Ka’bah, Multazam, Ebiet G Ade: Di Sudut Rumah-MU

Memasuki bulan haji, kiranya ada satu yang  tak bisa dilewatkan terkait perenungan diri seorang hamba Allah di depan Kabah. Ali Syariati mengatakan: Tuhan memang tidak ada di sana (Ka’bah), sebab yang ada dan bisa kau temui hanyalah jejaknya.

Nah, Ebiet G Ade (Abid Ghoffar bin Aboe Dja’far ) seorang penyanyi legedaris Indonesia ternyata punya lagu khusus soal hubungan emosionalnya ketika berdoa di depan Multazam. Ebiet yang semenjak awal kariernya di tahun 1979 menyatakan diri sebagai seorang Muslim dan berasal dari keluarga Muslim, menggambarkan suasana kebatinan itu dengan sebuah lagu yang diberi judul ‘Di Sudut RumahMu’.

Dalam sebuah perbincangan, beberapa waktu silam, Ebiet menceritakan betapa lagu ini sudah tersimpan atau direkam begitu lama. Bahkan, beberapa syair dan melodinya sudah ditambahkan dan diseleraskan.

‘’Lagu itu sebenarnya lagu lama. Memang sengaja saya simpan sampai kemudian datang waktunya yang saya rasa tepat kalau lagu ini diperdengarkan ke publik,’’ katanya Ebiet pada sebuah perbincangan di suatu sore di rumahnya di kawasan Jagakarsa, jakarta Selatan.

Lagu ‘Di Sudut RumahMu’ ini kemudian dipublikasikan di dalam album ‘Serenade’ (album spesial ketika Ebiet memperingati hari ulang tahun perkawinannya  bersama isteri tercintanya, Yayuk Sugianto). Serenade adalah album ke-22 yang diproduksi oleh Ega Productions yang dirilis 31 Desember 2013

Sebenarnya lagu ‘Serenade’ pun sudah lama diperdengarkan ke publik. Misalnya, di pertengahan dekade awal 1990-an, Ebiet menyanyikan lagu ini dalam sebuah acara  memperingati Nuzulul Quran di  auditorium RRI Yogyakarta. Ebiet saat itu tampil bersama penyair Sutardji C Bachri. Seperti biasa, Ebiet menyanyikan lagu ini sembari memetik gitar akustiknya.

Syair lagu ‘Di  Sudut Rumahmu’ memang menyentuh. Lagu ini menceritakan keharuan dan kepasrahan diri seorang Ebiet G Ade setelah melakukan tawaf memutari Ka’bah sebanyak tujuh putaran.

 

 

Di Sudut RumahMu

Ebiet G Ade

 

Disudut rumahMu aku bersujud

Seusai ber keliling tujuh putaran

Tubuhku aku pasrahkan

Jiwaku aku ikhlaskan

 

Di Multazam aku rentangkan doa

Memohon ampun dari timbunan dosa

Sujudku aku rekatkan

Airmataku tak tertahankan

Dan aku tumpahkan

Disini, aku merasa kecil dan tak berarti

Ya Robbi tunjukkan

Kemana langkah mesti kubawa

 

Disini

Aku merasa tak berdaya

Menunggu uluran tanganMu

Melepaskan aku dari kesombongan

dan takabur

 

Tibalah saat aku harus pamit

Kukecup Hajar Aswad dengan hidmat

Dalam doaku semoga seluruh umat

Datang bersujud ke haribaanMu

Dan atas panggilanMu

 

IHRAM

Surga Diprioritaskan Bagi Orang Miskin

ADA yang bertanya kepada al-Ustadz Ammi Nur Baits, “Apa benar, orang miskin masuk surga 40 tahun sebelum orang kaya? Benarkah Nabi Sulaiman masuk surga tertunda 40 tahun setelah para nabi?”

Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa badu. Terdapat hadis dari Muadz secara marfu yang menyatakan,

Semua para nabi masuk surga 40 tahun sebelum Nabi Sulaiman bin Daud. Dan kaum muslimin yang miskin masuk surga 40 tahun sebelum kaum muslimin yang kaya. Hamba yang sholeh masuk surga 40 tahun sebelum hamba yang lain

Derajat Hadis:

Hadis ini diriwayatkan at-Thabrani dalam Mujam al-Kabir no. 142. Kemudian at-Thabrani memberi keterangan, bahwa sanad hadis ini perawinya secara beruntun hanya satu orang: az-Zuhri Syuaib Amr Harun.

