Loyalitas yang Prioritas

Loyalitas kita, untuk siapa?

Pernahkah kita melihat bagaimana loyalitas (ketaatan/kesetiaan) seorang pembantu kepada majikannya? Atau seorang staf kepada bosnya? Atau seorang pegawai istana kepada sultannya?

Loyalitas yang begitu tinggi dipersembahkan untuk sang petinggi. Apapun suruhan sang majikan, dilaksanakan dengan sepenuh jiwa dan raga demi sesuap nasi dan sedikit gaji meskipun tenaga telah terkuras. Apapun perintah si bos, dikerjakan meski harus lembur hingga dini hari demi mengejar gaji yang tinggi. Seperti apapun titah sang sultan, akan dipenuhi demi sebuah kebanggaan sebagai seorang abdi kerajaan.

Coba pula kita memperhatikan diri sendiri. Pernahkah kita berhutang jasa kepada orang lain? Pernahkah kita berhutang jasa kepada ibunda yang telah melahirkan dan membesarkan kita? Pernahkah kita berhutang jasa kepada ayahanda yang telah menafkahi dan mendidik kita hingga dewasa? Pernahkah kita berhutang jasa kepada seseorang yang pernah menyelamatkan nyawa kita? Pernahkah kita berhutang jasa kepada orang yang telah menarik tangan kita saat diri ini berada dalam kubangan dosa dan maksiat? Pernahkah kita berhutang jasa kepada orang yang telah memberikan bantuan materi saat diri kita berada dalam keterpurukan ekonomi?

Bukankah mereka berhak mendapatkan cinta, kasih sayang, loyalitas, penghargaan, dan segala kebaikan dari kita yang memang layak bagi mereka sebagai bentuk balas budi atas jasa yang luar biasa ? Tentu saja, ya.

Lalu, bagaimana dengan Zat Pencipta yang telah menciptakan kita, memberi kita nyawa, menyempurnakan bentuk tubuh kita, menganugerahkan akal, kecerdasan, dan pengetahuan kepada kita sehingga dengannya kita mendapatkan ilmu, harta dan segala pernik dunia?

Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. Al-Tīn: 4).

Allah  Ta’ala juga berfirman,

أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

“Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya (Allah). Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam” (QS. Al-A’rāf: 54).

Begitu banyak ayat yang menjelaskan tentang kebesaran Allah Ta’ala yang menentukan segala hal yang terjadi maupun tidak terjadi di jagat raya ini. Begitu pula seluruh makhluk bergantung kepada-Nya. Sebagaimana firman-Nya,

اللَّهُ الصَّمَدُ

Allah adalah tempat meminta segala sesuatu” (QS. Al-Ikhlās: 2).

Maka, adakah yang lebih layak untuk ditunaikan haknya daripada Allah Ta’ala? Tentu jawabannya adalah tidak ada. Oleh karena itu, sebagai seorang hamba yang setiap saat bergantung kepada-Nya di segala lini kehidupan, wajib bagi kita untuk memenuhi hak-hak Allah Ta’ala atas diri kita.

Dua hak Allah Ta’ala atas hamba-Nya

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

حق الله على العباد أن يعبدوه ولا يشركوا به شيئا

“Hak Allah atas para hamba adalah para hamba beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun” (HR. Bukhari dan Muslim).

Pertama, at-tauhid

Berdasarkan hadis di atas diterangkan bahwa hak Allah yang paling utama pada diri seorang hamba adalah at-tauhid, yaitu mengesakan Allah. Syekh Shalih al-‘Utsaimin Rahimahullāh menjelaskan dalam kitabnya al-Qaulul Mufīd menjelaskan makna tauhid,

إفراد الله- تعالى- بما يختص به من الربوبية والألوهية والأسماء والصفات.

“Mengesakan Allah Ta’ala dalam perkara yang merupakan kekhususan bagi-Nya, yaitu dalam perkara al-rububiyyahal-ulūhiyyah, dan al-asmā’ wa al-shifāt” (Al-Qaulul Mufīd, 1: 8).

Para ulama telah banyak menjelaskan kepada kita tentang bagaimana memenuhi hak Allah dengan mentauhidkan-Nya. Karena telah terang bagi kita tujuan penciptaan jin dan manusia adalah hanya untuk menyembah Allah Ta’ala,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku” (QS. Al-Zariyat: 56).

Syekh Shalih al-Fauzān Hafizhahullāh menjelaskan makna ibadah yang dimaksudkan dalam ayat di atas,

اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه من الأقوال والأعمال  الباطنة والظاهرة

“Ibadah adalah satu kata yang mencakup segala hal yang Allah cintai dan ridai, berupa perkataan, perbuatan, perkara batin, dan perkara zahir” (al-Mulakhkhas fi Syarhi Kitāb al-Tauhid, 9: 428).

