Suharto, Natsir, dan Mengenang Pemulangan Jenazah Bung Tomo dari Makkah

Rabu dini hari kemarin (31/8) tersebar kabar duka, Sulistina Sutomo (91 tahun), istri penggerak jihad di Perang Kemerdekaan 10 November 1945, Bung Tomo, wafat. Sama halnya dengan sang suami, meninggalnya almarhumah juga sama-sama persis menjelang Hari Raya Idul Adha. Bedanya, Bung Tomo wafat di Makkah, sedangkan Ibu Sulistna wafat di RS Gatot Soebroto, Jakarta.

Sulistina dimakamkan pada Rabu sore di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Ngagel, Surabaya. Pusaranya berdampingan dengan pusara sang suaminya tercinta yang memang dulu telah memilih agar dimakamkan di pemakaman umum biasa (rakyat) dari pada di Taman Makam Pahlawan.

Dan ketika mendengar kabar bahwa istri Bung Tomo wafat, ingatan melayang pada pertemuan dengan putra beliau, Bambang Sulistomo, pada sore hari menjelang terbenamnya matahari saat melakukan wukuf di Padang Arafah.

“Bapak dulu dimakamkan di sana,” kata Mas Bambang, panggilan akrab Bambang Sulistomo, sembari menunjuk ke arah sebuah tempat di dekat area Padang Arafah.

Bagi publik yang hari ini tengah menaruh perhatian pada soal haji karena dirinya atau keluarga ada yang tengah melakukan perjalanan haji ke Makkah, sosok Bung Tomo memang perlu diberi perhatian khusus.

Sebab, selain sebagai pahlawan nasional, tak banyak orang tahu bahwa Bung Tomolah satu-satunya jamaah haji asal Indonesia yang ketika meninggal jenazahnya bisa dibawa pulang ke Indonesia. Selain dia, sampai sekarang tak ada jenazah jamaah haji Indonesia yang dimakamkan di Tanah Air.

Setahun yang silam, yakni pada waktu terjadinya musibah robohnyacrane di Masjidil Haram dan terjadinya tubrukan jamaah saat melakukan lempar jumrah di Mina, di publik muncul pertanyaan: apakah ada perlakuan khusus bagi jamaah haji Indonesia yang wafat di Arab Saudi?

Jawabnya memang dipastikan: tidak ada sama sekali! Semua jamaah haji yang meninggal pasti langsung dimakamkan di sana.

Tapi, dari semua itu tentu saja ada pengecualian. Pengecualaian itu ternyata hanya terjadi pada satu orang yang mana itu adalah seorang warga negara Indonesia.

Lalu siapa orangnya? Tak lain dan tak bukan orang itu adalah penggerak perlawanan rakyat Surabaya ketika melawan penjajah Belanda yang saat itu membonceng bala tentara Inggris pada masa perang kemerdekaan, yakni Bung Tomo!

Nama tokoh satu ini selalu disebut ketika peringatan Hari Pahlawan. Pidatonya yang menggelegar dengan berulang kali memekikkan takbir kini sudah diunggah ratusan ribu kali ke Youtube.

Di akhir pidato yang lantang bergelora, Bung Tomo melalui corong RRI Surabaya menjelang 10 November 1945 dengan suara lantang menegaskan: ”Dengarlah ini jawaban kita rakyat Surabaya … Selama banteng-banteng Indonesia masih memiliki darah merah yang dapat membahasi kain putih, merah dan putih, maka selama itu tidak kita tidak akan menyerah kepada siapa pun. Merdeka atau mati. Allahuakbar … Allahuakbar … Allahuakbar …!”

Nah, ketika sedang mengenangkan sosok Bung Tomo, tiba-tiba melintas di dekat kami sesosok pria mungil berkulit kuning langsat, Bambang Sulistomo. Dia mantan aktivis gerakan mahasiswa. Sewaktu zaman Malari tahun 1974, dia dimasukkan ke dalam bui oleh rezim Soeharto bersama para mahasiswa yang saat itu menentang masuknya modal asing asal Jepang. Yang cukup istimewa, Mas Tom adalah putra Bung Tomo yang legendaris itu.

”Makam aslinya Bapak berada di belakang rumah sakit di dekat Arafah. Setelah dipulangkan ke Tanah Air, Bapak dimakamkan kembali di sebuah permakaman umum di Surabaya. Bapak meninggal pada 7 Oktober 1981 di usia 61 tahun,” lanjut Bambang ketika menceritakan kenangannya tentang posisi makam sang ayah.

