Imam Masjidil Haram Sebut Bandung Kota Modern dan Islami

Imam besar Masjidil Haram Syekh Adil Alkalbani, di dampingi oleh Imam Masjid Nabawi Syekh Ali Jaber, berkunjung ke Kota Bandung pada Jumat (12/5) kemarin. Menurut Imam Besar Masjidil Haram Adil Alkalbani, Ia sudah 7 kali datang ke Indonesia.

Syekh Adil Alkalbani berharap, Kota Bandung harus menjadi kota yang nyaman dan keislamannya melekat baik. “Mudah mudahan kota Bandung bisa menjadi kota percontohan untuk kota kota lainnya. Karena kota Bandung itu kota yang modern dan nilai islami nya pun ada,” kata Adil Alkalbani saat ditemui di Pendopo Kota Bandung, Jumat (12/5) malam.

Adil Alkalbani pun, mengaku senang sekali ke Indonesia. Apalagi, Ia mendapatkan kemudahan dan fasilitas yang baik selama di Indonesia.

Menurut Adil, agama Islam mendorong umatnya agar menjalankan hidup yang lebih baik. Setelah mengetahui bahwa di kota Bandung banyak sekali program keislaman, ia mengaku sangat senang. “Karena, kota yang makmur adalah kota yang dekat dengan Allah,” ujarnya.

Menurut Imam Besar Masjidil Haram tersebut, dirinya pun memiliki program untuk mengembangkan Alquran braille bersama Syekh Ali Jaber. Selain itu, program bedah rumah pun dicanangkan oleh dirinya agar masyarakat menjadi lebih sejahtera.

Namun, kata dia, untuk mendapatkan bedah rumah ada syaratnya, sebagai anak dari orang tua harus hafal Alquran. Jadi, kalau ada warga di Indonesia yang anaknya hafidz Alquran tapi rumahnya butuh bantuan, maka akan dibantu.

“Alhamdulillah sekarang sudah 100 rumah yang dibongkar dan diprioritaskan orang yang berhak untuk mendapatkan program bedah rumah tersebut,” katanya.

 

REPUBLIKA ONLINE

Menggauli Istri Secara Bersamaan Dilarang

SEORANG pelaku poligami bertanya, bolehkah ia yang saat ini memiliki dua istri mencampuri istri-istrinya pada waktu yang bersamaan? Bagaimana hukumnya dalam Islam?

Untuk pertanyaan itu, ustaz menjawab sebagai berikut. Sesungguhnya seorang suami yang menggauli dua istrinya sekaligus akan membawa pengaruh negatif bagi istri-istrinya itu sendiri selain dari penampakkan aurat seorang istri kepada istri yang lainnya.

Kemampuan seorang suami sangatlah terbatas untuk bisa memberikan kepuasan yang sama kepada kedua istrinya yang digaulinya secara bersamaan itu baik di dalam permainan-permaianan jimanya maupun tempat ditumpahkan spermanya. Hal ini akan memunculkan kecemburuan bahkan kebencian di dalam diri istrinya yang tidak merasa terpuaskan oleh suaminya sementara dia menyaksikan secara langsung bahwa kepuasan itu dirasakan oleh istrinya yang lain.

Abdul Wahab Hamudah, penulis kitab “Ar Rasul Fii Baitih” mengatakan bahwa cemburu merupakan salah satu pembawaan wanita yang khas. Kecemburuan merupakan watak wanita dan memiliki bentuk yang bermacam-macam. Seorang perempuan umumnya cemburu kepada jenisnya yang berpenampilan cantik, walau perempuan itu bukan saingannya terhadap laki-laki yang dicintainya. Perasaan cemburu itu lebih-lebih terhadap perempuan yang benar-benar menjadi saingan atau madunya.

Selain itu kaum perempuan juga begitu cemburu atau tidak senang dengan memperlihatkan ekspresi sinisme, karena melihat seorang perempuan yang berhias secara mencolok atau berpakaian secara berlebih-lebihan, sehingga tampak tak wajar.” (lihat: Romantika dan Problematika Rumah Tangga Rasul hal 127).

Tentunya kecemburuan seorang istri terhadap istri suaminya yang lain akan jauh lebih besar jika sudah menyangkut perihal hubungan seks diantara mereka dengan suaminya terlebih lagi jika satu sama lain saling melihat mereka berhubungan.

