Tips Menyantap Katering Armina

Puncak ibadah haji atau prosesi Armina (Arafah Muzdalifa Mina) tinggal beberapa hari lagi. Di Armina nanti, jamaah haji Indonesia akan mendapat tiga kali makan dalam sehari selama lima hari.

Kabid Katering PPIH Arab Saudi, Elmiati Masyhuri, mengatakan menu yang diberikan kepada jamaah haji Indonesia sebenarnya menu yang tahan basi. Namun demikian, ada beberapa tips yang perlu diperhatikan guna mengantisipasi makanan tersebut menjadi basi.

Pertama, makanan masih boleh dimakan maksimal dua jam setelah diterima jamaah. ‘’Setelah dua jam sejak diterima jamaah itu tidak boleh dimakan lagi,’’ kata Elmiati di Aljaidi, Makkah, Ahad (28/8). Kedua, makanan harus segera dihabiskan jika sudah dibuka. Kalau sudah dibuka lalu ditutup kembali, itu kemungkinan rawan basi.

Menu yang dibuat memang menu-menu yang tahan basi. Tapi, proses persiapan bahan bakunya sudah dilakukan tiga atau empat jam sebelum masak. ’’Jadi kita khawatirkan kalau makanan yang kita sudah terima itu tidak dimakan, dikhawatirkan cepat basi,’’ katanya.

 

 

sumber: Republika Online

Dekatkan Layanan ke Jemaah, PPIH Rilis Call Center dan WA Center

Melayani jemaah menjadi komitmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. Untuk lebih mendekatkan jemaah dalam mengakses layanan petugas maupun memberikan saran, masukan, dan aduan, PPIH merilis call center dan Whatsapp/SMS Center.

Dengan mengusung motto “Kami Ada Untuk Melayani Jemaah”, PPIH Arab Saudi siap menerima aduan selama 24 jam melalui callcenter di nomor 9200 1 3210, serta Whatsapp/SMS Center di nomor 0503 5000 17.

“Ini merupakan bagan dari mata rantai upaya kita untuk mendekatkan jemaah kepada para petugas dan untuk mengumpulkan pengaduan. Kita ada sms center, wa center dan call center,” terang Ketua PPIH Ahmad Dumyati Basori saat dihubungi t(MCH) Daker Makkah, Sabtu (27/08).

Agar bisa diketahui secara luas, pria yang akrab disapa Dumyati ini mengaku kalau saat Ini pihaknya sedang fokus pada sosialisasi secara massif. Harapannya, keberadaan call center serta Whatsapp/SMS Center bisa segera dipahami jemaah haji dan keluarganya serta dimanfaatkan oleh mereka sebagai sarana menyampaikan aduan, saran dan masukan.

Sampai saat ini, lanjut Dumyati, pengaduan yang masuk belum terlalu banyak, baru sekitar 100 aduan, baik melalui sms/wa center, call center, dan ada juga yang melalui bravo (sarana komunikasi sejenis HT yang digunakan oleh tim PPIH). “Harapan kita akan jauh lebih banyak setelah kita siapkan call center. Kita telah siapkan tenaga untuk mendata. Tapi kenyataannya masih sedikit pengaduan yang masuk. Apakah karena tidak ada persoalan yang dihadapi jamaah atau karena jemaah tidak memahami nomor ini,” ujarnya.

Ke depan, Dumyati akan menggalakkan sosialiasi keberadaan layanan saluran pengaduan masalah haji ini, baik melaui banner, leaflet, dan lannya. Sosialisasi juga dilakukan secara langsung kepada masing-masing ketua kloter, ketua rombongan, dan ketua regu agar secara berkesinambungan ikut menosilasasikan kepada jamaah. “Sehingga ketika jemaah menghadapi persoalan, mereka bisa segera mengadukannya melalui media yang kita miliki,” katanya.

Ahmad Dumyati juga memastikan bahwa setiap aduan yang masuk akan segera ditindaklanjuti oleh tim media center yang telah ditunjuk di Kantor Urusan Haji (KUH) Jeddah. Jika ada aduan yang tidak bisa diselesaikan, tim media center akan mengirimnya kepada Ketua PPIH untuk diteruskan kepada masing-masing penanggung jawab yang relevan dengan masalah dalam aduan. (mkd/mkd)

 

Sumber: Kemenag RI

Jangan Malu Bawa Air Mineral

Mantan Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Agama (Kemenag) RI, Rudi Subiyantoro mengingatkan para petugas dan jamaah haji agar mengantisipasi suhu panas di Arab Saudi. Sebab, suhu di Makkah dan Madinah pada musim haji diperkirakan di atas 40 derajat Celcius.

