Sejarah Haji Pernah Beberapa Kali Ditiadakan (Bagian 1)

Wabah virus corona yang melanda hampir semua negara telah berdampak pada banyak segi kehidupan, termasuk dalam kegiatan ibadah umat Muslim dunia. Setelah kegiatan umroh dihentikan sementara guna mencegah penyebaran virus corona, kini umat Muslim juga bertanya-tanya akankah pelaksanaan ibadah haji tahun ini dibatalkan?

Pemerintah Arab Saudi telah mengambil sejumlah langkah pencegahan untuk mengendalikan penyebaran infeksi Covid-19, khususnya di Makkah dan Madinah. Sejauh ini, ada lebih dari 480 kasus virus corona di dua kota suci itu.

Dalam upayanya, Kerajaan Saudi telah menghentikan kegiatan umrah sampai pemberitahuan lebih lanjut. Selain itu, Saudi juga menghentikan semua penerbangan penumpang internasional tanpa batas waktu, dan memblokir jalan masuk dan keluar ke beberapa kota, termasuk Makkah dan Madinah. Dilaporkan ada lebih dari 2.000 kasus Covid-19 di Saudi, dengan 25 kematian. Sedangkan secara global, tercatat lebih dari 1 juta orang telah terinfeksi virus corona dan 59.000 dari mereka meninggal.

Sementara itu, penyelenggaraan ibadah haji tahun ini pun masih diragukan. Dalam pernyataan pada 31 Maret 2020 lalu, Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi, Dr. Muhammad Salih bin Taher banten, meminta para penyelenggara haji untuk menunda kontrak layanan haji. Ia meminta Muslim di seluruh dunia untuk menunggu sebelum membuat rencana atau kontrak haji sampai ada kejelasan terkait ibadah yang dijadwalkan akan dimulai pada akhir Juli itu.

“Kami meminta dunia untuk tidak terburu-buru berkaitan dengan kelompok-kelompok haji sampai jalur epidemi menjadi jelas, mengingat keselamatan jamaah dan kesehatan masyarakat sebagai prioritas,” kata Banten kepada TV Al-Ekhbariya yang dikelola Pemerintah Arab Saudi.

Jika wabah masih belum mereda, ada kemungkinan haji tahun ini dibatalkan. Hal ini memang menjadi pukulan bagi umat Islam. Akan tetapi, dalam sejarahnya, pelaksanaan ibadah haji sendiri telah beberapa kali mengalami gangguan, sehingga ditiadakan.

Dilansir di Arab News, Senin (6/4), sebuah laporan yang diterbitkan oleh Yayasan Raja Abdul Aziz untuk Penelitian dan Arsip (Darah) mengemukakan tentang sejumlah pembatalan ibadah haji selama berabad-abad karena keadaan yang di luar kendali otoritas haji. Dalam laporan itu disebutkan, bahwa penyelenggaraan haji pertama kali terganggu pada 930 M.

Kala itu, Bani Qarmati yang dipimpin oleh Abu Thahir al-Qarmati datang ke tanah suci Makkah dan menginvasi Baitullah. Mereka menyerang jamaah haji pada hari kedelapan haji. Qarmatian adalah aliran Syiah Ismaili, yang memberontak terhadap kekhalifahan Abbasiyah.

Orang-orang Qarmati memiliki keyakinan bahwa melaksanakan haji adalah tindakan penyembahan berhala. Peristiwa penyerangan itu menewaskan lebih dari 30.000 jamaah tahun itu. Selain itu, orang-orang Qarmati juga menyerang sumur Zamzam di Makkah dan menodainya dengan mayat.

Membawa juga lari Hajar Aswad dari Ka’bah ke kota Hajr (sekarang Qatif), yang merupakan ibukota mereka di Teluk Arab saat itu. Setelah penyerangan berdarah itu, ibadah haji tidak digelar selama 10 tahun berikutnya.  

IHRAM

Ilmu yang Bermanfaat

Kebermanfaatan tersebut pun bisa dalam beragam bentuk dari ilmu, harta, hingga tenaga

Di dalam Islam,salah satu syarat untuk menjadi manusia terbaik adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Manusia itu pun dicintai oleh Allah SWT. Sesuai dengan apa yang diriwayatkan Imam Thabrani dari Jabir RA:

“Rasulullah SAW bersabda, ‘Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.'”

Kebermanfaatan tersebut pun bisa dalam beragam bentuk dari ilmu, harta, hingga tenaga.  Bicara tentang ilmu bisa diibaratkan sebagai cahaya. Pelitanya bisa menerangi peradaban manusia. Layaknya temuan tentang teori cahaya membebaskan manusia dari belenggu keyakinan sesat bahwa cahaya bersinar dari mata.

Tidak terbayang jika Ibnu al-Haitham dan Newton tak pernah menemukan teori tentang optik. Kacamata, lensa, dan kamera tidak akan pernah ada.Ilmu yang bermanfaat  pun abadi bersama dengan penemunya. Menyingkirkan teori-teori dulu yang batil (salah).

Maka, Mahabenar Allah SWT yang telah memisahkan air dengan buihnya seperti logam dengan percikannya. Allah SWT memisahkan mereka layaknya yang benar dan batil, memisahkan antara pemberi manfaat dan yang tidak berharga.

“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan” (QS ar- Rad [13]: 17).

Ilmu yang bermanfaat juga ternyata tak hanya memberi manfaat kepada orang lain. Ilmu itu akan berbalik menjadi investasi bagi para ahlinya selepas kematian.

