Mau Keluarga Sakinah? Yuk Amalkan Doa Ini

SAUDARAKU, barangsiapa yang merindukan berumahtangga sakinah, memiliki pasangan hidup dan keturunan yang benar-benar menjadi penyejuk hati dan penentram jiwa, juga ingin menjadi teladan bagi orang yang bertakwa, maka amalkanlah doa berikut ini. Sebuah doa yang diajarkan oleh Allah Swt. kepada Rasulullah Saw. dan beliau mengajarkannya kepada kita,

“..Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Furqon [25] : 74)

Robbanaa hablanaa min azwaajina wa dzurriyaatinaa qurrota ayun, ya Allah ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami pasangan hidup dan anak-anak yang menjadi penyejuk mata dan hati serta penentram jiwa. Wajalnaa lillmuttaqiina imaama, dan jadikanlah kami sebagai panutan, teladan, bagi orang-orang yang bertakwa.

Jadi, keluarga yang sakinah itu adalah keluarga yang bersih tauhidnya. Keluarga yang yakin bahwa tidak ada karunia sekecil apapun kecuali hanya datang dari Allah Swt. Karena orang-orang yang bertauhid itu pasti ketika melakukan alam kebaikan tidaklah karena alasan mencari pujian, penghargaan, imbalan dan balas budi dari makhluk.

Keluarga yang sakinah adalah keluarga yang tulus dan ikhlas hanya berorientasi pada kecintaan dan keridhoan Allah Swt. Dan kondisi seperti ini haruslah kita pinta kepada Allah Swt., karena yang bisa membolak-balik hati hanyalah Allah Swt.

Hanya Allah Swt. yang bisa mengkaruniakan pasangan hidup kepada kita. Hanya Allah Swt. yang bisa menghujamkan rasa cinta di dalam hati kita. Dan, Allah Swt. juga yang bisa membimbing kita agar menjadi teladan bagi orang-orang yang bertakwa.

Mengapa kita pinta menjadi teladan bagi orang-orang yang bertakwa? Karena jikalau kita berbuat sebaik apapun, pasti akan ada saja orang yang tidak suka kepada kita dengan berbagai macam alasan. Namun, teladan bagi orang yang bertakwa, maka standar yang digunakan adalah ahli takwa.

Allah Swt. berfirman,”..Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu..” (QS. Al Hujurot [49] : 13)

Orang yang paling mulia di hadapan Allah Swt. adalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya. Maka betapa mulianya seseorang yang bisa menjadi teladan bagi orang-orang yang dicintai oleh Allah Swt. Inilah derajat tertinggi bagi sebuah keluarga.

Semoga Allah Swt. mengkaruniakan kepada kita keluarga yang sakinah, keluarga yang senantiasa ingin mengenal dengan Allah, ingin dekat dengan Allah dan berupaya sekuat tenaga meraih cinta Allah Swt.Robbanaa hablanaa min azwaajina wa dzurriyaatina qurrota ayun wajalnaa lilmuttaqiina imaama. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [*]

Oleh KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Tiga Resep Agar Suami tidak Selingkuh

DI ANTARA resep menggapai sakinah, mawaddah wa rahmah dan agar suami tidak berselingkuh hendaklah para istri memperhatikan tiga hal dari para suami mereka, yaitu mata, perut dan kemaluan.

1. Mata
Istri harus pandai berdandan dan selalu berusaha tampil menyenangkan suami, jangan sampai mata suami melihat yang tidak menyenangkan dari isteri.

2. Perut
Istri berupaya membuatkan makanan kesukaan atau permintaan suami dan jangan sampai di rumah tidak ada makanan.

3. Kemaluan
Istri berusaha tampil seksi dalam berpakaian, mesra, romantis dan memuaskan syahwat suami.

Jika para istri telah melakukan tiga resep di atas insya Allah suami tidak akan pernah berselingkuh walau digoda oleh wanita tercantik dan terseksi di dunia.

Selamat mencoba dan semoga sukses, sehidup sesurga, aamiin. [kajianislam]

 

INILAH MOZAIK

 

————————————-
Artikel keislaman di atas bisa Anda nikmati setiap hari melalui smartphone Android Anda. Download aplikasinya, di sini!

Share Aplikasi Andoid ini ke Sahabat dan keluarga Anda lainnya
agar mereka juga mendapatkan manfaat!