Kedua, tidak dipersekutukan

Sedangkan hak selanjutnya bagi Allah Ta’ala adalah tidak dipersekutukan dengan sesuatu pun. Allah Ta’ala berfirman,

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun” (QS. An-Nisā’: 36).

Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala juga berfirman,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam’” (QS. Al-An’ām: 162).

Rasulullah Shallallāhu ‘alaihi wa sallam juga menegaskan bahwa kesyirikan termasuk di antara tujuh dosa yang membinasakan (al-mūbiqāt). Hal ini sebagaimana hadisnya,

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ » . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ ، وَمَا هُنَّ قَالَ « الشِّرْكُ بِاللَّهِ ، وَالسِّحْرُ ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِى حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ، وَأَكْلُ الرِّبَا ، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ ، وَالتَّوَلِّى يَوْمَ الزَّحْفِ ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاَتِ

Rasulullah bersabda, “Jauhilah tujuh al-mūbiqāt (dosa yang membinasakan).” Mereka (sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, apa saja dosa yang membinasakan tersebut?” Beliau bersabda, “(1) Syirik kepada Allah, (2) sihir, (3) membunuh jiwa yang haram untuk dibunuh kecuali dengan jalan yang benar, (4) memakan riba, (5) memakan harta anak yatim, (6) lari dari medan perang, (7) qazaf (menuduh wanita mukminah yang baik-baik dengan tuduhan zina)” (HR. Bukhari no. 2766 dan Muslim no. 89 dari hadis Abu Hurairah Radhiyallāhu ‘anhu).

Hakikat memenuhi hak Allah Ta’ala

Banyak ayat dan hadis yang menjelaskan tentang bahaya menyekutukan Allah karena memang ini adalah hak Allah yang mesti dipenuhi oleh seorang hamba. Apabila kita kaji, pada hakikatnya memenuhi hak-hak Allah yang ada pada diri kita jauh lebih mudah daripada memenuhi hak makhluk-Nya.

Bagaimana tidak, apa sulitnya untuk memurnikan ibadah kita hanya untuk Allah Ta’ala yang berupa doa, salat, istigātsah, puasa, zakat, haji, dan berbagai macam ibadah lainnya? Sedangkan untuk memenuhi hak majikan seorang pembantu harus bekerja keras, seorang staf harus bersusah payah lembur demi tuntutan bosnya, serta seorang pegawai istana mesti berkeringat basah untuk mendapatkan pengakuan kesetiaannya.

Persoalan yang kemudian menjadi tantangan bagi seorang hamba dalam menunaikan hak Tuhannya adalah kemauan dan tekad kuat untuk mempelajari ilmu agamanya.

Bagaimana dia dapat mengetahui bahwa dia telah mengesakan Allah Ta’ala dengan benar dan yakin bahwa di setiap ibadahnya tidak ada unsur menyekutukan Allah (kesyirikan) apabila dia tidak belajar tentang ilmu tauhid dan tidak mengerti apa itu kesyirikan?

Bagaimana pula dia dapat menunaikan hak Tuhannya apabila dia tidak mengerjakan ibadah dengan benar sesuai petunjuk nabi-Nya apabila dia tidak belajar tentang fikih ibadah dan manhaj nabi-Nya?

Oleh karena itu, merupakan kewajiban bagi kita untuk mengetahui skala prioritas dalam menentukan loyalitas kita yang sesungguhnya. Orang-orang yang telah berjasa dalam hidup kita memiliki hak untuk mendapatkan kebaikan dari kita. Namun jangan pula kita lupakan bahwa Allah Ta’ala juga memiliki hak yang menjadi super prioritas untuk kita tunaikan sebagai bentuk penghambaan dan loyalitas tertinggi yang kita persembahkan hanya untuk-Nya.

Wallāhu a’lamu bi al-shawāb.

***

Penulis: Fauzan Hidayat, S.STP., MPA

Artikel: Muslim.or.id

Doa-Doa Spesial Hari Jumat yang Diajarkan Para Ulama

Terdapat doa-doa spesial Hari Jumat yang diajarkan para ulama

Hari Jumat merupakan hari yang istimewa. Di antara keistimewaan hari yang juga dikenal dengan sebutan sayyidul ayyam ini, adalah adanya waktu yang mustajab berdoa bagi kaum Muslim. 

Dikutip dari laman Mawdoo3 pada Jumat (5/1), Dalam hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda:

عَن أبي هريرة رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ ذَكَرَ يَوْمَ الجُمُعَةِ، فَقَالَ:  فِيه سَاعَةٌ لا يُوَافِقها عَبْدٌ مُسلِمٌ، وَهُو قَائِمٌ يُصَلِّي يسأَلُ اللَّه شَيْئًا، إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاه

“Sesungguhnya pada hari Jumat terdapat waktu mustajab bila seorang hamba Muslim melaksanakan sholat dan memohon sesuatu kepada Allah pada waktu itu, niscaya Allah akan mengabulkannya. Rasululllah mengisyaratkan dengan tangan beliau sebagai gambaran akan sedikitnya waktu itu.” (Muttafaqun Alaih).

