Kekompakan Jamaah Umrah POS III Diapresiasi

Untuk ketiga kalinya, Paguyuban The Power of Silaturahim (POS) memberangkatkan puluhan orang mengikuti program umrah gratis yang digagas motivator dan pakar komunikasi Aqua Dwipayana.

Sebanyak 50 orang anggota Jamaah Umrah POS III berangkat ke Tanah Suci, dari Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang, Kamis (4/4). Mereka kembali ke Tanah Air, Jumat (12/4).

Pembimbing  (muthowif) umrah PT Nur Rima Al-Waali (NRA) di Tanah Suci mengapresiasi kekompakan dan disiplin jamaah Umroh The Power of Silaturahim (POS) III.

“Jamaah Bus 36 ini luar biasa disiplinnya dan solid. Kelompok lain masih tertinggal, busnya belum berangkat, Bus 36 ini malah sudah sampai di lokasi tijuan (city tour),” kata Rajab Siregar, muthowif lokal NRA yang ditugaskan mendampingi Jamaah POS III selama beribadah di Tanah Suci Mekah dan Madinah, seperti dikutip dalam rilis POS III yang diterima ihram.co.id, Sabtu (13/4).

Ketua rombongan umrah The Power of Silaturahim (POS) I, II, dan III, Nurcholis MA Basyari mengungkapkan, jamaah POS III bertolak dari Tanah Air ke Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi, Kamis (4/4) pagi. Dari Jeddah, jamaah bertolak ke Madinah yang ditempuh selama kurang lebih lima jam. Mereka mengikuti paket umrah milad (ulang tahun) NRA bersama sekira 5 ribuan orang dari berbagai daerah di Indonesia.

“Selama di Tanah Suci, mobilisasi jamaah yang jadwal keberangkatan dan kepulangan sama dengan Jamaah Umroh POS III menggunakan 24 bus.  Setiap bus berpenumpang 35-45 orang,” tutur Nurcholis.

Ia menambahkan, pada hari pertama (Jumat, 7/4) kegiatan jamaah berpusat di Masjid Nabawi. Keesokan harinya, jamaah mengikuti tur di seputar Madinah,  termasuk berkunjung ke Masjid Quba, masjid yang pertama dibangun oleh Nabi Muhammad SAW. Selain itu, jamaah mengunjungi kompleks Jabal Uhud yg di dalamnya terdapat makam para syuhada Perang Uhud,  termasuk paman Nabi Muhammad, yakni Sayyidina Hamzah RA. “Termasuk yang dimunjungi dalam city tour ialah kebun dan pasar kurma,” paparnya.

Rajab yang telah tiga tahun bermukim di Mekkah sebagai mahasiswa itu mengapresiasi soliditas dan kepatuhan jamaah POS III. Menurutnya, hal itu termasuk jarang ditemui pada kelompok jamaah pada umumnya yang cenderung terpencar dan tidak disiplin sehingga acapkali terlambat kembali ke bus saat hendak bergerak ke tempat lain.

Menurut Rajab, sikap dan perilaku positif seperti itu dari jamaah POS III membuatnya sangat terbantu dalam menjalankan tugasnya.

Nucholis menjelaskan, jamaah Umrah POS III merupakan kelanjutan dari gerakan umrah gratis yang digagas dan didanai oleh pakar komunikasi dan motivator Aqua Dwipayana. Kali ini merupakan tahun ketiga pelaksanaan kegiatan tersebut.

“Pada tahun pertama (POS I), sebanyak 35 orang diberangkatkan ke Tanah Suci pada 8-16 Januari 2017. Tahun berikutnya (18-26 April 2018) jamaah POS II berjumlah 39 orang. Adapun tahun ini, jumlah yang diberangkatkan

Rombongan jamaah umroh The Power of Silaturahim (POS) III di depan Masjid Birr Ali.

IHRAM.CO.ID, MADINAH —   Untuk ketiga kalinya, Paguyuban The Power of Silaturahim (POS) memberangkatkan puluhan orang mengikuti program umrah gratis yang digagas motivator dan pakar komunikasi Aqua Dwipayana.

Sebanyak 50 orang anggota Jamaah Umrah POS III berangkat ke Tanah Suci, dari Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang, Kamis (4/4). Mereka kembali ke Tanah Air, Jumat (12/4).

Pembimbing  (muthowif) umrah PT Nur Rima Al-Waali (NRA) di Tanah Suci mengapresiasi kekompakan dan disiplin jamaah Umroh The Power of Silaturahim (POS) III.

“Jamaah Bus 36 ini luar biasa disiplinnya dan solid. Kelompok lain masih tertinggal, busnya belum berangkat, Bus 36 ini malah sudah sampai di lokasi tijuan (city tour),” kata Rajab Siregar, muthowif lokal NRA yang ditugaskan mendampingi Jamaah POS III selama beribadah di Tanah Suci Mekah dan Madinah, seperti dikutip dalam rilis POS III yang diterima ihram.co.id, Sabtu (13/4).