Hadirkan Mawaddah dan Rahmat dalam Rumah Tangga

Dengan mawaddah dan rahmat salah seorang pasangan, tidak mungkin akan melakukan sesuatu yang menyakiti hati pasangannya, bahkan dia akan berkorban demi menyenangkan pasangannya. Dengan mawaddah seseorang tidak akan berpoligami karena cintanya hanya tertuju kepada seorang. Dengan rahmat seorang suami pula walau butuh dan terdorong untuk berpoligami, namun tidak akan melakukannya jika hal tersebut dinilainya menyakitkan istrinya.

Tetapi di sisi lain, seorang istri akan merelakan suaminya menikah lagi dan berkorban, jika dia merasa bahwa suaminya sangat membutuhkan hal tersebut. Demikian perkawinan dalam ajaran Islam. Pada prinsipnya ajaran Islam lebih mengutamakan monogami, sedang poligami hanyalah izin yang tidak dibenarkan kecuali jika keadilan terjamin.

Dikutip dari buku yang berjudul “Membumikan Alquran” karya M Quraish Shihab bahwa kesendirian dapat mengakibatkan keterasingan dan ini melahirkan kegelisahan. Cara yang paling ampuh mengenyahkan keterasingan dan kegelisahan itu adalah kehadiran pasangan yang sesuai melalui ikatan luhur dan batin. Inilah yang dimaksud oleh kitab suci Alquran ketika menegaskan bahwa Allah menciptakan dari jenis manusia pasangannya agar mereka memperoleh sakinah yakni ketenangan setelah sebelumnya ada gejolak.

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi  kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)

Untuk meraih sakinah tersebut, Allah menganugerahi manusia potensi mawaddah dan rahmah yang harus mereka perjuangkan wujudnya secara faktual. Sulit menemukan padanan kata mawaddah dalam bahasa Indonesia, karena kata cinta belum menggambarkan secara utuh makna kata tersebut. Mawaddah pada mulanya, menurut tafsir al-Biqa’i berarti kelapangan dan kekosongan.

Ia kemudian menukil pendapat al-Imam Abi al-Hasan al-Haraly yang menyatakan bahwa Al-Wud (mawaddah) adalah kosongnya jiwa dari kehendak buruk. Siapa yang tidak menginginkan selainnya (objek yang dicintainya), maka dia telah menyandang mawaddah.

Jika seseorang menginginkan kebaikan dan mengutamakannya untuk orang lain, maka ia telah mencintainya. Namun jika seseorang itu menghendaki kebaikan untuk orang lain, serta tidak menghendaki selain itu, apapun yang terjadi maka mawaddah telah menghiasi hatinya.

Mawaddah adalah jalan menuju terabaikannya pengutamaan kepentingan dan kenikmatan pribadi untuk siapa yang tertuju kepadanya mawaddah itu. Maka siapa yang memilikinya, ia tidak pernah akan memutuskan hubungan, apa pun yang terjadi.

Kata mawaddah mirip dengan kata rahmat, hanya saja rahmat tertuju kepada yang dirahmati sedang yang dirahmati itu dalam keadaan butuh. Dengan demikian rahmat tertuju kepada yang lemah, sedang mawaddah tidak demikian. Rahmat adalah keprihatinan melihat ketidakberdayaan satu pihak yang mendorong siapa yang merahmati berusaha menanggulangi ketidakberdayaan itu.

Sebab Islam mendambakan kebahagiaan keluarga, kebahagian yang antara lain dilahirkan oleh mawaddah dan rahmat yang tertuang kepada pasangan. Ada ungkapan dalam literatur agama yang menyatakan, “Tidak ada di dalam hati dua cinta, sebagaimana tidak ada dalam wujud ini dua Tuhan.” Wallahualam

Doa Keluarga Sakinah

SEGALA pujian hanyalah milik Allah Swt, segala puja hanya kembali kepada-Nya. Semoga Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang memasukkan kita dan keluarga kita sebagai golongan manusia yang mencintai Allah dan dicintai-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada suri teladan kita, Nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, barangsiapa yang merindukan berumah tangga sakinah, memiliki pasangan hidup dan keturunan yang benar-benar menjadi penyejuk hati dan penentram jiwa, juga ingin menjadi teladan bagi orang yang bertakwa, maka amalkanlah doa berikut ini. Sebuah doa yang diajarkan oleh Allah Swt kepada Rasulullah Saw dan beliau mengajarkannya kepada kita,

“..Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”(QS. Al Furqon [25] : 74)

Robbanaa hablanaa min azwaajina wa dzurriyaatinaa qurrota ayun,ya Allah ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami pasangan hidup dan anak-anak yang menjadi penyejuk mata dan hati serta penentram jiwa.Wajalnaa lillmuttaqiina imaama,dan jadikanlah kami sebagai panutan, teladan, bagi orang-orang yang bertakwa.

