19 Tempat Bersejarah di Madinah yang Layak Dikunjungi Jamaah Haji dan Umrah

Yatsrib berganti  al-Madinah al-Munawwarah, yang berarti kota bercahaya setelah Nabi Muhammad hijrah, dan kini menyimpan tempat dan warisan bersejarah  

SECARA historis asal nama kota Madinah sebelum Islam adalah Yatsrib. Perubahan nama setelah Itu telah Baginda Nabi Muhammad ﷺ Hijrah, dan dinamailah Madinah, dari al-Madinah al-Munawwarah, yang berarti kota bercahaya.

Selama awal sejarah, sekitar abad ke-9 SM, suku Yahudi tinggal di Yatsrib. Kota Madinah sebelum Islam diisi penduduk yang berasal dari tragedi yang menimpa di masa Nabi Nuh AS. Diceritakan bahwa sebagian umat Nabi Nuh itu tenggelam terbawa banjir besar, termasuk putra Nabi Nuh, Kan’an. (dalam Al-Madinah al-Munawwarah fi at-Tarikh: Dirasah Syamilah, Abdussalam Hasyim Hafidz).

Kota Madinah juga dihuni oleh dua suku dominan, yaitu Arab dan Yahudi. Kedua bangsa itu datang ke Yatsrib setelah penduduk yang terdahulu dari Suku Amaliqah punah.

Suku-suku Yahudi terkemuka di sana adalah Bani Quraizah, Bani Nadir, dan Bani Qunaiqa. Selain itu, ada pula Suku Aus dan Khazraj, dua suku Arab terkemuka di Yaman yang telah menetap di Madinah jauh sebelum datangnya agama Islam.

Kabilah Aus menempati wilayah dataran tinggi di selatan dan timur, sedangkan kabilah Khazraj tinggal menempati wilayah dataran rendah di utara Madinah. Pemeluk Nasrani ini adalah keturunan kabilah besar Yaman yang bernama Bani Azd.

Bani Aus dan Bani Khajraj ialah dua kabilah pemeluk agama Nasrani, merupakan imigran dari Yaman setelah terjadi bencana pecahnya bendungan Ma’rib. Bani Aus dan Khazraj telah berperang satu sama lain selama lebih dari 120 tahun.

Salah satu perang terhebat adalah Perang Buats yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, terjadi pada tahun kelima sebelum peristiwa Hijrah.

Pada perang ini, pemimpin dari kedua kabilah ini tewas. Saat itu, Bani Aus didukung oleh Yahudi Bani Quraidhah dan Bani Nadzir, sementara Bani Khajraj didukung oleh Yahudi Bani Qainuqa.

Namun setelah kedatangan Nabi ﷺ, suku-suku ini menyambut umat Islam dengan tangan terbuka, memeluk Islam dan mengakhiri perang selama seabad.

Pasca peristiwa Piagam Madinah, hampir tidak ada lagi penyebutan Bai Aus dan Bani Khazraj. Oleh Nabi Muhammad, kedua pihak sama-sama disebut sebagai Kaum Anshar.

Masjid Nabawi menjadi tempat paling suci kedua dalam agama Islam, setelah Masjidil Haram di Mekkah. Shalat di Masjid Nabawi memiliki keutamaan yang besar sebagaimana dijelaskan oleh Rasûlullâh ﷺ:

صَلاَةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ، إِلَّا المَسْجِدَ الحَرَام

“Satu shalat di masjid saya ini lebih baik daripada seribu shalat ditempat lain, kecuali Masjidil Haram.” (HR: Al-Bukhâri dan Muslim).

  • Makam Rasulullah ﷺ dan Kubah Hijau

Makam Rasulullah ﷺ adalah tempat di mana Nabi Muhammad ﷺ dimakamkan berdekatan dua sahabatnya, ada Abu Bakar Ash-Shidiq dan Umar bin Khattab.

Di Masjid Nabawi juga populer Kubah Hijau, bangunan penting yang terletak di sudut tenggara Masjid Nabawi di Madinah.  Kubah Hijau adalah kubah berwarna hijau yang dibangun tepat di atas makam Nabi Muhammad ﷺ.