Kata at-Thabrani,

Tidak ada yang meriwayatakan hadis ini dari az-Zuhri selain Syuaib, tidak ada yang meriwayatkan dari Syuaib selain Amr, tidak ada yang meriwayatkan dari Amr selain Harun. Dan tidak ada yang meriwayatkan hadis ini dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kecuali dengan sanad ini..

Al-Iraqi dalam Takhrij Ihya mengatakan, “Hadis ini diriwayatkan at-Thabrani, dari jalur Syuaib bin Khalid, yang sendirian meriwayatkan dari az-Zuhri, dan beliau orang Kufah yang tsiqqah.”

Sementara al-Haitsami dalam Majma az-Zawaid mengomentari hadis ini, “Diriwayatkan at-Thabrani dari gurunya Ali bin Said ar-Razi, dan beliau layinul hadis (hadisnya lembek). Sementara perawi lainnya tsiqqah, dan ada sebagian perawi yang diperselisihkan ulama.”

Setelah menyebutkan beberapa komentar ulama, tim fatwa Syabakah Islamiyah menyatakan, “Sanad semacam ini lebih dekat kepada derajat dhaif dari pada derajat hasan.” (Fatwa Syabakah Islamiyah, no. 134422).

Karena itulah, sebagian ulama dengan tegas menolak hadis ini. Di antaranya al-Qurthubi dalam tafsirnya. Pernyataan bahwa Nabi Sulaiman alaihis salam tertunda 40 tahun masuk surga, ini bertentangan dengan firman Allah, yang menceritakan tentang nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada Sulaiman,

“Inilah anugerah Kami; silakan kamu berikan (kepada orang lain) atau kamu simpan (untuk dirimu sendiri) dengan semuanya tanpa hisab. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik. (QS. Shad: 39 40)

Hasan al-Bashri mengatakan,

Setiap kekayaan manusia, Allah berhak untuk menghisab kenikmatan yang dia miliki, kecuali Sulaiman bin Daud alaihis salam. Karena Allah menegaskan, “Inilah anugerah Kami” (smp akhir ayat)..

Kemudian al-Qurthubi mengatakan,

Ayat ini membantah apa yang disebutkan dalam hadis bahwa nabi terakhir yang masuk surga adalah Sulaiman bin Daud alaihis salam, karena dia menjadi raja dan punya kekayaan di dunia. Dalam riwayat lain, bahwa Sulaiman baru masuk surga 40 tahun setelah para nabi. Dan ini hadis yang tidak ada sanadnya. Karena jika anugrah dari Allah itu dijamin tidak akan dihisab, mengingat itu murni pemberian, maka dengan alasan apa Sulaiman menjadi nabi terakhir yang masuk surga. Sementara Allah telah menegaskan, “sesungguhnya Sulaiman mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik.” (Tafsir al-Qurthubi, 15/204).

Mereka Lebih Dulu Masuk Surga

Hanya saja, di sana terdapat hadis shahih tentang orang miskin masuk surga sebelum orang kaya. Akan tetapi tidak ada hubungannya dengan Sulaiman.

Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu anhuma,

“Sesungguhnya kaum muhajirin yang miskin, mereka mendahului masuk surga pada hari kiamat, 40 tahun sebelum orang kaya.” (HR. Ahmad 6735, Muslim 7654, dan Ibnu Hibban 678).

Dalam hadis lain, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Orang muslim yang miskin akan masuk surga sebelum orang muslim yang kaya dengan selisih setengah hari, yang itu setara dengan 500 tahun.” (HR. Ahmad 8521, Turmudzi 2528, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

Dan dua hadis ini tidaklah bertentangan. Al-Qurthubi memahaminya bahwa perbedaan ini kembali kepada perbedaan keadaan orang miskin dan orang kaya yang bersangkutan. Jika persaingan itu terjadi antar-sesama Muhajirin, selisihnya masuk surga antara miskin dan kaya terpaut 40 tahun. Sementara selain Muhajirin, setengah hari di waktu kiamat, sepadan dengan 500 tahun. (at-Tadzkirah, al-Qurthubi, hlm. 548). Allahu alam

 

konsultasisyariah

Pemerintah Cabut Izin First Travel, Asphurindo: Sangat Tepat

Kementerian Agama secara resmi menjatuhkan sanksi administratif pencabutan izin operasional PT First Anugerah Karya Wisata (First Travel) sebagai Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU). Pencabutan izin dilakukan karena First Travel melanggar Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.

PP tersebut merupakan aturan turunan dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. “PT First Anugerah Karya Wisata dinilai terbukti telah melakukan pelanggaran Pasal 65 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012,” kata Kepala Biro Humas, data, dan Informasi Mastuki melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (5/8).