“Jadi, jangan malu bawa air. Kalau tidak banyak minum bisa jadi masalah,” kata Rudi.
Ia menjelaskan, kekurangan air selama berada di Tanah Suci akan berpengaruh pada stamina tubuh. Berdasarkan pengalaman pribadi berhaji pada 1990-an dan 2000, Rudi menuturkan, suhu panas bisa mengakibatkan keluarnya serbuk garam di wajah berbarengan dengan keringat.
“Nah, ini suhunya nanti bisa mendekati 50 derajat Celcius. Penguapannya luar biasa, jadi jangan disepelekan,” ujar dia.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan Chairul R Nasution mengatakan, sebagian besar calon haji Indonesia memiliki risiko kesehatan yang cukup tinggi.
Berdasarkan data kesehatan jamaah haji, setidaknya ada 10 diagnosis penyakit yang paling banyak diderita jamaah, antara lain yang berkaitan dengan darah tinggi, diabetes, dan kelainan lemak darah.
Sehingga, Chairul mengingatkan, para jamaah haji menjaga kondisi tubuh. Jangan sampai mengalami dehidrasi pada cuaca yang sangat panas.

“Kondisi panas dan kelembapan rendah bisa menyebabkan dehidrasi karena banyak di antara mereka (jamaah) tidak merasa panas, tetapi sudah terjadi dehidrasi luar biasa,” jelasnya.

 

 

sumber:Republika Online

Agar tak Kehilangan Alas Kaki

Kehilangan alas kaki seperti sandal atau sepatu saat menjalankan ibadah haji tak bisa dianggap sepele. Ini dikarenakan, berdasarkan data dari Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daerah Kerja Madinah, beberapa jamaah menjalani perawatan karena kaki melepuh akibat kehilangan alas kaki.

Untuk itu, jamaah diimbau untuk selalu mengingat letak rak tempat menyimpan sandal atau sepatu. Apalagi, umumnya banyak jamaah yang lupa meletakkan alas kakinya.

Sebenarnya, ada fasilitas plastik untuk membungkus alas kaki seperti yang diberikan oleh pengurus Masjid Nabawi. Setelah dibungkus plastik, alas kaki dapat dimasukkan dalam tas dan dibawa masuk ke dalam masjid.

Namun, jika enggan membawa masuk alas kaki, calon haji juga diharapkan untuk mencatat nomor rak tempat menyimpan sandal. Cara ini efektif untuk mengantisipasi kesulitan menemukan rak sandalnya, di saat ribuan orang dari sejumlah negara berkumpul di tempat yang sama.

 

sumber: Reublika Online

Jutaan Jamaah Calon Haji Berkumpul, Ini Tips Tak Tersesat di Masjidil Haram

Kejadian jamaah yang tersesat selalu mewarnai musim haji setiap tahunnya di sekitar area Masjidil Haram, terutama di waktu-waktu jelang wukuf karena jutaan manusia telah terkonsentrasi di Makkah.

“Puncak kelelahan calhaj usai tahwaf dan sai di sekitar Bukit Marwah. Namun, ketika ketinggalan rombongan tidak usah panik karena di pos-pos itu ada petugas, tanya saja,mau diantar ke mana? jelas Kepala SektorKhusus Masjidil Haram Ali Nurokhim kepada Media Center Haji (MCH), Jumat (12/08/2016).

Kasus jamaah tersesat menjadi catatan khusus dari tahun ke tahun pelaksanaan ibadah haji. Tahun lalu, ujar Ali, kasus jamaah yang tersesatmencapai 1.000 orang selama musim haji. Alhasil, Sektorsus Masjidilharam menjadi posko pelayanan haji paling padat.

“Kalau sudah mulai ramai ya itu. Kendalanya saat mengantar ke maktab karena parkir di areal posko pusat susah. Jalan menuju Masjidil Haram juga sering ditutup, nanti kita lihat jalan mana saja yang biasa ditutup, agar kita tetap bisa mengantar jamaah tersesat. Biasanya jelang wukuf, jamaah saat padat di Masjidil Haram,” urai Ali Nurokhim.

