Hidup di dunia fana ini adalah ujian dan cobaan. Setiap likunya tidak mungkin bisa dipisahkan dalam hidup manusia. Setiap orang pasti mengalaminya. Fitnah berarti setiap ujian yang bisa mempengaruhi keutuhan iman seseorang.
Karena itulah, Nabi kita yang mulia, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada umatnya untuk rajin-rajin memohon perlindungan dari bahaya fitnah. Beliau bersabda kepada para sahabat,
تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
Berlindunglah kepada Allah dari setiap fitnah, yang nampak maupun yang tidak nampak.
(HR. Muslim, no. 7392)
Di antara solusi jitu dari berbagai macam fitnah di dunia ini adalah bersabar. Bersabar dan kuatkanlah lagi kesabaran itu dalam menghadapi aneka ujian kehidupan.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.
(QS. Ali Imran: 200).
1. Bersabar dalam menahan lisan
Petaka lisan pada masa berkobarnya fitnah sangat buruk. Wajib hukumnya bagi setiap muslim memperhatikan apa yang dikatakan oleh lisannya, karena bisa jadi seseorang menganggap suatu perkataan hanyalah kata-kata yang ringan dan sepele namun ternyata hal itu merupakan sesuatu yang mendatangkan murka Allah Ta’ala dan bahkan sampai pada tingkat membahayakan kehidupan umat manusia di atas muka bumi ini.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يَا نَبِىَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
“Wahai Rasulullah, apakah kita diazab karena apa yang kita ucapkan?” Muadz bin Jabal bertanya.
Maka Rasulullah bersabda, “Bagaimana engkau ini wahai Muadz, bukankah seorang tertelungkup dalam neraka di atas wajahnya tidak lain karena sebab lisannya?”
(HR. At-Tirmidzi, no. 2616)
Di zaman modern dan era digital ini, maka sebagian ahli ilmu memberikan 3 syarat minimal ketika seorang hendak bicara, membuat status atau berkomentar di dunia nyata maupun dunia maya;
Pertama:
Baiknya niat sebelum berbicara
Kedua:
Baiknya cara penyampaian semisal mengetahui hal-hal yang layak disampaikan di khalayak ramai dan hal yang hanya layak dibicarakan dalam forum khusus atau terbatas.
Ketiga:
Baiknya dampak dengan melihat maslahat dan mudharat dari apa yang keluar dari lisan. Kata-kata tersebut tidak berdampak kegaduhan, membuat keributan, permusuhan, dan sebagainya. (faedah dari ceramah Syaikh Prof. Dr. Sulaiman Ruhaily).
2. Bersabar dalam beribadah kepada Allah Ta’ala
Dalam sebuah hadits yang datang dari jalur sahabat Al-‘Irbadh bin Sariyah radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
إِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ ..
“Sesungguhnya orang yang hidup di antara kalian sepeninggalku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Wajib bagi kalian mengikuti sunnahku dan sunnah Al-Khulafa-ur-Rasyidîn yang telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah dia dengan gigi-gigi geraham kalian. Jauhilah oleh kalian hal-hal yang baru. Sesungguhnya hal-hal yang baru tersebut adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.”
(HR. Abu Dawud no. 4607, At-Tirmidzi, no. 2676, Ibnu Majah, no. 42. Syaikh Al-Albani menilai derajat haditsnya ‘shahih’ dalam kitab Shahih Sunan Abi Daud, no. 3851).
Ibadah di zaman fitnah memiliki keutamaan yang banyak karena rata-rata manusia lalai dari urusan ibadah dan sibuk dengan urusan yang lain. Hanya sedikit saja yang benar-benar mengisi waktunya dengan ibadah. Oleh karena itu terdapat sebuah riwayat dari sahabat mulia Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bersegeralah melakukan amalan shalih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari berubah dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari ia berubah dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia”
(HR. Muslim no. 118).
Menjalankan perintah Allah setelah mendengar nasehat merupakan jalan-jalan ketegaran iman. Allah Ta’ala berfirman :
وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا
“Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)”
(QS. An-Nisaa’: 66)Baca: Bahaya Syirik (Bagian 2)
Sebaliknya meninggalkan amal setelah mengilmuinya dan setelah mendengar nasehat adalah sebab kehinaan dan kesesatan.
