tadinya mau minta @cakiminow atau Kiai @saidaqilsiroj53 atau Gus @yahyacstaquf Ketum PBNU terpilih. Tapi mengingat waktu dan kesiapan Rocky, jadilah dg Gus Hayid.

.

Sore itu di rumah sy, disaksikan bbrp teman, Gus Hayid membimbing Rocky bersyahadat. Alhamdulillah. Semua berjalan lancar. Kita doakan Rocky istiqomah di jalan Islam, senantiasa memperoleh pertolongan dan berkah Allah SWT. Smg Rocky & keluarga selalu sehat, lancar rezeki, bahagia berkah dunia akhirat. Aminnn..

.

Welcome to the club, Muhammad Rocky Pasarani.

KHAZANAH REPUBLIKA

Doa untuk Orang Sakit

Doa untuk orang sakit harus dihafalkan, karena setiap muslim dianjurkan untuk mendoakan muslim lainnya.

Tidak akan ada ruginya ketika Anda mendoakan muslim lain dengan kebaikan, karena doa tersebut sejatinya akan kembali kepada diri Anda.  

Lafal Doa untuk Orang Sakit

Ada beberapa riwayat yang menjelaskan lafal doa untuk orang sakit dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Berikut ini beberapa riwayat lafal doa tersebut:

  • Lafal pertama

لَا بَأْسَ طَهُوْرٌ إِنْ شَاءَ اللهُ

Laa ba’sa thohuurun insyaaAllah.

Artinya:

“Tidak apa-apa, penghapus dosa, InsyaAllah.” (HR. Bukhari).

  • Lafal kedua

أَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ

As-alullaahal ‘adhim robbal ‘arsyil ‘adhim an-yasyfiyak.

Artinya:

“Aku meminta kepada Allah yang Maha Mulia, Rabb pemilik ‘Arsy yang Agung agar Dia menyembuhkanmu.” (HR. Tirmidzi)

Doa ini disunnahkan untuk dibaca sebanyak tujuh kali.

  • Lafal ketiga

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ مُذْهِبَ الْبَاسِ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِى لاَ شَافِىَ إِلاَّ أَنْتَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا

Allahumma robbannaasi mudzhibal baasiisyfi antasy-syaafii laa syaafiya illaa anta syifaa’an laa yughoodiru saqoman.

Artinya:

“Wahai Allah Tuhannya manusia, hilangkanlah penyakitnya, sembuhkanlah ia. Hanya Engkau yang dapat menyembuhkannya, tidak ada kesembuhan selain kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak kambuh lagi.” ( HR. Bukhari)

  • Lafal keempat

الَّلهُمَّ اشْفِ فُلاَنًا

Allahummasyfi fulaanaan.

Artinya:

“Wahai Allah sembuhkanlah fulan.”

Perlu diketahui, fulan harus diganti dengan nama orang. Sebagai contoh, Apabila yang sakit itu bernama Abdullah, maka lafal doanya menjadi ‘Allahummasyfi Abdullah’. 

Dalam riwayat Imam Muslim, doa ini pernah dipanjatkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sebanyak dua kali untuk mendoakan sahabat Sa’ad bin Abi Waqash.

اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا ,اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا

Allahummasyfi Sa’ad, Allahummasyfi Sa’ad.

Artinya:

“Wahai Allah sembuhkanlah Sa’ad, wahai Allah sembuhkanlah Sa’ad.”

Doa ini boleh dipanjatkan sebanyak dua kali, tiga kali, bahkan lebih.

Doa untuk Orang Sakit Dibaca oleh Siapa?

Doa untuk orang sakit dibaca oleh setiap muslim yang menjenguk orang lain, baik itu dari anggota keluarga, teman, hingga tetangga.

Perlu diketahui, doa tersebut tidak terbatas untuk orang-orang yang beragama Islam saja, karena orang-orang kafir juga boleh didoakan sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Dalil bolehnya seorang muslim mendoakan orang kafir agar sembuh dari sakitnya disampaikan oleh sahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu.

“Ada sekelompok sahabat yang melakukan safar, dan tibalah mereka di sebuah kampung. Para sahabat meminta izin untuk menginap di kampung tersebut, namun mereka tidak diizinkan hingga akhirnya mendirikan tenda di luar kampung untuk bermalam.

Tiba-tiba kepala kampung disengat binatang, dan mereka berusaha untuk mengobatinya, namun tidak ada satu pun yang berhasil hingga ada yang mengusulkan untuk memanggil para sahabat, barangkali mereka mempunyai obat untuk menyembuhkannya. Utusan mereka kemudian mendatangi para sahabat, dan menyampaikan kondisi kepala suku.

Salah satu sahabat bersedia mengobati dengan sebuah syarat, apabila berhasil, penduduk kampung tersebut harus memberikan upah beberapa ekor kambing.

Lalu sahabat tersebut membacakan surat al-Fatihah sembari meniupkannya kepada kepala suku. Atas izin Allah Ta’ala, kepala suku sembuh dan sehat kembali.

