Menjauhi Dosa Besar

Allah Ta’ala berfirman,

إِن تَجۡتَنِبُوا۟ كَبَاۤىِٕرَ مَا تُنۡهَوۡنَ عَنۡهُ نُكَفِّرۡ عَنكُمۡ سَیِّـَٔاتِكُمۡ وَنُدۡخِلۡكُم مُّدۡخَلࣰا كَرِیمࣰا

Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar yang dilarang kepada kalian, niscaya Kami akan menghapuskan dari kalian dosa-dosa kalian dan Kami akan memasukkan kalian ke dalam tempat yang mulia.” (QS. An-Nisa’ : 31)

Adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Dengan dalil yang tegas ini Allah menjamin bagi orang yang menjauhi dosa-dosa besar bahwa Allah pasti akan memasukkan mereka ke dalam surga.”

Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

الصَّلَوَاتُ الخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إلى الجُمْعَةِ، وَرَمَضَانُ إلى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ ما بيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الكَبَائِرَ

Salat lima waktu, salat jumat menuju salat jumat berikutnya, puasa ramadan menuju puasa ramadan sesudahnya, merupakan penghapus dosa-dosa yang terjadi di antaranya selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim)Daftar Isisembunyikan 1. Jumlah dosa besar 2. Pengertian dosa besar 3. Dosa besar itu bertingkat-tingkat 4. Dosa besar yang paling besar

Jumlah dosa besar

Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah dosa besar. Ada di antara mereka yang mengatakan bahwa dosa besar itu ada tujuh. Mereka berdalil dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ المُوبِقاتِ

Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan.”

Kemudian Nabi menyebutkan,

الشِّرْكُ باللَّهِ، والسِّحْرُ، وقَتْلُ النَّفْسِ الَّتي حَرَّمَ اللَّهُ إلَّا بالحَقِّ، وأَكْلُ الرِّبا، وأَكْلُ مالِ اليَتِيمِ، والتَّوَلِّي يَومَ الزَّحْفِ، وقَذْفُ المُحْصَناتِ المُؤْمِناتِ الغافِلاتِ.

[1] Syirik kepada Allah, [2] sihir, [3] membunuh jiwa yang haram dibunuh, kecuali apabila ada alasan yang membenarkannya, [4] memakan harta anak yatim, [5] memakan harta riba, [6] melarikan diri dari pertempuran saat dua pasukan bertemu, [7] menuduh berzina terhadap perempuan yang baik-baik dan tidak bersalah.” (Muttafaq ‘alaih)

Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma mengatakan bahwa dosa besar itu jumlahnya lebih tepat dikatakan mendekati tujuh puluh dan bukan hanya tujuh. Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan bahwa hadis di atas sama sekali tidak menunjukkan pembatasan jumlah dosa besar.

Pengertian dosa besar

Adz-Dzahabi rahimahullah menjelaskan bahwa pengertian dosa besar yang tepat adalah segala bentuk perbuatan yang memiliki dampak hukuman khusus/ had di dunia semacam membunuh, berzina, atau mencuri. Atau perbuatan yang disebutkan di dalam dalil dengan peringatan keras berupa hukuman di akhirat berupa siksaan, kemurkaan, tantangan, atau perbuatan yang pelakunya dilaknat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dosa besar itu bertingkat-tingkat

Adz-Dzahabi rahimahullah menyatakan bahwa tidak bisa dipungkiri bahwasanya sebagian dosa besar lebih berat dosanya daripada dosa besar yang lain. Sebagaimana halnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memasukkan syirik kepada Allah dalam kategori dosa besar padahal pelakunya kekal dihukum di dalam neraka dan Allah tidak akan mengampuni dosa syirik itu selama-lamanya.

Dosa besar yang paling besar

Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan bahwa dosa besar yang paling besar adalah kesyirikan kepada Allah Ta’ala dan hal itu meliputi dua macam: syirik besar dan syirik kecil. Dosa syirik besar itu berupa menjadikan selain Allah sebagai sesembahan tandingan, entah itu pohon, matahari, bulan, nabi, syekh, bintang, malaikat, dan lain sebagainya. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ ٱللَّهَ لَا یَغۡفِرُ أَن یُشۡرَكَ بِهِۦ وَیَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَ ٰ⁠لِكَ لِمَن یَشَاۤءُۚ

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia akan mengampuni dosa lain yang berada di bawah tingkatan dosa syirik itu bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’ : 48)