Jadi, keluarga yang sakinah itu adalah keluarga yang bersih tauhidnya. Keluarga yang yakin bahwa tidak ada karunia sekecil apapun kecuali hanya datang dari Allah Swt. Karena orang-orang yang bertauhid itu pasti ketika melakukan alam kebaikan tidaklah karena alasan mencari pujian, penghargaan, imbalan dan balas budi dari makhluk.

Keluarga yang sakinah adalah keluarga yang tulus dan ikhlas hanya berorientasi pada kecintaan dan keridhoan Allah Swt. Dan kondisi seperti ini haruslah kita pinta kepada Allah Swt., karena yang bisa membolak-balik hati hanyalah Allah Swt.

Hanya Allah Swt. yang bisa mengkaruniakan pasangan hidup kepada kita. Hanya Allah Swt. yang bisa menghujamkan rasa cinta di dalam hati kita. Dan, Allah Swt. juga yang bisa membimbing kita agar menjadi teladan bagi orang-orang yang bertakwa.

Mengapa kita pinta menjadi teladan bagi orang-orang yang bertakwa? Karena jikalau kita berbuat sebaik apapun, pasti akan ada saja orang yang tidak suka kepada kita dengan berbagai macam alasan. Namun, teladan bagi orang yang bertakwa, maka standard yang digunakan adalah ahli takwa.

Allah Swt berfirman,“..Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu..”(QS. Al Hujurot [49] : 13)

Orang yang paling mulia di hadapan Allah Swt adalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya. Maka betapa mulianya seseorang yang bisa menjadi teladan bagi orang-orang yang dicintai oleh Allah Swt. Inilah derajat tertinggi bagi sebuah keluarga.

Semoga Allah Swt mengkaruniakan kepada kita keluarga yang sakinah, keluarga yang senantiasa ingin mengenal dengan Allah, ingin dekat dengan Allah dan berupaya sekuat tenaga meraih cinta Allah Swt. Robbanaa hablanaa min azwaajina wa dzurriyaatina qurrota ayun wajalnaa lilmuttaqiina imaama. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [smstauhiid]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Suami Dilarang Mencari-cari Aib Istrinya

DALAM suatu hadits riwayat al Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shallallahualaihi wasalam melarang laki-laki yang bepergian dalam waktu yang lama, pulang menemui keluarganya di waktu malam. Hal itu karena dikhawatirkan laki-laki tersebut akan mendapati berbagai kekurangan dan cela istrinya.

Dan barangsiapa mencari-cari aib saudara sesama muslim, Allah akan mencari-cari aibnya. Barangsiapa dicari aibnya oleh Allah, niscaya Allah akan membongkarnya walaupun dia berada di ruang tersembunyi dalam rumahnya.

Dan ingatlah sabda Rasulullah shalallahualaihi wasalam,

“Janganlah seorang suami yang beriman membenci istrinya yang beriman. Jika dia tidak menyukai satu akhlak darinya, dia pasti meridhai akhlak lain darinya.” (HR Muslim)

“dan orang orang yang menuduh istri mereka berzina, padahal mereka tidak mempunyai saksi saksi selain diri mereka sendiri, maka kesaksian satu orang dari mereka adalah bersumpah empat kalli dengan nama Allah bahwa sesungguhnya dia adalah termasuk orang orang yang benar (dalam tuduhannya) dan kelima kalinya (ia mengucapkan) bahwa laknat Allah akan menimpa dirinya jika ternyata ia tergolong orang orang yang berdusta.” (QS An-Nuur:6-7)

Ayat tersebut memberi ketentuan untuk melindungi istri dari tuduhan suami. Karena tuduhan itu dapat merusak kehormatan dan harga diri istri. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengaturan ketat agar suami tidak sembarangan menuduh istrinya berzina tanpa bukti yang dipertanggung jawabkan menurut syariat Islam.

Dari muawiyah Al-Qusrayiri, ia berkata: “Saya pernah datang kepada Rasulullah.” Ia berkata lagi: “Saya lalu bertanya: Ya Rasulullah, apa saja yang engkau perintahkan (untuk kami perbuat) terhadap istri-istri kami?’ Beliau bersabda: janganlah kalian memukul dan janganlah kalian menjelek-jelekan mereka’.” (HR Abu Dawud)

Rasulullah melarang para suami menjelek jelekan atau merendahkan martabat istri. Suami dilarang menggunakan kata yang bernada merendahkan dan menghina martabat istri baik di hadapannya maupun dihadapan orang lain. Walaupun istri berasal dari keluarga yang lebih rendah status ekonominya dibanding dirinya.

