Penyair Ini Berharap Dirinya Menjadi Nabi, Siapa Dia?

Di antara bukti yang mengukuhkan fiirman Allah SWT bahwa sebagian penyair–dimasa hidupnya Rasulullah SAW–terbiasa mengatakan apa yang tidak mereka lakoni. Salah satunya adalah Umayyah bin Abi Shalt ats-Tsaqafi.

Abdullah bin Umar bin Khathab meriwayatkan bahwa melalui pembacaanya terhadap Taurat dan Injil, Umayyah tahu bahwa Allah SWT akan mengutus  putra bangsa Arab sebagai penutup para Rasul. Namun, Umayyah berharap agar dirinya kelak yang akan menjadi rasul yang dimaksud.

Dikisahkan dari Ensiklopedia Alquran bahwa ketika Allah SWT mengangkat Nabi Muhammad sebagai rasul, Umayyah merasa iri hati dan dengki. Ketika melewati kuburan korban Perang Badar dari pihak kaum musyrik, ia berkata, “Seandainya ia seorang Nabi, tentu ia tak akan membunuh kerabatnya sendiri.”

Setelah Umayyah meninggal dunia, Rasulullah SAW memanggil saudara perempuannya dan memintanya membacakan sebagian bait syair yang pernah digubahnya, sebelum hatinya dirasuki kedengkian kepada Beliau. Ia membacakan syair cukup panjang yang di antaranya, berisis bait-bait berikut:

“Di sisi Tuhan yang memiliki Arsy, kamu sekalian dihadapkan.

Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi.

Sesungguhnya janji-Nya pasti akan ditepati.

Tuhanku, jika Engkau memaafkan, maka permaafan itulah keyakinanku.

Atau, jika Engkau menghukum, janganlah Engkau hukum orang yang baik-baik.”

Orang yang mengamati gubahan syairnya akan mengetahui bahwa Umayah menyusun syair ini setelah turunnya surah Maryam kepada Rasulullah SAW. Karena, penyair tersebut meminjam firman Allah SWT dalam surah Maryam ayat 61:

“Yaitu surga ‘Adn yang telah dijanjikan Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Nya, sekalipun (surga itu) tidak tampak. Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati.”

Karena itu, saat mendengar syair ini, Rasulullah SAW langsung berkata kepada saudara perempuan Umayyah, “Syairnya beriman, tapi hatinya kafir.”

Disebutkan dalam buku tersebut bahwa mayoritas musafir dan ulama berpendapat bahwan penyair Umayyah bin Abi Shalt ats-Tsaqafi itulah yang dimaksud Allah SWT sebagai orang yang menuruti hawa nafsunya, mereka kekal hidup di dunia, dan sangat bergantung dengan kemewahan hidup duniawi. Semua itulah yang menyebabkan kehancurannya.

 

REPUBLIKA

 

————————————-
Artikel keislaman di atas bisa Anda nikmati setiap hari melalui smartphone Android Anda. Download aplikasinya, di sini!

4 Produk Made in Israel beredar di pasar Indonesia

Konferensi Tingkat Tinggi negara-negara tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jakarta menghasilkan dua dokumen kesepakatan yaitu Resolusi dan Deklarasi Jakarta.

Resolusi berisi mengenai posisi kemerdekaan Palestina, sedangkan Deklarasi Jakarta berisi adanya langkah-langkah konkret OKI untuk memperjuangkan kebebasan Palestina. Salah satu poin dalam Deklarasi Jakarta adalah mengajak seluruh negara OKI untuk memboikot produk-produk milik Israel.

Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor produk-produk Israel. Dari pengakuan Kementerian Perdagangan, terdapat label bertuliskan ‘made in Israel’ di produk yang memang berasal dari negara tersebut dan dijual di pasar Indonesia.

Staf Khusus Kemendag Iman Pambagyo saat masih menjabat sebagai Direktur Kerjasama Perdagangan Internasional (KPI) tidak membantah kalau barang Made In Israel ada yang beredar di pasar Indonesia. Hal ini juga dianggap legal karena tidak ada pembatasan khusus perdagangan antara Indonesia dan Israel.

“Saya cuma dengar. Dengar ada barangnya dan saya tahu. Barangnya itu ya kemungkinan Made In Israel,” kata Iman ketika ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta.

Data dari kementerian Perdagangan menyebutkan bahwa neraca perdagangan Indonesia-Israel cukup positif. Tahun 2007, total perdagangan Indonesia-Israel mencapai USD 124.100 dan meningkat menjadi USD 116,4 juta pada tahun 2008. Tahun 2009, total perdagangan dua negara mencapai USD 91.613 juta dan kembali meningkat menjadi USD 117,5 juta pada tahun 2010.

Data tahun 2011 menunjukkan, total perdagangan Indonesia-Israel mencapai USD 69,6 juta. Dan hingga pertengahan 2012 sudah mencapai USD 79 juta.

Sementara, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor dari Israel ke Indonesia pada 2015 hanya tercatat sebesar USD 77 juta. Deputi Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Sasmito Hadiwibowo mengatakan jika Indonesia memboikot masuknya barang produk Israel, maka pemerintah bisa memproduksi sendiri atau bisa mengimpor dari negara lain.

Berikut merdeka.com akan merangkum apa saja produk yang sejauh ini tercatat berasal dari Israel.

1. Kurma
Badan Pusat Statistik (BPS) pernah mencatat bahwa pada Juni 2012 Indonesia mengimpor kurma dari Israel. Tercatat sebanyak 20,6 ton kurma masuk ke Indonesia.

Nilai perdagangan kurma tersebut, menurut BPS, mencapai USD 191.300.

2. Jeruk Shantang
Tidak hanya kurma, Indonesia juga mengimpor buah dari Israel. Jeruk Shantang asal Israel masuk Indonesia pada April 2012.

Tercatat sebanyak 0,666 ton Jeruk Shantang masuk Indonesia. Nilai perdagangan ini mencapai USD 709.

3. Mainan
Impor mainan dari Israel masuk dalam kategori jenis mainan lainnya atau bagian mainan (other toys and parts) dengan kode HS 9503009900.

Sepanjang 2013, Indonesia sudah mengimpor mainan asal Israel dengan total nilai USD 830 dengan berat 26 Kilogram. Impor mainan ini terus berlanjut pada Januari 2014 dengan nilai USD 358 dengan berat 14 Kilogram.

4. Produk logam dan bahan kimia
Deputi Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Sasmito Hadiwibowo, mengatakan rendahnya nilai impor dari Israel tersebut dikarenakan jenis produk yang bernilai murah, seperti kondensor, turbin kecil, bekas senjata berbahan tembaga dan alumunium, dan bahan-bahan kimia.

“Contohnya besi, di sana (Israel) mengirim kita besi bekas yang nanti kita olah lagi. Kalau kita boikot ya kita bisa produksi besi sendiri atau kita cari di negara lain,” imbuhnya.

 

 

 

MERDEKA

Yahudi Saat Ini Bukanlah Turunan Bani Israil

Saat ini, apakah anda mengetahui siapakah mereka yang di sebut dengan yahudi? Apa latar belakang mereka, bagaimana niat mereka untuk kuasai dunia? , berikut tulisan Ahmad Thomson, berkebangsaan Inggris, dan beliau seorang mualaf , memberikan gambaran secara jelas siapa itu yahudi.

Yahudi, yang diduga merupakan keturunan bani Israel yang menolak Isa dan Muhammad, (semoga rahmat dan kesejahteraan dilimpahkan kepada mereka), dimana penolakan mereka tersebut berlanjut hingga kini, terbagi dalam dua kelompok yaitu kaum Sephardim dan kaum Ashkenazim. Jumlah kaum Ashkenazim jauh lebih banyak dari kaum Sephardim. Asal usul mereka sangat berbeda satu sama lainnya.

Kaum Sephardim, pada umumnya adalah Yahudi yang sejak zaman dahulu telah tinggal di Afrika Utara, Timur Tengah dan Eropa Tenggara. Dan pada suatu masa mereka juga pernah tinggal di Spanyol pada zaman muslim berkuasa disana (711 A.D- 1609 A.D), namun mereka dimusnahkan ataupun terpaksa melarikan diri pada saat pendudukan Kristiani Trinitas pada tahun 1492 A.D. Setelah ini sesungguhnya tidak ada lagi kaum Sephardim yang tinggal di Spanyol, dan banyak dari mereka yang tinggal di Afrika Utara, Timur Tengah dan Eropa Tenggara dikenal sebagai Yahudi yang berasal dari Spanyol ataupun keturunannya bukan sebagai keturunan Yahudi yang tinggal di wilayah tersebut diatas sejak zaman Musa dan Isa ataupun pada masa sebelumnya dari suku bani Israel.

Sangatlah jelas bahwa asli dari ‘Yahudi Spanyol’ adalah orang-orang yang bermigrasi dari Eropa tenggara, Timur tengah dan Afrika Utara selama pemerintahan muslim di Spanyol-namun seperti yang akan kita lihat nanti, Insya Allah-kemungkinan beberapa Yahudi dari Spanyol bukanlah imigran Sephardic dari timur, melainkan Yahudi Ashknazi dari Utara. Sejak saat itu Yahudi Ashknazi dikenal sebagai Yahudi bukan keturunan bani Israel, namun keturunan dari ‘Yahudi Spanyol’ bukan Yahudi Sephardic-walaupun pada masa ini mereka dikenal dengan nama tersebut.

Ashkenazi pada umumnya adalah Yahudi dari abad ke delapan dan seterusnya tinggal di Eropa dan terakhir di Amerika. Tidak dapat disangkal bahwa Yahudi Ashkenazi bukanlah keturunan bani Israel asli. Arthur Koestler menyebut mereka, ‘bani yang ke tiga belas’ dalam bukunya

Singkatnya, kisah Ashkenazi adalah sebagai berikut:

Pada abad ketujuh A.D. terdapat suku Turky yang dikenal kaya dan mempunyai kekuasaan yang besar di sekitar laut mati dan laut Kaspia. Mereka dikelilingi oleh Kristiani Eropa dari utara, dan oleh Muslim dari selatan. Untuk menjaga keamanan kerajaan mereka, dan untuk alasan kebijaksaan politik semata dan bukanlah alasan-keagamaan-pemimpin mereka memutuskan bahwa seluruh suku Khazar harus menganut agama Yahudi, dengan alasan Kristiani Eropa tidak akan mengganggu mereka jika mereka menyembah Tuhan, begitu juga kaum muslimin akan memperlakukan mereka sebagai ‘ahli kitab’, dan juga tidak akan mengganggu mereka.

