Mendamaikan Perselisihan (bagian 1)

PERNAH mendengar kata Al-Ishlah? Al-Ishlah sering diartikan dengan “perbaikan” atau “memperbaiki”.

Jika kita menengok pada tujuan utama dari dakwah para nabi, maka sejarah membuktikan bahwa tujuan mereka adalah Al-Ishlah, atau memperbaiki kondisi umat. Seperti perkataan Nabi Sholeh as yang diabadikan dalam Alquran berikut ini,

“Aku hanya bermaksud (melakukan) perbaikan semampuku.” (QS.Huud:88)

Nabi Sholeh ingin memfokuskan bahwa tujuan dari jerih payah dan usahanya selama ini hanya untuk memperbaiki kondisi umat manusia, semampunya. Dan seluruh nabi pun punya tujuan yang sama.Kali ini, kita akan mendalami makna Al-Ishlah dalam Al-Quran.

Al-Ishlah dalam Alquran

Kata Al-Ishlah sering digunakan dalam Alquran. Kata ini bisa memiliki dua makna,

1. Jika diambil dari dari kalimat As-Sulhu maka artinya adalah mendamaikan 2 orang atau kelompok yang berselisih.Makna Al-Islah dengan arti pertama (mendamaikan perselisihan) digunakan untuk beberapa hal seperti,

>> Mendamaikan suami istri

“Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah Memberi taufik kepada suami-istri itu.” (QS.An-Nisa:35)

>> Mendamaikan dua kelompok

“Dan apabila ada dua golongan orang Mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya.” (QS.Al-Hujurat:9)

>> Mendamaikan secara umum

“Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu.” (QS.Al-Anfal:1)

2. Jika diambil dari kata As-Solaah maka artinya adalah melakukan kebaikan dan menyingkirkan keburukan. Makna ini juga menjadi lawan kata dari Al-Fasad yang artinya melakukan keburukan ataupun kerusakan.

Makna Pertama : Mendamaikan yang Berselisih.

“Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu.” (QS.Al-Anfal:1)

Ayat ini menarik untuk kita perhatikan lebih dalam. Bertakwalah ! Lalu perbaiki hubungan diantara sesamamu ! Ayat ini seakan ingin berbicara bahwa tak ada artinya takwa tanpa kepedulian kepada kondisi sekitar kita. Tak ada artinya takwa tanpa rasa peduli untuk mendamaikan saudara yang berselisih.

“Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS.Al-Hujurat:10)

Namun inilah manusia. Semakin hari rasa kepedulian ini semakin pudar. Orang-orang sibuk dengan urusannya masing-masing dan tak acuh dengan kondisi sekitarnya. Walaupun ada yang memang tidak mampu untuk mendamaikan, ada pula yang tidak mau. Bahkan akhir-akhir ini semakin banyak orang yang tidak mendamaikan perselisihan tapi malah membakar api provokasi dan memecah belah saudaranya sendiri.

Padahal menurut Al-Quran tidak ada kebaikan dalam perkataan rahasia (bisik-bisik) yang dilakukan manusia kecuali dalam tiga pembicaraan saja seperti Firman Allah swt,

“Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (QS.An-Nisa:114)

Mendamaikan perselisihan termasuk sesuatu yang sangat ditekankan dalam Islam. Tentu kebalikan dari mendamaikan ini (seperti adu domba dan memecah persatuan) punya bahaya dan ancaman yang begitu besar pula. Jangan pernah pesimis ketika ingin mendamaikan orang yang berselisih, karena Allah tidak pernah menanyakan “berhasil atau tidak?”, tapi yang akan ditanyakan adalah “kenapa tidak menyampaikan? kenapa tidak berusaha mendamaikan?”.

Kita semua tahu bahwa bohong itu haram dan pembohong itu terlaknat. Tapi khusus dalam masalah mendamaikan orang, kebohongan itu diizinkan. Misalkan kita berbohong kepada orang yang berselisih bahwa “musuhnya” tadi memujinya dan ingin memperbaiki hubungan dengannya. Kebohongan macam ini diperbolehkan dalam Islam.

Namun kenyataannya, kebohongan itu sering digunakan untuk adu domba dan memecah belah masyarakat. Fitnah disebar untuk merusak keharmonisan umat. Mereka menggunakan alasan “Membela Al-Quran” tapi sungguh amat jauh dari ajaran sucinya.

Mendamaikan orang yang berselisih bukanlah perkara kecil. Perbuatan ini amat agung di Sisi Allah swt. Rasul pun sering bersabda tentang pahala mendamaikan perselisihan.

 

[khazanahalquran]

Tanda-Tanda Orang yang Diterima Sholatnya

DALAM Hadis Qudsi disebutkan mengenai orang-orang yang diterima salatnya oleh Allah Swt.

