Muslim Dagestan Rasakan Pedihnya Cengkeraman Ateisme

Sebagai salah satu bagian dari Rusia (dulu Uni Soviet), Dagestan pernah pula merasakan pedihnya cengkeraman ateisme. Pada masa itu, nilai-nilai dan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan agama ditolak. Penolakan itu berakibat runtuhnya kebudayaan berbasis agama di Dagestan serta tercabutnya akar agama itu sendiri.

Kala itu, penguasa Rusia meninggalkan praktik-praktik ritual dan pendidikan Islam, serta hanya sedikit mencampuri sistem peradilan (yang mempertahankan masjid-masjid, sekolah-sekolah agama, dan pengadilan syariah). Pada masa yang sama, formasi sosial-ekonomi yang dibentuk pada Oktober 1917 meminggirkan peradaban Islam dari lingkungan negara, kehidupan ekonomi politik, dan aktivitas keseharian masyarakat Dagestan.

Terbentuknya pemerintahan Soviet menandai sebuah sikap baru terhadap agama. Bolsheviks (faksi dari sebuah partai Rusia berpaham Marxisme) menekan para ulama dan menutup masjid serta madrasah. Menurut informasi yang dikutip Shikhsaidov, sebelum revolusi, Dagestan memiliki sekitar 10 ribu sekolah Muslim yang berfungsi. Jumlah tersebut mencakup 2.311 madrasah resmi, 1.700 masjid, 5.000 orang mullah, dan 7.000 muta’allim. Masjid-masjid memiliki sekitar 35-100 hektare tanah wakaf.

Namun, pada 1988, angka-angka itu merosot tajam. Masjid yang berfungsi hanya tinggal 27 buah. Sementara, menurut statistik resmi, tak satu pun madrasah tersisa. Begitu pun institusi pelatihan ulama ataupun sekolah Alquran dan bahasa Arab. Beberapa sekolah Muslim di sejumlah desa (terutama di Aar, Dargin, dan distrik Kumyk) mencoba bertahan dengan mengajarkan Alquran dan bahasa Arab secara sembunyi-sembunyi.

Pengesahan hukum tentang kebebasan Organisasi Hati Nurani dan Agama oleh Pemerintah Soviet pada 1990 dan Republik Dagestan pada Mei 1991 membuka tahap baru proses reislamisasi di negeri ini. Proses itu ditandai dengan pembukaan bangunan-bangunan agama.

Pada Juli 1995, terdapat 25 madrasah pendidikan ulama dan 1.270 masjid (850 di antaranya merupakan masjid resmi dan terdaftar). Pada saat yang sama, terdapat 650 sekolah dan kelompok Islam yang melatih para pemuda tentang dasar-dasar agama, ditambah 2.200 imam dan muazin.

Dalam waktu tiga tahun sejak itu, sebanyak 388 masjid berhasil dibangun dan sekitar 300 masjid lain yang pernah beralih fungsi dikembalikan pada masyarakat Muslim. Menurut data Administrasi Urusan Agama Pemerintah Republik Dagestan, pada April 1998 terdapat 1.670 masjid, 670 sekolah (yang menjadi bagian dari masjid), 25 madrasah, serta sembilan sekolah Muslim lanjutan.

Jumlah masjid kala itu jauh lebih banyak dibanding gereja dan sinagoge yang masing-masing hanya berjumlah sembilan dan empat. Pada waktu itu, telah terdapat pula lebih dari 20 kelompok tarekat.

 

REPUBLIKA

Ini Cara Makan Ala Rasulullah…

“Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam itu makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sebelum dibersihkan.” (HR Muslim No 2032 dan lainnya)

Sebagai manusia, Rasulullah SAW juga memiliki kebutuhan untuk makan dan minum. Bedanya, Nabi SAW punya cara makan yang berlandaskan tuntunan dari Allah SWT. Gaya hidup Rasulullah ini lazim diikuti kaum Muslimin dari masa sahabat hingga kini. “Wahai para rasul, makanlah dari (makanan) yang baik-baik dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Mukminun: 51).

Nabi tidak pernah mencela makanan. Ditukil dari Syarah Shahih al-Bukhari yang ditulis Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsmaini, Rasulullah akan menyantap makanan jika dia berselera. Jika tidak suka, dia meninggalkannya. Nabi pun kerap memuliakan makanan. Pada satu hadis lainnya yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi membandingkan beberapa macam buah dengan membaca Alquran.

Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Alquran adalah seperti buah turujjah yang aromanya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Alquran adalah seperti buah kurma yang tak beraroma dan rasanya manis. Perumpamaan seorang munafik yang membaca Alquran adalah seperti bunga raihanah yang aromanya wangi dan rasanya pahit. Sementara, perumpamaan seorang munafik yang tidak membaca Alquran adalah seperti buah hanzhalah yang aromanya busuk dan rasanya pahit.

Nabi mengajarkan kepada kita untuk membaca basmalah dan menggunakan tangan kanan. Tak hanya itu, Nabi mencontohkan agar memakan makanan yang paling dekat saat makan bersama dengan nampan. Ini sesuai dengan apa yang diajarkan kepada Umar bin Abu Salamah. “Semasa kecil aku diasuh oleh Rasulullah SAW (pada saat makan bersama) tanganku bergerak ke sana kemari di atas nampan. Maka, beliau bersabda kepadaku, “Wahai anakku, bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat darimu.”

Saat makan bersama dalam nampan, Anas bin Malik seperti ditukil dalam HR Muslim mengatakan, Nabi SAW mencari-cari labu di sekeliling nampan. Imam Bukhari memaknai hadis ini, yakni seseorang bisa mencari makanan yang disukainya saat makan bersama di nampan jika tidak membuat temannya marah. Selain itu, menurut al-Bukhari, makanan tersebut jenisnya bermacam-macam.