Alasan lainnya, jika mereka memilih Kristiani atau Muslim, tentunya mereka akan terlibat di dalam pertikaian yang sudah ada diantara Kristiani Eropa dan Muslim-sehingga memilh agama Yahudi adalah jalan yang paling aman bagi mereka.

Michael Rice menggaris bawahi asal usul dan sejarah Khazars di dalam bukunya Keturunan Palsu, dalam kalimat berikut:

Khazar adalah salah satu suku Turki yang pindah kearah barat sebagai konsekuensi dari adanya tekanan besar di Asia, dimulai dengan menetap di sebelah Utara kerajaan Byzantine, dalam pertengahan abad pertama millennium AD. Kedatangan mereka disebabkan oleh adanya invasi Mongol. Khazar pertama kali muncul di Rusia Selatan, di wilayah antara Kaukasus, Don dan Volga; kemudian mereka mulai memperlihatkan sifat nomadennya dan mulai berusaha untuk mendapatkan kedudukan di dalam pemerintahan.

Khazar, suku ini hidup dengan makmur. Akibatnya Byzantin dan kerajaan Muslim mulai tertarik dengan mereka dan pada kenyataannya tidaklah mudah bagi satu sama lainnya untuk melakukan komunikasi.Kedua kekuatan ini baik kristiani Eropa maupun Muslim sama-sama menekan kaum penyembah berhala ini (Khazar) untuk menerima ajaran agama mereka yang masing-masing meyakini bahwa agama merekalah yang paling benar. Kaum Khazar dikenal sebagai orang-orang yang pandai, yang sangat cemas akan kondisi yang ada sehingga mereka tidak memilih salah satu agama baik dari Kristiani Eropa maupun dari Muslim.Karena jika mereka memilih salah satu dari kekuatan besar ini, artinya mereka akan mengasingkan kekuatan yang lain. Sehingga Khazar mulai mencari solusi untuk memecahkan masalah ini. Solusi tersebut adalah dengan menganut agama Yahudi dengan harapan bisa menghindarkan tekanan dari kedua kekuatan besar mereka.

Khazar melakukan penelitian secara mendalam agama apakah yang dapat diterima oleh kedua kekuatan besar Kristiani dan Muslim sebagai agama yang terhormat dimana masalah ini tertulis di dalam Korespondensi Khazar. Didalam korespondensi Khazar ini dilaporkan bahwa utusan Muslim yang datang kepada mereka untuk merubah agama mereka menjadi Islam, mereka mengajukan pertanyaan, ‘ Agama mana yang anda lebih hargai, Yahudi atau Kristiani? Tanpa ragu-ragu Muslim menjawab agama Yahudi. Sebaliknya mereka juga bertanya kepada kaum Byzantin, yang mempromosikan agama Kristen orthodox, ‘Agama mana yang anda lebih hargai, Yahudi atau Islam? Kaum Kristiani dengan serentak menjawab, ‘ Yahudi’. Oleh karena keputusan segera dibuat dan Khazars resmi menjadi Yahudi.

Karena itulah dalam waktu relatif singkat, seluruh khazar menjadi Yahudi, walaupun tidak ada satupun nenek moyang mereka yang pernah tinggal di tanah suci, dan tidak ada satupun dari mereka yang berasal dari keturunan bani Israel yang mendapatkan ajaran Musa secara langsung.

Sangat jelas bahwa kelompok Yahudi Eropa ini tidak pernah dapat mengakui bahwa mereka mempunyai garis keturunan dengan Yahudi yang pernah tinggal di tanah suci ataupun disekitarnya. Mereka sesungguhnya mempunyai posisi yang sama dengan kaum Kristen Eropa, yang menjadi Kristen karena agama dan ketaatan terhadap agama, namun bukan keturunan Kristen dari bani Israel yang pernah tinggal di tanah suci ataupun disekitarnya.

Selanjutnya, seperti lazimnya agama Kristen di Eropa yang sangat jauh dari ajaran Isa yang asli, begitu juga ajaran agama Yahudi yang dipeluk oleh Khazar bukanlah ajaran asli Musa

 

ERA MUSLIM

Mengapa Saya, Kamu dan Kita Semua Harus Membela Palestina?

Suara sumbang kerap ditujukan kepada para aktivis Pro Palestina dengan mengatakan, “Ngapain jauh membela Palestina, di sini saja banyak yang perlu di bantu”. Berikut ini 10 alasan syar’i, kenapa kaum Muslim harus membela saudara-saudara Muslim yang ada di Palestina :

1. Kaum Muslimin sedunia adalah saudara seiman.

Allah berfirman:” Sesungguhnya orang-orang yang beriman tak lain adalah saudara”.(QS. Al-Hujurat:10) .
Sudah tentu dengan firmannya itu Allah Maha Tahu bahwa orang mukmin di dunia ini tidaklah terkategori dalam tiga penjuru persaudaraan nasab dekat yaitu ke atas (ayah/ibu dst), sederajat (kakak/adik) , ke bawah (anak, cucu dst) barangkalai mereka baru ketemu nasab di umatnya nabi Nuh yang selamat. Walaupun begitu Ia menyatakan bahwa mereka adalah saudara yaitu saudara seiman. Rasulullah menegaskan dengan sabdanya: “Setiap Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya” (HR. Bukhari no: 2262 dan Muslim no: 4650). Dan tak satupun ulama yang berpendapat bahwa persaudaraan tersebut adalah persaudaraan nasab bukan iman.Bila demikian, maka poin ke dua di bawah ini adalah hak saudara yang harus ditunaikan saudara yang lain.

2. Membebaskan saudara dari sasaran kedzaliman adalah wajib, bahkan dari berbuat kedzaliman.
Sedangkan membiarkannya berarti terancam laknat Allah Yang menjadi dasar dari kewajiban ini adalah terusan hadis di atas, dimana selengkapnya Nabi bersabda: “Setiap Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak berbuat dzalim kepadanya juga tidak membiarkannya tersakiti/terdzalim i”. Dasar lain yang cukup populer adalah sabda Rasul : “Tolonglah saudaramu dalam kondisi dzalim maupun didzalimi” (HR. Bukhari no:2263) Dalam shahih Muslim diterangkan tentang maksud hadis tersebut, di mana Nabi bersabda: “Jika dia berbuat dzalim, maka kau cegah dia dari kedzalimannya itu, itulah yang disebut menolongnya. Tetapi bila ia didzalimi maka wajib pula bagi yang lain untuk menolongnya terbebas dari kedzaliman itu” (HR. Muslim , no:4681). XII,463.

Saudara kita Muslimin di Gaza Palestina adalah korban kedzaliman yang sangat keji sepanjang sejarah dunia modern” ini. tak ada alasan bagi kaum Muslimin dunia untuk tidak membela mereka semaksimal mungkin. Bila tidak, Ibnu Abbas telah meriwayatkan dari Rasulullah sebuah hadis qudsi dimana Allah befirman: “Demi keperkasaanku dan keagunganku, sungguh aku akan membalas orang dzalim di dunia maupun akhirat dan sungguh aku juga akan membalas dendam orang yang menyaksikan orang yang terdzalimi sementara ia mampu menolongnya kemudian ia tidak membelanya” (HR. Thabrani dan Hakim)

3. Jihad fisik adalah fardhu kifayah saat cukup dengan sebagian, bila tidak adalah fardhu ‘ain.

Pada saat ini sungguh nyata bahwa bila kaum Muslimin di Gaza dibiarkan bertumpu pada kekuatan dan potensi sendiri, jelas tidak seimbang dari berbagai sisi, personil, senjata maupun logistik. Israel Defence Forces (IDF, angkatan bersenjata Israel) memiliki 176 ribu infanteri bersenjata lengkap. IDF juga mendapat dukungan serangan udara dari 286 helikopter serbu, dan 875 jet tempur berkecepatan supersonik. Juga, 2800 tank dan 1.800 senjata artileri (meriam, rudal, peluncur roket) yang semuanya on load (siap digunakan).

Sebaliknya, Hamas hanya berkekuatan maksimal 20.000 pejuang. Tanpa pesawat tempur, jet, atau helikopter patroli satu pun. Mereka hanya memakai roket Al Banna dan Al Yaasin, modifikasi rudal PG-2 Rusia yang mampu menghancurkan tank Merkava dalam radius 500 meter. Roket lainnya, yang juga hasil modifikasi, maksimal hanya bisa meluncur 55 kilometer. Itu hanya cukup sampai Kota Sderoth, yang bukan jantung komando Israel.

Kurang lengkapkah penderitaan dan keprihatinan kondisi saudara kita di sana untuk mengubah hukum fardhu kifayah menjadi fardhu ‘ain? Jelas berlebih. Maka fardhu ‘ain bagi setiap Muslim untuk berjihad untuk membantu saudaranya itu sesuai kemampuan maksimal masing-masing. Bagi yang mempunyai potensi fisik, sarana dan skill, maka –selama memungkinkan- wajib bergabung dengan saudaranya di Gaza. Yang lain wajib saling melengkapi, antara yang berkemampuan secara fisik maupun perbekalan/biaya. (Lihat: Ibn Hajar, Fath al-Bari :IV, 431, Al-Nawawi, Syarh Shahih Muslim : VI, 335, Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, II,621)

4. Mengenyahkan kemungkaran adalah wajib.

Rasulullah bersabda: “Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangan/kekuasaannya , jika tidak mampu maka dengan lisannya dan bila tidak bisa maka dengan hatinya dan yang demikian adalah (indikasi) selemah-lemahnya iman” (HR. Muslim no:70)

Itulah perintah Nabi untuk menyikapi kemungkaran secara umum, sedangkan yang terjadi di Gaza tak sekedar kemungkaran biasa, tetapi adalah kekejian (fahisyah) alias kemungkaran tingkat tinggi.

