AYAH, coba lihat, rumah Rafi Ahmad besar sekali, kapan ya ayah kita punya rumah seperti itu? Pertanyaan yang mungkin juga pernah sahabatku dapatkan dari istri (atau anggota keluarga lainnya) yang merasa takjub atas sebuah kemegahan yang diperlihatkan di layar kaca. Memang sudah menjadi tabiat dasar manusia yang sangat merindukan kesenangan dan kebahagiaan, di mana kebahagiaan dan kesenangan tersebut senantiasa diindikasikan dengan kepemilikan harta benda yang melimpah ruah.
Ketika kita mengetahui sifat dasar manusia ini, sebaiknya kita dapat mengarahkan kepada jawaban yang lebih bijak lagi bernilai ketuhanan. Jawab saja, “Kita akan memiliki rumah yang jauh lebih megah dari itu, dan kita akan memiliki harta yang jauh lebih banyak dari yang dimiliki oleh siapa pun kelak di SURGA”. Seyogyanya jawaban dilontarkan sebijak mungkin, dengan sebuah jawaban yang bernilai ketuhanan, ketika istri merasa takjub dengan keindahan dan kemegahan dunia. Karena perlu dipahami, Allah Ta’ala pernah mengingatkan kita bahwa bermegah-megahan di dunia telah melalaikan manusia (di dalam QS. At Takatsur).
Oleh karenanya, ketika ia mulai terpukau dengan kemegahan dunia yang melalaikan, ingatkanlah ia dengan kemegahan surga yang abadi lagi penuh kesenangan di dalamnya, melebihi berbagai kesenangan yang ada di dunia. Bacakan kepada istri kita dalil naqli berikut ini:
“Aku telah persiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh kenikmatan yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terdetik di hati manusia.”Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kalau mahu, silakan kamu membaca: “Tidak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka. (QS As Sajdah ayat 17)” (HR. Bukhari)
“..Dan bersegeralah kamu kepada keampunan dari tuhanmu dan surga yang luasnya antara langit dan bumi, telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS Ali Imran ayat 133)
“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga Adn. Dan keridaan Allah adalah lebih besar, itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS At-Taubah ayat 72)
Dari Abi Hurairah radhiallahu ‘anhu : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berfirman Allah Ta’ala: Aku sediakan kepada hamba-hambaku yang saleh; apa yang tidak pernah dilihat oleh mata,tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam fikiran serta hati manusia” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Turun dari Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Fushshilat ayat 31)
“Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” (QS. Az Zukhruf ayat 71)
Kiranya beberapa dalil naqli di atas akan mampu mengarahkan motivasi keduniaan dengan motivasi ketuhanan, di mana kepada Allah Ta’ala tempat kembali yang baik. Setelah kita membacakan dalil mengenai kenikmatan surga, bacakan pula kepada istri kita mengenai cara menuju surga yang telah Allah Ta’ala sampaikan di dalam Firman Nya (QS. Al Mukminun ayat 1-11) yang berbunyi:
1. Sungguh beruntung orang-orang yang beriman
2. (yaitu) orang yang khusyu’ dalam salatnya,
3. dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna,
4. dan orang yang menunaikan zakat.
5. dan orang yang memelihara kemaluannya.
6. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak terceIa.
7. Tetapi barang siapa mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas
8. dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya,
9. serta orang yang memelihara salatnya.
10. Mereka itulah orang yang akan mewarisi,
11. (yakni) yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya
Wahai sahabat ku yang semoga dirahmati Allah Ta’ala, jadilah imam yang baik dengan menjaga diri dan keluarga kita dari api neraka, jadilah imam yang baik yang membawa keluarga menuju surga, jadilah imam yang baik dengan menghiasi diri dan keluarga dengan nilai-nilai ketuhanan, jadilah imam yang baik dengan membawa visi akhirat dalam kehidupan berkeluarga. Semoga kelak kita dipertemukan di surga wahai sahabat ku, tentunya dengan harapan diiringi oleh keluarga kita. Insya Allah.
[Oleh Maulana Ishak, S.Pi alumni MSP IPB angkatan 43, Relationship Management Rumah Zakat, Ex Staff Khusus Prof. Dr. Ir. H. Rokhmin Dahuri, MS]