Ini 6 Amalan Berpahala Haji

Setiap Muslim pasti berobsesi dapat menunaikan ibadah haji. Namun, tidak semuanya dikabulkan oleh Allah SWT untuk menjadi tamu-Nya di Tanah Suci. Bagi yang belum ditakdirkan beribadah haji tahun ini, tidak perlu kecewa dan putus asa. Sebab, ternyata masih ada peluang besar untuk mendapatkan pahala haji.

Rasulullah SAW telah memberikan berita gembira tentang beberapa amal saleh yang berpahala haji dan tentu saja tidak menggugurkan kewajiban haji, di antaranya: Pertama, melaksanakan shalat fardhu berjamaah di masjid.

Dari Abi Umamah RA, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Barang siapa yang berjalan menuju shalat fardhu berjamaah, maka ia seperti haji. Dan barang siapa yang berjalan menuju shalat sunah, maka ia seperti umrah sunah.” (HR Ath Thabrani dalam Al Mu’jam Al Kabir no 7578).

Kedua, birru’l walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua). Dari Anas bin Malik RA, ia berkata, seorang laki-laki pernah datang menemui Rasulullah SAW, lalu ia mengatakan, “Sesungguhnya aku ingin sekali berjihad, tetapi aku tidak memiliki kemampuan untuk itu.” Rasulullah SAW lalu bertanya kepadanya, “Apakah masih ada yang hidup di antara kedua orang tuamu?” Lelaki itu menjawab, “Ibuku.”Rasul pun kemudian mengatakan kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah dengan berbuat baik kepada ibumu. Sebab, jika engkau melakukan itu, engkau adalah jamaah haji, umrah, dan mujahid (orang yang berjihad).” (HR Ath Thabrani dalam Al Mu’jam Al Ausath no 2915).

Ketiga, menghadiri majelis ilmu di masjid, sebagaimana sabda Nabi SAW, “Barang siapa yang pergi ke masjid, ia tidak menginginkan hal itu kecuali untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya. Maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang menunaikan ibadah haji, sempurna hajinya.” (HR Ath Thabrani dalam Al Mu’jam Al Kabir no 7473).

Keempat, menunaikan umrah di bulan Ramadhan. Dari Ibnu Abbas RA, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Melaksanakan umrah di bulan Ramadhan itu (berpahala) seperti haji atau (seperti) haji bersamaku.” (Muttafaqun ‘Alaihi; Bukhari no 1782, 1863, Muslim no 3097).

Kelima, duduk di masjid setelah shalat Subuh berjamaah untuk berzikir lalu shalat dua rakaat setelah matahari terbit, yakni waktu syuruk. Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa shalat Subuh berjamaah, kemudian ia duduk (menunggu) sambil berzikir hingga terbit matahari, lalu ia melaksanakan shalat dua rakaat, maka baginya pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna, sempurna.” (HR Tirmidzi no 589).

Keenam, berzikir setelah shalat. Dari Abu Hurairah RA, ia bercerita bahwasanya orang-orang fakir dari kaum Muhajirin pernah mendatangi Rasulullah SAW, lalu mengadu, “Orang-orang kaya pergi membawa derajat yang tinggi dan tempat yang bergelimang nikmat. Nabi bertanya, “Apa itu?” Mereka berkata; Mereka shalat sama seperti kami shalat dan mereka berpuasa sama seperti kami berpuasa. Hanya saja, (bedanya) mereka memiliki kelebihan harta sehingga mereka bisa menunaikan ibadah haji, umrah, berjihad, dan bersedekah (dengan hartanya, sementara kami tidak bisa karena miskin).

Lalu beliau bersabda, “Apakah kalian ingin aku ajari sesuatu yang (jika kalian amalkan) kalian dapat mengungguli orang-orang yang mendahului kalian dan mengalahkan orang-orang setelah generasi kalian? Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama dari kalian, kecuali orang yang mengamalkan hal yang sama seperti yang kalian amalkan?