5. Orang mukmin harus membantu tetangganya yang membutuhkan.
Dalam rangka solidaritas kepada tetangga untuk urusan perut Rasulullah bersabda: “Tidaklah beriman kepadaku orang yang tidur malam dalam kondisi kenyang sementara tetangganya kelaparan dan ia mengetahuinya” (HR. Thabrani dan Hakim). Bagaimana dengan urusan nyawa? Masih adakah sisa keimanan bila seorang Muslim sengaja tidak berjibaku untuk membantu?

6. Israel adalah perampok wilayah kaum Muslimin Palestina secara nyata tanpa diragukan sedikitpun.

Terlalu banyak catatan sejarah pencaplokan Israel terhadap tanah Palestina sejak 1946 hingga saat ini

7. Israel memproses pengambilalihan dan penghancuran Masjid al-Aqsa, warisan Islam.
Masjid Al-Aqsa adalah salah satu bangunan yang menjadi bagian dari kompleks bangunan suci di Kota Lama Yerusalem (Yerusalem Timur) atau dikenal Al-Haram asy-Syarif.

Nabi Muhammad SAW diangkat ke Sidratul Muntaha dari lokasi ini pada tahun 621 Masehi, menjadikan masjid ini sebagai tempat suci di Islam (lihat Isra’ Mi’raj.)

Masjid Al-Aqsa yang dulunya dikenal sebagai Baitul Maqdis, merupakan kiblat shalat umat Islam yang pertama sebelum dipindahkan ke Ka’bah di dalam Masjidil Haram. Umat Muslim berkiblat ke Baitul Maqdis selama Nabi Muhammad mengajarkan Islam di Mekkah (13 tahun) hingga 17 bulan setelah hijrah ke Madinah. Setelah itu kiblat shalat dipindah ke Ka’bah (di Masjidil Haram, Mekkah) hingga sekarang.

Masjid yang direnovasi oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Kekhalifahan Umayyah (Dinasti Bani Umayyah) pada tahun 66 H ini akhirnya disepakati menjadi warisan suci kaum Muslim sedunia. Karena itulah, tatkala kaum Yahudi berusaha membakarnya tanggal 21 Agustus 1969 telah mendorong berdirinya Organisasi Konferensi Islam (OKI), saat ini beranggotakan 57 negara. Pembakaran tersebut juga menyebabkan sebuah mimbar kuno yang bernama “Shalahuddin Al-Ayyubi” terbakar habis.

8. Israel telah Membunuh Banyak Nyawa Kaum Muslim dan Warga Palestina lain.
Dalam sejarahnya pendirian Negara Israel (14 Mei 1948), kaum Yahudi ini tak pernah kering dari genangan darah dan air mata warga Palestina.

9 April 1948, Menachem Begin memimpin pasukan Irgon Israel menyerang desa Der Yasin dan melakukan pembantaian warga desa di sana. Dalam aksi ini, Zionis-Israel membantai lebih 254 orang Palestina laki-laki, wanita dan anak-anak (dalam sebagian riwayat disebutkan jumlahnya lebih 360 orang dari jumlah total penduduk desa 600 jiwa) secara keji dan biadab.

Sebagian besar jasad korban dibuang ke dalam sumur-sumur yang ada. Bergabung dalam pembantaian itu, dua geng “teroris” Yahudi, Shtern yang dipimpin oleh Yizhak Samer yang mewarisi Menachem Begin menjadi PM Israel di awal tahun 80 an dan kelompok “teroris” Yahudi, Hagana dengan pimpinan David Ben Gorion. Geng-geng Yahudi tersebut dibentuk dengan nama “pertahanan Israel”.

Menachem Begin, yang kemudian diangkat menjadi Perdana Menteri Zionis Israel 1977 -1983 bahkan diberi hadiah Nobel perdamaian. Ia sempat mengungkapkan kebanggaannya dengan pembantaian ini, serta menganggapnya sebagai alasan penting dalam pendirian negera Yahudi dan pengusiran Arab (Palestina).

Begin mengatakan, “…Orang-orang Arab mengalami goncangan dahsyat tanpa batas setelah berita (pembantaian) Der Yasin. Mereka mulai melarikan diri guna menyelamatkan nyawa-nyawanya… , dari 700 ribu jumlah orang Arab yang tinggal di Israel sekarang tidak tersisa kecuali 165 ribu saja” … “apa yang terjadi di Der Yasin dan apa yang diberitakan tentangnya telah membantu pelempangan jalan kita untuk menggapai kemenangan di dalam pertempuran sengit di arena perang. Legenda Der Yasin telah membantu kita secara khusus menyelamatkan perang Haifa” … “pembantaian Der Yasin memiliki dampak dan pengaruh luar biasa dalam jiwa orang-orang Arab (Palestina) yang menyamai 6 kebahagian serdadu-serdadu.

Kasus pembantaian seperti di Der Yasin terjadi berulang-ulang di desa-desa Arab (Palestina) lainnya saat terjadi perang tahun 1948. Kasus serupa terjadi di Thantura, Nashiruddin, Bet Daras dan yang lainnya. Seorang sejarawan Israel yang juga seorang peneliti dalam militer Israel kala itu, Aryeh Yeshavi telah mengakui hal itu dengan mengatakan, “Jika kita total fakta-fakta dan realita kita mengetahui bahwa pembantaian Der Yasin terjadi terlalu jauh dari tabiat yang semestinya guna menduduki desa Arab, terjadi pernghancuran terbanyak jumlah rumah di dalamnya. Dalam aksi-aksi ini telah dibunuh banyak sekali wanita, anak-anak dan orang tua.”

6 Februari 2001, Tatkala Ariel Sharon menjadi Perdana Menteri, menggantikan Ehud Barak, Mantan Menteri Pertahanan Israel tahun 1982 itu, membantai 2.000 lebih pengungsi Palestina di Sabra dan Satila.

5 Maret 2002, pusat Rehabilitasi Tuna Netra al-Nur, yang didirikan dan dijalankan oleh PBB dan satu-satunya sekolah untuk anak tuna netra di Gaza, dibom. Menteri Pendidikan Palestina mengungkap bahwa 435 anak-anak tertembak mati antara September 2000 dan Maret 2002, 150 di antaranya anak-anak usia sekolah, dan 2402 anak-anak terluka.

Tahun 2006, Sharon juga terlibat mengerahkan 90.000 tentara Israel ke Libanon, yang didukung 1.200 truk, 1.300 tank, dan 634 pesawat tempur dengan peralatan canggih. Dalam tempo satu pekan, sebanyak 200.000 penduduk Libanon kehilangan tempat tinggal, 20.000 orang mengalami luka-luka, dan ribuan terbunuh.

9. Israel Pelangggar Perjanjian dan Konvensi Paling Utama.

Entah ada berapa kali perjanjian damai antara Israel dan Palestina selalu dikhianati Israel. Semua rancangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan Amerika Serikat (AS) semua berantakan gara-gara ulah Israel yang selalu mengabaikan resolusi apapun. Israel tetap melakukan pelanggaran dan senantiasa meneruskan membunuh dan pengusiran warga Palestina demi perluasan wilayah.

Yang tidak banyak orang tahu, jumlah resolusi yang diabaikan oleh Israel telah mencapai 69 buah. Bayangkan seandainya satu Negara Islam mengabaikan 1 resolusi PBB, apa yang akan dilakukan oleh Amerika?

10. Israel Sumber Agresor & Kerusakan.
Israel berada di belakang Amerika dan Uni Eropa dalam menolak kemanangan Hamas setelah memenangkan Pemilu secara demokratis bulan Januari tahun 2006. Bersama Amerika pula, Israel memasukkan Harakah Muqowamah Al-Islamiyah (Hamas) sebagai kelompok-kelompok “teroris”. Israel juga berada dibalik pelarangan setiap bentuk dialog dengan Hamas, meski kelompok ini menang Pemilu, sebagaimana diinginkan dunia Barat dan Eropa.

Sikap Amerika dan negara-negara Eropa dan Israel yang menolak Hamas menunjukkan betapa perdamaian dan demokrasi yang seringkali dielu-elukan Barat selama ini hanyalah sekedar slogan, tidak lebih. Mereka menggembar-gemborka n perdamaiandan demokrasi tetapi mereka menghianatinya sendiri. Kasus serupa juga terhadi di Aljazair tahun 1991 dan Somalia, ketika Islam memenangkan suara.

Al-Quran sangat jelas menyebut karakter “aggressor” dan ulah pembuat kerusakan ini. Sebagaimana firman Allah, “Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israel dalam Kitab itu: Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali, dan pasti kamu akan meyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.” [QS. al-Isra’: 4].

[islamedia]

Dua Macam Doa

Doa adalah salah satu cara seorang hamba menyampaikan keinginan terhadap sesuatu atau hal apapaun yang ingin disampaikan kepadaa Allah subhanhau wa ta’ala. Daan sangat dianjurkan untuk memperbanyak doa. Karena Allah senang dengan  hamba-Nya yang selalu berdoa kepadanya-Nya.

Dalam buku Ensiklopedia Islam Al Kamil yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijiri dijelaskan bahwa doa terbagi menjadi dua macam, yaitu doa Ibadah dan doa permintaan. Yang mana antar satu dengan lainnya saling berkaitan.

1.  Doa Ibadah.

Doa ibadah adalah tawassul kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk meraih apa yang diminta, menolak yang dibenci atau menyingkirkan bahaya dengan cara mengiklaskan ibadah hanya kepada-Nya saja. Firamn Allah subhanahu wa ta’ala,

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (QS. Al Anbiya: 87-88)

2. Doa permintaan.

Doa permintaan adalah permohonan sesuatu yang bermanfaat bagi yang berdoa untuk mendapatkan manfaat atau menolak bahaya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala, “(Yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,”(QS. Ali Imran: 16)

Dan ketahuilah bahwa semua doa adalah senjata. Senjata bisa ampuh degan kekuatan sabetan dari pemakainya, bukan hanya karea factor tajamnya senjata, tetapi juga didukug dengan kondisi senjata yang sempurna, tidak cacat, seperti badan yang kekar dan tangan yang sangat kuat.