Dalam Sunnah Nabi Muhammad SAW, memang tidak ada doa yang khusus untuk dibaca pada hari Jumat. Namun berikut ini adalah doa-doa yang bisa diucapkan pada hari Jumat sebagaimana dilansir dari laman Mawdoo3:

1. اللهم عليك توكلت فارزقني واكفني، وبك لذت فنجني مما يؤذيني، أنت حسبي ونعم الوكيل، اللهم رضني بقضائك، وقنعني بعطائك، واجعلني من أوليائك.

Allahumma alaika tawakkaltu farzuqni wakfini, wa bika ludztu fa najjini mimma yu’dzini anta hasby wa ni’mal wakil, Allahumma raddhini bi qadhaika, wa qanni’ni bi athaika, waj ‘alni min awliyaika. 

“Ya Allah SWT, aku berserah diri pada-Mu, berikan aku rezeki dan cukupkan aku. Selamatkan aku dari sesuatu yang menyakitiku. Engkau adalah satu-satunya pelindung terbaikku. Dan cukupkanlah aku dengan anugerah-Mu dan jadikanlah aku dari para wali-Mu”

2. Doa keberkahan hari Jumat untuk sesama yaitu sebagai berikut:

أدام الله لكم بركة الجمعة دهوراً، وألبسكم من تقواه نوراً، جمعة مباركة  

Adamallahu lakum barakatal Jumat duhuran, wa albasakum min taqwahu nuron, jumatan mubarakah.  

“Semoga Allah SWT memberikan berkah kepada kalimat pada hari Jumat ini, serta Allah mengenakan cahaya dari kesalehan hari ini, Jumat yang diberkahi.” 

3. اللهم إني أسألك يا من لا تغلطه المسائل، يا من لا يشغله سمع عن سمع، يا من لا يبرمه إلحاح الملحين، اللهم إني أعوذ بك من جهد البلاء ودرك الشقاء، وسوء القضاء، وشماتة الأعداء، اللهم اكشف عني وعن كل المسلمين كل شدة وضيق وكرب، اللهم أسألك فرجًا قريبًا، وكف عني ما أطيق، وما لا أطيق، اللهم فرج عني وعن كل المسلمين كل هم وغم، وأخرجني والمسلمين من كل كرب وحزن.

Allahumma inni asaluka ya man la tughallithuhul masail, ya man la yusyagghiluhu sam’u an sami’a, ya man la yubrihumuhu ilhah al-mulihhin, Allahumma inni audzubika min juhdil bala wa darkis syaqa’ wa su’il qadha’ wa syamatatil a’da’. Allahummaksyif ‘anni wa ‘an kullil muslimin kulla syiddatin wa dhiqin wa karabin, Allahumma aslaluka farjan qariban, wa kaffa anni ma uthiq, wama la uthiq, Allahumma farrij ‘anni, wa an kullil Muslimin wa kul hammin wa ghammin, wa akhrijni wal muslimina min kulla karabin wa huznin.

“Ya Allah, Aku meminta kepadamu wahai Yang tidak tercampuradukkan perkara (bagi-Nya), wahai Yang tidak tersibukkan pendengaran meraka yang mendengarkan, Waha yang yang ketentuannya tak berpengaruh rintihan orang yang (berdoa) merintih, aku berlindung kepada-Mu dari malapetaka dan kesengsaraan, ketetapan yang buruk, dan caci maki musuh. Ya Allah lepaskanlah dariku dan dari setiap Muslim setipa kesusahan dan kesempitan dan impitan, Ya Allah aku meminta kepada-Mu jalan keluar segera, cukupkan dari apa yang aku mampu dan apa yang aku tidak mampu, Ya Allah angkatlah kesedihan dan kegundahan dariku dan dari setiap Muslim 

Hentikan saya pada sesuatu yang dapat saya tanggung dan yang tidak bisa saya tahan. Angka semua kekhawatiran dan kesusahan dari diri saya dan semua Muslim. Singkirkan keresahan dan kesedihan dari diri saya dan umat Muslim.”

4. يا رب في يوم الجمعة وعدت عبادك بقبول دعواتهم، سأدعو لقلب قريب من قلبي: اللهم ارزقه ما يريد وارزق قلبه ما يريد واجعله لك كما تريد، اللهم قدر له ذلك قبل أن تأذن شمس الجمعة بالمغيب 

Ya Rabbi fi Yaumil Jumat wa ‘adta Ibadaka bi qabuli da’wahum, sa ad’u liqalbin qaribin min qalbi: Allahummarzuqhu ma yuridu warzuq qalbahu ma yuridu, waj’alhu laka kama turidu, Allahumma qaddirlalhu dzalik, qabla an tu’dzina syamsul Jumat bil maghib.