Ketua rombongan umrah The Power of Silaturahim (POS) I, II, dan III, Nurcholis MA Basyari mengungkapkan, jamaah POS III bertolak dari Tanah Air ke Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi, Kamis (4/4) pagi. Dari Jeddah, jamaah bertolak ke Madinah yang ditempuh selama kurang lebih lima jam. Mereka mengikuti paket umrah milad (ulang tahun) NRA bersama sekira 5 ribuan orang dari berbagai daerah di Indonesia.

“Selama di Tanah Suci, mobilisasi jamaah yang jadwal keberangkatan dan kepulangan sama dengan Jamaah Umroh POS III menggunakan 24 bus.  Setiap bus berpenumpang 35-45 orang,” tutur Nurcholis.

Ia menambahkan, pada hari pertama (Jumat, 7/4) kegiatan jamaah berpusat di Masjid Nabawi. Keesokan harinya, jamaah mengikuti tur di seputar Madinah,  termasuk berkunjung ke Masjid Quba, masjid yang pertama dibangun oleh Nabi Muhammad SAW. Selain itu, jamaah mengunjungi kompleks Jabal Uhud yg di dalamnya terdapat makam para syuhada Perang Uhud,  termasuk paman Nabi Muhammad, yakni Sayyidina Hamzah RA. “Termasuk yang dimunjungi dalam city tour ialah kebun dan pasar kurma,” paparnya.

Rajab yang telah tiga tahun bermukim di Mekkah sebagai mahasiswa itu mengapresiasi soliditas dan kepatuhan jamaah POS III. Menurutnya, hal itu termasuk jarang ditemui pada kelompok jamaah pada umumnya yang cenderung terpencar dan tidak disiplin sehingga acapkali terlambat kembali ke bus saat hendak bergerak ke tempat lain.

Menurut Rajab, sikap dan perilaku positif seperti itu dari jamaah POS III membuatnya sangat terbantu dalam menjalankan tugasnya.

Nucholis menjelaskan, jamaah Umrah POS III merupakan kelanjutan dari gerakan umrah gratis yang digagas dan didanai oleh pakar komunikasi dan motivator Aqua Dwipayana. Kali ini merupakan tahun ketiga pelaksanaan kegiatan tersebut.

“Pada tahun pertama (POS I), sebanyak 35 orang diberangkatkan ke Tanah Suci pada 8-16 Januari 2017. Tahun berikutnya (18-26 April 2018) jamaah POS II berjumlah 39 orang. Adapun tahun ini, jumlah yang diberangkatkan mencapai 50 orang,” paparnya.

Mereka berasal dari berbagai latar belakang sosial ekonomi,  suku,  bahasa,  dan daerah di Indonesia. Mereka antara lain aggota TNI/Polri, guru, pegiat sosial, wartawan senior, PNS, ibu rumah tangga, dan pelajar.

“Saya sangat senang jamaah kami menunjukkan perilaku positif sesuai dengan spirit silaturahim, yakni kebersamaan untuk saling menguatkan, bukan melemahkan atau menyusahkan orang lain,” kata Aqua yang bersama istrinya,  Retno Setiasih, dan sejumlah koleganya yakni Ikhsyat Syukur, Arifin Asydhad, Edwin dan Dwidjajanto menyusul ke Tanah Suci, Sabtu (6/4/2019). Ahad (7/4)  siang,  mereka sengaja menemui semua jamaah POS III di Madinah.

IHRAM.co.id

Manusia Lalai Ditengah Kondisi Yang Genting

Manusia Lalai Ditengah Kondisi Yang Genting

Manusia Lalai Ditengah Kondisi Yang Genting

khazanahalquran.com – Dikisahkan seorang lelaki pada pertama kalinya mengunjungi hutan amazon. Ia terperangah dengan keindahan alam didalamnya. Ia terkagum-kagum dengan pepohonan yang menjulang tinggi dan bunga-bunga yang beraneka ragam.

Ditengah kekagumannya, ia mendengar suara aneh yang menakutkan. Sepertinya ada musuh besar yang sedang mendekat.

Suara itu semakin dekat dan dekat terdengar dari belakang. Disaat ia menoleh, tampak seekor singa yang sedang berlari ke arahnya.

Lelaki itu segera berlari sekuat tenaga untuk menghindar dari terkaman sang singa yang sedang kelaparan. Disaat suara langkah singa semakin dekat ia pun segera melompat ke dalam sumur tua ditengah hutan belantara itu.

Lelaki itu melompat dan berpegangan pada tali didalam sumur. Nafasnya tergopoh-gopoh karena ketakutan yang luar biasa. Ia mencoba menenangkan diri hingga suara singa itu tak terdengar lagi.

Suara singa itu mulai menjauh dan suara nafas lelaki itu mulai tenang. Disaat suasa menjadi hening, terdengar suara mendesis dari dalam sumur. Oh, ternyata didasar sumur itu ada ular yang begitu besar dan panjang.

Dia pun mulai gelisah dengan keadaan ini. Ditambah ada dua tikus berwarna hitam dan putih yang sedang menggerogoti tali tempat ia berpegangan.

Ditengah ketakutannya, ia terperanjat ketika punggungnya menyentuh dinding sumur. Ternyata dibelakangnya ada sarang lebah berisi madu yang nikmat. Ia pun berusaha mendekatkan mulutnya ke madu tersebut dan menikmatinya sedikit demi sedikit.