Ketika makan daging, Nabi SAW memotong daging bagian punggung kambing yang dipegang dengan pisau. Syekh Utsmaini menjelaskan, Nabi SAW menggunakan pisau untuk memotong daging karena daging itu terlalu keras. Dia tak bisa langsung menggigit. Hadis ini kadang terlihat kontradiktif dengan hadis larangan memotong daging dengan pisau untuk makan.

Syekh Utsmani pun mengungkapkan, hal tersebut bergantung pada tujuan saat makan. Jika hendak bermewah-mewahan atau merasa jijik tangannya tersentuh daging, penggunaan pisau itu tidak boleh dan dilarang. Adapun jika pisau itu dibutuhkan untuk memotong daging yang keras maka dibolehkan karena Nabi SAW pun melakukannya. Jika tidak butuh pisau, lebih baik jika mengambil dengan tangan, menggigitnya dan menggerogoti gigi sendiri.

Hadis yang bersumber dari Ibnu Abbas RA menjelaskan, “Rasulullah SAW menggerogoti daging yang ada di tulang punggung, kemudian setelah itu beliau bangkit dan shalat tanpa berwudhu lagi.”

Nabi SAW pun mengajarkan kepada kita untuk tak berlebihan saat makan. Rasulullah menganalogikan hal ini dengan ungkapan jika orang mukmin makan dalam satu usus sementara orang kafir dalam tujuh usus. Ulama berbeda pendapat dengan hadis yang juga diriwayatkan Imam Muslim ini.

Syekh Utsmani menjelaskan, setidaknya ada tiga pendapat berbeda mengenai masalah ini. Pertama, hadis ini bermakna metaforik. Nabi hendak menunjuk karakter mukmin sejati yang tidak rakus harta dunia. Seorang mukmin hanya sedikit mengambil harta dunia digambarkan memakan hanya dalam upaya memenuhi satu usus. Sementara, orang kafir yang serakah digambarkan akan memenuhi tujuh ususnya.

Pendapat kedua, orang mukmin memakan makanan halal, sedangkan orang kafir memakan makanan haram. Makanan halal sangat sedikit jika dibanding dengan makanan haram. Sementara, pendapat ketiga menjelaskan, hadis itu lebih pada upaya penyadaran dan dorongan untuk orang mukmin agar sedikit makan, mengingat banyak makan adalah karakter orang kafir. “Dan orang-orang kafir menikmati kesenangan (dunia) dan mereka makan seperti hewan makan.” (QS Muhammad: 12).

Nabi SAW pun melarang kita untuk makan dengan piring-piring emas dan perak. Menurut Hudzaifah RA, Rasulullah SAW mengatakan jika piring-piring itu untuk mereka (orang kafir) di dunia dan untuk umat Islam di akhirat. Dalam hadis lain, Nabi SAW pun mengancam orang-orang yang meminum dengan bejana perak seakan api neraka jahanam dituangkan di dalam perutnya. Syekh Utsmani menjelaskan, hikmah dari hadis tersebut adalah makan dan minum dengan bejana emas dan perak dapat menjadikan hati manusia sombong dan congkak. Jika mereka terjangkit penyakit ini, dia diharamkan masuk ke dalam surga.

Setelah selesai makan, Nabi SAW mengajarkan kepada kita untuk menjilati tangan hingga bersih. Dari Ka’ab bin Malik dari bapaknya beliau mengatakan, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sebelum dibersihkan.” (HR Muslim No 2032 dan lainnya)

Lantas, Nabi SAW berdoa,”Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, indah dan penuh berkah seraya tidak merasa cukup dengan selain-Mu, tidak pula mengingkari nikmat-nikmat Mu dan tidak juga merasa tidak butuh dengan karunia Mu, wahai Rabb-ku.” Wallahu a’lam.

 

REPUBLIKA

Aisyah Bahar, Dara Cantik Lulusan Cumlaude Unhas, Meninggal Saat Tadarus & Puasa Sunah

Innalillahi wa innailahi rojiun. Ajal memang tak mengenal siapa dan kapan. Civitas akademika Universitas Hasanuddin Makassar (Unhas) berduka. Salah satu lulusan terbaiknya  Aisyah Bahar meninggal dunia Kamis (4/1/2018) pagi.

Aisyah Bahar menjadi perbincangan di media sosial bukan hanya karena dia adalah lulusan terbaik dari kampus ternama itu tapi juga karena dara cantik ini meninggal tak seperti orang biasanya.

Ica sapaan Aisyah, meninggal saat berdarus Al Quran dan menjalankan ibadah puasa sunah.

Kabar kepergian Ica pun tak hanya meninggalkan duka bagi keluarganya tapi juga sahabat-sahabatnya.

Terlebih Ica dikabarkan juga sementara dalam persiapan menikah.

Lulusan Terbaik (Cumlaude) Fakultas Peterbnakan Unhas ini menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan ayahnya.

“Mninggal setelah sholat subuh,sedang murojaah hafalan dan kondisinya sedang puasa sunnah. Akhir hayatnya mengucap Laa ilaaha illallah. Innalillah..Padahal beliau sebentar lagi akan menikah
Turut berduka cita. Selamat jalan kk sepupu tercinta,” tulis akun Andi Wahyuni Tenri Ajeng .

“Innalillahi wainna ilaihi rojiun, Subhanaallah pagi-pagi sekali Allah telah mengingatkan Aku akan pati datangnya sewaktu waktu, di kasih kabar katanya pingsan tp tetangga ku yg cantik ini saat ku datangi telah tiada, Subhanaallah mati yang husnulkhotimah de Aisyah Bahar, ketika sudah sholat subuh dn dalam keadaan puasa sunah, sedang murojaaah bersama ayahnya tiba-tiba pingsan dn tdak bernafas, padahal hari ini hari dimana kamu telah tunggu yaitu panggilan kerja di instansi pemerintah yg kmu pilih, tp apalah daya Allah lebih sayang kmu di banding urusan dunia ini. kesantunanmu, kesholihan mu menjadi tauladan bagi kita yang masih hidup. Selamat jalan de, perjuangan mu hidup di dunia sungguh telah berakhir dn insyaallah membuahkan hasil yang sungguh luar biasa yang terkadang membuat ku iri,” tulis Sri Asih Prameswarie.