“Ya Allah SWT, pada hari Jumat ini, kau berjanji pada hamba-hamba-Mu untuk menerima doa mereka, aku akan berdoa dari hati yang terdalam. Ya Allah SWT, berikanlah apa yang kuinginkan, dan berkatilah hatiku dengan apa yang kuinginkan. Dan jadikan diriku ini milik-Mu seperti yang dirimu inginkan, sebelum matahari hari Jumat tenggelam.”

5. أسعدك الله بساعات هذا اليوم المبارك، ووسع عليك رزقك، وألهمك ذكره، وأجاب دعوتك، وزادك من فضله، وحفظ دينك وأيدك بنصره، ورضي عنك وأرضاك من حبه، وعن النار أبعدك وأدخلك جنته، وللخير أرشدك وكفاك نقمته 

As’adakallah bi sa’ati hadzal yaumi al-mubarak, wa wassa’a alaika rizqaka wa alhamaka dzikrahu, wa ajaba da’wataka, wa zadaka min fadhlihi, wa hafidha dinaka wa ayyadaka binashrihi, wa radhiya anka wa ardhaka an hubbihi wa ‘aninnari ab’adaka wa adkhalaka jannatahu, walil khairi arsyadaka wakafaka niqmatahu 

“Semoga Allah SWT memberikan kebahagiaan pada jam-jam di hari Jumat yang diberkati ini, memperluas mata pencaharianmu, memberi inspirasi kepadamu, menijabah doamu, menambahkan bagimu keutamaan-Nya, menjaga agamamu dan mendukungmu dengan pertolongan-Nya, ridha atasmu, dan meridhaimu dengan cinta-Nya dan menjauhkanmu dari neraka lalu memasukkanmu ke surga, memberi petunjukmu kepada kebaikan dan melindungimu dari bencana-Nya.”

Sumber: https://mawdoo3.com/%D8%A7%D8%AC%D9%85%D9%84_%D8%A7%D8%AF%D8%B9%D9%8A%D8%A9_%D9%8A%D9%88%D9%85_%D8%A7%D9%84%D8%AC%D9%85%D8%B9%D8%A9

KHAZANAH REPUBLIKA

Baca Doa Ini Ketika Anda Sakit, Jika Anda Meninggal Tak Akan Tersentuh Api Neraka

Penyakit suatu saat akan menimpa siapa pun makhluk hidup jika ia tidak menjaga kesehatannya dengan baik. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk menjaga pola hidup sehat dan selalu berdoa agar selalu diberi kesehatan. Jika pun nanti sakit, kita juga diajarkan untuk membaca doa.

Dalam riwayat Imam al-Tirdmidzi, Sahabat Nabi Abu Said al-Khudri dan Abu Hurairah pernah mendengar pesan Rasulullah Saw. mengenai bacaan zikiran atau doa yang apabila dibaca saat sakit, kemudian orang yang sakit itu meninggal, maka ia tidak akan terkena api neraka. Berikut ini adalah doa yang didengar Abu Said al-Khudri dan Abu Hurairah:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

La ilaha illallah wallahu akbar, la ilaha illallah wallahu wahdah, la ilaha illallah wallahu wahdahu la syarika lah, la ilaha illallah wallahu lahul mulku wa lahul hamdu, la ilaha illallah wallahu wa la haula wa la quwwata illa billah.

“Tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar. Hanya Allah Zat Yang Menjadi Tuhan. Hanya Allah Tuhan Yang tiada tuhan menyainginya. Tiada Tuhan selain Allah, pemilik kerajaan dan pujian. Tiada Tuhan selain Allah, tidak upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.”

BINCANG SYARIAH

Hikmah Disyariatkan Shalat Jumat dalam Islam

Hari Jumat  merupakan hari rayanya umat muslim seminggu sekali. Pada hari tersebut orang muslim berbondong-bondong menuju ke masjid untuk melaksanakan shalat Jumat. Lantas, apa hikmah disyariatkan shalat Jumat? Nah, untuk mengetahuinya mari simak ulasan berikut ini:

Syekh Ali Ahmad Al-Jurjawi dalam kitabnya Hikmat at-Tasyri’ wa Falsafatuhu (h.88-90) menuturkan beberapa hikmah disyariatkan shalat Jumat dalam Islam :

Pertama, supaya umat muslim satu suara dan terwujud rasa kasih sayang diantara umat  muslim dimana pada hari Jumat tersebut mereka meninggalkan kesibukan-kesibukan masing ketika sudah tiba waktunya shalat Jumat untuk berkumpul di masjid dan mendengarkan nasihat-nasihat agama yang mengajak mereka untuk selalu memperbagus iman, ketakwaan serta amal perbuatan baik yang sifatnya duniawi maupun ukhrawi.

Kedua, dalam rentang waktu satu minggu, baik orang Arab maupun non Arab menjadikan hari Jumat untuk berkumpul, hal ini dikarenakan pada hari tersebut terdapat keutamaan-keutamaan yang tidak ditemukan pada hari yang lain.