Kenikmatan madu itu membuatnya lupa segalanya. Lupa dengan keadaan yang menghimpitnya.

Ditengah ia menikmati madu, tikus putih dan hitam terus menggerogoti talinya hingga akhirnya ia pun terjatuh.

Tiba-tiba ia terjaga dari tidurnya dengan keringat yang membasahi wajahnya. Ternyata ini hanya mimpi belaka.

Keesokan harinya ia pergi menuju seorang ahli tafsir mimpi. Ia pun menceritakan mimpi yang ia lihat semalam.

Sang penafsir mimpi berkata, “Singa itu adalah ajal yang selalu mengejarmu. Ular didalam sumur itu adalah kuburanmu. Tali yang kau pegang adalah umurmu. Dan tikus berwarna hitam dan putih yang menggerogoti tali itu adalah siang dan malam yang selalu mengurangi umurmu.”

“Lalu apa arti dari madu yang kumakan itu?” tanya si lelaki yang bermimpi.

Penafsir itu menjawab, “Tidakkah kau tau, madu itu adalah dunia. Manisnya madu telah membuatmu lalai dari keadaanmu. Kenikmatan dunia ini telah membuatmu lupa bahwa engkau berada diantara kematian dan hari perhitungan.”

Kisah yang begitu luar biasa yang akan mengingatkan kita firman Allah swt :

إِنَّ هَٰٓؤُلَآءِ يُحِبُّونَ ٱلۡعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَآءَهُمۡ يَوۡمٗا ثَقِيلٗا

“Sesungguhnya mereka (orang kafir) itu mencintai kehidupan (dunia) dan meninggalkan hari yang berat (hari akhirat) di belakangnya.” (QS Al-Insan:27)

وَغَرَّتۡهُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا

“Tetapi mereka tertipu oleh kehidupan dunia.” (QS.Al-An’am:130)

Semoga bermanfaat…

KHAZANAHALQURAN.COM

Untaian Bait Untuk Muslimah Yang Sedang Menanti

Wahai muslimah…
Permata akan tetap menjadi permata,
Walaupun harganya mahal, mendapatkannya harus bersusah payah
Setelah didapat, menjadi barang berharga yang terus dijaga
Coba kita bandingkan
Pecahan kaca tidak akan pernah menarik perhatian padahal kilauannya sekilas sama
Walaupun ia hampir tak berbayar
Bahkan ketika ia berserakan di depan mata
Kalaupun disimpan, bisa bahaya sehingga perlu waspada
Jika permata dan pecahan kaca adalah perumpamaan manusia,
engkau pilih jadi yang mana?

Wahai muslimah…
Allah Maha Adil ketika menjadikan taqwa sebagai parameter kemuliaan

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adlah orang yang paling bertaqwa.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Maka jadilah bertaqwa, itulah penentu kualitas dimata Allah Ta’ala
Adakah kemuliaan yang lebih tinggi dari kemuliaan di sisi Rabbul ‘Izzati wal Jalalah?

Wahai muslimah..
Bukanlah kecantikan, harta atau kedudukan yang menjadikanmu bak permata
Tapi taqwa atas dasar ilmu, amal dan kesabaran sebagai bekalnya
Tak perlu khawatir dengan kesendiriaan, sedangkan kamu terus berusaha istiqomah di atas kebenaran
Karena Allah akan datangkan yang berkualitas dengan cara-Nya
Bukankah amat jelas firman Allah Ta’ala

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“… Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan bukakan jalan keluar baginya. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. …” (QS. At-Thalaq: 2-3)
Yakini dan berdamailah dengan kesendirian yang bermartabat

Wahai muslimah…
Engkau tidak perlu mengibaskan hijabmu agar terlihat pujangga
Atau menampakkan dirimu kepada dunia sehingga orang-orang akan menatap
Permata yang tersentuh banyak tangan dan mudah dinikmati siapa saja
Adakah ia tetap berharga?

Wahai muslimah…
Aku tidak sedang menyamakanmu dengan harta dunia
Karena muslimah shalihah, yang terjaga izzah dan iffahnya lebih baik daripada seluruh perhiasan dunia
Demikianlah Rasululllah sabdakan sebagai wahyu dari Allah Ta’ala

الدنيا متاع وخير متاعها المرأة الصالحة

Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)
Aku hanya mencoba mendatangkan perumpamaan, karena logika duniapun menyetujuinya
Bahwa sesuatu yang berharga hanya akan dicari orang yang berkualitas,
didapatkan melalui jalan yang mulia, kemudian ia dirawat dengan cara demikian pula..