“Innalillahi wa innailahi rajiun, pagi2 masuk chat berita duka, Ya Allah sy sungguh tidak menyangka gadis secantik dan sesholehah ini cepat sekali engkau panggil…

Setelah menghubungi keluarganya, beliau meninggal bukan krn sakit ataupun kecelakaan, beliau meninggal setelah shalat subuh lalu mambaca alquran, dan setelah itu ajalnya pun tiba….

Msh ingat beliau sering chat sy scra tiba2, slalu menanyakan keadaan dan kesehatan keluarga sy, wkt sy msh kos beliau jg skali2 mengunjungi sy hanya utk bersilaturahmi… Pdhl sy merasa tdk terlalu akrab dgn beliau, tp beliau mengganggap sy sprti keluarganya….

Beliau prnh menceritakan cita2x ke sy, berhubung wktu itu sy sedang menggebu2 mengurus diri utk lanjut S2 luar negeri, kata beliau dia jg sangat ingin lanjut ke luar negeri melalui beasiswa tp saat itu bnyak kendala… Keluarganya pun baru mengabarkan klo beliau baru sj lulus PNS, dan blm lama ini ada yg melamarnya…

Saudara sy/ kakak sy jg prnh dekat dan bermaksud ingin melanjutkan hidup dgn beliau, tp keluarga beliau kurang berkenan dgn saudara sy sehingga kk sy mundur….

Sy mengenalnya dgn sosok wanita yg sangat sholeh, tutur katanya santun, ramah, slalu menolong, rendah hati dan wajahnya sangat cantik…

Al-fatihah, surga untukmu A. ST. AISYAH BAHAR….,” kenang Wiwin Marina.

Akun Rizda Novendry Danial menulis dengan penuh sedih, “Wajahmu teduh, cantik dan menawan. Tutur katamu lembut bagaikan bisikan yg menyejukkan hati.
Innalilahi wa inna ilayhi rojiun…

Insha Allah khusnul khotimah.

Allah sangat mencintaimu bahkan kepergianmu pun dengan cara yg sangat di impikan oleh semua org.

Selamat jalan adekku Andi ST. Aisyah Bahar, surga firdaus menantimu sayang”.

Akun Muhammad Alfi Reza menceritakan pengalaman yang mengharukan tentang persahabatannya dengan Aisyah.

 

“5 tahun lalu kita tanpa sengaja bertemu di lantai 2 JILC BTP. Sama2 pulang dari bimbingan. Karena kau mungkin baru di Makassar, anak rantau yang memperjuangkan studinya di kota daeng. Memberanikan diri bertanya kepada saya, “Tabe, dimana disini ada warnet, mauka kirim email.” Senyummu saat itu pertanda bahwa kelak kita bisa jadi sahabat yang baik.

Kalau di tahun 2012, hampir seluruh murid bimbingan belajar bercita-cita untuk menjadi dokter, bersikeras untuk lulus di fakultas kedokteran. Kau beda. Katamu pilihan Allah selalu jadi yang terbaik. Meski itu bukan dengan jas dokter..

Saya yang lagi bersusah payah untuk tembus di FK, nyata-nyatanya mendapatkan kabar darimu, lewat pesan singkat kau bilang, “Alfi, luluska di peternakan Unhas bebas test. Alhamdulillah. Mauka ambil yang ini.” Tanpa banyak bertanya, saya adalah orang yang pertama yang mendukung keputusan itu. Dan ternyata benar, kau berhasil menjadi yang terbaik, cumlaude di Fakultas Peternakan Unhas.

Beberapa bulan lalu, kita sempat bertegur sapa lagi. Kali ini lewat line. Saling menyapa dan mengenang perjuangan dulu. Terakhir kudengar kau ingin melanjutkan pendidikan S2 dengan jalur beasiswa. Saya kemudian menjadi orang yang paling setuju dengan keputusan itu. Meminta untuk kita berdua saling mendoakan masa depan masing-masing.

Pagi ini, saat selesai jaga di kamar operasi. Iseng2 cek Facebook. Beranda ini penuh dengan wajahmu. Kau berpulang. Kembali ke pangkuan yang maha kuasa dalam keadaan khusnul khatimah. Suatu kondisi yang paling dinantikan oleh seorang hamba tatkala akan bertemu dengan Tuhannya. Innalillahi wa Inna ilaihi rojiun. Terima kasih untuk semangatnya selama ini, Ichaaaa. Terima kasih untuk setiap pelajaran hidupnya yang paling berharga,” tulisnya.

Ayah Aisyah Andi Bahar Jufri, menceritakan anaknya meninggal usai shalat subuh.

Sebelumnya Ica sempat sahur karena berniat puasa sunah (Senin Kamis).

“Sudah makan sahur, lalu pergi Salat Subuh di masjid. Pulang dari masjid, tadarusan di rumah. Tak berselang lama, setengah 7, ia sudah meninggal dunia,” beber pria asal Bone ini.

Bahkan kata Bahar mengaku ia masih sempat menemani putrinya itu tadarusan.

Ica meminta ayahnya mengoreksi bacaan Al Quran-nya.

Sesaat kemudian Ica tiba-tiba terbaring di pangkuan ayahnya dan mengucapkan syahadat.

Selama ini kata Bahar, anaknya tak mengalami sakit yang serius.

Anaknya hanya sesekali mengelukan sakit kepala.

Namun selama ini tak ada vonis dari dokter terkait sakit anaknya ini. (Ilham arsyam/tribun-timur.com)

 

Tribun News Makassar

Ustaz Abdul Somad dan Isu Khilafah

Setelah Ustaz Abdul Somad dicekal di Hongkong, ada suara-suara yang kemudian berseliwerang, termasuk di sosial media bahkan di kalangan tokoh-tokoh masyarakat, seolah membenarkan pencekalan itu. Pembenaran itu dibangun di atas asumsi atau tepatnya kecurigaan  jika Ustaz Abdul Somad terkait HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) yang baru saja dibekukan dan dinyatakan sebagai organisasi terlarang di Indonesia.