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّهُۥ مَن یُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَیۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ

Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka Allah mengharamkan surga baginya dan tempat kembalinya adalah neraka.” (QS. Al-Ma’idah: 72)

Adz-Dzahabi rahimahullah menyatakan barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah kemudian meninggal dalam keadaan berbuat syirik, maka dia pasti termasuk penghuni neraka. Sebagaimana halnya barangsiapa yang beriman kepada Allah kemudian meninggal dalam keadaan beriman, maka dia termasuk penghuni neraka meskipun dia harus disiksa terlebih dulu di dalam neraka.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أنَّ اللهَ تعالى قال إني أغنى الشركاءِ عن الشركِ فمن عمل عملًا أشرك فيه غيري فأنا منه بريءٌ وهو للذي عمِلَه

Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Aku tidak butuh sekutu-sekutu dari perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal dengan mempersekutukan Aku di dalamnya, maka Aku berlepas diri darinya dan dia akan diserahkan kepada sosok yang dijadikannya sebagai sekutu.‘” (HR. Ath-Thabari dalam Tahdzibul Atsar)

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَدِمۡنَاۤ إِلَىٰ مَا عَمِلُوا۟ مِنۡ عَمَلࣲ فَجَعَلۡنَـٰهُ هَبَاۤءࣰ مَّنثُورًا

Dan Kami hadapi segala amal yang dahulu mereka lakukan di dunia kemudian Kami jadikan amal-amal itu (seperti) debu yang berterbangan.” (QS. Al-Furqan : 23)

Sebagian orang yang bijak mengatakan, “Orang yang ikhlas adalah yang berusaha menyembunyikan kebaikan-kebaikannya sebagaimana dia berusaha untuk menyembunyikan kejelekan-kejelekannya.”

Diadaptasi dari Al-Kaba’ir karya Al-Hafizh Adz-Dzahabi rahimahullah

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/78972-menjauhi-dosa-besar.html

Hafidz Asal Medan Raih Juara 1 MTQ Internasional Maroko

Putra Indonesia kembali meraih prestasi dalam ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Internasional yang diselenggarakan di Maroko. Farhan Muhammadi, hafidz asal Medan, Sumatera Utara menyabet Juara 1 Cabang Hafalan 5 Juz dan Tilawah pada MTQ Internasional di Maroko.

Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin menyambut prestasi Farhan dengan ungkapan syukur. Menurutnya, raihan Farhan merupakan inspirasi bagi para generasi muda. “Alhamdulillah, Kita berbahagia, bersyukur dan berbangga. Satu lagi prestasi gemilang tingkat internasional diraih anak-anak bangsa,” ungkap Kamaruddin di Jakarta, Senin (3/10/22).

Guru Besar Ilmu Hadis UIN Alauddin Makassar ini optimis, capaian prestasi Farhan akan disusul prestasi lainnya. “Semoga menginspirasi anak-anak bangsa yang lain. Selamat kepada Ananda Farhan. Kesuksesan dan prestasi berikutnya insyaallah akan menyusul,” pungkas pria yang juga Ketua Umum Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Nasional ini.

Farhan Muhammadi merupakan remaja kelahiran Medan, 3 Januari 1998. Farhan merupakan lulusan Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta. Anak dari dari Fadhlan Zainuddin dan Mahmuda Harza ini berhasil meraih Juara 1 MTQ Internasional Maroko dengan menyisihkan 60 peserta dari 42 negara.

“Alhamdulillah, sangat bersyukur kepada Allah karena mendapatkan nikmat juara. Apalagi persiapan mendadak, hanya 2 pekan,” ungkap anak ke 3 dari 6 bersaudara ini di Casablanca, Maroko.*

HIDAYATULLAH

Tiga Tingkatan Shalat Malam

Melaksanakan ibadah pada sepertiga terakhir malam sangat dianjurkan, sebab pada waktu itu merupakan saat di mana Allah turun ke langit dunia dan akan mengabulkan semua permintaan hamba-Nya.

Waktu malam dihitung dari sejak terbenam matahari sampai terbit fajar, kemudian terbagi menjadi enam bagian, tiga bagian pertama disebut setengah malam pertama. Sunnah bangun pada seperenam keempat dan kelima, ini dihitung sepertiga. Kemudian boleh tidur lagi pada seperenam terakhir. Lalu kapan seseorang mendapatkan waktu turunnya Allah, atau kapan tepatnya sepertiga malam terakhir itu?

