Doa Rasulullah untuk Penjaga Shalat Subuh

Shalat Subuh terkenal karena daya tariknya yang tinggi sekaligus tantangannya yang tidak mudah. Banyak sekali hadis yang mendorong untuk melaksanakan shalat Subuh dan menyanjung mereka yang menjaganya.

Rasulullah SAW mengetahui waktu Subuh adalah waktu yang sulit. Seorang Muslim bila dibiarkan begitu saja akan memilih mengistirahatkan dirinya sampai matahari terbit dan meninggalkan shalat wajib. Karena itu Rasulullah SAW mengkhususkan shalat mulia ini dengan keistimewaan tunggal dan sifat-sifat tertentu yang tidak terulang pada shalat lainnya.

“Siapa yang menunaikan shalat Subuh maka ia barada dalam jaminan Allah. Maka, jangan kamu mencari jaminan Allah dengan sesuatu (selain dari shalat), yang pada saat kamu mendapatkannya justru kamu tergelincir ke dalam api neraka.” (HR Muslim).

Muhammad Abdur Rauf al-Munawi dalam kitabnya at-Ta’arif mengatakan as-Subhu atau As Sabah adalah permulaan siang, yaitu ketika ufuk berwarna merah karena tertutup tabir matahari. Adapun shalat Subuh adalah ibadah shalat yang dilaksanakan ketika fajar shidiq dan berakhir pada saat matahari terbit.

Banyak sekali keutamaan yang didapat di waktu Subuh. Salah satu keutamannya adalah Rasulullah SAW mendoakan umatnya yang bergegas dalam melaksanakan shalat Subuh, sebagaimana disebutkan dalam suatu hadis, ”Ya Allah berkahilah umatku selama mereka senang bangun Subuh.” (HR Tirmizi, Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah).

Jika Rasulullah SAW yang berdoa, maka tidak akan ada hijab di antara beliau dengan Allah SWT. Karena beliau sendiri adalah orang yang secara jasadiyah paling dekat dengan Allah SWT.

 

 

Istirahat dengan Shalat

Ibadah shalat bak waktu istirahat yang ditunggu-tunggu manusia. Namun, tak jarang yang menyepelekannya. Ibadah shalat menjadi beban, sehingga berat untuk melaksanakannya. Tidak sedikit yang lantas meninggalkan ibadah shalat.

Suatu ketika Rasulullah SAW berkata kepada Bilal bin Rabah budak yang dibebaskan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq dari majikannya Abu Jahal– ”Ya Bilal, arihni bish-shalati” (Wahai Bilal istirahatkan aku dengan shalat)”.

Ibadah shalat merupakan mukjizat yang paling berharga yang disampaikan Allah secara langsung kepada Nabi Muhammad SAW tanpa perantara Malaikat Jibril. Karena itu Rasulullah SAW bersabda, “Ash-shalatu mi’rajul mu’minin (Shalat merupakan mi’raj (komunikasi langsung) seorang mukmin kepada Tuhannya).”

Mukjizat shalat yang disampaikan pada peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha kemudian di Sidratul Muntaha, merupakan sebuah pencerahan bagi umat Islam.

Shalat menjadi pertanda saat seorang hamba ingin mendekat kepada Khaliknya. Dengan shalat,  seorang hamba mengadu pada Tuhan-Nya. Hatinya akan senantiasa tertambat di jalan Allah. Sehingga yang ada pencerahan rohani lewat shalat dengan catatan pelaksanaan shalat bukan sebuah beban yang sangat berat akan tetapi sebuah faktor kebutuhan.

Bila shalat sudah menjadi kebutuhan, maka seorang Muslim akan senantiasa melakukan shalat secara khusyuk. Kualitas hubungan dengan Tuhannya adalah utama. Shalat bukan sekadar pelepas kewajiban saja, tapi demi memenuhi anjuran Nabi SAW,

 

Menikmati Shalat

Satu waktu, Rasulullah SAW masuk masjid. Lalu, seorang lelaki masuk dan melakukan shalat. Setelah selesai, ia datang dan memberi salam kepada Rasulullah SAW. Beliau menjawab salamnya lalu bersabda, “Ulangilah shalatmu, karena sesungguhnya engkau belum shalat.

