Sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad bin Abdullah mengalami mimpi yang menjadi nyata. Setelah beberapa kali mimpi, ia memiliki kebiasaan baru, menyendiri di Gua Hira. Di saat itulah ada yang menyerunya dengan perintah, “Iqra!” (bacalah!). Ia menjawab, “Aku tak bisa membaca”. Nabi ﷺ mengatakan, “Kemudian ia mendekapku, hingga aku merasa sesak. Barulah ia melepaskanku. Ia kembali memerintah, ‘Bacalah!’. ‘Aku tak bisa membaca’, jawabku. Ia mendekapku untuk yang kedua kali hingga aku merasa sesak. Lalu ia melepaskanku. Dan berkata, ‘Bacalah!’ ‘Aku tak bisa membaca’ jawabku. Ia pun mendekapku untuk kali ketiga. Kemudian melepaskanku dan mengatakan,
{اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ} [العلق: 1-5]
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS:Al-‘Alaq | Ayat: 1-5). (Riwayat al-Bukhari Bab Kaifa Kana Bad’ul Wahyi Ila Rasululillah shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Mentadabburi 5 Ayat Surat al-Alaq
Wahyu pertama ini layak menjadi renungan dan dikaji maknanya. Terlebih kata pertama dari ayat ini. Sebuah kata yang mendapat penekanan, dan yang pertama menghujam di hati Rasulullah ﷺ. Allah ﷻ memilih kata ini dalam bentuk motivasi pada satu hal, yaitu ilmu. Dan Dia memilih satu metode kajian ilmu, yaitu membaca. Metode belajar Rabbani.
Alquran terdiri dari 77.000 kata lebih. Dari sejumlah kata tersebut, Allah ﷻ pilih kalimat “Iqra” (bacalah!) menjadi kalimat pertama yang diturunkan. Padahal di dalam Alquran terdapat ribuan kalimat perintah. Seperti:
- {أَقِمِ الصَّلاَةَ} [هود: 114] (tegakkanlah shalat),
- {آتُوا الزَّكَاةَ} [البقرة: 43] (tunaikanlah zakat),
- {وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ} [البقرة: 218] (berjihadlah di jalan Allah),
- {وَأْمُرْ بِالمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ المُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ} [لقمان: 17] suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
- {أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ} [البقرة: 254](sedekahkanlah sebagian dari apa yang kami rezekikan kepada kalian). Dll.
Dari sekian banyak kalimat, Allah pilih “Iqra” sebagai kalimat pertama yang Dia turunkan. Padahal Rasulullah ﷺ tidak bisa baca dan tulis. Keisitmewaan figur beliau adalah berhias dengan akhlak yang mulia. Jika Allah menghendaki, Rasulullah ﷺ bisa menyampaikan wahyu pertamanya tentang contoh-contoh akhlak mulia yang beliau miliki. Bukan malah sesuatu yang tak beliau mampui. Hal ini mengindikasikan bahwa permulaan membangun umat ini adalah dengan ilmu. Dan salah satu metode yang dituntunkan oleh Rabb kita untuk memperoleh ilmu adalah dengan membaca.
Di 5 ayat pertama, Allah menyebut kata ilmu (dengan perubahan tashrifnya) sebanyak 3 kali. Dan kata pena –alat tulis- sebanyak 1 kali. Menunjukkan betapa pentingnya ilmu dan membaca dalam kehidupan umat Islam.
Membaca adalah sesuatu yang diridhai Allah. Tentu bacaan yang baik dan bermanfaat. Bukan bacaan yang rendah, tidak bermanfaat, lagi menyimpang dari agama yang lurus.
Pada ayat ini juga disebutkan tentang sifat Allah ﷻ. Sebuah sifat yang tidak dimiliki oleh Tuhan-Tuhan masyarakat jahiliyah. Yaitu sifat al-Khalqu, mencipta. Tujuannya agar Rasulullah ﷺ tidak dikait-kaitkan dengan apa yang beliau saksikan di masyarakat jahiliyah.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.” (QS:Al-‘Alaq | Ayat: 1).
Dan Rasulullah ﷺ menyendiri di Gua Hira merenungi penciptaan alam semesta dan tentang pecinptanya. Kemudian Allah mengutus Malaikat Jibril. Berbicara tentang Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Yang menciptakan segala sesuatu.
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (QS:Az-Zumar | Ayat: 62).