Setelah itu para sahabat membawa kambing hasil upah kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan beliau mengizinkan perbuatan para sahabat tersebut.” (HR. Bukhari 2276)

Kisah yang disampaikan oleh Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu merupakan dalil yang kuat dibolehkannya seorang muslim mendoakan orang kafir, karena ruqyah merupakan bagian doa kepada Allah Azza wa Jalla. 

Perlu diketahui, orang yang sakit juga dianjurkan untuk membaca doa kesembuhan untuk dirinya sendiri. 

Berikut ini lafal doanya:

بِاسْمِ اللَّهِ (3x)

أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ (7x)

Bismillah. (3x)

A’udzu billahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. (7x)

Artinya:

“Dengan menyebut nama Allah.” 

“Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari kejahatan sesuatu yang aku jumpai dan yang aku takuti.” (HR. Muslim)

Doa tersebut dibaca dengan meletakkan tangan di atas bagian tubuh yang sakit sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada sahabat ‘Utsman bin Abu Al-Asy’ash Ats-Tsaqafi.

Adab-adab Menjenguk Orang Sakit

Setelah mengetahui doa yang harus dibaca ketika menjenguk orang sakit, hal penting lain yang harus diketahui adalah adab-adab ketika menjenguk orang sakit.

Mengetahui adab menjenguk orang sakit ini penting sekali, karena di dalamnya juga terdapat ganjaran yang besar dari Allah Ta’ala. 

Berikut ini adab-adab ketika menjenguk orang sakit:

  • Ikhlas

Di dalam ajaran agama Islam menjenguk orang sakit termasuk ibadah yang agung, bahkan Allah Ta’ala mengganjarnya dengan pahala yang sangat besar, yaitu surga.

“Siapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka akan ada yang menyeru kepadanya, ‘Engkau telah berbuat mulia dan mulia pula langkahmu, serta akan kau tempati rumah di Surga’.” (HR. Ibnu Majah no. 1433)

Mengingat ganjaran yang Allah Ta’ala berikan adalah surga, menjenguk orang sakit harus benar-benar diniatkan hanya untuk mencari ridho Allah Ta’ala.

  • Melihat sikon

Memperhatikan situasi dan kondisi merupakan hal penting yang harus diperhatikan ketika hendak menjenguk orang sakit.

Pastikan orang yang hendak dijenguk benar-benar dalam keadaan longgar, sehingga tidak mengganggu waktunya untuk beristirahat.

Selain itu, pastikan waktu menjenguk tidak terlalu lama, karena bisa jadi yang dijenguk merasa terganggu.

  • Mendoakan

Orang yang sakit pasti ingin segera sembuh. Oleh karena itu, setiap penjenguk harus memanjatkan doa kepada Allah Azza wa Jalla agar sakit tersebut segera diangkat.

Mendoakan saudara muslim yang sakit dianjurkan dalam Islam, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

“Apabila beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengunjungi orang yang sakit, beliau mengucapkan, Laa ba’sa thohuurun insyaaAllah.” (HR. Bukhari no. 5656)

  • Memberikan nasihat

Ketika diuji oleh Allah Ta’ala dengan sakit, tidak semua orang bisa menerimanya dengan baik. 

Oleh karena itu, penjenguk harus memberikan beberapa nasihat agar orang yang sakit tersebut tidak berkeluh kesah, karena keluh kesah hanya akan mendatangkan dosa.

Sebaliknya, apabila orang yang sakit itu bersabar, maka Allah Azza wa Jalla akan memberikannya ganjaran yang besar dan segera mengangkat penyakitnya.

  • Memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala

Selain memanjatkan doa kesembuhan kepada orang yang sakit, penjenguk juga harus memohon perlindungan kepada Allah Azza wa Jalla atas sakit yang diderita orang lain. 

Memohon perlindungan penting untuk dilakukan agar musibah orang yang dijenguk tidak menimpa diri Anda.  

Berikut ini lafal doanya:

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ مِمَّا ابْتَلاَكَ بِهِ وَفَضَّلَنِيْ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً

Alhamdulillahilladzii ‘aafaanii mimmab talaaka bihi, wa faddholanii ‘ala katsiirim mimman kholaqo tafdhilaa.

Artinya:

“Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan diriku dari musibah yang menimpamu dan memberi keutamaan kepadaku atas banyak orang.”

Doa tersebut harus dihafalkan, karena penggunaannya tidak terbatas pada orang sakit saja, melainkan bisa diterapkan di semua keadaan. 

Itulah pembahasan terkait doa untuk orang sakit. Adapun untuk pembahasan doa-doa yang lain, silakan kunjungi website Hidayatullah.com 

Jangan Takut Miskin

Kebanyakan manusia tidak mau jatuh pada jurang kemiskinan.

Kebanyakan manusia tidak mau jatuh pada jurang kemiskinan. Tak heran jika banyak sebagian dari kita yang berusaha dengan berbagai cara untuk menghindarinya, bahkan sampai ada yang menukar agama hanya untuk mendapatkan sebagian harta benda duniawi. 

Bila ditelusuri, akar penyebab munculnya sikap takut miskin adalah kecintaan terhadap dunia. Orang yang mencintai dunia tentu saja khawatir dan ketakutan bila kehilangan kenikmatannya, salah satunya adalah nikmat harta.