Menurut dia, beberapa saat setelah tersebar kabar bahwa Bung Tomo wafat saat menjalankan ibadah haji, pada saat itu pula kabar tentang kencangnya tarik ulur usaha pemulangan jenazah Bung Tomo sangat seru di media massa. Media massa sepertiMajalah Panji Masyarakat dan Harian Pelita selalu memberitakannya setiap kali terbit.

Adanya tarik ulur terhadap proses pemulangan jenazah tersebut menjadi menarik karena saat itu Bung Tomo terkenal sebagai sosok yang sangat kritis terhadap kebijakan rezim Orde Baru. Beberapa tahun sebelum wafat, pada 11 April 1978, ia sempat ditangkap dan dipenjara karena menyatakan kebijakan Presiden Soeharto melenceng. Garis politik Bung Tomo saat itu searah dengan sikap para tokoh senior pendiri Republik Indonesia yang beberapa tahun setelah dia meninggal kemudian mendirikan Kelompok Petisi 50.

”Bapak wafat ketika tengah berhaji. Sebelum wafat, dia mengeluh sesak napas” lanjut Bambang kembali.

Dia kemudian menuturkan, setelah media massa memberitakannya, ternyata faktanya kemudian sama sekali tak disangkanya. Presiden Suharto ternyata berperan besar sehingga jenazah bisa dipulangkan ke Tanah Air.
Seingat Bambang, kala itu Presiden Suharto memerintahkan para petinggi negara untuk mengusahakan pemulangan jenazah Bung Tomo.

”Seingat saya, Pak Moerdiono dan Pejabat Sekretaris Militer Presiden Syaukat Banjaransari, sangat banyak membantu. Tentu saja ada peran yang sangat besar dari Pak Natsir selaku ketua Rabithah Al-Islami,” kata Bambang.

Benar saja, setelah melalui proses berliku, jenazah Bung Tomo baru bisa dipulangkan delapan bulan kemudian. Saat itu makam pun dibongkar. Autopsi jenazah untuk memastikan bahwa itu jenazah Bung Tomo dipimpin oleh ahli forensik Muin Idris.

”Saya yakin itu jenazah Ayah karena di bagian muka dekat hidungnya saat itu masih bisa dilihat adanya tahi lalat. Nah, proses autopsi usai, jenazah dibawa pulang. Semula akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, tapi kami menolak karena ayah sudah berwasiat agar bila meninggal dimakamkan di pekuburan biasa saja,” tutur Bambang.

bung-tomo-_151111162350-238Dan, terkait soal pemulangan jenazah ini, seorang keponakan pegawai Bea Cukai yang saat itu turut mengawal kepulangan jenazah Bung Tomo menceritakan bahwa sang pamannya selama mengawal jenazah dalam perjalanan Jeddah ke Jakarta tak berani menyentuh makanan dan minuman yang diberikan awak pesawat. Alasannya, ia takut diracuni karena Bung Tomo waktu itu disebut sebagai tokoh utama oposisi melawan Pak Harto.

Ketika cerita ini dikonfirmasi, Mas Tom hanya mengangguk dan tersenyum. ”Ya, itulah Bapak,” ujarnya pendek.

Setelah berkata itu, Mas Tom kemudian memandangi perbukitan yang mengelilingi Arafah. Mungkin dia tengah mengenang saat kesibukannya mengurus pemulangan jenazah ayahanda tercinta yang saat itu wafat dan dimakamkan di dekat Arafah.

Akhirnya, untuk Bung Tomo dan istrinya, Sulistina Sutomo: “Allahummaghfirlahum warhamhum. 

 

sumber: Republika Online

Tips Siasati Cuaca Panas di Armina

Suhu udara di Makkah, Arab Saudi, terus merangkak naik hingga 43 derajat celcius pada Sabtu (27/8). Jamaah haji Indonesia diminta untuk pandai-pandai menyiasati situasi tersebut terutama saat menjalani prosesi Armina yang kurang lebih tinggal dua pekan lagi.