Hendaknya seorang suami bersabar dan menahan diri dari kekurangan yang ada pada istrinya, juga ketika istri tidak melaksanakan kewajibannya dangan benar. Rasulullah shalallahualaihi wasalam bersabda,

“Bersikap baiklah kepada para istri. Karena mereka tercipta dari tulang rusuk. Dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atas. Jika kamu hendak meluruskannya niscaya kamu akan mematahkannya. Dan jika kamu biarkan maka dia akan tetap bengkok. Maka bersikap baiklah kepada para istri.” (Muttafaqunalaih)

Hadits ini memiliki pelajaran yang sangat agung, diantaranya; meluruskan bengkoknya istri harus dengan lembut sehingga tidak mematahkannya, namun juga tidak dibiarkan saja, karena jika dibiarkan, dia tetap bengkok. Apalagi jika bengkoknya itu bisa menjalar menjadi kemaksiatan atau kemunkaran.

Usahakan berkomunikasi dengan lembut dan penuh kesabaran pada suami. Biasanya, masalah banyak muncul karena masalah komunikasi. [Ustazah Dra.Indra Asih]

 

INILAH MOZAIK

Pilar Keluarga Sakinah

Dunia ini bisa menjadi surga sebelum surga sebenarnya, jika kita mampu mendudukkan posisi yang tepat dalam menjalani proses hidup. Terutama dalam bingkai rumah tangga yang sedang kita jalani.

Namun, dunia ini bisa juga menjadi lubang neraka dari neraka yang sesungguhnya, jika kita tidak tepat dan cenderung salah menempatkan proses yang seharusnya.

Membangun rumah tangga harapannya selalu berpilar kepada sakinah; damai, tenang, dan bahagia. Berikut ini ada baiknya kita kenali lagi pilar keluarga sakinah.

Pertama, pagari benteng rumah tangga dengan sungguh-sungguh berpegang teguh pada Alquran dan sunah.

Kedua, ingat bahwa tujuan utama hidup berumah tangga adalah meraih ridha Allah dan kebahagiaan di “kampung akhirat”. Ketiga, tumbuhkan saling cinta, semata karena Allah. Sehingga saat terlihat kekurangan dari pasangan kita, dipandangnya sebagai keistimewaannya.

Bertambah usia pernikahan, bertambah rasa sayangnya, semakin manja dan mesra. Keempat, bingkailah ide dan aktivitasnya sebagai ikhtiar untuk saling melayani, melindungi, dan menyenangkan keluarga.

Kelima, sadari bahwa halal adalah pintu sakinah. Sehingga makan minumlah dari sesuatu dan proses yang halal.

Keenam, kekuatannya saling mendoakan di penghujung malam. Ketujuh, minimal sepekan sekali “tarbiyyah ahliyah” pembinaan keluarga dengan duduk bersama mengaji dan mengkaji Alquran dan sunah. Kedelapan, segera minta maaf tatkala melakukan kesalahan.

Kesembilan, mensyukuri nikmat Allah dengan senang berbagi dan sedekah. Kesepuluh, tawakal yang penuh bahwa hanya Allah segala-galanya.

 

Oleh: Muhammad Arifin Ilham

REPUBLIKA

Kiat Menjadikan Keluarga Sakinah di Rumah

SETIAP suami wajib mendidik istri dan anak-anak untuk komitmen dengan aqidah dan syariah Islamiyah, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan-Nya, membina dan mendidik keluarga agar supaya mendapat rahmat dan belas kasih Allah SWT.

Sebagaimana Allah SWT telah memerintahkan dalam firmannya:

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat yang baik itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132)

Alquran memberi teladan melalui gambaran Siti Hajar yang mampu ditinggal suami di Padang yang gersang dengan kewajiban mendidik putranya Ismail. Atau seperti Istri Firaun yang tetap beriman dan mentaati Allah kendati dalam cengkraman suami yang zalim.

Sebaliknya jangan sampai kita mempunyai istri seperti istri Nabi Nuh dan Istri Nabi Luth. Kendati mereka di bawah kendali hamba Allah yang saleh, ternyata keduanya berkhianat, yaitu tidak mematuhi suaminya secara total. Akibatnya mereka dihukum Allah dengan azab yang pedih.

