Manusia Butuh Petunjuk Setiap Saat

DALAM firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala: “min nafsika” (“Berasal dari dirimu sendiri”) terdapat beberapa faedah, yaitu seorang hamba tidak akan merasa cenderung kepada hawa nafsunya dan tidak akan merasa tenteram terhadapnya. Sesungguhnya keburukan itu tidak datang kecuali berasal dari nafsunya itu.

Seseorang tidak akan bersibuk diri mencaci dan mengecam manusia jika mereka berbuat keburukan kepadanya. Karena hal itu merupakan keburukan yang menimpanya. Dan itu hanya menimpanya karena dosa-dosanya. Maka dia akan mengembalikan keburukan itu kepada dosa-dosanya dan bertobat atas dosa-dosanya tersebut.

Dia juga akan memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan dirinya dan dari keburukan tingkah lakunya. Dia akan berdoa kepada Allah agar Allah menolongnya untuk melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Melalui semua itu akan dihasilkan segala kebaikan baginya dan akan menghindarkannya dari segala keburukan.

Oleh karena itu, doa yang paling bermanfaat, paling agung, dan paling bijaksana adalah doa dalam Surah Al-Fatihah: “Tunjukilah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat. Bukan jalannya orang-orang yang dibenci dan juga bukan jalannya orang-orang yang sesat.

Jika Allah memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus tersebut, maka berarti Allah telah menolongnya untuk melaksanakan ketaatan kepada-Nya dan meninggalkan kemaksiatan kepada-Nya. Dengan demikian, keburukan tidak akan menimpanya, baik di dunia maupun di akhirat.

Dosa-dosa tersebut merupakan tuntutan nafsu manusia sehingga dia membutuhkan petunjuk setiap saat. Kebutuhan manusia kepada petunjuk lebih besar daripada kebutuhannya kepada makanan dan minuman.

Hal itu tidaklah sebagaimana dikatakan oleh segolongan mufasir bahwa sesungguhnya Allah telah memberikan petunjuk kepada manusia, lalu mengapa manusia memohon petunjuk lagi?

Dan bahwa yang dimaksud dengan memohon petunjuk adalah keteguhan atau tambahan petunjuk.

Yang sebenarnya adalah bahwa seorang hamba membutuhkan Allah untuk mengajarkannya apa yang harus dilakukannya, secara detail. Manusia juga membutuhkan-Nya untuk mengajarkan perkara yang akan dilakukannya setiap hari, secara detail. Manusia juga membutuhkan-Nya untuk memberikan ilham kepadanya agar dia dapat menjalankan hal itu.

Semata-mata ilmu juga tidak cukup, jika tidak menjadikan Allah sebagai tujuan dari perbuatannya itu. Jika tidak demikian, maka ilmu itu hanya dijadikan argumentasi saja dan tidak menjadi petunjuk. Seorang hamba membutuhkan Allah agar Allah menjadikan dirinya mampu merealisasikan tujuan baik tersebut.

Dia tidak akan tertunjuki ke jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, dari kalangan para Nabi, orang-orang memegang teguh kebenaran, para syuhada dan orang-orang salih, kecuali dengan adanya ilmu, serta adanya keinginan dan kemampuan untuk merealisasikan hal tersebut.

Manusia memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan dirinya dan dari keburukan tingkah lakunya.

Termasuk ke dalam hal itu juga berbagai jenis kebutuhan yang tidak mungkin dapat dihitung.

Oleh karena itu, manusia diperintahkan untuk selalu membaca doa tersebut dalam setiap shalatnya untuk menyampaikan kebutuhan mereka kepada-Nya.

Tidak ada kebutuhan yang melebihi kebutuhan mereka kepada doa tersebut.

Allah hanya memberitahu sebagian kadar doa tersebut kepada orang-orang yang mau mengambil pelajaran. Yaitu orang yang mau mengambil pelajaran dari keadaan dirinya, dari keadaan jiwa manusia dan jin, serta dari keadaan orang-orang yang diperintahkan untuk membaca doa tersebut.

Dia akan memperhatikan apa yang terdapat dalam dirinya, yaitu kebodohan dan kezaliman yang menyebabkan kesengsaraan, baik di dunia maupun akhirat. Dia juga akan mengetahui bahwa Allah dengan karunia dan rahmat-Nya telah menjadikan doa ini sebagai sebesar-besarnya penyebab kebaikan dan pencegah keburukan.*/Syaikh Ibn Taimiyyah, dari bukunya Misteri Kebaikan & Keburukan.

 

sumber:Hidayatullah

Jangan Mengejar Sukses Dunia, Lupa Akhirat

Setiap manusia pasti mendambakan kesuksesan dalam hidupnya. Kita juga sebagai orang Islam tentunya ingin sukses baik di kehidupan dunia maupun akhirat sebagaimana digambarkan dalam doa kita “Rabbana atina fiddun ‘ya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina aza bannar“.

Islam adalah agama yang menuntun umatnya untuk menjadi orang-orang yang sukses. Untuk meraih kesuksesan dunia akhirat itu, Allah Swt juga telah memberikan petunjuk yang fenomenal yaitu Al-Qur’an.

Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ditemukan ayat-ayat yang berbicara tentang kesuksesan dan orang-orang sukses. Ternyata sukses menurut manusia berbeda total dengan sukses menurut Allah Subhanahu Wata’ala.

Demikian disampaikan oleh  Hajarul Akbar Alhafiz, MA (Pimpinan Pesantren Darul Qur’an Mulia, Bogor)‎‎ saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak Jeulingke, Rabu (23/3/2016) malam.