Mereka menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir setiap selesai shalat (masing-masing) sebanyak 33 kali.” (Muttafaqun ‘Alaihi). Semoga kesungguhan kita mengamalkan amalan-amalan di atas bisa menjadi pembuka jalan menuju Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji yang hakiki.Allahumma amin.

 

Oleh: Dr Ahmad Kusyairi Suhail

sumber: Republika Online

Penasihat yang Kau Butuhkan adalah Kematianmu

NABI Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sering merenungkan kematiannya sendiri. Latihan ini meluaskan pemahaman beliau tentang misteri kehidupan dan memperdalam pengalaman kasih sayangnya.

Beliau pernah bersabda, “Satu-satunya penasihat yang kau butuhkan adalah kematianmu.”

Dalam proses mencapai keputusan penting, renungkanlah kematian Anda. Latihan ini dengan cepat menyusun ulang prioritas dan nilai.

Latihan spiritual lain Rasulullah adalah melakukan ziarah kubur dan berdoa di sana. Beliau kerap melakukan ini di tengah malam.

Dalam salah satu kegiatan beliau sebelum wafat, Rasul berdoa semalam suntuk di sebuah makam seraya memohon rahmat dari Allah untuk para orang yang sudah wafat.

Praktik ini, ujar Rasul, membangun sifat rendah hati, lembut hati, dan keberanian di dalam diri kita. [Wajah Sejuk Agama]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2315489/penasihat-yang-kau-butuhkan-adalah-kematianmu#sthash.NTApmnhS.dpuf

Masuk Musim Haji, Pemerintah Madinah Tingkatkan Fasilitas

Menyambut kedatangan calon jamaah haji, Madihan sudah mulai bersiap memberikan fasilitas. Walikota Madinah Mohammed Al-Amri mengatakan sumber daya manusia dan fasilitas terbaik akan diberikan.

Program tersebut mencakup berbagai bidang, termasuk kesehatan lingkungan, pasar, kebersihan umum, kontrol kesehatan, lampu jalan, dan pengawasan 24 jam di jalanan kota sepanjang musim Haji.

Rencana peningkatan fasilitas pun akan didukung oleh Gubernur Madinah Pangeran Faisal bin Salman dan Menteri Urusan Kota dan Pedesaan Abdul Lateef Al-Asheikh, dikutip dari Arabnews, Senin (15/8).

Peningkatan fasilitas yang dilakukan berguna untuk menjamin keselamatan calon jamaah Haji selama berada di lingkungan Madinah. rencana tersebut juga tidak akan mengganggu aktivitas warga lokal dalam beraktivitas, termasuk peningkatan aktivitas bisnis.

Diharapkan peningkatan fasilitasa akan membuat jalanan kota dan daerah bersih dan menghindari hal-hal buruk yang dapat merugikan Tamu Allah. para pengawas pun akan diberikan pedoman umum untuk menyikapi pemberlakukan keadaan khusus tersebut.

Untuk permasalahan sampah pun menjadi perhatian, beberapa unit khusus disiapkan untuk mengurus masalah libah yang dihasilkan, Termasuk memastikan beberapa pemilik usaha mengalokasikan khusus agar membuang limbah sesuai dengan ketentuan.

 

 

sumber: Republika Online

Visa Telat di Tiga Provinsi

Penundaan keberangkatan ke Tanah Suci masih dialami ratusan calon jamaah haji di berbagai daerah.

Akibat belum mengantongi visa haji, pada Sabtu (13/8), ratusan calon jamaah haji asal Sukabumi, Jawa Barat, terpaksa batal diberangkatkan ke asrama haji di Bekasi. Kejadian ini membuat mereka tak jadi terbang ke Arab Saudi sesuai jadwal, yakni Ahad (14/8).

Komisi VIII DPR bahkan mengungkapkan, keterlambatan visa tak hanya terjadi di Provinsi Jawa Barat, tapi juga Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Sekitar 178 calhaj yang seharusnya berangkat 13 Agustus 2016 akhirnya diundur keberangkatannya,” ujar Kabag Keagamaan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi Ali Iskandar kepada Republika, Ahad (14/8).