Menanggapi pencabutan izin First Travel tersebut, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Haji Umroh dan in-Bound Indonesia  (Asphurindo) Syam Resfiadi Amirsyah mengatakan, keputusan tersebut sangat tepat, meskipun agak terlambat. “Akhirnya pemerintah sudah final dalam toleransinya,” kata Syam Resfiadi kepada Republika.co.id, Sabtu (5/8).

Menurut Syam,  keputusan ini seharusnya sejak sistem penjualan harga Ponzi (jamaah berangkat umrah dengan uang setoran jamaah antrean berikutnya, Red) dilakukan. Hal itu agar tidak ada korban-korban berikutnya.  “Tetapi dengan  keluarnya keputusan tersebut akan jauh lebih baik daripada dibiarkan terus dan diberi waktu untuk mediasi. Sebab, mereka (First Travel, Red) memang tidak punya toleransi,” ujarnya.

Menurut  Syam, keputusan ini sangat tepat. “Agar siapapun yang berbuat sama dalam pemasaran berhati-hati  dan siap mengubah cara pemasarannya agar tidak terjadi kerugian di pihak calon jamaah umrah,” tutur Syam Resfiadi.

Kisruh penyelenggaraan umrah oleh First Travel mulai mengemuka ketika terjadi kegagalan pemberangkatan jemaah pada 28 Maret 2017. Dalam kejadian itu jamaah diinapkan di hotel sekitar Bandara Soekarno Hatta Cengkareng.

Sejak saat itu, Mastuki menerangkan, Kementerian Agama telah melakukan klarifikasi, investigasi, advokasi, hingga mediasi dengan jemaah. Upaya klarifikasi pertama kalinya dilakukan tanggal 18 April 2017.  “Namun, pihak manajemen tidak memberikan jawaban,” ujarnya.

Pada 22 Mei 2017, Mastuki melanjutkan, Kementerian Agama mengundang pihak First Travel untuk mediasi dengan jemaah. Mereka mengirimkan tim legal namun tidak dilanjutkan. “Karena mereka (tim legal First Travel) tidak dibekali surat kuasa,” kata Mastuki.

Kemenag kembali memanggil First Travel pada 24 Mei 2017. Upaya ini pun gagal karena pihak manajemen tidak hadir. Pada 2 Juni 2017, digelar mediasi antara pihak First Travel dengan sejumlah jamaah dari Bengkulu, pun tidak ada solusi yang bisa diberikan.

Terakhir kalinya upaya mediasi dilakukan tanggal 10 Juli 2017, dan gagal karena manajemen tidak hadir.

Mastuki menambahkan, pada 21 Juli 2017 lalu, Satuan Tugas Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memerintahkan PT First Anugerah Karya Wisata untuk menghentikan penjualan paket promonya karena ada indikasi investasi ilegal dan penghimpunan dana masyarakat tanpa izin.

Dalam hal kewajiban laporan, First Travel tidak pernah benar-benar menyampaikan data jamaah yang telah mendaftar dan belum diberangkatkan yang sudah diminta empat bulan lamanya.  “Mereka juga menolak memberikan penjelasan rincian biaya paket umrah yang sering ditawarkan kepada masyarakat.” kata Mastuki.

 

IHRAM

 

———————————-
Download-lah Aplikasi CEK PORSI HAJI dari Smartphone Android Anda agar Anda juga bisa menerima artikel keislaman ( termasuk bisa cek Porsi Haji dan Status Visa Umrah Anda) setiap hari!

KH M Syafi’i Hadzami, Guru Para Ulama (2-habis)

Tokoh yang tersohor dengan karya risalah-risalah keagamaan itu mengutip hadis bahwa tiap seratus tahun akan muncul seorang pembaru (mujadid), yakni orang-orang yang memperbarui pandangan-pandangan agama. Jadi, yang diperbarui bukan agamanya, tetapi pandangannya.

Ibarat mata yang sudah tidak bisa memandang dengan jelas, bila memakai kacamata, apa yang dipandang akan menjadi lebih jelas. Padahal, objek pandangannya sama saja. Jadi, bukan objeknya yang diubah melainkan alat untuk memandangnya yang perlu diperbarui. Itulah tugas seorang mujadid.

Puncak intelektual
Selain aktif berdakwah dan mendidik umat, Syafi’i menyempatkan diri menulis beragam karya. Karya-karya tersebut didominasi risalah-risalah kecil dengan bahasa Indonesia yang bertuliskan Arab Melayu.

Sebagian besar ditulis pada 1980-an, sebagai puncak intelektual sang kiai. Sedangkan, pada tahun-tahun berikutnya, produktivitas menulisnya sudah mulai berkurang.