Pembenaran atau kecurigaan itu dibangun di atas beberapa alasan atau kesimpulan oleh sebagian berdasarkan beberapa ceramah Ustaz yang ada di media sosial, termasuk youtube. Untuk mengetahui lebih jauh tuduhan itu, saya kembali menelusuri sebagian besar ceramah-ceramah Ustaz Abdul Somad, lalu mencoba menghubungkan antara satu ceramah atau pendapat dengan ceramah dan pendapat yang lain.

Dari penelusuran itu saya mendapati dua ceramah yang mungkin menimbulkan kecurigaan itu. Atau tepatnya satu ceramah yang memang disampaikan di sebuah hajatan HTI di Riau 4 tahun lalu dan satu lagi jawaban singkat beliau terhadap sebuah pertanyaan tentang arti khilafah dalam sebuah sesi tanya jawab sekitar setahun yang lalu.

Setelah mendengarkan berbagai ceramah yang pernah beliau sampaikan di masa lalu, saya berkesimpulan sebagai berikut:

1. Seperti yang beliau sendiri sering sampaikan, Ustaz Abdul Somad bukanlah anggota, apalagi pengurus HTi. Kehadiran beliau di acara HTI Riau 4 tahun silam itu sebagai undangan dalam kapasitasnya sebagai seorang ustaz dan ulama.

2. Selain itu, sebagaimana di masa lalu banyak ulama dan ustaz yang pernah diundang di acara HTI, kehadiran beliau di acara HTI itu juga tidak melanggar apa-apa. Karena saat itu (4 tahun lalu) HTI adalah sebuah organisasi massa yang diakui di negara Indonesia. Artinya, beliau diundang oleh sebuah organisasi yang resmi terdaftar dan legal beroperasi di negara Indonesia.

3. Perihal pendapat beliau mengenai khilafah, itu harusnya ditempatkan pada posisi “scholarly discourse” atau perdebatan di kalangan para ulama. Bahwa isu khilafah adalah isu yang diperdebatkan dan diperselisihkan di kalangan para ulama. Dan itu diakui oleh semua orang Islam yang tahu ajaran agamanya dengan baik. Pendapat mengenai khilafah ini ada di kalangan ulama-ulama nasional dan internasional. Tapi sekali lagi, itu adalah opini keulamaan yang memperkaya khazanah keilmuan dalam Islam.

4. Lalu apakah dengan pendangan tentang khilafah seperti itu dianggap bertentangan atau mengancam eksistensi NKRI? Sama sekali tidak. Beliau dalam berbagai ceramah yang jauh lebih banyak dan jelas menegaskan kecintaan dan loyalitasnya ke NKRI. Bahwa hiruk pikuk opini para ulama perihal khilafah tidak akan mengusik eksistensi NKRI yang sudah final, dengan Pancasila dan UUD 45 sebagai pijakan kehidupan nasioanalnya.

5. Komitmen Ustaz Abdul Somad terhadap NKRI, Pancasila dan UUD, serta sistim politik pemerintahan yang dianut oleh negeri ini, tidak diragukan lagi. Kita tahu bahwa mereka yang murni dalam ideologi khilafah alamiyah (global caliphate) ini “mengharamkan” partisipasi politik (pemilu), bahkan menganggapnya sistim kafir. Tapi, Ustaz Abdul Somad justeru menganjurkan umat ini mengambil bahagian dalam proses demokrasi dan politik. Bahkan beliau menyerukan agar umat ini menjadi pemimpin bagi bangsa dan negaranya.

6. Saya menilai Ustaz Abdul Somad hanyalah orang jujur, apa adanya, pantang dipengaruhi dan dibentuk oleh pihak luar. Beliau orang kampung yang mendalami agama, dan insya Allah berhati bersih serta lapang dada. Dan karenanya dalam menyampaikan pendapat tidak berbasa basi, apalagi menutup-nutupi adanya opini yang berbeda tentang sebuah isu, bahkan walau tidak populer. Termasuk di dalamnya perdebatan sistim kenegaraan dalam Islam.

7. Lalu bagaimana dengan isu Syariah? Indonesia itu sangat banyak menjalankan Syariah Islam. Bahkan boleh jadi lebih syar’i dari banyak negara Muslim lainnya. Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah akidah tauhid dalam penafsiran Islam. Dan karenanya, sila pertama itu adalah bagian syariah dalam keyakinan.

UUD menjamin setiap pemeluk agama untuk meyakini dan menjalankan agamanya. Itu juga adalah syariah Islam. Maka, umat Islam Indonesia shalat, puasa, zakat, haji, bahkan dalam urusan mu’amalat di mana-mana tumbuh bank-bank syariah. Lalu kenapa takut ketika orang Islam bersyariah, termasuk ketika Ustaz Abdul Somad mengajarkannya?

8. Oleh karenanya, ketika orang ingin mengambil kesimpulan tentang ustaz Abdul Somad hendaknya jangan hanya melalui satu atau dua dari ribuan ceramahnya. Sebagaimana beliau kerap kali sampaikan secara bercanda: “cukupkan pulsa sebelum dengarkan ceramahnya agar tidak sepotong-sepotong”.

Kasus Ustaz Abdul Somad ini mirip ketika sebagian orang mendengar wawancara saya di sebuah media tentang sebuah isu, apalagi secara parsial. Lalu mengambil kesimpulan tanpa mengimbangi dengan mendengarkan ceramah atau wawancara saya di tempat yang lain. Betapa sering saya divonis liberal, karena pendapat saya agar dalam memahami teks-teks agama diperlukan rasionalitas yang solid. Sebaliknya seringkali pula saya dituduh ekstrim karena pembelaan saya kepada idealisme keagamaan yang saya yakini.