Kategori semacam itu bukanlah sifat dan sikap mukmin sejati. Sebab, ia yakin bahwa Allah adalah Zat Mahakaya yang bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Sebagaimana Allah berfirman: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu.” (QS al-Isra [17]: 31).

Dalam Tafsir Ibn Katsir, ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah sangat sayang kepada hamba-hamba-Nya melebihi kasih sayang orang tua kepada anaknya. Allah mengedepankan perhatian terhadap rezeki anak-anak orang tua tersebut (hamba Allah) di saat orang tuanya hendak membunuh anaknya ketika tiada harta yang sanggup untuk diwariskan.

Kemiskinan bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan. Jangan sampai kita takut miskin atau tidak bisa makan. Jangan sampai selalu terbetik dalam hati kita, “Besok kita makan apa?” Jangan takut! Yang penting kita berusaha mencari rezeki dengan cara yang halal, berdoa dan bertawakal kepada Allah.

Karena sesungguhnya Allah SWT telah menjamin rezeki seluruh makhluk-Nya. “Dan tidak ada suatu yang melata pun (yakni manusia dan hewan) di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” (QS Huud [11]: 6).

Bahkan sesuatu yang harus ditakutkan adalah ketika dibentangkan dunia kepada kita. Yakni ketika kita diuji dengan banyaknya harta benda. Sebagaimana sabda Nabi SAW, “Akan tetapi aku khawatir akan dibentangkan dunia atas kalian sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian pun berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka berlomba-lomba padanya. Kemudian dunia itu akan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka.” (HR Bukhari No 3.158, Muslim No 2.961).

Bagi siapapun yang tengah merasakan ketakutan akan jatuh miskin, sejenak menengok petuah hikmah dari Syekh Imam Ibn Rajab dalam Kitab Jami’ul Ulum wa Hikam: “Kau takut miskin? Abu Hazim menjawab, pelindungku adalah pemilik apa yang ada di bumi, apa yang ada di langit, dan apa yang ada di antara keduanya, serta apa yang ada di bawah tanah. Kenapa aku harus takut?”

Keterangan ini mengingatkan kita akan Mahabesarnya Allah. Allah sang pemiliki jagad raya ini. Allah yang punya. Jika benar kita merasa dan mengakui bahwa Allah adalah pelindung dalam kehidupan ini, mengapa masih merasa takut miskin?

Takut miskin sering mendorong seseorang menjadi pelit, curang, bahkan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan harta.

Wallahu a’lam.

OLEH AHMAD AGUS FITRIAWAN

IHRAM

Sunah yang Sering Ditinggalkan

Khotbah Pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ 

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ

فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى

فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Ma’asyiral muslimin, jemaah masjid yang dimuliakan Allah.

Mengawali khotbah kali ini, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan para jemaah sekalian agar kita senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan di antara bentuk menaati serta menjalankan perintah Allah Ta’ala di dalam kehidupan sehari-hari adalah menghidupkan sunah-sunah nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di setiap gerakan kita, masa luang kita, dan di setiap perkataan maupun perbuatan kita. Sehingga setiap titik dan inci kehidupan kita selaras dengan sunah nabi Muhammad dari terbitnya mentari hingga tenggelamnya. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS. Ali Imran: 31)

Imam Hasan Al-Basri pernah berkata,

“Tanda cintanya para ulama’ kepada Nabi Muhammad itu terlihat dari bagaimana seriusnya mereka di dalam mengikuti sunah-sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Kedudukan seorang mukmin itu diukur dari sejauh mana ia mengikuti sunah nabinya. Maka, semakin banyak mereka mengikuti sunah beliau, semakin tinggi kedudukannya di sisi Allah dan semakin mulia. Berpegang teguh di dalam mengikuti sunah nabi memiliki beberapa keutamaan, di antaranya adalah:

  1. Meraih cinta Allah Ta’ala.
  2. Menutup kekurangan dan ketidaksempurnaan seorang hamba pada ibadah wajib.
  3. Terhindar dari terjerumus ke dalam perbuatan bid’ah.
  4. Mengagungkan syiar Allah Ta’ala.

Jemaah Jum’at yang dicintai Allah Ta’ala, marilah kita menghidupkan sunah sunah Rasulullah di kehidupan kita sehari-hari. Kalau bukan kita yang melakukan, lalu siapa lagi? Karena itu merupakan bukti kecintaan kita terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berikut ini adalah beberapa sunah yang sering ditinggalkan dan dilupakan oleh kebanyakan manusia, semuanya benar telah datang dari nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:

  1. Menjilati jari-jemari setelah selesai makan sebelum mencucinya, berdasarkan hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya nabi Muhammad bersabda,

إذا أكل أحدكم؛ فلا يمسح يده؛ حتَّى يَلعقها أو يُـلعقها

“Jika salah seorang dari kalian telah selesai dari makannya, maka janganlah ia mencuci tangannya, kecuali sesudah ia menjilati jari-jemarinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kenapa kita dianjurkan melakukan hal itu? Karena kita tidak tahu letak keberkahan makanan kita ada di mana. Bisa jadi makanan yang ada di jari jemari kita itulah yang berkah.