Di antara buah pemikirannya yang terdokumentasikan, yaitu buku Tawdhih al-Adillah. Buku ini merupakan dokumentasi hasil tanya jawab saat on air di radio. Buku ini terbit tujuh jilid yang beredar tidak hanya di Indonesia, tetapi juga Malaysia.

Ia juga menulis risalah berjudul Qabliyah Jum’at, Risalah Shalat Tarawih, Sullamu al-Arsy fi Qira’at Warsy, Qiyas adalah Hujjah Syar’iyyah, Ujalah Fidyah Shalat, dan Mathmah al Rubi fi Ma’rifah al Riba.

Pada Ahad pagi, 7 Mei 2006, KH M Syafi’i Hadzami tutup usia. Ia wafat seusai  mengajar di Masjid Pondok Indah, Jakarta Selatan, karena mendapatkan serangan jantung. Umat Islam di Jakarta kehilangan salah satu lentera yang senantiasa menerangi mereka.

 

REPUBLIKA

 

———————————-
Download-lah Aplikasi CEK PORSI HAJI dari Smartphone Android Anda agar Anda juga bisa menerima artikel keislaman ( termasuk bisa cek Porsi Haji dan Status Visa Umrah Anda) setiap hari!

 

KH M Syafi’i Hadzami, Guru Para Ulama (1)

Kehidupannya didedikasikan untuk mendidik umat dan menjadi guru dari sejumlah ulama terkemuka di Jakarta.

Nama KH M Syafi’i Hadzami begitu lekat di hati umat Islam, terutama masyarakat Betawi. Kepakarannya di bidang ilmu agama sangat tersohor ketika itu. Ilmu agama yang ia miliki disebarluaskan kepada masyarakat, ibarat lentera yang tak henti-hentinya berbagi cahaya terang.

Kepiawaian dalam agama tokoh yang lahir di Batu Tulis, Kebayoran, Jakarta Selatan, itu diwarisi dari sang kakek. Sejak kecil ia dititipkan oleh sang ayah agar tinggal bersama kakeknya untuk mendalami agama, seperti ilmu Alquran.

Bahkan, ia berhasil mengkhatamkan Alquran pada usia sembilan tahun dan mengajarkan kitab suci tersebut kepada kawan-kawannya.

Bakat ulama yang lahir dengan nama kecil Muhammad Syafi’i bin M Sholeh Raidi itu sebagai pendidik, terus terasah hingga dewasa. Banyak tokoh yang belakangan menjadi ulama terkemuka Betawi, belajar langsung kepada Syafi’i. Di antaranya, Ali bin Abd Rohman al-Habsyi atau dikenal dengan Habib Ali Kwitang dan Ali bin Husein al-Athas atau dikenal dengan Habib Ali Bungur.

Majelis taklim ulama yang lahir pada 31 Januari 1931 atau 12 Ramadhan 1349 Hijriah itu tersebar di lima wilayah ibu kota, bahkan sampai merambah ke daerah Jawa Barat. Setidaknya, 30 majelis taklim yang berada di bawah asuhannya. Atas keluasan cakrawala keilmuan yang ia miliki, ia kerap disanjung dengan pujian “Sumur yang tak pernah kering”.

Pembaruan

Meski tumbuh dan berkembang di lingkungan Islam tradisionalis, Syafi’i tak antipati terhadap perubahan. Ia sangat terbuka dengan pembaruan. Di tengah-tengah kehidupan yang dinamis, perlu penafsiran teks-teks agama yang selaras dengan tuntutan zaman.

Syafi’i meyakini pembaruan tersebut merupakan bentuk kontekstualisasi keagamaan. Di satu sisi, ia bersikap luwes dan tidak kaku, di saat yang sama ia tetap terbuka dari proses modernisasi. Asalkan tidak keluar dari relnya dan ditangani oleh orang yang memiliki persyaratan-persyaratan untuk itu.

 

REPUBLIKA

Wajah-wajah Gembira di Hari Kiamat

SEMUA kaum Muslim berkeyakinan bahwa dunia dan kehidupan ini akan berakhir. Akan datang suatu saat ketika manusia berkumpul di pengadilan Allah Swt. Alquran menceritakan berkali-kali tentang peristiwa Hari Kiamat ini, seperti yang disebutkan dalam surah Al-Ghasyiyah ayat 1-16. Dalam surah itu, digambarkan bahwa tidak semua wajah ketakutan.

Ada wajah-wajah yang pada hari itu cerah ceria. Mereka merasa bahagia dikarenakan perilakunya di dunia. Dia ditempatkan pada surga yang tinggi. Itulah kelompok orang yang di Hari Kiamat memperoleh kebahagiaan.