Secara khusus, ia pun menyampaikan beberapa tips bagi calhaj agar tidak tersesat di area Masjidil Haram. Pertama, jamaah harus mengenali jalan masuk awal dari terminal ke Masjidil Haram. Kedua, ketika melakukan Sai, jamaah harus mengenali tanda-tanda khusus ketika mereka memilih pintu masuk.

Tak lupa, dia mengingatkan jamaah agar selalu mengenakan tanda pengenal, seperti gelang haji, tidak membawa barang-barang berharga, serta membawa barang secukupnya waktu ke Masjidil Haram.

“Kalau ibadah jangan bawa barang berharga, jangan bawa banyak barang, bisa tercecer. Waspada di kamar mandi, masuk ke mana, keluar kemana,” tegasnya.

sumber:Okezone

Dapat Katering Gratis, Jamaah Haji Tak Perlu Bawa Alat Masak

Barang bawaan jamaah haji menjadi salah satu perhatian panitia. Seperti diketahui, jamaah haji hanya diperkenankan membawa barang bawaan seberat 39 kilogram.

“Jangan bawa barang yang tak penting, cukup bawa seadanya, intinya jangan sampai berlebihan karena nanti pasti repot sendiri,” terang Kabid Humas Kementerian Agama, Rosidin Karidi, kepada Okezone, melalui sambungan telefon.

Rosidin mencontohkan, barang bawaan seperti penanak nasi atau rice cooker disarankan tak dibawa. Bahkan peralatan masak lain pun diminta panitia tak dibawa ke Arab Saudi.

“Ya jangan yang berlebihan juga, kaya rice cooker, wajan, panci, bahkan kompor, yang kayak gitu gak usah dibawa-bawa, bikin ribet nantinya,” ujar Rosidin.

Pemerintah pun telah menyiapkan katering untuk jamaah haji selama 15 hari. Adapun makan diberikan pada waktu siang dan malam hari. “Tenang saja, kan sudah dianggarkan, selama 15 hari itu jamaah dijamin makan, katering makan selama 15 hari, dua kali sehari,” terang Rosidin.

 

sumber: Okezone

10 Tips Sehat Selama Menjalankan Ibadah Haji

Ibadah Haji merupakan ibadah dengan perjalanan panjang dan banyak kegiatan yang sangat melelahkan fisik. Selain itu juga berisiko pada kesehatan tubuh. Apalagi kondisi medan, iklim, dan cauaca ekstrim di Tanah Suci sangat jauh berbeda dengan keadaan alam di tanah air.

Pertemuan besar para jama’ah dari berbagai bangsa di dunia yang membuat kondisi Tanah Suci menjadi luar biasa padat, juga bisa menjadi faktor mudahnya penularan langsung atau tidak langsung berbagai penyakit menular. Apalagi jamaah haji juga harus membiasakan diri dengan makanan lokal yang belum tentu cocok di perut, sebab urusan konsumsi, sudah diatur oleh penyelenggara perjalanan haji. Untuk itu perlu adanya tindakan pencegahan yang direkomendasikan dan harus dilakukan para jamaah guna memperkecil resiko-resiko yang mungkin akan menghinggapi selama perjalanan ibadah di Sudi Arabia.