‎”‎Sungguh rugi orang yang mengira dirinya telah sukses dan dianggap manusia sebagai orang sukses dalam kehidupan di dunia, tapi ternyata ia termasuk orang yang gagal total. Sukses yang sebenarnya, sejati, hakiki dan abadi adalah sukses menurut Allah Subhanahu Wata’aladalam kitab-Nya, Al-Qur’an,” ujar  Hajarul Akbar.

Pada pengajian yang dimoderatori Tgk. Badaruddin dari Badan Pembinaan Pendidikan Dayah Aceh tersebut,  az Hajarul menyebutkan, ada yang menyebut sukses ketika orang berhasil meraih apa pun yang dia inginkan, ada pula yang menyebut sukses ketika kita mampu menjadi orang yang bernilai di mata manusia.

‎Tak jarang pula yang menyebut sukses dalam hidup ketika banyak uang dan lancar dalam bisnis dan pekerjaan. Apa pun pandangan orang tentang kesuksesan patut diapresiasi, selama terarah untuk meraih kedekatan dengan Sang Pencipta.

‎Al-Quran sendiri mempunyai standar dan indikator kesuksesan seseorang dalam hidup. Sukses menurut Al-Quran tak terletak pada banyaknya properti, uang, lahan bisnis, kekuasaan atau popularitas.

“Kesuksesan di dunia bukanlah hal yang mutlak untuk diupayakan. J ru kesuksesan tersebut haruslah menjadi dasar pencapaian kehidupan sukses di akhirat. Seorang mukmin sebaiknya menjaga dirinya dari bahaya fitnah yang disebabkan harta dan kedudukan. Ia harus tetap mempertahankan agama dan keimanannya agar memperoleh kesuksesan yang sama di akhirat,” tegas  Hajarul yang sudah hafal Al-Quran 30 juz sejak usia 17 tahun.

Ditambahkannya, Rasulullah juga bersabda, “Barangsiapa yang obsesinya akhirat, tujuannya akhirat, niatnya akhirat, cita-citanya akhirat, maka dia mendapatkan tiga perkara: Allah menjadikan kecukupan di hatinya, Allah mengumpulkan urusannya, dan dunia datang kepada dia dalam keadaan dunia itu hina. Barangsiapa yang obsesinya dunia, tujuannya dunia, niatnya dunia, cita-citanya dunia, maka dia mendapatkan tiga perkara: Allah menjadikan kemelaratan ada di depan matanya, Allah mencerai-beraikan urusannya, dan dunia tidak datang kecuali yang ditakdirkan untuk dia saja.”

‎Alumni Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta ini menambahkan, untuk mendapatkan pesona dunia tersebut manusia menghabiskan demikian banyak waktu bekerja keras menumpuk harta mengejar kebahagiaan duniawi. Pencinta dunia bahkan tidak atau sedikit saja menyisakan waktunya untuk amal akhirat di sela-sela kesibukan kerjanya atau di waktu luangnya dan dikala ia sehat.

Mereka bahkan melupakan shalat atau minimal menunda shalat berjamaah karena lebih penting waktu untuk urusan dunia yang lebih jelas terlihat di depan mata mereka. Sebagian bahkan siap korupsi, merampok, mencuri, menganiaya, menipu, memperkosa, membodohi orang lain untuk mendapatkan tiket membeli pesona dunia.

Disisi lain, sebagian manusia meluangkan demikian banyak waktunya untuk menikmati pesona dunia, bahkan tanpa mau bekerja dengan keras apalagi beribadah kepada pemilik dunia ini, Allah Swt. Merekalah para pemilik harta berlebih yang menggunakannya untuk bersantai dan menikmati fasilitas dunia, termasuk para pemilik waktu yang menggunakannya untuk bermalas-malas di rumahnya yang nyaman, bermaksiat atau menikmati narkoba, termasuk juga para pemilik kekuasaan yang menggunakan kelebihannya untuk mendengar kekaguman orang lain pada dirinya atau memamerkan pengaruhnya atau fisiknya yang indah.

‎‎‎”Hari ini banyak orang yang tidak percaya lagi pada umat Islam, sampai-sampai ada anggapan lebih baik pemimpin kafir dari pada muslim. Ini musibah besar bagi umat ini. Kenapa sampai tidak dipercaya, karena sudah rendah sekali moralnya, akhlaknya, ketaatannya kepada Allah semakin berkurang dengan munculnya penyakit wahn yaitu cinta dunia takut mati,” jelasnya.

‎Para pecinta dunia hanya berpikir bahwa tak mungkin Tuhan menciptakan dunia yang sangat sempurna, luas dan lengkap ini kalau tidak untuk dinikmati. Bahkan mereka berpikir tak mungkin Tuhan akan menghancurkan dunia ciptaan-Nya sendiri yang demikian menakjubkan ini melalui suatu bencana kiamat. Pencinta dunia hanya takjub kepada dunia yang luar biasa ini dan tidak pada akhirat karena mereka tidak tahu gambaran mengenai akhirat.

‎Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam pernah bersabda: “Seandainya dunia itu ada nilainya di sisi Allah Swt bahkan seberat sayap nyamuk sekalipun, tentu Dia tidak akan sudi memberi makan dan minum pada orang kafir meskipun seteguk air.” (HR Tirmidzi, shahih).

Hadits ini juga memberi makna, rezeki dan kebahagiaan dunia juga diberikan Allah pada orang kafir maupun fasik, bahkan sering diberikan lebih banyak dibanding yang Ia berikan kepada orang-orang yang shaleh, ini karena nilai dunia yang sangat tidak ada artinya dibanding akhirat.

Karenanya, setiap muslim diingatkan harus mempertimbangkan kepentingan akhirat dalam setiap aktivitasnya. Dunia ini adalah ladang untuk bercocok tanam (tempat melakukan amal ibadah dan amal kebajikan) yang hasilnya dipanen kelak di negeri akhirat.