Tentang wajah-wajah yang tampak ceria dan gembira di Hari Kiamat, Rasulullah pernah bersabda, “Semua mata akan menangis pada hari kiamat kecuali tiga hal. Pertama, mata yang menangis karena takut kepada Allah Swt. Kedua, mata yang dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan Allah. Ketiga, mata yang tidak tidur karena mempertahankan agama Allah.”

Mari kita melihat diri kita, apakah mata kita termasuk mata yang menangis di Hari Kiamat?

Dahulu, dalam suatu riwayat, ada seorang yang kerjanya hanya mengejar-ngejar hawa nafsu, bergumul dan berkelana di teinpat-tempat maksiat, dan pulang larut malam.Dari tempat itu, dia pulang dalam keadaan sempoyongan. Di tengah jalan, di sebuah rumah, lelaki itu mendengar sayup-sayup seseorang membaca Al-Quran. Ayat yang dibaca itu berbunyi: “Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kenudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang yang fasik (Qs 57: 16).

Sepulangnya dia di rumah, sebelum tidur, lelaki itu mengulangi lagi bacaan itu di dalam hatinya. Kemudian tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. Si pemuda merasakan ketakutan yang luar biasa. Bergetar hatinya di hadapan Allah karena perbuatan maksiat yang pemah dia lakukan. Kemudian ia mengubah cara hidupnya. Ia mengisi hidupnya dengan mencari ilmu, beramal mulia dan beribadah kepada Allah Swt., sehingga di abad kesebelas Hijri dia menjadi seorang ulama besar, seorang bintang di dunia tasawuf.

Orang ini bernama Fudhail bin Iyadh. Dia kembali ke jalan yang benar kerena mengalirkan air mata penyesalan atas kesalahannya di masa lalu lantaran takut kepada Allah Swt. Berbahagialah orang-orang yang pernah bersalah dalam hidupnya kemudian menyesali kesalahannya dengan cara membasahi matanya dengan air mata penyesalan. Mata seperti itu insya Allah termasuk mata yang tidak menangis di Hari Kiamat.

Kedua, mata yang dipalingkan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Seperti telah kita ketahui bahwa Rasulullah pernah bercerita tentang orang-orang yang akan dilindungi di Hari Kiamat ketika orang-orang lain tidak mendapatkan perlindungan. Dari ketujah orang itu salah satu di antaranya adalah seseorang yang diajak melakukan maksiat oleh perempuan, tetapi dia menolak ajakan itu dengan mengatakan, “Aku takut kepada Allah”.

Nabi Yusuf as. mewakili kisah ini. Ketika dia menolak ajakan kemaksiatan majikannya. Mata beliau termasuk mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, lantaran matanya dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah Swt.

Kemudian mata yang ketiga adalah mata yang tidak tidur karena membela agama Allah. Seperti mata pejuang Islam yang selalu mempertahahkan keutuhan agamanya, dan menegakkan tonggak Islam. Itulah tiga pasang mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, yang dilukiskan oleh Al-Quran sebagai wajah-wajah yang berbahagia di Hari Kiamat nanti.[ ]

 

Dari: Renungan-Renungan Sufistik: Membuka Tirai Kegaiban, Bandung, Mizan, 1995, h. 165-167

MOZAIK

 

 

———————————-
Download-lah Aplikasi CEK PORSI HAJI dari Smartphone Android Anda agar Anda juga bisa menerima artikel keislaman ( termasuk bisa cek Porsi Haji dan Status Visa Umrah Anda) setiap hari!

Mendamaikan Perselisihan (bagian 2)

SEBELUMNYA kita telah mendengar ayat-ayat Alquran yang berisi tentang anjuran yang sangat untuk mendamaikan orang yang berselisih.

Seperti Firman Allah swt, “Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu.” (QS.Al-Anfal:1)

Dan kali ini, kita akan menengok kepada hadisdari Rasulullah saw tentang besarnya pahala mendamaikan orang yang berselisih. Rasul bersabda, “Mendamaikan perselisihan itu lebih utama dari solat dan puasa.”

Mungkin kita akan merasa aneh mendengar hadist ini, bagaimana usaha mendamaikan itu dapat lebih utama (afdal) dari salat ? Bukankah solat itu tiang agama?

Jangan merasa heran dengan hal ini. Salah satu tujuan dari ibadah adalah menjadikan manusia berakhlak dan menumbuhkan kepedulian antar sesama. Apa artinya ibadah jika acuh dengan kondisi sekitarnya? Apa artinya salat dan puasa jika hobinya mengadu domba?