Salah satu hadis yang menerangkan perihal keutamaan shalat Jumat yakni hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا وَلاَ تَقُومُ السَّاعَةُ إِلاَّ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ

 “Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda ‘sebaik-baiknya hari dimana matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari ini nabi Adam diciptakan, hari saat ia dimasukkan ke dalam surga, hari dimana ia juga dikeluarkan dari surga dan hari kiamat tidak akan terjadi melainkan hari Jumat’.” (Muslim bin al-Hajjaj an-Naisaburi, Shahih Muslim, jus 2 hal 585)

Ketiga, waktu yang ditentukan untuk berkumpul juga seminggu sekali, waktu yang tidak terlalu cepat ataupun terlalu lama untuk berkumpul. Seandainya durasi waktu  berkumpul kurang dari seminggu sekali (dipercepat) niscaya hal tersebut menyulitkan terhadap kaum muslimin.

Keempat, salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada hambanya, Dia menjadikan shalat Jumat sebanyak dua rakaat saja. Hal ini dikarenakan pada waktu itu berkumpul orang-orang muslim dari berbagai jenis, ada yang sehat, sakit dan ada juga yang berkebutuhan khusus (different ability). Hal ini menunjukkan bahwa agama Islam merupakan agama yang memudahkan bukan menyulitkan.

Itulah hikmah-hikmah dibalik adanya shalat Jumat dalam Islam yang disampaikan oleh Syekh Ali Ahmad al-Jurjawi, semoga bermanfaat.

Wallahu a’lam

BINCANG SYARIAH

Doa Menyambut Pagi di Hari Jumat

Hari Jumat atau yang biasa disebut dengan sayyidu al-ayyam (rajanya hari-hari) dipandang mulia oleh umat Islam. Hari dimana Nabi Adam diciptakan dan dimasukkan ke dalam surga. Hari saat Nabi Adam diturunkan ke bumi dan hari diterima taubatnya. Hari dimana salat Jum’at dilaksanakan, dan hari dimana orang-orang muslim berkumpul. Hari Jum’at adalah hari raya bagi kaum mukmin, yakni hari raya keimanan. Sebagai muslim, kita sudah semestinya melantuntkan doa menyambut pagi di hari Jumat dengan bahagia.

Dalam kitab Majmu’ah Ahzab wa Awrad Al-Syaikh Al-Akbar Ibnu Arabi, terdapat doa menyambut pagi di hari Jumat yang dibaca oleh Ibrahim bin Adham sebagai berikut;

مَرْحَبًا بِيَوْمِ الْمَزِيدِ وَالصُّبْحِ الْجَدِيدِ وَالْكَاتِبِ الشَّهِيدِ يَوْمُنَا هَذَا يَوْمُ عِيدٍ اكْتُبْ لَنَا فِيهِ مَا نَقُولُ : بِسْمِ اللَّهِ الْحَمِيدِ الْمَجِيدِ الرَّفِيعِ الْوَدُودِ الْفَعَّالِ فِي خَلْقِهِ مَا يرِيدُ أَصْبَحْتُ بِاللَّهِ مُؤْمِنًا وَبِلِقَاءِ اللَّهِ مُصَدِّقًا وَبِحُجَّتِهِ مُعْتَرِفًا وَمِنْ ذَنْبِي مُسْتَغْفِرًا وَلِرُبُوبِيَّةِ اللَّهِ خَاضِعًا وَلِسِوَى اللَّهِ جَاحِدًا وَإِلَى اللَّهِ تَعَالَى فَقِيرًا وَعَلَى اللَّهِ مُتَوَكَّلًا وَإِلَى اللَّهِ مُنِيبًا أُشْهِدُ اللَّهَ وَأُشْهِدُ مَلَائِكَتَهَ وَأَنْبِيَاءَهُ وَرُسُلَهُ وَحَمَلَةَ عَرْشِهِ وَمَنْ خَلَقَ وَمَنْ هُوَ خَالِقٌ بِأَنَّ اللَّهَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَالنَّارَ حَقٌّ وَالْحَوْضَ حَقٌّ وَالشَّفَاعَةَ حَقٌّ وَمُنْكَرًا وَنَكِيرًا حَقٌّ وَلِقَاءَكَ حَقٌ وَوَعْدَكَ حَقٌ وَوَعِيدُكَ حَقٌّ وَالسَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ عَلَى ذَلِكَ أَحْيَا وَعَلَيْهِ أَمُوتُ وَعَلَيْهِ أُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Artinya:

Selamat datang hari bertambahnya kebaikan, pagi yang baru, dan pencatat yang bersaksi. Hari kami ini adalah hari raya, maka tulislah bagi kami apa yang kami ucapkan di dalamnya:

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Terpuji, Maha Agung, Maha Tinggi, Maha Sayang, Maha Berbuat terhadap apa yang Dia kehendaki atas makhluk-Nya. Aku masuk pagi dengan beriman kepada Allah, membenarkan perjumpaan dengan Allah, mengakui hujja-Nya, minta ampun dari dosaku, tunduk terhadap ketuhanan Allah, menyangkal kepada selain Allah, butuh kepada Allah, bertawakkal kepada Allah, kembali kepada Allah.