Doa sebagai senjata orang beriman akan bermanfaat sesuia dengan kondisi fluktuasi keimanannya, sesuai kadar kuatnya keyakinan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. keistiqamahan dalam menjalani perintah-Nya dan kesungguhan menjunjung tinggu kalimat-Nya, maka saat itulah doa akan terkabulkan.

Sumber: Ensiklopedia Islam Al Kamil yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijiri. Bagian kedua fikih dan ash sunnah. Dua macam doa. Hal 361-362).

 

REPUBLIKA

Menelusuri Jejak Manusia Makrifat

Riwayat dari Hudzaifah ra, berkata. Rasulullah saw, bersabda,” “Ikutilah jejak orang-orang setelahku dari para sahabatku: Abu Bakr dan Umar dan mintalah petunjuk pada Ammar, dan berpegang teguhlah padajanji Ibnu Mas’ud.” (Hr. Tirmidzi dan al-Hakim.)

Rasulullah saw, telah memerintahkan agar mengikuti jejak dua tokoh besar, Sayyidina Abu Bakr as-Shiddiq dan Sayyidina Umar bin Khothob ra, serta mencari kebenaran dan petunjuk dari Ammar ra, karena ia meninggal dengan cintanya yang agung pada kerabatnya, Sayyidina Ali KW.

Rasul saw, juga menegaskan agar tetap kokoh dengan janji, sebagaimana Ibnu Ummi Abd ra, memegangnya. Dalam hal inilah tumbuh hikmah terpadu antara cinta sahabat dan keluarga Nabi. Rahasia yang dijumpai dalam diri para arifun yang berselaras. Dan Nabi saw, menjadikan kebenaran mengikuti jejaknya dengan cara mengikuti jejak dua tokoh besar semoga Allah meridhoi keduanya, dan mengintegrasikan dua kekuatan dengan memegang teguh janji.

Apabila seorang hamba mengikuti jejaknya maka ia akan dapat petunjuk. Dan siapa yang mendapatkan petunjuk berarti telah memegang teguh janjinya Allah swt. Disinilah dimengerti bahwa kemarifatan itu tidak lain adalah dengan cara demikian? Siapa yang meraih petunjuk melalui petunjuk Nabi Muhammad saw, dan mengikuti jejaknya, berpegang teguh dengan janjinya, maka ia telah menghadap Allah Taala dan mengesampingkan yang lainnya.

Dalam hadits disebutkan, bahwa Allah swt berfirman, “Wahai dunia! Apakah seseorang yang berbakti kepadaku itu pembantuKu, dan apakah orang yang berbakti kepadamu itu telah berbakti kepadaKu?”

Maka, bukan disebut orang yang bercita luhur, adalah orang yang sibuk dengan sesuatu yang didalamnya ada pengaruh hawa nafsu.

Dalam karakteristik Nabi saw. Yang luhur dan mulia, Allah swt berfirman:

“Matahati tak pernah menyimpang dan tak pernah khianat.”

Seorang hamba tak pernah sampai kepada Allah swt, sampai dirinya putus dari hasrat-hasrat duniawi dan apa yang ada di dalamnya, berupa kemewahan dan kenikmatannya, santai dan kesenangannya, bahkan sampai ia harus melampaui kesenangan interaktif kemakhlukan berupa indahnya pergaulan dan pujian dari mereka.

Allah swt menciptakan semua itu sebagai ujian bagi orang yang ingin menyendiri (dari segala hal selain Allah swt.), hingga ketika ia berpaling pada selain Allah, akan tercela dalam pengakuannya, lalu ia terlempar dalam wadah kerugian besar. Maka, betapa banyak mereka yang ter-Istiqdroj karena nikmat, terhijab dari Sang Khaliq, alpa dari kebenaran, bodoh terhadap pengetahuan jiwa, pagi hingga sore dalam kerugian demi kerugian dan siksaan. Tampaklah pada dirinya dari sisi Arasy, sesuatu yang menyiksa padanya yang belum pernah mereka duga.

“Dan jelaslah bagi mereka adzab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan.” (Az-Zumar: 47)

Di antara cita yang luhur antara lain apa yang dikatakan kepada abu Abdullah: “Jika Allah memberikan kepadamu dunia seisinya, apa yang anda lakukan?”

“Kalau bisa, akan aku jadikan satu suapan, kemudian aku timpakan pada mulut si kafir, pasti akan aku lakukan!” jawabnya.

“Kenapa?”

“Karena Allah swt marah pada orang kafir dan pada dunia secara bersamaan. Lalu aku pun bebuat demikian, agar menimpa pada masing-masing yang terkena amarah.”

Lalu beliau mengisahkan kisah yang bernar, bahwa seorang raja Hirah (nama sebuah kota) mengutus untuk mengirimkan tujuh kantong berat berisi gandum. Ketika itu Syeikh sedang berada di Hirah dengan para muridnya, lantas makanan disajikan oleh para pembantunya.

Syeikh Abu Abdullah berkata padanya, “Kasihkan semuanya yang ada (tersisa) kepada seluruh orang miskin. ”

“Tidak mungkin, semua pintu tertutup,” kata sang pembantu.

“Kalau begitu bawa saja ke orang-orang Majusi yang jadi tetangga kita” kata Syeikh.

“Saya takut ancaman siksa Allah Taala karena meninggalkan perintahNya..”

Toh kami akhirnya mmberikan juga kepada kaum Majusi. Tiba-tiba dini hari mereka datang dan bertanya, “Apa hikmah pemberian anda pada kami, padahal kami berbeda dan kontra dengan anda?”

“Dunia itu musuh Allah. Dan orang kafir juga musuh Allah. Seorang pecinta tak akan mendekat pada kekasihnya, hingga kekasihnya menjauhi musuhnya.”

Akhirnya mereka itu masuk Islam semuanya di hadapan Syeikh.

Suatu hari sebagian para penempuh Jalan Sufi sedang berjalan di pelosok, tiba-tiba dirinya berbicara untuk suatu hajat, ternyata ia sudah ditepi sumur. Lalu ia lembarkan bejana air ke dalamnya untuk kepentingan minum. Namun ketika bejana keluar, sudah dipenuhi dengan emas. Bejana itu pun ia lempar ke dalam sumur sembari berkata, “Oh Tuhan Yang Maha Agung, aku tidak ingin selain diriMu”

Ammar al-Qurasy ra mengatakan, “Suatu hari aku di pesolok desa, aku ingin memanggil karena suatu kebutuhan mendesak. Kuambil sapu tangan dari guruku, lalu kusobek dua belah. Aku pakai separo, dan aku basahi satu lagi. Yang terjadi malah muncul konflik dalam diriku soal kebutuhanku. Tiba-tiba seluruh desa itu menjadi perak semua. Aku pun berlalu sembari munajat, “Ilahi, aku mohon perlindungan darimu atas kehendak selain padaMu”

Nabi Isa as, berkata, “Betapa eloknya bagi seseorang yang mengingat Allah, dan tidak ingat selain Allah swt. Betapa bagusnya seseorang yang takut kepada Allah dan tidak takut selain Allah. Baguslah seseorang yang memohon pada Allah dan tidak meminta kecuali kepada Allah swt.”

Imam Zainul Abidin Ali bin al-Hasan ra, mengatakan, “Ketika aku berada di tempat Abu Abdullah al-Husain as, kubaca sebagian kitab. Di tangannya ada sebilah gelati. Kulihat ada hurup yang salah, lalu kukatakan, “Coba pisaumu, akan kugunakan membenarkan huruf ini.”

Aku dapatkan pisau itu, dan ketika sudah selsai tugasku, kukembalikan.”Wahai Ali, jangan ulangi lagi seperti ini, anda akan terjatuh pada hinanya permintaan dan rendahnya cita-cita.!”

Diriwayatkan bahwa Nabi saw, bersabda kepada Tsauban ra, “Wahai Tsauban jangan minta tolong kepada orang.” Maka Tsauban, jika cambuknya jatuh dari tangannya, ia tak pernah meminta tolong pada seseorang, dengan mengatakan “Ambilkan cambuk itu” hingga ia sendiri turun dan mengambilnya.

Suatu hari seseorang sedang meminta mata uang Kisrah pada Sufyan ra, lalu orang itu diberi Dinar. Ia pun menanyakan kenapa diberi Dinar? Sufyan menjawab, “Jika dia tidak mengenal kadar dirinya, maka aku tidak meminta kehormatan diriku. Namun jika ini semua meninggalkan cita yang luhur, maka aku tidak meminta kemurahan.”

Cita-cita kaum Arifin

Cita-cita kaum arifin bersambung dengan cintanya kepada Ar-Rahman, sedangkan hatinya memandang pada tempat-tempat kemuliaan dari Sang Maha Mulia. Tak ada istirahatnya di dunia, tanpa keluar dari dunia.

Hubaib al-Ajamy ra banyak muncul terlihat pada hari Tarwiyah di Bashrah, sedngkan di hari Arafah ia berada di Arafah. Lantas ditanyakan padanya, “Itu hanya sedikit sekali dari terbangnya Ahli Cita Luhur Ilahi” jawabnya.

Ali Karromallahu Wajhah masuk masjid Rasulullah saw. Lalu melihat orang pelosok di masjid sedang bermunajat, “Ilahi, aku hanya ingin sedikit saja kesenangan dariMu.”

Beliau juga melihat Abu Bakr ash-Shiddiq ra, sedang bermunajat, “Ilahi, aku hanya ingin padaMu”

Maka jauhlah berbedaan cita-cita jiwa mereka. Masing-masing membubung dengan citarasanya. Jika telah sampai pembubungan cita itu sampai pangkalnya, ia berhenti dan tidak lagi terbang melewati.

Allah swt berfirman, “Katakan, masing-masing beramal menurut format kemampuannya” (Maksudnya menurut niat dan cita luhurnya.)Abu Yazid al-Bisthamy ditanya, “Aku dengar anda berjalan di atas air dan terbang di atas udara.”