Ada beberapa tips yang bisa dilakukan oleh jamaah untuk mengantisipasi potensi cuaca ekstrem saat menjalani prosesi Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). Berikut beberapa tips yang diberikan oleh Kepala Bidang Perlindungan Jamaah yang juga Kepala Satuan Operasional Armina, Jaetul Muchlis, Sabtu (27/8).

Pertama, saat berada di padang pasir Arafah, jamaah diharapkan membatasi pergerakan terutama pada siang hari. “Jamaah di Arafah diharapkan tetap tinggal di tendanya masing-masing. Jamaah jangan melaksanakan kegiatan di siang hari,” pesan Jaetul Muchlis.

Menurut Jaetul, petugas akan ditempatkan melekat dengan jamaah di setiap Maktab. Hal tersebut untuk mengantisipasi bahaya kebakaran.Kedua, tips saat jamaah berada di Muzdalifah untuk mengambil batu kerikil untuk lempar jumrah. Jaetul mengatakan pihak muassasah akan menyiapkan karpet dan oksigen di sekitar toilet.

“Untuk mengurangi pergerakan jamaah, maka batu kerikil di Muzdalifah akan dikonsentarsikan mengelilingi toilet,” kata dia.  Jadi, jamaah terkonsentrasi pada satu titik untuk bisa melakukan dua hal sekaligus yakni kebutuhan toilet dan mencari batu kerikil.

Tips ketiga, saat berada di Mina, jamaah diharapkan memperhatikan jadwal keberangkatan. Ini terutama jamaah yang menempati tenda di Mina Jadid. Pada tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah Indonesia yang menempati tenda di Mina Jadid tersebut diminta untuk tidak bergerak ke Jamarat sebelum pukul 12 siang. Sebab, kata Jaetul, saat itu sedang berlangsung pergerakan jamaah dari Muzdalifah menuju Mina melalui  jalur taraddudi (shuttle bus).

“Mina Jadid menjadi perlintasan bus taraddudi sehingga ada potensi kerawanan jika sebelum jam 12 jamaah ikut geser dari Mina Jadid,” katanya.  Pergerakan jamaah dari Mina Jadid pun dikhawatirkan akan mengganggu pergerakan bus taraddudi sehingga berpotensi menimbulkan kemacetan.

Tips Menyantap Katering Armina

Puncak ibadah haji atau prosesi Armina (Arafah Muzdalifa Mina) tinggal beberapa hari lagi. Di Armina nanti, jamaah haji Indonesia akan mendapat tiga kali makan dalam sehari selama lima hari.

Kabid Katering PPIH Arab Saudi, Elmiati Masyhuri, mengatakan menu yang diberikan kepada jamaah haji Indonesia sebenarnya menu yang tahan basi. Namun demikian, ada beberapa tips yang perlu diperhatikan guna mengantisipasi makanan tersebut menjadi basi.

Pertama, makanan masih boleh dimakan maksimal dua jam setelah diterima jamaah. ‘’Setelah dua jam sejak diterima jamaah itu tidak boleh dimakan lagi,’’ kata Elmiati di Aljaidi, Makkah, Ahad (28/8). Kedua, makanan harus segera dihabiskan jika sudah dibuka. Kalau sudah dibuka lalu ditutup kembali, itu kemungkinan rawan basi.

Menu yang dibuat memang menu-menu yang tahan basi. Tapi, proses persiapan bahan bakunya sudah dilakukan tiga atau empat jam sebelum masak. ’’Jadi kita khawatirkan kalau makanan yang kita sudah terima itu tidak dimakan, dikhawatirkan cepat basi,’’ katanya.

 

 

sumber: Republika Online

Kisah Gantungan Baju di Pemondokan Jamaah Haji

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH — Menyesuaikan diri di tempat baru bukan pekerjaan mudah, acap kali kebiasaan lama tak bisa dengan mudah ditanggalkan karena sudah terbilang mendarah daging.

Tak peduli jarak terbentang antar kampung halaman dengan kota suci Mekkah, banyak jamaah haji Indonesia yang masih membawa kebiasaan lamanya di Tanah Air.

Bicara tentang kebiasaan di Tanah Air, Ahad (28/8) siang waktu Arab Saudi, para petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja Mekkah dibuat terkejut saat mendapat laporan salah satu sprinkler atau mesin penyemprot air yang menyertai detektor asap menyala di salah satu pemondokan di Sektor Empat.

