Surat Al-Kahfi, 4 Ujian Dajjal dan Akhir Zaman

DIANTARA keutamaan surat Al-Kahfi adalah jika sepuluh ayat pertama itu dihafal. Lantas apa keutamaannya?

Dari Abu Darda radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Siapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi, maka ia akan terlindungi dari Dajjal. (HR. Muslim no. 809)

Dalam riwayat lain disebutkan, Dari akhir surat Al-Kahfi. (HR. Muslim no. 809)

Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengabarkan bahwa siapa yang menghafal sepuluh ayat pertama atau terakhir dari surat Al-Kahfi, maka ia terlindungi dari Dajjal.

Dari hadits di atas, dapat kita lihat hubungan antara Surat al-Kahfi dan Dajjal ialah jika kita hafal sepuluh ayat pertama atau terakhir surat al-kahfi maka kita akan terlindung dari Dajjal.

Dikutip Ilmfeed, Dajjal akan muncul di hadapan umat manusia sebelum hari penghakiman dengan 4 percobaan:

1. Cobaan Keimanan

Bila waktunya tiba, Dajjal akan meminta manusia untuk menyembahnya bukan menyembah Allah Ta’ala. Hal ini percobaan iman bagi seluruh manusia.

2. Cobaan Kekayaan

Dajjal akan diberikan kekuatan untuk memulai atau menghentikan hujan dan menggoda orang dengan kekayaannya. Itu berarti di hari akhir, Dajjal akan menggoda keimanan manusia dengan kekayaannya.

3. Cobaan Pengetahuan

Dajjal akan orang menggoda manusia dengan segala pengetahuan yang dimilikinya.

4. Cobaan Kekuasaan

Dajjal akan mengontrol sebagian besar manusia yang ada di Bumi dengan kekuasaannya.

Semoga kita semua bisa terhindar dari Dajjal dengan menghafal sepuluh ayat pertama atau terakhir surat al-kahfi ini. Aamiin. [islampos]

INILAH MOZAIK

Inilah Berbagai Kejadian Besar Sebelum Munculnya Dajjal

DARI Samurah bin Jundab ra, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam pada khutbah beliau sesudah shalat gerhana matahari, ada sabda beliau:

وَإِنَّهُ وَاللَّهِ لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَخْرُجَ ثَلاَثُوْنَ كَذَّابًا آخِرُهُمُ الْأَعْوَرُ الدَّجَّالُ، مَمْسُوْحُ الْعَيْنِ الْيُسْرَى … وَلَنْ يَكُوْنَ ذَلِكَ كَذَلِكَ حَتَّى تَرَوْا أُمُورًا يَتَفَاقَمُ شَأْنُهَا فِي أَنْفُسِكُمْ، وَتَسَاءَلُوْنَ بَيْنَكُمْ هَلْ كَانَ نَبِيُّكُمْ ذَكَرَ لَكُمْ مِنْهَا ذِكْرًا، وَحَتَّى تَزُوْلَ جِبَالٌ عَلَى مَرَاتِبِهَا

“Dan sungguh demi Allah, hari Kiamat tidak akan terjadi sampai munculnya 30 tukang dusta, yang paling akhir dari mereka itu si buta sebelah, Dajjal, terhapus mata kirinya … Munculnya tukang dusta yang terakhir ini tidak akan terjadi sampai kalian melihat perkara-perkara yang memuncak keadaannya pada diri kalian, dan kalian saling bertanya di antara kalian, “Apakah nabi kalian telah menceritakan kepada kalian sebagian darinya?”, dan sampai gunung-gunung bergeser dari letak posisinya.”  [HR. Ahmad, awal Musnad Al-Bashriyyîn, hadits no. 20199 [Al-Musnad (5/22).]

Seorang pemikir muslim asal London, Ahmad Thomson, dalam bukunya yang berjudul SISTEM DAJJAL menyebutkan tiga macam bentuk kelompok sosial.

Pertama, masyarakat pedalaman sederhana yang hidup selaras dengan alam namun tidak mengikuti syari’at kenabian.

Kedua, masyarakat Islam yang selaras dengan alam dan mengikuti syari’at kenabian.

Ketiga, masyarakat kafir yang hidup tidak selaras dengan alam semesta dan sengaja menolak syariat Sang Pencipta.

Masyarakat pertama perlahan semakin menghilang seiring laju perkembangan teknologi dan informasi. Walaupun eksistensi mereka akan tetap ada namun mayoritas kita tidak berada di kelas itu. Adapun jenis kelompok kedua, gambaran yang paling ideal terjadi pada generasi terbaik umat Islam; sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Mereka bisa selaras fitrahnya dengan lingkungan dan pada saat yang sama juga menjadikan keselerasannya dengan alam semesta dalam bingkai ibadah kepada pencipta alam semesta. Pada kehidupan mereka terdapat sistem hidup yang mengandung kecukupan dan keberkahan, materil dan non materil..