3. Bersabar dengan bersikap tenang dan tidak tergesa-gesa dalam setiap urusan
Orang yang tergesa-gesa, tidak bersikap tenang dan tidak berpikir matang dalam menangani urusan, maka dia akan membuka untuk dirinya dan orang lain suatu pintu keburukan dan mala petaka. Dia telah berbuat dosa dan akan mengakibatkan bahaya besar bagi masyarakat luas.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berpesan dalam sabdanya yang mulia;
إِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ ، وَإِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ ، فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ ، وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْه
“Sesungguhnya di antara manusia ada kunci-kunci (pembuka pintu) kebaikan dan gembok-gembok (penutup pintu) keburukan. Dan di antara manusia ada kunci-kunci (pembuka pintu) keburukan dan gembok-gembok (penutup pintu) kebaikan. Beruntunglah orang yang Allah jadikan kunci-kunci kebaikan tersebut di kedua tangannya. Dan celakalah orang yang Allah jadikan kunci-kunci keburukan di kedua tangannya.”
(HR. Ibnu Majah, no. 237. Syaikh Al-Albani menilai derajat haditsnya ‘hasan’ dalan kitab Shahih Sunan Ibnu Majah, no 193).
Tidaklah akan terkumpulkan antara ketergesaan dan kesabaran, karena kesabaran mewujudkan tujuan, sementara ketergesaan (sikap terburu-buru) mewujudkan kegagalan dan keterbalikan. Allah Yang Maha Bijaksana berfirman:
فاصبر كما صبر أولوا العزم من الرسل ولا تستعجل لهم
“Bersabarlah (wahai Nabi) sebagaimana kesabaran para rasul ulul azmi dan janganlah engkau tergesa-gesa/terburu-buru bagi mereka (kaum mu)”
(QS Al-Ahqof: 35).
Sampai sahabat mulia Abdullah Bin Mas’ud berkata:
إِنَّهَا سَتَكُوْنُ أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَات فَعَلَيْكُمْ بِالتُّؤَدَةِ ، فَإنَّكَ أَنْ تَكُوْنَ تَابِعًا فِي الْخَيْرِ، خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَكُوْنَ رَأْسًا فِي الشَّرِّ
“Sesungguhnya akan ada hal-hal syubhat (samar). Wajib bagi kalian untuk berlahan-lahan. Sungguh, apabila engkau menjadi pengikut suatu kebaikan, itu lebih baik daripada engkau menjadi pemimpin suatu keburukan.”
(lihat makalah Dhawabit litajannubil fitan oleh Syaikh Prof. Dr. Abdurrazaq dalam situs www.al-badr.net).
4. Bersabar tidak berselisih dan selalu mengusahakan berjama’ah dengan kaum muslimin
Di antara pelajaran penting dari poin ini adalah menyerahkan urusan kepada ahlinya. Urusan ilmu serahkan kepada para ulama, urusan pemerintahan serahkan kepada pemerintah, jangan ikut campur dalam masalah yang bukan menjadi hakmu, jauhi perselisihan dan selalu menasehati untuk bersatu di atas agama Allah Ta’ala, niscaya akibatnya akan jauh lebih baik.
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalaulah mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil-amri (orang yang memegang urusan) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil-amri). Kalaulah bukan karena karunia dan rahmat Allah kepada kalian, tentulah kalian mengikut setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kalian).”
(QS. An-Nisa’: 83).
Perpecahan adalah suatu keburukan, sedangkan persatuan adalah rahmat. Dengan berjamaah, maka akan menghasilkan kesatuan, kekuatan ikatan dan ketinggian wibawa kaum muslimin.
Dari sahabat mulia An-Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ ، وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ
“Jamaah adalah rahmat (kasih sayang), sedangkan perpecahan adalah azab.”
(HR. Ahmad, 4/278). Syaikh Al-Albani menilai derajat haditsnya ‘hasan’ dalam kitab Shahihul Al-Jami,’ no. 3109).
Hadits lain juga berasal dari sahabat mulia ‘Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwasanya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
لَا تَخْتَلِفُوا فَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ اخْتَلَفُوا فَهَلَكُوا
“Janganlah kalian berselisih pendapat. Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah berselisih pendapat, sehingga mereka pun binasa.”
(HR. Al-Bukhari, no. 2410).
Wallahu Ta’ala A’lam.
Referensi Tambahan: ‘Dhawabithu Litajannubil-Fitan’ Oleh Prof. Abdurrazzaq Al Badr
Disusun oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
Selasa, 23 Rabiul Akhir 1442 H / 08 Desember 2020 M
<a href="http://<!– wp:paragraph –> <p>Read more </p> BIMBINGAN ISLAM