Sebagai seorang pemimpin keluarga hendaknya mempunyai kiat khusus untuk menjadikan keluarganya tetap pada jalan Allah SWT yang benar, antara lain:

1. Mengadakan talim (pengajaran) bagi anggota keluarga

Hal ini sangat penting sekali bagi pemimpin keluarga dalam membina rumah tangga untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka sebagai pelaksanaan perintah Allah SWT dalam surat At Tahrim ayat : 6

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

2. Membuat perpustakaan Islam di dalam rumah

Perkara ini bisa menjadi penunjang pemimpin keluarga dalam pengajaran rumah tangga, penyediaan buku-buku islami sangat membantu mereka beriltizam dengan membuat maktabah islamiyah (perpustakaan Islam) di dalam rumah serta menganjurkan semua anggota keluarga untuk membacanya. Misalnya diletakkan di pojok rumah bagian dalam yang bersih dan rapi, seperti di dalam kamar tidur, ruang tamu dan memberikan kenyamanan bagi yang ingin membaca secara terus menerus.

Perpustakaan Islam di dalam rumah hendaknya terdiri dari tingkatan-tingkatan yang berbeda. Misalnya untuk orang dewasa atau maupun anak kecil, laki-laki maupun perempuan. Juga perlu disediakan buku sebagai hadiah bagi tamu, sanak saudara, teman dengan diupayakan yang bermanfaat bagi kehidupan mereka.

3. Membuat pustaka audio di rumah

Keberadaan tape recorder atau DVD player di dalam rumah memungkinkan bagi anggota keluarga untuk menggunakan dalam kebaikan dan keburukan, maka bagaimana cara memanfaatkan fasilitas tersebut supaya bermanfaat dan mendapatkan barakah dari Allah. Salah satu cara untuk mewujudkan hal itu dengan cara membuat pustaka audio di dalam rumah yang terdiri atas kaset-kaset islami yang baik milik para ulama, penceramah-penceramah, khatib-khatib dan para pemberi nasehat kebaikan.

Pengaruh bagi anggota keluarga dalam mendengarkan kaset-kaset murottal yang khusyu misalnya, menambah hafalan mereka disebabkan berulang-ulang mendengarnya, keluarga lebih terjaga mendengarkan murottal al Quran daripada mendengarkan nyanyian-nyanyian dari setan.

4. Mengajak teman atau sanak saudara yang beriman dan baik untuk berkunjung ke rumah.

“Ya Tuhanku! ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan”.

Masuknya orang-orang yang berkunjung ke rumah dapat menambah cahaya keimanan di dalam rumah. Hal itu bisa terjadi dari perkataan-perkataan, tingkah laku, dan etika mereka. Jika engkau memasukkan orang yang beriman dan baik ke dalam rumahmu berarti engkau telah mencegah masuknya keburukan dan kerusakan.

Akhlak keluarga merupakan basis dasar yang akan menjaga keseluruhan bangunan masyarakat Islam. Keluarga harus mendapatkan perioritas utama untuk didakwahi dan dibina sehingga mereka dapat diandalkan dalam membentuk lingkungan yang baik.[Hazliman dalam bersamadakwah]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2352033/kiat-menjadikan-keluarga-sakinah-di-rumah#sthash.SWyuZ2ei.dpuf

 

 

 

Baca juga:

Inilah Tips-Tips Membangun Keluarga Sakinah

Inilah Tips-Tips Membangun Keluarga Sakinah

Menjadi keluarga yang sakinah adalah dambaan setiap keluarga. Adapun keluarga sakinah itu adalah keluarga yang dibangun oleh hubungan suami istri dari pernikahan yang sesuai dengan syariat guna untuk membina kebahagiaan, ketenangan, serta saling memenuhi hak dan kewajiban dalam kehidupan berumah tangga yang lahir atas dasar perasaan cinta dan kasih sayang.

Tujuan membina keluarga yang sakinah adalah untuk mencapai ridha Allah. Setiap pasangan pastinya sangat mendambakan keluarga sakinah. Berikut kami berikan beberapa kiat yang bisa Anda lakukan untuk mewujudkan keluarga sakinah.

1. Beriman kepada Allah

Hal yang paling utama untuk membangun keluarga sakinah adalah beriman kepada Allah. Tentunya setiap pasangan yang mendambakan ketenangan dalam keluarganya harus menjadikan Allah yang lebih utama. Allah berfirman bahwa orang-orang yang dapat menjaga keluarganya dari ancaman neraka adalah mereka yang beriman kepada Allah.

2. Memilih pasangan yang baik

Untuk menjadikan keluarga yang sakinah, tentunya kita harus bersama dengan orang yang mempunyai tujuan yang sama yaitu Allah. Dengan memilih pasangan yang baik, setidaknya kita telah memulai komitmen untuk membangun rumah tangga yang baik pula. Alla telah berfirman dalam surah An-Nisa ayat 1-2 dan hadits Rasulullah Saw,

“Pilihlah wanita yang menjadi tempat lahirnya keturunanmu karena ia memengaruhi baik atau buruknya keturunan.”