Kesalah pahaman itu kerap terjadi karena mendengarkan ceramah atau wawancara secara sepotong-sepotong. Apalagi jika memang “mind-set” yang mendengarkan itu sudah penuh kecurigaan dan kebencian. Kesimpulannya pasti akan mengikut kepada warna otak yang telah terbentuk duluan.

9. Mengenai silap kata, menyinggung dengan kata-kata, tentu pertama beliau adalah manusia biasa dan pasti ada khilaf dan salah. Tapi jangan pula lupa bahwa dalam diri beliau ada sisi komedi yang sebagaimana komedian lainnya biasa menyinggung untuk tujuan yang baik. Tapi kalau itu dianggap menyinggung, kurang sensitif, ambil hikmah dan pelajaran darinya. Intinya adalah “who the hell is perfect”? Emangnya siapa yang sempurna?

Akhirnya, saya memang khawatir jangan-jangan yang sedang terjadi adalah bahwa sikap jujur dan istiqamah dalam beragama saat ini dianggap ancaman. Saya bahkan curiga, jangan-jangan yang diinginkan oleh sebagian pihak dari para ustaz dan ulama agar menyampaikan Islam berdasarkan kecenderungan hawa nafsu mereka.

Sekali lagi, saya justeru melihat ustaz Abdul Somad ini menjaga karakter “wasathiyah”. Yaitu karakter imbang yang merangkul semua pihak. Beliau mencoba merangkul kembali bahagian-bahagian keumatan yang sedang berserakan. Di Muhammadiyah beliau menyampaikan pendapat NU. Di NU beliau menyampaikan pendapat Muhammadiyah.

Dalam berbagai ceramahnya beliau hanya membahas masalah agama dan keumatan, serta bagaimana umat ini “get empowered” (menjadi kuat). Sebab jika umat kuat di Indonesia, dengan sendirinya bangsa dan negara ini menjadi bangsa dan negara yang kuat, mandiri dan disegani.

Tapi kenapa ada yang kurang senang, bahkan boleh jadi merasa terancam? Ustaz Abdul Somad memangnya sangar dan menakutkan? Punyakah kekuatan massa yang ditakutkan?

Entahlah. Tapi memang salah satu penyakit berbahaya dalam dunia kita yang semakin egoistik ini adalah “al-khauf wal-hazan”. Penyakit “takut dan sedih”. Takut tersaingi, terkalahkan, terpinggirkan, dan bahkan takut orang lain mendapatkan apa yang dimilikinya. Dan kalau itu terjadi akan tumbuh rasa sedih yang boleh jadi berujung kepada sikap destruktif dan prustrasi.

Akhirnya saya menghimbau semua pihak kiranya ulama-ulama seperti beliau  yang rendah hati, santun, namun jujur dengan keilmuannya dijaga dan dirangkul. Beliau adalah aset umat, bangsa dan negara. Dengan keilmuan yang luas, dada yang lapang, insya Allah tidak memiliki intrik-intrik politik, beliau bisa menjadi pilar kebangkitan umat dan bangsa.

Jika diperlakukan tidak sebagaimana mestinya maka beliau boleh saja dirangkul oleh pihak-pihak yang memang memilki kepentingan sempit dan sesaat. Dengan magnet dan daya tarik yang beliau miliki saat ini boleh jadi justeru disalah gunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk tujuan tertentu pula. Entahlah!

Oleh: Imam Shmasi Ali ,  Presiden Nusantara Foundation

REPUBLIKA

Jalan Terjal Ustaz Somad

Dai fenomenal itu bernama Ustaz Abdul Somad (UAS). Ceramah-ceramahnya viral melalui media sosial, seperti Youtube, Facebook, dan Whatsapp.

Ceramahnya yang renyah ditonton jutaan orang sehingga namanya melambung dan tawaran ceramah datang dari berbagai penjuru negeri sampai luar negeri. Masyarakat tertarik dan antusias mendengar siraman rohaninya secara langsung.

Sependek pengetahuan penulis, berikut kelebihan UAS yang membuatnya fenomenal. Pertama, UAS menguasai ilmu agama. Alumnus Al-Azhar Mesir dan Maroko bidang hadis ini adalah anggota MUI Riau, pengurus NU Riau, dan dosen hadis UIN Riau.

Dia adalah antitesis dai selebritas yang sering muncul di televisi, yang diragukan kedalaman ilmu agamanya. Jawaban spontannya terhadap pertanyaan-pertanyaan jamaah, menunjukkan keluasan dan kedalaman ilmunya.

Kedua, intonasi dan pilihan kata (diksi) dakwah UAS lembut, tidak keras, dan tidak kasar. Dia tidak berapi-api dan mengalir alami sehingga sesuai selera banyak kelompok Muslim. Dakwah yang keras dan kasar cenderung tidak bisa diterima Muslim Indonesia.

Dia juga bersedia menjawab pertanyaan jamaah tentang persoalan keagamaan. Ketiga, UAS tidak mengejar dunia tapi akhirat. Dia (sampai saat ini) tidak pasang tarif. Meski sudah menjadi dai level nasional bahkan internasional.

Ia menyerahkan honor kepada kesanggupan panitia, bahkan (konon) rela tidak dibayar asal bisa berdakwah di tengah masyarakat.

Jam terbang tinggi, jadwal padat, dan honor tinggi menyebabkan dai-dai sebelumnya hanya milik kelompok muslim tertentu (elitis). Hanya masyarakat, pejabat, dan lembaga pemerintah berduit yang bisa mengundang dai yang pasang tarif tinggi. Padahal, dai itu milik umat, siapa saja, dan kalangan mana saja, yang membutuhkan pencerahan.

Keempat, UAS juga menjaga komitmen. Ia tidak mau membatalkan janji ceramah di tempat tertentu karena diundang pihak yang lebih penting (istana, misalnya) atau karena bayarannya lebih besar. Ia mementingkan menepati janji kepada umat daripada mengejar uang dan popularitas.