Iqra, Wahyu Yang Pertama Kali Turun
Sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad bin Abdullah mengalami mimpi yang menjadi nyata. Setelah beberapa kali mimpi, ia memiliki kebiasaan baru, menyendiri di Gua Hira. Di saat itulah ada yang menyerunya dengan perintah, “Iqra!” (bacalah!). Ia menjawab, “Aku tak bisa membaca”. Nabi ﷺ mengatakan, “Kemudian ia mendekapku, hingga aku merasa sesak. Barulah ia melepaskanku. Ia kembali memerintah, ‘Bacalah!’. ‘Aku tak bisa membaca’, jawabku. Ia mendekapku untuk yang kedua kali hingga aku merasa sesak. Lalu ia melepaskanku. Dan berkata, ‘Bacalah!’ ‘Aku tak bisa membaca’ jawabku. Ia pun mendekapku untuk kali ketiga. Kemudian melepaskanku dan mengatakan,
{اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ} [العلق: 1-5]
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS:Al-‘Alaq | Ayat: 1-5). (Riwayat al-Bukhari Bab Kaifa Kana Bad’ul Wahyi Ila Rasululillah shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Mentadabburi 5 Ayat Surat al-Alaq
Wahyu pertama ini layak menjadi renungan dan dikaji maknanya. Terlebih kata pertama dari ayat ini. Sebuah kata yang mendapat penekanan, dan yang pertama menghujam di hati Rasulullah ﷺ. Allah ﷻ memilih kata ini dalam bentuk motivasi pada satu hal, yaitu ilmu. Dan Dia memilih satu metode kajian ilmu, yaitu membaca. Metode belajar Rabbani.
Alquran terdiri dari 77.000 kata lebih. Dari sejumlah kata tersebut, Allah ﷻ pilih kalimat “Iqra” (bacalah!) menjadi kalimat pertama yang diturunkan. Padahal di dalam Alquran terdapat ribuan kalimat perintah. Seperti:
- {أَقِمِ الصَّلاَةَ} [هود: 114] (tegakkanlah shalat),
- {آتُوا الزَّكَاةَ} [البقرة: 43] (tunaikanlah zakat),
- {وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ} [البقرة: 218] (berjihadlah di jalan Allah),
- {وَأْمُرْ بِالمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ المُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ} [لقمان: 17] suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
- {أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ} [البقرة: 254](sedekahkanlah sebagian dari apa yang kami rezekikan kepada kalian). Dll.
Dari sekian banyak kalimat, Allah pilih “Iqra” sebagai kalimat pertama yang Dia turunkan. Padahal Rasulullah ﷺ tidak bisa baca dan tulis. Keisitmewaan figur beliau adalah berhias dengan akhlak yang mulia. Jika Allah menghendaki, Rasulullah ﷺ bisa menyampaikan wahyu pertamanya tentang contoh-contoh akhlak mulia yang beliau miliki. Bukan malah sesuatu yang tak beliau mampui. Hal ini mengindikasikan bahwa permulaan membangun umat ini adalah dengan ilmu. Dan salah satu metode yang dituntunkan oleh Rabb kita untuk memperoleh ilmu adalah dengan membaca.
Di 5 ayat pertama, Allah menyebut kata ilmu (dengan perubahan tashrifnya) sebanyak 3 kali. Dan kata pena –alat tulis- sebanyak 1 kali. Menunjukkan betapa pentingnya ilmu dan membaca dalam kehidupan umat Islam.
Membaca adalah sesuatu yang diridhai Allah. Tentu bacaan yang baik dan bermanfaat. Bukan bacaan yang rendah, tidak bermanfaat, lagi menyimpang dari agama yang lurus.
Pada ayat ini juga disebutkan tentang sifat Allah ﷻ. Sebuah sifat yang tidak dimiliki oleh Tuhan-Tuhan masyarakat jahiliyah. Yaitu sifat al-Khalqu, mencipta. Tujuannya agar Rasulullah ﷺ tidak dikait-kaitkan dengan apa yang beliau saksikan di masyarakat jahiliyah.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.” (QS:Al-‘Alaq | Ayat: 1).
Dan Rasulullah ﷺ menyendiri di Gua Hira merenungi penciptaan alam semesta dan tentang pecinptanya. Kemudian Allah mengutus Malaikat Jibril. Berbicara tentang Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Yang menciptakan segala sesuatu.
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (QS:Az-Zumar | Ayat: 62).