  1. Mengambil napas ketika minum sebanyak tiga kali di luar gelas. Dari sahabat Anas bin Malik, beliau berkata,

كان رسول الله صلَّى الله عليه وسلَّم يتنفَّس في الشَّراب ثلاثاً ويقول:(إنَّه أروى، وأبرأ، وأمْرأ)

“Bahwasannya Rasulullah bernapas sebanyak tiga kali ketika minum. Lalu ia bersabda, ‘Sesungguhnya dengan begini haus lebih hilang, lebih lepas, dan lebih enak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Memperbanyak istigfar/ meminta ampun ketika sedang bermajelis. Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,

إن كنَّا نعد لرسول الله صلَّى الله عليه وسلَّم، في المجلس الواحد مائة مرة: رب اغفر لي، وتب عليَّ، إنَّك أنت التَّواب الرَّحيم

“Sesungguhnya kami pernah menghitung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sekali majelis mengucapkan istigfar sebanyak seratus kali, yaitu: Rabbighfir li wa tub ‘alayya, innaka antat tawwabur rahim. (Artinya: Ya Tuhanku, ampunilah saya serta terimalah taubat saya, sesungguhnya Engkau adalah Mahapenerima taubat lagi Mahapenyayang).” (HR. Imam Abu Dawud dan Tirmidzi)

  1. Bersedekah semampu kita ketika bertobat dari sebuah dosa. Imam Bukhari dan Muslim menuturkan kisah Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya ia berkata,

قلت: يا رسول الله!! إنَّ من توبتي أن أنخلع من مالي صدقة إلى الله وإلى رسوله، قال رسول الله: أمسك عليك بعض مالك، فهو خيرٌ لك

“Aku berkata kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya termasuk bagian dari tobatku, aku ingin melepaskan semua hartaku sebagai sedekah untuk Allah dan Rasul-Nya.’ Rasulullah pun bersabda, ‘Sisihkan sebagian hartamu, maka itu lebih baik.”

Ibnu Qayyim menyebutkan di kitabnya Zaadul Ma’ad, “Perkataan Ka’ab ini merupakan dalil akan disunahkannya bersedekah ketika bertobat semampunya.”

  1. Tidak melepas tangan kita saat berjabat tangan dengan orang lain, kecuali orang tersebut yang melepasnya lebih dahulu. Dari sahabat Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

كان رسول الله صلَّى الله عليه وسلَّم إذا صافح رجلاً لم يترك يده؛ حتَّى يكون المصافح هو التَّارك ليد رسول الله صلَّى الله عليه وسلَّم

“Dahulu, jika Rasulullah menjabat tangan seseorang, ia tidak akan melepaskan tangannya, kecuali orang yang dijabat tangannya itu melepasnya terlebih dahulu.”

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khotbah Kedua.

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

Sumber: https://muslim.or.id/71587-sunnah-yang-sering-ditinggalkan.html

Sifat Murka Bagi Allah

Ahlussunnah meyakini Allah Ta’ala memiliki sifat al ghadhab (murka). Dengan kata lain, Allah Ta’ala bisa murka. Di antara dalilnya, Allah Ta’ala berfirman,

وَّيُعَذِّبَ الْمُنٰفِقِيْنَ وَالْمُنٰفِقٰتِ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَالْمُشْرِكٰتِ الظَّاۤنِّيْنَ بِاللّٰهِ ظَنَّ السَّوْءِۗ عَلَيْهِمْ دَاۤىِٕرَةُ السَّوْءِۚ وَغَضِبَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَاَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَۗ وَسَاۤءَتْ مَصِيْرًا

“Dan Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, dan (juga) orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (azab) yang buruk dan Allah murka kepada mereka dan mengutuk mereka serta menyediakan neraka Jahanam bagi mereka. Dan (neraka Jahanam) itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS. Al Fath: 6).

Allah Ta’ala juga berfirman,

مَنْ كَفَرَ بِاللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ اِيْمَانِهٖٓ اِلَّا مَنْ اُكْرِهَ وَقَلْبُهٗ مُطْمَىِٕنٌّۢ بِالْاِيْمَانِ وَلٰكِنْ مَّنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗوَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ

“Barangsiapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka akan mendapat azab yang besar” (QS. An Nahl: 106).

Allah Ta’ala juga berfirman tentang li’an,

وَالْخَامِسَةَ اَنَّ غَضَبَ اللّٰهِ عَلَيْهَآ اِنْ كَانَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ

“Dan (sumpah) yang kelima bahwa kemurkaan Allah akan menimpanya (istri), jika dia (suaminya) itu termasuk orang yang berkata benar” (QS. An Nur: 9).

Dalam hadis, dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَمَّا قَضَى اللَّهُ الخَلْقَ كَتَبَ في كِتابِهِ فَهو عِنْدَهُ فَوْقَ العَرْشِ إنَّ رَحْمَتي غَلَبَتْ غَضَبِي

“Ketika Allah Ta’ala menetapkan takdir para makhluk, Allah Ta’ala menulis dalam kitab-Nya (Lauhul Mahfuzh). Yang kitab tersebut ada di sisi-Nya, di atas Arsy. Allah menuliskan, ‘sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku’” (HR. Bukhari no. 3194).