Kelima, kecuali lembut dan santai, ceramah UAS juga tidak membosankan karena lucu. Ia mampu membuat jamaah tertawa atau tersenyum.

Ia secara spontan mampu menyelipkan guyonan dalam ceramahnya, seperti Zainudin MZ dan Aa Gym. Selain materi ceramah berbobot penuh ilmu, menjawab persoalan riil masyarakat, guyonan yang tidak berlebihan diperlukan agar dakwah tidak membosankan dan membikin kantuk.

Popularitas UAS tidak lepas dari peran media sosial. Media cetak dan daring turut membesarkan UAS. Dia dianggap dai harapan baru umat dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin.

Bobot ceramah dan gayanya menarik banyak media massa dan umat. Tiap-tiap masa ada tokohnya, mungkin inilah masanya UAS. Peluang ini harus dimanfaatkan UAS sebaik-baiknya. Umat membutuhkan dai yang sejuk, santun, sederhana, dan konsisten.

Dai yang dekat dan diterima semua golongan masyarakat. Dai yang mengabarkan Islam yang lembut, moderat, penuh cinta, mendukung NKRI, dan Pancasila. Perjalanan UAS dalam dakwah tidak akan mudah.

Jalan yang telah dan akan dilalui pasti terjal dan berliku. Fitnah mendukung khilafah, anti-NKRI dan Pancasila, tidak mendukung pemerintah, pendukung teroris, membuatnya dipersekusi dan ditolak di Bali dan dideportasi dari Bandara Hong Kong.

UAS juga batal tampil di Masjid Nurul Falah, Kompleks PLN Gambir, Jakarta Pusat (28/12/2017).Tahun politik 2018-2019 juga akan menguji konsistensi UAS dalam dakwah.

Popularitasnya bisa dimanfaatkan tokoh, ormas, atau partai politik tertentu untuk menaikkan elektabilitas. Dia sebaiknya tetap konsisten dalam gerakan dakwah, tidak menjadi partisan partai. Dia milik semua umat bukan golongan tertentu.

UAS juga harus bisa menundukkan ego dirinya. Saat ini masyarakat se-Indonesia mengelu-elukan, memuji, dan membanggakannya. Kultus masyarakat terhadapnya bukan hal mustahil-sesuatu yang pasti disadari dan tidak diinginkannya.

Ia harus bisa melewati fase berada di atas dan puja-puji ini agar tidak lupa diri dan terpuruk. Sebaliknya, UAS tidak boleh mundur dari gelanggang dakwah hanya karena takut kalah atau lupa diri.

Sebaliknya, ia harus tetap melanjutkan perjalanan panjang dakwah ini dengan tetap tawadhu sehingga banyak masyarakat tercerahkan. Ini baru fase awal dakwah UAS, fase-fase berikutnya akan lebih menantang sekaligus penuh tantangan.

Tantangan terakhir UAS adalah keseimbangan sebagai dosen dan dai. Dia saat ini jauh berbeda dengan yang dulu. Ia tidak lagi milik kampus UIN Riau tapi milik umat Islam Indonesia dan dunia. Waktu ceramahnya padat dan dari Sabang sampai Merauke.

Lelah, pasti. Meski demikian, ia harus tetap mengajar dan mendidik mahasiswa agar bisa mewariskan ilmunya yang luas. Popularitas dai ada masa dan batasnya, tetapi menjadi dosen tiada ada batasnya.

Dengan mengajar di kampus, siapa tahu kelak lahir muridnya yang meneruskan jejak dakwah lisannya. Di kampus, UAS bisa mencetak kader-kader ulama masa depan.

Popularitasnya saat ini adalah hanya bonus tambahan dari hasil ketekunan dan kerja kerasnya selama ini. Semoga Allah memberikan kesehatan dan umur panjang kepada dosen, ulama, dan dai ini sehingga umat Islam menjadi panutan penghuni bumi.

 

Oleh: Jejen Musfah, Ketua Magister MPI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta/Tim Ahli PB PGRI

 

REPUBLIKA

Mukjizat Rasulullah SAW yang Dilindungi Petir

Di antara para nabi dan rasul yang paling banyak memiliki mukjizat adalah Rasulullah SAW. Salah satunya adalah tubuh Rasulullah SAW yang dilindungi petir ketika hendak dibunuh musuhnya.

Pada zaman Rasulullah SAW, tidak sedikit sahabat yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri tentang kehebatan mukjizat beliau yang spektakuler adalah tubuhnya memancarkan nyala api dan petir sebagai tameng dari serangan lawan yang hendak membunuhnya.

Dikisahkan, Rasulullah SAW berangkat menuju medan Perang Hunain. Di antara yang ikut serta dalam pasukan kafir, ada seorang lelaki yang bernama Syaibah bin Usman bin Thalhah, yang ayah dan pamannya terbunuh dalam Perang Uhud. Oleh karena itu, keikutsertaan Syaibah dalam Perang Hunain adalah untuk membalas dendam atas kematian bapak dan pamannya di Perang Uhud.

Sasaran utama Syaibah adalah membunuh Rasulullah SAW. Ketika Syaibah mengetahui Rasulullah SAW turut serta dengan pasukan Islam dalam Perang Hunain, dirinya pun ikut bergabung dengan pasukan kafir Quraisy menuju suku Hazawin. Harapannya bila perang sudah berkecamuk, dirinya akan mencari kesempatan dan menunggu saat yang tepat untuk membunuh Rasulullah SAW. Dengan demikian, dirinya dapat menyelesaikan balas dendam kaum kafir Quraisy terhadap Rasulullah SAW.