Wahai muslimah…
Sebagaimana pakaian, makanan dan setiap yang engkau miliki adalah rezeki dari Allah Ta’ala,
Begitupula jodohmu kelak, ia juga pemberian Allah Ar-Razzaq
Janganlah engkau umbar dirimu karena ingin berjodoh dengan laki-laki idaman
Atau engkau khawatirkan umur yang sudah tak muda, lantas melepaskan pakaian malu lalu memaksiati Rabb-mu
Jauhi pacaran atau ta’aruf yang yang tak sesuai tuntunan
Hendaknya niat baik ditempuh dengan cara yang baik tanpa melanggar syariat
Bukankah engkau inginkan keberkahan dalam rumah tangga?
Perbaiki niat, Allah tidak pernah menyia-nyiakan hamba-Nya

Wahai muslimah…
Umur hanya sekedar angka
Omongan manusia akan berlalu begitu saja
Adalah urusan Allah kapan mempertemukanmu dengan lelaki shalih yang diidamkan
Adapun urusanmu adalah memperbaiki diri, jujur dalam berdoa dan istiqomah untuk taat kepada-Nya
Berbaik sangkalah kepada Allah, sandarkan hatimu kepada-Nya
Jika inginmu tak sejalan dengan realita, yakinlah ada hikmah yang tidak Allah tampakkan
Ingatkah engkau dengan firman-Nya

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Bisa jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu. Dan bisa jadi engkau menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan engkau tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Wahai muslimah..
Tetaplah jadi ‘permata’ yang berharga, yang terjaga izzah dan iffahnya.
Sesungguhnya generasi terbaik sudah cukup menjadi teladan
Seperti Khadijah, Aisyah, maupun Fathimah

Untukmu muslimah yang sedang menanti…
Semoga penantianmu dalam taqwa berbuah manis, tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat nanti

Penulis: Titi Komalasari

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/11053-untaian-bait-untuk-muslimah-yang-sedang-menanti.html

Gadget Telah Memalingkan Kita dari Al-Quran

Sungguh di zaman ini manusia benar-benar disibukkan dengan gadget. Apapun keadaanya manusia benar-benar tidak lepas dari gadget dan digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan buang-buang waktu. Di jalan lihat gadget, sedang antri lihat gadget, sedang berbicara pun curi-curi pandang lihat gadget. Memang gadget ibarat pedang bermata dua, jika digunakan dengan bijak, gadget sangat bermanfaat, akan tetapi kebanyakan kita lalai dan kurang bijak menggunakan gadget.

 

Salah satu kelalaian kita adalah gadget memalingkan kita dari Al-Quran. Sungguh sangat tersentuh membaca perkataan Khalid bin Walid yang begitu sedih karena tidak bisa fokus belajar Al-Quran karena sibuk dengan jihad, sedangkan kita sekarang meninggalkan Al-Quran karena gadget.

Perhatikan perkataan Khalid bin Walid berikut:

شغلنا الجهاد عن تعليم القرآن

“Sungguh jihad telah menyibukkan kami dari belajar Al-Quran.” [HR. Ibnu Abi Syaibah 6/151]

Di riwayat yang lain, jihad telah menyibukkan mereka dari membaca Al-Quran.

لقد منعني كثيراً من القراءة الجهاد في سبيل الله

“Sungguh jihad di jalan Allah telah menyibukkan (mencegah) kami dari membaca Al-Quran.” [Musnad Abu Ya’la 6/361]

Sungguh benar akan datang zaman di mana manusia benar-benar meninggalkan Al-Quran.

Allah berfirman,

وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا

“Berkatalah Rasul: “Wahai Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini suatu yang TIDAK DIACUHKAN/DITINGGALKAN”. (Al Furqan: 30)

Syaikh Abdurrahman As-Sa’diy menjelaskan bahwa bentuk meninggalkan Al-Quran dalam segala bentuk, mulai dari membaca, mentadabbur, mempelajari tafsirnya dan mengamalkannya. Beliau berkata,

قد أعرضوا عنه وهجروه وتركوه مع أن الواجب عليهم الانقياد لحكمه والإقبال على أحكامه، والمشي خلفه

“Mereka telah berpaling dan meninggalkan Al-Quran, padahal mereka wajib untuk patuh dan menerima terhadap hukum di dalamnya serta berjalan dengan petunjuk Al-Quran.” [Tafsir As-Sa’diy]

Hendaknya seorang muslim berusaha membaca Al-Quran setiap hari. Berusahalah membacanya walaupun hanya beberapa ayat dalam sehari, karena kita terlalu banyak melakukan maksiat setiap hari. Maksiat membuat hati keras dan Al-Quran lah obatnya. Membaca Al-Quran membuat hati menjadi lembuh dan mudah menerimah hidayah serta mudah melakukan ibadah dan kebaikan yang bermanfaat bagi manusia. Al-Quran adalah obat bagi penyakit hati kita.

 

Allah berfirman

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al-Israa’: 82).

Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqith menjelaskan bahwa maksud obat dalam ayat ini adalah obat untuk penyakit fisik dan penyakit hati. Beliau berkata

ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺎﺀٌ ﻳَﺸْﻤَﻞُ ﻛَﻮْﻧَﻪُ ﺷِﻔَﺎﺀً ﻟِﻠْﻘَﻠْﺐِ ﻣِﻦْ ﺃَﻣْﺮَﺍﺿِﻪِ ; ﻛَﺎﻟﺸَّﻚِّ ﻭَﺍﻟﻨِّﻔَﺎﻕِ ﻭَﻏَﻴْﺮِ ﺫَﻟِﻚَ ، ﻭَﻛَﻮْﻧَﻪُ ﺷِﻔَﺎﺀً ﻟِﻠْﺄَﺟْﺴَﺎﻡِ ﺇِﺫَﺍ ﺭُﻗِﻲَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺑِﻪِ ، ﻛَﻤَﺎ ﺗَﺪُﻝُّ ﻟَﻪُ ﻗِﺼَّﺔُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺭَﻗَﻰ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞَ ﺍﻟﻠَّﺪِﻳﻎَ ﺑِﺎﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔِ ، ﻭَﻫِﻲَ ﺻَﺤِﻴﺤَﺔٌ ﻣَﺸْﻬُﻮﺭَﺓٌ