Kelompok kedua ini menjadikan dunia sebagai ladang menanam amal untuk memetik kebahagiaan yang sesungguhnya di akhirat. Karenanya mereka tidak mengeksplorasi alam semesta dengan semangat ketamakan dan eksploitasi, melainkan agar sarana menegakkan agama ini makin mudah dan efektif. Mereka tidak merusak hutan atau menambang isi bumi secara liar yang di kemudian hari menyisakan persoalan bagi anak cucu mereka.

Sebaliknya langit dan bumi mendatangkan keberkahan dalam semua yang mereka lakukan. Syariat kenabian yang mereka jadikan sebagai dasar pijak dan petunjuk arah, telah membuat tujuan dari semua yang mereka lakukan menjadi terang dan jelas. Karenanya mereka kaya dan makmur dengan sebenar-benarnya. Dunia telah mengikutinya, bahkan berada dalam genggaman tangannya. Sementara hatinya tetap bebas untuk tunduk dalam kendali syariat pencipta dunia itu.

Adapun masyarakat ketiga, inilah jenis masyarakat yang paling mendominasi dunia; masyarakat yang bermusuhan dengan alam semesta dengan beragam aktivitas eksploitasi alam -juga manusianya- secara liar dan brutal. Dimana semua itu dilakukan untuk memenuhi nafsu mereka dan dalam rangka menentang syari’at pencipta mereka. Inilah masyarakat kafir yang kehidupan mereka tunduk di bawah kendali Iblis melalui sistem Dajjal dan kaki tangannya.

Inilah era di mana kita hidup, era yang tanpa sadar menyeret kaum muslimin untuk masuk dalam pusaran permainan mereka untuk selanjutnya mustahil bisa keluar darinya. Pola hidup masyarakat kelas ini telah menjadi sesuatu yang sistemik, berlaku secara global dan menjangkau seluruh bidang kehidupan manusia. Politik, sosial, ekonomi, budaya, militer, pemikiran dan peradaban, semuanya berada dalam kendali sistem kufur ini.

Inilah zaman yang oleh nabi disebut sebagai zaman fitnah, zaman yang semua sistem kenabian telah dijurkirbalikkan, norma dan nilai kebenaran dirusak tanpa ada yang tersisa. Sangat berat hidup di era ini; era dajjal, era dimana seluruh masyarakat dunia telah buta, yang karenanya si mata satu merasa pantas menjadi raja. Ya, sebagian besar –kalau tidak boleh disebut hampir semua- manusia telah buta. Bukan cuma buta, tapi juga tuli dan bisu, yang karenanya mereka tidak memahami. Sebagian besar manusia tidak sadar bila mereka menjadi korban konspirasi Dajjal dan kroni-kroninya. Sebab, mereka merasa mengenakan baju para raja dan tinggal di istana, walau hakikat yang sebenarnya mereka telanjang dan terpenjara.

Betapa jujurnya sabda nabi kita yang mengingatkan datangnya masa-masa sebelum Raja Pendusta ini menampakkan sosok fisiknya; Munculnya tukang dusta yang terakhir ini tidak akan terjadi sampai kalian melihat perkara-perkara yang memuncak keadaannya pada diri kalian, dan kalian saling bertanya di antara kalian, “Apakah nabi kalian telah menceritakan kepada kalian sebagian darinya?”, dan sampai gunung-gunung bergeser dari letak posisinya”

Ya, dengan seluruh sistem yang membelit kaum muslimin di seluruh lini kehidupan mereka, lalu kita saling bertanya, ”Apakah Nabi kita telah menceritakan akan datangnya peristiwa ini kepada kita? Apakah Nabi kita sudah menjelaskan solusi menghadapi zaman fitnah ini?

Sebenarnya, ratusan hadits tentang nubuwat akhir zaman telah banyak disampaikan. Dan apa yang kita saksikan adalah fakta nyata atas kebenaran nubuwat nubuwat itu. Lantas, apa yang dapat kita perbuat?

Barangkali, inilah salah satu wasiat beliau yang sangat tepat untuk kita realisasikan di zaman fitnah ini. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Sebaik-baik manusia pada masa terjadinya kekacauan adalah seorang laki-laki yang memegang tali kendali kudanya di belakang musuh Allah. Ia membuat mereka gentar dan mereka juga membuatnya gentar.  Atau seorang laki-laki yang mengasingkan diri di daerah pedalaman, dengan menunaikan hak Allah atas dirinya.” [. HR. Al-Hakim dan Abu ‘Amru Al-Dani. Dinyatakan shahih oleh Al-Hakim, Adz-Dzahabi]