“Sesungguhnya Aku (Allah SWT) hanya akan menerima salat dari orang yang dengan salatnya itu dia merendahkan diri di hadapan-Ku. Dia tidak sombong dengan makhluk-Ku yang lain. Dia tidak mengulangi maksiat kepada-Ku. Dia menyayangi orang-orang miskin dan orang-orang yang menderita. Aku akan tutup salat orang itu dengan kebesaran-Ku. Aku akan menyuruh malaikat untuk menjaganya. Dan kalau dia berdoa kepada-Ku, Aku akan memperkenankannya. Perumpamaan dia dengan makhluk-Ku yang lain adalah seperti perumpamaan Firdaus di surga.”

Saudaraku,

Kita lihat yang kedua ini: “Dia tidak sombong dengan makhluk-Ku yang lain.” Jadi, tanda orang yang diterima salatnya ialah tidak takabur.

Saudaraku,

Takabur, menurut Imam Al-Ghazali, ialah sifat orang yang merasa dirinya lebih besar daripada orang lain. Kemudian ia memandang enteng orang lain itu. Boleh jadi ia bersikap demikian dikarenakan ilmu, amal, keturunan, kekayaan, anak buah, atau kecantikannya.

Kalau Anda merasa besar karena memiliki hal-hal itu dan memandang enteng orang lain, maka Anda sudah takabur. Dan salat Anda tidak diterima. Bahkan dalam hadis lain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Takkan masuk surga seseorang yang dalam hatinya ada rasa takabur walaupun sebesar debu saja.”

Saudaraku,

Biasanya masyarakat akan menjadi rusak kalau di tengah-tengah masyarakat itu ada orang yang takabur. Kemudian takabur itu ditampakkan untuk memperoleh perlakuan yang istimewa. Dan anehnya, seringkali sifat takabur ini menghinggapi para aktivis masjid atau aktivis kegiatan keagamaan. Mereka biasanya takabur dengan ilmunya dan menganggap dirinya paling benar.

 

[islampos]

Enam Alam yang Dilewati Manusia

SETIAP manusia sedang berjalan menuju Tuhan-nya. Disadari atau tidak, dia sedang melewati satu demi satu proses kehidupan di berbagai alam.

“Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhan-mu, maka kamu akan menemui-Nya.”(Al-Insyiqaq 6)

Manusia melewati berbagai alam semenjak ia belum dilahirkan dan dia akan berhenti pada alam terakhir yang abadi. Kira-kira, apa saja alam yang dilewati manusia dalam hidupnya?

Alam Dzar

“Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu Mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah Mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya Berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhan-mu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami Lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini,”(Al-Araf 172)

Alam Sulbi

“Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar, yang keluar dari antara tulang punggung (sulbi) dan tulang dada.”(At-Thariq 6-7)

Alam Janin

“Dia Mengetahui tentang kamu, sejak Dia Menjadikan kamu dari tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu.”(An-Najm 32)

Alam Dunia

“Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.”(Ali Imran 185)

“Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau.”(Al-Anam 32)

*Alam ini adalah alam yang paling menentukan bagi alam setelahnya.

Alam Barzakh (Alam Kubur)

“Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan.”(Al-Muminun 100)

*Lisan manusia terbiasa menyebut alam kubur sebagai “tempat peristirahatan terakhir”. Padahal alam ini hanyalah tempat transit untuk melanjutkan perjalanan ke alam selanjutnya.

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu mengunjungi kubur.”(At-Takatsur 1-2)

Alam Akhirat

“Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.”(Al-Ankabut 64)

Dia berkata, “Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini.”(Al-Fajr 24)

*Inilah alam kehidupan yang sebenarnya, akhir perjalanan manusia. Di alam ini manusia akan terbagi menjadi dua kelompok.

“Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.”(Asy-Syura 7).

 

MOZAIK

Makkah, Kota Tempat Tumbuhnya Keilmuan Imam Syafi’i

Imam Syafi’i  adalah salah satu dari empat imam besar yang warisannya mengenai masalah peradilan dan yurisprudensi hukum Islam. Imam Syafi’i lahir di kota Gaza di Palestina pada tahun 767 M.

Nama kecilnya adalah Mohammad Ibn Idris.Imam Syafi’i merupakan keturunan keluarga Hasyim dari suku Quraish yang juga menjadi keluarga MuhammadSAW.

Rantai leluhur Imam Shafi’i terdiri dari sebagai berikut: Imam Abu Abdullah Muhammad Ibn Idris Ibn Abbas Ibn Utsman Ibn Syafi’i Ibn Saa’ib Ibn Ubayd Ibn Abd Yazid Ibn Hasyim Ibn Muththalib Ibn Abd Munaf Qurayshi Muttalibi Hashimi.

Kehidupan Awal
Ayah Imam Syafi’i meninggal di Ash-Sham saat masih kecil. Setelah kematian ayahnya, ibu Imam Syafi’i pindah ke Makkah, saat Imam Syafi’i baru berusia dua tahun. Akar keluarga ibu Imam Shafi’i berasal dari Yaman dan ada juga beberapa anggota keluarga di Makkah, tempat di mana ibunya percaya dan berharap agar dia mendapat perhatian dengan baik.