Jika waktu malam dibagi dalam 6 bagian, maka waktu sepertiga malam setelah tengah malam adalah pada seperenam kelima malam. Nabi Saw telah menunjukkan kita waktu tersebut dalam hadis berikut ini

أَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ ، وَأَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ ، وَكَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ ، وَيَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا

Sesungguhnya puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Nabi Daud, dan shalat yang paling dicintai Allah adalah shalat Daud, ia tidur setengah malam, lalu bangun pada sepertiganya dan tidur pada seperenamnya, ia puasa satu hari dan berbuka satu hari.” (HR. Bukhari&Muslim)

Berdasarkan pembagian waktu malam dalam hadis di atas, maka dalam melaksanakan shalat malam ada tiga tingkatan:

Tingkatan pertama: Tidur setengah malam pertama kemudian bangun pada sepertiga malam dan tidur pada seperenamnya. Hal ini sebagaimana hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Amr, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Nabi Daud, dan shalat yang paling dicintai Allah adalah shalat Daud, ia tidur setengah malam, lalu bangun pada sepertiganya dan tidur pada seperenamnya, ia puasa satu hari dan berbuka satu hari.” (HR. Bukhari&Muslim)

Kedua, bangun pada sepertiga malam terakhir. Sebagaimana dikatakan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun setiap malam ke langit dunia saat tersisa sepertiga malam terakhir. Dia berfirman, ‘Siapa yang memohon kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang meminta pada-Ku maka Aku akan memberikannya. Siapa yang memohon ampun kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya. (HR. Bukhari&Muslim)

Jika khawatir tidak bangun malam, maka berpindah pada tingkatan ketiga.

Tingkatan ketiga: Shalat pada awal malam atau kapan saja pada waktu malam sesuai kemudahan. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bahwa Rasulullah bersabda,

Barang siapa yang khawatir tidak bangun pada akhir malam, hendaknya ia shalat witir pada awalnya. Barang siapa yang bertekad untuk bangun pada akhirnya maka hendaknya ia shalat witir pada akhir malam , sesungguhnya shalat pada akhir malam itu disaksikan dan itu lebih utama.” (HR. Bukhari)

Wallahu’alam.

BINCANG SYARIAH

3 Dosa Besar yang Sering tanpa Sadar Sering Terjadi di Sekililing Kita

PERBUATAN yang bertentangan dengan syariat Islam, itulah termasuk dalam kategori dosa. Di mana jika kita melakukan perbuatan dosa, maka tunggulah adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apalagi jika dosa yang kita perbuat itu termasuk dosa besar.

Maka, tiada lagi kesempatan bagi kita untuk bertaubat, jika kita tidak segera menyesalinya sebelum ajal menjemput.

Jika perbuatan dosa itu terasa, mungkin cukup mudah bagi kita untuk mengingatnya. Sehingga, kita bisa segera memperbaiki diri.

Tapi, seringkali kebanyakan dari kita melakukan dosa besar tanpa disadari. Sedikitnya, ada tiga dosa besar yang tanpa sadar banyak dilakukan. Apakah itu?

Dosa Besar yang Sering tanpa Sadar Sering Terjadi: Riba

Dosa besar pertama yang sering dilakukan oleh umat manusia tanpa disadari adalah riba. Riba sendiri merupakan penetapan bunga pinjaman atau dengan kata lain melebihkan jumlah pengembalian pinjaman berdasarkan presentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok.

Riba biasanya bisa terjadi karena si peminjam uang tidak bisa melunasi utangnya tersebut tepat pada waktunya. Namun, harus diketahui bahwa perbuatan riba ini merupakan suatu hal yang haram untuk dilakukan dan tentu saja akan menimbulkan dosa bagi pelakunya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “…padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS. Al-Baqarah: 275).

Di masa modern sekarang ini, banyak sekali kasus riba yang kita jumpai dalam berbagai macam bentuk dan dengan nama yang berbeda. Seperti terjadi pada transaksi perbankan (bunga), jual beli secara kredit, ataupun asuransi.

Banyak orang yang tidak menyadari bahwa riba adalah salah satu dosa besar yang harus dihindari. Padahal sebenarnya tipa-tiap orang yang terlibat di dalam riba akan sama-sama mendapatkan dosa besar. Bahkan, Rasulullah ﷺ pernah bersabda bahwa riba itu ada 70 macam dosa dan Rasul mengibaratkan yang paling ringan dari dosa riba adalah seperti seseorang yang berzina dengan ibunya.