Kubah Hijau tidak ada pada masa Nabi Muhammad. Bagunan ini yang juga dikenal “Kubah Nabi” atau “Kubah Masjid Nabawi” dibangun dan dicat hijau pertama kali tahun 1253 H (1837 M) oleh Sultan Abdul Hamid Al-Utsmani.

  • Raudhah

Raudhah adalah area di dalam Masjid Nabawi yang diyakini sebagai taman surga. Tempat ini menjadi tempat ziarah penting bagi umat Islam dari seluruh dunia.

Baginda Nabi ﷺ bersabda:

مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الجَنَّةِ

“Tempat yang terletak diantara rumah saya dan mimbar saya adalah salah satu di antara taman-taman surga.” (HR: Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis lain disebutkan, rumah yang dimaksud adalah rumah Ibunda Aisyah Radhiyallahu anhuma, yakni rumah tempat Baginda Nabi ﷺ wafat dan sekarang menjadi makam beliau.

  • Makam Baqi’

Makam Baqi’ adalah tempat pemakaman yang berisi makam para sahabat Nabi Muhammad ﷺ dan keluarganya.

  • Masjid Quba

Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh Nabi Muhammad ﷺ di Kota Madinah. Masjid ini terletak sekitar 3 km di sebelah selatan Masjid Nabawi dan menjadi tempat ziarah penting bagi umat Islam.

Di tempat tersebut dimakamkan para keluarga dan sahabat Nabi Muhammad, keluarga beliau, serta para tabiin dan tabiuttabiin. Di antara mereka adalah; As’ad bin Zararah, Utsman bin Mazoun, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Aisyah, Fatimah az-Zahra, dan lainnya

Keistimewaan dari makam Baqi adalah penghuni makam Baqi termasuk yang pertama kali akan dibangkitkan dari dalam kubur, yaitu setelah Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar.

  • Jabal Uhud

Jabal Uhud adalah sebuah bukit di luar Kota Madinah yang menjadi tempat pertempuran antara pasukan Muslim dan pasukan kafir Quraisy pada hari Sabtu, 23 Maret 625 M (7 Syawal 3 H), setahun lebih seminggu setelah Perang Badar.

Di sini terdapat 70 syuhada dari Sahabat Nabi dan makam Hamzah, paman Nabi Muhammad ﷺ.

  • Masjid Qiblatain

Masjid Qiblatain adalah masjid yang memiliki dua kiblat. Qiblatain artinya dua kiblat. Kiblat pertama yang menghadap ke Masjidil Haram di Makkah dan kiblat kedua yang menghadap ke Masjid Al-Aqsa di Baitul Maqdis (di Palestina).

Masjid ini terletak sekitar 7 km di sebelah timur laut Masjid Nabawi dan menjadi tempat ziarah penting bagi umat Islam. Awalnya, masjid ini dikenal dengan nama Masjid Bani Salimah, karena dibangun di perkampungan Bani Salimah.

Ketika Nabi di Makkah Nabi shalat menghadap Baitul Maqdis (Masjid al-Aqsha) sekaligus menghadap kiblat. Yaitu Nabi menghadap ke utara dan dipaskan sekaligus menghadap kiblat.

Ibnu Ábbas berkata :

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَهُوَ بِمَكَّةَ نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ، وَالْكَعْبَةُ بَيْنَ يَدَيْهِ

“Rasulullah ketika di Makkah shalat menghadap Baitul Maqdis sementara Ka’bah di hadapan beliau.” (HR: Ahmad).

Hal ini dilakukan Nabi sekitar 16 atau 17 bulan. Lalu Allah memerintahkan untuk merubah kiblat ke arah Ka’bah. Allah berfirman :

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (QS: Al-Baqarah: 144)

  • Khandak atau Masjid Khamsah

Khandak atau Masjid Khamsah adalah tempat di mana Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya membangun parit untuk melindungi Kota Madinah dari serangan musuh.

Lokasinya terletak di Gunung Sila’, masih di sekitar Madinah. Masjid ini dibangun untuk mengenang dan menghormati jasa pejuang dan syuhada saat Perang Khandak.

  • Masjid Jummah

Masjid Jummah adalah masjid yang menjadi tempat shalat Jumat pertama di Kota Madinah.

  • Masjid Ghamama

Masjid Ghamama adalah masjid yang menjadi tempat Nabi Muhammad ﷺ melaksanakan shalat istisqa’ atau shalat meminta hujan.

  • Masjid Abu Bakar

Masjid Abu Bakar adalah masjid yang dibangun di atas rumah Abu Bakar Ash-Shiddiq, sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang menjadi khalifah pertama umat Islam.

  • Masjid Ali

Masjid Ali adalah masjid yang dibangun di atas rumah Ali bin Abi Thalib, sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang menjadi khalifah keempat umat Islam.

  • Kota Al Ula

Kota Al Ula adalah kota bersejarah yang terletak sekitar 400 km di sebelah barat daya Kota Madinah. Kota ini memiliki banyak situs bersejarah seperti Al-Hijr, Madain Saleh, dan Qasr Al Farid.

Al Ula adalah ibu kota Lihyanites Kuno (Dedanites). Lokasinya terletak 300 km di sebelah utara Madinah.

Kemudian antara abad ke-5 hingga abad ke-2 SM, Al Ula dihuni oleh Kerajaan Lihyan yang dipimpin oleh Dinasti Nabatean.  Dinasti Nabatea berkuasa hingga sekitar tahun 106, sampai ibu kota mereka, Petra, ditaklukkan oleh bangsa Romawi.

Pada abad ke-7 hingga abad ke-6 SM, wilayah ini diduga dihuni kaum Tsamud dari Kerajaan Dedanite. Kota ini menjadi kota yang paling dihindari Baginda Nabi Muhammad ﷺ, karenanya dianggap sebagai kota terkutuk.

  • Kota Madain Saleh

Kota Madain Saleh adalah kota bersejarah yang terletak sekitar 400 km di sebelah barat daya Kota Madinah. Mada’in Saleh, yaitu situs arkeologi yang dibangun lebih dari 2.000 tahun lalu oleh orang-orang Nabatean, dan diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

Menurut sejarah, dulunya, wilayah ini sangat subur dan hijau, hingga penduduknya memiliki hasil panen yang cukup setiap tahunnya. Namun kekayaan alam yang melimpah membuat kaum Tsamud sombong dan berlaku kejam, suka menyiksa dan membunuh orang miskin.

Nabi Saleh AS kemudian diutus untuk membimbing mereka. Sebagian ikut Nabi Nuh, namun yang lain menolaknya, bahkan dua dari mereka membunuh unta yang tidak bersalah.

Sebagai hukuman untuk ini, Allah mengirimkan gempa bumi di tengah malam, yang membuat mereka semua mati, dan tidak ada yang bangun lagi.  Hal ini tertuang dalam Al-Quran;

فَأَخَذَتْهُمُ ٱلرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا۟ فِى دَارِهِمْ جَٰثِمِينَ

“Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.” (QS: Al A’raf:78).

Nabi ﷺ sangat menghindari wilayah ini, yang masih satu wilayah di Kota Al Ula.

  • Jalur Kereta Api Hijaz

Proyek kereta api ini selesai pada awal abad ke-20 dan didanai oleh dunia Islam. Ini adalah salah satu proyek yang sukses pada masa pemerintahan Abdul Hamid II, Sultan Ustmani (Ottoman).

Jalur Kereta Api Hijaz ini dibangun pada tahun 1908 untuk menghubungkan antara Damaskus ke Madinah dan digunakan untuk mengangkut jamaah haji ke kota suci.

Jalur ini dibangun melalui wilayah Hijaz di Arab Saudi modern, dengan jalur cabang ke Haifa di Laut Mediterania. Kereta api terdiri dari 32 stasiun, banyak di antaranya saat ini berada di Arab Saudi.

Proyek pembangunan lintasan ini membutuhkan waktu 8 tahun, membelah medan pegunungan yang gersang dari Damaskus ke Madinah. Total biaya kereta api diperkirakan 4 juta lira Utsmani (Ottoman) (sekitar 570 kg emas), setara dengan hampir 20 persen dari seluruh anggaran Ottoman saat itu.

Kereta Api Hijaz mencapai Madinah dan diresmikan dengan sebuah upacara pada tahun 1908. Jalan kereta api sepanjang 1.464 kilometer, dengan panjang rel mencapai 1.900 kilometer.

Kereta Api Hijaz rusak parah selama Perang Dunia Pertama (1914-1918) oleh Lawrence of Arabia dan Pemberontakan Arab. Namun, sebagian dari Kereta Api Hijaz masih ada, dan sebagian masih berfungsi.

  • Wadi Al-Aqeed

Wadi Al-Aqeeq, dibangun pada masa Nabi Muhammad ﷺ. Baginda Nabi ﷺ menyebutnya “lembah yang diberkahi”.

Menurut sejarah Islam, saking suburnya wilayah ini, beberapa tempat dibangun di tepian Wadi Al-Aqeeq , terutama pada masa Abbasiyah dan Umayyah. Bahkan, tidak jarang melihat peternakan, kebun, dan rumah-rumah besar di wilayah Wadi Al-Aqeeq.

Dari sekian banyak istana yang dibangun di lembah tersebut, beberapa di antaranya dikatakan milik sahabat Nabi Muhammad ﷺ, termasuk Urwah bin Zubair (RA). Sumur Urwah merupakan sumur terkemuka yang dibangun di atas Wadi Al-Aqeeq dengan maksud untuk menimba air dari Jabal Eir guna menyuplai air bagi warga setempat.

  • Sumur Raumah

Sumur Raumah merupakan sumur hasil wakafkan Sahabat Utsman bin Affan terletak di Madinah. Sumur tersebut awalnya dimiliki oleh seorang Yahudi dan menjadi satu-satunya sumber air bersih di Madinah saat terjadi kekeringan.

Utsman bin Affan kemudian membeli seluruh sumur tersebut dengan harga yang tinggi dan kemudian mewakafkannya untuk umat Muslim. Setelah diwakafkan, sumur tersebut dapat dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk si pemilik lama Yahudi secara gratis.

Sumur Raumah merupakan salah satu situs sejarah di Madinah yang layak dikunjungi. Sumur tersebut terletak di Madinah, tepat di sebelah Masjid Qiblatain. Sumur ini juga dikenal dengan nama Sumur Wakaf Utsman bin Affan dan masih digunakan sampai sekarang.  

  • Museum Al-Madinah

Museum ini memamerkan sejarah dan budaya Madinah, termasuk artefak dari zaman Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Lokasi Museum Al-Madinah ada di Jalan Omar Ibnu Alkhtab, As Suqya, Al-Madinah 42315, Arab Saudi, tidak jauh dari Masjid Nabawi, dan dekat dengan Stasiun Kereta Haramain.

Museum ini memamerkan sekitar 2.000 artefak langka yang menangkap warisan dan budaya Madinah dan mendokumentasikan lanskap, orang-orangnya, dan bagaimana bentuknya selama bertahun-tahun. Museum ini didirikan pada tahun 1983 sebagai proyek untuk mengubah Stasiun Kereta Api Al-Hijaz yang didirikan pada tahun 1908 menjadi sebuah museum bernama Museum Al-Madinah.

  • Percetakaan Al-Quran

Kompleks Percetakan Al-Quran Raja Fahd terletak di Madinah, Arab Saudi. Kompleks ini terletak di jalan utama Tabuk di kota Madinah.

Ini adalah mesin cetak khusus yang mencetak lebih dari 10 juta eksemplar Al-Qur’an setiap tahun. Kompleks ini menggunakan teknologi dan peralatan canggih untuk mencetak Al-Quran berkualitas tinggi.

Seluruh mesin cetak dimekanisasi, dan pekerjaan dilakukan dengan sangat presisi. Kompleks ini didirikan pada tahun 1985 dan telah menerbitkan 55 terjemahan Al-Quran yang berbeda dalam 39 bahasa.

Percetakaan ini menawarkan Al-Quran berbahasa Arab, bacaan, pencarian tekstual, terjemahan, gambar manuskrip Al-Quran awal, dan komentar tafsir. Kompleks ini terbuka untuk pengunjung, dan orang dapat mengambil salinan Al-Qur’an secara gratis.

Kompleks percetakan ini merupakan salah satu tempat percetakan Al-Quran terbesar di dunia dan memiliki lebih dari 1.700 karyawan.*

HIDAYATULLAH

Jaafaria, Surga Belanja Oleh-Oleh Jamaah Haji yang Dahulu Dikenal Pasar Seng

Mendengar nama pasar Seng, teringat ketika orangtua dahulu yang kerap berhaji atau umrah selalu menyempatkan singgah ke pasar tersebut.

Namanya tenar dikala itu, di antara tahun 1990 hingga 2000-an mengenal pusat belanja oleh-oleh ada di pasar Seng.

Tapi kini, cerita pasar Seng itu sudah berganti. Tahun 2008, pemerintah Saudi menggusur pasar tersebut untuk perluasan Masjidil Haram. Kini pasar Seng tinggal kenangan.

Saat ini, era Pasar Seng itu tergantikan oleh Pasar Jaafaria atau Jaafaria Sauq. Sama seperti Pasar Seng, Pasar Jaafaria juga menarik jamaah haji mayoritas Indonesia, karena harganya yang murah. “Harga grosir”, begitu Pasar Jaafaria dikenal. Sehingga menjadi “surga” bagi jamaah haji dan umrah untuk membeli oleh-oleh.

Letaknya hanya 1 kilometer dari Masjid Al Haram, Makkah, tepatnya di sebelah Masjid Jin, Pasar Jaafaria menempati lantai dasar dari beberapa bangunan hotel yang ada di sekitar daerah itu.

Pantauan Okezone, banyak jamaah Indonesia sebelum pulang ke Tanah Air usai melaksanakan ibadah Haji, mereka berbondong-bondong berburu aneka oleh-oleh di Pasar Jaafaria.

Ketika memasuki lantai dasar, bukan hanya Indonesia, pasar Jaafaria disesaki para jamaah negara lain yang ingin membeli buah tangan untuk keluarga tercinta.

Barang yang ditawarkan beraneka ragam, boleh dikatakan sangat lengkap. Mulai dari pakaian muslim, souvenir, batu cincin, makanan, parfum, hingga perhiasan emas pun tersedia.

Umumnya barang yang ditawarkan segala macam perlengkapan ibadah umat muslim. Negara yang memproduksi bervariasi, baik lokal maupun mancanegara seperti China, India, Turki, Yaman, Mesir, Pakistan, bahkan buatan Indonesia juga ada.

Untuk membuktikan, apakah benar pasar Jaafaria ini menawarkan harga miring dari toko pada umumnya. Memang benar, harganya lebih murah dibanding dengan di toko-toko sekitar maktab Indonesia.

Contohnya, untuk satu harga sorban, di toko biasa dijual 15-20 riyal, sementara di Pasar Jaafaria ditawarkan harga 8 riyal, namun harus membeli satu lusin. Bila satuan dikenakan harga 10 riyal perbuahnya. Pembeli bisa hemat 5 riyal.

Untuk souvenir harga toko dengan di Pasar Jaafaria rata-rata sama. Bedanya bila membeli minimal 10 buah dapat bonus satu gantungan kunci.

Tapi, seperti umumnya toko-toko di Makkah, pembeli harus pandai-pandai menawar. Bahkan beda hari, bisa beda harga untuk barang yang sama.

Seperti yang dialami Tuty, jamaah haji asal Madura ini mengaku menghabiskan uang hingga 9 juta rupiah ketika berbelanja di Pasar Jaafaria. “Lumayan banyak (belanjannya), mumpung disini dan murah,” ujar Tuty yang mengaku banyak membeli pakaian muslim dan souvenir.

Hal lain yang membuat ia senang berbelanja di Jaafaria lantaran hampir semua penjual bisa berbahasa Indonesia. “Bisa ditawar, soalnya mereka bisa berbahasa Indonesia, dah gitu lengkap, banyak pilihan dan bisa bayar dengan rupiah,” tuturnya.

Berbeda cerita dengan Aisyah yang mengaku menyesal lantaran, justru soal harga lebih murah di Madinah. “Saya sebelum ke Makkah sempat belanja di Madinah, barang yang saya beli sama persis, tapi harga selisih 5 riyal lebih mahal di sini (Jaafaria),” ujar jamaah haji dari Bekasi ini.

Sebagai informasi, bila belanja di Pasar Jaafaria, sebaiknya pagi hari atau sore, bila siang udara sangat terik sekali. Suhunya mencapai 40-42 derajat celsius.

Bila datang waktu salat, para pedagang akan menutup tokonya sementara, dan mereka akan menggelar salat berjamaah di dalam pasar tersebut. Selepas 30 menit pasar kembali dibuka.

OKEZONE