Lelaki itu kembali shalat seperti shalat sebelumnya. Setelah shalatnya yang kedua, ia mendatangi Nabi SAW dan memberi salam. Rasulullah SAW menjawab, “Wa’alaikassalam.” Kemudian beliau bersabda lagi, “Ulangilah shalatmu, karena sesungguhnya engkau belum shalat.

Sehingga orang itu mengulangi shalatnya lagi, total jadi tiga kali. Lelaki itu berkata, “Demi Zat yang mengutus engkau dengan membawa kebenaran, saya tidak dapat mengerjakan yang lebih baik daripada ini semua. Ajarilah saya!”

Rasul yang mulia itu lalu bersabda, “Bila engkau melakukan shalat, bertakbirlah. Bacalah bacaan dari Alquran yang engkau hafal. Setelah itu, rukuk hingga engkau tenang dalam rukukmu. Bangunlah hingga berdiri tegak. Lalu bersujudlah hingga engkau tenang dalam sujudmu. Bangunlah hingga engkau tenang dalam dudukmu. Kerjakanlah semua itu dalam seluruh shalatmu.

Subhanallah, sahabatku, inilah dalil bolehnya mengulangi shalat sampai merasakan kekhusyukan. Sungguh shalat yang yakin ditatap Allah dan sadar bahwa sedang berhadapan dengan Allah (QS asy-Syuaro: 218-220) sehingga setiap bacaan menjadi doa dan terasa sedang berdialog dengan-Nya akan membuat shalat kita thumakninahdan khusyuk, tenang, damai, sejuk, nyaman, nikmat, indah, bahagia dan buahnya adalah akhlak mulia (QS al-Ankabut: 45).

Dalam shalat, kita dituntut sebisa mungkin untuk mendirikannya dengan khusyuk. Sebab dengan khusyuk, amal ibadah kita akan diterima oleh Allah SWT, terhapus dosa-dosa kita, dan segala perilaku serta ucapan kita terjaga dari kemungkaran dan kefasikan.

Khusyuk menjadi bukti keikhlasan seorang hamba. Karena hanya mereka yang ikhlas beribadah karena Allah dan shalat karena-Nya yang dapat melakukan khusyuk secara sempurna. Tanpa keikhlasan, maka seseorang hanya melakukan kekhusyukan palsu atau yang sering disebut kekhusyukan dusta.

Lalu, bagaimana caranya agar mudah khusyuk dalam shalat? Pertama, menghadirkan hati. Sadarlah bahwa dirinya sedang bermunajat, sedang berdiri berhadapan langsung dengan Sang Maha Kuasa, berdialog tanpa batas apa pun.

Maka dalam keadaan seperti itu, yakinlah bahwa Allah sedang melihat, memperhatikan dan mengawasi gerak-gerik shalat kita. Maka alangkah bodohnya kita, jika kita sedang berhadapan langsung seperti itu, kita tidak merasa takut atau bergetar dengan keberadaan-Nya di hadapan kita.

Kedua, anggaplah saat itu adalah shalat yang terakhir. Agar makin khusyuk, anggaplah bahwa shalat tersebut adalah yang terakhir kali kita lakukan karena bisa jadi usai shalat Allah mencabut nyawa kita.

Atau bayangkan, pada saat kita sedang mengambil wudhu tiba-tiba datang malaikat maut menghampiri kita dan mengabarkan bahwa usai shalat nanti dia akan mencabut nyawa kita. Subhanallah. Kita lanjut di kesempatan lain.

 

Oleh: Muhammad Arifin Ilham

sumber: Republika Online

Kunci Khusyuk, Shalat Seakan Mau Meninggal Dunia

Berbeda dengan wahyu-wahyu yang lain –yang selalu melalui perantara Malaikat Jibril– perintah shalat lima waktu langsung disampaikan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, ketika Isra’ Mi’raj. Ini sebagai pertanda, betapa pentingnya ibadah shalat lima waktu itu. Hukum shalat pun wajib. Ibadah ini pula yang membedakan umat Islam dari umat beragama yang lain.