Dosa Besar yang Sering tanpa Sadar Sering Terjadi: Riya’ (Pamer)

Perbuatan yang menimbulkan dosa besar tanpa disadari selanjutnya adalah riya’ (pamer). Riya’ merupakan salah satu perbuatan yang dilarang di dalam ajaran Islam. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman bahwasanya orang-orang yang kerap berbuat riya’ termasuk dalam golongan orang yang celaka.

Riya’ bisa berwujud dalam berbagai bentuk, mulai dari memamerkan harta bendanya sendiri sampai dengan menyebut-nyebut pemberiannya di hadapan orang lain. Tujuannya adalah agar ia mendapat pujian dari manusia lainnya dan dianggap sebagai sosok yang dermawan.

Tidak hanya itu, orang yang shalat dan beribadah kepada Allah atas dasar untuk mendapatkan pujian dari sesama manusia juga termasuk ke dalam kategori riya’. Perbuatan riya’ atau suka pamer ini bisa menyebabkan terhapusnya amalan kebaikan seseorang. Oleh karena itu, alangkah lebih baiknya apabila menghindari sifat riya’ ini dari kehidupan kita.

Dosa Besar yang Sering tanpa Sadar Sering Terjadi: Menyakiti Tetangga

Dosa besar selanjutnya yang tanpa sadar dan bahkan sering dilakukan oleh manusia yakni menyakiti tetangga. Tetangga merupakan orang yang tinggalnya berdekatan dengan kita. Di dalam Islam, kita dianjurkan untuk senantiasa berbuat kebaikan kepada tetangga dan orang-orang terdekat.

Namun, banyak orang yang tidak menjalin hubungan baik dengan tetangga mereka. Bahkan ada di antaranya yang bertengkar lalu tidak saling bertegur sapa satu sama lain. Selain itu, banyak juga yang melakukan kekerasan ataupun berkata kasar kepada tetangganya sehingga melukai hati tetangga tersebut.

Padahal sebenarnya, menyakit tetangga itu termasuk dalam dosa besar yang sering diabaikan. Ternyata orang yang menyakiti tetangganya tidak akan masuk ke dalam surga. Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah ﷺ, “Tidak masuk surga seseorang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh sebab itu, alangkah lebih baiknya apabila kita menjaga perilaku dan perkataan terhadap tetangga yang tinggal disekitar kita. Jangan lupa untuk selalu menjaga silaturahim dan berbagai satu sama lain. Saling tolong menolonglah apabila berada dalam kesulitan.

Itulah tiga perbuatan dosa yang seringkali kita tidak menyadarinya. Maka, perbanyaklah beristighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena boleh jadi kita melakukan ketiga dosa besar itu. []

SUMBER: INFOYUNIK

ISLAMPOS

7 Sebutan Keturunan Nabi Muhammad ﷺ di Indonesia

SAHABAT Islampos, ada yang tahu jumlah marga keturunan Nabi Muhammad ﷺ yang tersebar di Indonesia? Ternyata, jumlahnya banyak.  Apa saja sebutan keturunan nabi Muhammad ﷺ di berbagai daerah di Indonesia?

Diketahui, di Indonesia terdapat 68 marga yang disandang oleh para Habib/Sayyid, julukan untuk keturunan Nabi Muhammad ﷺ. Menurut Rabithah Alawiyah selaku organisasi pencatat nasab keturunan Nabi Muhammad di Indonesia, tercatat 1,2 juta orang yang berhak menyandang marga tersebut.

Dari 68 marga Habaib yang ada di Indonesia, paling banyak adalah Al-Attas. Rabithah Alawiyah mencatat ada sekitar 2.471 Habaib bermarga Al-Attas di wilayah Jabodetabek.

Beberapa marga yang cukup populer, Al-Attas sekitar 24%. Kemudian Al-Haddad dan Assegaf 15%. Alaydrus 13%, Al-Habsyi 11%. Selanjutnya Bin Shahab 7%, Al-Kaff 5%. Kemudian Al-Jufri sebanyak 4%, Bin Yahya dan Syaikh Abu Bakar bin Salim (BSA) sebanyak 3%.