Imam Syafi’i menghabiskan tahun-tahun awal pembentukan karakternya  di Makkah dan memperoleh pendidikan agama di kota-kota di Makkah dan Madinah. Di Makkah, Imam Syafi’i belajar di bawah Mufti Muslim Ibn Ibn Khalid Az-. Dia dibesarkan di antara suku Banu Huzayl di Makakh yang sesuai dengan banyak suku Arab di era itu sangat berpengalaman dalam seni puisi, sebuah tradisi yang disampaikan kepada Imam Syafi’i yang juga menjadi sangat mahir dalam hal itu.

Pendidikan awalnya ditandai dengan kemiskinan akut. Ini karena ibunya tidak mampu membayar biaya pendidikannya. Meski begitu, gurunya sangat terkesan dengan kemampuannya sehingga dia menganggapnya sebagai siswa formal dengan biaya tanpa biaya tambahan.

Seperti dilansir Saudii Gazette.com, saking miskinnya, ibunya tidak bisa membelikannya kertas karena keadaannya ekonominya begitu  buruk. Alhasil. Sosok remaja Mohammad Ibn Idris terpaksa  menggunakan tulang, batu dan daun kelapa untuk menulis tugas belajarnya.

Tapi kekurangan tersebut  bukan untuk mencegahnya memperoleh pengetahuan. Mohammad muda Ibn Idris tidak hanya menghafal seluruh teks, tapi juga mampu memahami konteks dan sejarah etimologis yang terkait dengan berbagai ayat Alquran pada usia 10  tahun.

Sedangkan ketika berusia 15 tahun dia telah mampu mengumpulkan kedalaman dan ketelitian pengetahuan ajaran Islam. Melihat kemampuan anak didiknya itu, maka Mufti Makkah pada waktu itu kemudian memberi wewenang kepadanya untuk mengeluarkan fatwa .

Secara kronologis, Imam Mohammad Ibn Idris lahir hamper 57 tahun setelah kelahiran Imam Malik,. Untuk itu, maka karya monumental Hadith Mu’atta dari Imam Malik oleh Imam Syafii atau Mohammad Ibnu Idris pelajari bersama dengan Alqur’an di usia dini seperti yang disebutkan di atas.

Teologi bukanlah satu-satunya keahliannya, namun Imam Syafi’i juga mahir mengajar tentang puisi, linguistik, dan silsilah. Murid-muridnyapun berasal dari beragam disiplin ilmu.

Mengenai siapa yang menjadi guru Imam Syafi’i, di masa asal masa belajarnya pamannya sendiri, yakni Sufyan Ibn Uyaynah Makki salah satu gurunya. Sedangkan para guru lainnya antara lain adalah Muslim Ibn Khalid Zanji, Haatim Ibn Ismail, Ibrahim Ibn Muhammad Ibn Yahya, Hishaam Ibn Yusuf Sinani, Marwan Ibn Mu’aawiyah, Muhammad Ibn Ismail, Dawood, Ibn Abdul Rahman, Ismail Ibn Ja’far dan Hisham Ibn Yusuf.

Sedangan guru Imam Syafii yang paling terkenal adalah pendahulunya, yakni Imam Malik, pencetus mahzab Maliki yang juga merupakan salah satu dari empat aliran pemikiran terkemuka dalam Islam.

Jadi, Imam Syafi’i tidak hanya belajar dari buku Imam Malik yang sangat terkenal, Mu’atta sejak usia dini, namun seperti yang dilansir beberapa orang, dia juga mendapat kehormatan saat berada di kota Madinah, untuk belajar langsung di tangan tuan mazhab pemikiran itu.

Setelah berguru ada ulama terkemuka, maka Mohammad Ibn Idris (Imam Syafi’i) kemudian melanjutkan untuk memunculkan aliran pemikirannya sendiri yang sekarang dikenal mahzab Syafi’i .

Kontribusi paling penting dari Syafi’i kepada badan akademis pengetahuan Islam adalah pembentukan dasar-dasar yang kuat tentang prinsip-prinsip fikih Islam. Pemikirannya mengenai ajaran Islam itu kemudian diwujudkan dalam sebuah buku penting, yakni karya Al-Risala yang dianggap oleh banyak orang sebagai karya akademis terpenting di bidang ini., yakni pinsip-prinsip fikih Islam.

Pada zamannya, saat itu pemikiran Imam Syafo’i dibenak banyak orang saat itu sebagai ‘ajaran revivalis’. .Proses cara kajian penelitiannya adalah dimulai dengan mencari makna harfiah dari sebuah ayat Alquran dan kemudian beralih ke hadits terkait (tradisi Nabi Muhammad SAW.

Setelah itu kemudian berkembang menjadi sebuah konsensus pendapat semua orang terpelajar yang berkumpul (Ijma) yang menerapkan penalaran dengan analogi (Qiyas).

Setelah mengkaji soal fiqih, Imam Syafi’i juga dinobatkan sebagai pelopor gagasan untuk membuat perbedaan antara aplikasi peradilan mengenai pertimbangan hukum (Istihsan) dan penalaran hukum murni dengan analogi (Qiyas).