“Orang beriman lebih memuliakan Allah Azza wa-Jalla ketimbang langit sap tujuh. Apa yang perlu dikagumi dari sekadar berjalan di air dan terbang di udara, seperti posisi burung dan ikan hiu?”

Suatu ayat, “Mereka itulah yang bergegas dalam kebaikan.” Dibacakan di hadapan Ibnul Mubarok, lantas beliau berkata, “Bukan dimaksudkan adalah bergegasnya fisik, atau bergegas meraih amal. Tetapi dimaksud adalah cita-cita yang mendahului cita-cita dalam segala kebajikan dan kehendak.”

Sebagian arifin mengatakan, “Kasihan sekali mereka yang beralparia. Mereka sibuk dengan memperbanyak amal, mereka memperbesar dan berbangga dengan amal. Bagi orang arifin, melakukan amaliyah sebanyak amal seluruh penghuni langit dan bumi dari zaman Azali sampai kekal abadi nanti, maka amaliyah itu masih terasa kecil dan lebih rendah di mata mereka disbanding kecilnya atom di langit dan di bumi.”

Nabi saw, bersabda: “Janganlah kalian merasa banyak taat, dan janganlah kalian merasa sedikit dosamu.”

Suatu saat Nabi Musa as melewati pantai sepanjang laut. Lalu ia bermunajat, “Tuhanku, lelah sekali kedua dengkulku, dan berat sekali punggungku. Oh Kekasihku, apa yang hendak kau berlakukan padaku ini?”

Allah pun mengutus binatang Trenggiling untuk menjawabnya.”Wahai anak Imran, apakah kau berharap pada Tuhanmu, dengan ibadahmu padanya? Bukankah Allah telah memilihmu dan berbicara padamu, dan membuatmu dekat dan bermunajat padaNya? Demi Yang menciptakanku dan Melihatku, sesungguhnya aku berada di padang sahara ini sejak 360 tahun, selama itu aku bertasbih siang malam, sedikit pun aku tidak berpaling dariNya. Dan sejak tiga hari lalu aku tidak makan. Bahkan setiap saat gemeterlah tulang-tulangku karena Maha BesarNya.”

Abu Said Abul Khair ra menegaskan, “Suatu hari aku menuju pelosok desa, rasa lapar benar-benar mencekam. Nafsuku meronta agar memohon kepada Allah Taala, lalu kukatakan, “Itu bukan perilaku orang yang tawakkal.” Lalu nafsuku menuntutku agar bersabar. Namun ketika aku berhasrat untuk kedua kalinya, ada bisikan lembut:

Adakah ia bodoh bahwa Kami lebih dekat?

Kami tak pernah menelantarkan siapa yang dating kepada Kami.

Abu Said ingin memohon sabar

Seakan Kami tak melihatnya dan tidak tahu.

 

INILAH MOZAIK

Inilah Alasan Nabi SAW Melarang Kita Mendekati Anjing

Lebih dari 1400 tahun yang lalu, Nabi Muhammad SAW telah menyarankan untuk tidak bersentuhan dengan anjing dan air liurnya. Karena pada setiap harinya, anjing sering menjilati tubuhnya. Inilah yang memindahkan kuman-kuman pada kulit, mulut, dan air liurnya. Dengan begitu, anjing berbahaya terhadap kesehatan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila anjing menjilat wadah seseorang, maka keriklah (bekasnya) lalu basuhlah wadah itu tujuh kali.” (HR. Muslim).

Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang memegang anjing, maka pahala amal (ibadah)nya setiap hari akan berkurang satu qirath, kecuali anjing penjaga atau anjing peliharaan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dikutip dari Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadis bahwa hadits pertama dan kedua mengisyaratkan perintah untuk mengerik wadah bekas jilatan anjing dan haram mendidik anjing untuk kepentingan yang tidak mendesak. Ilmu pengetahuan telah berhasil menemukan beberapa kesimpulan yang mencengangkan berkaitan dengan kenajisan anjing.

dr Al-Isma’lawi Al-Muhajir mengatakan, bahwa penemuan baru dalam kedoketeran menguatkan apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketika itu, para dokter mengingatkan untuk berhati-hati saat menyentuh anjing dan mencandainya. Begitu pula untuk waspada jika terkena cairan-cairan yang keluar darinya berupa air liur yang dapat mengakibatkan buta.

Para dokter spesialis hewan mengungkapkan, bahwa mendidik anjing dan berinteraksi dengan cairan-cairan yang keluar darinya berupa kotoran, air kencing, dan lain sebagainya, dapat menularkan sebuah virus yang disebut tocks characins. Virus ini dapat mengakibatkan kaburnya penglihatan dan kebutaan pada manusia.

Setelah melakukan pemeriksaan terhadap 60 ekor anjing, dr. Ian Royt, seorang dokter spesialis hewan di London, Inggris menyimpulkan, bahwa seperempat binatang tersebut membawa telur-telur ulat di cairan-cairan yang keluar darinya. Ia menemukan 180 sel telur ular dalam satu gram bulunya.

Jumlah ini lebih banyak dibandingkan yang ditemukan di lapisan unsur tanah. Seperempat lainnya membawa 71 sel telur yang mengandung jentik-jentik kuman yang tumbuh berkembang. Tiga di antaranya dapat matang cukup dengan menempelkannya pada kulit.

Laporan para ahli yang dipublikasikan oleh surat kabar di Inggris Daily Mirror menyatakan sel-sel telur dari ulat ini sangat lengket dengan panjang mencapai 1 milimeter. Ia akan berpindah dengan mudah saat bersentuhan dengan anjing atau mencandainya. Ia akan terus tumbuh berkembang dnegan pesat pada bagian yang terletak di belakang mata.

Sebagai langkah antisipasi, para dokter menganjurkan untuk membasuh kedua tangan dengan baik, sebelum makan dan setelah bermain dengan anjing. Ini terutama ketika data statistik di Amerika Serikat menyebutkan bahwa terdapat 10 ribu orang yang terkena virus ulat tersebut, kebanyakan adalah anak-anak.

Menurut dr. Abd Al-Hamid Mahmud Thahmaz, secara ilmiah, anjing dapat menularkan berbagai macam penyakit yang membahayakan. Karena, ada ulat-ulat yang tumbuh berkembang biak di dalam ususnya. Ulat itu mengeluarkan telur-telur bersamaan dengan keluarnya kotoran anjing. Ketika anjing menjilati pantatnya, maka telur-telur ulat tersebut akan berpindah padanya.

Kemudian dari jilatan anjing inilah, telur-telur ulat itu akan berpindah pada wadah, piring, dan tangan para  pemiliknya. Di antaranya ada yang masuk ke dalam perut, lalu menuju ke pencernaan. Kemudian kulit telur-telur itu terkelupas dan keluarlah anak-anak ulat yang langsung bercampur baur dengan darah dan lendir.

Membasuh jilatan anjing harus dengan tanah, mengapa?

Para dokter mengemukakan alasan penggunaan tanah dalam menghilangkan najis yang berasal dari anjing, dan mengapa membasuh dengan air saja tidak cukup untuk menghilangkannya. Membasuh dengan menggunakan tanah lebih kuat dalam proses sterilisasi dibanding membasuh dengan air.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Sucinya wadah seseorang saat dijilat anjing adalah dengan membasuhnya tujuh kali, salah satunya dengan menggunakan tanah.” (HR. Muslim)

Dikutip dari Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadis bahwa dari penemuan ilmiah berkaitan dengan hadits tersebut adalah kesimpulan para dokter yang menetapkan bahwa dalam proses membasuh wadah bekas jilatan anjing harus disertai dengan tanah. Dalam sebuah forum tentang kesehatan umum, para dokter mengemukakan rahasia kenapa harus tanah tidak bahan lainnya.

Dalam forum tersebut, dijelaskan hikmah tujuh kali basuhan yang salah satunya dengan tanah dalam menghilangkan najis jilatan anjing, karena virus anjing itu sangat lembut dan kecil. Sebagimana diketahui, semakin kecil ukuran mikroba, ia akan semakin efektif untuk menempel dan melekat pada dinding sebuah wadah. Air liur anjing yang mengandung virus berbentuk pita cair, maka dalam hal ini tanah berperan sebagai penyerap mikroba sekaligus virus-virus yang menempel lembut pada wadah.

Kemudian secara ilmiah tanah mengandung dua materi yang dapat membunuh kuman-kuman. Menurut para dokter, ilmu kedoteran modern telah menetapkan bahwa tanah mengandung dua materi yakni tetracycline dan tetarolite. Dua unsur ini digunakan untuk proses pembasmian (sterilisasi) beberapa kuman.

Dahulu beberapa dokter peneliti memperkirakan bahwa tanah kuburan mengandung kuman-kuman tertentu yang berasal dari bangkai-bangkai mayat yang dikubur. Namun sekarang, eksperimen-eksperimen dan beberapa hipotesa menjelaskan bahwa tanah merupakan unsur yang efektif dalam membunuh kuman.

Dalam buku tersebut dikatakan bahwa himpunan dokter ahli berpendapat, “ Pada masa modern sekarang ini, para ilmuwan telah melakukan analisis terhadap tanah kuburan untuk mengetahui kuman-kuman yang terkandung di dalamnya. Mereka berkeyakinan dapat menemukan kuman-kuman yang membahayakan dalam jumlah yang banyak. Asumsi ini berdasarkan sebuah fakta bahwa banyak manusia yang matinya karena penyakit yang ditularkan melalui kuman.”

Namun setelah diadakan penelitian, ternyata mereka tidak menemukan bekas apa pun dari kuman penyakit tersebut di dalam tanah. Akhirnya, mereka menarik sebuah kesimpulan bahwa tanah memiliki keunggulan dalam membunuh kuman yang membahayakan. Jika tidak, tentu kuman akan banyak dan menyebar ke mana-mana. Padahal jauh sebelum mereka menemukan kesimpulan tersebut, Nabi SAW menemukan mengukuhkan hal itu dalam hadits-haditsnya.