Bukan hanya namanya yang tetap berada di bumi, ilmunya akan menolong dia saat menghuni alam baka. Sesuai apa yang dipesankan Rasulullah SAW, ilmu bermanfaat adalah satu dari tiga pahala yang akan tetap mengalir selepas mati. Wallahualam.

KHAZANAH REPUBLIKA

Hati tidak Tenang Walau Hidup Berkecukupan

MEMANG, kita sering melihat banyak orang yang hidup berkecukupan yang secara nyata-nyatanya mereka adalah tergolong orang-orang yang sering berbuat dosa. Lantas bagaimana halnya dengan adanya keyakinan bahwa balasan dari perbuatan baik adalah kebaikan?

Orang-orang yang sering terlihat berbuat dosa, namun terlihat nyaman dengan berbagai kepemilikian duniawinya, walau demikian bagaimana dengan kondisi hati mereka? Apakah ada ketenangan di hati mereka? Pasti tidak ada. Karena, hanya dengan berzikir kepada Allah hati menjadi tenteram. Buat apa memiliki kekayaan duniawi kalau hati gelisah, makan tidak tenang, tidur tidak nyenyak.

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Radu : 28)

Balasan terbaik bukanlah dengan apa yang ia miliki dari kekayaan duniawi, tetapi semakin dekat kepada Allah, hati yang semakin mantap, yakin dan istiqomah dalam beribadah kepada Allah.

Di saat kita memiliki niatan yang baik, kita lantas dituntun oleh Allah, bersabar dalam berusaha, sehingga saat bertemu dengan rezeki semua dilakukan dengan penuh keberkahan. Ditambah dengan dikeluarkannya sedikit dari rezeki yang kita miliki untuk berjuang di jalan Allah, maka semakin nikmat karunia yang telah Allah berikan ini.

Jangan pernah merasa tidak adanya pertanggungjawaban atas perbuatan kita di dunia ini, karena semua hal yang kita lakukan diawasi dan diperhitungkan oleh Allah untuk diberi balasan bahkan di dunia ini juga, kecuali perbuatan dosa yang segera dimohonkan ampunan-Nya. Semua hal akan dipertanggungjawabkan, karena pada hari perhitungan kelak, anggota tubuh ini akan bersaksi.

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yaasiin: 65)

Oleh karena itu, berhati hatilah dalam menjaga pikiran dan sikap kita. Terus bersihkan hati, agar kita semakin mudah dalam merasakan kehadiran dan pengawasan Allah. Seseorang yang tauhidnya bagus, dapat dipastikan bahwa akhlaknya juga terjaga. Karena, dia yakin bahwa Allah Maha Melihat, sehingga dia akan sibuk dengan Allah tanpa perlu berakting dan berpura-pura.

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Alquran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yunus: 61)

Kita tidak tahu sesuatu yang terjadi di masa depan. Saat ujian di sekolah, misalnya, sebagai murid tidak akan pernah tahu materi yang nantinya akan keluar. Sedangkan Allah Maha Tahu apa pun yang akan terjadi di kemudian hari dengan detail. Jadi bergantung saja pada Allah, berdoa dengan sungguh-sungguh, ikhtiar dengan benar dan baik, dan lakukanlah hal-hal yang Allah sukai, dan berharaplah semua akan dimudahkan. []

Benarkah Garis Tangan Ada Kaitannya dengan Nasib Kita?

TANYA: Ustadz, saya memiliki rasa ingin tahu yang terkadang sulit sekali mendapatkan jawaban-jawaban, walau terkadang pertanyaan itu sepele sekali. Seperti pertanyaan mengapa Allah memberikan garis tangan yang selalu berbeda pada setiap manusia? Benarkah garis tangan bisa menentukan nasib kita?

JAWAB: Dikutip dari rumahfiqih.com, dalam aqidah Islam, garis tangan itu tidak ada kaitannya dengan nasib dan masa depan seseorang. Kalau ada orang yang mengaku bisa membacanya, ketahuilah bahwa orang itu sedang melakukan dusta, namun dibantu oleh setan yang terkutuk.

Membaca garis tangan sebenarnya bagian dari tindakan syirik, yaitu meramal nasib. Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah ‘arrafah. Perbuatan seperti ini secara aqidah tidak akan pernah dibenarkan, lantaran nasib dan takdir setiap orang hanya ada di sisi Allah. Tidak ada seorang pun yang mengetahuinya, karena semua itu hal ghaib serta menjadi rahasia Yang Maha Kuasa.

Tapi mungkin Anda bertanya, mengapa terkadang ramalan-ramalan itu benar sesuai dengan kejadiannya?

Hal seperti itu bisa diterangkan demikian, yaitu setan yang terkutuk itu datang ke langit untuk mencuri dengar tentang perintah-perintah Allah atas apa yang akan terjadi. Namun setan tidak pernah bisa melakukannya, mereka hanya langsung dilempar dengan api yang panas. Akibatnya, mereka tidak pernah mendapat informasi yang valid, kecuali menduga-duga atau hanya sepotong-sepotong.

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya),dan Kami menjaganya dari tiap-tiap setan yang terkutuk, kecuali setan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang,” (QS. Al-Hijr: 16-18).

Tapi kemudian asumsi versi setan itu kemudian ‘dijual’ kepada dukun ramal. Tentunya tidak gratis, harus ada kompensasinya. Bentuknya pasti bukan uang karena setan tidak makan uang. Setan hanya minta satu hal, yaitu menemaninya di dalam neraka untuk sama-sama diazab.

Sebab setan sudah dipastikan masuk neraka. Tidak ada hal yang bisa meringankannya, kecuali mencari teman yang bisa diajak senasib, sama-sama dibakar di dalam neraka.