Hal lainnya adalah didalam persetubuhan yang dilakukan seorang suami dengan kedua istrinya secara bersamaan memungkinkan di antara kedua istrinya akan saling memandang aurat mereka dan hal ini diharamkan menurut kesepakatan para fuqaha berdasarkan sabda Rasulullah saw ,”Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki (lain) dan janganlah seorang wanita melihat aurat wanita (lain) dan berada didalam satu selimut.” (HR. Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi)

Dengan demikian tidak diperbolehkan bagi seorang suami menggauli kedua istrinya secara bersamaan dalam satu tempat tidur atau menggauli salah satunya dengan disaksikan oleh istrinya yang lain.

Dibolehkan baginya untuk menggauli seorang istrinya setelah ia menggauli istrinya yang di lain di tempat yang terpisah sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw yang berkeliling untuk menggauli istri-istrinya dalam satu malam.

Diriwayatkan dari Qatadah berkata bahwa Anas bin Malik pernah bercerita kepada kami bahwa Nabi saw pernah menggilir istri-istrinya dalam satu waktu sehari semalam dan jumlah mereka ada sebelas orang.

Qatadah mengatakan,Aku bertanya kepada Anas,Seberapa kuat beliau saw? Dia menjawab,Kami pernah memperbincangkannya bahwa kekuatan beliau saw sebanding dengan (kekuatan) tiga puluh orang.” Said berkata dari Qatadah,Sesungguhnya Anas menceritakan kepada mereka bahwa jumlah istri-istrinya saw adalah sembilan orang.” (HR. Bukhori). Wallahu Alam [ ]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2377911/menggauli-istri-secara-bersamaan-dilarang#sthash.BZYMY9TO.dpuf

Ini Jalan Keluar Agar Doa Mau Cepat Dikabulkan

DOA adalah senjata orang-orang yang beriman. Dalam hadis disebutkan, doa adalah inti ibadah, penghubung antara hamba dan Sang Khalik.

Terkadang suatu doa cepat pengabulannya, meski kerap kali pula pengabulannya lama atau bahkan tidak terjawab sama sekali. Mengapa?

Alkisah, seorang sahabat datang menghadap Baginda Rasululullah Saw. Dia mengadukan perihal doa-doanya yang tidak diijabah Allah SWT meski dia mengulangnya untuk waktu yang lama.

“Ya Rasulullah, saya ingin doa saya dikabulkan.” Sahabat itu mencari jalan keluar.

Rasul menjawab dengan sesuatu yang di luar perkiraannya. “Sucikan makananmu,” kata Rasul, “dan hindari memakan makanan haram.”[Islamindonesia]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2377913/ini-jalan-keluar-agar-doa-mau-cepat-dikabulkan#sthash.QrkIR4iC.dpuf

 

baca juga:

Doa Terkabul tapi Si Pendoa Tak Siap Menerimanya

Doa untuk Anak Tertolak karena Makanan

Kakek Nenek yang Sangat Berbahagia

SEPASANG kakek nenek ini pantas dinobatkan sebagai pasangan paling tenang, damai dan bahagia. Tak terekam di wajahnya guratan sedih walau kehidupannya menurut kebanyakan mata layak menyebabkan sedih menderita.

Pekerjaan keduanya adalah pemulung sampah; dipisahkannya sampah basah dari sampah kering, yang plastik, kertas dan lainnya. Ditekuninya pekerjaan ini dan tak pernah berharap berpindah kerja karena tak memiliki ijazah dan keahlian khusus.

Namun, janganlah terburu-buru merendahkan mereka. Mereka memiliki keahlian menata hati, menata batin, dan menata rasa sehingga mampu menyesuaikan suara hati mereka dengan gelombang kehidupan. Dengan keahlian itu mereka tak pernah mengeluh dan selalu saja tersenyum. Sepulang kerja setelah shalat maghrib berjamaah mereka duduk-duduk didepan gubuknya menikmati nasi jagung jangan (sayur) kelor dan sambel terasi. Lalu mereka cekikikan sambil gantian saling pijat.

Seorang mahasiswa psikologi sempat mewawancarai mereka untuk mengetahui pandangan mereka tentang hidup bahagia. Kakek itu dengan santai berkata: “Hidup itu dijalani, jangan diprotes. Jangan banyak mengeluh dan jangan suka membandingkan nasib diri dengan nasib orang lain. Dengan prinsip inilah kami hidup mensyukuri apa yang ada.”