Pada pengajian tersebut,  az Hajarul Akbar yang mewakili Indonesia pada MTQ Internasional Cabang Hafiz dan Tafsir Quran di Yordania tahun 2015 ini juga menjelaskan, sering membacakan Al quran merupakan salah satu cara agar kehidupan berkualitas, menjadi tertata dan berkah. Namun jika jarang membaca ayat suci Al quran, maka berbagai masalah akan muncul, karena Al Quran itu sendiri obat dan solusi untuk mengatasi semua persoalan umat manusia.

Dalam mempelajari dan interaksi dengan Al Quran ada tiga tingkatan. Pertama, tingkatkan kuantitasnya baca Al Quran minimal khatam Al Quran 40 hari sekali bagi orang selemah-lemahnya iman.

“Jika Al Quran jauh dari bacaan seorang muslim, maka setan masuk. Jika sampai malas baca quran, pertanda banyak penyakit dalam tubuh. Baru lima menit saja pegang dan baca al-Quran sudah ngantuk.

Jangan seolah-olah Al Quran hanya untuk anak-anak TPA. Ketika usia anak-anak ngaji, sudah tua tidak ngaji-ngaji lagi,” ungkap Da’i asal Aceh yang kerap berceramah di Pulau Jawa‎ ini.

Kemudian juga, kualitas bacaan Al-Quran perlu jugaditingkatkan, serta intensitas atau seringnya membaca Al quran setiap saat.*/ T Zulhairi (Aceh)

 

sumber: Hidayatullah

Ketika Ia Lelah Mengejar Dunia

DARI luar, ia terlihat bahagia dan sejahtera. Usahanya, lancar jaya. Keuntungannya, mengalir sederasnya. Memang demikianlah, orang-orang melihat tampilan zahir orang lain. Apa yang nampak di depan, itulah yang menjadi penilaian. Tapi nyatanya, hatinya gersang, jiwanya kerontang, rohaninya kosong.

Benar saja. Rupanya, ia merasa, rohaninya kosong dan gersang. Lama tak disiram, ia merasa jiwanya kering. Ia butuh hujan yang lebat agar hatinya kembali tumbuh berkembang.

Telah lampau zaman berlalu, ketika masih nyantri di Makassar, saya punya seorang kawan. Dari sekian banyak kawan sekelas, dia termasuk kawan dekat saya. Entah apa yang membuat kami menjadi kawan dekat. Saya agak lupa.

Yang saya ingat, dia lumayan borjuis, dan saya terhitung agak cerdas. Dia kurang suka belajar, dan saya suka berbagi tugas belajar. Klop-lah sudah. Dia suka nraktir saya, bahkan kadang ngajak saya ke Sentral, dan saya suka beri dia contekan PR saya, bahkan jawaban ujian saya. Kami saling butuh satu sama lain; dia butuh nilai pelajaran, saya butuh makan.

Tidak hanya soal makan dan nilai, kami juga berbagi lemari. Lemarinya yang agak besar dan lebar, menjadi tempat transit beberapa buku dan pakaian saya. Lemari saya yang kecil dan bekas peninggalan seorang kakak kelas,  tetap saya gunakan.

Selepas lulus, rupanya kami tak lagi bisa bersama. Dia menetap di Kota Daeng melanjutkan kuliah dan mengejar asa menjadi pengusaha, sedang saya bertolak ke Kota Minyak meneruskan jejak Aba saya, setelah sebelumnya hampir lulus dengan gelar S.AP di UNHAS.

Kami berpisah, tidak saja soal peruntungan. Juga berkaitan dengan soal idealisme. Dia, sejak lulus sekolah, memilih keluar dari pondok yang telah memberinya banyak pengalaman dan pelajaran tentang hidup. Sesekali, ia tetap datang berkunjung. Hingga akhirnya, seiring kesuksesan usaha dan kesibukan belajar, ia semakin jarang menjenguk pondok. Dan sejak itu, ia semakin jauh dari cahaya.

Sebakda lulus itu, otomatis kami juga tidak pernah bertemu. Kami tak pernah lagi bertatap muka. Kami hanya bertemu di dunia maya. Itupun saya hanya ala kadarnya saja, sebab aturan kuliah saya membatasi hubungan dengan dunia maya. Praktis, hubungan kami menjadi semakin berjarak.

Bertahun-tahun, saya dan dia hanya tukar kabar melalui Facebook saja. Di phonebook saya, nomornya, seingat saya tidak ada. Jika saya berkunjung ke Makassar, terasa bahwa jarak kami masih sangat jauh. Ia selalu tak ada waktu untuk datang ke pondok pesantren.

Lepas kuliah, lalu tugas di Kota Apel, tetap saja hubungan saya dengan dia demikian. Saya mengetahui kabarnya hanya lewat wall Facebook. Saya tak tertarik untuk memberi komentar di status-statusnya. Dia sukses menjadi pebisnis dan pengusaha. Satu saja yang kurang, dia belum sukses mencari istri. Sedang saya sudah beranak-pinak; dua lelaki.

Hingga hari itu, tepatnya kemarin, saya mendapat telpon dari seseorang. Nomor baru. Saya pikir, wali santri yang ingin mendengar kabar putranya. Ternyata, saya salah.

“Assalamualaykum,” sapanya membuka dialog.

Suaranya, mengingatkan saya seseorang. Tapi, saya ragu. Sebab, sudah agak berubah.

“Wa alaykum salam warahmatullahi,” saya jawab lebih panjang. Dalam Islam, kita memang diperintah membalas salam lebih baik dari salam yang diberikan.

“Siapa, ya?” saya tanya lebih lanjut.

“Masak sudah lupa?” dia tanya balik mencoba memancing ingatan saya.