Al-Ishlah (mendamaikan perselisihan) ini juga sering disebut sebagai perbuatan yang paling mulia setelah hal-hal yang wajib. Rasulullah saw bersabda,”Tidak ada perbuatan yang dilakukan seseorang (setelah amalan wajib) yang lebih baik dari mendamaikan diantara manusia. Dia berkata yang baik dan mengharapkan kebaikan.”

Jadi seorang yang acuh melihat perselisihan disekitarnya adalah tipe orang yang tidak pernah mengharapkan kebaikan bagi orang lain. Rasa kepeduliannya telah mati dan jiwa kemanusiaannya telah pudar.

Di waktu yang lain, Sayidina Jafar As-Shodiq (guru dari Imam Madzhab Maliki dan Hanafi) pernah berkata kepada murid-muridnya, “Maukah kalian aku tunjukkan sedekah yang dicintai Allah dan Rasul-Nya?”

Mereka menjawab, “Iya..”Jafar pun berkata, “Mendamaikan sesama jika mereka berselisih dan mendekatkan mereka jika saling menjauh.”

Sejarah pun menceritakan bahwa beliau sering menitipkan sejumlah uang kepada murid-muridnya. Mereka pun bertanya, “untuk apa ini ya imam?” Beliau pun menjawab, “Untuk persiapan jika ada yang berselisih, damaikan dengan uang ini.”

Dan pada puncaknya, Rasulullah saw bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kalian aku kabarkan tentang derajat yang lebih mulia dari puasa, salat dan sedekah? “Mereka menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.”

Rasul pun bersabda, “Yaitu mendamaikan antarsesama (yang berselisih).”

Kemudian beliau melanjutkan sabdanya dengan mengatakan bahwa siapa yang merusak hubungan antar sesama maka perbuatan itu akan memutus segala kebaikan dan akan mengantarkannya kepada kesengsaraan.

Di saat Allah dan Rasul-Nya sangat menganjurkan untuk mendamaikan perselisihan, mengapa banyak yang berteriak membela Islam dengan mengobarkan perpecahan? Sungguh mereka beralasan membela Alquran namun perbuatan mereka amat jauh dari ajaran suci-Nya.

Jika ingin benar-benar membela Islam, ikuti Alquran ! Damaikan perselisihan ! Jauhi provokasi dan perpecahan. Semoga kita termasuk orang-orang yang peduli dan benar-benar mengikuti ajaran Alquran.

 

[selesai/khazanahalquran]

Mengharap Kelembutan Dakwah Penceramah

SERINGKALI hati ini meringis saat mendengar ceramah atau membaca beberapa tulisan yang kelewat batas adab islami dan sopan santun.

Pasalnya, kadang ceramah/tulisan tersebut membawa kebenaran dan ingin membuktikannya, namun uslub (cara), kata dan kalimat yang terangkai dan tergores untuknya sama sekali tidaklah menghiasinya, atau bahkan cenderung mencoreng dan mengotori kebenaran itu sendiri. Seringkali pula saya merenung, apakah tidak ada uslub lain yang lebih pantas untuk menyuarakan yang hak dan menguburkan kebatilan selain uslub celaan dan caci maki?

Tentu, semua orang apalagi ustaz atau penuntut ilmu pasti tahu firman Allah taala yang ditujukan kepada Nabi Musa dan Harun alaihimassalaam:

“Pergilah kamu berdua kepada Firaun, karena dia telah berbuat melampui batas. Berbicaralah kepadanya dengan kata-kata yang lembut, mudah-mudahan ia mau ingat atau takut” [Thaha : 43-44]

Kebatilan yang dipertunjukkan dan dibangga-banggakan Firaun yang mengaku sebagai tuhan semesta alam tidaklah menyebabkan adanya sikap keras dan ocehan caci-maki dalam menyampaikan kebenaran padanya -walaupun ia berhak mendapatkannya-, namun Allah taala tentunya ingin mengajarkan bahwa sebesar apapun kebatilan, maka uslub yang diterapkan untuk menentangnya adalah kata-kata yang lembut. Tujuannya? Allah taala sendiri yang menjawab: “mudah-mudahan ia mau ingat atau takut”.

Tabiat manusia selalu menerima apapun selama disampaikan padanya dengan etika dan kelembutan, baik itu kebatilan ataupun kebenaran. Ini tidak menafikan adanya uslub kekerasan dan celaan, bila diperlukan dan dengan pertimbangan maslahat dan mafsadat., namun yang seringkali dilupakan bahkan dijahilkan adalah bahwa uslub dasar dakwah dan penyampaian kebenaran itu adalah dengan lemah lembut dan sopan santun.

