Anjuran Mengunjungi Masjid Nabawi, Haram ,dan Al-Aqsa

Umat Islam dianjurkan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tiga tempat, di antaranya Madinah, Makkah dan Palestina. Tentang hal ini Rasulullah SAW bersabda dalam hadits riwayat Muslim.

“Tidak ditekankan untuk rihlah, kecuali ketiga masjid, yakni Masjid Nabawi Masjidil Haram dan masjid al-Aqsa.”

Masjid Al Aqsa berada di kota Yerusalem Palestina yang sekarang masih berada di bawah otoritas Yahudi (Israel). Kini, keadaan masjid yang pernah menjadi kiblat Rasulullah SAW ini sangat menyedihkan.

“Penyebabnya kaum Yahudi melarang orang-orang Islam untuk merenovasi Masjid Al Aqsa,” kata KH Asep Zaenal Ausop dalam bukunya ‘Haji: Falsafah, Syariah dan Rihlah Meraih Haji Mambrur yang Cumlaude’

Bahkan, kata KH Asep orang-orang Yahudi menggali terowongan di bawah masjid ini dengan alasan mencari haikal (peninggalan) Nabi Sulaiman. Mereka berkeyakinan bahwa dahulunya masjid ini adalah Temple of Solomon.

“Saya berkeyakinan bahwa apabila umat Islam melakukan rihlah ke Palestina dan masuk ke masjid Al-Aqsa akan bangkit lah semangat jihadnya untuk kemudian berusaha membebaskan masjid ini dengan dari cengkraman Israel,” kata KH Asep.

Sayangnya, kata dia, banyak pemimpin dunia muslim yang ‘memble’ untuk membebaskan al-Aqsa dari cengkraman penjajah Israel. Sebelum atau setelah beribadah haji, jamaah haji bisa mengunjungi tempat-tempat bersejarah, walaupun tempat yang dijiarahinya tidak berhubungan langsung dengan ritual ibadah haji di Makkah.

“Jamaah haji bisa mengunjungi Gua Hiro di Jabal Nur tempat Nabi SAW menerima wahyu pertama kali. Gua Tsur adalah tempat Nabi bersembunyi dari kejaran orang jahiliyah ketika beliau bersama Abu Bakar ra hendak hijrah dari Mekah ke Madinah,” katanya.

Jamaah haji juga bisa mengunjungi masjid Hudaibiyah. Masjid ini adalah sebuah masjid yang dibangun untuk mengingatkan umat Islam tentang perjalanan Hudaybiyah antara Nabi Muhammad dan jahiliyah Quraisy.

Ketika jamaah di Madinah, jamaah haji bisa menjelajahi makam Rasulullah SAW Abu Bakar As Siddiq ra, dan Umar bin Khattab. Dan kaum muslimin pun bisa menziarahi makam Syuhada di Uhud, Masjid Kubah, Masjid Qiblatain dan masjid yang dibangun di atas bekas-bekas benteng Perang Khandaq.

“Selain itu, jamaah haji pun bisa mengunjungi sebuah tempat aneh yang bisa disebut medan magnet,” katanya.

Di daerah itu, apabila mobil dimatikan mesinnya dengan posisi gigi pada nol, berada pada jalan yang menanjak, maka mobil bisa melaju sampai kecepatan 160 km perjam.

“Subhanallah.”

IHRAM

Seluruh Daerah yang Dipagari, Itulah Masjidil Aqsa

DI sini banyak sekali terjadi kekeliruan, ketika disebut Masjid al-Aqsha banyak orang menyangka bahwa Masjid al-Aqsha adalah salah satu bangunan yang ada di sana. Ada yang mengatakan Masjid al-Aqsha adalah bangunan yang memiliki kubah berwarna kehitaman atau perunggu.

Pendapat-pendapat yang ada tersebut seakan saling berbenturan dan ada yang mengatakan pencitraan Qubbatu Shakhrakh (Dome of The Rock, bangunan dengan kubah berwarna kuning) sebagai Maasjid al-Aqsha adalah konspirasi Yahudi agar umat Islam tidak mengenal Masjid al-Aqsha. Benarkah demikian?

Pendapat yang insya Allah lebih tepat adalah Masjid al-Aqsha al-Mubarak merupakan nama bagi seluruh daerah yang dipagari, yang di dalamnya terdapat Qubbatu Shakhrakh, al-Jami al-Qibli (inti dari Masjid al-Aqsha), dan Musholla al-Marwani. Di sekitarannya terdapat:
1. al-Jami al-Qibli
2. Qubbatu Shakhrakh
3. Mushalla al-Marwani
4. Tembok ratapan Yahudi

Mudah-mudahan sekarang jelas bagi kita mana yang disebut dengan Masjid al-Aqsha al-Mubarak.