Aku mempersaksikan pada Allah, dan mempersaksikan pada malaikat-Nya, para nabi-Nya, para utusan-Nya, malaikat pemikul ‘Arasy-Nya, dan yang menciptakan bahwa tiada Tuhan kecuali Dia, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, bahwa surga adalah benar, neraka adalah benar, telaga adalah benar, syafaat adalah benar, munkar dan nakir adalah benar, berjumpa dengan Engkau adalah benar, janji-Mu adalah benar, ancaman-Mu adalah benar, dan kiamat akan datang tanpa ada keraguan di dalamnya, dan Allah akan membangkitkan orang-orang yang ada dalam kuburan, atas semua itu aku hidup, aku mati, dan aku dibangkitkan, insyaallah.

BINCANG SYARIAH

Saran Imam Al Ghazali Saat Membaca Alquran

Imam Al-Ghazali menyarankan ketika membaca Alquran harus dalam keadaan bersuci sebagai suatu penghormatan.

“Seyogianya sudah berwudhu ketika hendak membaca Alquran dan bersikap sopan padanya baik kalau berdiri maupun duduk,” kata Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin.

Menurutnya membaca alquran paling utama dalah saat berdiri dalam salat. Rasulullah SAW bersabda. “Barangsiapa membaca Alquran hingga khatam kurang dari tiga hari ini, niscaya tidak memahami isinya.”

Menurut Al-Ghazali para ulama memakruhkan menghatamkan Alquran setiap malam. Lebih baik menghatamkan Alquran setiap minggu sekali adalah baik dan disunnahkan membaca Alquran dengan tartil atau membaca Alquran dengan mengikuti aturan ilmu tajwid dengan tempo pelan sambil meresapi maknanya.

Nabi Muhmad bersabda. “Sesungguhnya Alquran diturunkan dengan kesedihan. Ketika kalian membacanya, maka berusalah untuk bersedih.”

“Sebaiknya memperhatikan hak ayat sajadah dengan bersujud baik ketika mendengarnya dari orang lain atau saat membacanya sendiri,” kata Imam Ghazali.

Dan sujud ketika mendengar ayat sejadah,dalam keadaan sudah berwudhu. Di dalam Alquran ada 14 ayat sajadah yang mesti bersujud ketika membaca atau mendengarnya dengan membaca doa.

“Telah sujud wajhku kepada Dzat yang menciptakannya, yang menancapkan pendengaran dan penglihatan dengan daya dan kekuatannya. Mahasuci Allah sebaik-sebaik Pencipta.”

IHRAM

Cegah Covid-19, Saudi Tangguhkan Perjalanan dari 20 Negara

 Arab Saudi menangguhkan perjalanan dari 20 negara tanpa batas waktu sebagai tindakan pencegahan untuk membendung penyebaran virus korona.

Menurut Saudi Press Agency, warga Saudi, diplomat, tenaga kesehatan dan keluarga mereka, tetap diizinkan masuk.

Keputusan tersebut berlaku mulai Rabu pukul 21.00 waktu setempat (1800 GMT).

Negara-negara yang masuk daftar larangan perjalanan adalah Argentina, Uni Emirat Arab, Jerman, Amerika Serikat, Indonesia, Italia, Pakistan, Inggris, Turki, Swedia, Prancis, Lebanon, Mesir, India, Jepang, Irlandia, Brasil, Portugal, Swiss, dan Afrika Selatan.

Saudi mencatat 310 kasus baru Covid-19 baru dan empat kematian terkait dalam 24 jam terakhir.

Sejauh ini, total kasus di negara itu menjadi 368.639 kasus dan 6.383 kematian.

IHRAM

Mengapa Tidur Malam Hari Juga Dianggap Bagian dari Ibadah?

Tidur pada malam hari bisa dianggap sebagai ibadah bagi umat Islam

Ketahuilah bahwasanya tidur juga bukan sekadar aktivitas rutin, melainkan tidur bisa bermuatan ibadah.

Tidur merupakan bagian dari rasa syukur. Allah SWT berfirman: وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.” (QS An-Naba’: 9) 

Syekh Thahir bin Asyur, dalam kitab tafsirnya, sebagaimana dikutip dari laman Mawdoo3 menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia yang membutuhkan tidur. Tidur bertujuan untuk menjaga kesehatan karena ketika beraktifitas seharian, tubuh membutuhkan istirahat.  

Namun tidur yang bernilai ibadah adalah tidur yang cukup. Tidak boleh tiduur berkepanjangan. Dan tidak boleh juga seseorang hidup tanpa tidur karena akan berakibat pada kematian. 