“Ihsan, ya?” saya menebak agak ragu sambil menyebut namanya. Nama Ihsan ini adalah samaran, bukan nama sebenarnya.

“Iya. Siapa lagi. Masak, sih, udah lupa dengan teman sendiri,” jawabnya cepat sambil mencoba membuka lembaran-lembaran kisah kami berdua dulu.

Akhirnya, kami ngobrol lepas sambil bertanya kabar dan banyak hal lain. Saya lebih banyak diam dan hanya menanggapi seperlunya. Ada rasa yang berbeda saat ini. Tentu saja, pikir saya. Kami sudah berpisah berbilang tahun lamanya.

Dia banyak berbicara soal keadaannya. Wajar saja. Tidak ada angin membawa asap, tiba-tiba ada api menyala membara, orang tentu heran dan bertanya-tanya. Lama tak ada kabar, lama tak bersua, tiba-tiba menelpon berbicara keadaan diri, tentu ada sesuatu dalam hati.

Benar saja. Rupanya, ia merasa, rohaninya kosong dan gersang. Lama tak disiram, ia merasa jiwanya kering. Ia butuh hujan yang lebat agar hatinya kembali tumbuh berkembang. Jiwanya butuh asupan gizi agar kembali bisa kenyang.

Dalam cerita panjangnya, ia sangat berharap dapat berjumpa saya di Malang. Ia berjanji, ia akan bercerita lebih panjang dan lebih lebar tentang apa yang terjadi.

Sesaat sebelum menutup telpon, ia bertanya hati-hati, “Bolehkah saya kembali ke pondok pesantran lagi?”

Kira-kira, begitulah tanya yang masih menyisakan jawab tersebut terlontar dari lisannya. Sebuah isyarat, ia rindu suasana pondok yang penuh cahaya.*/Ibnu Basyier, Ahad, 3 April 2016

 

sumber: Hidayatullah

Jilat Yahudi, Calon Presiden AS Donald Trump Janji Menekan Palestina Akui Israel

Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari partai Republik Donald Trump berjanji untuk menekan Palestina agar menerima Israel sebagai negara Yahudi dan Jerusalem sebagai ibu kotanya.

Trump menghadiri Konferensi Politik 2016 dari Komite Urusan Publik Amerika-Israel (AIPAC) di Verizon Center di Washington DC pada 21 Maret 2016.

Donald Trump mendapat penerimaan dan antusias yang besar di konferensi organisasi Yahudi paling berpengaruh di Washington pada Senin, atas sikap pro-Israel kuat yang dia bawa, termasuk menyerang Presiden Obama.

“Presiden Barack Obama adalah hal terburuk yang terjadi pada Israel,” demikian pentolan Republik itu mengatakan pada hadirin di Verizon Center, yang menyebut presiden AS dan mantan Sektretaris Negara Hillary Clinton “menekan sekutu kita dan memberi hadiah musuh kita,” kutip Haaretz, Selasa (22/03/2016).

Trump menangkan dukungan AIPAC dengan sikap pro-Israel yang kuat, demikian tulis Haaretz.

Dalam pidatonya, Trump mengurangi dua posisi yang telah membuatnya dikeluarkan dari aktivis pro-Israel – sikapnya yang tetap “netral” pada pembicaraan damai Israel-Palestina dan penolakannya untuk mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel.

Terhadap Jerusalem, Trump berjanji untuk memindahkan kedutaan Amerika ke kota yang dia sebut, “ibu kota abadi orang Yahudi.”

Dia juga mengatakan bahwa Palestina harus menerima kedekatan hubungan AS-Israel.

“Palestina harus datang ke meja perundingan dengan mengetahui bahwa ikatan antara Amerika Serikat dan Israel sangat tidak terpatahkan,” kata Trump.

“Mereka harus datang ke meja perundingan dengan kemauan untuk menerima bahwa Israel adalah negara Yahudi dan akan eksis selamanya sebagai negara Yahudi.

Trump menyalahkan tidak terselesaikannya perundingan damai kepada Palestina, yang disebutnya berulangkali menolak tawaran-tawaran Israel dan Amerika. Trump juga menuduh Palestina menyebarkan terorisme.

“Anak-anak diajarkan agar membenci Yahudi, itu harus dihentikan,” kata dia. “Anda tidak dapat mencapai perdamaian jika teroris dianggap sebagai martir. Hal itu akan berakhir dan akan berakhir segera, percayalah, kata dia diiringi tepuk tangan para hadirin.

Trump juga mempertanyakan peran PBB pada proses perdamaian, dia mengatakan segala upaya oleh badan internasional itu untuk mengadakan kesepakatan di Timur Tengah akan menjadi bencana. Dia mengatakan PBB “bukanlah teman bagi demokrasi, bukanlah teman bagi AS, dan pastinya bukan teman bagi Israel,” dia berjanji jika nantinya terpilih sebagai presiden AS, dia akan memveto semua resolusi Dewan Keamanan PBB yang memaksa kesepakatan antara Israel dan Palestina.

“Kesepakatan yang dibuat oleh PBB akan sepenuhnya menjadi bencana. Itu bukanlah cara kamu membuat perjanjian,” dia mengatakan, sembari memperingatkan bahwa resolusi PBB seperti itu hanya akan meningkatkan terorisme Palestina.

Terkait Taylor Force, warga negara AS yang terbunuh pada serangan teror di Jaffa awal bulan ini, Trump mengatakan bahwa sikap seperti itu seharusnya tidak mendapat penghargaan. “Anda harus menghadapi perlakuan seperti itu,” kata dia.