“Obat yang mencakup obat bagi penyakit hati/jiwa, seperti keraguan, kemunafikan, dan perkara lainnya. Bisa menjadi obat bagi jasmani jika dilakukan ruqyah kepada orang yang sakit. Sebagaimana kisah seseorang yang terkena sengatan kalajengking diruqyah dengan membacakan Al-Fatihah. Ini adalah kisah yang shahih dan masyhur.” (Tafsir Adhwaul Bayan).

 

Gunung yang keras saja akan hancur apabila Al-Quran turun padanya, apalagi hati yang keras. Tentu hati yang keras akan menjadi lembut dengan Al-Quran.

Allah berfirman,

لَوْ أَنزَلْنَا هَٰذَا الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللَّه

“Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah.” (Al Hasyr: 21)

Demikian semoga bermanfaat

 

 

Penyusun: Raehanul Bahraen

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/46132-gadget-telah-memalingkan-kita-dari-al-quran.html

Lawan Travel Haji Bodong dengan Haji Digital

Maraknya penipuan berkedok layanan travel haji dan umrah, membuat pemerintah menyusun layanan berbasis teknologi digital.

Nantinya, setiap calon jamaah haji dan umrah bisa memanfaatkan sistem digital yang lebih transparan dan akuntabel. Sehingga bakal terhindar dari penipuan. “Pemerintah tengah membangun layanan digital ibadah haji dan umroh, sehingga masyarakat bisa memilih. Kementerian Agama juga telah membuat aplikasi khusus sebagai referensi pencarian biro haji dan umroh yang berizin dari pemerintah,” kata Darmin saat menjadi pembicara pada acara Ikatan Ahli Ekonomi Indonesia (IAEI) bertajuk Manajemen Bisnis Syariah Pada Travel Haji dan Umrah di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (6/3/2019).

Sehingga, kata Darmin, pemerintah terus berupaya agar kebutuhan ini tidak hanya sekadar terpenuhi tapi diiringi dengan kualitas pelayanan yang semakin baik, sehingga kasus-kasus Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umroh (PPIU) seperti First Travel, tidak terulang kembali.

“Pemerintah telah menyusun MoU, bersinergi dengan pihak terkait untuk mengatasi permasalahan PPIU berupa pencegahan, pengawasan, dan penanganan permasalahan umroh,” katanya.

Menurut Darmin, upaya-upaya ini perlu dilakukan mengingat jasa perjalanan ibadah haji dan umroh memegang peranan signifikan dalam kepentingan nasional. [ipe]

 

INILAH MOZAIK

77 Ribu Calon Jamaah Haji Sudah Lakukan Rekam Biometrik

Rekam biometrik jamaah haji 1440 H/ 2019 M terus berlangsung di sejumlah kantor VFS Tasheel yang tersebar di sejumlah wilayah di Indonesia. Proses tersebut harus dilakukan jamaah karena mulai tahun ini Arab Saudi menerapkan kebijakan rekam biometrik sebagai syarat penerbitan visa.

“Sejak kali pertama dibuka (rekam biometrik) pada 11 Maret 2019, sampai hari ini sudah 77 ribu calon jamaah haji atau sekitar 38 persen yang sudah rekam biometrik,” kata Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Kementerian Agama (Kemenag), Muhajirin Yanis kepada Republika, Sabtu (6/4).

Muhajirin mengatakan, proses rekam biometrik berlangsung setiap hari pada jam kerja di kantor VFS Tasheel. Data terbaru menginformasikan presentasi terbesar yang sudah rekam biometrik adalah jamaah dari Jawa Barat. Disusul jamaah dari Provinsi Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatra Utara.

Ia menjelaskan, calon jamaah haji dari empat provinsi tersebut sudah di atas 50 persen yang telah melakukan rekam biometrik. Kemenag berupaya agar proses rekam biometrik bisa selesai pada akhir April 2019

Kasubdit Dokumentasi Haji, Nasrullah Jassam menambahkan, pihaknya terus berkoordinasi dengan VFS Tasheel agar proses rekam biometrik bisa lebih dipercepat lagi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah merelokasi alat dari tempat yang sudah selesai ke wilayah yang belum ada kantor VFS Tasheel-nya.

“Gorontalo sudah hampir 100 persen, kalau sudah selesai, sebagian alatnya akan dipindah ke daerah lain, misalnya ke Papua,” ujarnya.

Seperti diketahui, kantor VFS Tasheel belum ada di semua wilayah Indonesia. Sementara rekam biometrik harus dilakukan calon jamaah haji di VFS Tasheel sebagai syarat mendapatkan visa haji. Oleh karena itu, peralatan untuk merekam biometrik akan dipindahkan ke wilayah yang belum memiliki kantor VFS Tasheel.