Belajar dari pengalaman lalu saat sebuah kamar di salah satu pemondokan terbakar, para petugas kemudian langsung menuju lokasi laporan terjadinya peristiwa itu yaitu lantai empat Hotel Holiday Inn untuk mengamankan jamaah.

“Setelah dicek hanya satu kamar tapi karena berputar lama maka airnya mengalir ke mana-mana, ke dua kamar di sebelahnya dan lorong di jalan,” ungkap Kepala Daerah Kerja Mekkah Arsyad Hidayat.

Menurut Arsyad, mulanya semua mengkhawatirkan terjadinya kebakaran namun ternyata setelah dicek sama sekali tidak ada asap di kamar itu. “Sprinkler” itu ditengarai menyala karena seorang nenek jamaah asal Bogor menggunakannya untuk membuat tali jemuran guna menggantungkan baju.

“Awalnya saya tidak percaya tapi menurut jamaah yang tinggal di sekitar, nenek ini memanjat dengan menggunakan tas. Dia juga tidak tahu, dan kaget ketika air keluar,” katanya.

Akibat ulah si nenek, sejumlah jamaah harus dievakuasi karena butuh waktu untuk mengeringkan kamar. “Kebetulan kamar di lantai atas masih kosong karena jamaah kloter berikutnya belum tiba,” katanya. Namun terlepas dari itu semua, Arsyad mengingatkan agar jamaah tidak melakukan sesuatu yang tidak pada tempatnya karena dapat merugikan banyak orang.

Kualitas pemondokan jamaah yang setara dengan hotel bintang tiga membuat sejumlah kamar dilengkapi dengan piranti yang moderen, salah satunya adalah detektor asap yang sangat sensitif.

Dilaporkan masih banyak jamaah yang merokok di dalam kamar sehingga alarm kebakaran juga sering berbunyi yang mengejutkan seluruh jamaah karena harus dilakukan evakuasi untuk pemeriksaan.

‘Praktik Haji Melalui Filipina Sudah Bertahun-tahun’

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG — Kadiv Humas Kepolisian Republik Indonesia Irjen Pol Boy Rafli Amar menyatakan, praktik pemberangkatan jamaah calon haji Indonesia melalui Filipina sudah lama terjadi beberapa tahun.

“Memang hal ini sudah berjalan, namun berdasarkan informasi yang kami himpun jumlahnya belum sebanyak (sekarang) ini,” kata Boy Rafli Amar di Padang, Senin (29/8).

Menurut dia saat ini tim yang diturunkan tengah mengumpulkan barang bukti baik yang ada di Manila maupun i Indonesia. Saat ini sudah ada 20 orang yang diperiksa terkait perkara ini. “Kemungkinan dalam dua hari ini akan diketahui siapa tersangka yang terlibat dalam pemberangkatan ini,” sebut dia.

Selain itu, pihak Filipina juga meminta waktu kepada kepolisian Indonesia untuk melakukan penyidikan terhadap pengadaan paspor palsu negara mereka. “Jadi saat ini kita juga memberikan mereka waktu untuk mengungkap hal tersebut, yang penting saat ini kita berupaya memulangkan 177 WNI dengan cara deportasi ke Indonesia, ” kata dia.

Menurut dia saat ini calon jamaah haji tersebut ditempatkan di KBRI Indonesia di Manila. Mengenai pemulangan mereka perlu dikoordinasikan dengan Kementerian Luar Negeri Filipina. “Hingga saat ini kami belum mengetahui kapan pemulangan 177 orang tersebut, namun kami tetap berusaha untuk memulangkan mereka,” kata Irjen Polisi Boy.

Selain itu, pihaknya masih melakukan penyidikan termasuk warga negara asing yang menjadi perantara untuk pemberangkatan tersebut. “Kami juga melakukan penyidikan apakah 177 calon jamaah ini sebagai korban penipuan atau ikut serta dalam perbuatan melawan hukum,” kata dia.

Usai Larangan Dua Tahun, Muslim Guinea Akhirnya Bisa Ibadah Haji Lagi

Umat Islam tampak berdesakan di luar Islamic Centre di Conakry. Mereka merupakan calon jamaah haji yang berasal dari seluruh penjuru Guinea, dan hendak mendaftar untuk menunaikan ibadah haji September nanti.