Lawan-lawan Trump yang telah mengatakan mereka akan memprotes pidato itu karena ketidakberpihakannya pada kaum minoritas dan persetujuannya atas pelanggaran politik tidak terlihat pada pidatonya, yang mendapat tepuk tangam berulangkali.

Dalam konferensi pers sebelum pidatonya, Trump mengatakan dia akan meminta Israel untuk membayar pada Amerika Serikat atas bantuan luar negeri yang mereka terima. Berbicara di depan wartawan di Washington, Trump mendapat pertanyaan tentang pernyataan dari sikapnya yang akan meminta sekutu AS untuk membayar atas bantuan pertahanan yang diberikan oleh AS. “Saya ingin mereka membayar sejumlah uang pada kita,” kata Trump.

Majalah Fortune juga pernah melabelkan AIPAC sebagai grup lobi Yahudi kedua paling kuat di Washington, DC. Karena itu, biasanya, semua calon presiden AS harus menjilat dan mencari muka agar mendapat dukungan darinya.*/Nashirul Haq AR

 

aumber: Hidayatulah.com

Israel dan Rusia Berkoordinasi dalam Operasi Menyerang Suriah

Penjajah Israel memberikan informasi intelijen kepada Rusia mengenai situs-situs oposisi di Suriah untuk memfasilitasi operasi militer Moskow, lapor Channel 2 TVIsrael, kutip middleeastmonitor.com.

Channel Israel tersebut mengatakan bahwa delegasi pejabat senior militer Rusia akan tiba di Israel pada hari Selasa untuk koordinasi operasi militer.

Delegasi tersebut akan dipimpin oleh Deputi Pertama Staf Umum, Jenderal Nikolai Bogdanovsky, yang akan menemui mitra Israel, Mayor Jenderal Yair Golan serta pejabat senior intelijen militer Israel lainnya, angkatan udara dan Mossad.

Channel 2 TV juga menyatakan bahwa kunjungan tersebut adalah kelanjutan dari pertemuan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu Presiden Rusia, Vladimir Putin di Moskow 3 minggu yang lalu.

Menurut laporan media tersebut, Israel akan mengirimkan permintaan Rusia dalam rangka pertukaran tawaran yang menarik untuk memfasilitasi operasi militer pasukan Rusia di Suriah.

Terungkap pula bahwa Netanyahu dan Putin telah menyetujui beberapa isu dasar, termasuk janji Rusia untuk menghentikan pasokan senjata dari Suriah kepada Hizbullah, begitu juga mengizinkan angkatan udara Israel untuk melaksanakan operasi tersebut secara bebas di Suriah, bahkan area milik tentara Rusia yang ditempatkan di pantai Suriah.

Pejabat Senior Rusia dan angkatan udara Israel akan membahas mekanisme koordinasioverflight (penerbangan di atas wilayah Negara lain) di wilayah udara Suriah untuk menghindari konflik dengan pesawat Rusia dalam operasi melawan pejuang oposisi dan pembebasan.

Pertemyan Jenderal Nikolai Bogdanovsky, dan Mayor Jenderal Yair Golan menyepakati mekanisme untuk menghindari “kesalahpahaman” dan bentrokan di wilayah udara Suriah antara jet militer Israel dan Rusia, demikian kutip hurriyetdailynews.com.

Laporan lain yang disampaikan oleh Radio Israel pada hari Ahad mengklaim bahwa Tel Aviv akan menyediakan intelijen penting dalam upaya mengurangi pengaruh Iran di Suriah.

Sementara itu, Mantan Menteri Luar Negeri Israel, Tzipi Livni, telah menyerukan kerja sama dengan Iran dan Hizbullah untuk melindungi kepentingan Israel.

Koran Ma’ariv mengutip perkataan Livni pada hari Jumat, Netanyahu harus mengerti bahwa dunia melihat Iran dan Hizbullah sebagai mitra yang sah dalam konfrontasi melawan ISIS.

Ia memperingatkan bahwa geostrategic Tel Aviv akan rusak pemimpin Israel tidak menyadari apa yang harus dilakukan untuk mempengaruhi pergeseran keseimbangan kekuatan di Suriah.*/Karina Chaffinch

Operasi Rahasia Angkut Yahudi Yaman ke Israel Dibantu Deplu AS

Televisi Israel Chanel 2 mengungkapkan, pihak penjajah  berhasil merekrut belasan Yahudi asal Yaman untuk bekerja dalam sejumlah operasi rahasia dengan bantuan Deplu Amerika.

Dalam berita yang dilansir televisi tersebut terungkap, pesawat yang Senin malam landing di Bandara Ben Gorion mengangkut Yahudi asal Yaman yang direkrut melalui bantuan Departemen Luar Negeri Amerika untuk dipindahkan ke Israel, demikian dikutip PIC, Senin, (21/03/2016).

 

Televisi ini mengatakan, operasi ini sangat rahasia untuk mengevakuasi bangsa Yahudi di Yaman. Ini merupakan keberhasilan koresponden Yahudi yang telah berlangsung selama satu tahun yang lalu.

Perekrutan ini, bukan hanya pada orang juga terjadi pada sebagian manuskrip kuno.

Termasuk dalam perekrutan ini adalah pendeta Sulaiman Dahri yang datang bersama ayah serta anak dan istrinya yang membawa manuskrip kuno yang ditulis 800 tahun lalu di atas kulit binatang.

Sejak tahun 1948, ketika negara Zionis Israel didirikan, populasi Yahudi Yaman menyusut. Sekitar 50.000 orang Yahudi Yaman pada 1949 dan 1950 direlokasi ke Israel dalam misis rahasia “Operasi Karpet Ajaib”. Memasuki 1990-an, jumlah orang Yahudi Yaman turun drastis menjadi kurang dari 1.000. Pada 1993, pencabutan larangan bepergian menimbulkan arus migrasi baru Yahudi Yaman ke Israel.