Nasrullah menambahkan, hasil rekam biometrik yang dilakukan jamaah akan ditindaklanjuti dengan proses penerbitan visa. Ada beberapa hal yang perlu disiapkan pihaknya untuk memproses visa calon jamaah haji.

“Selain hasil rekam biometrik, untuk penerbitan visa diperlukan paspor jamaah, bukti telah suntik vaksin meningitis dan lembar bukti pelunasan biaya haji, sampai saat ini lebih dari 185 ribu paspor jamaah sudah siap,” ujarnya.

Nasrullah memastikan proses penerbitan visa untuk calon jamaah haji sudah mulai bisa dilakukan akhir bulan ini. Supaya sudah banyak calon jamaah haji yang siap menjelang tahap awal pemberangkatan jamaah pada Juli 2019.

IHRAM REPUBLIKA

Mengaku Islam Kok Perilaku di Medsos Buruk

BELAKANGAN ini makin nyata adanya kelompok orang yang mengaku muslim dan beriman tetapi tidak menampakkan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-harinya. Gejala ini sangat banyak kita temui baik dalam rutinitas keseharian apalagi di media sosial. Sumpah serapah dan caci maki, tak urung mewarnai “komunikasi” (kalau boleh disebut komunikasi) yang terjadi.

Kita pun dibuat bertanya-tanya, “Bagaimana mungkin seorang yang mengaku Islam, melakukan hal-hal seperti itu?” Untuk memahaminya, perlu dijelaskan adanya perbedaan antara orang-orang muslim (ber-Islam), mukmin (beriman), dan muhsin (ber-ihsan).

Definisi keislaman dipaparkan dalam Al-Hujurat ayat 14: “Orang-orang Arab Badui (a’rab, pengembara Badui yang belum mengembangkan peradaban, bukan ‘arab) itu berkata: Kami telah beriman…. Katakanlah: Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah menjadi muslim (tunduk)’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu.”

Sedang definisi keimanan dipaparkan dalam Al-Anfal ayat 2 -3: “Sesungguhnya orang2 beriman ialah mereka yg bila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”

Jadi kira-kira Muslim itu yang melaksanakan kewajiban syariah secara lahiriah, sedangkan Mukmin adalah sikap hati (batiniyah). Orang beriman (Mukmin) adalah yang gemetar hatinya bila mendengar kata Allah dan bertambah terus imannya ketika membaca ayat Allah. Mukmin menjaga dan menghayati shalatnya–yakni menghadirkan hati dalam ibadah–dan melahirkan amal-amal saleh antara lain dalam bentuk sedekah.

Sedang berkenaan dengan Ihsan, Allah Swt. berfirman dalam Al-Mulk, ayat 23: “… Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih sempurna amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Dalam hadis Jibril disebutkan ihsan adalah menyembahNya dalam keadaan kita (seolah-olah, yakni bukan dengan mata fisik) melihat Allah Swt. Atau kalau kita tidak bisa merasa seolah melihatNya, kita yakin bahwa Allah melihat/mengawasi kita. Dalam hadis lain dikatakan: “Allah Swt. cinta pada orang yang jika menyelesaikan pekerjaan, dia selesaikannya dengan ihsan (sempurna).”

Ada juga dalam hadis lain disebutkan: “Allah telah menetapkan al-ihsan dalam semua hal.” (HR Muslim)

Ada 166 ayat yang mengandung kata ihsan dan turunannya. Salah satunya yang populer: “Sungguh Allah menyuruh berlaku adil & berbuat ihsan serta memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.” (An-Nahl: 90 )

Segera tampak bahwa ihsan terkait erat dengan kepemilikan dan penerapan akhlak mulia secara konkret dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, orang yang berihsan tak hanya menahan marah, tetapi juga memaafkan orang yang bersalah padanya dan menyempurnakannya dengan berbuat baik padanya.

Sebagaimana firmanNya dalam QS. Ali Imran: 134; “Dan orang yang menahan marahnya & yg memaafkan kesalahan org2. Dan Allah mencintai org yang menyempurnakan kebaikan (berbuat ihsan).”

Yang menarik dalam ayat di atas adalah bahwa Allah sendiri tidak pernah menyebut diriNya “mencintai orang-orang beriman” atau “orang-orang Muslim”, tetapi “mencintai orang-orang yang berihsan”.

Ihsan adalah menyempurnakan seluruh amal agar secara spiritual kita makin dekat kepadaNya. Maka tak sedikit ulama mengidentikkan Ihsan dengan tasawuf.

Dan bukan kebetulan juga tasawuf disebut mazhab cinta, yang mempromosikan hubungan saling cinta manusia dengan Allah (dan dengan manusia serta makhluk-makhluk lain). Penjelasan lbh panjang tentang tasawuf sbg mazhab cinta al. ada di buku saya: ISLAM Risalah Cinta dan Kebahagiaan.

Jadi, Islam-Iman-Ihsan sejajar dengan Syariah-Akidah-Tasawuf (akhlak). Ketiganya tak terpisahkan, tapi puncaknya adalah akhlak. Dengan kata lain, puncak keislaman kita harus terwujud pada kepemilikan/penerapan akhlak mulia. Tak akan banyak berarti bila kita mengaku Islam, dan tak akan terbukti mengaku beriman, kecuali jika kita telah benar-benar memiliki/menerapkan akhlak mulia. Inilah makna hadis Nabi Saw.: “Aku tak diutus kecuali untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”

Demikian juga inti dari firmanNya yang sering kita ulang-ulang: “Dan tak Kami utus kau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat (kasih-sayang) untuk alam semesta.”