Sedangkan terkait dengan kemurahan hati Imam Syafi’i terjadi dalam banyak peristiwa. Salah satunya kisahya yang terkenal adalah terkait dengan kemurahan hatinya di bulan Ramadhan saat dia hendak pindah ke Makkah.Saat itu, kalau perjalanannya sampai di perbatasan Makkah, dia terkejut dengan kehidupan warganya yang sangat miskin. Keadaan ini berbanding terbalik dengan posisi dirinya yang bisa dibilang cukup kaya karena dia mempunyai uang hingga 10.000 dirham. Uang sebanyak itu merupakan jumlah uang yang sangat besar pada masa itu.

Melihat kesengsaraan itu hati Imam Syafi’i pun terketuk. Dan tak tanggung-tanggung dia kemudian memberikan seluruh uangnya itu, sampai-sampai dia harus meminjam sejumlah uang di Makkah untuk membiayai hidupnya sendiri.

Sikap kedermawanan Imam Syafi itu ternyata dia contoh dari karakter Nabi Muhammad SAW. Rupanya Imam Syafi’i selama ini telah bertekad mencontoh tindakan Rasullah yang selalu memberikan pakaian, makanan, dan uang secara ekstensif di bulan Ramadhan.

Sampai akhir hayatnya, imam Imam Syafi’i berada di perkumpulan orang terpelajar. Dilaporkan dia pun menghabiskan hari-hari terakhirnya di sebuah lembaga pendidikan yang dikelola Abdullah Ibnul Hakam, seorang sarjana terkenal pada masanya.

Imam Syafi’i diperkirakan meninggal usia 54 tahun, pada sebuah hari Jumat di bulan Rajab di tahun 204 H (820 M). Gubernur Mesir waktu itu mengakui keunggulan akademisnya dengan tidak hanya menghadiri pemakamannya tapi benar-benar memimpin doa-doa sewaktu pemakaman tersebut. Tempat peristirahatan terakhir Imam Syafi’i diperkirakan berada di kaki perbukitan gunung Mukatram.

IHRAM

Seorang Kakek Jual Rumah untuk Naik Haji

Membutuhkan perjuangan berat untuk bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah. Bahkan, ada jamaah haji yang rela menjual tanah ataupun rela menjual rumah untuk menunaikan ibadah wajib yang bisa dilakukan bagi yang mampu ini.

Seperti halnya kakek asal Kebumen, M Taufik, yang harus menjual rumah untuk bisa bertamu ke rumah Allah. Ia rela menjual rumahnya di kampung halamannya untuk naik haji bersama istrinya.

Setelah puluhan tahun berjuang, akhirnya kakek berusia 76 tahun ini bisa menunaikan ibadah haji tahun ini bersama 388 jamaah lainnya yang ikut dalam kloter ke-17 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. Ia akan terbang ke tanah suci dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia di Bandara Soekarno Hatta pada Jumat (4/8), malam.

Sebelum berangkat, Kakek Taufik tampak menunaikan shalat ashar di Masjid Al Mabrur Asrama Haji Pondok Gede. Dengan memakai batik berwarna biru, ia tampak khusuk melaksanakan shalat, lalu dilanjutkan dengan berdzikir.

Republika.co.id segera menghampiri kakek yang telah mempunyai 20 cucu tersebut saat ia keluar masjid. Ia mengaku sangat senang melaksanakan jamaah haji tahun ini. Karena, menurut dia, untuk naik haji memang membutuhkan perjuangan yang keras.

“Saya harus berjuang mengumpulkan uang dan akhirnya bisa daftar pada 2011 dan sekarang baru dapat panggilan. Alhamdulillah, bisa berangkat sama ibu berdua. Jadi begitulah, saking syukurnya saya tidak punya pikiran apa-apa,” ujar Kakek Taufik kepada Republika.co.id di Masjid Al Mabrur, Asrama Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (4/8) sore.

Di waktu muda, Kakek Taufik harus bekerja menjadi tukang bangunan serabutan. Hasilnya ia kumpulkan untuk merekontruksi rumah yang ada di kampungnya di Kebumen. Karena sangat ingin naik haji, pada tahun 2011, ia pun menjual rumah tersebut dengan harga Rp 75 juta.

Setelah itu, ia langsung mendaftarkan uang tersebut bersama istrinya. “Jadi dulu kalau ada rejeki itu cuma untuk membetulkan rumah. Kalau rumahnya udah bagus dijual. Jadi rumahnya yang di kampung gak kepakek, jadi dijual Rp 75 juta waktu tahun 2011. Habis itu langsung mendaftar sama istri,” kata kakek yang kini tinggal di daerah Cawang, Jakarta Timur ini.

Istri Kakek Taufik, Boinem (66), turut merasa senang bisa berangkat ke tanah suci tahun ini. Nenek Boinem sendiri berasal dari Prambanan, Yogyakarta. “Dikabulkan oleh Allah keinginannya. Jadi aku senang banget udah,” kata  Taufik.