Sifat al-ghadhab juga disebutkan oleh Allah dengan lafaz al-maqtu. Allah Ta’ala berfirman,

كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Sungguh besar murka Allah jika kalian mengatakan apa yang tidak kalian lakukan” (QS. Ash Shaff: 3).

Juga terkadang disebutkan dengan lafaz as sukhtu. Allah Ta’ala berfirman,

أَفَمَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَ اللَّهِ كَمَنْ بَاءَ بِسَخَطٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

“Apakah orang yang mengikuti keridaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahannam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali” (QS. Ali Imran: 162).

Dan ayat-ayat serta hadis-hadis lainnya.

Ahlussunnah meyakini dan memaknai ayat-ayat dan hadis-hadis tersebut apa adanya, bahwa Allah Ta’ala memiliki sifat murka. Namun murka Allah tentu adalah sifat murka yang layak bagi keagungan Allah Ta’ala, tidak sama seperti murkanya makhluk.

Ath Thahawi dalam Al Aqidah Ath Thahawiyah mengatakan,

والله يغضب ويرضى لا كأحدٍ من الورى

“Allah Ta’ala bisa murka dan bisa rida, namun (dengan murka dan rida yang) tidak sama seperti salah satu makhluk-Nya.”

Ibnu Abil ‘Izz Al Hanafi dalam Syarah Thahawiyah mengatakan,

ومذهب السلف وسائر الأئمة إثبات صفة الغضب والرضا والعداوة والولاية والحب والبغض ونحو ذلك من الصفات التي ورد بها الكتاب والسنة

“Mazhab salaf dan para imam kaum Muslimin menetapkan sifat murka, rida, al ‘adawah (memusuhi), al wilayah (cinta), al hubb (cinta), al bughdhu (benci), dan sifat lainnya bagi Allah. Dan semua sifat yang terdapat dalam Al Kitab dan As Sunnah.”

Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan, “Al-ghadhab (murka) adalah lawan dari rida (senang). Di antara akidah Ahlussunnah wal Jama’ah adalah meyakini bahwa Allah memiliki sifat al-ghadhab (murka) dan meyakini bahwa Allah murka kepada orang-orang yang layak dimurkai, seperti orang-orang kafir atau selainnya. Dalam ayat tentang li’an Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan (sumpah) yang kelima bahwa kemurkaan Allah akan menimpanya (istri), jika dia (suaminya) itu termasuk orang yang berkata benar” (QS. An Nur: 9). Maka sifat al-ghadhab adalah salah satu sifat fi’liyah Allah” (Syarah Aqidah Ahlissunnah wal Jama’ah, hal 243).

Orang-orang yang melakukan ta’thil (menafikan sifat-sifat Allah) mereka juga menolak sifat al-ghadhab (murka). Demikian juga orang-orang ateis dan liberal, mereka mengatakan “masak tuhan kok marah?!” Mereka ini sejatinya melakukan demikian karena menyamakan Allah dengan makhluk. Dan ini jelas kekeliruan.

Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan, “Orang-orang yang melakukan ta’thil, mereka berkata, ‘Allah tidak disifati dengan sifat murka, karena definisi murka itu adalah mendidihnya darah, dan Allah tidak mungkin demikian.’ Maka kita katakan, memang benar bahwa marah itu adalah mendidihnya darah. Karena Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

ألا وإنَّ الغضبَ جمرةٌ في قلبِ ابنِ آدمَ

“Ketahuilah bahwa kemurkaan itu adalah bara api yang dilemparkan setan ke dalam hati manusia” (HR. Ahmad no. 11587, dinilai dha’if oleh Syekh Syu’aib Al Arnauth dalam Takhrij Al Musnad).

Sehingga ketika marah, pembuluh nadi membengkak, emosi meradang, serta wajah memerah. Namun ini adalah murkanya makhluk! Adapun murkanya Allah tidak demikian. Murkanya Allah adalah murka yang layak bagi keagungan dan kemuliaan Allah ‘azza wa jalla” (Syarah Aqidah Ahlissunnah wal Jama’ah, hal 243).

Murka Allah adalah murka yang penuh dengan keadilan dan tidak ada kezaliman di dalamnya. Allah Ta’ala murka kepada orang-orang yang layak dimurkai dan kemurkaan Allah berupa azab dari-Nya yang selalu sepadan dengan maksiat dan dosa yang dilakukan. Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

قال الله تبارك وتعالى: يا عبادي، إني حرمت الظلم على نفسي، وجعلته بينكم محرمًا؛ فلا تظالموا

“Allah Tabaaraka wa ta’ala berfirman: ‘wahai hambaku, sesungguhnya aku haramkan kezaliman atas Diriku, dan aku haramkan juga kezaliman bagi kalian, maka janganlah saling berbuat zalim’” (HR.  Muslim no. 2577).

Bahkan Allah banyak telah memberikan ampunan dan tidak murka kepada para pelaku dosa. Sehingga terkadang seseorang berbuat 10 dosa, Allah murka pada 1 dosanya saja dan Allah ampuni 9 dosa lainnya. Andaikan pelaku dosa selalu mendapat murka dan hukuman dari setiap dosanya, maka tidak ada orang yang selamat. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Qs. Asy-Syuura: 30).