Iqra, Wahyu Yang Pertama Kali Turun
Sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad bin Abdullah mengalami mimpi yang menjadi nyata. Setelah beberapa kali mimpi, ia memiliki kebiasaan baru, menyendiri di Gua Hira. Di saat itulah ada yang menyerunya dengan perintah, “Iqra!” (bacalah!). Ia menjawab, “Aku tak bisa membaca”. Nabi ﷺ mengatakan, “Kemudian ia mendekapku, hingga aku merasa sesak. Barulah ia melepaskanku. Ia kembali memerintah, ‘Bacalah!’. ‘Aku tak bisa membaca’, jawabku. Ia mendekapku untuk yang kedua kali hingga aku merasa sesak. Lalu ia melepaskanku. Dan berkata, ‘Bacalah!’ ‘Aku tak bisa membaca’ jawabku. Ia pun mendekapku untuk kali ketiga. Kemudian melepaskanku dan mengatakan,
{اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ} [العلق: 1-5]
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS:Al-‘Alaq | Ayat: 1-5). (Riwayat al-Bukhari Bab Kaifa Kana Bad’ul Wahyi Ila Rasululillah shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Mentadabburi 5 Ayat Surat al-Alaq
Wahyu pertama ini layak menjadi renungan dan dikaji maknanya. Terlebih kata pertama dari ayat ini. Sebuah kata yang mendapat penekanan, dan yang pertama menghujam di hati Rasulullah ﷺ. Allah ﷻ memilih kata ini dalam bentuk motivasi pada satu hal, yaitu ilmu. Dan Dia memilih satu metode kajian ilmu, yaitu membaca. Metode belajar Rabbani.
Alquran terdiri dari 77.000 kata lebih. Dari sejumlah kata tersebut, Allah ﷻ pilih kalimat “Iqra” (bacalah!) menjadi kalimat pertama yang diturunkan. Padahal di dalam Alquran terdapat ribuan kalimat perintah. Seperti:
- {أَقِمِ الصَّلاَةَ} [هود: 114] (tegakkanlah shalat),
- {آتُوا الزَّكَاةَ} [البقرة: 43] (tunaikanlah zakat),
- {وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ} [البقرة: 218] (berjihadlah di jalan Allah),
- {وَأْمُرْ بِالمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ المُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ} [لقمان: 17] suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
- {أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ} [البقرة: 254](sedekahkanlah sebagian dari apa yang kami rezekikan kepada kalian). Dll.
Dari sekian banyak kalimat, Allah pilih “Iqra” sebagai kalimat pertama yang Dia turunkan. Padahal Rasulullah ﷺ tidak bisa baca dan tulis. Keisitmewaan figur beliau adalah berhias dengan akhlak yang mulia. Jika Allah menghendaki, Rasulullah ﷺ bisa menyampaikan wahyu pertamanya tentang contoh-contoh akhlak mulia yang beliau miliki. Bukan malah sesuatu yang tak beliau mampui. Hal ini mengindikasikan bahwa permulaan membangun umat ini adalah dengan ilmu. Dan salah satu metode yang dituntunkan oleh Rabb kita untuk memperoleh ilmu adalah dengan membaca.
Di 5 ayat pertama, Allah menyebut kata ilmu (dengan perubahan tashrifnya) sebanyak 3 kali. Dan kata pena –alat tulis- sebanyak 1 kali. Menunjukkan betapa pentingnya ilmu dan membaca dalam kehidupan umat Islam.
Membaca adalah sesuatu yang diridhai Allah. Tentu bacaan yang baik dan bermanfaat. Bukan bacaan yang rendah, tidak bermanfaat, lagi menyimpang dari agama yang lurus.
Pada ayat ini juga disebutkan tentang sifat Allah ﷻ. Sebuah sifat yang tidak dimiliki oleh Tuhan-Tuhan masyarakat jahiliyah. Yaitu sifat al-Khalqu, mencipta. Tujuannya agar Rasulullah ﷺ tidak dikait-kaitkan dengan apa yang beliau saksikan di masyarakat jahiliyah.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.” (QS:Al-‘Alaq | Ayat: 1).
Dan Rasulullah ﷺ menyendiri di Gua Hira merenungi penciptaan alam semesta dan tentang pecinptanya. Kemudian Allah mengutus Malaikat Jibril. Berbicara tentang Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Yang menciptakan segala sesuatu.
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (QS:Az-Zumar | Ayat: 62).
Nabi Muhammad ﷺ merima pesan itu dengan jelas, dalam keadaan sadar, dan bukan mimpi. Beliau bisa memahaminya secara utuh dalam keadaan nyata. Bukan khayal atau sangka.
Daftar Pustaka:
– al-Utsaimin, Muhamma bin Shalih. TT. Terj: Tafsir Juz ‘Amma. Solo: At-Tibyan.
– http://islamstory.com/ar/اقرا-اول-ما-نزل-من-القران
Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
Read more https://kisahmuslim.com/5554-iqra-wahyu-yang-pertama-kali-turun.html