Ali menjelaskan, hingga tenggat tiga hari sebelum jadwal berangkat ke Asrama Haji, pengurusan visa calon jamaah haji kelompok terbang (kloter) 13 itu belum ada tanda-

tanda selesai. Hingga akhirnya, keberangkatan para calhaj itu mengalami penjadwalan ulang. Mereka baru berangkat 19 Agustus 2016, digabung dengan kloter 30.

Kursi 178 calhaj yang tertunda keberangkatannya diisi jamaah kloter 30 dan 62 yang juga berasal dari Sukabumi. Berdasarkan jadwal Kementerian Agama (Kemenag), kloter 30 berangkat 19 Agustus, sedangkan kloter 62 tanggal 1 September.

“Calhaj yang dimajukan jadwal keberangkatannya ada yang tidak jadi walimatus safar,” ungkap Ali. Sebab, sebelumnya mereka tak menduga kepergiannya ke Tanah Suci dimajukan. Bahkan, ada calhaj yang belum cuti kerja akhirnya meminta jadwal cutinya dipercepat.

Ia mengungkapkan, Pemkab Sukabumi belum mengetahui secara pasti penyebab keterlambatan pembuatan visa itu. Hal yang pasti ia ketahui adalah wewenang pembuatan visa berada di tangan Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta.

Pelaksana Tugas Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Kabupaten Sukabumi Abdul Manan hingga kemarin belum bisa dihubungi terkait tertundanya keberangkatan 178 calhaj karena belum memperoleh visa.

 

sumber: Republika ONline

Telinga Berdenging, Rasul Menyebut Nama Kita?

“APABILA telinga kalian berdenging, hendaklah dia mengingatku, dan membaca shalawat untukku, dan hendaknya dia mengucapkan, Semoga Allah mengingat orang yang mengingatkan dengan mendoakan kebaikan.”

Ada beberapa catatan tentang riwayat di atas. Pertama, tentang status keabsahan hadis.

Hadis ini disebutkan oleh al-Azizi dalam as-Siraj al-Munir atau yang dikenal dengan Azizi Ala Jamiush Shaghir, al-Kharaithi dalam Makarim al-Akkhlaq, al-Uqailli dalam al-Maudhuat, dari jalur Muhammad bin Ubaidillah dari Mamar, dari bapaknya.

Al-Bukhari mengatakan, “Mamar dan bapaknya, keduanya adalah munkarul hadis.” (al-Lali al-Mashnuah, 2/242).

Sementara ad-Daruquthni menyebut Muhammad bin Ubaidillah dengan Matruk (perawi yang tidak diindahkan hadisnya). Bahkan al-Uqaili mengomentari hadis ini dengan,

“Hadis yang tidak ada asalnya (tidak ada di kitab hadis). Sementara Muhammad bin Ubaidillah dinyatakan oleh Bukhari sebagai Munkarul hadis.” (ad-Dhuafa 390, dinukil dari Silsilah al-Ahadits ad-Dhaifah, 6/138).

Kesimpulannya, hadis ini sama sekali tidak bisa dipertanggung jawabkan, karena itu, tidak perlu dihiraukan, apalagi dijadikan acuan.

Kedua, dalam hadis di atas, sama sekali tidak ada keterangan bahwa telinga berdenging adalah tanda panggilan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Hadis di atas hanya berisi anjuran untuk membaca shalawat ketika telinga berdenging. Karena itu, tambahan bahwa denging telinga adalah panggilan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, jelas tambahan dusta, mengada-ada, terlalu berlebihan dan memalukan.

Terlebih, jika hadis tersebut adalah hadis palsu. Menyebarkan pernyataan semacam ini tidak ubahnya menyebarkan kedustaan atas nama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa yang menyampaikan suatu hadis dariku, sementara dia menyangka bahwasanya hadis tersebut dusta maka dia termasuk diantara salah satu pembohong.” (HR. Muslim dalam Muqaddimah Shahihnya, 1/7).