Semoga kita menjadi orang-orang yang senantiasa bertakwa kepada Allah dan dijauhkan dari murka-Nya. Wallahu waliyyut taufiq.

Penulis: Yulian Purnama

Sumber: https://muslim.or.id/71591-sifat-murka-bagi-allah.html

Rabithah Haji Indonesia Sarankan Umroh Ditunda

Ketua Rabithah Haji Indonesia Ade Marfudin menyarankan pemerintah menunda ibadah umroh. Saran ini berdasarkan pertimbangan dari meningkatnya kasus Covid-19 varian baru omicron.

“Tentunya upaya memulai umroh harus ditunda kembali, kerena akan membahayakan jamaah umrah bila terus dipaksakan,” kata Ade Marfudin saat dihubungi Republika, Senin (3/1).

Menurut Ade, apa yang telah dilakukan pemerintah dalam menangani laju omicron dengan membatasi keberangkatan jamaah ibadah umroh sudah tepat. Karena apa yang dilakukan pemerintah demi kemaslahatan umat manusia yang datang ke Arab Saudi untuk umroh.

“Langkah yang diambil pemerintah saya kira sudah baik. Lebih baik lindungi, amankan jamaah dari wabah covid baru omicron,” ujarnya.

Ade meminta semua pihak patuh terhadap ketentuan syariat yang melarang umat manusia mendatangi pusat wabah. Ketentuan ini perlu disosialiasikan kepada penyelenggara dan juga jamaah agar tidak memaksakan berangkat ke tanah suci untuk umroh.

“Prinsipnya jangan mendatangi tempat wabah yang akan berakibat fatal bagi yang mendatanginya. Lebih baik urungkan demi kemaslahatan dan keselamatan jiwa, sekalipun itu wajib,” katanya.

Menurutnya, pada kondisi saat ini, sudah sepatutnya semua pihak yang berkepentingan dengan penyelenggaraan ibadah umroh mengikuti kebijakan pemerintah. “Saya yakin dan percaya pemerintah lebih mencintai warganya, bangsanya dan nyawa manusia., dibandingkan harus memaksakan,” katanya.

Ade berdoa pandemi ini dapat segera berakhir dan jamaah bisa kembali melaksanakan ibadah umroh secara normal. Sudah dua tahun jamaah tertunda keberangkatannya karena pandemi Covid-19.

“Semoga saja wabah ini cepat sirna sehingga kerinduan jamaah untuk umroh akan segera terlaksana,” katanya.

IHRAM

Nikmat Bukan Cuma Harta, Melainkan Juga Hidayah Islam

Nikmat berupa hidayah Islam juga wajib disyukuri

Manusia harus bersyukur atas nikmat hidayah kepada islam. Ini juga merupakan syarat masuk ke dalam surga.  

“Ketika kita dijadikan muslim, syukuri nikmat ini, pertahankan sampai meninggal dunia,” kata pendakwah lulusan Universitas Islam Madinah, Ustadz Abu Yahya Badrusalam dalam kajian pembahasan Kitab Syarhus Sunnah di Masjid Al Muttaqin, Bekasi pada Selasa (4/1). 

Allah SWT berfirman, اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ… “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam” (QS Ali Imran ayat 19).  

Ustadz mengungkapkan, agama semua nabi sama yakni islam. Allah berfirman: 

 مَا كَانَ إِبْرَٰهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِن كَانَ حَنِيفًا مُّسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ “Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” (QS Ali Imran ayat 67). Begitu pula dengan agama Nabi Musa, Isa dan lainnya yakni Islam. 

“Rasulullah ﷺ menyifati surga, surga tidak akan dimasuki kecuali jiwa Muslim saja. Sadari nikmat terbesar adalah Islam. Pencinta dunia tidak menyadari itu, pecinta dunia mengganggap harta, kedudukan,” kata Ustadz. 

Ustadz Abu Yahya mengatakan, lewat islam, seseorang akan mengenal Tuhannya, juga tujuan hidupnya. Dunia yang ditinggali tidak akan selamanya, dan manusia diciptakan hanya untuk beribadah. Islam agama yang sesuai dengan fitrah, membimbing manusia kepada jalan yang lurus.  

“Orang yang merasakan nikmatnya islam dia tidak mau menggadaikan keislamannya untuk mendapatkan dunia. Islam ini luar baisa, untuk mendapatkan kesenangan abadi dengan islam, kenikmatan dunia dibandingkan dengan kenikmatan surga tidak ada apa-apanya,” kata Ustadz.   

KHAZANAH REPUBLIKA

Nasihat Ali kepada Orang yang Punya Banyak Utang

Ada sebuah tentang permohonan doa kepada Allah SWT agar segala urusan dunia dimudahkan. Kisah ini terjadi saat Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah.

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Wa’il, seorang pria mendatangi Ali bin Abi Thalib dan berkata, “Wahai Amirul Mukminin, aku tidak bisa membayar hutangku. Tolong bantu aku.”

Kemudian Ali bin Thalib berkata, “Apakah kamu mau aku ajarkan tentang sesuatu yang pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW, yang jika kamu membacanya maka Allah SWT akan membuat hutangmu lunas meski sebesar gunung?” Si pria mengiyakannya.