Menurut Muhammad Kamil Abd Al-Shamad, mukjizat ilmiah dengan jelas sangat mendukung penggunaan tanah pada salah satu  dari tujuh kali basuhan dalam menghilangkan najis jialatan anjing. Ia melansir bahwa tanah mengandung unsur yang cukup kuat menghilangkan bibit-bibit penyakit dan kuman-kuman.

Hal ini berdasarkan bahwa molekul-molekul yang terkandung di dalam tanah menyatu dengan kuman-kuman tersebut, sehingga mempermudah dalam proses sterilisasi kuman secara keseluruhan. Ini sebagaimana tanah juga mengandung materi-materi yang dapat mensterilkan bibit-bibit kuman tersebut.

 

REPUBLIKA

Manfaat Zikir “Allahu Akbar”

IBNU Athaillah As Sakandary berkata tentang dzikir Allahu akbar. “Allahu akbar”, di dalamnya ada lima perspektif :

Pertama: Dalam “Allahu Akbar” ada penyebutan Allah Ta’ala pada diriNya Sendiri, pentauhidan, pengagungan dan penghormatan ataskeagunganNya, yang lebih agung dan lebih besar dibanding penyebutan makhlukNya yang lemah, sangat butuh, dan pentauhidan makhluk kepadaNya. Karena Allah swt-lah Yang Maha Mencukupi dan Maha Terpuji.

Kedua: Dzikir dengan Nama tersebut lebih agung dibanding dzikir dengan Asma’-asma’Nya yang lain.

Ketiga: Bahwa Dzikirnya Allah Ta’ala pada hambaNya di zaman Azali sebelum hambaNya ada, adalah Dzikir teragung dan terbesar, yang menyebabkan dzikirnya hamba saat ini.Dzikirnya Allah Ta’ala tersebut lebih dahulu, lebih sempurna, lebih luhur, lebih tinggi, lebih mulia dan lebih terhormat. Dan Allah Ta’ala berfirman : “Niscaya Dzikirnya Allah itu lebih besar.”

Keempat: Sebenarnya mengingat Allah swt, di dalam sholat lebih utama dan lebih besar dibanding mengingatNya di luar sholat. Menyaksikan (musyahadah) pada Allah Ta’ala (Yang Diingat) di dalam sholat lebih agung dan lebih sempurna serta lebih besar ketimbang sholatnya.

Kelima: Bahwa mengingat Allah atas berbagai nikmat yang agung dan anugerah mulia, serta doronganNya kepadamu melalui ajakanNya kepadamu agar taat kepadaNya, adalah nikmat paling besar dibanding dzikir anda kepadaNya, dengan mengingat nikmat-nikmat itu, karena anda semua tidak akan pernah mampu mensyukuri nikmatNya.

Karena itu Nabi Muhammad saw, bersabda: “Aku tidak mampu memuji padaMu, Engkau, sebagaimana Engkau memujiMu atas DiriMu.” Artinya, “aku tidak mampu,” padahal beliau adalah makhluk paling tahu, paling mulia, dan paling tinggi derajatnya dan paling utama. Justru Nabi saw, menampakkan kelemahannya, padahal beliau adalah paling tahu dan paling ma’rifat – semoga sholawat dan salam Allah melimpah padanya dan keluarganya -.

Setelah kita mentauhidkan Allah swt, yang dinilai lebih agung ketimbang sholat, sehingga sholat menjadi rukun islam yang kedua. Dalam sabda Rasulullah saw:”Islam ditegakkan atas lima: Hendaknya menunggalkan Allah dan menegakkan sholat dst”. Takbiratul Ihram dijadikan sebagai pembukanya, Allahu Akbar.

Allah tidak menjadikan salah satu Asma-asma’Nya yang lain, untuk Takbirotul Ihrom, kecuali hanya Allahu Akbar. Karena Nabi saw, melarangnya , demikian juga untuk Lafadz Adzan, tetap menggunakan Takbir tersebut, begitu pun setiap takbir dalam gerakan sholat. Jadi Nama agung tersebut lebih utama dibanding Nama-nama lainnya, lebih dekat bagi munajat-munajat, bukan hanya dalam sholat atau lainnya.

Dalam hadits disebutkan:”Aku berada pada dugaan hambaKu apabila hamba berdzikir padaKu. Maka apabila ia berdzikir kepadaKu dalam jiwanya, Aku mengingatnya dalam JiwaKu. Dan jika ia berdzikir padaKu dengan kesendirianNya, maka Aku pun mengingat dengan KemahasendirianKu. Dan jika ia berdzikir di tengah padang (keramaian) maka Aku pun mengingatnya di keramaian lebih baik darinya.”

Allah swt. Berfirman:”Dzikirlah kepadaKu maka Aku berdzikir kepadamu.”

Hal yang menunjukkan keutamaan dzikir dibanding sholat dari esensi ayat tersebut, yaitu firman Allah swt: “Sesungguhnya sholat itu mencegah keburukan dan kemungkaran.”

Yang walau demikian merupakan dzikir teragung, namun Dzikir “Allah” itu lebih besar daripada sholat dan dibanding setiap ibadah Abu Darda’ meriwayatkan dari Nabi saw, beliau bersabda :

“Ingatlah, maukah aku beri kabar kalian tentang amal terbaikmu dan lebih luhur dalam derajatmu, lebih bersih di hadapan Sang Rajamu, dan lebih baik bagimu ketimbang memberikan emas dan perak, dan lebih baik ketimbang kalian bertemu musuhmu lalu bertempur di mana kalian memukul leher mereka dan mereka pun membalas memukul lehermu?” Mereka menjawab, “Ya, kami mau..” Rasulullah saw, bersabda, “Dzikrullah.”

Juga dalam hadits yang diriwayatkan Mu’adz bin Jabal : “Tak ada amal manusia mana pun yang lebih menyelamatkan baginya dari azdab Allah, dibanding dzikrullah.”

Makna Dzikrullah bagi hambaNya adalah bahwa yang berdzikir kepadaNya itu disertai Tauhid, maka Allah mengingatnya dengan syurga dan pahala. Lalu Allah swt berfirman :”Maka Allah memberikan balasan kepada mereka atas apa yang mereka katakana, yaitu syurga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya.”

Dengan dzikir melalui Ismul Mufrad, yaitu “Allah”, dan berdoa dengan ikhlas kepadaNya, Allah swt berfirman : “Dan apabila hambaKu bertanya kepadaKu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku Maha Dekat”

Siapa yang berdzikir dengan rasa syukurnya, Allah memberikan tambahan ni’mat berlimpah : “Bila kalian bersyukur maka Aku bakal menambah (ni’matKu) kepadamu”

Tak satu pun hamba Allah yang berdzikir melainkan Allah mengingat mereka sebagai imbalan padanya. Bila sang hamba adalah seorang ‘arif (orang yang ma’rifat) berdzikir dengan kema’rifatannya, maka Allah swt, mengingatnya melalui penyingkapan hijab untuk musyahadahnya sang ‘arif.

Bila yang berdzikir adalah mukmin dengan imannya, Allah swt, mengingatnya dengan rahmat dan ridloNya.Bila yang berdzikir adalah orang yang taubat dengan pertaubatannya, Allah swt, mengingatnya dengan penerimaan dan ampunanNya.Bila yang berdzikir adalah ahli maksiat yang mengakui kesalahannya, maka Allah swt, mengingatnya dengan tutup dan pengampunanNya.

Jika yang berdzikir adalah sang penyimpang dengan penyimpangan dan kealpaannya, maka Allah swt mengingatnya dengan adzab dan laknatNya.Bila yang berdzikir adalah si kafir dengan kekufurannya, maka Allah swt, mengingatnya dengan azab dan siksaNya.

Siapa yang bertahlil padaNya, Allah swt, menyegerakan DiriNya padanya

Siapa yang bertasbih, Allah swt, membagusinya

Siapa yang memujiNya Allah swt, mengukuhkannya.

Siapa yang mohon ampun padaNya, Allah swt mengampuninya.

Siapa yang kembali kepadaNya, Allah swt, menerimanya.

Kondisi sang hamba itu berputar pada empat hal :

Pertama: Ketika dalam keadaan taat, maka Allah swt, mengingatkannya dengan menampakkan anugerah dalam taufiqNya di dalam taat itu.

Kedua: Ketika si hamba maksiat, Allah swt mengingatkannya melalui tutup dan taubat.

Ketiga: Ketika dalam keadaan meraih nikmat, Allah swt mengingatkannya melalui syukur kepadaNya.

Keempat: Ketika dalam cobaan, Allah mengingatkannya melalui sabar.

Karena itu dalam Dzikrullah ada lima anugerah :

1. Adanya Ridlo Allah swt.

2. Adanya kelembutan qalbu.

3. Bertambahnya kebaikan.

4. Terjaga datri godaan syetan.

5. Terhalang dari tindak maksiat.

Siapa pun yang berdzikir, Allah pasti mengingat mereka.

Tak ada kema’rifatan bagi kaum a’rifin, melainkan karena pengenalan Allah swt kepada mereka.Dan tak seorang pun dari kalangan Muwahhidun (hamba yang manunggal) melainkan karena ilmunya Allah kepada mereka.Tak seorang pun orang yang taat kepadaNya, kecuali karena taufiqNya kepada mereka. Tak ada rasa cinta sang pecinta kepadaNya, kecuali karena anugerah khusus CintaNya kepada mereka.

Tak seorang pun yang kontra kepada Allah swt, kecuali karena kehinaan yang ditimpakan Allah swt, kepada mereka.Setiap nikmat dariNya adalah pemberian. Dan setiap cobaan dariNya adalah ketentuan. Sedangkan setiap rahasia tersembunyi yang mendahului, akan muncul secara nyata di kemudian hari.

Perlu diketahui bahwa kalimat tauhid merupakan sesuatu antara penafiaan dan penetapan. Awalnya adalah “Laa Ilaaha”, yang merupakan penafian, pembebasan, pengingkaran, penentangan, dan akhinya adalah “Illallah”, sebagai kebangkitan, pengukuhan, iman, tahid, ma’rifat, Islam, syahadat dan cahaya-cahaya.