Pilihan pertama sangat cocok untuk penduduk negeri yang Allah karuniakan ibadah jihad. Pelakunya akan dijanjikan dua kebaikan; apakah kemenangan yang membawa ghanimah dan kemuliaan, atau syahadah yang mengantarkan pelakunya pada kebahagiaan hakiki di jannah. Adapun bagi kaum muslimin yang berada di wilayah ‘damai’, maka pilihan kedua adalah solusi terbaik; uzlah dengan tetap menunaikan hak Allah atas dirinya. Uzlah yang hak Allah tetap terpenuhi adalah ‘uzlah berjama’ah’, membentuk komunitas yang memiliki kesamaan tujuan; menegakkan agama ini hingga bisa mewujudkan masyarakat yang selaras dengan alam semesta dan tetap tunduk kepada syari’at Allah Subhanahu Wata’alaWallahu a’lam bish shawab*

oleh: Abu Fatiah Al-Adnani, Penulis buku “Misteri Negeri-Negeri Akhir Zaman”

HIDAYATULLAH

Sinyal Dajjal di Era Digital

MENURUT Thomas L. Friedman dalam buku “The World Is Flat 3.0: A Brief History of the Twenty-first Century” (2005: 9-10), pada sekitar tahun 2000, dunia masuk pada era “Globalisasi 3.0”. Di antara tanda-tanda era ini adalah penggunaan teknologi digital, masing-masing individu dan kelompok kecil terkovergensi dengan internet dan terhubung di dunia digital. Informasi dengan mudah didapatkan, bisa menjadi narasumber di jaringan internet, dan sangat mudah tampil ke publik.

Apa yang disebut dengan “Era Digital” sekarang ini, memang sangat relevan dengan catatan Friedman tersebut.  Sekarang dengan beralihnya media lama ke media baru (internet dan digital) dunia terasa semakin sangat kecil, teknologi-informasi begitu cepat, kemudahan akses yang pada era sebelumnya yang terlihat mustahil, saat ini menjadi riil. Yang menarik untuk dipertanyakan adalah; pada faktanya berapa besar kadar manfaat yang ditimbulkan di era digital ini dibanding dengan bahayanya? Kemudian adakah sinyal-sinyal dajjal di era digital?

Tema ini perlu diangkat karena beberapa alasan: Pertama, sebagai kewaspadaan dan benteng diri dari bahaya fitnah dajjal. Kedua, bisa menggunakan kecanggihan digital secara proporsional untuk hal-hal positif. Ketiga, bisa memaksimalkan potensi-potensi kebaikan agar keburukan tidak menjadi dominan di era digital.

Informasi tentang kedatangan dajjal dalam hadits-hadits nabi begitu melimpah. Sebegitu banyaknya hingga mencapai derajat mutawatir (al-Mubayyadh, 2006: 657).

Bahkan, Hisyam bin ‘Amir al-Anshari pernah mendengar langsung dari nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sejak penciptaan Adam hingga hari kiamat, tidak ada fitnah paling besar, melebihi fitnah dajjal.” (HR. Muslim).

Di sini, penulis tidak akan membahas detail-detail riwayat mengenai dajjal, tapi berfokus kepada hal-hal subtansial seputar dajjal yang sinyal-sinyalnya bisa dilacak di era digital.

Di antara hal-hal subtansial terkait dajjal –tanpa bermaksud membatasi- adalah sebagai berikut: Pertama, pandai berdusta dan mengaburkan kebenaran. Dilihat dari sisi etimologi –sebagaimana yang tertera dalam “Lisaan al-‘Arab” (1414: 11/236)- kata ‘dajjal’ sendiri berarti: dusta, menutupi, menyamarkan, mengkamuflase, melapisi. Bila ditilik dari hadits-hadits nabi, memang dajjal memiliki kemampuan tersebut. Apa yang oleh kebanyakan orang dianggap benar, bisa ditutupi sedemikian rupa olehnya sehingga menjadi salah; demikian pula sebaliknya.

Sebagai contoh, adalah pengakuannya sebagai Tuhan atau penguasa. Dengan bukti bisa menghidupkan orang mati, menurunkan hujan di masa paceklik, menumbuhkan tanaman dan lain sebagainya yang menggambarkan kekuasaan Tuhan. Padahal, semua itu, bagi orang beriman adalah kebohongan dan pengelabuan saja. Sebab, bagi orang yang mengerti sosok sejati dajjal, akan tahu bahwa antara pengakuannya sebagai Tuhan, dengan bentuk fisiknya yang penuh cacat, tidak layak disebut Tuhan, terlebih doktrin yang dibawanya.

Kedua, buta sebelah mata. Karena itu, ia hanya melihat dari satu sisi yang negatif saja. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ahmad dengan ungkapan “a`war” (bermata satu). Selain itu, di dahinya ada tulisan “kaf”, “fa” dan “ra” yang menunjuk pada kata “kafir”. Bila diamati dari hadits-hadits yang ada, memang orientasi dajjal hanya satu: bagaimana menutupi kebenaran sehingga orang menjadi kufur kepada Allah.