Lalu Ali bin Abi Thalib menyampaikan sebuah doa, sebagaimana berikut ini:

اَللّهُمَّ اكْفِنِىْ بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَاَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

‘Allahummakfinii bihalaalika ‘an haroomika wa aghninii bi fadhlika ‘amman siwaaka’

Artinya: “Ya Allah, cukupkanlah aku dengan apa yang Engkau halalkan dari apa yang Engkau karuniakan. Dan dengan karunia-Mu, jadikanlah aku tidak membutuhkan kecuali kepada Engkau.” (HR Tirmidzi dan terdapat dalam Musnad Ahmad bin Hanbal)

Nabi Muhammad SAW melarang umatnya berputus-asa dari rahmat Allah SWT dan tidak boleh menyerah serta harus meyakini bahwa semua yang terjadi itu baik. Selain itu, seorang Muslim juga harus yakin bahwa qadha dan qadar itu ada di tangan Allah SWT.

KHAZANAH REPUBLIKA

Imam Hasan bin Ziyad; Tokoh Mazhab Hanabilah yang Mulai Belajar di Usia 80 Tahun

“Jika dalam mazhab Syafi’iyah ada Imam Nawawi dan Imam ar-Rafi’i yang bisa menentukan pendapat-pendapat Imam Syafi’i antara pendapat yang bisa diikuti dan tidak, dan memiliki gelar ulama yang bisa menentukan validitas pendapat imamnya, maka dalam mazhab Hanabilah ada Imam Hasan bin Ziyad al-Luklu’i, yang memiliki otoritas dan gelar tersebut.”

Imam Hasan bin Ziyad merupakan salah satu di antara ribuan tokoh-tokoh dalam mazhab Hanabilah yang keilmuannya sangat mentereng, memiliki otoritas yang tinggi, dan daya hafal yang kuat. Kehidupannya hanya untuk ilmu dan umat. Apapun yang berkaitan dengan ilmu, akan selalu didahulukan daripada yang lainnya.

Sebagaimana disampaikan oleh Imam adz-Dzahabi dalam Siyaru A’lami an-Nubala, Imam Hasan bin Ziyad adalah ulama yang sangat alim, memiliki kepiawaian dalam menyampaikan ilmu, salah satu ahli fiqih (fuqaha) di kota Irak, memiliki kecerdasan di atas rata-rata yang jarang dimiliki oleh yang lainnya.

Betapapun demikian, Imam Hasan bin Ziyad merupakan salah satu ulama yang bisa dikatakan sangat telat dalam belajar. Bahkan, awal belajarnya di usia yang sangat senja. Tidak seharusnya ia memiliki gelar mentereng dalam mazhab Hanabilah, akan tetapi semangat dan cita-cita yang tinggi tidak mampu menghalangi semua itu.

Nama Lengkap dan Rihlah Keilmuannya 

Ulama yang satu ini memiliki nama lengkap Abu Ali Al-Hasan bin Ziyad al-Luklu’i al-Kufi. Akhir namanya merupakan nisbat pada tanah kelahirannya, yaitu kota Kufah, Irak. Salah satu kota yang banyak melahirkan ulama-ulama tersohor. Tidak ada catatan pasti dari para ulama perihal tahun kelahirannya, ahli sejarah hanya mencatat tahun wafatnya, yaitu pada tahun 204, sebagaimana yang ditegaskan oleh Syekh Taqi al-Ghazi dalam kitab at-Thabqatu as-Sunniyah fi Tarajimi al-Hanafiyah.

Jika ulama-ulama besar lain belajar ilmu-ilmu keislaman sejak masih sangat kecil, bahkan sejak masih kanak-kanak sudah banyak yang hafal beberapa kitab kuning, maka tidak demikian yang terjadi pada Imam Hasan bin Ziyad. Ia sangat telat dalam mencari ilmu.

Akan tetapi, telat mencari ilmu tidak berarti otomatis gagal untuk bisa memahaminya. Imam Hasan bin Ziyad adalah referensi bahwa usia tidak menjadi penghalang untuk berpeluh dalam belajar. Menurut Imam az-Zarnuji dalam kitab Ta’limu al-Muta’allim, Imam Hasan bin Ziyad menjadi memulai rihlahnya untuk mencari ilmu di usianya yang sudah terbilang sangat senja,

دَخَلَ حَسَن بن زِيَاد فِى التَّفَقُّهِ وَهُوَ ابْنُ ثَمَانْينَ سَنَةً، وَلَمْ يَبِتْ عَلَى الفِرَاشِ أَرْبَعِيْنِ سَنَةً فَأَفْتَى بَعْدَ ذَلِكَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً

Artinya, “Hasan bin Ziyad al-Luklu’i mulai belajar agama ketika beliau memasuki umur 80 tahun. (Sejak saat itu), ia tidak tidur malam di atas kasurnya selama 40 tahun kedepan, (ketika sudah berumur 120 tahun) kemudian beliau menduduki kursi fatwa, memberi fatwa sampai 40 tahun kedepan (hingga beliau wafat)”. (az-Zarnuji, Ta’limu al-Muta’allim fi Thariqi at-Ta’allum, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah, cetakan kedelapan: 2010], halaman 50].