Tidur juga termasuk salah satu tanda kebesaran Allah dimana ketika tidur Allah mematikan hamba-Nya dan ketika bangun Allah juga yang menghidupkan kembali. Allah mengabadikan anjuran tidur dalam firman-Nya, surat Ar-Rum ayat 23:

وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.”

Sementara itu Allah SWT juga berfirman dalam surat al-Qashash ayat 72-73:  

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ النَّهَارَ سَرْمَدًا إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَٰهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُونَ فِيهِ ۖ أَفَلَا تُبْصِرُونَ.وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Katakanlah (Muhammad), “Bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus sampai hari Kiamat. Siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu sebagai waktu istirahatmu? Apakah kamu tidak memperhatikan?” 

Dan adalah karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada malam hari dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.”

KHAZANAH REPUBLIKA

Misteri Kematian

Kematian itu keniscayaan bagi semua makhluk yang hidup.

Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung hampir setahun di Indonesia  (dan juga berbagai negara lainnya di dunia) membuktikan bahwa  kematian itu sesungguhnya hal yang sangat dekat dengan setiap manusia. Lalu, bagaimanaseharusnya, kita  bersiap-siap untuk menghadapi kematian?

Imam Al-Qurthubi  dalam  bukunya yang berjudul At-Tadzkirah fi Ahwalil Mautawa Umuril Akhirah, menyinggung bahwa kematian itu keniscayaan bagi semua makhluk yang hidup, termasuk manusia. Kematian tidak boleh ditakuti tetapi juga tidak perlu diminta dan dicari. Kematian termasuk musibah besar, tetapi ada musibah yang lebih besar dari kematian, yaitu melalaikan kematian itu sendiri. Yang paling penting terkait kematian adalah, mempersiakan diri dengan bekal sebaik-baiknya untuk menyambut dan menemuikematian.

Bekal terbaik untuk menemui kematian bukanlah harta yang banyak. Bukan pula jabatan yang tinggi. Tidak juga popularitas dan jaringan perkenalan yang luas. Tetapi, amal saleh dan ketakwaan. Suatu yang sederhana,  namun membutuhkan mujahadah yang optimal. Amal saleh adalah perbuatan yang bisa dikerjakan oleh siapa pun dan di mana pun, meskipun mungkin ia tidak kaya, tidak punya jabatan, dan juga tidak punya popularitas apa pun. Dengan catatan, ia beriman, amal yang dikerjakan itu baik, dikerjakan mengikuti petunjuk Rasul, dan dengan niat ikhlas semata-mata mencari ridha Allah SWT, bukan karena selain-Nya.Sekecil apa pun amalan itu.

Allah berfirman, 

فَمَنۡ كَانَ يَرۡجُوۡالِقَآءَ رَبِّهٖ فَلۡيَـعۡمَلۡ عَمَلًا صَالِحًـاوَّلَايُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖۤ اَحَدًا

“Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan amal saleh  (kebajikan) dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”(Al-Kahfi:110)

Imam Asy-Syaukani dalam kitab tafsirnya, FathulQadir, lebih simple lagi menjelaskan pengertian amal saleh  pada ayat di atas, sebagai setiap kebaikan yang dinyatakan oleh syariat bahwa pelakunya berhak untuk mendapatkan balasan pahala.Yaitu berupa amal saleh apa saja.

Allah juga berfirman,

تِلْكَ ٱلْجَنَّةُٱلَّتِى نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَن كَانَ تَقِيًّا

“Itula surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.” (QS. Maryam: 63)

Terkait dengan bekal kematian, dalam hadits yang shahih Rasulullah juga pernah mengingatkan,

يَتْبَعُ المَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ : يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ

“Orang yang mati, akan diantarkan ke kuburannya oleh tiga hal. Yang dua pulang dan yang satu tetap menemaninya. Yaitu oleh keluarganya, harta bendanya, dan amal salehnya. Lalu keluarga dan hartanya pulang, sedangkan amal saleh  tetap menyertainya.” (HR. Al-Bukhari)

Adapun,  tentang pentingnya beramal dengan ikhlas sebagai bekal kematian, Allah berfirman,

ومَا أُمِرُوْا إِلاَّلِيَعْبُدُاللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ

“Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…” (Al-Bayyinah: 5)

Sebagai orang beriman, semestinya kita  tidak boleh galau dan khawatir menghadapi kematian. Apakah itu kematian bagi dirinya sendiri atau bagi orang-orang yang dicintainya. Karena sejatinya, kematian adalah jalan indah bagi setiap pemilik cinta sejati untuk menikmati buah cintanya, bertemu dengan Dzat yang paling dicintainya, yaitu Allah SWT.

Imam Al-Qurthubi mengisahkan, bahwa ketika Malaikat Maut datang kepada Nabi Ibrahim yang memiliki  julukan Khalilur Rahman (Kekasih Allah) itu, untuk mencabut nyawanya, beliau  berkata, “Hai Malaikat Maut, pernahkah kamu melihat ada seorang kekasih mencabut nyawa kekasihnya?”