Belakangan, orang-orang Yahudi di Yaman mengeluhkan intimidasi yang diterimanya dari pemberontah Syiah Hautsi (Houthi), yang menguasai ibukota sejak hampir dua tahun silam.

“Menjadi orang Yahudi di Yaman sekarang ini sangat berbahaya,” kata juru bicara Jewish Agency Yigal Palmor kepada AFP.

“Militan Hautsi, misalnya, terang-terangan anti-Semit,” imbuhnya.

Sharnaky, Ketua Koresponden Yahudi yang ikut dalam pesawat di Bandara Ben Gorion mengatakan, sejak berdirinya negara Israel telah merekrut 51.000 bangsa Yahudi dari Yaman dipindahkan ke Israel.*

 

sumber: Hidayatullah.com

Trump di AIPAC: Pengkhianatan Yahudi terhadap Amerika

TERIMA kasih, Donald Trump. Tanpa disadari, Anda telah melakukan sesuatu yang penting. Anda telah mengekspos ketidakpedulian AIPAC pada kesejahteraan negara dalam perkembangannya. Negara saya. Amerika Serikat.

Pada suatu ketika, para pemimpin Zionisme Amerika membagi waktu mereka. Mereka berjuang mempertahankan, meningkatkan dan mendirikan ‘Negara Israel’ karena kewajiban moral mereka terhadap rekan Yahudi mereka. Dan mereka berjuang untuk menjaga dan meningkatkan Amerika Serikat karena kewajiban moral mereka terhadap rekan Amerika mereka.

Zionis Amerika terkemuka antara tahun 1910an dan 1920an, Louis Brandeis, juga merupakan musuh terkemuka dari oligarki ekonomi Amerika. Zionis Amerika terkemuka antara tahun 1930an dan 1940an, Rabbi Steven Wise, yang telah lama menjadi aktivis hak asasi wanita, hak sipil dan gerakan buruh.

Dalam bukunya Jewish Power, J.J. Goldberg mencatat bahwa pada tahun 1920an, presiden Komite Yahudi Amerika maupun Kongres Yahudi Amerika mengabdi pada dewan pengurus NAACP. Pada tahun 1940an, Kongres Yahudi Amerika mempekerjakan lebih banyak pengacara yang bekerja untuk menghentikan pemisahan daripada yang dilakukan Departemen Keadilan. Pada Maret di Washungton, kepala Kongres Yahudi Amerika Joachim Prinz, yang telah menjadi rabbi di Jerman saat dipimpin Hitler, mengatakan dia telah datang untuk melindungi “ide dan aspirasi Amerika itu sendiri” melawan dosa yang menghukum kefanatikan negara.

That was then. Hari ini, Komite Yahudi Amerika, Liga Anti-Penistaan dan kelompok Yahudi lain masih melakukan pekerjaan berharga melindungi hak-hak penduduk Amerika yang rapuh. Tetapi pengaruh mereka dikecilkan oleh AIPAC di Washington, yang menikmati kekuatan lebih dari organisasi Yahudi Amerika lainnya bahkan jika digabungkan. AIPAC merupakan satu-satunya organisasi Yahudi Amerika yang menjadi tuan rumah yang sebenarnya semua kandidat presiden setiap empat tahun. Merekalah satu-satunya yang membual bahwa konferensi nasional mereka “dihadiri oleh anggota Kongres lebih banyak dari kebanyakan acara lain, kecuali sesi bersama Kongres.” Merekalah satu-satunya yang mempekerjakan seorang petugas yang membual, “Anda melihat kertas ini? Dalam dua puluh empat jam, kami bisa mendapatkan tanda tangan dari tujuh puluh senator di kertas ini.”

Secara politik, AIPAC telah menjadi institusi dominan di kehidupan Yahudi Amerika. Mereka tidak lagi mengambil pertanggungjawaban moral atas apapun yang terjadi di Amerika. Mereka hanya mempunyai satu misi: untuk memastikan bahwa pemerintah Amerika Serikat mendukung pemerintah penjajah Israel tanpa syarat. Tidak ada yang lain. AIPAC telah berulangkali mengundang pidato Pastor John Hagee, yang menyebut Badai Katrina “penghakiman Tuhan pada kota New Orleans” karena “terdapat sebuah parade homoseksual pada Senin ketika Katrina datang.” Bagi AIPAC, itu tidaklah masaah. Hagee memimpin Persatuan Kristen bagi Israel, yang melobi pemerintah Amerika Serikat untuk mendukung apapun yang Benjamin Netanyahu lakukan.

Itulah mengapa AIPAC tidak punya pilihan selain mempersilahkan Trump berbicara. Dan itulah mengapa, meskipun beberapa yang hadir memprotes, ribuan lainnya bersorak ketika Donald Trump melalui pengangkatan poin pembicaraan yang familiar tentang bagaimana Palestina pantas disalahkan atas fakta bahwa di Tepi Barat, mereka tinggal sebagai non-penduduk, tanpa hak untuk memilih, di bawah hukum militer. Anggota AIPAC bergembira karena mereka telah dikondisikan untuk bergembira. Mereka telah dikondisikan untuk memandang politisi Amerika hanya melalui prisma sudut pandang Israel mereka. Jadi ribuan Yahudi bersorak atas pelengkap fanatik terkemuka negara itu terhadap agama minoritas. Beberapa wartawan terkejut. Mereka tidak seharusnya begitu. Kumpulan itu telah diajari dengan baik. Ketidakpedulian moral pada apa yang terjadi di dalam Amerika Serikat merupakan jalan AIPAC.