Allah taala berfirman Kepada Nabinya:

“Dengan sebab rahmat Allah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauh dari sekelilingmu” [QS Ali Imran : 159]

Dalam hadis Anas radhiyallahuanhu: “Mudahkanlah dan jangan kalian persulit, berilah kabar gembira dan janganlah kalian membuat orang lari” (HR Al-Bukhari no. 69 dan Muslim no. 1734).

Tidak dimungkiri bahwa uslub keras dan kasar ini telah banyak membuat manusia lari dari dakwah yang hak. Dan ini sangatlah bertentangan dengan ayat dan hadis-hadis tersebut dan yang akan disebutkan setelah ini.

Awalnya, mungkin yang patut disalahkan adalah institut, atau majelis ilmu yang menjadi mesin keluarnya sang penceramah atau penulis ini karena tidak adanya materi “Metode Dan Cara Dakwah” yang diajarkan didalamnya. Akan tetapi saya disadarkan bahwa hampir di setiap mahad, kajian dan majelis ilmu pasti diajarkan materi ini. Dari sinilah saya ataupun anda bisa mengambil kesimpulan bahwa celah terbesar dalam lapangan dakwah kita saat ini adalah kurangnya aplikasi terhadap apa yang kita pelajari. Mungkin inilah sumber ketidaksopanan sebagian ceramah dan tulisan yang tersebar.

Anda bisa saksikan, sebagian mereka memiliki buku-buku metode dakwah dan akhlak islami, bahkan menjadi rujukan dan literatur penulisan Fiqh dan Metode Dakwah Kontemporer, namun literatur-literatur tersebut kadang berbanding terbalik dengan fakta dan tindak-tanduk penyusunnya, atau pemberi kata pengantarnya. Yang lebih tragis lagi, kadang seseorang memang memiliki tabiat keras dan kurang dianugerahi sikap lemah lembut, akan tetapi yang sangat disayangkan adalah sifat ini disebarkan, ditularkan atau juga (maaf) diajarkan kepada murid-muridnya, sehingga tak mengherankan bila lahir dari mereka murid-murid yang merupakan “fotocopy” dari gurunya.

Bedanya, sang guru mungkin berilmu, sedangkan sang murid sebagiannya tak ubahnya laksana penuntut ilmu kerdil yang berlagak ahli ilmu alias “ruwaibidhah”. Parahnya lagi, sang ruwaibidhah ini tak jarang menuduh orang lain yang menyelisihinya: bersifat ruwaibidhah tanpa bercermin terlebih dahulu. Tepatnya, Maling teriak maling.

Sudah saatnya kita kembali ke dasar uslub dakwah kita, yaitu berlemah lembut. Memberikan kritikan dengan penuh adab dan kesantunan. Agar semua orang paham bahwa pembawa manhaj ahli sunnah adalah orang-orang yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai norma dan etika, sebagai cerminan dari qudwah mereka:

“Sungguh, kamu mempunyai akhlak yang agung” [QS Al-Qalam : 4]

Bahkan kelembutan merupakan salah satu sifat Allah taala: Dalam HR Muslim no. 2593 Rasulullah shallallahualaihi wasallam bersabda;

“Wahai Aisyah, sesunguhnya Allah itu Maha lembut dan mencintai kelembutan. Allah memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya”

Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Dalam hadis ini terdapat motivasi untuk bersikap lemah lembut, sabar, dan bertutur kata yang lembut kepada manusia, selama tidak ada sebab/hajat yang membuat kita bersikap keras terhadap mereka”. (Syarah Muslim: 14/145).

Juga pada no.2594 dari Aisyah radhiyallahuanha, Nabi bersabda;

“Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek”

Imam Nawawi juga menyatakan: Dalam hadis-hadis ini terdapat keutamaan untuk berlemah lembut motivasi untuk berakhlak baik, serta celaan terhadap sikap keras dan kasar, dan sikap lemah lembut merupakan sumber segala kebaikan”. (Syarah Muslim: 16/145).

Sekali lagi, bahwa saya tidak meruntuhkan metode sikap keras dalam menghadapi kesyirikan, bidah dan maksiat, sebab ini adalah sikap alternatif yang harus diterapkan bila memiliki maslahat yang jelas dan tujuan yang lebih baik. Namun yang saya ingin tegaskan adalah betapa kita tidak bisa mengendalikan otak kita tatkala melihat berbagai kemungkaran, sehingga dasar uslub dakwah (lemah lembut) dijadikan alternatif, sedangkan alternatif (kekerasan) dijadikan sebagai dasar uslub dakwah.