“Laa” adalah menafikan semua sifat Uluhiyah dari segala hal yang tak berhak menyandangnya dan tidak wajib padanya. Sedangkan “Illallah” merupakan pengukuhan Sifat Uluhiyah bagi yang berhak dan wajib secara hakikat.

Secara maknawi terpadu dalam firman Allah swt : “Siapa yang kufur pada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka benar-bvenar telah memegang teguh tali yang kuat.”

“Laa Ilaaha Illallah”, untuk umum berarti demi penyucian terhapad pemahaman mereka,.dari kejumbuhan khayalan imajiner mereka, untuk suatu penetapan atas Kemaha-Esaan, sekalgus menafikan dualitsme.

Sedangkan bagi kalangan khusus sebagai penguat agama mereka, menambah cahaya harapan melalui penetapan Dzat dan Sifat, menyucikan dari perubahan sifat-sifat baru dan membuang ancaman bahayanya.Untuk kalangan lebih khusus, justru sebagai sikap tanzih (penyucian) terhadap perasaan mampu berdzikir, mampu memandang anugerah serta fadhal dan mampu berssyukur, atas upaya syukurnya.[]

 

INILAH MOZAIK

Mereka yang Mengaku sebagai Imam Mahdi

KETIKA kita membaca sejarah, di mana zaman datang silih berganti, dan kaum muslimin melewati fase-fase yang dipenuhi pertikaian dan tirani, menyebarnya tindakan semena-mena yang dilakukan para pemimpin di kala itu, maka kita mendapati bahwa ada beberapa gelintir orang yang mengaku sebagai Imam Mahdi, sehingga manusia pun membenarkan pengakuan orang tersebut.

Di antara mereka adalah:

– Kaum Syiah mengaku bahwa mereka memiliki seorang Imam Mahdi yang sedang ditunggu kemunculannya, dan ia adalah imam terakhir dari dua belas imam yang merupakan salah satu doktrin mereka. Menurut versi mereka, namanya adalah Muhammad bin Hasan Al-Askari, yang merupakan keturunan Husain bin Ali, bukan keturunan Hasan bin Ali Radhiyallahu Anhum.

2. Abdullah bin Saba` berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu adalah Al-Mahdi yang ditunggu, dan akan kembali ke dunia di akhir zaman.

3. Mukhtar bin Abid Ats-Tsaqafi mengatakan bahwa Muhammad bin Al-Hanafiyah, yang wafat tahun 81 H, adalah Al-Mahdi yang ditunggu. Nama aslinya adalah Muhammad bin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu. Disebut dengan Muhammad bin Al-Hanafiyah karena dinisbatkan kepada ibunya yang bernama Khaulah binti Jafar yang berasal dari kabilah bani Hanifah.

4. Kelompok Al-Kisaniyah, salah satu kelompok aliran Syiah. Mereka adalah pengikut Kisan yang merupakan pelayan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu. Mereka mempunyai keyakinan, bahwa pemimpin mereka yang bernama Muhammad bin Al-Hanafiyah menguasai seluruh cabang ilmu, sehingga mereka sepakat bahwa mengikuti semua perkataannya adalah bagian dari ajaran agama.

Hal itu membuat mereka menyerahkan penafsiran hal-hal yang berkaitan dengan pokok ajaran agama kepada pemimpin mereka, sehingga sampai pada suatu kesimpulan bahwa semua ajaran agama yang telah ada tidak perlu diterapkan. Di samping itu, mereka berkeyakinan bahwa Abdullah bin Muawiyah bin Abdullah bin Jafar bin Abi Thalib Al-Hasyimi Al-Qurasyi adalah Imam Mahdi.

5. Muhammad bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib (julukannya adalah Dzu An-Nafsi Az-Zakiyah/ orang yang mempunyi jiwa yang suci), wafat tahun 145 H adalah seorang yang banyak melakukan puasa sunnah di siang hari dan shalat tahajjud di malam hari. Pada masanya, banyak orang yang menyangka bahwa dia adalah Imam Al-Mahdi. Ia mempunyai pengikut dan gerakan dakwah. Ia berusaha untuk merubah keadaan ke arah yang lebih baik. Namun Dinasti Abbasiyah yang memerintah di kala itu memeranginya dengan mengirimkan 10.000 orang prajurit, sehingga dapat menghabisi gerakannya. Ia pernah melakukan pemberontakan terhadap khalifah Al-Manshur dari Dinasti Abbasiyah; karena pada zaman itu banyak terjadi kezaliman dan kesewenang-wenangan di mana-mana.

6. Ubaidullah bin Maimun Al-Qidah termasuk salah seorang yang mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi, yang wafat tahun 325 H. Kakeknya seorang Yahudi. Ubaidullah adalah seorang pemimpin gerakan Qaramithah[2] yang membunuh banyak kaum muslimin dan mencuri Hajar Aswad tahun 317 H. Kelompok ini lebih bahaya kekafirannya dibandingkan orang-orang Yahudi dan Nasrani.

Anak-anaknya mempunyai kekuatan dan kekuasan. Mereka berhasil menguasai Mesir, Hijaz[3], dan Syam[4]. Mereka juga berbohong dalam menisbatkan diri kepada Ahli Bait, dan mengklaim sebagai keturunan Fathimah Radhiyallahu Anha. Oleh karena itu, mereka menyebut diri mereka dengan Fathimiyyun (keturunan Fathimah). Mereka menghapuskan peradilan berdasarkan madzhab Imam Syafii dan menghidupkan perayaan-perayaan di kuburan, sehingga menyebabkan kaum muslimin mendapatkan musibah besar dalam agama mereka.

Kelompok Qaramithah memperlihatkan bahwa mereka adalah orang-orang Islam, padahal sebenarnya mereka adalah orang-orang kafir. Mereka tidak termasuk ke dalam agama mana pun, madzhab mereka adalah gabungan dari madzhab agama Majusi, para penyembah api, dan madzhab sha`ibah, penyembah bintang.

Ibnu Katsir mengatakan, “Kekuasaan Bani Fathimiyyun berlangsung lebih dari 280 tahun, dan Abidullah Al-Qadah mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi, sehingga dia membangun kota yang diberi nama Al-Mahdiyah.”[5]

7. Muhammad bin Abdullah Al-Barbari yang populer dengan sebutan Ibnu Tumart, pada tahun 514 H memproklamirkan dirinya sebagai Al-Mahdi, mengaku bahwa dia adalah Alwi (keturunan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu), dan membuat-buat silsilah keturunannya yang seolah-olah bersambung dengan Hasan bin Ali.

Dia berkuasa di suatu daerah dengan cara yang zalim. Ia mempunyai banyak trik untuk mengelabui manusia sehingga mereka yakin bahwa ia mempunyai karamah (keramat). Di antara trik yang dilakukannya adalah dengan menyembunyikan beberapa orang di kuburan, kemudian mengajak sekelompok manusia untuk membuktikan kesaktiannya. Lalu ia berseru, “Wahai orang-orang yang sudah meninggal, jawablah pertanyaanku.” Maka orang-orang itu pun menjawab, “Engkau adalah Al-Mahdi yang terjaga dari segala dosa, engkau begini dan begitu.” Karena takut rahasianya terbongkar, ia menimbun orang-orang tersebut di dalam tanah sampai meninggal dunia.

8. Muhammad bin Ahmad bin Abdullah As-Sudani, wafat tahun 1302 H/1885 M, seorang penganut sufi yang mempunyai pengaruh di negara Sudan, terkenal dengan sifat zuhud (tidak mementingkan kehidupan duniawi), mengaku sebagai Al-Mahdi pada saat berumur 38 tahun. Banyak penguasa dan kepala suku yang menerima ajarannya. Dia berpendapat, orang yang ragu bahwa dirinya adalah Al-Mahdi adalah orang yang telah kafir terhadap Allah dan Rasul-Nya. Di samping itu masih banyak pandangan sesat yang dilontarkannya. Sungguhpun ia mempunyai andil yang besar dalam memerangi kaum Nasrani dari orang-orang Inggris, namun pada kenyatannya dia bukanlah Al-Mahdi yang diterangkan dalam banyak hadits. Ia hanyalah orang-orang yang mengklaim diri sebagai Al-Mahdi.

9.Muhammad bin Abdullah Al-Qahthani, muncul di Riyadh, Kerajaan Arab Saudi, mengatakan bahwa ia pernah bermimpi yang mengindikasikan bahwa ia adalah Al-Mahdi yang ditunggu kemunculannya. Kemudian ia dibaiat oleh sekelompok orang dan berdiam di Masjidil Haram tahun 1400 H/1980 M. Peristiwa tersebut dikenal dengan Fitnah Al-Haram (tragedi Masjidil Haram) yang berakhir dengan terbunuhnya ia di sana. []
_________________________

INILAHMOZAIK

 

[1] An-Nihayah Fi Al-Fitan wa Al-Malahim (hlm.17)

[2] Qaramithah adalah salah satu aliran kelompok Syiah yang tumbuh di Irak, yang gerakannya meluas sampai ke negeri Hijaz. Di antara tujuan mereka adalah menuntut persamaan di antara manusia-pent.

[3] Hijaz adalah daerah yang meliputi Makkah, Madinah, dan Jeddah-pent.

[4] Syam adalah daerah yang meliputi negara Suriah, Yordania, Lebanon, dan Palestina-pent.

[5] Al-Bidayah wa An-Nihayah (12/331)

Ternyata Hafalan Alquran Bisa Jadi Mahar Nikah?

UNTUK mengatahui lebih lanjut tentang permasalahan ini, ada baiknya jika kita tinjau terlebih dahulu landasan hukum syariat bagi perkara ini. Dalil untuk perkara ini adalah hadits Sahal bin Sad As-Saidi radhiyallahu anhu. Beliau mengisahkan bahwa suatu ketika ada seorang wanita datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa salam seraya mengatakan:

“Wahai Rasulullah, aku serahkan diriku untukmu,” maksudnya untuk dinikahi. Rasulullah shallallahu alaihi wa salam pun melihat perempuan tersebut dari atas sampai ke bawah. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa salam tunduk dan diam.