Syaibah telah memperhitungkan rencananya dengan matang agar jangan sampai gagal. Pedangnya pun dibawa dan telah diasah tajam hingga nanti dapat sekali tebas kepala Rasulullah SAW langsung pisah dari badannya. Hari yang ditunggu pun tiba. Perang sedang berkecamuk dengan hebatnya dan Syaibah terus mengintai gerak gerik Rasulullah SAW karena dialah sasaran utamanya.

Akhirnya, tibalah saat yang ditunggu oleh Syaibah. Sebab di saat pasukan Islam porak poranda dan bercerai berai oleh serangan gencar pasukan panah kaum kafir yang bertubi-tubi, membuat pasukan Islam tak mampu melindungi Rasulullah SAW. Maka, Syaibah langsung mengeluarkan pedangnya sambil mendekati Rasulullah SAW. Setelah mendekat, serangan pun dilancarkan.

Tiba-tiba saja ada nyala api keluar dari tubuh Rasulullah SAW seperti petir yang menyambar-nyambar dan nyaris menyambar wajah Syaibah. Petir itu seakan melindungi tubuh Rasulullah SAW dari serangan Syaibah. Melihat kejadian itu, Syaibah langsung menutup wajahnya karena rasa takut. Dirinya pun langsung berlari menjauhi Rasulullah SAW. Namun justru Rasul memanggil Syaibah, “Wahai Syaibah, datanglah kemari,” ujar Rasulullah SAW.

Dengan perasaan takut, Syaibah pun mendekat. Rasulullah SAW lalu meletakkan tangannya di dada Syaibah. Rupanya beliau mengerti kalau Syaibah ketakutan dan gemetaran. Beliau mengusap-usap dada Syaibah seraya berdoa, “Ya Allah, lindungilah dia dari bisikan setan.”

Pada saat itu juga, tak ada yang lebih dicintai oleh telinga, mata, dan segenap jiwa Syaibah kecuali Rasulullah SAW. Perasaan benci dan dendam kepada Rasulullah SAW tiba-tiba saja sirna berganti kecintaan yang luar biasa hebatnya.

“Mari ikut berjuang bersama kami, “kata Rasulullah SAW.

Syaibah langsung berdiri tegak di hadapan Rasulullah SAW. Syaibah lantas melancarkan serangan balik menghantam kaum kafir yang memusuhi Rasulullah SAW dan para sahabat-sahabatnya

 

INILAH MOZAIK

Seorang Laki-laki di Antara Ahli Surga

DALAM sanad Imam Ahmad diriwayatkan dari Anas ra bahwa ketika itu para sahabat tengah duduk-duduk bersama baginda Rasul, kemudian Baginda Rasul bersabda, “Akan datang kepada kalian di jalan yang kecil ini seorang laki-laki di antara ahli surga (rojulun min ahli jannah)..”

“Dan kemudian datang seorang laki-laki dari golongan anshar yang jenggotnya itu basah bekas air wudhu, ia menjinjing sandalnya di tangan kirinya kemudian dia mengucapkan salam kepada Rasul dan para sahabat yang ada disana.”

“Besoknya Rasulullah SAW bersabda lagi, “Akan datang kepada kalian seorang laki-laki calon ahli surga” Dan ternyata, orangnya sama, kemudian di hari ketiga Rasulullah SAW kembali bersabda, dan yang muncul orang itu lagi”

“Hal demikian mengundang rasa penasaran salah seorang sahabat, yang bernama Abdullah bin Amr untuk mengetahui amaliah apa yang dilakukan oleh si laki-laki yang disebut-sebut oleh Rasulullah sebagai calon ahli Surga, kemudian Abdullah bin Amr bersiasat untuk mengetahui amaliah tersebut dengan berpura-pura tengah bertengkar dengan keluarganya di rumah, sehingga ia minta izin untuk tinggal di rumah si laki-laki calon ahli surga tersebut..”

“Abdullah bin Amr akhirnya tinggal di rumah laki-laki tersebut hingga tiga malam, ia mencoba mengamati setiap gerak-gerak sang calon ahli surga; ternyata sang calon ahli surga tidak pernah sholat malam, sholat tahajud, kecuali tatkala dia berbalik dalam tidurnya, ia selalu berdzikir kepada Allah dan bertakbir, demikianlah, sampai ia terjaga hanya untuk sholat subuh saja..,

“Dan setelah hari ketiga, setelah Abdullah bin Amr mengetahui hanya amalan itu saja yang dilakukan oleh si Ahli Surga, akhirnya Abdullah berterus terang kepada orang tersebut; dan ia berkata kepada anshor tadi bahwa sebenarnya antara ia dan bapaknya tidak ada kebencian pertengkaran, tapi sebetulnya ia hanya ingin tinggal di rumah calon ahli surga saja, sebab Rasulullah pernah berkata tiga kali bahwa ia calon ahli surga., hanya ingin tahu apa yang dilakukan oleh si calon Ahli surga agar ia bisa mencontohnya..”

“Si calon ahli surga mengatakan bahwa ia tidak melakukan amaliah lain kecuali yang dilihat oleh Abdullah bin Amr, ditambah dengan sedikit amal lain yaitu bahwa ia tidak pernah menyimpan rasa benci, ia tidak pernah menipu atau berbuat curang kepada orang lain dan tidak pernah punya rasa hasad atau iri atas kebaikan yang telah Allah berikan atas orang lain.”

 

INILAH MOZAIK

Saudi Terapkan PPN 5%, Kemenag Kaji Biaya Ibadah Haji 2018

Jakarta (Kemenag) — Terhitung 1 Januari 2018, Pemerintah Arab Saudi memberlakukan pengenaan pajak pertambahan nilai (PPn) sebesar 5%. PPn ini dikenakan bagi produk makanan, pakaian, barang elektronik, bensin, serta tagihan telepon, air dan listrik, dan pemesanan hotel.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengaku sedang mengkaji dampak kebijakan ini, utamanya terkait dengan biaya ibadah haji 2018.