Dalam rukun Islam, shalat pun menempati urutan kedua setelah syahadat. Karena itu, sudah seharusnya shalat lima waktu itu kita laksanakan dengan sebaik-baiknya. Dan yang lebih penting lagi, shalat itu harus kita laksanakan dengan khusyuk.

Shalat, menurut etimologi berarti doa mohon kebajikan. Dalam berdoa, kita tentu melakukannya dengan penuh kesungguhan. Sudah semestinya kita juga harus sungguh-sungguh dalam melaksanakan shalat. Shalat itu penuh simbol dan makna –baik dalam gerakan-gerakannya maupun dalam bacaan-bacaannya, sehingga kita juga harus sungguh-sungguh memahami maknanya.

Khusyuk dalam shalat pun menjadi wajib hukumnya. Sesungguhnya seseorang tidak mendapat pahala dari shalat yang dikerjakannya, kecuali ia dapat menghayati lafadz yang dibacanya dalam shalat. Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Kamu tidak mendapat pahala dari shalatmu, kecuali kamu dapat menghayati apa yang dibaca di dalamnya.” (HR Al-Baihaqi).

Jadi, untuk bisa khusyuk dalam shalat, pertama-tama kita memang harus tahu arti dari bacaan yang kita lafadzkan. Berikutnya, bacaan-bacaan dalam shalat itu kita hayati sepenuhnya agar makna semua bacaan-bacaan itu meresap ke dalam hati sanubari kita.

Memang, untuk bisa khusyuk dalam shalat bukanlah perkara yang mudah. Oleh karena itu, Rasulullah SAW bersabda, ”Apabila kamu berdiri melaksanakan shalat, maka hendaklah shalat seperti shalatnya orang yang hendak meninggal dunia.” (HR Ahmad).

 

Menurut Al-Ghazali dalam bukunya, Ihya Ulumiddin, khusyuk adalah ruhnya shalat. Sedangkan khusyuk itu adalah buah dari iman dan hasil keyakinan akan Keagungan Allah Azza Wa Jalla. Barang siapa yang dikaruniai hal itu, maka ia akan khusyuk di dalam shalat dan di luar shalat. Karena yang menimbulkan khusyuk adalah kesadaran bahwa Allah selalu mengamati hamba-Nya di manapun dia berada.

Bila saja rasa khusyuk itu telah bersemayam di setiap hati sanubari kita, tentu tak akan ada lagi yang namanya korupsi, kolusi, manipulasi, nepotisme, perjudian, penipuan, pelacuran, dan kejahatan lainnya. Tapi kenyataannya, hal itu masih banyak terjadi di negeri kita. Mengapa?

Untuk itu, kita semua memang layak bertanya pada diri kita sendiri: Apakah kita sudah khusyuk dalam melaksanakan shalat? Atau, selama ini kita memang belum pernah melaksanakan ibadah shalat? Kalau begitu, mari kita mulai melaksanakannya sekarang dengan khusyuk. Allah sudah menjanjikan bahwa ibadah shalat bisa mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar. Pastilah, janji Allah itu benar adanya asal kita juga bisa menegakkan shalat dengan benar.

Oleh Ilham Darmawan

Pemerintah Diminta Lindungi Agama dari Penistaan

Ketua PP Muhammadiyah Prof Yunahar Ilyas mendesak pemerintah agar bertindak sigap dalam melindungi agama dari segala bentuk penistaan. Pernyataan ini menanggapi aksi penistaan terhadap agama Islam yang belakangan ini kerap terjadi, mulai dari beredarnya sandal berlafaz Allah, terompet sampul Alquran, dan lainnya.

Selama ini, kata Yunahar, kasus-kasus penistaan hanya diselesaikan secara kekeluargaan dengan cara memaafkan. “Meskipun dimaafkan, seharusnya hukum tetap dijalankan untuk memberi efek jera sehingga kasus serupa tidak terulang,” katanya kepada Republika, Rabu (13/1).

Ia menduga, aksi-aksi pelecehan terhadap agama Islam yang terjadi secara beruntun itu bukanlah karena kekhilafan atau ketidaksengajaan, melainkan sengaja dirancang oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab. “Ini bukan sebuah keteledoran biasa,” ujar dia.