Nenek ikut menambahi: “Dengan menerima apa adanya maka yang tak punya banyak sama bahagianya dengan yang punya banyak. Bahkan yang tak punya apapun tetap tenang asal punya Allah dalam kehidupannya. Jumlah tak lagi memiliki kaitan dengan bahagia. Yang berkaitan dengan bahagia adalah hati.”

Mahasiswa itu penasaran dengan pandangan hidup mereka yang terasa lebih gamblang dari penjelasan dosennya sendiri. Sayang sekali harus terputus karena kakek nenek itu ingin cepat-cepat bertemu saya. Salam, AIM. [*]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2378061/kakek-nenek-yang-sangat-berbahagia#sthash.vx8kXx9o.dpuf

Ini Bahayanya Orang Munafik di Akhirat Kelak

INTI kemunafikan adalah menampakkan kebaikan di depan orang lain, namun menyembunyikan kejahatan dalam dirinya.

Ibnu Katsir mengatakan, “Kemunafikan adalah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan kejahatan. (Tafsir Ibn Katsir, 1/176).

Para ulama menyebutkan, bentuk dan tingkatan kemunafikan beraneka ragam, tergantung dari apa yang disembunyikan. Jika yang disembunyikan adalah kekufuran, apapun bentuknya, menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. Sebaliknya, jika yang disembunyikan bukan perbuatan kekufuran, tidak penyebabkan pelakunya keluar dari Islam.

Kita simak beberapa keterangan ulama berikut, Syaikhul Islam mengatakan, “Kemunafikan ada yang bentuknya munafik besar, yaitu menyembunyikan kekufuran, dan ada munafik kecil, ketika berbeda antara isi hati dengan amal perbuatan dalam masalah kewajiban. Inilah yang banyak dijelaskan ulama. Dan mereka menafsirkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Tanda munafik ada tiga: apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia mengingkari, dan jika dipercaya dia khianat.” hadis ini ditafsirkan dengan munafiq kecil. (Majmu al-Fatawa, 11/140).

Al-Hafidz Ibn Katsir mengatakan, ” Dan kemunafikan bermacam-macam: [1] kemunafikan keyakinan, itulah kemunafikan yang menyebabkan pelakunya kekal di neraka, [2] kemunafikan amal, dan itu termasuk dosa besar. (Tafsir Ibn Katsir, 1/176).

Keterangan al-Hafidz Ibnu Rajab

Dalam kitab Jami al-Ulm wa al-Hikam, al-Hafidz Ibnu Rajab menjelaskan, ” Yang dijelaskan para ulama yang diakui keilmuannya, bahwa kemunafikan secara bahasa bagian dari penipuan, makar, menampakkan kebaikan, dan menyembunyikan kebalikannya. Dan kemunafikan dalam syariat dibagi menjadi dua,

Pertama, munafik besar

Seseorang menampakkan iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, dan hari akhir. Dan dia menyembunyikan kebalikan itu semua atau sebagiannya. Itulah kemunafikan yang ada di zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dan turun beberapa ayat Alquran yang mencela pelakunya dan mengkafirkan mereka, serta mengabarkan bahwa pelakunya berada di kerak neraka.

Kedua, kemunafikan kecil

Itulah nifak amal, yaitu seseorang menampakkan kebaikan di muka umum, namun bertentangan dengan apa yang ada di hatinya. Dan karakter munafik kecil disebutkan dalam beberapa hadis berikut

Kemudian al-Hafidz Ibn Rajab menyebutkan beberapa dalil bahwa orang yang melanggar salah satu sifat munafik, tidak dihukumi kafir. Di antaranya,

Hadis dari Abdullah bin Amir radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah berkunjung ke rumahnya ketika dia masih kecil. Pada saat dia hendak pergi main, tiba-tiba ibunya memanggil,

“Abdullah sini, tak kasih.”

“Benar kamu mau memberinya sesuatu?” tanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

“Saya mau kasih dia kurma.” jawab wanita itu.

Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

” Andai tadi kamu tidak memberinya, maka dicatat untukmu satu dosa berbuat dusta. (Ahmad 15702, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

Dalam hadis di atas, Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak menilai kafir, orang mukmin yang berdusta.