[baca lanjutan]

INILAH MOZAIK

 

Al-Aqsa Menangis Lagi !!!

Jumat pagi, 14 Juli 2017, selepas shalat Subuh, suasana halaman Masjidil Aqsa dikejutkan dengan tembakan bertubi-tubi yang dikeluarkan oleh aparat keamanan Zionis Israel. Suara itu berasal dari tembakan polisi Zionis Israel ke arah pemuda-pemuda Palestina yang tengah membela kiblat pertama umat Islam. Terlihat ketiga pemuda Palestina, Muhammad Ahmad Jabbaren (29 tahun), Muhammad Hamed Jabbaren (19), dan Muhammad Ahmad Mufadhal Jabbaren (19), bersimbah darah dan sudah bernyawa lagi.

Tembakan aparat keamanan Zionis Israel ini, dilakukan karena ketiga pemuda Palestina berupaya menyerang mereka dengan pisau. Dua polisi Israel pun berjatuhan setelah ditusuk oleh ketiga pemuda tersebut. Dua polisi Israel dikabarkan meninggal dunia akibat tusukan tersebut. Hari berikutnya, Sabtu 15 Juli, dikabarkan polisi Israel ketiga dikabarkan meninggal dunia juga akibat tusukan pemuda Palestina itu.  Jadi pas, tiga lawan tiga.

Untuk mengantipasi kejadian yang lebih buruk lagi, pihak pemerintah Zionis Israel menutup kiblat pertama umat Islam itu dari jamaah shalat Jumat. Bahkan azan pun dilarang dikumandangkan dari masjid suci itu. Sesuai rencana pemerintah Zionis Israel, penutupan ini akan dilanjutkan hingga Ahad depan (23/7). Tindakan Israel ini merupakan tindakan yang paling brutal selama setengah abad ini, sejak tahun 1969 lalu.

Reaksi dunia internasional

Saat tulisan ini ditulis, penulis belum mendengar pernyataan dari pemimpin dunia Islam manapun menanggapi atas kejadian di atas. Namun yang mengejutkan adalah pernyataan Presiden Palestina Mahmud Abbas yang mengecam aksi para pemuda Palestina itu. “Saya menentang segala bentuk kekerasan di tempat ibadah, termasuk aksi penyerangan kepada polisi Israel,” jelas Abbas. Tak satupun pemimpin dunia Islam mengecam aksi penutupan Masjidil Aqsha ini. Diam membisu. Termasuk dari Indonesia.

Strategi Israel perluas tanah jajahan dan kekuasaannya

Dalam sepak terjangnya di tanah jajahan Palestina, Israel selalu menjadikan isu-isu keamanan sebagai langkah untuk menguasai atau menerapkan strateginya dalam memperluas tanah jajahannya. Dalam catatan penulis ada beberapa peristiwa keamanan yang mereka jadikan alasan untuk memperluas wilayah jajahan dan kekuasaannya. Diantarannya adalah sebagai berikut:

Peristiwa pembantaian Masjid Ibrahimi. Pagi itu, Jumat 25 Pebruari 1994, terjadi pembantaian sadis di dalam masjid Ibrahimi di Kota Hebron, selatan Tepi Barat, tempat lahirnya Nabi Ibrahim alaihis salam. 29 orang jamaah shalat gugur dan 15 lainnya luka-luka. Akibat peristiwa itu, masjid umat Islam dibagi dua, satu untuk Yahudi dan bagian kecil lagi untuk umat Islam. Masuk ke masjid pun harus melalui syarat-syarat tertentu dan waktunya pun dibatasi.

Kuburan Rahel atau Masjid Bilal bin Robah. Rahel adalah nama ibu Nabi Yusuf alaihis salam, istri dari Nabi Yaqub alaihis salam. Dalam perjalanan Nabi Yaqub ke kota Betlehem, Rahel meninggal dunia. Untuk mengenang istrinya itu, Nabi Yaqub membangun semacam monumen mengenang istrinya. Saat itu tempat itu dikenal dengan nama kuburan Rahel.