Nama Umum Gelar Keturunan Nabi Muhammad Sayyid Idrus Alwi Al-Masyhur dalam bukunya “Sejarah, Silsilah dan Gelar Keturunan Nabi Muhammad SAW di Indonesia, Singapura, Malaysia, Timur Tengah, India dan Afrika” menjelaskan bahwa keturunan Nabi Muhammad SAW mempunyai beberapa panggilan khusus. Di setiap negara dan daerah biasanya berbeda-beda dalam penyebutannya.

Berikut panggilan khusus atau sebutan keturunan nabi Muhammad ﷺ tersebut:

  1. Syarif (biasanya ditujukan untuk keturunan Sayyidina Hasan cucu Rasulullah SAW, contohnya Syarif-Syarif di Mekkah). Pemakaian gelar Syarif di Mekkah kemudian juga dipakai para keturunan Sayyidina Husein yang menjadi Sultan di Nusantara seperti Sultan Syarif Abdurrahman Al-Qadri Pontianak)
  2. Sayyid (juga digunakan untuk keturunan Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain)
  3. Habib, jamaknya Habaib (gelar yang banyak digunakan di Indonesia dan Asia Tenggara)
  4. Syed (digunakan di Malaysia) 5. Wan (dulu sering digunakan di Jakarta. Juga banyak ditemukan di wilayah Melayu Nusantara (seperti Kelantan, Patani)
  5. Tuanku (digunakan di Sabah dan Sarawak)
  6. Sidi (digunakan di Pariaman Sumatera Barat)
  7. Yek (digunakan di Jawa Tengah dan Jawa Timur).

SUMBER: SINDONEWS

Bahagia dalam Ridha Allah

Fariduddin Attar dalam buku Tadzkiratul Awliya’ pernah bercerita tentang tobatnya seorang zahid dan tabiin bernama Malik bin Dinar al-Sami (wafat pada 130 H atau 748 M). Ia anak seorang budak Persia dari Sijistan (Kabul, Afganistan).

Namun, lelaki tampan ini berhasil membebaskan diri dari perbudakan dan menjadi seorang yang kaya raya. Malik hidup pada masa Bani Umayyah, tepatnya zaman Muawiyah di Damaskus. Saat itu, Muawiyah sedang membangun masjid agung yang anggarannya sangat besar.

Malik tertarik dan sangat ingin ditunjuk sebagai ketua takmir masjid itu. Keinginannya yang kuat mendorong dia menghamparkan sajadahnya di salah satu sudut masjid dan tampak khusyuk beribadah. Ia berharap, orang lain menganggapnya sebagai orang saleh.

Anehnya, pada malam hari ia meninggalkan masjid dan mencari hiburan di luar tanpa sepengetahuan orang-orang sekitar. Begitulah yang ia lakukan selama beberapa waktu lamanya.

Suatu malam, saat ia sedang menikmati alunan musik yang ia mainkan, tiba-tiba ia dikejutkan suara hatinya, “Malik, mengapa engkau tidak bertobat?” Mendengar suara hatinya, ia langsung menjatuhkan alat musiknya. Malik berlari ke sudut masjid yang biasa ia tempati.

“Setahun penuh aku telah menyembah Tuhan secara munafik. Tidakkah lebih baik aku beribadah dengan ikhlas? Aku malu. Aku tidak akan menerima tawaran menjadi ketua takmir masjid meski mereka menunjukku.”

Malam itu, Malik sudah tidak lagi beribadah seperti hari-hari sebelumnya. Keesokan harinya, melihat perlunya seorang ketua takmir yang akan mengurus kemakmuran masjid, para jamaah dan pejabat kota pun menghampiri Malik.

Kebetulan, Malik sedang shalat. Mereka menunggu dengan sabar. Saat Malik selesai shalat, mereka mengatakan, “Maaf mengganggu. Setelah bermusyawarah, kami sepakat menunjukmu sebagai ketua takmir masjid agung ini.”

Malik tertunduk, meneteskan air mata. “Ya Allah, aku beribadah kepadamu secara munafik sepanjang tahun dan tidak ada seorang pun yang memperhatikanku. Sekarang, ketika baru satu malam saja aku memberikan seluruh hatiku kepada-Mu dan memutuskan tidak menerima jabatan itu, Engkau mengutus 20 orang kepadaku untuk mengikatkan tugas itu di leherku. Demi keagungan-Mu, aku tidak menginginkannya.”