“Kita sekarang sedang mendalami penetapan biaya ibadah haji 2018. Tentu akan ada kenaikan karena semua komponen, akomodasi, konsumsi, transportasi, terkena penambahan 5% itu,” terang Menag usai memimpin upacara peringatan Hari Amal Bakti Kementerian Agama di Jakarta, Rabu (03/01).

“Kita sedang menghitung agar kenaikan itu tetap dalam jangkauan jamaah dan tidak jauh melonjak. Kita masih mendalami rincian biaya haji ini,” sambung Menag.

Menag mengaku mendapat kepastian tentang kebijakan ini sekitar dua minggu lalu, tepatnay saat berkunjung ke Saudi. Dalam kesempatan itu, Menag bertemu Menteri Haji Arab Saudi untuk membahas dan menandatangani MoU penyelenggaraan ibadah haji 1439H/2018M.

 

KEMENAG RI

Belajar Hidup dari Fakta Kehidupan

PERNAHKAH menonton film “Batman Begins” yang dibuat pada 2005 itu? Kadang saat saya ada dalam pesawat dengan durasi perjalanan panjang, saya sempatkan menonton beberapa film yang disajikan. Untuk membunuh waktu. Itulah alasan utamanya. Mencari hikmah dari apa yang ada di benak orang lain, terutama sutradara. Itu alasan lainnya.

Di dalam film “Batman Begins” yang panjangnya sampai 2 jam 20 menit itu ada dialog: “Kenapa kita jatuh, Tuan? Supaya Kita belajar bagaimana caranya untuk bangkit lagi.” Bagi saya, setiap film itu pasti menitipkan pesan pada para penontonnya. Film yang baik, menurut saya, adalah film yang memberikan sentuhan rasa dan mengajarkan hakikat kehidupan.

Bacalah kembali dialog pendek yang saya kutip tadi. Ternyata, ada hikmah besar di balik ketidaknyamanan hidup. Tuhan begitu cerdas melatih hambaNya untuk menjadi terus hidup. Salah satu cara yang paling utama melatih hambaNya adalah dengan ujian, derita, kesedihan dan keterpurukan.

Cobalah direnungkan dalam-dalam firman Allah QS Al-Insyirah ayat 5-6. Baca pula QS At-Thalaq ayat 7. Kisah hidup akan selalu berganti. Ternyata tak ada kesulitan yang tetap saja sepanjang zaman tak berubah. Ternyata tak ada kesedihan yang bertahan abadi sebagai kesedihan. Jangan mengeluh dan menjual keluhan. Mengeluh terus bisa jadi bermakna menghina skenario Allah tentang kehidupan.

Tak usah terlalu ditangisi ketaknyamanan hidup yang terjadi. Move on saja pada kisah lainnya. Tersenyumlah dan bersyukurlah dalam hidup. Syarat terpentingnya adalah QS At-Thalaq ayat 3. Tawakkal kepada Allah dan tidak melawan takdirNya.

 

INILAH MOZAIK

Tantangan Dakwah Islam di Mozambik

Islam menghadapi tantangan serius di Mozambik selama era kolonial. Sepanjang periode Estado Novo atau Portugal (1926-1974), Roman Katolik menjadi agama dominan yang dimungkinkan oleh aliansi resmi antara gereja dan pemerintah. Baru pada permulaan Perang Pembebasan, negara menurunkan level penentangnya pada Islam. Hal itu dilakukan untuk menghindarkan aliansi antara Muslim dan gerakan pembangkang.

Lalu, alih-alih menjadi alasan bersuka cita, kemerdekaan Mozambik pada 1975 justru berbuntut kondisi yang menyedihkan bagi umat beragama di sana. Hal itu disebabkan oleh partai pemenang yang berkuasa sejak Mozambik merdeka, dikenal dengan Frelimo, menerapkan konsep-konsep Marxis sepanjang Perang Pembebasan.

Setelah merdeka, pemerintah menyatakan Mozambik sebagai negara sekuler. Penetapan itu dibarengi dengan nasionalisasi seluruh sekolah dan fasilitas kesehatan. Pemerintah bahkan kemudian mengambil alih dan menjalankan sekolah-sekolah tersebut melalui institusi-institusi agama.

Menerima resistensi dari masyarakat yang berontak, negara baru itu berang. Mereka memenjarakan beberapa pendeta pada 1975 dan 1976 serta mengusir seluruh saksi Yehuwa ke sebuah distrik di Zambezia pada 1977. Semua itu menjadi bagian dari kampanye antiagama yang berlangsung hingga 1982 dan menyerang semua agama yang ada di Mozambik. Islam kala itu menjadi pihak yang paling menderita, dikarenakan Frelimo menyebarkan prasangka dan tuduhan tentang Islam.

Kampanye antiagama tersebut baru berakhir secara resmi saat partai berkuasa mengadakan pertemuan dengan seluruh insitusi agama. Pada kesempatan itu, mereka mengatakan, kesalahan telah terjadi dan kesatuan nasional harus diberlakukan. Meski kontrol negara terhadap institusi agama tetap berlanjut setelah 1982, penyerangan negara terhadap kepercayaan warganya berakhir pada waktu itu.

Von Sicard berkesimpulan, meski Islam memiliki sejarah yang panjang dan prestisius di Mozambik, perkembangannya dihancurkan oleh ketiga periode tersebut. Yakni, periode koloni, perjuangan mencapai kemerdekaan dan bahkan oleh periode kemerdekaan.

Pada akhir periode sosialis-yang dimulai 1989-barulah Muslim lebih leluasa dan membangun masjid-masjid baru. Mereka juga merintis jalan menuju perlemen sejak itu. Beberapa badan Muslim Afrika Selatan, Kuwait dan lainnya, mulai aktif, termasuk satu di antara yang terpenting, yakni Badan Muslim Afrika.

Sebuah universitas Islam dibangun di Nampula. Dan, kini negara yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia itu aktif sebagai anggota Organisasi Kerja Sama Islam (Organisation of Islamic Cooperation/OIC).

 

REPUBLIKA