Imam Ibn Hibban dalam Al-Majruhin (1/9) mengatakan: “Setiap orang yang ragu terhadap hadis yang dia riwayatkan, apakah hadis tersebut shahih ataukah dhaif, tercakup dalam ancaman hadis ini.” (Dinukil dari Ilmu Ushul Bida, hlm. 160).

Mari kita renungkan, jika orang yang menyampaikan sebuah hadis, sementara dia ragu terhadap status hadis tersebut, shahih ataukah dhaif, dan dia tetap sampaikan hadis itu tanpa memberikan keterangan statusnya maka orang semacam ini termasuk dalam ancaman, disebut sebagai pendusta.

Dalam kasus ini, orang membawakan suatu hadis dan dia yakin hadis tersebut adalah hadis dhaif, namun di sisi lain dia masih menganggap bahwa hadis dhaif tersebut adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, kemudian dia sebarkan ke masyarakat, manakah diantara dua kasus di atas yang lebih layak untuk disebut pendusta?

Ketiga, kita disyariatkan untuk banyak membaca shalawat. Namun bukan berarti kita boleh memotivasi masyarakat untuk bershalawat dengan membuat kedustaan atas nama Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dusta atas nama Nabi shallallahu alaihi wa sallam justru merupakan bukti bahwa kita tidak menghormati beliau dan melanggar kehormatan beliau.

Kita bisa bayangkan ketika ada orang yang memalsu tanda tangan kita untuk mendapatkan keuntungan. Tentu kita akan marah dan menganggap perbuatan ini sebagai tindak kriminal.

Ini baru dalam masalah dunia. Sementara hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam berbicara masalah akhirat, yang itu urusannya jauh lebih besar. Karena itulah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan ancaman neraka untuk setiap umatnya yang berdusta atas nama beliau. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Siapa yang secara sengaja berdusta atas namaku, hendaknya dia siapkan tempatnya di neraka.” (HR. Bukhari 108 & Muslim 2)

Dalam riwayat lain, beliau bersabda, “Siapa yang menyampaikan satu hadis atas namaku, yang belum pernah aku sampaikan, hendaknya dia siapkan tempatnya di neraka.” (HR. Bukhari 109).

Keempat, ada banyak kesempatan untuk bershalawat, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada kita. Dan kita sangat yakin, belum semuanya kita amalkan.

Karena itu, bukan sikap mukmin yang baik, ketika dia lancang mengikuti hadis palsu, sementara meninggalkan tuntunan yang jelas-jelas dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Yang jelas sesuai sunah belum mampu kita kerjakan semuanya, maka jangan sampai kita merambah kepada ajaran yang tidak ada dalilnya.

Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2314703/telinga-berdenging-rasul-menyebut-nama-kita#sthash.BIk1cv6e.dpuf

Bung Karno, Putra Fajar Penemu Makam Imam Bukhari

BUNG Karno, sapaan akrabnya. Presiden pertama sebuah negara raksasa dalam ukuran, kerdil dalam penghargaan. Kenapa? Karena fakta seolah bungkam, fitnah lebih menarik ketimbang sejarah, dari yang berjasa menjadi tak ada harga, yang penjahat malah menjadi terhormat.

Itulah negeri ini, kaya tapi teraniaya, sumber daya berlimpah tapi kering muruah. Tak heran bila Bung Karno mengingatkan kita pada pidato di depan MPRS, 17 Agustus 1966, yang kemudian dikenal sebagai pidato Jasmerah dengan kalimatnya, “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah, Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah”.

Mereka berkata dia komunis, dipertanyakan keislamannya, bahkan pengkhianat negara dengan tuduhan terlibat dalam peristiwa berdarah G30SPKI karena Tjakrabirawa (pasukan pengawal presiden saat itu) merupakan pasukan yang membunuh para Jenderal Angkatan Darat.