Para dukun ramal ini tentu saja ditugaskan oleh setan untuk menjadi agen pemasaran yang potensial. Maka beragam trik penipuan dilakukan, salah satunya adalah jasa membaca garis tangan. Orang awam yang tidak punya pemahamana aqidah yang lurus sudah bisa dipastikan akan jadi korbannya. Padahal boleh jadi berawal dari iseng-iseng, tapi sesungguhnya dari sudut pandang aqidah sangat vatal.

Sebab ramalan masa depan itu adalah salah satu pintu dari pintu-pintu syirik. Sementara dosa syirik itu kalau sampai terbawa mati tanpa sempat bertaubat sebelumnya, tidak akan diampuni di akhirat.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar,” (QS. An-Nisa: 48).

Karena itu sebaiknya Anda hindari bermain-main dengan masalah membaca garis tangan, sebab resikonya sungguh tidak main-main. []

ISLAMPOS


Yuk Menjadi Orang Terbaik seperti Kata Rasulullah

KAUM Feminis sering menggembar-gemborkan Gender Equality dan menuduh Islam memarjinalkan kaum wanita, terutama dari sisi hak finansial. Padahal sejatinya, Islam memposisikan seorang ibu sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya, yang diberikan wewenang penuh untuk mendidik intelejensia anak-anak, sekaligus moral dan spiritualnya. Tak sekedar itu, kaum lelaki muslim diperintahkan untuk memperlakukan wanitanya dengan sebaik mungkin. Siapa yang perlakuannya paling baik, dialah yang dinobatkan sebagai “lelaki mukmin terbaik” versi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sebagaimana sabda baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah ia yang paling baik akhlaknya, dan orang terbaik di antara kalian adalah mereka yang paling baik akhlaknya terhadap isteri-isterinya”. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik perlakuannya terhadap keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik dalam memperlakukan keluargaku” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Soal mencari nafkah, syariat juga tidak mewajibkan wanita untuk menafkahi siapapun, bahkan dirinya sendiri. Sebab kebutuhan materinya ditanggung oleh orang lain. Jika masih gadis, ayahnya-lah yang wajib memenuhi kebutuhannya. Jika sudah menikah, suamilah yang wajib memenuhinya. Wanita dianjurkan mencari nafkah hanya dalam keadaan darurat dimana tak ada yang menanggung nafkah dirinya dan anak-anak. Mungkin para feminis belum tau, bahwa syariat islam memberikan setidaknya tujuh hak finansial bagi perempuan muslim. Hal ini dikuatkan oleh para ulama 4 madzhab dalam kitab-kitabnya yang mutamad. Hak-hak tersebut berupa:

a. Mahar
b. Nafkah
c. Gaji mengurus rumah
d. Gaji menyusui anak
e. Gaji mengasuh dan mengurus anak
f. Mutah atau sejumlah harta yang diberikan pasca dicerai
g. Warisan

Jikapun para istri tidak menuntut itu semua, itu karena mereka melepaskan semua haknya itu atas dasar cinta dan keikhlasan yang luar biasa. Rida suami dan janji manis jannah dari Allah menjadi pilihan yang tentu lebih menggiurkan. Maka, jika masih ada kaum feminis yang menuding islam mengabaikan hak kaum perempuan, mungkin mereka kurang piknik. [Aini Aryani, Lc]

INILAH MOZAIK

4 Sunnah Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam di Waktu Petang

Maghrib atau jelang petang adalah perpindahan waktu antara siang menuju malam. Dibawah ini adalah hal hal atau adab yang dianjurkan dilakukan menjelang petang atau maghrib tiba. Diantara sunah sunah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam

Memasukkan anak anak dalam rumah

Orang tua zaman dahulu kerapkali menyuruh anak-anaknya untuk masuk ke rumah ketika waktu menjelang petang tiba. Ternyata hal tersebut merupakan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tentunya berpahala.

Rasulullah telah mengabarkan bahwasanya jin dan juga setan berkeliaran ketika waktu maghrib. Itulah mengapa diperintahkan untuk memasukkan anak kedalam rumah. Mengerjakan adab tersebut merupakan salah satu bentuk menjaga diri dari gangguan jin dan setan. Banyak anak yang dihinggapi setan ketika maghrib, sedangkan orang tua si anak tidak mengetahui dan menyadarinya. Begitulah islam telah mengatur untuk para penganutnya suapaya menjaga anak-anak dan rumah-rumah tempat tinggalnya.

Dalam sebuah hadist Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Jangan kalian membiarkan anak anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam,”  (Dari Jabir dalam kitab Sahih Muslim).

Menutup Pintu dengan menyebut nama Allah

Sunnah kedua yang telah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam turunkan kepada umatnya adalah hendaknya kita menutup pintu-pintu sambil menyebut nama Allah SWT diwaktu menjelang petang. Dengan menutup pintu sambil menyebut nama Allah niscaya kita akan senantiasa selalu terjaga dari gangguan setan dan jin.