Menurutnya, kesabaran umat Islam sedang diuji menyusul terjadinya aksi-aksi penistaan itu. Ia pun berharap, umat Islam tidak terpancing oleh hal itu. Jika terpancing, lanjut Yunahar, maka hal itu akan dijadikan pembenaran stigma bahwa umat Islam mudah marah dan suka bertindak anarkistis. Pada akhirnya, Islam menjadi tersudutkan dan tidak bisa berkembang. Secara otomatis, hal tersebut dapat merugikan dakwah Islam.

“Stigma seperti ini harus dilawan,” tegas Yunahar. Terkait hal ini, Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, para penegak hukum bekerja sama dengan intelijen sedang menyelidiki rentetan aksi penistaan agama ini. Penyelidikan dilakukan untuk mengetahui latar belakang dan aktor di balik aksi penistaan tersebut.

Untuk menyelesaikan masalah ini, menurut Menag, penegakan hukum yang tegas menjadi hal yang penting. “Jika memang ditemukan faktor kesengajaan maka pelaku harus menjalani proses hukum dan sanksi sehingga tidak menjadi preseden di kemudian hari.”

Menag melihat, ada dua faktor yang menyebabkan seringnya terjadi tindakan pelecehan terhadap agama Islam. Dua faktor tersebut adalah ketidaktahuan dan kesengajaan.

“Dia tidak tahu itu kaligrafi atau tulisan nama Allah dan Muhammad yang sangat disakralkan. Jadi, faktor ketidaktahuan,” ujar Lukman saat ditemui di kantor Kementerian Agama, Jakarta, Rabu (13/1).

Adapun pelecehan agama yang terjadi karena faktor kesengajaan, lanjut Menag, biasanya disebabkan oleh beberapa motif seperti untuk menimbulkan keresahan di masyarakat, membenturkan antarumat beragama, dan maksud lainnya.

Faktor kesengajaan inilah, kata Menag, yang menimbulkan pekerjaan rumah tersendiri kepada umat Islam yang merupakan mayoritas di negeri ini. “Nah, kita lalu sengaja diganggu oleh persoalan yang tidak terkait dengan produktivitas masyarakat,” katanya.

Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI KH Cholil Nafis sepakat bahwa tindakan yang melecehkan agama bisa disebabkan oleh ketidaktahuan. Dalam hal ini, masyarakat kurang paham mana ajaran Islam yang harus dimuliakan dan mana yang tidak. “Kurang hati-hati mana wilayah yang suci dan mana yang tidak. Jadi, ada ketidakmengertian, ada keteledoran,” katanya.

Selain ketidakmengertian, lanjut Kiai Cholil, faktor lain yang menyebabkan pelecehan terhadap agama Islam adalah kurangnya gerakan antarumat beragama untuk saling menasihati dalam kebaikan. Akibatnya, banyak orang yang tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Mereka hanya memikirkan diri sendiri.

Karena itu, kata dia, perlu kerja sama semua pihak dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang ajaran agama sehingga masyarakat mengetahui mana hal yang perlu dihormati dan mana yang biasa-biasa saja.

n ed: wachidah handasah

 

sumber: Republika Online

Masyarakat Harus Pahami Tindakan Penistaan Agama

Kasus penistaan terhadap keyakinan, khususnya agama Islam kembali terjadi terkait munculnya sandal buatan pabrik lokal di Gresik, Jawa Timur, yang bertuliskan lafaz Allah. Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya menegaskan agar masyarakat lebih memahami bentuk-bentuk penistaan terhadap agama.

Menurutnya, kasus ini adalah kasus yang sangat sensitif, jika umat Islam memiliki kesadaran yang cukup.

“Jadi, dalam kasus sandal berlafaz Allah ini para buruh yang notabene mayoritas Muslim harus segera melaporkan. Atau, minimal menegur di level pengambil kebijakan di pabrik tersebut, //owner// produk,” tuturnya kepada Republika, Jumat (16/10).

Hal ini, menurut dia, merupakan bentuk amar makruf nahi munkar. Jika seorang Muslim melihat pelanggaran yang nyata maka dengan tegas dia akan menasihati dan menegurnya. Demikian pula pada kasus ini, jika masyarakat sadar bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan penistaan maka seharusnya masyarakat segera mengambil tindakan.