3. Hidup dengan cinta dan kasih sayang

Keluarga yang penuh cinta dan kasih sayang akan selalu dirindukan oleh siapapun. Landasannya adalah surah Ar-Rum ayat 21 dan definisi keluarga sakinah di atas. Juga sabda Rasulullah Saw, “Sesungguhnya, aku adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku dan berbuat baiklah kalian kepada keluarga kalian.”

4. Menafkahi keluarga dengan harta yang halal dan baik

Proses pencarian harta yang halal atau haram tentunya akan mempengaruhi kedamaian yang terjadi dalam keluarga. Keluarga yang mendapatkan harta dengan cara halal tentunya akan mengalami ketenangan dan kedamaian. Sebaliknya, keluarga yang dinafkahi dari harta haram akan berdampak pada rumah tangga itu sendiri.

Allah telah memerintahkan kita untuk mencari harta yang halal, “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.”

5. Memerhatikan pendidikan anak

Pendidikan anak adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena anak lah investasi kita dunia dan akhirat. Untuk mewujudkan keluarga yang sakinah sudah seharusnya pendidikan anak menjadi prioritas, kenalkan anak pada Rabb Yang Maha Mulia. Agar anak belajar mencintai Rabb yang telah menciptakannya.

Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya, Allah akan menanyakan kepada setiap orang tentang keturunannya. (fimadani)

 

sumber: AkhwatIndonesia.net

Wahai Muslimah! Suamimu Surgamu atau Nerakamu?

Alloh SWT menciptakan manusia tidak lain supaya beribadah kepada-Nya serta tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Maka sudah menjadi keadilan Alloh telah menciptakan surga dan neraka sebagai imbalan bagi manusia sebagai imbalan atas amal perbuatannya saat di dunia.

Tentunya sahabat Muslimah semuanya mendambakan surga sebagai tempat kembali. Namun untuk menuju surga kita mesti pandai menitinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Disisi lain, kita tentunya juga berpikir dari sisi manakah kita akan mendapatkan surga tersebut. Dibalik kekhawatiran atas kemampuan mendapatkan surga di akhirat, sebagai muslimah kita tentunya harus selalu berikhtiyar dan berpikir. Sehingga kita bermuhasabah dan senantiasa meningkatkan kebaikan menjadi sifat dan karakter muslimah. Yakinlah… sesungguhnya selalu berusaha dan terus berdo’a semoga kita mampu menggapainya.

Salah satu sisi yang tidak bisa kita hindarkan adalah kedudukan kita sebagai istri. Dari kedudukan sebagai istri ini kita menyadari diri bahwa memiliki pemimpin yang bernama suami. Lewat pintu RIDHO suamilah salah satu jalan pintu surganya seorang istri.  Rasululloh SAW bersabda:

Artinya: “Dari Hushain bin Mihshan ia berkata: Bibiku bercerita kepadaku, ‘Aku pernah datang kepada Rasululloh untuk suatu keperluan, maka beliau bersabda:’ Wahai fulanah sudah bersuamikah kamu?’ Sudah jawabku. Beliau bersabda lagi “Bagaimana kewajibanmu terhadap suamimu?” Aku menjawab: “Aku melayaninya dengan sungguh-sungguh kecuali dalam hal yang aku tidak mampu” Beliau bersabda lagi:”Bagaimana kedudukanmu darinya? Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu” ( H.R Hakim).

Sahabat Muslimah….

Dari hadits di atas maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa seorang wanita yang telah menikah sesungguhnya wajib baginya melayani suami sesuai dengan kemampuan. Karena sesungguhnya surga atau neraka seorang istri melekat padanya. Makna melekat disini maksudnya bahwa surga atau nerakanya seorang istri sangatlah tergantung pada akhlaq dan pelayanan kepada suami.

Maka haruslah difahami sahabat muslimah. Dikala seorang muslimah belum menikah, ketaatannya jatuh pada Ibu dan Bapaknya dan bila sudah menikah maka ketaatannya jatuh kepada suami. Maka bila sahabat muslimah telah menikah haruslah berusaha mencari ridho suaminya dalam melaksanakan segala yang diinginkannya selama tidak bertentangan dengan syari’at. Semakin banyak amalan yang dikerjakan seorang istri dalam rangka menjalankan ketaatan kepada suaminya maka semakin banyak pula pahala yang akan dia dapatkan, apabila ia menjalankannya dengan penuh keikhlasan sebagai seorang istri.