Dari Jabir bin abdillah rahiyallahu ‘anhu telah menyampaikan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ –أَوْ أَمْسـيتُمْ– فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ، فَإنَّ الشيطَانَ يَنْتَشـر حِينَئِذٍ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ، وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ، وَاذْكُرُوا اسْمَ اللّهِ، فَإنَّ الشيطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَاباً مُغْلَقاً

“Jika masuk awal malam –atau beliau mengatakan: jika kalian memasuki waktu sore- maka tahanlah anak-anak kalian karena setan sedang berkeliaran pada saat itu. Jika sudah lewat sesaat dari awal malam, bolehlah kalian lepaskan anak-anak kalian. Tutuplah pintu-pintu dan sebutlah nama Allah karena setan tidak bisa membuka pintu yang tertutup” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Sholat Dua Rakaat Sebelum Maghrib

Berdasarkan sebuah hadits Abdullah bin Mughaffal Al-Muzani radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: “Shalatlah sebelum shalat Maghrib” tiga kali dan pada yang ketiga, beliau mengatakan, “bagi yang mau” karena tidak suka kalau umatnya menjadikan hal itu sebagai suatu kebiasaan

Sholat dua rakaat sebelum Maghrib atau dua rakaat di antara adzan dan iqamah bukanlah sunnah yang ditekankan untuk dilaksanakan seperti layaknya shalat sunnah rawatib, akan tetapi boleh ditinggalkan. Oleh karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada sabda tersebut “Bagi siapa yang mau” karena beliau tidak suka jika dianggap umatnya sebagai sunnah yang dikuatkan.

Dalam hadits lain dari Annas radhiyallahu ‘anhu beliau mengatakan “Sungguh aku melihat para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang senior saling berlomba mengejar tiang-tiang (untuk dijadikan tempat shalat) ketika masuk waktu maghrib.” (HR. Al-Bukhari no. 503)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan : “Kami pernah tinggal di Madinah. Saat muadzin ber adzan untuk shalat Maghrib, mereka (para sahabat senior) saling berlomba mencari tiang-tiang lalu mereka shalat dua rakaat dua rakaat sampai ada orang asing yang masuk masjid untuk shalat mengira bahwa shalat Maghrib sudah ditunaikan karena saking banyaknya yang melaksanakan shalat sunnah sebelum Maghrib.” (HR. Muslim no. 837).

Makruh Tidur sebelum isya’

Sunnah selanjutnya yakni tidak tidur ketika maghrib atau sebelum isya’. Hal ini berdasar hadits Abu Barzah Al-aslami radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata

أنَّ النَّبيّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَسْتَحِبُّ أَنْ يُؤَخِّرَ الْعِشَاءَ، قَالَ: وَكَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَهَا، وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا

“Bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suka untuk mengakhirkan waktu Isya’, membenci tidur sebelumnya, dan membenci bincang-bincang setelah Isya’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

FIMADANI

Nasihat untuk Keluarga Positif Corona

VIRUS Corona (Covid-19) hari ini telah menjadi suatu momok yang sangat menakutkan. Sehingga segala langkah dan upaya untuk menghindarinya akan ditempuh oleh pemerintah sampai masyarakat pada umumnya. Di antara langkah tersebut ada yang bersifat spritual dan ada juga yang bersifat medical.

Adapun di antara langkah spritual yang tengah dilakukan oleh masyarakat, seperti melazimkan wudhu’ serta cuci tangan sebelum bersuci, berkumur-kumur (mudhmadhoh), dan menghirup air dengan hidung (istinsyaq) kemudian mengeluarkannya (istintsar), dan berdiam di dalam rumah serta bersabar.

Kemudian, di antara langkah medical yang dilakukan adalah meningkatkan daya tahan tubuh agar dapat mencegah munculnya berbagai macam penyakit. Untuk menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh, dokter menyarankan untuk mengonsumsi makanan sehat, seperti sayuran dan buah-buahan, dan makanan berprotein, seperti telur, ikan, dan daging tanpa lemak. Bila perlu, bisa juga menambah konsumsi suplemen sesuai anjuran dokter. Selain itu, rutin berolahraga, tidur yang cukup, tidak merokok, dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol.

Demam Corona atau penyakit lainnya, memang sangat menakutkan dan tidak disukai oleh manusia. Namun, bisa saja sakit itu jauh lebih baik untuknya dibandingkan dengan sehat, karena orang yang berprasangka baik dan sabar atas penyakit mendapatkan kabar gembira dari Allah SWT di dalam Surat Az-Zumar ayat 10:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan dipenuhi pahala mereka tanpa hitungan.”

Di dalam hadits juga dijelaskan kabar gembira untuk mereka yang sakit:

Artinya: “Tidaklah seorang muslim terkena suatu penyakit dan lainnya kecuali Allah menggugurkan kejelekan-kejelekannya sebagaimana sebuah pohon menggugurkan daunnya, karena sakitnya tersebut.”

Imam Nawawi menjelaskan bahwa di dalam hadits di atas merupakan sebuah pelajaran, bahwa dosa-dosa akan dilebur dengan berbagai penyakit di dunia, meskipun hanya sedikit kesusahannya.

Jadi, kesabaran merupakan hal yang sangat istimewa bagi orang yang sakit, apalagi telah positif Corona, di samping berprasangka baik kepada Allah SWT bahwa Allah akan menyembuhkan, tentu juga dianjurkan berusaha, berobat, sebagai tanda kita ini adalah hamba yang lemah, tak memiliki daya upaya di hadapan kekuasaan Allah SWT.

Adapun bagi keluarganya yang sehat dan tidak positif Corona. Tentu saja mereka merasakan sesuatu hal yang sedikit menjanggal dari kebiasaannya, karena tidak bisa menjenguk serta memberikan semangat kepada ayah atau ibu, saudara, teman, suami atau istri.

Di dalam naskah kitab Dala’il al-Baro’iz fi Jawab Masa’il al-Jana’iz min ‘Asyroh al-Kana’iz dijelaskan bahwa sunnah menjenguk saudara, teman, dan tetangga yang sedang sakit. Kemudian ketika mengunjunginya pun, dianjurkan untuk mengajak orang sakit tersebut untuk segera bertaubat atas dosa-dosa yang ia lakukakan, karena bertaubat itu mempermudah kesembuhan dari penyakit, kemudian memintanya untuk meninggalkan wasiat taqwa, karena berwasiat itu memanjangkan umur.