Taufik mengaku tidak mempunyai harapan apa-apa pada saat melaksanakan ibadah di Makkah nanti. Ia hanya ingin menjadi haji mabrur. Ia pun berdoa kepada Allah agar diberikan kesehatan sampai kembali lagi ke Indonesia.

“Saya gak punya harap apa-apa. Cuma tenang dan jadi haji mabrur doang. Udah gak ada pikiran apa-apa. Senang lah ibadah bisa terlaksana dan saya mudah-mudahan sehat sampai berangkat dan kembali,” jelasnya.

Tidak hanya Taufik, Kakek Sujito (77 tahun) juga membutuhkan perjuangan yang sangat lama untuk bisa menunaikan ibadah haji tersebut. Karena kakek yang sudah mempunyai 7 cucu ini juga harus menabung dari hasil uang pensiunan. “Perjuangannya berat Pak. Tapi akhirnya kita dapat pengumuman 22 Mei kemarin,” ucapnya.

Kakek Sujito baru bisa mendaftar haji pada tahun 2013, lalu. Ia mengaku telah lama menabung dari uang hasil pensiunannya sambil mengasuh cucu-cucunya. Ia mendaftar pada tahun 2013.

Sujito juga mengaku sangat senang bisa berangkat tahun ini bersama istrinya karena sudah lama menunggu. “Kan baru bisa dilaksankan sekarang setelah umur 77 tahun. Saya sama istri juga. Kita bersyukur sudah bisa melaksanakan haji,” kata warga Kampung Ambon, Jakarta Timur ini.

Taufik dan Sujito berangkat ke Bandara Soekarno Hatta setelah shalat maghrib. Petugas haji pun sudah berkali-kali menginformasikan agar para jamaah haji mulai bersiap-siap di gedung penginapannya masing-masing.

Melalui pengeras suara Masjid Al Mabrur, petugas juga mengimbau agar jamaah haji melaksanakan shalat Maghrib di gedung penginapannya masing-masing. Setelah shalat, jamaah disuruh berkumpul di Gedung Serba Guna Asrama Haji Pondok Gede. Sebab, jamaah kloter 17 diberangkatkan ke Bandara Soekarno Hatta sekitar pukul 18.15 WIB.

Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kawnil Kemenag DKI, Sadirin mengatakan, jumlah calon jamaah haji kloter ke-17 berjumlah 388 dan juga ditambah petugas haji yang msndampinginya. “Jadi ada 388 jamaah haji dan lima petugas haji ini,” katanya.

Sadirin mengimbau agar calon jamaah haji yang berangkat ke Tanah Suci untuk selalu menjaga kesehatan dan tidak menforsir tenaganya secara berlebihan. Ia menyarankan agar jamaah haji meminum air yang banyak saat berada di Makkah karena cuaca sangat panas. “Di sana sangat panas, karena jamaah harus minum yang banyak agar tidak dehidrasi,” kata Sadirin.

 

REPUBLIKA

Jamaah Diminta Waspadai ‘Batuk Haji’

Jamaah haji 2017 yang akan mengunjungi Makkah diminta mewaspadai ‘batuk haji’. Penyakit yang biasanya berasosiasi dengan flu ini menjadi salah satu yang diwaspadai karena cukup mengganggu jamaah.

Selain saat pelaksanaan ibadah haji, batuk ini sering melanda mereka yang baru pulang haji ke negaranya masing-masing. Dilansir Times of India, dokter mengklasifikasikan batuk haji sebagai gejala setelah pulang haji.

Risiko penularan meningkat karena jutaan orang tumpah ruah di satu tempat. Otoritas Saudi memperkirakan jumlah jamaah haji tahun ini mencapai enam juta orang dari seluruh dunia. Sebuah studi terbaru oleh National Institute of Virology, Pune and AIIMS mengungkapkan bahwa batuk haji adalah gejala infeksi pernafasan paling umum yang dialami para haji yang diperiksa saat tiba di India.

Dilansir New Scientist, gejala batuk haji meliputi hidung meler, nyeri otot dan batuk berat. Pada 2012, penelitian tentang ini dilakukan di Prancis oleh Samir Benkouiten dan kolega di Aix-Marseille University.

Sebanyak 165 orang berusia 21-80 tahun diperiksa sebelum pergi haji. Hanya dibawah lima persen yang dilaporkan mengidap satu virus, termasuk influenza, rhinovirus (penyebab common cold), dan adenovirus (penyebab Tonsilitis, konjungtivitis dan gastroenteritis).

Namun selama empat pekan musim haji, lebih dari 90 persen dari mereka mengalami gejala batuk haji. Hampir 80 persen harus diperiksa dokter. Setelah dua pekan 70 persen dari mereka diperiksa lagi dan 40 persen mengidap virus flu.