Munafik besar kekal di neraka

Di awal surat al-Baqarah, Allah menyebutkan tiga jenis manusia. Pertama, orang yang beriman, Allah sebutkan dalam lima ayat, kedua, orang kafir, Allah sebutkan dalam dua ayat, dan ketiga, orang munafik, Allah singgung dalam 13 ayat. Diantaranya Allah berfirman, ” Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. al-Baqarah: 8 9)

Diantara sifat mereka, ” Apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka (gembong munafik), mereka mengatakan: “Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok.” (QS. al-Baqarah: 14).

Allah juga menyebutkan sifat mereka di ayat lain,”Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai], lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa Sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. (QS. al-Munafiqun: 1 3).

Semua ayat di atas berbicara tentang munafik besar. Allah berikan ancaman, mereka akan dihukum di keraknya neraka. Allah berfirman,” Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (QS. an-Nisa: 145). []

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2377972/ini-bahayanya-orang-munafik-di-akhirat-kelak#sthash.NINqTSIX.dpuf

Baca juga:

Inilah Sifat Seorang Munafik dalam Shalatnya

Ini Doa Berlindung dari Kekufuran dan Kemunafikan

 

Allah Memberi Rezeki Melalui Empat Cara Ini

BERIKUT ini adalah beberapa cara Allah dalam memberikan rezeki kepada semua mahkluknya menurut Alquran:

1. Tingkat rezeki pertama yang dijamin oleh Allah

“Tidak suatu binatangpun (termasuk manusia) yg bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin oleh Allah rezekinya.”(QS. Hud: 6).

Artinya Allah akan memberikan kesehatan, makan, minum untuk seluruh makhluk hidup di dunia ini. Hal tersebut adalah rezeki dasar yang terendah.

2. Tingkat rezeki kedua yang didapat sesuai dengan apa yang diusahakan.

“Tidaklah manusia mendapat apa-apa kecuali apa yang telah dikerjakannya” (QS. An-Najm: 39).

Allah akan memberikan rezeki sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Jika seseorang bekerja selama dua jam, dapatlah hasil yang dua jam. Jika kerja lebih lama, lebih rajin, lebih berilmu, lebih sungguh-sungguh, seseorang akan mendapat lebih banyak. Tidak pandang dia itu seorang muslim atau kafir.

3. Tingkat rezeki ketiga adalah rezeki lebih bagi orang-orang yang pandai bersyukur.

” Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)

Inilah rezeki bagi orang yang disayang oleh Allah. Orang-orang yang pandai bersyukur akan dapat merasakan kasih sayang Allah dan mendapat rezeki yang lebih banyak.

Itulah Janji Allah! Orang yang pandai bersyukurlah yg dapat hidup bahagia, sejahtera dan tentram. Usahanya akan sangat sukses, karena Allah tambahkan selalu.

4. Tingkat rezeki keempat adalah rezeki istimewa dari arah yang tidak disangka-sangka bagi orang-orang yang bertakwa dan bertawakal pada Allah SWT.

“. Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yg tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS.Ath-Thalaq:2-3)

Peringkat rezeki yang keempat ini adalah rezeki yang istimewa, tidak semua orang bisa meraihnya. Rezeki ini akan Allah berikan dari arah yang tidak disangka-sangka. Mungkin pada saat seseorang berada dalam kondisi sangat sangat membutuhkan.[]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2359556/allah-memberi-rezeki-melalui-empat-cara-ini#sthash.ifd9Ngkk.dpuf

Anda Mau Lamar Kerja? Renungkanlah Hal Ini

BULAN ini adalah bulan wisuda bagi sebagian kampus terpandang di negeri kita. Banyak sarjana unggulan yang dihasilkan. Setelah lulus, mahasiswa selalu memikirkan apa pekerjaannya setelah itu. Sebagian memilih untuk bekerja di bank. Di antara alasannya, barangkali karena pendapatannya lebih lumayan besar.

Kami mengajak para lulusan tersebut untuk renungkan tulisan berikut terlebih dahulu jika memang serius untuk mengajukan pekerjaan di bank.

Setiap jiwa tidak akan mati sampai rezekinya sempurna

Ingat, setiap jiwa tidak akan mati sampai rezekinya sempurna. Kalau sudah ada jaminan demikian, kenapa khawatir pada rezeki? Dari Ibnu Masud radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mujam Al-Kabir 8: 166, hadits shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866).

Dalam hadits diperintahkan untuk mencari rezeki dengan cara yang halal, jangan dengan bermaksiat atau menghalalkan segala cara. Karena ada yang putus asa dari rezeki hingga menempuh pekerjaan yang haram.

Carilah rezeki dengan cara yang halal

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Ibnu Majah no. 2144. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Jika cara yang ditempuh adalah cara yang halal, tentu akan berpengaruh pada ampuhnya doa. Jika sebaliknya, yang ditempuh adalah cara yang tidak halal, lihat saja bagaimana pengaruhnya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa: “Wahai Rabbku, wahai Rabbku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan doanya?” (HR. Muslim no. 1015)

Yusuf bin Asbath berkata,

“Telah sampai pada kami bahwa doa seorang hamba tertahan di langit karena sebab makanan jelek (haram) yang ia konsumsi.” (Dinukil dari Jaamiul Ulum wal Hikam, 1: 276)

Cari pekerjaan yang tidak menyengsarakan orang lain

Ada salah satu pekerjaan yang terlarang yaitu menimbun barang sehingga mematikan stok barang di pasaran terutama untuk barang kebutuhan pokok. Dalam hadits disebutkan,

“Tidak boleh menimbun barang, jika tidak, maka ia termasuk orang yang berdosa.” (HR. Muslim no. 1605).

Apa hikmah terlarangnya menimbun barang? Imam Nawawi berkata, “Hikmah terlarangnya menimbun barang karena dapat menimbulkan mudarat bagi khalayak ramai.” (Syarh Shahih Muslim, 11: 43).

Namanya orang yang berutang, rata-rata adalah rakyat kecil atau mereka memang orang yang butuh. Apakah pantas orang yang butuh semacam itu disengsarakan? Rata-rata pula orang bisa stress dan bahkan bisa gantung diri hanya karena tumpukan utang pada para rentenir. Karena prinsip utang di zaman ini hanyalah untuk mencari untung. Dan itu menyengsarakan rakyat jelata sama halnya menimbun barang yang penulis singgung di atas.

Bahkan di tempat kami di Gunungkidul, rata-rata yang gantung diri atau bunuh diri itu karena masalah utang yang berat yang mesti dilunasi di rentenir. Bank saat ini tak jauh dari kerjaan para rentenir walau mungkin bunganya lebih ringan. Tetapi riba tak pandang ringan. Karena para ulama menyepakati, “Setiap utang piutang yang di dalamnya meraup keuntungan (ada manfaat yang diambil), maka itu adalah riba.

Kalau demikian, apakah masih mau apply di bank? Silakan renungkan.

Cobalah terus meminta pada Allah untuk mendapatkan rezeki yang halal sebagaimana doa yang Nabi shallallahu alaihi wa sallam ajarkan berikut ini,

“Allahumak-finii bi halaalika an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika amman siwaak”

[Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu] (HR. Tirmidzi no. 3563, hasan menurut At Tirmidzi, begitu pula hasan kata Syaikh Al Albani). [Ustaz Muhammad Abduh Tuasikal/muslimorid]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2377653/anda-mau-lamar-kerja-renungkanlah-hal-ini#sthash.FBWtPR7j.dpuf

Sikap Rasul saat Terjadi Kenaikan Harga Barang

MUDAH mengeluh ketika sedang sulit merupakan salah satu karakter manusia. “Sesungguhnya manusia diciptakan dalam keadaan memiliki sifat halu, apabila dia sedang mengalami kesulitan, dia mudah berkeluh kesah,dan jika sedang mendapatkan kenikmatan, dia bersikap pelit.” (QS. Al-Maarij: 19 21). Karena yang dipikirkan manusia, bagaimana bisa hidup enak dan enak. Sehingga ketika mendapatkan kondisi yang tidak nyaman, mereka merasa sangat sedih, bahkan sampai stres. Ada beberapa keterangan yang bisa kita petik sebagai ketika terjadi kenaikan harga barang,

Pertama, bahwa kenaikan harga barang merupakan ketetapan Allah. Fenomena kenaikan harga barang bahkan pernah terjadi di zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Disebutkan dalam riwayat bahwa di zaman sahabat pernah terjadi kenaikan harga. Mereka pun mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan menyampaikan masalahnya. Mereka mengatakan, “Wahai Rasulullah, harga-harga barang banyak yang naik, maka tetapkan keputusan yang mengatur harga barang.”