Adapun hal-hal yang disunnahkan ketika seseorang itu dalam keadaan Naza’, sebagai berikut.

Pertama, menghadapkan orang yang sakit ke kiblat dengan dibaringkan di atas sisinya sebelah kanan. Jika ia tidak sanggup, maka dibaringkan di atas sisinya sebelah kiri, kemudian jika tidak sanggup juga. Maka cukup dibaringkan atas kepalanya sementara wajah dan bagian bawah telapak kakinya menghadap kiblat.

Kedua, mentalqinkannya dengan suara yang lembut, dan terlebih baik yang mentalqinkannya buka ahli waris.

Ketiga, dianjurkan membaca surat yasin dan al-Ra’d.

Keempat, memintanya untuk meninggalkan wasiat, serta berprasangka baik kepada Allah SWT.

Sementara bagi yang memiliki keluarga positif Corona, tentu tidak bisa melakukan hal tersebut. Demi menghindari kemudharatan yang lebih besar, maka dianjurkan untuk tidak mengunjungi pasien atau keluarga yang positif Corona.

Lalu apakah ada hal-hal yang positif untuk dilakukan oleh keluarga pasien. Dalam hal ini, tentu ada beberapa hal yang baik untuk dilakukan oleh keluarga pasien di rumah, di antaranya :

Pertama, membaca al-Qur’an terutama surat yasin dan al-Ra’d di rumah.

Di dalam kitab al-Bughya al-Mustarsyidin yang ditulis oleh al-Habib Abdurrahman bin Muhammad al-Masyhur (1250-1320 H), bahwa membacakan Surat Yasin untuk yang sedang Naza’ akan menjadikan ia tetap dalam keimanan, dan membacakan Surat al-Ra’d akan memudahkan keluarnya ruh, sebagaimana yang diketahui secara umum bahwa kematian itu sangat menyakitkan.

Kedua, bersedekah. Nabi Muhammad SAW bersabda:

دَاوُوْا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ

Artinya: “Obati orang-orang sakit diantara kalian dengan sedekah”. (Dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhiib no 744).

Hadits ini menunjukan akan bolehnya seseorang bersedekah dengan niat agar orang yang sakit dari keluarganya disembuhkan oleh Allah dengan sebab sedekah tersebut.

Ketiga, berdoa. Adapun doa-doa yang ma’tsur khusus untuk orang yang sedang sakit, diantaranya:

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ وَاشْفِه وأَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا

“Ya Allah, Rabb manusia, hilangkanlah kesusahan dan berilah dia kesembuhan, Engkau Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain”. (Shahih : diriwayatkan oleh al-Bukhari No: 5745 dan Muslim No: 2194)

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap setan dan binatang yang beracun dan dari setiap mata yang menyakitkan”. (Shahih : diriwayatkan oleh al-Bukhari No: 3191).

أَعُوذُ بِعِزَّةِ اللهِ وقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

“Aku berlindung dengan keagungan dan kekuasaan Allah dari keburukan yang aku temui dan aku khawatirkan menimpaku”.(Shahih : diriwayatkan oleh Muslim No: 1628)

أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَكَ

“Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Penguasa Arsy yang agung untuk menyembuhkanmu”. (Shahih : diriwayatkan oleh Abu Daud No:3106).

لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

“Tidak masalah, ia (penyakit ini) menjadi pembersih (dosa) insya Allah”. (Shahih : diriwayatkan oleh al-Bukhari No: 5662).

Adapun hal yang penting dilakukan tatkala berdoa’ kepada Allah SWT adalah menampakkan rasa iftiqar (tidak memiliki apa-apa), dan rasa inkisar (tidak berdaya), serta merasa hina di hadapan Allah SWT saat berdoa. []

OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.

ISLAM POS

5 Tip Menjaga Kebersihan Ala Nabi ﷺ

PANDEMI virus corona menggucang berbagai sendi kehidupan. Beragam himbauan dari banyak pihak datang silih berganti. Isinya nyaris senada, baik di media cetak, elektronik, dan online. Salah satunya adalah hidup bersih.

Menjaga kebersihan adalah ajaran yang sudah didengungkan oleh Islam. Sebagai penganutnya sudah menjadi kelaziman untuk kita amalkan. Sejak empat belas silam Nabi Muhammad ﷺ tampil dengan membawa contoh budaya hidup bersih. Kebersihan menjadi perintah dan setengah dari ajaran agama kita.

وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُطَّهِّرِينَ

Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS: At Taubah: 108)

Dari Abu Hurairah Rasul ﷺ bersabda:

تَنَظَّفُوْا بِكُلِّ مَا اِسْتَطَعْتُمْ فَاِنَ اللهَ تَعَالَي بَنَي الاِسْلاَمَ عَلَي النَظَافَةِ وَلَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ اِلاَ كُلُّ نَظِيْفٍ

Artinya : “Bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu. Sesungguhnya Allah ta’ala membangun Islam ini atas dasar kebersihan dan tidak akan masuk surga kecuali setiap yang bersih.” (HR Ath-Thabrani).

الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ “. أخرجه مسلم (211

“Kebersihan separuh dari keimanan. Dikeluarkan (HR Muslim).

Nabi juga mengingatkan dalam sabdanya yang lain, “Lakukanlah olehmu kebersihan semampu yang bisa kalian usahakan, sebab Islam tegak di atas dasar kebersihan, dan tidak akan masuk surga kecuali setiap yang bersih.”