Menurut dia, dalam kasus ini terdapat hukum Islam yang mengatur di dalamnya. Lafaz Allah atau lafaz suci lain yang terdapat tidak pada tempatnya, menurutnya, dalam perspektif Islam tidak layak untuk dikonsumsi atau dipakai. ”Dalam hal ini, tidak ada ikhtilaf. iIni adalah sesuatu yang sudah disepakati ulama (mujma’) bahwa tidak boleh seorang Muslim melecehkan simbol-simbol agama.”

Di luar itu, kasus ini adalah masalah hukum, tidak hanya cukup disampaikan saja. Tapi, juga dilaporkan ke pihak yang berwenang atau yang bisa mengadvokasi untuk masalah ini, sehingga bisa dihentikan.

“Sekali lagi, semua itu dapat terlaksana jika masyarakat memiliki pemahaman dan kesadaran bahwa hal ini merupakan sebuah penistaan yang nyata terhadap keyakinan mereka,” katanya.

 

sumber: Republika Online

 

 

Muhammad Al-Qiq, Wartawan yang Melawan Penjajah dengan Lapar

Hari ini (Senin, 8 Februari 2016), genap 76 hari wartawan Palestina Muhammad Al-Qiq (33) melakukan aksi mogok makan. Kini ia berada di rumah sakit HaEmek, Afula, bagian utara yang kini diklaim sebagai wilayah ‘Israel’. Hiba Masalha, pengacara dari Komisi Urusan Tawanan dan Eks-Tawanan Otoritas Palestina, mengunjungi al-Qiq pada Jumat (05/02/2016) sore di rumah sakit. Ia mengatakan bahwa al-Qiq tengah ‘berjuang melawan penjajah dengan lapar’.

“Kondisi kesehatan Muhammad al-Qiq semakin buruk. Ia benar-benar kehilangan kemampuan untuk bicara. Ia terus menderita kelelahan, pusing dan sulit bernafas akibat terus berlanjutnya aksi mogok makan dan ia menolak perawatan selama 75 hari berturut-turut,” kata Masalha kepada Quds dikutip the Electronic Intifada, Ahad (07/02/2016)

Masalha menambahkan, kondisi al-Qiq semakin parah menyusul penolakannya atas keputusan Mahkamah Agung ‘Israel’ yang ‘membekukan’ perintah penahanan administratifnya.

Kamis lalu, para hakim ‘Israel’ ‘membekukan’ penahanan al-Qiq dan memerintahkannya untuk tetap di rumah sakit HaEmek. Al-Qiq mulai melakukan mogok makan pada November lalu, tak lama setelah otoritas Zionis menangkapnya. Setelah proses interogasi, penjajah Zionis menjatuhkan penahanan administratif –hukuman penjara tak terbatas tanpa dakwaan atau sidang.

“Keputusan pengadilan merupakan penipuan,” kata Masalha. Ia menegaskan bahwa tuntutan al-Qiq adalah diakhirinya penahanannya, bukan ‘membekukan’ penahanannya yang berarti ia bisa ditangkap kembali kapan pun.” Masalha mengatakan, Wakil Direktur RS HaEmek, Dr. Tuvia Tiyosuno, memberitahunya bahwa kondisi al-Qiq terus menurun dan itu membahayakan jiwanya. Organ-organ dalam al-Qiq bisa gagal kapan pun dan ia berisiko tinggi mengalami perdarahan di otaknya. Jantungnya bisa berhenti berdetak kapan pun. “Setiap menit yang berlalu merupakan ancaman bagi jiwanya,” Masalha mengutip perkataan Tiyosuno.

Masalha mengatakan ia diminta datang ke rumah sakit oleh para dokter ‘Israel’ Jumat malam untuk membahas kondisi al-Qiq. Dalam kesempatan itu, Masalha mengungkapkan pernyataan tegas al-Qiq bahwa perawatan apapun yang akan ia terima, itu hanya jika di rumah sakit Palestina. Masalha menambahkan, berbagai upaya terus dilakukan untuk mencapai kesepakatan soal kasus al-Qiq.