  1. Hal yang utama untuk diperhatikan jamaah haji adalah kebersihan minuman dan makanan yang kita konsumsi. Tidak direkomendasikan jamaah haji untuk meminum air kran, sebab air kran berbahaya untuk dikonsumsi, karena berupa air mentah yang masih banyak mengandung mikroorganisme. Perjalanan panjang selama 10 jam antara Madinah dan Mekah dalam cuaca panas terik pastilah akan membuat para jamaah haji lelah dan kehausan. Padahal di sepanjang perjalanan tidak bisa dipastikan akan menemukan makanan, air minum bersih atau toilet.
  2. Ada baiknya para jamaah haji membekali diri dengan air mineral botol atau jika ingin yang natural bisa dipilih air Zam zam. Air Zam Zam aman diminum walau mentah karena mengandung flouride tinggi yang mampu membunuh kuman. Sehingga resiko dehidrasi selama dalam perjalanan tidak akan terjadi.
  3. Para jamaah haji pun harus memeriksa dengan teliti kebersihan tempat makan yang akan dipilih. Misalnya di distrik Haram, sebaiknya jamaah haji menghindari untuk makan di restauran yang kelihatan kurang bersih. Mengintip kebersihan restoran sebelum memesan makanan dan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan adalah hal yang mutlak dilakukan.
  4. Disarankan jamaah haji untuk selalu membawa sabun pribadi di dalam tas yang selalu dibawa kemana-mana. Lebih baik sedikit repot dan bijak daripada terserang sakit perut dan ibadah menjadi terhambat, bukan? Dengan memerhatikan kebersihan dan kesehatan makanan dan minuman yang dikonsumsi, Insya Allah kondisi fisik para jamaah haji selalu prima untuk mengikuti rangkaian Ibadah Haji di tanah suci.
  5. Tidak menyimpan jatah makanan. Jika jamaah haji mendapat jatah makanan yang masih hangat dan segar, hendaknya segera dikonsumsi, tak perlu disimpan, sebab dikhawatirkan akan menjadi basi dan akan menyebabkan sakit perut jika dikonsumsi kemudian. Saat menerima jatah makanan, hendaknya juga diperiksa apakah masih hangat atau sudah basi. Sebab pengolahan makanan dalam jumlah besar sehingga kadang diolah jauh sebelum jam makan tiba. Jika sudah dalam kondisi tidak baik, sebaiknya tidak dikonsumsi.
  6. Memerhatikan penyakit yang telah diidap sedari di tanah air. Naik haji merupakan kegiatan yang berat, kendala fisik kadang-kadang berbahaya, teruta ma bagi orang tua. Seyogyanya sebelum keberangkatan, memeriksakan diri dan berkonsultasi pada dokter keluarga, sehingga dokter bisa memberikan saran bagaimana menjaga diri supaya kemungkinan komplikasi bisa dihindari.
  7. Kepala kelompok juga harus diberitahu mengenai kondisi kesehatan anggotanya, sehingga selalu tanggap dan waspada. Sebagian besar kaum lanjut usia mengalami resiko pembengkakan pembuluh darah yang mengakibatkan gagal vena atau masalah jantung. Bagi yang memiliki tekanan darah tinggi juga harus berhati-hati. Terutama pada beberapa obat yang bisa meningkatkan tekanan jantung, seperti obat flu dan pelega tenggorokan.
  8. Sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter dalam kelompok. Bagi yang mengidap diabetes, tidak berarti harus berhenti makan karena takut gula darah naik. Sebaiknya tetap makan makanan diet seperti salad buah dan makanan kecil rendah gula, serta tidak tidur di siang hari dan lebih memperhatikan penanganan luka-luka kecil akibat terinjak atau terdorong.
  9. Memperhatikan kecukupan beristirahat. jamaah haji Butuh stamina yang baik untuk bisa mengikuti rangkaian Ibadah Haji. Untuk itu, cukup istirahat mutlak diperlukan. Jangan sampai gara-gara terlalu banyak jalan-jalan dan belanja, kondisi fisik menjadi drop dan menjadi tak cukup fit untuk mengikuti ibadah. Stamina jamaah haji harus benar-benar dijaga, agar bisa menjalankan ibadah di Padang Arafah saat puncak Ibadah Haji berlangsung.
  10. Menyediakan krim. Bagi jamaah haji yang berkulit sensitif, ada baiknya menggunakan krim anti jamur. Krim anti nyamuk juga dianjurkan untuk melindungi diri dari gigitan serangga. Krim untuk menjaga kelembaban kulit dan melindungi kulit dari sengatan matahari juga dianjurkan.

 

sumber: Puskes Haji 

Mencium Hajar Aswad

Mencium Hajar Aswad hukumnya hanyalah sebatas sunnah. Namun, obsesi dari jamaah haji dalam menjalankan sunnah ini begitu menggebu-gebu.