Dilansir dari Economist, Selasa (30/8), terdapat 7.200 tempat yang telah diberikan pemerintah Arab Saudi, untuk umat Islam Guinea melaksanakan ibadah haji tahun ini. Ini baru bisa terjadi setelah selama dua tahun, umat Islam Guinea dilarang mengambil bagian dalam ibadah haji karena virus Ebola.

Pemerintah Arab Saudi baru saja mencabut larangan tersebut Juni lalu, sehingga Guinea memiliki sedikit waktu untuk persiapan. “Beberapa dari mereka yang mengajukan diri tidak dapat membaca atau menulis, dan saat datang mereka tidak membawa dokumen lengkap,” kata Oumar Diallo, seorang wartawan lokal.

Islamic Centre di Conakry dibanjiri pelamar yang tidak sabar, serta memenuhi setiap kursi dan inci ruangan terutama kantor paspor. Bahkan, mereka rela menunggu berhari-hari sampai dokumen pengajuan mereka dilihat, mengingat petugas yang kewalahan melakukan pengecekan terhadap banyaknya dokumen.

Dengan rata-rata pendapatan per kapita 1.80 dolar per hari, umat Islam Guinea harus merogoh kocek sebesar 4.470 dolar untuk setiap paket haji, mencakup penerbangan, hotel, makanan, vaksin dan visa. Hal ini menjadi semakin sulit setelah wabah virus Ebola, merusak sebagian besar mata pencarian banyak orang.

Salah seorang calon jamaah haji yang mengajukan lamaran, Mariama Conte, mengaku telah berencana untuk pergi haji sejak memulai bisnis pakaian pada 1984.

Ia mengungkapkan sulitnya menabung sedikit demi sedikit, terutama saat virus Ebola melanda Guinea ia kerap tidak menghasilkan uang sepeserpun karena gagal menjual apa-apa. “Tahun ini Allah memanggil saya ke Makkah,” ungkap COnte bahagia.

Guinea menduduki peringkat bawah indeks pembangunan manusia versi PBB, dengan angka 182 dari 188 akibat korupsi, kemiskinan dan penyakit endemik. Meski begitu, harapan kembali hadir kepada umat Islam di Guinea, untuk mereka dapat kembali melaksanakan ibadah haji yang telah diidam-idamkan.

“Ini tidak mudah, tapi berkat karunia Allah kita akan mengatasi segala kesulitan,” kata Wakil Menteri Urusan Agama Guiena, Karamo Diawara.

 

 

sumber: Republika Online

177 Calon Jamaah Haji Dalam Keadaan Baik dan Tunggu Verifikasi di KBRI Manila

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Luar Negeri menyampaikan 177 WNI calon jamaah haji yang ditahan di Filipina karena masalah paspor telah dipindahkan ke Kedutaan Besar RI di Manila untuk menunggu proses verifikasi.

“Secara umum semuanya dalam keadaan baik dan sudah di KBRI. Jadi dalam pantauan kita,” kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kemlu Lalu Muhammad Iqbal melalui pesan singkat yang diterima di Jakarta, Senin.

Sebelumnya, ke-177 WNI tersebut harus menunggu proses verifikasi di rumah detensi imigrasi Filipina yang kondisinya kurang nyaman karena ruangan terbatas dan pihak KBRI tidak leluasa memberikan bantuan yang diperlukan.

Menurut Iqbal, otoritas imigrasi Filipina bersama pihak KBRI telah melakukan verifikasi kewarganegaraan ke-177 calhaj tersebut dan selanjutnya akan dilakukan verifikasi kasus hukum oleh jaksa penuntut umum.

Iqbal menambahkan pihak Kemlu terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait, seperti Kementerian Agama, Kementerian Hukum dan HAM, dan Polri untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Pihak kemlu telah meminta kepada pemerintah Filipina untuk memposisikan ke-177 calhaj tersebut sebagai korban penipuan yang terorganisasi. Ke-177 WNI tersebut ditahan di Bandara Manila, Filipina, pada 21 Agustus lalu setelah pihak imigrasi Filipina menemukan bahwa visa yang mereka gunakan palsu.

Berhaji Di Usia Muda, Andi Rahmat Ingin Berubah dan Doakan Orang Tua

Namanya Andi Rahmat. Remaja kelahiran Makassar tahun 1998 ini menjadi salah satu jemaah Indonesia termuda pada musim haji tahun ini. Dia tergabung dalam kloter 7 Embarkasi Makassar yang diisi oleh masyarakat Maluku Utara.