Ketiga, menggunakan syubhat dan syahwat untuk menundukkan seseorang. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim misalnya, kelak dajjal (di masa kemarau panjang) akan membawa air dan api. Apa yang terlihat api oleh kebanyakan orang sejatinya adalah air; sedangkan yang terlihat air, hakikatnya adalah api. Dengan syubhat dan syahwat ini, banyak sekali korban yang terkelabui.

Keempat, kecepatan yang luar biasa. Melalui bacaan hadits-hadits nabi, salah satu kemampuan dajjal adalah kecepatannya. Kedatangan wujud aslinya di dunia hanya empat puluh hari, namun, satu hari pertama laksana setahun; hari kedua seperti satu bulan; dan hari ketiga bagaikan satu minggu, kemudian berikutnya normal seperti hari biasa (HR. Muslim). Ini menunjukkan bahwa dajjal memiliki kecepatan di atas rata-rata.

Kelima, daya jangkau fitnah yang luas. Menurut riwayat muslim, tidak ada satu negeripun yang tak diinjak dajjal, melainkan Mekah dan Madinah. Ini menunjukkan bahwa daya jangkau fitnah dajjal ini bukan hanya terbatas pada negeri tertentu, tapi akan mengena ke berbagai negara secara global, kecuali wilayah yang dilindungi oleh Allah.

Sebenarnya masih banyak hal-hal subtansial lainnya, bisa dirujuk dalam hadits-hadits shahih. Pertanyaannya, apakah kelima sinyal tersebut (kebohongan [manipulasi], orientasi duniawi, syubhat-syahwat, kecepatan luar biasa dan daya jangkau luas)  terkandung dalam era digital?

Semua jawaban kembali pada kepekaan dan kejelian masing-masing individu dalam penggunaannya. Tapi yang jelas, sejak Adam hingga kiamat tidak pernah sepi dari peringatan sinyal-sinyal kedatangan dajjal. Setiap nabi pun juga selalu mewanti-wantinya.

Jika pada zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam saja, sudah sedemikian peka dan antusias dalam menangkap sinyal-sinyalnya seperti dalam kasus Ibnu Shayyad (orang yang terindikasi sebagai dajjal) dan cerita Tamim ad-Dâri dalam sebuah pulau tentang dajjal, lalu bagaimana dengan kita di era digital ini?

Jika sinyal-sinyal dajjal bisa terlacak di era digital, lalu bagaimana agar terlindungi dari fitnahnya? Salah satunya adalah membaca 10 awal atau sepuluh akhir dari Surah al-Kahfi sebagaimana tertera dalam riwayat Muslim.

Namun, menurut penulis, meski membaca dan menghafalnya sudah bagus, tapi bagi yang mau mentadabburi lebih dalam ada pesan yang kuat di dalamnya: Jika mau terhindar dari fitnah dajjal, maka teladanilah Ashabul Kahfi. Mereka adalah para pemuda yang demi memegang teguh iman dan hidayah Allah rela melawan kebatilan, walaupun itu sudah menjadi mainstream di masyarakatnya.

Di dalam gua itu mereka seolah terisolir, tersisihkan dan menjadi manusia asing di tengah masyarakat yang menolak kebenaran, padahal hakikatnya mereka selamat dan menjadi percontohan bagi orang-orang setelahnya. Ini menunjukkan bagaimana kekuatan iman yang beriring amal dan hidayah Allah ta’ala, sebagai salah satu pelindung terbaik dari bahaya apapun, termasuk: Dajjal.*/Mahmud Budi Setiawan

Mengenal 7 Pengikut Dajjal di Akhir Zaman

FITNAH terbesar akhir zaman ditandai dengan kemunculan Dajjal. Dalam banyak hadits tercantum dengan jelas akan bahaya makhluk ini. Bahkan, setiap Nabi pun pasti memperingatkan umatnya untuk waspada agar tak termakan fitnahnya.

Supaya umat Islam bisa terhindar dari fitnahnya di antaranya adalah melalui jalur ilmu. Dengan mengetahui siapa pengikut Dajjal di akhir zaman, paling tidak umat bisa menyiapkan kewaspadaan sejak dini untuk tidak menjadi bagian dari pengikutnya.

Dalam buku “al-Mausū’ah fī al-Fitan wa al-Malāhim wa Asyrāti as-Sā’ah” (2006: 721-727), Dr. Muhammad Ahmad al-Mubayyadh –berdasarkan nash yang ada—ada tuju pengikut Dajjal di akhir zaman.

Pertama, orang-orang Yahudi. Terkait hal ini, Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa kelak Dajjal akan diikuti oleh tujuh puluh ribu orang Yahudi dari Ashbahan (sekarang masuk wilayah Iran) yang memakai baju tebal berjahit (HR. Muslim).