Mendengar aduhan ini, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang menetapkan harga, yang menyempitkan dan melapangkan rezeki, Sang Pemberi rezeki. Sementara aku berharap bisa berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntutku disebabkan kezalimanku dalam urusan darah maupun harta.” (HR. Ahmad 12591, Abu Daud 3451, Turmudzi 1314, Ibnu Majah 2200, dan dishahihkan Al-Albani).

Anda bisa perhatikan, ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendapat laporan tentang kenaikan harga, yang beliau lakukan bukan menekan harga barang, namun beliau ingatkan para sahabat tentang takdir Allah, dan Allah yang menetapkan harga. Dengan demikian, mereka akan menerima kenyataan dengan yakin dan tidak terlalu bingung dalam menghadapi kenaikan harga, apalagi harus stres atau bahkan bunuh diri.

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2377021/sikap-rasul-saat-terjadi-kenaikan-harga-barang#sthash.UJ1aTabL.dpuf

Tenang, Kenaikan Harga Tak Pengaruhi Rezekimu

BAGIAN penting yang patut kita yakini bahwa rezeki kita telah ditentukan oleh Allah. Jatah rezeki yang Allah tetapkan tidak akan bertambah maupun berkurang. Meskipun, masyarakat Indonesia diguncang dengan kenaikan harga barang, itu sama sekali tidak akan menggeser jatah rezeki mereka.

Allah menyatakan, “Andaikan Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. As-Syura: 27)

Ibnu Katsir mengatakan, “Maksud ayat, Allah memberi rezeki mereka sesuai dengan apa yang Allah pilihkan, yang mengandung maslahat bagi mereka. Dan Allah Maha Tahu hal itu, sehingga Allah memberikan kekayaan kepada orang yang layak untuk kaya, dan Allah menjadikan miskin sebagian orang yang layak untuk miskin.” (Tafsir Alquran al-Adzim, 7/206)

Terkait dengan hal ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengingatkan umatnya agar jangan sampai mereka merasa rezekinya terlambat atau jatah rezekinya serat. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian tidak akan mati sampai sempurna jatah rezekinya, karena itu, jangan kalian merasa rezeki kalian terhambat dan bertakwalah kepada Allah, wahai sekalian manusia. Carilah rezeki dengan baik, ambil yang halal dantinggalkan yang haram.” (HR. Baihaqi dalam sunan al-Kubro 9640, dishahihkan Hakim dalam Al-Mustadrak 2070 dan disepakati Ad-Dzahabi)

Satu catatan yang penting dipahami, hadis ini bukan untuk memotivasi agar anda tidak bekerja atau meninggalkan aktivitas mencari rezeki. Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan demikian, tujuannya agar manusia tidak terlalu ambisius dengan dunia, sampai harus melanggar yang dilarang syariat. Kemudian ketika terjadi musibah, manusia tidak sedih yang berlebihan, apalagi harus stres.

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2377022/tenang-kenaikan-harga-tak-pengaruhi-rezekimu#sthash.1EN2rtu9.dpuf

Tips Agar Tak Khawatir Soal Kenaikan Harga Barang

JAGALAH salat, semahal apapun harga pangan, Allah menjamin rezeki anda. Allah berfirman, “Perintahkahlah keluargamu untuk salat dan bersabarlah dalam menjaga salat. Aku tidak meminta rezeki darimu, Aku yang akan memberikan rizki kepadamu. Akibat baik untuk orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132)

Di masa silam, terjadi kenaikan harga pangan sangat tinggi. Merekapun mengadukan kondisi ini kepada salah seorang ulama di masa itu. Kita lihat, bagaimana komentar beliau, “Demi Allah, saya tidak peduli dengan kenaikan harga ini, sekalipun 1 biji gandum seharga 1 dinar! Kewajibanku adalah beribadah kepada Allah, sebagaimana yang Dia perintahkan kepadaku, dan Dia akan menanggung rizkiku, sebagaimana yang telah Dia janjikan kepadaku.”

Allahu alam. [Ustaz Ammi Nur Baits]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2377023/tips-agar-tak-khawatir-soal-kenaikan-harga-barang#sthash.MmeyM6CB.dpuf