Setelah empat pekan dan pulang ke Prancis, peneliti memeriksa lagi 154 orang yang sebelumnya diperiksa. Ditemukan 11 persen dari mereka kini mengidap virus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa musim haji bisa membawa infeksi virus saat pulang.

Untuk menanggulangi hal ini, otoritas mengetatkan regulasi kesehatan. Mulai dari anjuran penundaan keberangkatan bagi jamaah risiko tinggi, vaksinasi lengkap atau peningkatan sistem imun jamaah.

 

IHRAM

Dzikir Gerbang Pertolongan Allah

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Dialah Dzat Yang Maha Kuasa atas segalanya, tiada yang mampu menciptakan seluruh alam ini dengan segala isinya dan mengurusnya selain Allah Swt. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Hidup akan terasa berat manakala kita tidak mendapat pertolongan Allah Swt. Kalau Allah menolong kita, maka hidup akan terasa ringan dan mudah. Sedangkan kalau Allah tidak menolong kita, maka sesederhana apapun kejadian dalam hidup ini maka akan terasa berat dan besar. Karena sesungguhnya “Laa haulaa walaa quwwata illaa billaah”, makhluk itu tiada daya dan tiada upaya kecuali atas pertolongan Allah Swt.

Salah satu gerbang pertolongan Allah yang memiliki derajat sangat tinggi adalah dzikrulloh. Inilah amalan terbaik, amalan yang paling mensucikan, amalan yang paling meninggikan derajat, amalan yang lebih baik dari menafkahkan emas dan perak, amalan yang lebih baik dari membunuh atau terbunuh dalam jihad di jalan Allah, itu dzikrulloh taala. Karena seluruh perintah dan larangan Allah, muaranya adalah untuk ingat kepada Allah yang berbuah kepatuhan, ketaatan dan kepasrahan kepada-Nya.

Jadi, kualitas seseorang itu tergantung kualitas dzikirnya. Semakin banyak dzikirnya, maka semakin tinggi kedudukannya di hadapan Allah Swt. Karena Allah Swt. berfirman, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al Baqoroh [2] : 152)

Orang yang paling spesial di hadapan Allah sehingga Allah mengingatnya adalah orang yang paling banyak dzikrulloh. Sedangkan semakin jauh dari dzikir, maka semakin tidak spesial dia di hadapan Allah, dan semakin jauh dari pertolongan-Nya. Semakin banyak dzikir, semakin dimudahkan oleh Allah agar hatinya menjadi tentram. Sedangkan, semakin jauh dari dzikir, maka semakin mudah hatinya diselimuti kegalauan dan kegelisahan.

Demikianlah keutamaan dzikir bagi kita. Dzikir adalah gerbang pertolongan Allah yang sangat utama. Semoga kita termasuk orang-orang yang istiqomah mengamalkan dzikir sehingga mendapatkan derajat yang tinggi di hadapan Allah Swt. dan sangat dekat dengan pertolongan-Nya. Aamiin yaa Robbalaalamiin.

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

[smstauhiid]

Asyik Berdzikir Tak Terasa Bibirnya Tergores Pisau

AHMAD BIN HARB adalah seorang ahli ibadah dan faqih besar, juga ulama zuhud yang jadi panutan.

Suatu saat Ahmad bin Harb berkumpul bersama para pembekam, dan ia meminta salah satu dari mereka untuk mencukur kumisnya, sedangkan ia sendiri bertasbih.

Pembekam pun berkata kepadanya,”Diamlah sesaat.” Ahmad bin Harb pun menjawab,”Kerjakan saja tugasmu.”

Di saat itu besar kemungkinan bibirnya tergores pisau, sedangkan ia tidak merasakannya. (Siyar A’lam An Nubala, 11/33)

 

HIDAYATULLAH

Al Aqsha adalah Kemuliaan Umat Islam

PALESTINA  dan Masjid Al Aqsha, yang telah menjadi bagian dari umat Islam, tak pernah lepas dari krisis selama puluhan tahun, dan keadaan semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir.

Sejak pertama agresi Israel pada tahun 1948 hingga saat ini, setidaknya telah menelan korban hingga ratusan ribu syahid, jutaan luka-luka dan mengungsi, yang sebagian adalah perempuan dan anak-anak. Dalam sejarahnya, kota Yerusalem pernah dua kali dibumihanguskan, diblokade 23 kali, diserang 52 kali, diduduki dan direbut kembali sebanyak 44 kali.

Tindakan penjajah Israel semakin biadab terhadap penduduk  dan sangat menghinakan Masjid al Aqsha.

Pada 14 Juli, tiga pemuda Palestina yang bersenjata melakukan aksi herorik, menembak mati dua polisi penjajah, sedangkan pasukan polisi Yahudi itu melepaskan tembakan balasan dan menyebabkan ketiga pemuda itu syahid.

Tak berhenti disitu, penjajah Israel menutup Masjid Al Aqsha dan belakangan memasang pintu elektronik serta kamera pengawas di semua pintu masuk masjid.