Hadits ini bukan menunjukkan pembatasan jumlah, namun terkait betapa banyaknya pengikut Dajjal kala itu. Jika di Ashbahan saja pengikutnya sebanyak itu, apalagi di wilayah-wilayah lainnya. Terlebih, Dajjal diberikan kemampuan luar biasa untuk berkeliling dunia dalam waktu yang super cepat, melainkan: Mekah dan Madinah yang dijaga oleh malaikat.

Penyebutan orang Yahudi dikaitkan dengan Dajjal sangatlah menarik bila umat Islam mau menarik benang merah antara kejadian-kejadian di dunia sekarang ini hingga akhir zaman. Bahwa kerusakan-kerusakan yang banyak didalangi orang-orang Yahudi sepanjang zaman kelak akan bertemu dengan muara kerusakan yang dibawa Dajjal. Bisa jadi, mereka telah menyiapkan secara matang kedatangan Dajjal.

Kedua, kelompok-kelompok menyempal dan khawarij. Menurut riwayat Ibnu Majah, Nabi bersabda bahwa akan tumbuh pemuda yang fasih baca al-Qur`an tapi hanya sampai kerongkongan. Setiap kali sekelompik dari mereka muncul, maka pantas dihancurkan. Kemunculannya lebih dari dua puluh kali hingga sampai kedatangan Dajjal.

Dari hadits tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa salah satu pengikut Dajjal adalah Khawarij. Sebuah gambaran umum bagi orang-orang yang dungu, tidak mengetahui dengan baik ajaran-ajaran Islam yang benar, memahami Islam dari lahiriahnya saja, gampang mengkafirkan orang tanpa dasar ilmu dan lain sebagainya yang menggambarkan kepandiran mereka. Orang seperti ini kelak akan menjadi pengikut setia Dajjal.

Ketiga, pelaku bid’ah dan kesesatan.  Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu pernah mendengar sabda Nabi bahwa setiap umat ada Majusinya, sementara Majusi umat ini adalah mereka yang tidak percaya takdir. Kalau berjumpa dengan orang semacam ini, Nabi Shallallahu ‘alaihim melarang untuk menghadiri jenazahnya dan dilarang membesuk mereka di kala sakit karena mereka adalah pengikut Dajjal (HR. Abu Dawud).

Hadits ini menggambarkan secara implisit bahwa kelak pengikut Dajjal adalah orang-orang yang suka melakukan bid’ah (baik secara akidah maupun ibadah) dan suka mengerjakan kesesatan.

Keempat, para wanita. Kelak di akhir zaman –berdasarkan riwayat Ahmad—kebanyakan yang terpengaruh dengan fitnah Dajjal adalah para wanita. Sampai-sampai, ada orang yang mengikat istri, ibu, putrid an saudara perempuannya agar tidak keluar rumah, termakan fitnah Dajjal.

Hadits ini sama sekali bukan bermaksud merendahkan wanita. Menurut Dr. Mubayyadh, banyak di kalangan wanita yang mengikuti Dajjal karena gampang tergoda dengan syahwat dunia, dan tidak begitu mengedepankan akalnya sebagaimana laki-laki.  Sementara itu, fitnah Dajjal yang begitu menggoda –di saat kondisi dunia kala itu begitu memprihatinkan– misalnya api diperlihatkan menjadi air, sebaliknya air diperlihatkan bagai api dan berbagai fitnah lainnya sangat sulit dilawan jika tak berbenteng keimanan.

Kelima, setan. Dalam hadits riwayat Amru bin Ash Radhiyallahu ‘anhu, disebutkan sabda Nabi bahwa di laut ada setan-setan yang dipenjara oleh Nabi Sulaiman Radhiyallahu ‘anhu yang kelak akan keluar membacakan sesuatu kepada manusia.., (HR. Muslim) Kemungkinan keluarnya setan-setan ini adalah menjelang atau saat Dajjal muncul. Dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa kelak setan-setan akan berjalan di bagian depan Dajjal yang meneyarukan fitnahnya di berbagai negeri dan kota yang dimasuki Dajjal.

Keenam, tukang sihir. Berdasarkan penelitian Dr. Mubayyadh, di sebagian riwayat ada yang menunjukkan bahwa tukang sihir (dukun dan semacamnya) kelak menjadi pengikut Dajjal. Mereka berjalan di depan Dajjal dengan kebohongan dan kedustaan yang dibuat-buat untuk menyebarkan fitnah Dajjal.

Ketujuh, pengikut hawa nafsu. Pengikut Dajjal yang lain adalah mereka yang tahu bahwa Dajjal itu  dusta, namun mereka tak kuat bersabar menahan fitnahnya akibatnya termakan juga. Abu Nu’aim meriwayatkan dari Ubaid bin Umar al-Laitsi bahwa ketika Dajjal keluar, salah satu yang mengikutinya adalah orang-orang yang mengetahui bahwa Dajjal adalah kafir tapi mereka tetap ikut karena ingin memakan makanannya serta kebutuhan lainnya. Ketika murka Allah turun, maka mereka juga terkena imbasnya.