Sejumlah keterangan yang tersurat dalam lembaran sejumlah buku menjadi bukti. Dalam buku Muhammad: al-Insaan al-Kaamil yang ditulis oleh Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki, disebutkan cara Nabi dalam menaruh perhatian terhadap kebersihan.

So, seyogyanya kita meniru beliau meski musim wabah telah berlalu, pada akhirnya.

Pertama, kebersihan badan. Apa yang Nabi lakukan untuk menjaga kebersihan badan? Mandi setiap hari, rajin mencuci tangan khususnya sebelum dan sesudah makan serta membersihkan segala kotoran yang melekat pada lipatan badan. Untuk menjaga kebersihan pula beliau sering mencukur kumis, memotong kuku-kuku jemari, mencabut bulu ketiak, dan mencukur bulu di sekitar area kemaluan.

Dalam hadis yang diriwayatkan Sayyidah Aisyah radhiallahu ‘anha:

عَشْرٌ مِنْ الْفِطْرَةِ قَصُّ الشَّارِبِ وَإِعْفَاءُ اللِّحْيَةِ وَالسِّوَاكُ وَاسْتِنْشَاقُ الْمَاءِ وَقَصُّ الْأَظْفَارِ وَغَسْلُ الْبَرَاجِمِ وَنَتْفُ الْإِبِطِ وَحَلْقُ الْعَانَةِ وَانْتِقَاصُ الْمَاءِ قَالَ زَكَرِيَّاءُ قَالَ مُصْعَبٌ وَنَسِيتُ الْعَاشِرَةَ إِلَّا أَنْ تَكُونَ الْمَضْمَضَةَ

“Ada sepuluh hal termasuk bagian dari fitrah atau kesucian, yaitu memotong kumis, memelihara jenggot, bersiwak, menghirup air dengan hidung (istinsyaq), memotong kuku, membasuh sendi-sendi tulang jemari, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinja’ dengan air.” Zakaria berkata bahwa Mu’shob berkata, “Aku lupa yang kesepuluh, aku merasa yang kesepuluh adalah berkumur-kumur.” (HR. Muslim, Abu Daud, At Tirmidzi, An-Nasai Ibnu Majah)

Kedua, menjaga kebersihan rambut. Bagaimana caranya? Mudah sekali dan mungkin tanpa kita sadari kita telah melakukannya namun tanpa berniat mengikuti beliau. Yaitu, menyisir rambut dan menuangkan minyak di atasnya. Sahabat Anas, pelayan Nabi ﷺ, berkata: “Rasulullah senantiasa berminyak rambut dan selalu menyisir jenggotnya.”

Ketiga, beliau menjaga kebersihan mata. Yang beliau lakukan untuk hal ini adalah memakai celak mata. Sahabat Abdullah bin Abbas menyampaikan sebuah riwayat bahwa Nabi ﷺ setiap malam memakai celak, tiga kali di mata kanan dan tiga kali di mata kiri.

Disebutkan bahwa Nabi ﷺ sering melakukannya, terutama setiap hendak menjelang tidur. Dalam hadis riwayat Imam Ahmad, dari Abdullah bin Abbas, dia berkata;

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَكْتَحِلُ بِالْإِثْمِدِ كُلَّ لَيْلَةٍ قَبْلَ أَنْ يَنَامَ وَكَانَ يَكْتَحِلُ فِي كُلِّ عَيْنٍ ثَلَاثَةَ أَمْيَالٍ

Sesungguhnya Nabi ﷺ bercelak dengan istmid (batu hitam yang biasa digunakan untuk bercelak), setiap malam tetkala menjelang tidur, dan beliau bercelak tiga kali pada setiap matanya.

Keempat, kebersihan mulut. Yang Nabi contohkan dalam membersihkan mulut dengan memakai tusuk gigi setelah makan. Beliau juga ber- takhliil (menyela-sela) gigi dengan cara berkumur, mensela tangan, dan dengan memasukkan air ke dalam hidung.

Beliau ﷺ bersabda, “Sungguh baik umatku yang sering membersihkan gigi waktu berwudhu maupun setelah makan, di waktu berwudhu sembari berkumur-kumur, dan menghidup air ke hidung serta membersihkan celah-celah jari. Malaikat sangat benci bila melihat seseorang yang sedang melaksanakan salat sementara sisa makanan masih melekat di celah-celah giginya.”

Nabi juga bersiwak untuk lebih menjaga kebersihan mulut,. Beliau bersiwak di beberapa kondisi, seperti dalam wudhu, hendak salat, akan tidur dan setelah bangun tidur. Di masa sekarang siwak bisa kita lakukan dengan menggunakan sikat gigi dengan niat bersiwak sebagaimana yang Nabi kerjakan.

Nabi ﷺbersabda: السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ ، مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ ”

“Siwak itu membersihkan mulut dan mendapat ridho Tuhan.” (HR. Nasa’I di sunannya)

Kebersihan kelima  yang tidak luput dari perhatian Nabi adalah mengenakan pakaian yang bersih. Beliau berpakaian rapi, bersih dan menyesuaikan dengan situasai. Seperti pakaian ketika di rumah berbeda ketika mengenakan pakaian saat berada di tengah umat, atau pakaian yang dikenakan di tengah pertempuran. Beliau juga memakai pakaian khusus pada momen-momen special seperti : hari raya Idul Fitri, Idul Adha, atau hari Jumat.

Beliau mengenakan pakaian sesuai kondisi. Beliau menganjurkan agar kita menjaga kerapian pakaian dan melarang untuk mengenakan pakaian yang kainnya terlalu panjang sehingga menyentuh tanah. Larangan ini lebih kepada menjaga pakaian dari terkena kotoran dan tetap terjaga kebersihannya.