Tak urung, tindakan itu menyulut protes dari umat Muslim. Dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, pertama kalinya umat Islam tidak dapat menyelenggarakan shalat Jum’at di komplek masjid yang sucikan Muslim sedunia tersebut.

Najeh Daoud Bkerat, Direktur Wakaf Islam yang mengelola al-Aqsha, menuliskan daftar sejumlah penyerangan terhadap masjid al-Aqsha sejak puluhan tahun lalu.

Di antara serangan-serangan paling mematikan adalah pembantaian pada tahun 1990 yang dikenal dengan Black Monday, dimana petugas keamanan Zionis membunuh 20 warga Palestina yang memprotes para relawan Yahudi yang meletakkan batu pertama untuk pembangunan Kuil Ketiga di dalam kompleks Masjidil Aqsha.Menurutnya, sejak penjajah Zionis mencaplok Timur Baitul Maqdis pada tahun 1967, sudah lebih dari 1.700 kasus penyerangan atau pengrusakan properti di kompleks masjid, di luar serangan-serangan yang tak terhitung terhadap individu, termasuk penangkapan, pemukulan dan perintah-perintah yang mengekang.

 

Hilangnya Kemuliaan Umat

Bagaimana mungkin, bermilyar umat Islam, yang sebagiannya adalah berbagai negara yang mengelilingi penjajah Israel tak kuasa menjaga kemuliaan Al Aqsha?

Tak sanggup lagi mengirim pesan menakutkan bagi zionis yang begitu mudah mengirim pesan mematikan bagi penduduk Palestina? Tak terlihatkah dengan nyata brutalnya Zionis untuk berupaya mengambil alih al-Aqsha, menawarkan imbalan finansial kepada orang Yahudi untuk melakukan ritual di kompleks masjid, mendorong peruntuhan Masjid al-Qibli sehingga bisa membangun Kuil Ketiga di sana, yang bahkan, Wakil Menteri ‘Israel’ Tzipi Hotovely telah menunjuk kompleks Masjidil Aqsha sebagai “pusat kekuasaan warga ‘Israel”?

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam telah mengabarkan kemuliaan Masjidil Aqsha, dimana sholat di dalamnya dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid lain selain masjidil Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah. Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat umat Islam sebelum dipindah arahnya ke Ka’bah di masjidil Haram, Makkah.

Lihatlah singa-singa Allah selanjutnya memiliki taji untuk menjaga kemuliaan milik umat. Di bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnu Khattab ra., seluruh Palestina dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk Palestina, Muslim maupun Non Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan khilafah. Salahuddin Al-Ayyubi pun membebaskannya setelah dijajah akibat serangan pasukan salib yang terus mencoba merebut Al Qudshingga mampu membangkitkannya kembali.

Rongrongan Teodore Hertzl untuk mendapatkan izin pendirian pemukiman Yahudi di Palestina pun dimentahkan secara jantan oleh Sultan Abdul Hamid II.

Surat pengantar Hertzl dibalas dengan perkataan tegasnya. “Bagaimana mungkin aku menyerahkan sebagian tanah-tanah itu, karena daerah itu bukan milikku. Tanah itu adalah milik kaum Muslim. Tanah itu diperoleh dan dipertahankan oleh mereka dengan cucuran keringat, darah, dan air mata ribuan prajurit. Selama aku masih hidup, jangan harap kalian bisa menguasai tanah Palestina”.

Seiring pengkhianatan para penguasa negeri-negeri muslim dan keberhasilan Mustapha Kemal Attaturkmeruntuhkan Khilafah Islam dan mengusir Sultan Abdul Hamid Il serta keluarganya pada tanggal 3 Maret 1924 dari wilayah Turki, hingga tegaknya negara Israel atas bantuan Inggris, seolah mulai hilang kemuliaan umat Islam dan mudahnya zionis mengangkangi Masjid Al Aqsha.

Apa yang terjadi berikutnya adalah ketidakmampuan para penguasa negeri muslim untuk mencegah aksi-aksi brutal penjajah Israel, apalagi menyingkirkan mereka dengan taring tajamnya.

Mereka hanya mampu menyandarkan penyelesaian konflik dengan bantuan PBB dan negara asing, yang bahkan tidak memahami, apa itu kemuliaan umat Islam dan Masjid Al Aqsha, karena mereka hanya berpikir kepentingan teritorial semata, tidak lebih.

Lalu, dimana penjaga Al Aqsha?

Umat Islam, tak pernah lepas dari kemuliaannya, selama berpegang teguh pada Al Quran dan sunah RasulNya.

Zionis menemukan tempat ‘kedigdayaannya’ karena memiliki entitas negara yang berbentuk Israel, memiliki pengaruh kuat bahkan dengan negara-negara superpower dijamannya, seperti Inggris dan AS. Disisi lain, umat Islam kehilangan ‘pegangan’ karena lepasnya ikatan simpul persatuan, sebuah negara ‘adidaya’ yang berlandaskan akidah Islam, seperti yang dicontohkan Rasul dan para sahabat, yang saat ini simpul itu terpecah menjadi puluhan negeri muslim.