Pengalaman Malik bin Dinar ini menggambarkan tentang kegelisahan hati orang yang hanya mencari simpati manusia (riya) dan kebahagiaan saat berada dalam dekapan ridha Allah SWT (ikhlas). Jika boleh diibaratkan, ikhlas dan riya itu seperti antara pilihan akhirat dan dunia.

Bagaikan menanam padi di sawah, petani yang menanam padi akan mendapatkan pula rumput yang tumbuh di sekeliling padi. Tetapi, tidak ada ceritanya seseorang yang menanam rumput akan tumbuh pula padi di sekitarnya.

Padi yang ditanam adalah keikhlasan dan akhirat, sementara rumput yang tumbuh berserakan adalah riya dan dunia. Seseorang yang ikhlas akan memperoleh ridha Allah di akhirat dan sangat mungkin mendapatkan pujian dari manusia, meski ia tak menginginkannya.

Sebaliknya, seseorang yang berbuat riya tidak akan mendapatkan apa pun kecuali pandangan dan mungkin pujian atau simpati di dunia sekaligus mendapat murka dari Allah. Riya tidak jauh dari cara manusia menduakan atau menyekutukan-Nya.

Rasulullah bersabda, “Ketahuilah, Zat yang kamu bersedekah karena-Nya secara rahasia akan membalasmu secara terang-terangan di hadapan jutaan orang pada hari ketika tidak lagi berguna pujian manusia.”

Sebaliknya, Nabi mengingatkan, “Janganlah engkau bersedekah di hadapan khalayak karena bermaksud mencari pujian dari manusia. Bersedekahlah sehingga tangan kananmu yang memberi dan tangan kirimu tidak mengetahuinya.” (HR Bukhari).

Mencari perhatian, simpati, dan pujian manusia terlalu sering mengecewakan diri kita. Di samping tidak akan berguna bagi hidup kita di akhirat, juga terlalu kecil nilai kemanusiaan itu dibandingkan dengan rahmat dan ridha Allah. 

Mari kita tautkan hati dan kebaikan kita hanya kepada Allah. Wallahu a’lamu bi al-shawab.

IHRAM

Mengenal Lebih Dekat Kunci Surga (Bag. 2)

Bismillah walhamdulillah wash-shalatu was-salamu ‘ala Rasulillah. Amma ba’du,

Dalil-dalil tentang tafsir kalimat tauhid

Tafsir kalimat tauhid jika ditinjau dari global tidaknya terbagi menjadi dua, yaitu: 1) tafsir global, dan 2) tafsir terperinci.

Mengapa tafsir kalimat tauhid terbagi menjadi dua? Hal itu dikarenakan dalil-dalil dalam Al-Qur’an Al-Karim dan Al-Hadis tentang tauhid ada dua macam, yaitu 1) dalil global, dan 2) dalil terperinci. Sedangkan seluruh dalil tentang tauhid dalam Al-Qur’an Al-Karim dan Al-Hadis itu hakikatnya adalah menjelaskan tentang kalimat tauhid lailahaillallah.

Dalil-dalil tentang tafsir kalimat tauhid secara global

Berikut ini kami akan sampaikan contoh beberapa dalil tentang tafsir kalimat tauhid secara global:

QS. An-Nahl: 36

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ

Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah sesembahan selain Allah!” (QS. An-Nahl: 36)

Baca Juga: 8 Pintu Surga

QS. Az-Zukhruf: 26-27

Allah Ta’ala berfirman,

وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ لِاَبِيْهِ وَقَوْمِهٖٓ اِنَّنِيْ بَرَاۤءٌ مِّمَّا تَعْبُدُوْنَۙ اِلَّا الَّذِيْ فَطَرَنِيْ فَاِنَّهٗ سَيَهْدِيْنِ

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya dan kaumnya, ‘Sesungguhnya aku benci terhadap sesembahan yang kalian sembah, kecuali (kalian menyembah) Allah yang menciptakanku. Karena sungguh, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.’” (QS. Az-Zukhruf: 26-27)

QS. Al-Isra’: 23

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kalian jangan menyembah, melainkan (hanya) kepada-Nya.” (QS. Al-Isra`: 23)

QS. An-Nisa’: 36

Allah Ta’ala berfirman,

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun!” (QS. An-Nisa`: 36)

QS. Az-Zariyat: 56

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku saja.” (QS. Az-Zariyat: 56)

Dalil-dalil tentang tafsir kalimat tauhid secara rinci

Dalil-dalil tentang tafsir kalimat tauhid secara terperinci itu pada hakikatnya adalah seluruh dalil yang secara detail atau spesifik menjelaskan bentuk menauhidkan Allah dalam keyakinan, ucapan, dan perbuatan, serta dalil-dalil yang menjelaskan bentuk kesyirikan dalam keyakinan, ucapan, dan perbuatan secara detail atau spesifik.