 

Setelah pidato, presiden AIPAC mengutuk Trump atas serangan pribadinya pada Presiden Obama. AIPAC menentang sikap berat sebelah yang berlebihan karena itu mengancam basis dua partai politik yang mendukung kebijakan Israel. Pelarangan Muslim untuk memasuki Amerika Serikat, atau menyebut imigran tidak terdata Meksiko “para pemerkosa,” atau mendorong kekerasan pada rapat politik, tidak mengancam dukungan dua partai. Jadi AIPACtetap diam.

Itu akan mengagumkan melihat bagaimana AIPAC akan bereaksi jika kandidat presiden utama bersikap kejam tidak pada Muslim Amerika, tetapi pada Yahudi Amerika.  Teorinya, organisasi itu akan bereaksi tepat seperti mereka bereaksi pada Trump. Teorinya, AIPAC – meskipun seperti kebanyakan organisasi Yahudi – mempunyai sebuah amanat untuk melindungi Yahudi hanya di Israel, bukan Yahudi di Amerika Serikat.

Dalam menjalankannya, AIPAC tidak akan pernah membiarkan kandidat seperti itu berbicara. Teriakan dari anggota-anggotanya akan menjadi terlalu besar. Jadi tidaklah sepenuhnya tepat mengatakan bahwa AIPAC menerima tidak adanya pertanggungjawaban moral atas apapun yang terjadi di Amerika Serikat. Lebihnya, mereka menerima tidak adanya atas apapun yang terjadi pada seorang yang bukan Yahudi di Amerika Serikat.

Pada Maret di Washington, Rabbi Prinz mengatakan bahwa, “Ketika saya menjadi Rabbi pada komunitas Yahudi di Berlin di bawah rezim Hitler, saya belajar banyak hal. Hal yang paling penting yang saya pelajari di bawah keadaan tragis itu adalah perlakuan kejam dan kebencian bukanlah masalah paling mendesak. Masalah yang paling mendesak, yang paling memalukan, yang paling buruk dan yang paling tragis adalah diam.”

Lebih dari lima tahun setelah itu, penghasut dan orang fanatik paling berbahaya dalam sejarah Amerika modern berada di ambang pengakuan sebuah partai utama pemilihan presiden. Dan organisasi paling kuat Yahudi di Amerika bersikap diam karena mereka dibangun untuk diam. Kami Yahudi Amerika berhutang negara kami lebih baik dari itu.*

 

Oleh: Peter A Beinart

Peter Alexander Beinart kolumnis, wartawan dan komentator politik AS. Mantan editor The New Republic ini  menulis untuk Time, The New York Times, The New York Review of Books.  Profesor jurnalisme dan ilmu politik di City University of New York dikenal vokal dalam mendukung Zionisme- liberal dan kritis pada gerakan pemukim Israel. Tulisan diambil haaretz.com,21 Maret 2016  ditejemahkan Nashirul Haq AR

 

sumber: Hidayatulah.com

Mempertanyakan Wartawan yang Tersenyum dengan Pembantai Umat Islam

HARI Senin (28/03/2016) Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bertemu dengan wartawan-wartawan senior Indonesia yang datang ke Israel atas undangan dan inisiatif dari Kementerian Luar Negeri Israel. Enam wartawan yang diundang pemerintah Israel itu berasal dari media nasional Indonesia.

Kedatangan para wartawan ini ke Israel telah menuai banyak kontroversi. Ada yang menganggap hal ini wajar sebagai Jurnalis yang bersikap netral dan Pers Indonesia dianggap telah dewasa untuk menentukan sikap terhadap Israel. Namun kecaman dan ungkapan kekecewaan pun tak sedikit dilontarkan pada para wartawan senior Indonesia yang memenuhi undangan penguasa Israel Benyamin Netanyahu. Ada yang menyayangkan kunjungan tersebut karena sangat kontradiktif dengan konstitusi Indonesia yang menentang penjajahan, karena faktanya Israel masih menjajah Palestina. Bahkan ada pula yang menyebutkan bahwa kunjungan tersebut telah menjatuhkan harga diri Indonesia sebagai umat Islam terbesar di dunia. Kecuali jika Palestina telah merdeka dari penjajahan Israel, maka hubungan diplomatik dengan Israel bisa dibuka.

Mempertanyakan Rasa Empati

Jika dikatakan ini adalah kunjungan yang wajar sebagai jurnalis, maka sebenarnya itu kurang tepat. Karena sesungguhnya sikap para wartawan ini sangat menyakitkan banyak umat. Ini sebenarnya soal bagaimana kita memiliki sikap empati terhadap penderitaan orang lain. Coba dibayangkan, bagaimana mereka bisa berjabat tangan mesra dengan orang yang menghancurkan rumahnya, menghancurkan desanya, menghancurkan kotanya, menghancurkan negaranya?

Bagaimana mereka bisa tersenyum dengan orang yang telah membunuh istrinya, anaknya, ayahnya, ibunya, keluarga dan saudaranya? Padahal, umat Islam dimanapun berada (termasuk di Palestina) adalah saudara kita. Bagaimana mungkin seseorang bisa tersenyum dan berfoto bersama orang yang masih berlumuran darah saudaranya?

Padahal Rasulullah telah jelas menyatakan,“Seorang muslim saudara dengan muslim lain, ia tidak menganiayanya dan tidak akan menyerahkannya (pada musuh).”(HR Bukhari danMuslim)

Jika dikatakan wartawan adalah sebuah profesi yang harus terbuka kepada semua pihak yang terlibat dalam sebuah konflik. Jika itu liputan, tidak masalah. Masalahnya ini bukan liputan, tetapi ini pertemuan. Siapa bertemu siapa itu juga sudah sangat jelas. Ini pasti ada misi, baik misi dari lembaga pers yang mengutusnya maupun dari Israel yang mengundang, sebab mereka datang sebagai delegasi.