Dari ketujuh orang pengikut Dajjal, setidaknya umat Islam bisa waspada sejak sekarang dengan tidak latah terhadap orang-orang Yahudi yang konon sekarang menguasai dunia, tidak ikut-ikutan dengan sekte menyimpang seperti khawarij dan semacamnya, tadak melakukan bid’ah serta kesesatan, bagi wanita juga mempersiapkan diri dari berbagai fitnah yang bisa menggelincir atau bagi orang tua menjaga pendidikan terutama anak putrinya dengan baik agar tak gampang termakan fitnah, demikian juga menjauhkan diri dari langkah-langkah seten, tukang sihir dan hawa nafsu.*/Mahmud Budi Setiawan

Tiga Ikatan Setan kepada Orang Tidur

RASULULLAH shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa ketika seseorang tidur, setan mengikatnya dengan tiga ikatan. Jika tidak dilepaskan, ikatan-ikatan ini berpengaruh pada jiwa dan semangat. Khususnya semangat beramal.

Bagaimana cara melepaskan ikatan-ikatan tersebut? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Ketika kalian tidur, setan membuat tiga ikatan di tengkuk kalian. Di setiap ikatan setan akan mengatakan, “Malam masih panjang, tidurlah!” Jika ia bangun lalu berzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika ia berwudhu, lepas lagi satu ikatan berikutnya. Kemudian jika ia mengerjakan salat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, jiwanya jadi kotor dan malas.” (HR. Al Bukhari)

Demikianlah cara setan bekerja. Ia tidak pernah berputus asa untuk menggoda dan menyesatkan manusia. Beragam cara ia lakukan, termasuk program rutin tiap malam. Yakni, setan membuat ikatan di tengkuk orang yang tidur. Bukan hanya satu ikatan, tetapi tiga lapis ikatan. Para ulama berbeda pendapat apakah ikatan yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah ikatan yang sebenarnya atau tidak. Namun pada prinsipnya, para ulama sepakat setan bisa membuat jiwa menjadi kotor dan malas dengan cara seperti hadis tersebut.

Jika kita melihat fenomena kehidupan umat Islam dewasa ini, agaknya program setan ini cukup berhasil. Indikatornya, banyak masjid yang sepi saat Subuh. Banyak muslim yang terlambat bangun alias kesiangan. Lalu efeknya, kita mendapati masyarakat muslim yang karakternya jauh dari nilai-nilai Islam dan semangat beramalnya rendah. Persis seperti akumulasi “khabiitsa an nafsi kaslan” pada hadis tersebut.

Agar bisa melepaskan diri dari tiga ikatan setan tersebut, tidak ada cara lain kecuali mengikuti petunjuk Rasulullah.

Bangun dan berdoa

Langkah pertama adalah segera bangun sebelum fajar dan berdoa. Doanya adalah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah:

“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan (membangunkan) kami setelah mematikan (menidurkan) kami dan kepada-Nyalah kami dibangkitkan” (HR. Al Bukhari)

Dengan bangun dan mengucapkan doa ini, satu ikatan syetan terlepas.

Berwudhu

Tidak sedikit orang yang bangun sebelum fajar, tetapi ia hanya ke kamar mandi untuk buang air kecil kemudian tidur lagi. Artinya ia belum bisa lepas dari seluruh ikatan setan. Tetapi jika setelah bangun dan berdoa ia kemudian berwudhu, maka terlepaslah ikatan kedua. Kini tinggallah ikatan ketiga, ikatan terakhir.

Salat

Dengan melakukan salat malam minimal dua rakaat, terlepaslah ikatan setan yang ketiga. Jadi seluruh ikatan tersebut lepas sudah. Dan karenanya jiwa orang tersebut menjadi bersih dan ia bersemangat di pagi harinya. Semangat beribadah, semangat beramal, semangat menyemai kebajikan.

Selain menempuh tiga langkah tersebut, sebagian ulama menjelaskan, langkah pencegahan juga tak kalah penting untuk dilakukan. Yakni berzikir dan berdoa sebelum tidur serta menjaga adab-adabnya. Wallahu alam bish shawab. [bersamadakwah]

Benarkah Mimpi Basah Hadiah dari Setan?

ADA seorang anggota jemaah pengajian yang bertanya, benarkah apa yang ia dengar bahwa mimpi basah merupakan hadiah dari setan?

Ustaz Ammi Nur Baits menjawabnya sebagai berikut; Mimpi basah dalam bahasa Arab disebut ihtilam. Pembahasan apakah mimpi basah itu dari setan, terkait dengan pembahasan apakah para nabi mengalami mimpi basah ataukah tidak?