Ketaatan dalam menjalankan segala perintah suami ini meliputi pada dhohir jasad maupun hati. Dalam artian ketaatan seorang istri berhubungan dengan wujud dhohir dalam bentuk pakaian, perilaku, bahkan cara berdandandan yang terpenting adalah gaya bicara. Ketaatan ini juga menjangkau sampai pada urusan hati yang berhubungan dengan kesukaan. Umpama warna favorit, tingkat kepedasan makanan dan yang lain sebagainya. Sadarilah bahwa suami adalah pemimpin kita.

Ada kisah seorang isteri dizaman Rosulullah SAW yang diwasiyati oleh suaminya agar tidak meninggalkan rumah selama suaminya melakukan safar/perjalanan keluar. Walau apapun yang terjadi. Kemudian datang kabar pada isteri tersebut bahwa ibunya sakit parah. Hingga datang kabar yang ketiga kalinya dengan memberi kabar bahwa ibunya telah wafat. Ia teringat dengan pesan suami, karena ketaatannya wanita tersebut pun hanya mengucapkan “Innalillahi wa Inna ilaihi roojiuun”.

Sahabat Muslimah….

Mari kita tengok sekilas potret seorang shohabiyah juga putri Rasululloh yaitu Fathimah Az Zahra. Perkataan ini berasal dari suaminya Fathimah yaitu Ali Radhiallohu ‘anhu:

“Fathimah menjalankan alat penggilingan sampai terlihat bekas penggilingan pada tangannya (ngapal) Jawa, ia mencari air dengan geriba sampai ada bekas geriba di lehernya, ia membersihkan rumah sampai bajunya penuh debu, ia menyalakan tungku api sampai pakaiannya kotor dan terkena musibah karenanya dan sungguh Fathimah menggiling adonan sampai tangannya melepuh”.

Subhanallah…

Inilah gambaran seorang istri yang bisa meraih impian menjadi bidadari bagi suaminya di dunia maupun di akherat. Lalu bagaimana dengan kita sahabat Muslimah?

Saat ini di zaman modern teghnologi semakin canggih butuh air tinggal pencet, menanak nasi tinggal pencet, memasak tinggal pencet. Semua serba mudah namun sudahkah kita bersyukur atas semua fasilitas yang ada atau justru kita malah semakin menjadi seorang yang manja, pemalas lebih menyibukkan dengan hal-hal yang tidak penting, na’udzubillah min dzalik.

Sahabat Muslimah…

Semoga kita sebagai seorang wanita yang mampu menjadi istri yang benar-benar menjadi idaman bagi setiap keluarga, yang mampu meraih ridho suami tuk menggapai ridho Alloh dan mendapatkan surga sebagai balasan apa yang kita upayakan. Wallohua’lam bisshowab.

Sumber: VOA Islam

Ta’ati Suamimu, Surga Bagimu

Dalam bingkai rumah tangga, pasangan suami dan istri masing-masing memiliki hak dan kewajiban. Suami sebagai pemimpin, berkewajiban menjaga istri dan anak-anaknya baik dalam urusan agama atau dunianya, menafkahi mereka dengan memenuhi kebutuhan makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggalnya.

Tanggungjawab suami yang tidak ringan diatas diimbangi dengan ketaatan seorang istri pada suaminya. Kewajiban seorang istri dalam urusan suaminya setahap setelah kewajiban dalam urusan agamanya. Hak suami diatas hak siapapun setelah hak Allah dan Rasul-Nya, termasuk hak kedua orang tua. Mentaatinya dalam perkara yang baik menjadi tanggungjawab terpenting seorang istri.

Surga atau Neraka Seorang Istri

Ketaatan istri pada suami adalah jaminan surganya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktunya, melaksanakan shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki.” (HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya)

Suami adalah surga atau neraka bagi seorang istri. Keridhoan suami menjadi keridhoan Allah. Istri yang tidak diridhoi suaminya karena tidak taat dikatakan sebagai wanita yang durhaka dan kufur nikmat.

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa beliau melihat wanita adalah penghuni neraka terbanyak. Seorang wanita pun bertanya kepada beliau mengapa demikian? Rasulullah pun menjawab bahwa diantarantanya karena wanita banyak yang durhaka kepada suaminya. (HR Bukhari Muslim)

Kedudukan Hak Suami

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalau aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, maka aku akan memerintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya, disebabkan karena Allah telah menetapkan hak bagi para suami atas mereka (para istri). (HR Abu Dawud, Tirmidzi, ia berkata, “hadis hasan shahih.” Dinyatakan shahih oleh Syaikh Albani)

Hak suami berada diatas hak siapapun manusia termasuk hak kedua orang tua. Hak suami bahkan harus didahulukan oleh seorang istri daripada ibadah-ibadah yang bersifat sunnah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh bagi seorang perempuan berpuasa sementara suaminya ada di rumah kecuali dengan izinnya. Dan tidak boleh baginya meminta izin di rumahnya kecuali dengan izinnya.” (HR Bukhari Muslim)

Dalam hak berhubungan suami-istri, jika suami mengajaknya untuk berhubungan, maka istri tidak boleh menolaknya.

“Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidur, kemudian si istri tidak mendatanginya, dan suami tidur dalam keadaan marah, maka para malaikat akan melaknatnya sampai pagi.” (HR Bukhari Muslim)

Berbakti Kepada Suami

Diantara kewajiban seorang istri atas suaminya juga adalah, hendaknya seorang istri benar-benar menjaga amanah suami di rumahnya, baik harta suami dan rahasia-rahasianya, begitu juga bersungguhnya-sungguh mengurus urusan-urusan rumah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan wanita adalahpenanggungjawab di rumah suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban.” (HR Bukhari Muslim)

Syaikhul Islam berkata, “Firman Allah, “Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diriketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (QS. An Nisa [4]: 34)

Ayat ini menunjukkan wajibnya seorang istri taat pada suami dalam hal berbakti kepadanya, ketika bepergian bersamanya dan lain-lain. Sebagaimana juga hal ini diterangkan dalam sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat Majmu Al Fatawa 32/260-261 via Tanbihat, hal. 94, DR Shaleh Al Fauzan)

Berkhidmat kepada suami dengan melayaninya dalam segala kebutuhan-kebutuhannya adalah diantara tugas seorang istri. Bukan sebaliknya, istri yang malah dilayani oleh suami. Hal ini didukung oleh firman Allah, “Dan laki-laki itu adalah pemimpin bagi wanita.” (QS. An Nisa [4]: 34)

Ibnul Qayyim berdalil dengan ayat diatas, jika suami menjadi pelayan bagi istrinya, dalam memasak, mencuci, mengurus rumah dan lain-lain, maka itu termasuk perbuatan munkar. Karena berarti dengan demikian sang suami tidak lagi menjadi pemimpin. Justru karena tugas-tugas istri dalam melayani suami lah, Allah pun mewajibkan para suami untuk menafkahi istri dengan memberinya makan, pakaian dan tempat tinggal. (Lihat Zaad Al-Ma’aad 5/188-199 via Tanbihat, hal. 95, DR Shaleh Al Fauzan)

Bukan juga sebaliknya, istri yang malah menafkahi suami dengan bekerja di luar rumah untuk kebutuhan rumah tangga.

Tidak Keluar Rumah Kecuali Dengan Izin Suami

Seorang istri juga tidak boleh keluar rumah kecuali dengan izin suami. Karena tempat asal wanita itu di rumah. Sebagaimana firman Allah, “Dan tinggal-lah kalian (para wanita) di rumah-rumah kalian.” (QS. Al Ahzab [33]: 33)

Ibnu Katsir berkata, “Ayat ini menunjukkan bahwa wanita tidak boleh keluar rumah kecuali ada kebutuhan.” (Tafsir Al Quran Al Adzim 6/408). Dengan demikian, wanita tidak boleh keluar rumah melainkan untuk urusan yang penting atau termasuk kebutuhan seperti memasak dan lain-lain. Jika bukan urusan tersebut, maka seorang istri tidak boleh keluar rumah melainkan dengan izin suaminya.

Syaikhul Islam berkata, “Tidak halal bagi seorang wanita keluar rumah tanpa izin suaminya, jika ia keluar rumah tanpa izin suaminya, berarti ia telah berbuat nusyuz (durhaka), bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta layak mendapat hukuman.”

Penutup

Semua ketentuan yang telah Allah tetapkan di atas sama sekali bukan bertujuan membatasi ruang gerak para wanita, merendahkan harkat dan martabatnya, sebagaimana yang didengungkan oleh orang-orang kafir tentang ajaran Islam. Semua itu adalah syariat Allah yang sarat dengan hikmah. Dan hikmah dari melaksanakan dengan tulus semua ketetapan Allah di atas adalah berlangsungnya bahtera rumah tangga yang harmonis dan penuh dengan kenyamanan. Ketaatan pada suami pun dibatasi dalam perkara yang baik saja dan sesuai dengan kemampuan. Mudah-mudahan Allah mengaruniakan kepada kita semua keluarga yang barakah.***Wallahu ‘alam.

Penulis: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc
Artikel Muslim.Or.Id