Maka, orang-orang yang mengaku Muslim tapi tak berakhlak mulia bisa jadi baru mencapai tahap Islam, mungkin iman, tetapi belum ihsan. WalLah a’lam.[Haidar Bagir/islamindonesia]

 

INILAH MOZAIK

Ini Syarat Jika Ingin Berakhlak Islami

SYAIKH Abdul Aziz bin Baz mengatakan, di antara prasyarat yang mengantarkan pada akhlak Islami adalah memperbanyak membaca Al Quran serta men-tadabburi maknanya.

Setelah itu bersungguh-sungguh untuk berperilaku dengan akhlak yang sebagaimana Allah Taala sebutkan dalam Al Quran mengenai sifat-sifat para hamba-Nya yang shalih. Hal ini dapat mengantarkan kita pada akhlak yang mulia.

Demikian juga hendaknya memperbanyak duduk bersama orang-orang baik dan berakrab-akrab dengan mereka. Juga dengan memperbanyak membaca hadits-hadits shahih dari Nabi Shallallahualaihi Wasallam yang menunjukkan tentang akhlak mulia.

Demikian juga hendaknya banyak membaca kisah-kisah orang terdahulu dalam kitab-kitab sirah nabawiyyah dan sejarah Islam, yaitu membaca bagaimana sifat dan akhlak orang-orang shalih di masa itu. Semua hal ini dapat mengantarkan kita pada akhlak yang mulia dan beristiqamah di atasnya.

Namun sebab yang paling besar adalah Al Quran. Dengan banyak membacanya serta men-tadaburi maknanya dengan benar-benar menghadirkan hati yang penuh keinginan tulus untuk berakhlak mulia ketika membaca Al Quran dan men-tadaburi-nya. Inilah hal terbesar yang bisa mengantarkan kepada akhlak mulia, dengan juga memberi perhatian yang serius terhadap hadits-hadits shahih dari Nabi Shallallahualaihi Wasallam tentang akhlak mulia. [ ]

 

 

“Islam yang Baik, Jelaskanlah Ajaranmu Padaku!”

Ath-Thufail bin Amru ad-Dausi adalah kepala kabilah Daus di masa jahiliyah, salah seorang pemuka orang-orang Arab yang berkedudukan tinggi, satu dari para pemilik muruah yang diperhitungkan orang banyak. Panci miliknya tidak pernah turun dari api karena senantiasa di pakai untuk memasak dalam rangka menjamu tamu dan pintu rumahnya tidak pernah tertutup dari tamu yang mengetuk untuk bermalam. Dia adalah potret manusia yang memberi makan orang yang lapar, memberi rasa aman bagi orang yang takut, dan memberi perlindungan kepada orang yang memerlukan perlindungan.

Di samping itu, dia adalah seorang sastrawan cerdik lagi ulung, seorang penyair dengan ilham besar dan perasaan lembut, mengenal dengan baik kata-kata yang manis dan pahit, dimana kalimat berperan padanya layaknya sihir. Ath-Thufail meninggalkan kampung halamannya di Tihamah (Tihamah adalah lembah pesisir di Jazirah Arab yang bersebelahan dengan Laut Merah) menuju Mekah pada saat terjadi pertentangan antara Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan orang kafir Quraisy, di saat Rasul shallallahu alaihi wa sallam berusaha menyampaikan dakwah Islam kepada penduduknya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyeru mereka kepada Allah, senjata beliau adalah iman dan kebenaran. Sementara orang-orang kafir Quraisy memerangi dakwah beliau dengan segala macam senjata, menghalang-halangi manusia darinya dengan berbagai macam cara. At-Thufail melihat dirinya masuk ke dalam pertentangan ini tanpa persiapan, menerjuni lahannya tanpa dia kehendaki sebelumnya. Dia tidak datang ke Mekah untuk tujuan tersebut, perkara Muhammad dan orang-orang Quraisy tidak pernah terbesit dalam pikirannya sebelum ini. Dari sini ath-Thufail bin Amru ad-Dausi mempunyai kisah dengan pertentangan ini yang tidak terlupakan. Kita simak kisah tersebut, karena ia termasuk kisah yang sangat menarik.

Ath-Thufail berkisah, Aku datang ke Mekah, begitu para pembesar Quraisy melihatku, mereka langsung menghampiriku, menyambutku dengan sangat baik dan menyiapkan tempat singgah yang terbagus bagiku. Kemudian para pemuka dan pembesar Quraisy mendatangiku sembari berkata, “Wahai Thufail, sesungguhnya kamu telah datang ke negeri kami, dan laki-laki yang menyatakan dirinya sebagai nabi itu telah merusak urusan kami dan memecah-belah persatuan kami serta mencerai-beraikan persaudaraan kami. Kami hanya khawatir apa yang menimpa kami ini akan menimpamu sehingga mengancam kepemimpinanmu atas kaummu. Oleh karena itu, jangan berbicara dengan laki-laki itu, jangan mendengar apa pun darinya, karena dia mempunyai kata-kata seperti sihir, memisahkan seorang anak dari bapaknya, seorang saudara dari saudaranya, seorang istri dari suaminya.”