Apakah benar? Seorang patriot sejati yang hingga akhir hayatnya memilih diam dan menerima hukuman yang tak layak dipikulnya demi tetap terjaganya kesatuan bangsa Indonesia. Betapa ia tak rela mengotori tanah ibu pertiwi dengan lumuran darah para rakyatnya. Biar ia saja yang berkorban, sang pahlawan yang berjuang demi Indonesia sedari muda hingga tutup usia.

Bung Karno, orator ulung yang tak hanya jago kandang tapi namanya bergema di seantero dunia. Dibuktikan pada tahun 1961, ketika sahabatnya, seorang pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet sekaligus penguasa tertinggi Uni Soviet, Nikita Sergeyevich Khrushchev mengundang beliau ke Moskow dengan penuh harap dan kehormatan penuh.

Khrushchev seolah hendak menunjukkan pada Amerika Serikat bahwa Indonesia berdiri di belakang Uni Soviet. Bung Karno tahu dan tak mau menjerumuskan rakyatnya di posisi sulit apalagi menjadi boneka negara lain.

Dengan kepercayaan diri tinggi Bung Karno mengajukan satu syarat pada Khrushchev, “Saya mau datang ke Moskow dengan satu syarat mutlak yang harus dipenuhi. Tidak boleh tidak. Temukan makam Imam Al Bukhari. Saya sangat ingin menziarahinya.”

Itulah beliau, yang disebut komunis namun memperjuangkan sila ketuhanan dalam Pancasila, yang disebut komunis namun menjadikan ziarah makam Imam besar ahli hadis umat Islam sebagai syarat kepada penguasa tertinggi negeri komunis, Uni Soviet.

Setelah mendengar syarat tersebut, betapa sibuknya Khrushchev memerintahkan seluruh pasukan terbaiknya demi mencari makam sang Imam. Hingga ia putus asa dan meminta Soekarno mengganti dengan syarat lainnya.

Apakah Soekarno mengganti permintaannya? Tidak, tidak sama sekali. Ia malah membuat gendang telinga Khrushchev panas dengan jawaban tegasnya, “Kalau tidak ditemukan, ya sudah, saya lebih baik tidak usah datang ke negara Anda.”

Dan untuk kedua kalinya Khrushchev menyebar orang-orang terbaiknya di tiap penjuru Samarkand hingga ditemukanlah makam Imam Al Bukhari melalui informasi para tetua Muslim di sana.

Ketika ditemukan, betapa memprihatinkannya keadaan makam tersebut, rusak dan tak terawat. Khrushchev segera memerintahkan agar pemakaman dibersihkan dan dipugar secantik mungkin. Bahkan dibuat sebuah jalan beraspal menuju ke tempat makam demi lancarnya perjalanan “Putra Sang Fajar” ketika menziarahi makam sang Imam nantinya.

Setelah Khrushchev mengabarkan bahwa makam telah ditemukan, tibalah Bung Karno di Samarkand pada 12 Juni 1961, dengan kereta api setelah mendarat di Moskow terlebih dahulu. Puluhan ribu orang menyambut kehadiran Pemimpin Besar Revolusi Indonesia ini sejak dari Tashkent.

Setibanya di pemakaman pada malam hari, seolah ada magnet antara beliau dan Imam Al Bukhari. Ribuan hadis yang dijaga dan dibagikan oleh sang Imam seolah menyihir Bung Karno untuk bersimpuh penuh hormat dan langsung melantunkan ayat-ayat suci Alquran hingga fajar terbit tanpa tidur sekejap pun.

Seusai menggenapkan ziarahnya, ia meminta agar pemerintah Uni Soviet dapat benar-benar menjaga dan memperbaiki makam sang Imam hadis dengan lebih layak. Bila tidak berkenan atau tidak mampu, biarkan beliau memindahkan makam tersebut ke Indonesia dengan tawaran emas seberat makam Imam Bukhari akan diberikan sebagai gantinya.