Lahir di Makassar, Andi besar di Halmahera Utara. Lulus SMA, Andi memilih untuk membantu orang tua berdagang di sana. Mendaftar pada tahun 2011, Andi tahun ini diberi kesempatan memenuhi panggilan Allah menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.

“Naik haji karena dibiayai orang tua. Karena orang tua sudah janji waktu masih kecil untuk memberangkatkan Andi berhaji,” katanya saat ditemui tim Media Center Haji (MCH) Daker Makkah di Pemondokan 102 Mahbas Jin, Makkah, Sabtu (27/08).

Andi Rahmat masih mengenakan kain ihram, saat tim MCH menemuinya di lantai 11 Hotel Safwat Al Bait 1. Dia bersama rombongannya baru saja tiba dari Madinah, setelah menyelesaikan ibadah Arbain di Masjid Nabawi. Meski berhaji karena dibiayai orang tua, namun Andi mengaku tidak akan melewatkan kesempatan itu untuk mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik.

“Teman-teman saya bilang, mudah-mudahan kamu berubah dari sana. Dan saya memang mempunyai niat untuk berubah,” kata Andi menegaskan komitmennya untuk menjadi lebih baik lagi. Komitmen ini menemukan momentumnya karena Andi akan berulang tahun ke-18 persis saat puncak haji, Wukuf di Arafah, 10 September mendatang.

Sebagai anak remaja, Andi mengaku kalau dunianya saat ini adalah dunia bermain dan mencari tantangan bersama teman-teman. Namun demikian, Andi memiliki caranya tersendiri. “Sambil bergaul, menjalankan ibadah juga,” katanya sembari mengatakan kalau teman-temanya juga minta untuk didoakan. Spesial, salah satu teman wanitanya menitip doa agar bisa lolos seleksi menjadi Polwan.

Anak sulung dari empat bersaudara ini mengaku tidak memiliki persiapan khusus saat akan berangkat haji. Namun, diakuinya bahwa pengalaman berumrah pada tahun 2014 memberi wawasan dasar tentang apa yang harus dia lakukan saat beribadah haji. “Saya pernah umrah pada tahun 2014, sekeluarga. Sudah tahu manasik haji,” katanya.

Ditanya soal makna haji, Andi polos menjawab kalau itu adalah memenuhi panggilan Allah. Angannya melayang oleh rasa bahagia setibanya di Makkah Al-Mukarramah. “Pertama kali tiba, rasanya senang dan bahagia karena masih muda sudah mendapat kesempatan ke sini,” tuturnya.

Di Baitullah, Andi ingin melangitkan harapan semoga orang tuanya senantiasa diberi kesehat, banyak rezeki, dan terhindar dari masalah.
Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) UPG 07 Mahmud Zul Kirom M Khoiruddin, mengaku tidak repot mendampingi Andi yang berangkat sendiri di usianya yang masih remaja. Menurutnya, anak muda cenderung bisa mengikuti manasik dan kuat secara fisik. Mahmud justru mengkhawatirkan anggota rombongannya yang lansia karena harus didampingi dengan ekstra pengawasan.

“Kalau yang muda, dari sisi bimbingan manasik bisa mereka pahami. Dari sisi kemampuan fisik, mereka juga istithaah secara jasmani dan rahani sehingga lebih mudah untuk diarahkan,” tuturnya.

“Kalau jamaah lansia, lebih riskan sehingg pola pembinaannya juga butuh ektra pengawasan, tida hanya pada masalah ibadah, tapi termasuk juga pengawasan tim kesehatan,” tambahnya.

Namun demikian, Mahmud mengaku kagum dengan semangat jemaah lansia dalam berbadah. Menurutnya, hal itu dimungkinkan karena proses panjang yang harus mereka alami dalam mewujudkan cita-cita memenuhi panggilan Allah, berhaji di Tanah Suci. (mkd/mkd)

 

sumber: Kemenag RI

Dekatkan Layanan ke Jemaah, PPIH Rilis Call Center dan WA Center

Melayani jemaah menjadi komitmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. Untuk lebih mendekatkan jemaah dalam mengakses layanan petugas maupun memberikan saran, masukan, dan aduan, PPIH merilis call center dan Whatsapp/SMS Center.