Sebuah foto yang ditweet situs berita Quds kemarin (6/2) memperlihatkan al-Qiq dengan al-Quran di samping ranjangnya.
Sebuah foto yang ditweet situs berita Quds kemarin (6/2) memperlihatkan al-Qiq dengan al-Quran di samping ranjangnya.

Sabtu lalu, Quds TV memberitakan bahwa keluarga al-Qiq menyangkal ada kesepakatan yang telah dicapai. Organisasi-organisasi HAM dan para pejabat PBB meminta penjajah Zionis untuk mendakwa atau membebaskan al-Qiq, yang merupakan satu dari lebih 660 warga Palestina yang dijatuhi penahanan administratif. Hingga kini al-Qiq masih melanjutkan aksi mogok makan. Warga Palestina di penjuru Tepi Barat terjajah, Jalur Gaza dan wilayah yang kini diklaim sebagai ‘Israel’ pun melancarkan aksi solidaritas terhadapnya. Jumat lalu, Syeikh Raid Salah, pemimpin Gerakan Islam cabang utara di ‘Israel’, sebuah partai politik yang dinyatakan ilegal oleh penjajah Zionis pada November lalu, juga turut menjenguk al-Qiq di rumah sakit.*/Sahabat Al-Aqsha Jumat lalu, media Palestina menyebarluaskan video al-Qiq yang berada di ranjang rumah sakit sedang memegang sebuah papan bertuliskan pernyataan dalam bahasa Inggris, Ibrani dan Arab yang menegaskan ia akan terus melakukan mogok makan.

 

sumber: Hidayatullah.com

Perusahaan Pembuat Panci Lafaz Allah Minta Maaf

Sebuah surat dari perusahaan yang mengaku pembuat panci dengan stiker lafaz Allah beredar di sejumlah wilayah, termasuk di Jember, Jawa Timur. Surat tersebut ditandatangani seseorang bernama Rizky Agung Alim.

Dalam surat tersebut dinyatakan perusahaan yang memroduksi panci tersebut sudah lama tidak berproduksi. Dalam surat itu disebutkan, salah satu karyawannya menyarankan untuk menulis Alhamdulilah. Perusahaan menyetujui saran tersebut dan membuat stiker dengan tulisan tersebut.

“Bahwa kami menempelkan stiker tersebut tidak bermaksud untuk merendahkan agama tertentu, apalagi sampai melecehkan. Justru kami sangat respek terhadap tulisan tersebut,” tulis Rizky dalam surat tersebut, Selasa (26/1).

(Baca Juga: Astaghfirullah, Lafaz Allah Ada di Produk Panci).

Lembaran kertas berkop surat PT Trektroindo Anugrah Sukses Abadi ini menyatakan permintaan maaf kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan umat Islam seluruhnya. Sebagai bentuk keseriusan permintaan maaf itu, pihak perusahaan akan menarik panci Paramount dengan tulisan Arab dan akan mengganti dengan barang serupa yang bebas dari label stiker bertuliskan lafaz Allah.

Menanggapi surat dari perusahaan yang beralamat di Jl Gajah Mada No 4 Desa Kedungturi, Kecamatan Taman, Sidoarjo itu, MUI Jember, Ahmad Halim Subahar mengaku bahwa sesama umat Islam dirinya mau memaafkan. Namun dia tetap meminta agar kasus itu diproses secara hukum.

“Karena ini bukan permasalahan personal, namun ada unsur dimensi agama Islam,” tegas Ahmad.

Ia mengatakan jika persoalan ini tidak ada tindakan tegas, justru nantinya akan muncul kasus-kasus serupa. Ia mengatakan sudah letih dengan kasus seperti ini. Setiap kali dimaafkan malah muncul kasus baru lagi. Karena itu ia menegaskan, MUI Jember menginginkan kasus ini diproses secara hukum.

 

sumber: Republika Online

Astaghfirullah, Lafaz Allah Ada di Produk Panci

Penistaan terhadap lafaz Allah kembali terjadi. Kali ini dilakukan oleh perusahaan perabotan rumah tangga asal Pasuruan, PT Paramount. Perusahaan tersebut ditengarai telah melakukan penistaan agama usai memroduksi panci yang bertuliskan lafaz Alhamd-Allah.