Pada masa kejayaan Islam, tempat itu diganti dengan masjid Bilal bin Robah. Karena menurut riwayat hadis, Bilal pernah mengumandangkan azan di tempat itu saat bersama Khalifah Umar bin Khatab. Pada saat meletus Intifadah Aqsa tahun 2001, masjid Bilal bin Robah ini menjadi tempat ketegangan antara Israel dengan pemuda-pemuda Palestina. Dan pada tanggal 21 Pebruari 2010, pihak pemerintah Zionis Israel memasukkan Masjid Bilal bin Robah kedalam situs mereka. Karena mereka sebagai penguasa saat sekarang ini.

Pembakaran Masjidil Aqsha. Tanggal 21 Agustus 1969 menjadi hari duka bagi kaum muslimin dengan dibakarnya masjidil Aqsa oleh orang Yahudi. Akibat kejadian itu, pihak Zionis Israel mengambil alih urusan penjagaan masjid dengan dalih untuk keamanan. Situs-situs dan tempat-tempat bersejarah yang ada di dalam Masjidil Aqsa juga mereka kuasai.

Dari tiga peristiwa bersejarah di atas, rencana Zionis Israel untuk membagi Al-Aqsa menjadi dua, satu milik Yahudi dan satu lagi milik umat Islam, akan menjadi kenyataan. Membagi waktu, dimana mereka akan memberikan hari khusus untuk orang-orang Yahudi menunaikan ritual ibadah mereka di masjid. Dan akan memberikan waktu lain kepada umat Islam untuk beribadah di dalam masjid. Itu akan menjadi kenyataan.

Dilema dunia Islam

Melihat situasi dunia Islam dewasa ini, sangat kecil mereka bisa memberikan solusi bagi Masjidil Aqsha. Mengembalikan Masjidil Aqsha ke pangkauan kaum muslimin, dan bukan ke pangkuan orang Palestina dan orang Arab saja. Karena Masjidil Aqsha adalah milik kaum muslimin di penjuru dunia. Bukan milik orang Palestina dan milik orang Arab saja. Dari catatan penulis, minimal ada tiga kendala bagi dunia Islam, khususnya di Timur Tengah, yang menghalangi umat Islam bisa berbuat sesuatu untuk Al-Aqsha, untuk saat-saat sekarang ini. Alasannya sebagai berikut:

Pertama: dunia Islam saat ini tengah sibuk dengan urusan dalam negeri mereka sendiri-sendiri. Di Timur Tengah, mereka sibuk dengan Arab Spring dan situasi pasca-Arab Spring. Suriah sibuk dengan agenda mereka sendiri. Yaman sibuk dengan perang saudara yang berkepanjangan. Libya porak poranda pasca-Khadafi. Mesir terpuruk sejak dipimpin oleh As-Sisi. Dan terbaru, boikot negara-negara Teluk, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir, atas Qatar. Di dunia Islam, khususnya Indonesia, pun nyaris sibuk dengan urusan dalam negeri sendiri. Mulai dari isu PKI hingga Perppu Ormas yang kontroversial itu. Dengan begitu, jangankan memikirkan Al-Aqsha, untuk memikirkan persoalan dalam negeri saja, sudah kuwalahan.

Kedua: persekutuan negara-negara Arab bersifat sementara dan cenderung sporadis serta parsial. Bukan berdasarkan pada persekutuan yang berdimensi jangka panjang, tidak berdasarkan pada kajian komprehensif. Sehingga sikap negara-negara Arab khususnya, cenderung disetir oleh kekuatan negara adi daya, seperti Amerika dan sekutu-sekutunya.

Ketiga: lemahnya negara-negara Islam dan Arab dalam memandang isu Palestina dan al-Aqsa. Sehingga kekuatan mereka tidak solid. Padahal isu Palestina adalah isu sentral umat Islam di dunia. Kalau negara-negara Islam dan Arab bisa menyatukan kekuatannya dalam bingkai “siapa yang menguasai kawasan Palestina, ia akan menguasai dunia”. Maka impian umat Islam untuk mengembalikan Masjidil Aqsa ke pangkuan kaum muslimin, bukanlah hayalan semata.

Lalu, berharap kepada siapa?

Tak ada kekuatan lain, setelah kekuatan Allah SWT tentunya, yang mampu mengembalikan Masjidil Aqsa ke pangkuan umat Islam, selain kekuatan sipil. Masyarakat sipil dan kekuatan rakyat lah yang akan memaksa Zionis Israel hengkang dari tanah Palestina. Segera memberikan tanah Palestina dan Masjidil Aqsa ke pangkuan umat Islam.