Setelah Khrushchev mendapat saran dari penasihatnya bahwa pemindahan makam seorang saleh ke tempat lain dapat mendatangkan bala bencana bagi Uni Soviet maka Khrushchev menyanggupi untuk menjaga dan memugar makam tersebut.

Kini, makam Imam Al Bukhari di Uzbekistan, negara pecahan Uni Soviet menjadi salah satu situs sejarah Islam yang menyedot kunjungan turis seluruh dunia. Bahkan warga negara Indonesia yang berkunjung mendapat hak istimewa yakni dibolehkan masuk ke dasar bangunan, tempat disemayamkannya jasad sang Imam, padahal bagian tersebut tertutup untuk umum.

Hal ini karena kebesaran nama Bung Karno di dunia khususnya Eropa Timur begitu membekas di hati para rakyatnya. Ucapan terima kasih dan doa senantiasa mengalir kepada beliau atas jasanya melakukan restorasi dan renovasi makam Imam Al Bukhari.

Bahkan tak berlebihan jika segenap umat Muslim turut menghargai jasa beliau. Jasa seseorang yang disebut komunis, yang malah mensyaratkan pada pimpinan tertinggi Negara Komunis untuk menemukan dan menjaga makam Al Bukhari, Sang Imam Hadis. Benar-benar paradoks yang menggelikan.

Bung Karno, semoga kami mampu memaknai arti dari sejarah, perjuangan, pengorbanan dan bentuk terima kasih melalui perbuatan. Salam kemerdekaan untukmu yang berjuang meraih kemerdekaan, dari kami yang berjuang mempertahankan kemerdekaan. [DOS]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2317198/bung-karno-putra-fajar-penemu-makam-imam-bukhari#sthash.ozq4kqvU.dpuf

Sang Saka Merah Putih Terinspirasi Bendera Rasul?

WARNA Merah dan Putih ternyata juga melekat erat dengan atribut Rasulullah. Seperti yang diriwayatkan oleh Jabir bin Samurah yang berkata:

“Saya ketika itu melihat Nabi berpakaian merah. Kemudian saya membandingkannya dengan melihat bulan. Ternyata dalam pengamatan saya, beliau lebih indah daripada bulan.” (HR. Abu Yala dan Al-Baihaqi).

Dan juga yang diriwayatkan oleh Ibnu Qudamah yang berkata, “Pakaian yang paling utama adalah pakaian yang berwarna putih karena Nabi bersabda, Sebaik-baik pakaian kalian adalah yang berwarna putih. Gunakanlah sebagai pakaian kalian dan kain kafan kalian.” (al Mughni, 3/229).

Bahkan Rasulullah juga pernah bersabda seperti yang dijelaskan oleh Imam Muslim, “Allah menunjukkan kepadaku bumi. Aku ditunjukkan pula Timur dan Baratnya. Allah menganugerahkan kepadaku warna yang indah. Yaitu Al Ahmar Wal Abyadh (Merah dan Putih).” (Kitab Al Fitan Jilid X hal. 340).

Dan atas dasar inilah para Ulama yang notabene adalah motor utama perintis kemerdekaan bangsa ini sejak abad ke-7 M mulai mengembangkan bendera merah putih menjadi bendera umat Islam yang merupakan komponen mayoritas bangsa Indonesia.

Mereka juga mulai membudayakan warna merah dan putih sebagai lambang penyambutan kelahiran bayi dan tahun baru Islam dengan bubur merah putih. Dan dilazimkan pula pada saat membangun rumah agar dikibarkan bendera Merah Putih di bubungan atap rumah yang sedang dibangun. (Api Sejarah, karya Prof.Ahmad Mansur Suryanegara )

Warna Merah dan Putih sebenarnya juga sangat erat dengan unsur kehidupan manusia dan lingkungan tempatnya hidup. Unsur darah dalam tubuh manusia juga terdiri dari dua unsur utama, sel darah merah dan sel darah putih.