Ath-Thufail berkata, Demi Allah, mereka terus menceritakan berita-beritanya yang aneh, menakut-nakutiku atas diri dan kaumku dengan perbuatan-perbuatan Muhammad yang terkutuk dan tercela sampai aku pun bertekad bulat untuk tidak mendekat kepadanya, tidak berbicara dengannya dan tidak mendengar apa pun darinya. Manakala aku berangkat ke Masjidil Haram untuk melakukan thawaf di Kabah dan mencari keberkahan kepada berhala-berhala yang kepada merekalah kami menunaikan ibadah haji dan kepada merekalah kami mengagungkan, aku menyumbat kedua telingaku dengan kapas karena aku takut ada perkataan Muhammad yang menuyusup ke telingaku.

Begitu aku masuk masjid, aku melihat Muhammad sedang berdiri. Dia shalat di Kabah dengan shalat yang berbeda dengan shalat kami, beribadah dengan ibadah yang berbeda dengan ibadah kami, pemandangan itu menarik perhatianku, ibadanya menggugah nuraniku. Tanpa sadar aku melihat diriku telah mendekat kepadanya sedikit demi sedikit, sehingga tanpa kesengajaan diriku telah benar-benar dekat kepadanya. Allah pun membuka hatiku, sebagian apa yang diucapkan Muhammad terdengar olehku, aku mendengar ucapan yang sangat indah. Aku berkata kepada diriku, “Celaka kamu wahai Thufail, sesungguhnya kamu adalah laki-laki penyair yang cerdas, kamu mengetahui yang baik dan yang buruk, apa yang menghalangimu untuk mendengar ucapan laki-laki ini? Jika apa yang dia bawa itu baik, maka kamu harus menerimanya, jika buruk maka kamu harus membuangnya.”

Ath-Thufail berkata, “Aku diam sampai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam meninggalkan tempatnya menuju rumahnya, aku mengikutinya sampai dia masuk ke dalam rumahnya dan aku pun masuk kepadanya. Aku berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya kaumku telah berkata tentangmu begini dan begini. Demi Allah, mereka terus menakut-nakuti dari ajaranmu sampai aku menutup kedua telingaku dengan kapas agar aku tidak mendengar kata-katamu. Kemudian Allah menolak itu semua dan membuatku mendengar sebagian dari ucapanmu. Aku melihatnya baik, maka jelaskan ajaranmu kepadaku.”

Di saat itulah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan agamanya kepadaku, beliau membacakan surat al-Ikhlas dan al-Falaq. Demi Allah, aku tidak pernah mendengar sebuah ucapan yang lebih bagus dari ucapannya, aku tidak melihat sebuah perkataan yang lebih adil daripada perkaranya. Pada saat itu aku ulurkan tanganku untuknya, aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang haq selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, aku masuk Islam.”

 

INILAH MOZAIK

Pentingnya Menjaga Shalat Lima Waktu

ALHAMDULILLAH segala puji bagi Allah Rabb Semesta alam dan semoga shalawat serta salam tercurah limpahkan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Kaum muslimin pasti sepakat bahwa shalat adalah perkara yang amat penting sekali. Shalat juga salah satu rukun Islam yang utama. Tapi realita dilapangan sungguh sangat miris melihat keadaan yang justru berbeda. Jika kita menengoklingkungan misalnya, banyak kaum muslimin baik laki-laki ataupun wanita yang mengaku Islam, namun biasa meninggalkan shalat.

Tidak dipungkiri banyak kaum muslimin, yang hanya shalatsekali sehari, sepekan sekali atau sekali dalam seminggu yaitu shalat jumat. Tetapi yang lebih parah lagi, tidak sedikit yang hanya shalat dalam setahun hanya dua kali yaitu ketika hari raya Idul Fithri dan hari raya Idul Adha.

Mari kita perhatikan ancaman seseorang yang meninggalkan shalat dari sabda Nabishallallaahualaihi wasallam:“Sesungguhnya (pembatas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.“(Hadis Riwayat Imam Muslim)

Selain itu juga disebutkan dalam HadisNabi Shallallahu alaihi wasallamyang lain:“Perjanjian (pembatas) antara kita dengan mereka adalah shalat, maka barangsiapa yang meninggalkannya berarti ia telah kafir.”(Hadis Riwayat Imam Ahmad, At Tirmidzi, An Nasai dan Ibnu Majah)

Dari kedua hadits diatas menunjukkan bahwa perkara shalat adalah perkara yang sangat penting dan meninggalkan shalat diancam dengan kekufuran atau kekafiran atau sama saja ia meninggalkan agama Islam yang mulia ini. Atau jika seseorang beranggapan meninggalkan shalat itu tidak sampai kepada kekafiran, maka minimal status keislaman orang tersebut tidak jelas.

Lalu masihkan sampai saat ini diam saat melihat saudara kita tidak shalat, baik itu orang tua, suami, istri, anak, kakak, adik, paman atau bibi kita.

Wallahu alam semoga bermanfaat. [*]

 

INILAH MOZAIK