Ketika level pemerintah dan penguasa mentok, maka kekuatan masyarakat sipil, civil society lah menjadi harapan besar bagi rakyat dan bangsa Palestina. Mulai dari jamaah masjid, perkumpulan remaja-remaja masjid hingga LSM-LSM yang bergerak di bidang kemanusiaan Palestina. Mereka inilah yang mampu menghapus tangis Masjidil Aqsa. Agar masjid ini tidak menangis lagi…!!!#

 

Oleh: Amrozi M. Rais *)

*) Pengamat dan Pakar Timur Tengah, Peneliti Center for Middle East Studies (Comes)

REPUBLIKA

Israel Larang Pemuda Palestina Shalat Jumat di Al Aqsa

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Kepolisian Israel memberlakukan pembatasan usia dalam pelaksanaan shalat Jumat di Masjid Al Aqsa. Mereka berdalih pelarangan dilakukan sebagai tindakan pencegahan kerusuhan.

Seperti dilaporkan Maan News, Jumat (16/10), menurut aturan tersebut, hanya warga Palestina berusia 60 ke atas yang boleh melaksanaan shalat Jumat di Kompeks Masjid Al Aqsa. Untuk warga Palestina berusia dibawah 50 Tahun dilarang masuk dan melaksanakan shalat Jumat.

×Powered By CapricornusJuru Bicara polisi Israel Micky Rosenfeld mengatakan, langkah-langkah keamanan akan ditempatkan di seluruh Israel dan Yerusalem. Meski begitu, tidak ada laporan pembatasan usia untuk perempuan Palestina.

Kompleks Masjid Al-Aqsa telah menjadi tempat bentrokan selama berpekan-pekan, dengan pasukan Israel yang berulang kali menyerbu tempat suci tersebut, demi membersihkan jalan bagi pemukim Yahudi.

Pihak Palestina khawatir Israel berusaha untuk mengubah aturan yang ada di Al Aqsa, di mana orang-orang Yahudi diperbolehkan untuk berkunjung, tapi tidak untuk melakukan ritual keagamaan demi menghindari ketegangan dan provokasi.

Pada awal Oktober, polisi Israel menerapkan tindakan keras kepada warga Palestina. Setidaknya 32 warga Palestina tewas oleh pasukan Israel di Tepi Barat dan 12 orang tewas di Jalur Gaza sejak 1 Oktober

Di sisi lain, tujuh warga Israel tewas dalam periode waktu yang sama sebagai serangan balasan dari warga Palestina.

Al-Aqsa Diserang, Jokowi Jangan Diam

Satu per satu negara Muslim mengecam serangan Israel terhadap Masjid Al-Aqsa pekan ini. Turki, Mesir, Palestina, dan Yordania termasuk di antara negara awal yang secara tegas, mengutuk sikap semen-mena Israel di kiblat pertama Muslim itu.

Terakhir yang mengeluarkan pernyataan tegas yakni Arab Saudi. Raja Saudi Salman menghubungi langsung Presiden AS Barack Obama, Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri Inggris David Cameron, Presiden Prancis Francois Hollande, dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk menyatakan rasa keprihatinannya terhadap tindakan Al-Aqsa.

Salman juga meminta Dewan Keamanan Nasional untuk mengambil langkah tegas agar Israel tidak melanggar kesucian Al-Aqsa.  Sementara itu, Indonesia belum memberikan pernyataan tegas ihwal sikap semena-mena Israel. Wartawan Republika di Istana Kepresiden belum mendengar sikap Presiden Joko Widodo secara langsung tentang penyerangan tersebut.

Adapun pihak Kementerian Luar Negeri mengatakan, Pemerintah RI akan membahas masalah Al-Aqsa dalam rapat PBB.

Sekretaris Umum Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) Heri Efendi menilai, pemerintahan RI masih sangat kurang dalam memberikan tekanan agar Israel tidak semena-mena terhadap Masjid Al-Aqsa. Padahal, tentara Zionis telah melanggar hukum kemanusiaan internasional.

Mereka dengan semena-mena memasuki Masjid Al-Aqsa, dan melakukan pengrusakan terhadap situs bersejarah ini.  Karena itu, kata Heri,  tidak ada alasan bagi Indonesia, negara mayoritas Muslim terbesar di dunia untuk diam.

“Tidak ada alasan bagi pemerintah untuk tinggal diam melihat pelanggaran hukum internasional ini,” ujarnya kepada Republika.co.id, Sabtu (19/9).

Menurut Heri sebagai anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), indonesia bersama dengan negara lain bisa berdiri di depan untuk melawan pelanggaran ini. Tidak hanya sekedar mengecam tapi juga melakukan langkah nyata dalam mencegah tindakan semena-mena Israel.  “Ini merupakan kultural genosida,” katanya.

 

sumber: Republika Online