Secara Geologi, warna merah dan putih juga mewakili 2 unsur alami di bumi, yaitu yang terpanas berwarna merah (lava/isi perut bumi dan gunung) dan yang terdingin adalah salju yang berwarna putih.

Secara optik, Merah adalah warna dengan frekuensi cahaya paling rendah yang masih mampu ditangkap oleh mata manusia dengan panjang gelombang 630-760 nm. Di sisi lain, bila seluruh warna dasar digabung dengan porsi dan intensitas yang sama, maka akan terbentuk warna Putih yang merupakan warna dasar.

Cahaya Merah juga merupakan cahaya yang pertama diserap oleh air laut, sehingga banyak ikan dan invertebrata kelautan yang berwarna Merah. Di sisi lain, riak gelombang air laut selalu terlihat berwarna Putih.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa warna Merah Putih itu merupakan simbolisasi dari laut itu sendiri. Tak heran, jika Indonesia yang merupakan negara maritim/negara kepulauan memilih untuk memiliki bendera Merah Putih.

Melihat berbagai fakta tersebut, kita dapat mengetahui bahwa ternyata bangsa ini bukan hanya besar secara jumlah penduduk dan potensi sumber daya alamnya saja, namun juga besar secara cita-cita filosofisnya.

Hal ini dibuktikan salah satunya dengan pemilihan warna benderanya yang merupakan “warna bendera Rasulullah” (mengutip pernyataan Prof. Ahmad Mansur Suryanegara) yang mengandung nilai-nilai filosofi yang tinggi.

Dan tugas kita sebagai anak bangsa selanjutnya adalah meneruskan estafet perjuangan dan mewujudkan cita-cita mulia para “datuk” perintis bangsa ini. Dengan semangat Merah Putih tentunya. [Musyaf Senyapena]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2317207/sang-saka-merah-putih-terinspirasi-bendera-rasul#sthash.QFMw8vCR.dpuf

Petugas Haji Daerah Diminta tidak Bongkar Pasang Kloter

Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama Abdul Jamil meminta petugas daerah tidak membongkar pasang kloter yang sudah ada. Hal tersebut dapat mengacaukan proses pemberangkatan calon jamaah haji.

Hal tersebut disampaikan Jamil pada jumpa pers di Kantor Kemenag, Jalan Banteng, Jakarta terkait simpang siur keterlambatan visa haji sehingga mengakibatkan calon jamaah haji tertunda keberangkatannya.

“Saya mengimbau jangan membongkar pasang kloter yang sudah ada, yang sudah diajukan dan diurus visanya itu tetap dipertahankan seperti itu,” kata Jamil.

Bongkar pasang kloter dapat dilakukan jika terdapat hal darurat sehingga perlu dilakukan bongkar pasang, seperti sakit atau meninggal.

Hal tersebut disampaikan Jamil mengacu kepada kasus yang terjadi Sumedang dimana calon jamaah haji di gelombang kedua meminta diberangkatkan pada gelombang pertama.

Namun, mereka tidak dapat diberangkatkan karena visa untuk gelombang kedua belum selesai. Jamil menilai, persoalan yang terjadi di Sumedang terkesan penundaan keberangkatan calon jamaah karena keterlambatan visa.

Jamil menegaskan agar petugas di daerah disiplin dalam mempertahankan kloter. “Agar tidak terjadi kekacauan dalam susunan kloter yang mengakibatkan seolah-olah sudah siap berangkat tapi visa belum jadi,” ucapnya.

 

 

sumber: Republika Online

Setan Kepedasan

Suatu malam, dua pemuda santri di salah satu pesantren di Yogyakarta sedang menikmati makanan khas Surabaya, rujak yang diracik secara mandiri. Aroma cabai begitu menyengat, fantasi rasa super pedasnya pun melambai-lambai di batang hidung.