“Mungkin maksudnya Alhamdulillah, tetapi apa pun itu segala bentuk tulisan yang berlafaz Allah dan ditempatkan pada tempat yang tidak semestinya maka itu merupakan penistaan agama,” ujar Ketua Bidang Organisasi Front Pembela Islam (FPI) Wilayah Jawa Timur, Ali Fahmi kepada Republika,co.id Ahad (24/1).

Ia mengatakan berdasarkan laporan dari FPI Kota Pasuruan, seorang warga mengaku mendapat hadiah panci usai mengikuti pengajian. Setelah mencermati tiap sisi panci, ditemukan ada bagian yang dipasangi stiker bertulis lafaz Allah.

Kendati diberikan sebagai hadiah, FPI Jatim menduga panci tersebut telah diproduksi massal dan disebarkan ke sejumlah kabupaten/Kota di Jawa Timur. Untuk itu, FPI Jatim pun telah melaporkan hal tersebut ke Polres Pasuruan.

“Kami sudah melaporkan hal ini ke Polres pasuruan dan insya Allah besok kami akan melapor juga ke Polda Jatim,” ujarnya.

Kasus penistaan agama dengan menuliskan lafaz Allah atau ayat suci Alquran pada peralatan-peralatan keseharian bukan kali pertama terjadi. Akhir 2015, warga Gresik digegerkan dengan ditemukannya sandal yang alasnya bertuliskan lafaz Allah. Di susul setelah itu kasus permen bertulis Ya Awoh dan terompet menggunakan sampul Alquran.

Menurut Ali berkaca dari kasus tersebut, pada kasus panci berlafaz Allah kali ini juga terdapat unsur kesengajaan dari pembuatnya.

“Jelas melihat motifnya ada unsur kesengajaan. Sebab barang seperti ini tidak terjadi sekali dua kali,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan untuk mengusut kasus tersebut tak sesederhana yang dibayangkan. Menurut dia, birokrasi yang berbelit membuat kasus-kasus penistaan terhadap simbol-simbol agama kerap ditelantarkan begitu saja.

“Bayangkan aturannya harus menunggu rekomendasi Depag dulu, apa ada unsur penistaan atau tidak. Padahal ada MUI yang mempunyai badan fatwa. Sementara kepolisian tidak bisa meningkatkan ke penyidikan jika tidak ada rekomendasi dari Depag,” tuturnya.

 

 

sumber: Republika ONline

Pelaku Penistaan Agama Miliki Kelainan Psikologis

Begitu beragam upaya penistaan agama, utamanya yang dialamatkan kepada umat Islam.

Ketua Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Utang Ranuwijaya menilai, fenomena tersebut terjadi lantaran ada kelainan psikologis dari para pelaku. Para pelaku seolah mendapatkan kepuasan tersendiri dengan melakukan penistaan.

“Pencetus kemungkinan memiliki kelainan psikologis, yang melakukan penistaan atau pelecehan secara sadar dan disengaja,” ujar Utang kepada Republika.co.id, Selasa (26/1).

Ia mengungkapkan, para pencetus ide penistaan agama merupakan orang-orang yang memiliki kecerdasan, tapi kelainan kejiwaan membuat mereka tidak mampu mengendalikan diri secara penuh. Situasi itu disebabkan rasa kekecewaan yang banyak terjadi dalam aspek ekonomi ataupun kondisi kehidupan yang tidak sesuai keinginannya.

Utang menjelaskan, kekecewaan yang ada dalam diri seseorang akan membuat orang itu tidak mampu berpikir atau menggunakan kecerdasannya secara lurus. Bahkan, tidak jarang orang-orang cerdas dengan kekecewaan besar, memiliki kesenangan tersendiri saat melihat kegelisahan dari orang lain akibat ulah yang ia buat.

Tidak jarang, kekecewaan terhadap diri sendiri dan kehidupan membuat orang menjadi buta dan memiliki keinginan untuk melecehkan orang atau kelompok yang tidak disenangi. Menurut Utang, tentu perbuatan itu dilakukan untuk mencari kepuasan bagi diri sendiri, terlebih bisa membuat gempar orang-orang dalam jumlah besar.

 

sumber: Republika Online