Demikian potret awal rihlah yang ditempuh oleh Imam Hasan bin Ziyad. Di ujung usianya yang hampir satu abad, beliau baru memulai untuk membuka cakrawala berpikirnya tentang keilmuan. Sebelumnya tidak pernah terpikir untuk menjadi ulama tersohor dengan penguasaan ilmu yang luas.

Akan tetapi, sekali ia duduk dengan istiqamah untuk mendapatkan ilmu, mendengarkan penyampaian gurunya dengan penuh semangat, bahkan tidak ada kata putus asa untuk meraih semua ilmu yang ada pada masa itu, sekalipun teman-teman yang ada di sekitarnya sudah tidak seumuran dengannya. Bahkan, bukti semangatnya dalam mencari ilmu bisa dilihat dari tidurnya yang tidak pernah menggunakan kasur selama 40 tahun. Waktu yang tidak sebentar, akan tetapi akan tetap dijalani oleh orang-orang yang memiliki cita-cita yang tinggi dan keinginan yang luhur untuk mendapatkan ilmu.

Waktu menjawab, bahwa yang sukses adalah mereka yang bersungguh-sungguh, bukan mereka yang umurnya masih relatif muda, setelah 40 tahun Imam Hasan bin Ziyad habiskan hanya untuk mendalami ilmu, maka saat ini ia telah menjadi ulama terkemuka di kalangan mazhab Hanabilah. Fatwanya dijadikan rujukan oleh semua kalangan. Pendapatnya menjadi pertimbangan para imam pada masanya dan masa selanjutnya.

Sebelum umurnya rampung bahkan di akhir-akhir hidupnya yang mendekati kematian, Imam Hasan bin Ziyad benar-benar menjadi ulama terkemuka, namanya tersohor dan dikenal oleh semua umat. Beliau menjadi bukti sejarah, bahwa tidak ada waktu terlambat untuk memulai belajar. Tidak ada kata selesai untuk terus mendalami ilmu.

Komentar Ulama tentangnya 

Setelah beberapa tahun di akhir usianya ada dalam pengembaraan ilmu, tiba saatnya bagi Imam Hasan untuk memetik buah dan keberhasilan yang didapatkan. Tiba saatnya bagi Ibnu Ziyad untuk mendedikasikan dirinya sebagai ahlul ilmi. Dengan keluasan ilmu dan kepakarannya dalam menjelaskan, beliau mendapatkan banyak pujian dari para ulama kala itu.

Imam adz-Dzahabi dalam kitab Siyaru A’lami an-Nubala mengutip perkataan Syekh Muhammad bin Sama’ah, bahwa sang imam telah menulis dua belas ribu hadis hanya dari Imam Ibnu Juraij (ulama fikih dan hadits), dan hadits-hadits tersebut diperlukan oleh semua ulama-ulama fikih.

Adz-Dzahabi juga mengutip pujian Imam Ahmad bin Abdul Hamid al-Haritsi, beliau mengatakan, tidak saya temukan perangai yang sangat baik melebihi perangainya Imam Hasan bin Ziyad. Ia menggunakan dan mengamalkan semua ilmunya sebagaimana ia menggunakan ruh dalam dirinya.

BINCANG SYARIAH

Bagaimana Hukumnya ‘Pelihara’ Spirit Idol, Ini Penjelasannya MUI

Jagat maya dihebohkan dengan fenomena spirit doll. Sederet artis memiliki boneka arwah ini. Adalah presenter Ivan Gunawan yang pertama diketahui memperkenalkan sebuah boneka bayi yang ia akui sebagai anaknya.

Desainer kondang tersebut percaya bahwa boneka yang bernama Miracle dan Marvelous tersebut hidup layaknya bayi manusia. Semenjak itu, boneka arwah menjadi sorotan masyarakat dan satu per satu selebriti tanah air mulai menunjukkan koleksinya.

Boneka arwah sendiri merupakan boneka bayi yang kabarnya secara magis dapat dimasukkan arwah manusia yang sudah meninggal. Namun, kebenaran soal kabar horor tersebut belum dapat dipastikan oleh masyarakat.

Selain Ivan Gunawan, ternyata empat artis Indonesia ini juga memiliki spirit doll. Salah satunya adalah Celine Evangelista.

Menanggapi fenomena spirit idol ini, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis mengingatkan bahwa boneka yang diisi arwah hukumnya haram dalam ajaran Islam. Dia meminta masyarakat agar menjadikan boneka hanya sebagai mainan.

“Boneka itu mainan atau hoby itu boleh aja. Tapi kalo dijadikan demit arwah atau diisi arwah makhluk halus dan jin itu haram, jika disembah ya syirik,” tulis Cholil dalam akun Twitternya @cholilnafis, Senin (3/1/2022).

Menurut Cholil, rasa sayang kepada benda memang tidak dilarang, asal tidak berlebihan. Sebaliknya, akan lebih baik bila rasa sayang tersebut disalurkan kepada sesame manusia yang lain.

“Jangan berlebihan menyayangi boneka. Kalau lebih uang atau rasa sayang maka sayangilah anak yatim dan dhu’afa,” ujarnya.

ISLAM KAFFAH