Atas pertanyaan itu, Malaikat Maut paham dengan apa yang dimaksudkan Nabi Ibrahim, yaitu agar jangan dulu mencabut  nyawanya. Maka Sang Malaikat pun langsung bergegas menemui Allah SWT untukmengadukan apa yang dikatakan Nabi Ibrahim kepadanya. Dan Allah pun berfirman kepadanya, “Katakan  kepada Adam, pernahkah kamu melihat ada seorang kekasih yang tidak ingin bertemu dengan kekasihnya?”

Mendengar firman itu,  Malaikat Maut pun segera kembali menemui Nabi Ibrahim, untuk menyampaikan apa yang dipesankan Allah kepadanya. Dan kali ini, setelah mendengar apa yang disampaikan oleh Malaikat Maut kepadanya, Nabi Ibrahim sang kekasih Allah itu sontak langsung berkata, “Cabutlah nyawaku  sekarang juga.”

Beliau paham, benar-benar paham bahwa Allah adalah kekasih sejatinya, danapa yang ada di sisi-Nya adalah jauh lebih baik dan lebih nikmat bagi dirinya dari segalanya. Dan itulah buah dari cinta  sejati  bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Maka, ia harus segera bertemu dengan-Nya. Wallahu a’lam bishshawab.

Oleh Muslich Taman

KHAZANAH REPUBLIKA

Perintah Untuk Mengikuti Yang Terbaik

Dalam Islam kita di ajak untuk mengikuti dan melakukan yang terbaik. Berikut ini adalah ayat-ayat yang mengandung kalimat “terbaik” dalam Al-Qur’an.

1). Al-Qur’an adalah perkataan terbaik.

ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحۡسَنَ ٱلۡحَدِيثِ كِتَٰبٗا مُّتَشَٰبِهٗا مَّثَانِيَ

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang.” (QS.Az-Zumar:23)

2). Semua kisah dalam Al-Qur’an adalah kisah terbaik.

نَحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ أَحۡسَنَ ٱلۡقَصَصِ

“Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik.” (QS.Yusuf:3)

3). Allah menciptakan segala sesuatu yang terbaik.

ٱلَّذِيٓ أَحۡسَنَ كُلَّ شَيۡءٍ خَلَقَهُۥۖ

“Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan.” (QS.As-Sajdah:7)

4). Allah menciptakan manusia dengan bentuk terbaik.

لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٖ

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS.At-Tin:4)

وَصَوَّرَكُمۡ فَأَحۡسَنَ صُوَرَكُمۡۖ

“Dia membentuk rupamu lalu memperbagus rupamu.” (QS.At-Taghabun:3)

5). Allah Pencipta terbaik

فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحۡسَنُ ٱلۡخَٰلِقِينَ

“Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS.Al-Mu’minun:14)

6.) Allah memerintahkan kita untuk mengikuti perintah terbaik.

وَٱتَّبِعُوٓاْ أَحۡسَنَ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُم

“Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu (Al-Qur’an) dari Tuhanmu.” (QS.Az-Zumar:55)

7). Dan meminta kita untuk beramal yang terbaik.

لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ

“untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS.Al-Mulk:2)

8). Allah memerintahkan kepada kita untuk berucap yang terbaik.

وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُواْ ٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ

Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar).” (QS.Al-Isra’:53)

9). Kita diperintahkan untuk membalas salam dan semua kebaikan dengan yang lebih baik, atau minimal sama.

وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٖ فَحَيُّواْ بِأَحۡسَنَ مِنۡهَآ أَوۡ رُدُّوهَآۗ

“Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. ) (QS An-Nisa’:86)

10). Kita diperintahkan untuk membalas keburukan dengan kebaikan.

ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ ٱلسَّيِّئَةَۚ

“Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan (cara) yang lebih baik.” (QS.Al-Mu’minun:96)

11). Kita diperintahkan untuk memakai cara terbaik dalam berdebat.

وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ

“Dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.” (QS.An-Nahl:125)

12). Al-Qur’an memerintahkan kita untuk memperlakukan harta anak yatim dengan cara yang terbaik.

وَلَا تَقۡرَبُواْ مَالَ ٱلۡيَتِيمِ إِلَّا بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ حَتَّىٰ يَبۡلُغَ أَشُدَّهُۥۚ

“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sampai dia mencapai (usia) dewasa.” (QS.Al-An’am:152)

13). Dan balasan dari Allah pasti adalah balasan yang terbaik.

وَيَجۡزِيَهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ ٱلَّذِي كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

“Dan memberi pahala kepada mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang mereka kerjakan.” (QS.Az-Zumar:35)

Itulah ayat-ayat yang memuat kata “terbaik” dalam Al-Qur’an. Intinya ajaran terbaik yang diturunkan oleh Pencipta Terbaik pada Nabi terbaik pastinya akan menuntut amal terbaik dari umat yang disebut umat terbaik.

Semoga bermanfaat.

KHAZANAH ALQURAN