Memakai pakaian yang baik dan bersih adalah wujud mensyukuri nikmat Allah. “Bila Allah memberi nikmat kepada hamba-Nya, Dia suka melihat bekas nikmat itu padanya.” (HR. Baihaqi). Dalam sabda yang lain; “Setengah dari kehormatan seorang mukmin kepada Allah, ialah kebersihan pakaiannya.” (HR. Abu Nu`aim)

Dari Jabir bin Abdullah berkata:

أتانا – رسولُ الله – صلَّى الله عليه وسلم – فرأى رجُلاً شعِثاً قد تفرَّقَ شَعرُهُ ، فقال: “أما كان هذا يَجدُ ما يُسَكِّنُ به شَعْرَهَ؟ ” ورأى رجُلاً آخر عليه ثيابٌ وسِخَة فقال: “أَما كان هذا يجدُ ما يَغسِلُ به ثوبَهُ؟ “. والحديث صححه الشيخ الألباني في السلسلة الصحيحة (493

“Rasulullah ﷺ mendatangi kami dan beliau melihat seseorang berdebu dan rambutnya terburai. Maka beliau bersabda, “Apakah dia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat merapikan rambutnya. Dan beliau melihat orang lain memakai baju kotor, maka beliau bersabda, “Apakah dia tidak mendapatkan apa yang dapat mencuci bajunya.”

Termasuk kebersihan yang beliau perhatikan adalah kebersihan rumah dan masjid. Stay at home. Tinggal di rumah. Inilah kalimat anjuran yang menjadi langkah untuk meminimalisir penyebaran virus. Kalau kita tinggal di rumah maka tentu kita harus lebih memperhatikan kebersihan di dalamnya. Beliau bersabda, “Bersihkanlah halaman rumahmu.” Inilah yang dilakuan oleh Nabi selama hidupnya.

Yang tidak kalah penting adalah kebersihan masjid. Sebagai tempat ibadah umat Islam, rumah harus dijaga dan dirawat kebersihannya agar jamaah yang beribadah merasa nyaman dan betah tinggal di dalamnya. Jika sekarang muncul himbauan untuk salat di rumah untuk sementara waktu, hal itu semata-mata menjaga kerumunan massa yang bercampur antara yang sakit dengan yang sehat. Bukan karena faktor masjid, tapi lebih kepada kerumunan  massa.

Nabi ﷺ membersihkan masjid dari kotoroan yang paling kecil sekalipun. Beliau tidak memberi toleransi adanya kotoran apapun di dalam masjid, termasuk meludah. Inilah contoh kebersihan keenam yang Nabi praktekkan.

Nabi bersabda:

أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وسلم ببنيان المساجد في الدور ، وأمر أن تنظف وتطيب “. أخرجه أحمد في “المسند” (26386) ، وصححه الشيخ الألباني في السلسة الصحيحة (2724)

“Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk membangun masjid di perkampungan. Dan memerintahkan untuk membersihkan dan memberi wewangian. Dikeluarkan Ahmad di Musnad, (26386).

Demikianlah sejumlah potret keteladan yang dipanggungkan oleh Nabi sebagai contoh dan langkah nyata bagi kita. Anjuran hidup bersih dengan mandi, rajin mencuci tangan, membersihkan gigi, merawat rumah, masjid, sudah lama disampaikan jauh sebelum adanya wabah seperti sekarang ini.

Jika hari ini kita melakukan langkah-langkah pencegahan semacam itu, niatkanlah untuk meneladani Nabi Muhammad ﷺ, niscaya kita akan dapat dua perkara : pahala dan kesehatan.*

Oleh:  Ali Akbar bin Aqil , Penulis pengajar di Pesantren Darut Tauhid, Malang

HIDAYATULLAH


Haji Zaman Sekarang Berbeda dengan Waktu Silam

MELAKSANAKAN ibadah haji di zaman sekarang sangat berbeda dengan haji di masa silam. Untuk bisa berhaji di masa silam, orang harus menyediakan waktu yang sangat lama dan tenaga yang besar. Mengingat keterbatasan sarana transportasi ketika itu. Sehingga jumlah jamaah haji masih terbatas.

Berbeda dengan zaman sekarang, fasilitas untuk haji semakin lengkap, sehingga sangat mudah bagi siapapun yang memiliiki kemampuan finansial untuk melakukannya. Ini berakibat meledaknya jumlah jamaah haji. Atas dasar inilah, pemerintah menetapkan, orang yang boleh melakukan haji hanyalah mereka yang memiliki permit haji (Tashrih). Dengan cara ini bisa semakin menertibkan dan mengatur populasi jamaah haji.

Sehingga, adanya syarat tashrih untuk kegiatan haji, sangat memberikan maslahat bagi pelaksanaan haji. Anda bisa bayangkan ketika semua orang diberi kebebasan berangkat haji tanpa permit haji? Ini bisa berpotensi membahayakan kondisi jamaah haji sendiri.

Bagaimana Hukum Haji Tanpa Tashrih?

Sebelumnya perlu anda bedakan antara ibadah yang sah dengan berdosa saat ibadah. Bisa jadi ada orang yang melakukan suatu ibadah dan statusnya sah, namun di saat yang sama, dia juga berdosa. Seperti orang yang berpuasa dan sepanjang berpuasa rajin bermaksiat. Puasanya bisa jadi sah, karena dia tidak melakukan pembatal. Namun dia menuai dosa, karena puasanya diiringi dengan maksiat.