Dengan mengusung motto “Kami Ada Untuk Melayani Jemaah”, PPIH Arab Saudi siap menerima aduan selama 24 jam melalui callcenter di nomor 9200 1 3210, serta Whatsapp/SMS Center di nomor 0503 5000 17.

“Ini merupakan bagan dari mata rantai upaya kita untuk mendekatkan jemaah kepada para petugas dan untuk mengumpulkan pengaduan. Kita ada sms center, wa center dan call center,” terang Ketua PPIH Ahmad Dumyati Basori saat dihubungi t(MCH) Daker Makkah, Sabtu (27/08).

Agar bisa diketahui secara luas, pria yang akrab disapa Dumyati ini mengaku kalau saat Ini pihaknya sedang fokus pada sosialisasi secara massif. Harapannya, keberadaan call center serta Whatsapp/SMS Center bisa segera dipahami jemaah haji dan keluarganya serta dimanfaatkan oleh mereka sebagai sarana menyampaikan aduan, saran dan masukan.

Sampai saat ini, lanjut Dumyati, pengaduan yang masuk belum terlalu banyak, baru sekitar 100 aduan, baik melalui sms/wa center, call center, dan ada juga yang melalui bravo (sarana komunikasi sejenis HT yang digunakan oleh tim PPIH). “Harapan kita akan jauh lebih banyak setelah kita siapkan call center. Kita telah siapkan tenaga untuk mendata. Tapi kenyataannya masih sedikit pengaduan yang masuk. Apakah karena tidak ada persoalan yang dihadapi jamaah atau karena jemaah tidak memahami nomor ini,” ujarnya.

Ke depan, Dumyati akan menggalakkan sosialiasi keberadaan layanan saluran pengaduan masalah haji ini, baik melaui banner, leaflet, dan lannya. Sosialisasi juga dilakukan secara langsung kepada masing-masing ketua kloter, ketua rombongan, dan ketua regu agar secara berkesinambungan ikut menosilasasikan kepada jamaah. “Sehingga ketika jemaah menghadapi persoalan, mereka bisa segera mengadukannya melalui media yang kita miliki,” katanya.

Ahmad Dumyati juga memastikan bahwa setiap aduan yang masuk akan segera ditindaklanjuti oleh tim media center yang telah ditunjuk di Kantor Urusan Haji (KUH) Jeddah. Jika ada aduan yang tidak bisa diselesaikan, tim media center akan mengirimnya kepada Ketua PPIH untuk diteruskan kepada masing-masing penanggung jawab yang relevan dengan masalah dalam aduan. (mkd/mkd)

 

Sumber: Kemenag RI

Jangan Malu Bawa Air Mineral

Mantan Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Agama (Kemenag) RI, Rudi Subiyantoro mengingatkan para petugas dan jamaah haji agar mengantisipasi suhu panas di Arab Saudi. Sebab, suhu di Makkah dan Madinah pada musim haji diperkirakan di atas 40 derajat Celcius.

“Jadi, jangan malu bawa air. Kalau tidak banyak minum bisa jadi masalah,” kata Rudi.
Ia menjelaskan, kekurangan air selama berada di Tanah Suci akan berpengaruh pada stamina tubuh. Berdasarkan pengalaman pribadi berhaji pada 1990-an dan 2000, Rudi menuturkan, suhu panas bisa mengakibatkan keluarnya serbuk garam di wajah berbarengan dengan keringat.
“Nah, ini suhunya nanti bisa mendekati 50 derajat Celcius. Penguapannya luar biasa, jadi jangan disepelekan,” ujar dia.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan Chairul R Nasution mengatakan, sebagian besar calon haji Indonesia memiliki risiko kesehatan yang cukup tinggi.
Berdasarkan data kesehatan jamaah haji, setidaknya ada 10 diagnosis penyakit yang paling banyak diderita jamaah, antara lain yang berkaitan dengan darah tinggi, diabetes, dan kelainan lemak darah.
Sehingga, Chairul mengingatkan, para jamaah haji menjaga kondisi tubuh. Jangan sampai mengalami dehidrasi pada cuaca yang sangat panas.

“Kondisi panas dan kelembapan rendah bisa menyebabkan dehidrasi karena banyak di antara mereka (jamaah) tidak merasa panas, tetapi sudah terjadi dehidrasi luar biasa,” jelasnya.

 

 

sumber:Republika Online