Ada perbedaan pendapat dalam hal ini. Sebelum kita menyimpulkan perbedaan pendapat itu, terlebih dahulu kita simak beberapa hadis yang berbicara tentang itu.

Pertama, sebuah hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, bahwa beliau menyatakan, “Tidak ada seorang nabipun yang mengalami mimpi basah (ihtilam). Mimpi basah itu dari setan.”

Hanya saja banyak di antara para ahli hadis menyatakan hadis ini sebagai hadis dhaif. Di antaranya Ibnu Dihyah sebagaimana yang dinukil Ibnul Mulaqin dalam Ghayah as-Sul (hlm. 290) dan dalam as-Silsilah ad-Dhaifah, hadis ini diberi derajat: hadis bathil. (as-Silsilah ad-Dhaifah, 3/434)

Karena dalam sanad hadis ini terdapat perawi yang bernama Abdul Aziz bin Abi Tsabit. Imam Bukhari dan Imam Abu Hatim menyebutnya, “Munkarul Hadis.” Sementara an-Nasai menyebutnya, “Matrukul Hadis.” (simak: at-Tahdzib, Ibnu Hajar, 6/308)

Untuk itu, kita tinggalkan hadis ini, karena statusnya lemah sekali.

Kemudian, di sana ada hadis lain dari Abu Qatadah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ar-Rukya itu dari Allah dan al-Hulmu itu dari setan.” (HR. Bukhari 5747 & Muslim 2261).

An-Nawawi menukil keterangan al-Maziri tentang makna ar-Rukya dan al-Hulmu.

“Istilah ar-Rukya untuk menyebut mimpi yang disukai (mimpi baik), sedangkan istilah al-Hulmu untuk menyebut mimpi yang tidak disukai (mimpi buruk). (Syarh Shahih Muslim, 15/17).

Sebagian ulama menjadikan hadis ini sebagai dalil bahwa ihtilam (mimpi basah) adalah dari setan.

Meskipun sebagian memberi sanggahan bahwa makna al-hulmu dalam hadis di atas bukan mimpi basah, tapi mimpi buruk yang menakutkan. Karena itu dalam lanjutan hadis dinyatakan, Barangsiapa yang mengalami al-hulmu (mimpi buruk), hendaknya dia memohon perlindungan dari setan dan meludah ke kiri. Sehingga mimpi ini tidak akan membahayakan dirinya. Sementara anjuran ini (berlindung dari setan dan meludah ke kiri), tidak ada dalam mimpi basah.

Kemudian, ada hadis lain dari Ummu Salamah, yang menceritakan junubnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika masuk subuh, dan beliau melanjutkan dengan puasa, “Dulu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam masuk waktu subuh dalam keadaan junub, bukan karena mimpi basah. Kemudian beliau puasa. (HR. Muslim 1109, Nasai 183 dan yang lainnya).

Makna bukan karena mimpi basah menunjukkan bahwa junub beliau karena hubungan badan dan bukan karena mimpi basah.

Hanya saja, ada dua pemahaman ulama tentang makna kalimat bukan karena mimpi basah dalam kaitannya dengan mimpi basah yang apakah Nabi shallallahu alaihi wa sallam bisa mengalami mimpi basah,

Pertama, kalimat bukan karena mimpi basah menunjukkan bahwa beliau tidak mengalami mimpi basah. Dan di sini disampaikan Ummu Salamah sebagai penegasan bahwa junub itu terjadi karena hubungan badan.

Kedua, kalimat bukan karena mimpi basah mengisyaratkan bahwa mimpi basah mungkin saja dialami Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Karena untuk apa Ummu Salamah menyebutkan bukan karena mimpi basah, sementara beliau tidak mengalami mimpi basah. Jika beliau tidak mengalami mimpi basah, tentu Ummu Salamah tidak perlu menyebutkannya.

An-Nawawi menyebutkan perbedaan ulama dalam masalah ini, ketika membahas hadis status sucinya mani, “Para ulama yang berdalil dengan hadis ini memberikan catatan, bahwa mimpi basah mustahil bagi Nabi shallallahu alaihi wa sallam karena termasuk permainan setan pada orang yang sedang tidur. Oleh karena itu, mani yang ada di baju Nabi shallallahu alaihi wa sallam kecuali karena jimak.”

“Jawaban sebagian ulama memberikan jawaban, bahwa tidak mustahil bagi Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk mengalami mimpi basah dan bukan permainan setan. Bahkan bisa saja beliau shallallahu alaihi wa sallam mengalami ihtilam (mimpi basah) dan itu bukan permainan setan. Akan tetapi karena kelebihan mani yang keluar pada waktu tertentu (Syarh Muslim, 3/198). []

Sejarah Hari Ini: Pesawat Haji Jatuh, 176 Orang Meninggal

Pada 22 Januari 1973, sebuah pesawat yang mengangkut jamaah haji Muslim Nigeria dari Makkah jatuh di Kano, Nigeria. Sebanyak 176 orang tewas.