Sebagian mereka bahkan rela berdesak-desakan hingga saling dorong demi melaksanakan sunnah tersebut. Namun, bagaimanakah tata cara mencium Hajar Aswad yang disunnahkan Rasul?
Dalam fiqh, mencium Hajar Aswad disebut dengan istilam. Secara terminologi, istilim diartikan sebagai salah satu bentuk ibadah yang diajarkan ketika melakukan ibadah haji yang dilak-sanakan dengan cara mencium atau mengusap Hajar Aswad, yang ter-dapat di sisi Ka’bah, ketika melakukan tawaf.
Dari beberapa hadis Nabi yang berkaitan dengan istilam, dapat diketahui bahwa istilam yang disunatkan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan kondisi haji yang melakukannya, yaitu:

a. Bagi jamaah haji yang memperoleh kesempatan untuk mendekati Hajar Aswad dapat melakukannya dengan cara mencium dan meletakkan kedua pipi di atasnya. Hal ini diterangkan dalam satu riwayat yang diterima dari Ibnu Umar yang mengatakan sebagai berikut:

“Rasulullah SAW mendatangi Hajar Aswad dan menciumnya kemudian ia meletakkan kedua pipinya (di atas batu) sambil menangis. Kemudian beliau berkata, “Di sinilah ditumpahkan banyak air mata.” (HR. al-Hakim).

b. Bagi jamaah haji yang tidak bisa meletakkan kedua pipinya di atas Hajar Aswad, cukup dengan mencium saja dan menundukkan kepala kepadanya sebagaimana isyarat penghormatan. Hal ini dipahami dari riwayat yang diterima dari Ibnu Abbas sebagai berikut:

“Ibnu Abbas mencium Hajar Aswad dan menundukkan kepala kepadanya.” (HR. Al- Hakim dan Muslim).
c. Bagi Jamaah haji yang tidak memperoleh kesempatan dapat melakukannya dengan mengusapnya dengan tangan, kemudian mencium tangan tersebut sebagaimana  ini dipahami dari riwayat yang diterima dari Nafi’;
“Aku melihat Umar Ibn al-Khatab mengusap Hajar Aswad dengan tangannya kemudian ia mencium tangannya berkata; “Aku tidak pernah meninggalkannya sejak aku melihat Rasul SAW melakukannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
d. Bagi jamaah haji yang tidak sempat menciumnya, cukup dengan cara mengusapkan tongkat dan kemudian mencium tongkatnya. seperti diterangkan dalam riwayat dari Abi Thufail yang berkata;
“Aku melihat Rasulullah SAW tawwaf di Baitullah dan mengusap Hajar Aswad dengan tongkatnya kemudian mencium tongkatnya’ (HR. Muslim).
e. Bagi jamaah haji yang tidak sanggup melaksanakan dengan cara- cara yang disebut di atas cukup dengan melambaikan tangan ke arahnya lalu mengecup tangan sambil terus berjalan dan membaca takbir. Hal ini dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadis berikut:
Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW berkata kepada Umar, “Hai Umar engkau adalah seorang yang kuat, jangan engkau berdesak-desakan untuk mendekati Hajar Aswad lalu kamu menyakiti yang lema h. Jika kamu memperoleh kesempatan maka ciumlah Hajar aKAswad itu. Jika tidak, cukup dengan takbir dan terus berjalan.” (HR. Al-Syafi’i).
Namun demikian pelaksanaan yang Iebih utama ialah dengan cara yang pertama, namun harus diperhatikan, janganlah berdesak-desakan yang mengakibatkan orang-orang yang terluka fisiknya atau teraniaya. Maka dengan sendirinya keutamaan cara yang pertama itu tidak lagi beriaku.

Menghindari berdesak-desakan mendekati Hajar Aswad Iebih baik dari menciumnya dan melakukannya dengan cara lain yang dianjurkan. Istilam cukup dilakukan pada putaran pertama ketika melaksanakan tawaf, tetapi jika mungkin, dilakukan pada setiap putaran.

 

sumber: Republika Online

Tips Memilih Joki Tawaf-Sai

Kondisi risiko tinggi (risti) dan sakit membuat sebagian jamaah tidak mampu melaksanakan prosesi tawaf dan sai dengan sempurna. Namun, jamaah bisa menggunakan jasa joki yang akan membantu jamaah melakukan tawaf dan sai dengan cara mendorongnya dengan menggunakan kursi roda.

Wakil Kepala Sektor Khusus Daerah Kerja (Daker) Makkah, Harun Al Rosyid, memberikan beberapa tips terkait joki tawaf dan sai ini. Pertama, jamaah diimbau tidak menggunakan joki yang berada di luar koordinasi Masjidil Haram. Joki ini biasanya para mukimin.