Al-Quran dan hadits telah memberikan tanda-tanda kemulian tempat ini dan Allah Subhanahu Wata’ala pasti akan mengambilnya dari tangan-tangan kotor penjajah.

Masjid Al-Aqsa juga memiliki keistimewaan lain. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda;

لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَ

“Tidaklah diadakan perjalanan dengan sengaja, kecuali ke tida masjid; masjidku ini (di Madinah), Masjidil Haram (di Makkah), dan Masjidil Aqsha.” (HR. Bukhari dan Muslim).

يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الأَرْضَ المُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللّهُ لَكُمْ وَلاَ تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنقَلِبُوا خَاسِرِينَ

“Wahai kaumku ! Masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut pada musuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi.” (QS. Al-Maidah : 21)

Itulah janji Allah dan Rasulnya. Rugilah mereka yang tidak memami ayat-ayat ini.

Tidak perlu kita perdebatkan apa dampak perpecahan, karena puluhan fakta telah terjadi di depan mata, adu domba, penjajahan, hingga kehilangan fokus untuk bangkit dan merebut apapun yang pernah hilang dari tangan kaum muslimin.

Al Aqsha dan Palestina sedang menanti hadirnya singa Allah berikutnya, pemimpin dan pejuang layaknya Umar bin Khaththab, Shalahuddin al Ayubi, Muhammad Al Fatih dan Sultan Abdul Hamid II, membebaskan Palestina seutuhnya, mengusir Israel seluruhnya, dan menjaga Al Aqsha dengan penjagaan yang sesungguhnya.

Mereka, akan muncul saat umat terbangun dari tidur panjangnya, bangkit dan berjuang untuk menegakkan kembali izzul Islam wal muslimin, merangkai kembali simpul persatuan umat, menyadari dengan sepenuh hati musuh yang sebenarnya, dan terus berdakwah dengan menapaki jejak kemuliaan Rasulullah dan para sahabat, hingga tegaknya kepemimpinan nubuwwah ada di genggaman. InsyaAllah.

Masalahnya, apa kelak kita termasuk dari bagian yang disebut Allah dan Rasulnya untuk ikut ambil bagian ini?*

 

 

Oleh: Tari Admojo, Penulis pernah kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan  Institut Pertanian Bogor

HIDAYATULLAH

Makanan Pakai Nama “Setan” Hina Rezeki dari Allah

ADA yang bertanya kepada Ustadzmi Nur Baits, “Apa hukum memberi nama makanan dengan kata “setan”, sepetti “bakso setan” atau “kerupuk setan”.

Pertanyaan itu dijawab sbb:

Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa badu. Dalam banyak ayat, Allah menegaskan bahwa setan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Diantaranya, Allah berfirman,

“Janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya dia, musuh yang nyata bagi kalian.” (QS. al-Baqarah: 168).

Dan sikap yang benar terhadap musuh adalah berusaha melawannya, melakukan perbuatan yang membuatnya sedih, dan menjauhinya. Bukan sebaliknya, justru mendekatinya.

Dalam al-Quran, Allah sebut makanan yang halal dengan thayyibat.Allah berfirman, menceritakan sifat syariat Nabi-Nya shallallahu alaihi wa sallam,

“Beliau menghalalkan yang thayyibat untuk mereka, dan beliau mengharamkan al-Khabaits.” (QS. al-Araf: 157)

Thayib secara bahasa artinya baik. Khabaits, bentuk jamak dari khabits, yang artinya sesuatu yang menjijikkan. Semua yang halal adalah thayyib, dan adalah, dan semua yang haram adalah Khabaits. Artinya, Allah memberikan nama yang baik untuk yang halal dan Allah memberikan nama yang buruk untuk sesuatu yang haram.

Karena, memberi nama yang baik untuk sesuatu yang baik, dan memberi nama yang buruk untuk sesuatu yang buruk, bagian dari mengikuti petunjuk Allah. Sebaliknya memberi nama yang buruk untuk sesuatu yang Allah halalkan, bisa termasuk menghinakan rezeki yang Allah berikan.

Dalam Fatwa Islam dinyatakan,

Menyebut sesuatu yang Allah halalkan dengan menggunakan istilah sesuatu yang Allah benci, perbuatan semacam ini termasuk meremehkan aturan Allah dan tidak mengagungkan hukum-hukum-Nya. Dan ini bertentangan dengan sikap takwa kepada Allah. (Fatwa Islam, no. 234755).

Dengan pertimbangan ini, tidak selayaknya memberi makanan yang baik, yang halal, dengan nama yang buruk. Bakso setan, kerupuk setan, mi ayam setan, pecel setan, dst. Benar, tujuannya untuk menggambarkan betapa pedasnya makanan itu, tapi hindari nama musuh bersama ini.

Makanan yang halal, minuman yang halal adalah rezeki dari Allah. Selayaknya dimuliakan dan dihormati. Allahu alam.

[konsultasisyariah]