Karena melihat seolah Rasulullah tidak menginginkannya berdirilah seorang sahabat seraya mengatakan: “Wahai Rasulullah, jika engkau tidak menginginkannya, nikahkanlah ia denganku!”

Rasulullah bertanya: “apakah engkau memiliki sesuatu (untuk mahar)?”

“Tidak,” jawabnya.

“Pulanglah, cari sesuatu di rumahmu untuk dijadikan mahar!”

Ketika kembali, dia mengatakan: “Tidak ada wahai Rasulullah”.

“Kembali! Dan cari sesuatu meskipun itu adalah cincin besi!”.

Sekembalinya, dia mengatakan lagi: “Tidak ada juga wahai Rasulullah, meskipun itu berupa cincin besi. Namun ini sarungku, dia bisa memiliki setengahnya.”

Sahal radhiyallahu anhu menuturkan bahwa orang tersebut tidak memiliki rida, pakaian yang sering dikenakan orang Arab pada waktu itu adalah rida dan sarung. Pada saat ini pakaian tersebut kita kenal dengan pakaian ihram orang yang menunaikan haji. Terdiri dari dua helai kain, bagian atas dinamakan rida dan bagian bawah dinamakan izar atau sarung. Jika orang tersebut tidak memiliki rida, artinya tubuh bagian atas orang tersebut tersingkap. Ini menunjukkan bahwa orang tersebut benar-benar sangat miskin. Dan maksud perkataan “Dia bisa memiliki setengahnya” adalah hari ini dia yang memakai, dan esok istrinya yang memakai.

Rasulullah shallallahu alaihi wa salam pun mengatakan: “Apa yang bisa kau perbuat dengan sarungmu? Jika engkau memakainya istrimu tidak bisa memanfaatkannya. Namun jika istrimu nanti memakainya, kamu tidak berpakaian apa-apa.”

Setelah lama menanti dan tidak ada jawaban dari Rasulullah shallallahu alaihi wa salam. Orang tersebut pun pergi. Seolah-olah beliau telah putus asa. Ketika melihatnya telah pergi, Rasulullah pun memanggilnya kemudian bertanya: “Apa saja surah Alquran yang kamu hafal?”.

Saya hafal surah ini, ini, dan ini. Beliau pun menyebutkan beberapa surah Alquran yang dihafalnya.

Rasulullah berkata kepadanya: “Pergilah!, aku telah menjadikan wanita ini milikmu, dengan hafalan yang engkau miliki.”

Tafsir Hadits

Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim rahimahumallah dalam kitab Shahih mereka. Sebenarnya ada banyak faedah dan permasalahan fikih yang perlu pembahasan lebih luas dari kisah tersebut. Namun sesuai judul tulisan ini, yang kita bahas adalah apa maksud mahar dengan hafalan Alquran? Apakah benar, sebagaimana yang diyakini banyak orang bahwa mahar hafalan cukup dengan membacakannya saja untuk istri?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perhatikan kembali sabda Nabi shallallahu alaihi wa salam yang artinya “dengan hafalan yang kamu miliki”. Ada dua tafsiran untuk perkataan tersebut:

Yang pertama: dengan hafalan yang kamu ajarkan untuk istrimu.

Yang kedua: karena hafalan yang kamu miliki.

Kedua tafsiran ini dipaparkan oleh Al-Qadhi Iyadh rahimahullah sebagaimana dinukilkan Syaikhul Islam Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari. Kedua tafsiran ini masing-masing memiliki hujjah dan penguat.

Berdasarkan tafsiran yang pertama, kewajiban seorang suami untuk menunaikan maharnya adalah dengan mengajarkan Alquran yang dihafalnya kepada istrinya. Jadi, ketika seorang akhwat meminta mahar dari calon suaminya berupa hafalan surah Ar-Rahman misalkan. Suaminya harus mengajarkan surah Ar-Rahman tersebut kepada istrinya. Tajwidnya, tafsirnya, dan faedah-faddah yang terkandung di dalamnya. Jika suaminya tidak mampu, minimal suaminya mengajarkan kepada sang istri agar sang istri bisa menghafal sebagaimana suaminya menghafal surah tersebut atau bisa membaca surah tersebut. Yang jelas harus ada pengajaran di situ, meskipun pengajaran dalam bentuk yang sangat sederhana.

Adapun tafsiran yang kedua, cukup suami menghafalkan surah itu saja. Maka itu sudah menjadi mahar. Ini merupakan penghormatan bagi mereka yang menghafal Quran. Kewajiban suami adalah membuktikan bahwa dia telah menghafalnya dengan membacakannya di hadapan istrinya. Boleh ketika akad atau setelah akad. Tafsiran kedua inilah yang sering dipahami oleh masyarakat pada umumnya.

Manakah di antara kedua tafsiran tersebut yang benar? Yang paling mendekati kebenaran adalah tafsiran yang pertama. Bahwa maksudnya mahar dengan hafalan adalah pengajaran surah yang dihafalnya untuk istrinya. Bukan sekadar membacakan atau menyetorkan hafalan saja. Tafsiran inilah yang dipegang oleh mayoritas ulama.

Mengapa tafsiran pertama yang lebih benar? Berikut penjelasannya:

1. Tafsiran pertama dijelaskan pada hadits Sahal bin Sad dari jalur Zaidah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya. Kisahnya sama, namun riwayat dari jalur Zaidah redaksinya:

“Pergilah!, telah aku nikahkan engkau dengannya, dan ajarkan dia (surah-surah yang kamu hafal) dari Alquran!”

Berdasarkan kaidah yang disepakati oleh ahli hadits bahwasanya apabila terdapat perbedaan redaksi dalam riwayat yang sama, dan sumbernya pun sama. Dan perbedaan tersebut tidak bertentangan, maka antara redaksi satu sama lain saling menafsirkan. Ditambah lagi Zaidah bin Qudamah adalah seorang perawi yang tsiqah, maka riwayatnya pun layak diterima sebagai tafsiran bagi riwayat lainnya. Inilah yang dilakukan oleh para ulama ahli hadits. Ketika memaknai sebuah hadits tidak cukup bagi mereka melihat artinya menurut bahasa saja. Namun mereka mengumpulkan seluruh riwayat yang ada. Setelah terkumpul, di situlah akan diketahui makna suatu hadits.

2. Tafsiran pertama memiliki penguat dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam Sunannya, yang redaksinya:

“Berdirilah!, ajarkan dia dua puluh ayat!, dan dia telah menjadi istrimu.”

3. Berdasarkan tafsiran pertama, sang istri mendapatkan manfaat yaitu pengajaran Quran. Sang istri bisa tau tajwid yang benar, bisa mengetahui faidah dan ajaran yang terkandung di dalam hafalan suaminya. Akan lebih bersyukur lagi jika sang istri bisa menghafal sebagaimana suaminya telah menghafal ayat tersebut. Inilah mahar dengan pengajaran dimana ada manfaat yang bisa diraih sang istri.

Pendapat ini juga yang dipegang mazhab Syafiiyah [Lihat Al-Bayan fi Mazhabil Imam Asy-Syafii 9/374].

Pengajaran tersebut layaknya seperti jasa. Sebagaimana yang dilakukan Nabi Musa alaihissalam ketika menikah dengan putri Nabi Syuaib alaihissalam. Mahar yang diberikan adalah jasa bekerja kepada Nabi Syuaib alaihissalam selama delapan tahun. Kisah ini diabadikan Allah dalam firman-Nya:

Nabi Syuaib berkata: “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkanmu dengan salah seorang dari kedua putriku ini, dengan mahar kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu melengkapi sampai sepuluh tahun, itu terserah padamu. Aku tidak ingin membebanimu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku Termasuk orang- orang yang shalih”. [Al-Qashash: 27]

4. Adapun tafsiran kedua, penguatnya adalah pemaknaan dari sisi bahasa. Pemegang pendapat ini mengatakan bahwa (Ba) di dalam sabda Nabi shallallahu alaihi wa salam: bima maaka minal Quran bermakna “karena” bukan bermakna “dengan”. Jadi artinya sebagaimana berikut: “aku nikahkan engkau dengannya karena hafalan yang kamu miliki” bukan “dengan hafalan yang kamu miliki”.

5. Berdasarkan tafsiran kedua, sang istri tidak mendapatkan manfaat apapun. Sang istri hanya mendengar suaminya membaca Alquran yang dihafalkannya saja. Meskipun ada yang mengatakan, mendengar bacaan Quran itu merupakan suatu manfaat. Namun, jika dibandingkan dengan pengajaran, berapa manfaat yang bisa dirah sang istri? Sang istri berhak mendapatkan itu. Karena mahar adalah hak sang istri.

6. Ada penguat lain bagi tafsiran kedua dari hadits Ummu Sulaim radhiyallahu anha yang diriwayatkan oleh Imam Nasai rahimahullah. Bahwa ketika Abu Thalhah radhiyallahu anhu meminang Ummu Sulaim, Ummu Sulaim meminta maharnya berupa keislaman Abu Thalhah. Karena pada saat itu Abu Thalhah masih kafir. Di sini Ummu Sulaim tidak mendapat manfaat apa-apa. Jawabannya adalah bahkan Ummu Sulaim mendapat manfaat dengan keislaman Abu Thalhah. Karena dengan keislamannya dia bisa menikahi Ummu Sulaim. Hal ini karena seorang kafir tidak boleh menikahi wanita muslimah. Dan bagi mereka yang menafsirkan kisah Sahal dengan kisah Ummu Sulaim sanggahannya adalah penafsiran tersebut kurang tepat. Untuk apa mereka jauh-jauh mencari penafsiran dari kisah yang berbeda? Sedangkan dalam kisah yang sama sudah ditafsirkan sebagaimana telah dijelaskan di atas.

Kesimpulannya, tafsiran pertamalah yang lebih benar. Maka bagi ikhwan yang belum menikah, apabila calon istrinya nanti meminta mahar berupa hafalan surah tertentu. Jelaskan pada mereka bahwa yang dimaksud dengan mahar hafalan adalah mengajarkannya bukan menyetorkan hafalan. Wal Ilmu inda Allah. []

 

INILAH MOZAIK