‘’Joki seperti ini mudah diketahui dan akhirnya ditangkap oleh pihak keamanan Masjidil Haram,’’ katanya. ‘’Jadi, para jamaah diimbau untuk tidak mengambil risiko dengan menggunakan jasa joki mukimin dari luar koordinasi Masjidil Haram.’’

Kedua, jamaah sebaiknya menggunakan jasa pendorong resmi yang berada di wilayah Masjidil Haram. Jamaah bisa menemukan jasa pendorongan dari petugas-petugas Masjidil Haram dengan seragam yang lengkap dan mudah dikenali.

Dan segi pembiayaan, biayanya relatif lebih murah dibanding menggunakan jasa mukimin di luar Masjidil Haram. ‘’Karena itu, kami imbau seluruh jamaah segera menggunakan jasa pendorong kursi roda di Masjidil Haram saja. Lebih murah dan lebih aman,’’ katanya.

Ketiga, jamaah sebaiknya menawar harganya karena biasanya harga jasanya bisa turun. Harga jasa joki Sai atau Tawaf biasanya awalnya 100 riyal (Rp 350 ribu). Namun, harganya bisa ditawar jadi 75 riyal (Rp 260 ribu). ‘’Bahkan, ada yang bisa 60 riyal (Rp 200 ribu). Itu tergantung pendekatan kita pada mereka,’’ kata Harun.

Keempat, jamaah bisa mendatangi langsung untuk bisa menggunakan jasa para pendorong kursi roda ini. Mereka mudah dikenali dari seragamnya berupa jubah putih dengan rompi abu-abu. Mereka biasanya mangkal di dekat tempat Safwa. ‘’Tidak jauh dari Safwa, mereka biasanya sudah berbaris di situ,’’ katanya.

Kelima, jamaah bisa minta bantuan petugas haji. Petugas pendorong kursi roda tidak sulit ditemukan. Namun, kata Harun, jamaah juga bisa minta bantuan petugas haji untuk ditemukan dengan petugas joki tersebut.

 

sumber: Republika Online

Agar Terhindar Jadi Haji Ilegal, Ini Tips Muna Tour

Masyarakat diminta jeli guna menghindarkan diri dari keberangkatan haji ilegal. Jeli yang dimaksud adalah mampu memastikan keberangkatan haji tersebut sudah sesuai dengan apa yang ditetapkan pemerintah Saudi dan Kementerian Agama Republik Indonesia.

Direktur Utama Muna Tour H. Sugeng Wuryanto menjelaskan, keberangkatan haji ini harus memenuhi aspek legalitas dan akomodasi. Tidak hanya masalah hotel saja. Melainkan juga program haji seutuhnya. “Dengan program jelas yang diketahui, kemudian tahu berangkat haji dengan kuota apa?” papar Sugeng kepada Republika.co.id, Kamis (25/8).

Menurutnya, Pemerintah Saudi tak hanya mengeluarkan visa kuota haji tetapi juga visa lain. “Ini harus dipastikan. Jangan sampai visa yang dipakai visa ummal (visa kerja) atau visa ziarah (visa kunjungan),” ungkap dia menerangkan.

Menurut Sugeng, visa ummal dan ziarah bukan untuk ibadah haji. Visa ummal misalnya, memang bisa untuk masuk ke Saudi tapi tidak bisa memasuki Kota Suci Makkah dan Madinah. ”Begitu juga dengan visa ziarah, Anda bisa ke Saudi tetapi tidak bisa masuk ke Kota Suci Makkah dan Madinah,” jelasnya.

Karena itu, lanjutnya, calon jamaah haji harus memastikan apakah yang tertera dalam paspornya adalah visa haji atau bukan. “visa yang diakui Kementerian Haji Saudi untuk para calon jamaah haji yang memasuki Makkah dan Madinah adalah visa haji,” ungkapnya.

Sugeng berharap para penyelenggara haji dan umrah dapat bertanggungjawab dengan memberikan edukasi kepada masyarakat terkait visa apa yang bisa digunakan untuk keberangkatan haji. “Kalau kasus Filipina jelas ilegal karena mengubah paspor atau dokumen,” ungkap Sugeng menambahkan.

 

 

sumber: Republika Online