Mentaati aturan pemerintah dalam hal ini adalah kewajiban. Apalagi itu ditetapkan untuk kemaslahatan pelaksanaan haji. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Mendengar dan taat kepada pemerintah menjadi kewajiban setiap muslim, baik untuk keputusan yang dia sukai maupun yang dia benci, selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Jika dia diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak boleh didengar dan tidak boleh taat.” (HR. Bukhari 7144, Ahmad 6278 dan yang lainnya)

Kaitannya dengan haji tanpa tashrih, ada 2 rincian yang bisa kita berikan,

[1] Haji sunah

Yang dimaksud haji sunah adalah haji setelah kesempatan pertama, misalnya haji untuk yang kedua, ketiga, atau kesekian kalinya. Para ulama menegaskan tidak boleh melakukan haji sunah tanpa tashrih. Imam Ibnu Utsaimin ditanya mengenai hukum haji tanpa tashrih. Jawaban beliau,

“Andai pemerintah mengatakan kepada orang yang belum melaksanakan haji wajib, “Jangan berhaji!” padahal syarat wajibnya sudah sempurna, maka dalam kasus ini tidak boleh ditaati, karena ini maksiat. Allah yang mewajibkannya untuk segera haji, namun pemerintah mengatakan, “Jangan haji!”.

Kemudian beliau menegaskan, “Sementara untuk haji nafilah, bukan haji wajib. Sementara mentaati pemerintah dalam hal yang tidak meninggalkan kewajiban atau melanggar yang haram hukumnya wajib.” Fatwa yang lain pernah disampaikan Syaikh Dr. al-Fauzan hafidzahullah beliau pernah ditanya mengenai haji tanpa permit khsusus.

Jawaban beliau, “Hajinya sah, namun berdosa. Dia menyalahi aturan yang ditetapkan pemerintah untuk kemaslahatan masyarakat dan jamaah haji. Mentaati pemerintah, wajib. Karena beliau menghendaki untuk kemaslahatan masyarakat dan menertibkan kegiatan haji. Hajinya sah, namun dia bermaksiat, dan berdosa ketika haji. Dan tidak boleh seseorang melakukan dosa untuk menjalankan sunah. Haji yang lebih dari sekali hukumnya sunah, sementara tidak mentaati pemerinth, hukumnya haram. Jangan melanggar yang haram untuk mengamalkan yang sunah.” (https://www.alfawzan.af.org.sa/en/node/15766)

[2] Haji wajib

Haji wajib adalah haji yang pertama kali. Ulama berbeda pendapat, apakah haji wajib harus segera dilakukan ataukah boleh ditunda. Pendapat pertama mengatakan, haji wajib segera dikerjakan. Ini merupakan pendapat jumhur ulama. Sementara pendapat kedua mengatakan, pelaksanaan haji bagi yang mampu boleh ditunda. Ini merupakan pendapat Imam as-Syafii, al-Auzai, dan Muhammad bin al-Hanafiyah.

Jika anda mendaftar haji reguler, anda akan tertunda keberangkatannya sekian tahun sesuai antrian. Terlepas dari perbedaan di atas, kalaupun seseorang punya uang, lalu segera dia gunakan untuk mendaftar haji, dan harus mengantri, apakah ini termasuk menunda?

Di negara kita, hanya ini yang bisa kita lakukan. Sementara mengikuti haji plus atau furoda dananya sangat besar. Sehingga, menurut kami, mengantri di sini bukan termasuk mengakhirkan haji. Sehingga bentuk segera bagi mereka yang mampu adalah segera mendaftar haji, agar antriannya lebih di depan. Bisa saja, anda berangkat haji tanpa melalui jalur yang sah dengan visa travel (ziarah), sehingga anda lebih cepat berangkatnya. Namun harus dilakukan dengan cara mengelabuhi seperti yang disebutkan di atas.

Kesimpulannya, yang kami pahami dari aturan pemerintah, mereka tidak melarang yang wajib haji untuk segera haji. Namun mengingat keterbatasan kuota dan mempertimbangkan sisi kemanusiaan, untuk mengatur populasi haji, harus dibuat antrian. Dan jalur inilah yang akan mendapatkan permit resmi.

Demikian, Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

INILAH MOZAIK

Pesan Social Distancing Ibnu Hajar Al Asqalani Saat Wabah

Ibnu Hajar Al Asqalani menekankan pentingnya social distancing saat terjadi wabah.

Al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani (1372- 1449) menulis kitab berjudul Badzlu al Maun Fi Fadhli al Thaun. Akademisi UIN Syarif Hidayatullah yang juga filolog Prof Oman Fathurahman menjelaskan, salah satu yang dibahas oleh Ibnu Hajar dalam kitab itu adalah pentingnya menghindari kerumunan.

Menurut Kang Oman, Ibnu Hajar menekankan tentang pentingnya ‘social distancing’ karena wabah tha’un sangat berbahaya dari segi penyebarannya. Oleh karena itu, dianjurkannya untuk menghindari kerumunan.

Hal ini dalam pemahaman sekarang dinamakan sebagai social distancing. Maknanya, tetap harus ada ikhtiar untuk melindungi diri, keluarga, dan sesama warga dalam menghadapi wabah.

Kitab itu juga meng anjurkan umat Islam untuk mengonsumsi makanan bergizi serta rutin menjalani pola hidup sehat. Menurut Kang Oman, pesan al-Asqalani itu dapat diartikan sesuai dengan konteks zaman kini. Misalnya, melakukan vaksinasi (bila ada) atau meminum suplemen vitamin. “Poinnya adalah, kita diwajibkan untuk berusaha,” kata Kang Oman.

KHAZANAH REPUBLIKA