SAYA hanya bisa geleng kepala, kagum dan terkesima, membaca cerita Syekh Habib al-Abid tentang semangat dan seriusnya masyarakat Bashrah zaman dulu dalam mengaji. Lalu saya badingkan dengan masyarakat zaman kini di manapun termasuk di lingkungan kita sendiri. Sangat kontradiksi. Sangat berbeda.
Beliau berkata: “Suatu hari saya berkunjung ke Bashrah dan saya langsung datang ke pasar. Ternyata hari itu pasar sedang tutup. Saya bertanya kepada penjaga pasar ada apa kok pasar ditutup, apakah ada hari raya atau perayaan tertentu di Bashrah yang saya tidak tahu? Orang itu menjawab bahwa tidak ada hari raya atau perayaan apapun, hanya saja hari ini Syekh Hasan Bashri sedang memberikan ceramah pengajian.”
Ternyata, saat ada pengajian, pasar pun di Bashrah ditutup demi mengagungkan agama Allah. SubhanALLAH, luar biasa. Bandingkan dengan di lingkungan kita, pasar pun pindah ke sekitar pengajian, membuka lapak baru di dalam pengajian. Melihat potensi pasar katanya. Ketika urusan agama terkalahkan, mungkinkah keberkahan diturunkan untuk kita?
Tenang. Jangan tersinggung dan tersindir. Tulisan ini sejatinya sebagai renungan untuk saya dan kita semua untuk lebih peduli pada urusan agama. Pengajian-pengajian yang mencerahkan, menyejukkan dan mendamaikan sungguh sangat dibutuhkan olen masyarakat modern yang rawan gempa ini. Gempa hati, yang saya maksudkan.
Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi