Mengapa Kita Biarkan Masjid Sepi

Oleh: Muhammad Shobri Azhari

Bulan Ramadhan merupakan momen paling tepat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah. Mengaji Alquran, zikir, menghadiri majelis taklim, dan shalat berjamaah. Apalagi, jika amaliah tersebut dilakukan di masjid, tentu lebih afdhal lagi.

Pada bulan yang suci ini, hampir semua agenda keagamaan dipusatkan di masjid. Tadarus Alquran, berbuka bersama, santunan anak yatim, dan berjamaah shalat. Ibadah yang disebut terakhir semakin ramai, berbeda dengan bulan-bulan lainnya.

Shalat berjamaah, ibaratnya adalah show of force atau unjuk kekuatan kaum Muslimin. Ibadah jamaah, baik itu di masjid atau mushala adalah syiar agama. Dalam Alquran disebutkan, bagi yang mengagungkan syiar-syiar Allah merupakan ciri orang bertakwa.

Mereka yang memakmurkan masjid disebut oleh Nabi Muhammad dalam sabdanya, “Jika kalian melihat seorang yang membiasakan diri mendatangi masjid, maka saksikanlah baginya keimanan. Allah berfirman: ‘Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian.’’ (HR at-Tirmizi).

Nabi banyak memberi motivasi kepada kaum Musimin secara umum untuk mendatangi masjid dan memakmurkannya. Beliau menyebut mereka dengan predikat yang baik dan memuliakan mereka. Seperti disebutkan dalam hadis, “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid adalah kerabat Allah.” (HR Bazzar).

Bahkan, Nabi secara khusus mendidik para sahabat untuk mencintai masjid. Dengan dijadikannya masjid sebagai pusat peribadatan, pendidikan, dan pemerintahan sekaligus, membuat intensitas kehadiran para sahabat semakin meningkat.

Dengan didikan tersebut, otomatis hati mereka menjadi semakin dekat dengan masjid. Sekarang kita perlu berkaca, mengapa kita terkadang membiarkan masjid sepi. Padahal, di antara kita ada yang duduk sebagai pengurus utama masjid atau rumahnya dekat dengan masjid.

Di sini, kita banyak memiliki masjid yang seharusnya juga setiap saat kita makmurkan masjid tersebut. Bandingkan dengan perjuangan saudara-saudara kita seiman di daerah minoritas, di Eropa, Amerika, bahkan di Asia sendiri.

Betapa sulitnya mereka memiliki masjid. Pemerintah setempat cenderung menerapkan aturan yang ketat. Terkadang mereka harus mengakali hal itu dengan menjadikan rumah mereka sebagai masjid atau menyewa gedung untuk sekadar shalat Jumat.

Di Palestina, saudara-saudari kita tidak diizinkan shalat di Masjid al-Aqsa kecuali bila berusia di atas 50 tahun. Mereka berani bentrok dengan polisi Israel agar bisa shalat di al-Aqsha. Luka akibat tembakan dan cedera karena dipukul senjata tak menyurutkan mereka.

 

sumber: Republika Online

Menjadi murid brilian, Sunan Giri digelari Ainul Yaqin

Setelah dibuang ke laut oleh kakeknya yang tak lain Raja Blambangan, (sekarang Banyuwangi, Jawa Timur), Prabu Menak Sembuyu, bayi Raden Paku atau Sunan Giri diselamatkan oleh saudagar kaya di Selat Bali. Raden Paku kemudian diasuh oleh si pemilik kapal, Nyai Ageng Pinatih di Gresik dan diberi nama Joko Samudra.

Hari-hari Joko Samudra dipenuhi kasih sayang dari ibu angkatnya itu. Menginjak masa remaja, ibu asuhnya menitipkan Joko Samudra ke Ampel Denta, di Surabaya untuk menimba ilmu agama kepada Sunan Ampel.

Di Ampel Denta Joko Samudra mampu menyerap ilmu dari Sunan Ampel dengan cepat. Bahkan karena kagum dengan kecerdasan dan kewibawaan Joko Samudra yang melebihi santri-santri lain, Sunan Ampel menggelarinya Ainul Yaqin.

“Raden Paku menerima ilmu agamanya di Ampel Denta dengan baik. Bahkan karena kecerdasannya, dia sangat disayangi oleh Sunan Ampel dan digelari Raden Ainul Yaqin,” terang Wakil Ketua Yayasan Makam Sunan Giri, Sobirin kepada merdeka.com, Gresik, Jawa Timur, Jumat (7/10).

Melihat kecerdasan dan sorot mata yang penuh wibawa dari Raden Paku, lanjut Sobirin, Sunan Ampel teringat pesan Syekh Maulana Ishak, yang pernah menemuinya.

“Kemudian Sunan Ampel teringat pesan Syekh Maulana Ishak, yang berpesan, jika kelak bertemu anaknya, Sunan Ampel diminta untuk memberinya nama Raden Paku. Setelah teringat pesan itu, Sunan Ampel menemui Nyai Ageng Pinatih, menanyakan asal-usul Joko Samudra, dan diketahuilah asal-usulnya,” sambung Sobirin.

Setelah dianggap sudah cukup menimba ilmu agama di Ampel Denta, Sunan Ampel menyuruh Raden Paku pergi ke Tanah Suci untuk berhaji bersama anaknya, Maulana Mahdum Ibrahim atau Sunan Bonang.

“Sepulang dari Tanah Suci, Raden Paku dan Raden Mahdum Ibrahim tidak langsung pulang ke Jawa, melainkan singgah ke Samudra Pasai, sesuai pesan Sunan Ampel untuk menemui Syekh Maulana Ishak. Di sanalah Raden Paku mengetahui asal-usulnya,” cerita Sobirin.

Saat kembali ke Tanah Jawa, oleh ayahnya, Raden Paku dibekali segenggam tanah. Syekh Maulana Ishak mewasiatkan kepada anaknya itu, untuk mencari tempat yang tanahnya sama persis dan sama bau dengan tanah yang dibawanya.

Dan di tempat itulah Raden Paku diperintahkan sang ayah, mendirikan pesantren. “Setelah melakukan pencarian, akhirnya Raden Paku menemukan tempat yang sesuai dengan pesan ayahnya, yaitu di Puncak Giri, Desa Sidomukti, Kecamatan Kebomas,” sambungnya.

Di Giri, Raden Paku alias Joko Samudra alias Ainul Yaqin mendapat gelar Sunan Giri. Di Giri ini dia mendirikan Giri Kedatang serta bergelar Prabo Satmoto. Dia juga diangkat menjadi wali mufti di jajaran Dewan Wali (Wali Songo), menggantikan Sunan Ampel yang wafat pada Tahun 1478.

Giri Kedaton di bawah pemerintahan Prabu Satmoto, tidak hanya menjadi pusat pendidikan Agama Islam di Tanah Jawa, tapi juga menjadi pemerintahan sekaligus penasehat Kerajaan Demak Bintoro.

 

sumber: Merdeka.com

Dari Linkin Park ke Alquran, bule ini memeluk Islam

Hidayah Islam dapat masuk ke sanubari siapapun melalui jalan yang berbeda-beda. Seperti yang dialami Gary Williams. Bermula dari perbincangan musik rock Linkin Park dengan wanita muslim Indonesia, WNA asal Inggris ini mulai mengenal Islam dan Alquran.

“Dulu saya agnostik, keluarga saya begitu semua. Jadi kami ke gereja cuma kalau ada nikahan saja setelah berbicara dengan Ilona saya jadi begini,” kata Gary di kediamannya di bilangan Bintaro, Minggu (22/6).

Ilona yang kini telah menjadi istrinya, sukses membuat Gary penasaran tentang Islam. Bagi Gary, Islam adalah ajaran menarik dan masuk akal.

“Islam itu memuat semuanya mulai dari alam, tubuh, luar angkasa, dan masuk akal. Satu tahun kemudian saya mulai berhenti alkohol, satu tahun selanjutnya saya mulai belajar tidak makan babi,” jelas anggota dari mualaf center ini.

Gary tidak serta merta percaya pada ajaran Nabi Muhammad SAW, dia juga mulai berpikir dan belajar lagi tentang konsep tuhan yang selama ini dia pelajari.

“Saya sangat takjub dengan Alquran dan saya percaya tidak mungkin dibuat manusia dan akurat banget. Saya merasa aneh jika Yesus dibilang tuhan karena disalib dan itu tidak masuk akal. Saya sudah meneliti kalau di Islam itu Yesus adalah manusia bukan tuhan,”ucap ayah beranak satu ini panjang lebar.

Pengetahuan tentang Islam makin mantap saat dia bertemu kembali dengan mantan tetangganya Abdullah Hood. Hood yang memeluk Islam lebih dulu dari Gary sebenarnya sudah pindah ke Arab Saudi.

Namun Hood rela kembali ke Inggris untuk khusus membimbing Gary. Hood lah membawa Gary ke Islamic Center dan belajar salat.

“Dari situ saya banyak berbicara dengan banyak orang muslim. Dia sangat membantu akhirnya setelah belajar 18 bulan, saya rasa bagus Islam itu tidak seperti agama saya baca selama ini di sekolah dulu,”.

Setelah pencarian yang panjang, Gary akhirnya memeluk Islam pada awal 2011. Gary pun segera mereguk manisnya iman, Hood menawarinya berumroh gratis.

sumber: Merdeka.com

Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz, Wanita Pemberani yang Gandrung Berjihad

AR-RUBAYYI’ binti Mu’awwidz bin Afra Al-Anshariyah ini adalah salah seorang shabiyah (shahabat wanita) dan perawi hadits Rasulullah SAW. Dia berasal dari keluarga yang baik dan terhormat, serta terkenal dengan berbagai kemuliaan sejak hari pertama mengenal Islam. Ayahnya adalah salah seorang yang menyaksikan Baiat Aqabah, Perang Badar, dan bergabung dengan pamannya dalam upaya pembunuhan Abu Jahal.  Keduanya beruntung mendapatkan doa yang indah dari Rasulullah. Sebagaimana beliau telah mendoakan keduanya, “Semoga Allah memberi rahmat kepada kedua anak Afra yang keduanya bergabung untuk membunuh Firaun umat ini (Abu Jahal).”

Kedudukan dan Kehormatannya

Ar-Rubayyi’ masuk Islam di Madinah ketika Rasulullah tiba di sana sebagai seorang muhajir (orang yang berhijrah). Saat itu dia masih berusia sangat muda. Ar-Rubayyi’ merupakan salah seorang shahabiyah yang mendapat perhatian dari Nabi Muhammad, dan cukup dekat dengan beliau. Kedekatan tersebut menorehkan kedudukan dan kehormatan mulia Ar-Rubayyi’ di sisi beliau. Diceritakan bahwa Rasulullah mengunjungi Ar-Rubayyi’ pada pagi hari setelah malam pengantinnya, sebagai wujud silaturrahim kepadanya. Hal itu terjadi setelah Perang Badar. Dan dalam kunjungan itu, beliau juga menyempatkan diri untuk memberikan petunjuk kepada para wanita, demi kebaikan dunia dan akhirat.

Bahkan tidak sedikit teks sejarah yang menyebutkan kemuliaan dan kehormatan kedudukan Ar-Rubayyi’ di sisi Rasulullah. Musa bin Harun Al-Hammal mengatakan, “Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz telah mendampingi Nabi SAW, dan dia memiliki kehormatan yang tinggi.” Kemudian Adz-Dzahabi menyebutkan bahwa Rasulullah mendatangi Ar-Rubayyi’ di hari pernikahannya, lalu duduk di atas kasurnya, ini menunjukkan kesempurnaan kebahagiannya.”

Begitu dekatnya Ar-Rubayyi’ dengan Rasulullah, bahkan beliau biasa makan di rumahnya, menerima hadiahnya, dan menghormatinya. Dalam hal ini, Ar-Rubayyi’ memiliki cerita yang sungguh indah. Diriwayatkan mengenai Ar-Rubayyi’ bahwa suatu ketika dia mendatangi Rasulullah dengan membawa sepiring kurma dan sepinggan anggur. Seketika beliau menggantinya dengan emas atau perhiasan, seraya bersabda kepada Ar-Rubayyi’, “Berhiaslah dengan ini!”

…Ar-Rubayyi’ menjadi shahabiyah satu-satunya yang meriwayatkan secara detil tentang wudhu Rasulullah…

Begitulah Rasulullah menunjukkan kedermawanan yang berpadu dengan kelembutan dan kemurahan kepada Ar-Rubayyi’. Dalam lembaran-lembaran tentang kehidupannya, kita akan mendapatkan riwayat tentang kunjungan Rasulullah lainnya. Tak hanya sekedar berkunjung, kedekatan Ar-Rubayyi’ dengan beliau terlihat dari fragmen ketika Rasulullah berwudhu di rumahnya dan bersabda kepadanya, “Tuangkan air wudhu untukku!” Sehingga Ar-Rubayyi’ menjadi shahabiyah satu-satunya yang meriwayatkan secara detil tentang wudhu Rasulullah. Ibnu Majah mentakhrij hadits darinya bahwa Rasulullah berwudhu dengan membasuh sebanyak tiga kali-tiga kali.

Demikianlah, terkait kedekatan Rasulullah dengan Ar-Rubayyi, tidak ada cinta yang lebih mulia daripada cinta beliau kepada para syahid dan anak-anak mereka. Rasulullah senantiasa menunjukkan kelemahlembutan kepada mereka. Beliau juga menjanjikan kepada mereka untuk selalu menziarahi mereka dan memberikan kepada mereka arahan dari waktu ke waktu.

Saking intensnya berinteraksi dengan Rasulullah, tak heran jika Ar-Rubayyi’ terampil menyebutkan sifat-sifat Rasulullah dengan cara dan diksi yang indah. Diriwayatkan Abu Ubaidah bin Muhammad bin Ammar bin Yasir, “Kukatakan kepada Ar-Rubayyi’ binti Mua’wwidz bin Afra, ‘Sebutkan ciri-ciri Rasulullah untukku!’ Ar-Rubayyi’ menjawab, ‘Wahai anakku, engkau melihatnya laksana matahari terbit’.”

Sang Pemberani

Dalam berbagai literatur sejarah, diceritakan bahwa Ar-Rubayyi’ adalah seorang wanita mulia yang memiliki keberanian mumpuni. Sebuah keberanian yang diletakkannya dalam konteks perlawanan terhadap kebatilan dan kemusyrikan. Sepertinya, sifat pemberaninya itu diturunkan dari ayahnya, sang pemberani yang bergabung dalam operasi pembunuhan Abu Jahal. Ar-Rubayyi’ memliki kebanggaan yang besar kepada ayahnya.

Keberanian Ar-Rubayyi’ ditunjukkannya ketika dia menantang ibu Abu Jahal. Diriwayatkan bahwa Ar-Rubayyi’ mengambil minyak wangi dari Asma binti Makhrabah, ibu Abu Jahal. Lalu Asma menanyakan nasab Ar-Rubayyi’. Lantas dia pun menyebutkan silsilah nasabnya. Kemudian Asma berkata, “Engkau adalah anak perempuan dari seorang pembunuh tuannya (Abu Jahal).”

Dengan penuh keberanian, Ar-Rubayyi’ menjawab, “Aku adalah anak perempuan dari seorang pembunuh ‘budak’nya.” Mendengar jawaban tersebut, sontak Asma naik pitam, namun tidak berani meladeni keberanian Ar-Rubayyi’. Asma hanya bisa menimpali, “Demi Allah, aku tidak akan menjual sesuatu kepadamu untuk selama-lamanya.” Ar-Rubayyi’ yang merasa senang membuat Asma murka berkata, “Haram bagiku untuk membeli sedikit saja dari minyak wangimu.” Sungguh, ini merupakan satu bentuk sikap barra` (anti-loyalitas) yang patut ditiru oleh setiap muslim.

Mujahidah Pejuang

Keberanian yang dimiliki Ar-Rubayyi’ menjadikannya sebagai sosok yang gandrung dengan perjalanan jihad Rasulullah dan para shahabat beliau. Pengalamannya dengan amalan puncak dalam Islam ini (baca: jihad) dimulai ketika ayahnya berpartisipasi dalam Perang Badar. Ar-Rubayyi’ berangkat bersama Rasulullah untuk mengikuti berbagai peperangan dengan tujuan agar mendapatkan pahala dan balasan yang telah disediakan Allah SWT untuk para mujahidin. Dia ikut berkontribusi dalam jihad dengan melayani pengobatan para mujahidin, serta menyiapkan perlengkapan logistik mereka.

…Ar-Rubayyi’ adalah wanita mulia yang memiliki keberanian dalam perlawanan terhadap kebatilan dan kemusyrikan…

Ibnu Katsir berkata mengenai Ar-Rubayyi’, “Dia berangkat bersama Rasulullah untuk mengikuti berbagai peperangan guna mengobati para mujahidin yang terluka dan memberi minuman bagi mereka yang kehausan.” Al-Bukhari mentakhrij dari Ar-Rubayyi’ bahwa dia berkata, “Kami ikut peperangan bersama Rasulullah untuk membantu, memberikan minum, dan mengobati mujahidin yang terluka, serta membawa pulang mujahidin yang tewas ke Madinah.”

Meriwayatkan dan Menghapalkan Hadits

Kontribusi Ar-Rubayyi’ tidak hanya diarahkan pada persoalan jihad dan perjuangan saja, dia juga sangat mencintai ilmu. Dia seringkali mengunjungi Aisyah untuk menambah wawasan dan ilmu. Ilmunya terfokus pada meriwayatkan dan menghafal hadits Rasulullah. Ar-Rubayyi’ meriwayatkan hadits dari beliau sebanyak 21 buah hadits.

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits darinya. Kedua imam ini bersepakat pada sebuah hadits darinya. Bahkan beberapa shahabat dan tabiin datang kepada Ar-Rubayyi’ untuk mendapatkan hadits. Sejumlah tabiin terkemuka juga meriwayatkan hadits darinya, sebut saja Khalid bin Dzakwan, Sulaiman bin Yasar, Abu Ubaidah bin Ammar bin Yasir, dan lainnya.

Karena wawasan dan keilmuannya, Ar-Rubayyi’ tampil menjadi salah seorang shahabiyah yang menjadi referensi dalam hukum, sirah Nabi, dan berbagai peristiwa dalam Islam di awal masa kemunculannya. Beberapa literatur sejarah menyebutkan bahwa dia wafat pada tahun 37 Hijriyah, setelah mewariskan berbagai pengaruh baik di kalangan wanita beriman yang terus memancarkan kebaikannya. Semoga abadi sesuai kehendak Allah SWT. Amin! [ganna pryadha/voa-islam.com]

Referensi: Ahmad Khalil Jam’ah, Nisaa’ min ‘Ashri an-Nubuwwah.

 

sumber: VOA Islam

 

Rubayyi binti Mu’awwidz Pelajari Wudhu dari Rasulullah

Rubayyi’ binti Mu’awwidz tumbuh di tengah keluarga yang penuh keberkahan. Ayahnya termasuk salah satu veteran Perang Badar. Rasulullah menghormati dan menyayangi Rubayyi’ lantaran kemuliaan dan perjuangan keluarganya untuk Islam.

Nabi sering berkunjung ke kediaman Rubayyi’, sambil sesekali membawakan hadiah. Beliau bahkan seringkali wudhu dan shalat di rumahnya. Karena itu, pantaslah jika Rubayyi’ paham betul tata cara ibadah yang dilakukan Rasulullah.

Rubayyi mempelajari tata cara wudhu langsung dari Rasulullah. Sebagai seorang perempuan Anshar yang cerdas dan fasih, ia tak segan menanyakan apa yang perlu dia ketahui. Berikut Rubayyi’ meriwayatkan tatacara wudhu Nabi untuk seluruh umat.

Diriwayatkan dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz bin Afra, ia berkata, “Rasulullah suatu ketika datang kepada kami. Rasulullah meminta kami untuk menuangkan air wudhu untuk beliau.”

Rubayyi kemudian menyebutkan tata cara wudhu Rasulullah. “Beliau membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kali, membasuh wajah sebanyak tiga kali, berkumur, dan menghirup air sekali.

Setelah itu membasuh kedua tangan sebanyak tiga kali, mengusap kepala dua kali, dimulai dari ujung bawah kepala bagian belakang kemudian ke bagian depan, lalu kedua telinga bagian luar maupun dalam. Setelah itu beliau membasuh kedua kaki sebanyak tiga kali.” (HR. Abu Dawud, status hasan)

Dikisahkan oleh Syaikh Mahmud Al-Mishri dalam Biografi 35 Shahabiyah Nabi, seperti itulah Rubayyi’ menggambarkan tata cara wudhu Rasulullah dengan jelas, seakan Anda melihat beliau secara langsung.

 

sumber:

Republika Online

Bagaimana cara membayar zakat fitrah orang yang telah meninggal?

Imam Hanbali menegaskan bahwa kewajiban membayar zakat fitrah tidak akan gugur meski orang itu sudah meninggal saat Ramadan atau sebelum 1 Syawal. Harta tersebut biasa diambil dari harta yang dia tinggalkan

“Diambil dari harta peninggalannya,” kutip buku buku Rahasia Puasa menurut 4 Mahzab karya Thariq Muhammad Suwaidan, Selasa (7/7).

Selain itu keempat Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali juga mengatakan boleh menzakati orang yang belum berhak berzakat jika dilakukan dengan sukarela tanpa paksaan.

Zakat juga boleh diberikan kepada sanak keluarga, “Jika mereka bukan dalam tanggungan nafkah kita dan mereka berhak mendapatkan zakat, zakat lebih baik diberikan kepada mereka daripada diberikan kepada orang lain (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali).

Zakat fitrah, menurut Rahasia Puasa Menurut 4 Mahzab, adalah zakat yang dikeluarkan pada akhir bulan Ramadan. Zakat ini diwajibkan sebagai penutup kesalahan yang dilakukan saat menjalankan puasa.

Abu Dawud pernah meriwayatkan dari Ibnu Abbas,”Rasulullah mewajibkan zakat fitrah sebagai penyucian diri bagi orang yang berpuasa dari hal yang melalaikan dan perbuatan buruk. Sekaligus rezeki bagi orang-orang miskin,”

sumber: Merdeka.com

Smart Woman! Haid di Bulan Ramadan, Amalannya Seperti Ini

Wanita sedang haid masih bisa beribadah saat bulan Ramadan dengan melakukan amalan ini.

Mumpung hari ini masih bulan Ramadan yang penuh berkah.

Sudah pasti banyak yang berlomba-lomba menimbun amal kebaikan nih. Alhamdulillah.

Tapi bagi wanita, pasti sebagian belum bisa puasa penuh selama 30 hari, dan menjalankan ibadah sunnah lainnya.

Tapi jangan khawatir smart woman, dilansir musmus.me, ada beberapa amalan yang bisa kamu lakukan diwaktu haid. Jadi Ramadanmu tahun ini lebih bermakna;

1. Memperbanyak Dzikir kepada Allah
Membaca dzikir mutlak sebanyak mungkin, seperti memperbanyak tasbih (subhanallah), tahlil (la ilaha illallah), tahmid (alhamdulillah), dan zikir lainnya.

Ulama sepakat wanita haid atau orang junub boleh membaca dzikir. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 25881).

Berdzikir dan berdoa. Baik yang terkait waktu tertentu, misalnyadoa setelah adzan, doa seusai makan, doa memakai baju atau doahendak masuk WC, dan banyak lagi yang bisa dilakukan. Kalau belum pada hafal, hafalan dulu yuk.

2. Menghadiri Majelis-Majelis Ta’lim.
Setiap bulan Ramadan pasti banyak sekali majelis ta’lim yang diadakan oleh remaja masjid atau intansi agama lain.

Jadi aktif ya smart woman buat menghadiri majlis ta’lim, supaya ilmu agamanya bertambah.

3. Membaca Buku-Buku Agama.amalan membaca buku agama
Sekalipun di sana ada kutipan ayat Al-Quran, namun para ulama sepakat itu tidak dihukumi sebagaimana Al-Quran, sehingga boleh disentuh.

Jadi, enggak apa-apa mengisi waktu di masa haid dengan memperkaya ilmu melalui buku. Itu boleh.

4. Bergaul dengan Orang-Orang Shalihah yang dapat Menjaga Semangatnya
Mendengarkan ceramah, bacaan Al-Quran atau semacamnya.

Bahkan lebih baik jika mengulang hafalan Al-Qur’an.

Hal ini akan mempertemukan kamu dengan banyak orang yang shalihah, yang bersama-sama mengkaji bacaan Al-Qur’an dan mendengarkan ceramah.

5. Bersholawat pada Nabi
Amalan ini sangat mudah dilakukan, baik saat haid atau tidak haid.

Bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW merupakan sebuah keharusan, supaya kelak mendapatkan syafaatnya di hari kiamat. Amiin.

6. Membaca Al-Ma’tsurat di Waktu Pagi dan Sore
Boleh menyentuh ponsel atau tablet yang ada konten Al-Qurannya.

Karena benda semacam ini tidak dihukumi Al-Quran.

Sehingga, bagi wanita haid yang ingin tetap menjaga rutinitas membaca Al-Quran, sementara dia tidak memiliki hafalan, bisa menggunakan bantuan alat, komputer, atau tablet atau semacamnya.

7. Bersedekah
Memberikan sebagian rizki yang kita miliki untuk orang lain tidak perlu menunggu waktu haid kan, seperti infak, atau amal sosial keagamaan lainnya.

Meski begitu, saat haid, bisa melakukan kegiatan bersedekah ini, karena dalam keadaan haid atau tidak, bersedekah sangat di anjurkan, karena amalannya tidak akan putus.

8. Menyampaikan Kajian atau Suatu Ilmubelajar dan mengajarkan kebaikan
Sekalipun harus mengutip ayat Al-Quran.

Karena dalam kondisi ini, dia sedang berdalil dan bukan membaca Al-Qur’an.

Intinya Mengisi waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat bagi akhiratnya. Sekedar bonus, di hari-hari Ramadhan kita menebar kemanfaatan.

9. Menghidangkan dan Menyediakan Takjil dan Membantu Orang Lain
Ini sih hikmah yang bisa didapet di bulan puasa. Kalian bisa meringankan beban orang lain, dapet pahala plus-plus loh. (*)

 

sumber: Tribun Jabar

Ummu Ma’bad, Penolong Hijrah Nabi

Ummu Ma’bad Al Khuza’iyah, satu nama yang terselip di tengah peristiwa hijrah Nabi Muhammad ke Madinah. Pada masa jahiliyah, ia bukan siapa-siapa. Ia hanyalah seorang wanita Badui sederhana.

Dikisahkan oleh Mahmud Al Mishri dalam Biografi 35 Shahabiyah Nabi, Ummu Ma’bad memiliki nama asli Atikah binti Khalid bin Munqidz.  Ummu Ma’bad menjadi salah satu perempuan ternama dalam Islam setelah Nabi bertamu di tendanya di tengah perjalanan hijrah ke Madinah.

Kala itu, dalam perjalanan hijrah, Rasul dan Abu Bakar melewati tenda milik Ummu Ma’bad. Ummu Ma’bad biasa duduk di depan tenda memberi makan minum kepada siapapun yang lewat, tapi hari itu tak ada apapun yang tersisa.

“Demi Allah, andai kami punya persediaan makanan, tentu sudah aku sediakan untuk kalian. Saat ini, kambing-kambing kami tidak menghasilkan susu, tahun ini juga tahun paceklik,” kata Ummu Ma’bad saat Rasul menanyakan apakah ia memiliki persediaan makanan.

Rasulullah kemudian mengarahkan pandangan kepada seekor domba betina di samping tenda. Domba itu sudah tidak bisa melahirkan dan terlalu tua untuk menghasilkan susu. Rasul pun bertanya, “Apa engkau berkenan jika aku memerah susunya?” Ummu Ma’bad mengizinkan.

Rasulullah kemudian mengusap kantung susu domba itu seraya berdoa. Seketika, kantungnya yang semula kempes menjadi besar dan menggelembung. Beliau pun memerah susu domba itu dan meminumnya hingga puas. Rasul bahkan masih menyisakan satu bejana penuh untuk Ummu Ma’bad.

Tatkala suaminya datang sambil menggiring domba, ia heran melihat ada air susu di dekat istrinya. Ummu Ma’bad menceritakan secara detail tentang sosok yang bertamu ke tenda mereka. Mendengar penuturan istrinya, suami Ummu Ma’bad langsung mengenali Rasulullah dan menyatakan keinginan untuk masuk Islam.

Angin keimanan pun rupanya telah menerpa hati Ummu Ma’bad. Ketika para pemuda Quraisy yang tengah mengejar Rasul itu melintas dan menanyakan keberadaan beliau padanya, ia menjawab, “Kau menanyakan sesuatu yang belum pernah aku dengar sebelumnya.”

Tak lama setelah itu, Ummu Ma’bad dan suami datang ke Madinah untuk berbaiat pada Nabi. Para sahabat mengakui kedudukan Ummu Ma’bad di hadapan Nabi. Hingga akhir hayatnya, Ummu Ma’bad hidup dalam lingkup iman, rajin shalat malam, puasa, dan beribadah pada Allah.

 

 

sumber: Republika Online

Buat Para Ibu Menyusui, Sebaiknya Berbuka Puasa Jika ASI Kurang

Bulan Ramadhan adalah bulan yang selalu dinanti oleh semua umat Muslim untuk menjalankan ibadah puasa bersama. Meski ibu menyusui diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan menggantinya dengan hari lain dan membayar fidiah, banyak ibu menyusui yang tetap ingin dan bersemangat turut menjalankan ibadah puasa. Sebenarnya boleh saja, tetapi ada beberapa kondisi yang sebaiknya ibu menyusui tidak berpuasa atau membatalkan puasanya.

“Kalau masih dalam masa menyusui ASI eksklusif 6 bulan pertama, sebaiknya tidak ikut puasa. Karena, selama enam bulan pertama kan asupan bayi hanya ASI. Jadi, jangan sampai produksi ASI terhambat karena berpuasa. Puasa kan berarti ibu tidak minum selama 12 jam lebih, padahal minum air adalah salah satu modal untuk melancarkan produksi ASI,” kata Dr Sandra Fikawati, MPH, penulis buku Gizi Ibu dan Bayi.

Menurut Dr Fika yang juga pengajar Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), kondisi tubuh juga memengaruhi kelancaran produksi ASI. Ibu menyusui tidak boleh terlalu lelah, tidak boleh stres, dan usahakan tidur cukup.

“ASI paling banyak diproduksi pada malam hari. Nah, kalau puasa, berarti ibu menyusui harus memotong waktu tidur untuk bangun sahur. Selesai sahur, bayinya bangun, dan setelah itu ibu menyusui takkan tidur lagi. Inilah yang bisa membuat produksi ASI berkurang,” ujarnya kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Dr Fika menambahkan, saat ibu menyusui berpuasa, sebaiknya langsung berbuka atau menghentikan puasanya ketika merasakan produksi ASI-nya berkurang. Ini bisa dilihat dari jumlah ASI yang diperah dan dari kepuasan bayi saat menyusu. Jika sudah menyusu cukup lama, tetapi bayi masih belum mau melepaskannya atau bahkan rewel, bisa jadi bayi belum kenyang karena jumlah ASI yang keluar berkurang.

 

sumber: Kompas.com

Sedekahi baju satu-satunya, Rasulullah telanjang tak berani keluar

Nabi Muhammad SAW sudah terbiasa hidup prihatin karena beliau lebih banyak memberi daripada menerima. Para fakir terbiasa meminta sedekah padanya meski beliau sendiri kekurangan.

Suatu kali seorang anak mengaku disuruh ibunya untuk meminta sedekah kepada Nabi. “Tetapi, hari ini aku sama sekali tidak punya apa-apa,” jawab beliau seperti dikutip dari buku Bilik-Bilik Cinta Muhammad, Kamis (2/7).

Namun sang anak tetap memaksa,”Kata ibu bajumu juga boleh,”. Rasulullah langsung mencopot bajunya lalu diserahkan ke anak tersebut.

Di rumah Nabi sudah tidak punya pakaian lagi, Nabi malu untuk keluar rumah. Umat muslim yang mengetahui hal ini heran sekaligus cemas.

Umar lalu menghampiri Nabi,”Apakah ini perintah Allah?”

Lalu turun lah wahyu surat Al Isra ayat 29 yang berbunyi, “Dan jangan jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena dengan begitu kamu menjadi tercela dan menyesal,”

Para istri Rasulullah pun turut mencontoh perilaku Rasulullah. Bahkan Aisyah pernah bersedekah hingga dia tidak punya makanan sama sekali untuk berbuka puasa.

Diriwayatkan Al Baihaqi diriwayatkan Aisyah berkata,” Tak pernah Rasulullah kenyang tiga hari berturut-turut. Padahal kalau mau, kami bisa kenyang. Tetapi beliau lebih memilih mendahulukan orang lain,”

 

 

sumber: Merdeka.com