Jika kita mengingat kesepakatan  Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang diadakan di Indonesia beberapa waktu lalu, tampaknya ini bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh para wartawan tersebut.

 

Yang Perlu diperhatikan

Selain tidak adanya empati, diunggahnya foto para wartawan Indonesia yang tersenyum dengan PM Israel tersebut oleh situs Israel tersebut mengungkapkan beberapa hal lainnya.

Pertama, ini merupakan penegasan yang kesekian kali, sebagian pers Indonesia itu cenderung semakin liberal, pragmatis dan berstandar ganda. Satu sisi mereka begitu getol bicara tentang pelanggaran HAM, mengutuk terorisme, menyerukan perdamaian, menyerukan adanya hukuman yang setimpal untuk para pelaku teroris. Tetapi di sisi lain, mereka dengan ringannya bertemu orang yang justru melakukan semua yang mereka kutuk.

Bicara HAM, negara mana yang sekarang paling banyak melanggar HAM? Israel. Siapa pemimpin Israel? Benjamin Netanyahu. Kalau mereka menyerukan bahwa pelaku teroris itu harus dihukum keras, maka yang di antaranya adalah orang yang sedang berdampingan dengan mereka di foto itu. Standar ganda itu bisa mereka lakukan, karena pragmatisme itu. Mengapa bisa pragmatis?Karena mereka memang liberal. Semakin liberal, semakin pragmatis.

Kedua, jelas ini bagian dari propaganda Israel. Israel tahu Indonesia adalah negeri mayoritas Muslim yang besar, yang tentu suaranya sangat berpengaruh. Sampai sekarang, Indonesia masih mendukung kemerdekaan Palestina. Sampai sekarang juga, Indonesia tidak mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Hal ini jelas dikatakan oleh Netanyahu dalam pidatonya bahwa dia berharap kunjungan wartawan Indonesia tersebut dapat membantu dalam mengubah hubungan Indonesia dan Israel. Artinya dengan adanya pertemuan tersebut Israel menginginkan hubungan yang lebih mesra dengan Indonesia.

Seperti diketahui, Israel telah berulangkali melakukan tindak kekerasan terhadap rakyat Palestina dan mencaplok wilayah mereka. Ketika muncul gerakan perlawanan dari Palestina, berulangkali Israel secara sepihak memberikan label teroris kepadanya.Oleh karena itu, status “kerjasama kemitraan” ini juga haram dilakukan.

Menjalin kemitraan dengan Israel tidaklah akan menjadikan umat Islam mulia, maju dan berwibawa.

Ketiga, media memegang peran penting dan strategis dalam pembentukan pemikiran masyarakat. Menguasai media artinya menguasai dunia. Media adalah alat propaganda paling dahsyat setidaknya untuk era sekarang ini. Apa yang dianggap penting oleh media, maka akan dianngap penting pula oleh masyarakat. Apa yang diabaikan oleh media, maka akan diabaikan pula oleh masyarakat. Sehingga,secara imani seharusnya media saat ini tidak hanya bersikap netral, melainkan menunjukkan keberpihakannya pada kebenaran (Islam).Sangat disayangkan jika sampai media digunakan sebagai alat propaganda dalam kebatilan.

Maka pertemuan para wartawan Indonesia dengan penguasa Israel itu tidak selayaknya dilakukanBukan kerahmatan, akan tetapi justru kemadharatanyang didapatkan. Allahu a’lam bish-shawaab.*

 

Oleh: Kholila Ulin Ni’ma
Penulis adalah dosen di STAI Alfatah, Pacitan – Jawa Timur

sumber: Hidayatullah

Iran Kerahkan Pasukan Komando Sebagai Penasihat untuk Rezim Assad

Seorang pejabat militer mengatakan pada hari Senin, Iran telah mengirimkan pasukan komandonya ke Suriah sebagai penasihat rezim Basyar Assad. Hal ini menunjukkan bahwa Iran menggunakan tentaranya untuk membantu pasukan rezim.

Sebagaimana yang dilansir Zaman Al Wasl (4/4), Teheran adalah wilayah utama yang menjadi sekutu Basyar Assad.

Teheran telah memberikan bantuan militer dan ekonomi kepada Basyar Assad dalam memerangi pejuang Suriah.

Kami mengirimkan pasukan komando dari militer Brigade 65 dan unit lain untuk Suriah sebagai penasihat, kata Jenderal Ali Arasteh, wakil kepala penghubung dari pasukan tentara darat yang dikutip oleh kantor berita Tasnim.

Arasteh juga mengatakan, pada bulan lalu,di beberapa titik, Iran telah memutuskan untuk menggunakan pasukan komando dan penembak jitu dari pasukan bersenjata reguleran sebagai penasihat militer di Irak dan Suriah. (Eka Aprila)

 

sumber: Bumi Syam

42 Orang Tewas Akibat Siksaan Rezim Suriah pada Bulan Maret

Awal bulan April, Jaringan Hak Asasi Manusia untuk Suriah dalam laporan barunya mengatakan, Sedikitnya ada 42 orang yang disiksa sampai mati oleh pihak keamanan rezim Suriah pada bulan Maret.

Sebagaimana yang dilansir Zaman Al Wasl (4/4), perjanjian gencatan senjata yang dijembatani oleh PBB sudah disetujui antara pihak Rezim dan oposisi Suriah.

Namun perjanjian gerncatan senjata tidak memberikan dampak yang lebih.

Jaringan Hak Asasi Manusia untuk Suriah menambahkan, kekerasan dan penyerangan tetap saja dilakukan oleh rezim, bahkan jumlah orang yang tewas karena penyiksaan semakin meningkat. (Eka Aprila)

 

sumber: Bumi Syam