Sebut saja Sabiq dan Burhan. Rujak dinikmati dan air es sudah disiapkan untuk menetralkan suasana.
Sabiq: Bismillahirrahmanirrahim, allahumma bâriklana fîmâ razaqtanâ, waqinâ adzâban-nâr.
Lalu, hleebb… Sejumlah potongan buah dalam rujak pun dilahab Sabiq. Tak merapalkan doa dipercaya sama saja dengan mengizinkan setan-setan ikut nimbrung makan.
Burhan: Kang, kenapa sampean kok baca doanya di awal?
Sabiq: Lho, memang kenapa? Kan Kanjeng Nabi meneladankan demikian. Berdoa sebelum makan.
Burhan: Makan itu ada triknya. Makan rujak pedas begini, tepatnya doa tidak di awal tapi di akhir pas mau minum.
Sabiq pun semakin bingung, lalu bertanya, “Lha kok bisa begitu?”
Burhan: Iya, supaya setannya kepedesan, Kang. Sebab, habis makan pedas tapi gak dikasih minum.
Sabiq: Owwh, jadi gitu. Yowes, tak ralat doaku kang nek ngono.
Burhan: %$#@#$&
Sumber: Nu Online

Yuk, Lengkapi Salat Sunah Kita

IBNUL QAYYIM berkata, “Rasulullah saw di dalam safar senantiasa mengerjakan salat sunah rawatib sebelum subuh dan salat sunah witir dikarenakan dua salat sunah ini yang paling utama di antara salat sunah, dan tidak ada riwayat bahwasanya Rasulullah saw mengerjakan sunah selain keduanya.”

Salat sunah fajar dan witir, usahakanlah jangan sampai keduanya ditinggalkan. Kalimat Ibnul Qayyim di atas menyebutkan bahwa kedua salat ini merupakan salat sunah yang paling utama, dimana kedua salat ini tidak pernah ditinggalan oleh Rasulullah saw, baik saat di rumah maupun saat bepergian.

Bahkan saat kedua salat sunah ini ditinggalkan, maka kita dianjurkan untuk mengqadhanya.

“Siapa yang tidur tanpa salat witir, atau lupa, hendaknya ia mengerjakannya pada pagi hari atau ketika ingat.” ( HR.Abu Daud dengan sanad yang shahih.)

“Siapa yang belum mengerjakan dua rakaat sebelum salat subuh, maka salatlah setelah matahari terbit.” (HR.Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani).

Sementara, salat tahajud disebutkan, salat sunah ini tidak pernah ditinggalkan Rasulullah saw, meski beliau dalam keadaan sakit. Aisyah menuturkan, “Rasulullah saw tidak pernah meninggalkan qiyamullail, dan jika beliau sakit, maka beliau salat sambil duduk.” (HR.Abu Daud dan al-Hakim)

Disebutkan juga dalam sebuah hadis bahwa salat tahajud merupakan kebiasaan orang-orang saleh semenjak dahulu. Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah kalian mengerjakan qiyamullail, karena qiyamullail itu kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian.” (HR.Ahmad, Tirmidzi, al-Hakim, Baihaqi, Ibnu Asakir, Thabrani dan Ibnu Suni).

Dan, salat dhuha. Salat sunah ini memiliki keutamaan yang besar, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad saw:

“Di setiap persendian seorang dari kalian terdapat sedekah. Setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah setiap tahlil (ucapan laa ilaaha illallaah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan mencukupi dari semua itu dua rakaat Dhuha yang ia kerjakan.” (HR.Muslim)

“Siapa yang keluar untuk melaksanakan salat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan umrah.” (HR.Abu Daud)

Dengan mengamalkan salat-salat sunah di setiap hari yang kita jalankan, ditambah dengan amalan sunah seperti puasa sunah lainnya, maka tentu hari itu akan menjadi hari yang spesial, hari yang terbaik, di mana kita akan mendapatkan pahala dan rapot yang terbaik dari sisi Allah swt. Amin. []

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2315516/yuk-lengkapi-salat-sunah-kita#sthash.gUSgaVdS.dpuf