History mencatat, insiden tersebut adalah kecelakaan udara paling mematikan pada masanya. Jenis pesawat Royal Jordanian Boeing 707-300  milik Nigeria Airways membawa Muslim Nigeria melakukan ibadah ke Makkah di Arab Saudi. Terdapat 198 penumpang dan 11 anggota awak di pesawat.

Pada musim dingin, bandara Kano merupakan medan sulit bagi para pilot mendaratkan pesawatnya. Kano berada di tepi Sahara dan Harmattan. Di sana angin gurun yang berdebu kadang tiba-tiba mengurangi jarak pandang mata tanpa peringatan.

Saat pilot Amerika 707, John Waterman, membawa pesawat ke Kano, tiba-tiba terjadi badai pasir. Kondisi yang menyilaukan memaksa Waterman meninggalkan pendaratan dan mencoba lagi.

Pada upaya kedua, roda pendarat rusak saat pesawat menabrak landasan pacu dan 707 terbakar. Penyebab landing gear gagal tidak pernah ditentukan secara pasti.

Beberapa percaya bahwa landasan pacu dalam kondisi yang buruk dan itu menyebabkan roda gigi hancur.

Beberapa pihak lainnya menyalahkan muatan dalam pesawat terlalu banyak degan bahan bakar tambahan. Secara total, 170 penumpang dan enam awak pesawat tewas dalam kecelakaan itu.

Sebagian besar warga yang tewas dimakamkan bersama. Kecelakaan tersebut juga secara tidak langsung menyebabkan kematian lain ketika seorang bocah lelaki setempat tertangkap basah mencuri dari jasad-jasad itu. Kerabat para korban pun memukul anak itu hingga tewas di tempat.

Dua hari kemudian, jet lain dari Makkah hampir jatuh ketika menabrak pohon saat mendarat di bandara di Lagos, Nigeria.

Bebani Jemaah Umrah, Pemerintah dan DPR Minta Rekam Biometrik Ditunda

Jakarta (Kemenag) — Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Kemenag Arfi Hatim mengatakan bahwa pemberlakuan rekam biometerik sebagai syarat penerbitan visa membebani jemaah umrah. Untuk itu, Pemerintah dan DPR sependapat bahwa Saudi perlu menunda kebijakan tersebut.

Hal ini disampaikan Arfi Hatim saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi I DPR RI dan Kemenkumham, Kemenlu,  dan BKPM di Jakarta. Menurut Arfi, setidaknya ada dua alasan rekam biometrik akan merepotkan dan membebani jemaah.

Pertama, kondisi geografis Indonesia yang luas, tidak memungkinkan untuk seluruh jemaah melakukan rekam biometrik. Apalagi, kantor operator Visa Facilitation Service (VFS) Tasheel — perusahaan jasa kelengkapan dokumen termasuk data biometrik– hanya ada di 30 kota-kota besar di Indonesia.

Kedua, jemaah akan dibebankan biaya tambahan atas kebijakan ini. “Pengambilan biometrik ini ada penambahan cost (biaya). Mendaftar secara online, kemudian mengambil jadwal pengambilan biometrik,” kata Arfi di Senayan, Jakarta, Senin (21/01).

“Misalnya jemaah dari Papua harus datang ke Ambon, ke Makassar untuk mengambil biometrik,” imbuhnya.

Hal senada disampaikan Direktur Lalu Lintas Keimigrasian Kementerian Hukum dan HAM Cucu Koswala. Menurutnya,  perekaman data untuk jemaah umrah melalui VFS Tasheel harus dievaluasi.

“Kalau kita baca, bahwa data terkait WNI harus dilindungi oleh pemerintah. Bagaimana mungkin swasta dari luar negeri, kemudian mengambil data warga negara Indonesia kemudian dikirimkan ke negaranya,” ungkap Cucu.

Cucu menilai, data-data yang akan dikirimkan ke Saudi rentan disalahgunakan. Untuk itu, kebijakan biometrik perlu ditunda hingga infrastruktur biometrik di Indonesia memadai.

“Sepakat dengan temen-teman yang lain, ini ditunda, sampai kondusif,” ujarnya.

Rapat Kemenag dan Kemenkumham dengan Komisi I dipimpin oleh Asril Tanjung dan Bambang Wuryanto. Turut hadir anggota Komisi I lainnya seperti Lena Maryana Mukti, Supiadin, Sukamta hingga Hidayat Nur Wahid.

Komisi I DPR  mendorong kepada pemerintah untuk  mendesak Arab Saudi agar menunda pelaksanaan rekam biometrik sebagai syarat pengajuan visa. Hal ini dalam rangka memberikan perlindungan kepada warna negara Indonesia yang akan melaksanakan ibadah haji dan umrah.