Orang yang memutar-balikkan uslub dakwah ini akan lebih banyak merusak daripada memperbaiki, bahkan kerusakan yang diakibatkannya, akan lebih parah dari kerusakan yang diakibatkan oleh “aksi radikal atau terorisme” yang sering dipublikasikan. Wassalaam.

 

[Ustaz Maulana La Eda, Lc*/Wahdah]

Jamaah Haji Khusus Berangkat Mulai 7 Agustus 2017

Jamaah Haji Khusus tahun 1438 H/ 2017 M berangkat ke Tanah Suci mulai Senin (7/8).  “Kloter pertama Jamaah Haji Khusus 1438 H/ 2017M akan berangkat dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (7/8),” kata Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Haji Umroh dan in-Bound Indonesia  (Asphurindo) Syam Resfiadi Amirsyah kepada Republika.co.id, Jumat (4/8).

Ia menambahkan, pelepasan pemberangkatan pertama Jamaah Haji Khusus 1438 H/ 2017 M itu akan dilaksanakan di Terminal 3 Ultimate Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Senin (7/8) pukul 11.00. “Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus, Dr H Muhajirin Yanis MPdI, atas nama Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) telah mengirimkan surat undangan kepada pimpinan asosiasi haji dan umrah, yakni ASPHURINDO, HIMPUH, AMPHURI dan KESTHURI,  untuk menghadiri pelepasan pemberangkatan pertama Jamaah Haji Khusus 1438 H/ 2017 M itu,” ujar Syam.

Syam mengungkapkan, saat ini  sebagian visa travel Jamaah Haji Khusus itu sudah selesai. “Alhamdulillah akhirnya visa-visa  travel program awal sudah ada yang selesai walaupun masih ada beberapa yang masih menunggu beberapa hari lagi. Secara keseluruhan, sekitar 50 persen travel sudah selesai. Mungkin seminggu ini insya Allah semua pengurusan visa Haji Khusus akan selesai. Aamiin,” papar Syam Resfiadi.

 

IHRAM

 

 

———————————-
Download-lah Aplikasi CEK PORSI HAJI dari Smartphone Android Anda agar Anda juga bisa menerima artikel keislaman ( termasuk bisa cek Porsi Haji dan Status Visa Umrah Anda) setiap hari!

Orang Beriman Pasti Diuji Allah SWT

SETIAP manusia akan yang hidup di dunia ini akan Allah uji. Allah tidak akan membiarkan kita mengatakan bahwa kita telah beriman tanpa melalui proses ujian.

Seperti halnya kenaikan kelas hanya akan terjadi apabila kita melaksanakan ujian dan lulus dengan ujian tersebut. Allah SWT telah berfirman, “Tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertobat dan tidak (pula) mengambil pelajaran.” (QS. At-Taubah : 126)

Al-Mutanabbi mengatakan: “Semoga segala kejadian mampu membuat diriku semakin matang dan memberikan pengalaman berharga untukku.”

Dalam kitab Al-Afsyim, Abu Tamam menuliskan: “Betapa banyak nikmat Allah yang telah dimilikinya namun masih saja ia hidup dalam keterasingan dan kekangan.” Seorang ulama salaf bertutur kepada seorang yang hidup mewah: “Aku melihat nikmat Allah telah banyak diberikan kepadamu, maka ikatlah nikmat tersebut dengan syukur.”

Allah SWT berfirman, “Jika kalian bersyukur, maka akan Aku tambahkan (nikmat-Ku). Akan tetapi, jika kalian kufur, sungguh adzab-Ku amat pedih.” (Ibrahim : 7)

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah-ruah dari segenap tempat, tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah. Oleh karena itu, Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat,” (An-Nahl: 112)

Dari ayat-ayat Allah dan perkataan para ulama di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa setiap manusia pasti akan Allah uji. Entah itu dengan kebahagiaan atau penderitaan. Hanya saja, yang membedakan adalah bagaimana seseorang itu mampu bersikap dengan ujian yang telah Allah berikan. Karena bisa jadi terdapat anugrah yang Allah berikan di balik adanya ujian yang dialami. Wallahu alam. []

===

Sumber: Jangan Bersedih Setelah Kesulitan Ada Kemudahan/Dr. Aidh bin Abdullah Al-Qarni/Irsyad Baitus Salam

 

———————————-
Download-lah Aplikasi CEK PORSI HAJI dari Smartphone Android Anda agar Anda juga bisa menerima artikel keislaman ( termasuk bisa cek Porsi Haji dan Status Visa Umrah Anda) setiap hari!