Berikut ini kami akan sampaikan contoh beberapa dalil tentang tafsir kalimat tauhid secara rinci:

Dalil tentang larangan cinta syirik

Allah Ta’ala  berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman, lebih besar cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)

Dalil tentang menutup pintu kesyirikan dalam masalah ibadah menyembelih hewan

Tsabit bin Dhahhak radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Ada seseorang yang bernazar akan menyembelih unta di daerah Buwanah. Lalu, ia bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka, Nabi balik bertanya,

هل كان فيه وثن من أوثان الجاهلية يعبد؟

Apakah di tempat itu ada berhala Jahiliyyah yang disembah (oleh mereka)?”

Para sahabat menjawab, “Tidak.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bertanya lagi,

فهل كان فيها عيد من أعيادهم؟

Apakah di tempat itu ada hari raya dari hari-hari raya mereka?”

Para sahabat pun menjawab, “Tidak.”

Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun menjawab,

أوف بنذرك فإنه لا وفاء بنذر في معصية الله ولا فيما لا يملك ابن آدم

Tunaikan nazarmu itu, karena nazar itu tidak boleh dilaksanakan dalam bermaksiat kepada Allah, dan dalam se suatu yang tidak dimiliki oleh seseorang.” (HR. Abu Dawud, Sahih)

Dalil tentang larangan ruqyah syirik

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن الرقى والتمائم والتوَلة شرك

Sesungguhnya (menggunakan) ruqyah (yang mengandung kesyirikan), tamimah dan tiwalah adalah syirik.’” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah. Disahihkan oleh Syekh Al-Albani)

Dalil tentang larangan kesyirikan jimat gelang

Imran bin Husain radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang laki-laki memakai gelang yang terbuat dari kuningan, kemudian beliau bertanya,

(( مَا هَذِهِ؟ قَالَ: مِنَ الوَاهِنَةِ، فَقَالَ: انْزعْهَا فَإِنَّهَا لاَ تَزِيْدُكَ إِلاَّ وَهْنًا، فَإِنَّكَ لَوْ متَّ وَهِيَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا ))

Untuk apa (gelang) ini?” Orang laki-laki itu menjawab, “Untuk menangkal penyakit lemah badan.” Lalu, Nabi bersabda, “Lepaskan gelang itu! Karena sesungguhnya ia tidak akan menambah, kecuali kelemahan pada dirimu. Dan jika kamu mati, sedangkan gelang ini masih ada pada tubuhmu, maka kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim, disahihkan oleh beliau dan disetujui oleh Adz-Dzahabi)

Tafsir tauhid, ditinjau dari lafaz atau lawannya

Tafsir lafaz (makna tauhid)

Maksudnya adalah kelompok dalil yang menafsirkan kata “tauhid” secara langsung.

Sebagai contoh adalah firman Allah Ta’ala dalam surah Al-Isra`ayat 57,

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ

Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan (mendekat) kepada Tuhan mereka.”

Di sini terdapat tafsir tauhid dengan menjelaskan salah satu bentuknya, yaitu bahwa para nabi, malaikat, dan orang-orang saleh yang disembah oleh kaum musyrikin itu, mereka sendiri justru berdoa memohon kebutuhan hanya kepada Allah Ta’ala.

Tafsir lawan (makna syirik)

Maksudnya adalah kelompok dalil yang menafsirkan kata “tauhid” secara tidak langsung, dengan cara menafsirkan lawan tauhid, yaitu syirik. Setelah makna syirik diketahui, barulah disimpulkan bahwa tauhid itu kebalikan dari makna syirik tersebut.

Sebagai contoh adalah firman Allah Ta’ala,

اِتَّخَذُوْٓا اَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَۚ وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوْٓا اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ سُبْحٰنَهٗ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

“Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan selain Allah, dan (juga) Al-Masih putra Maryam. Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Mahaesa. Tidak ada tuhan, selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah:31)

Ayat ini menafsirkan tauhid dengan menjelaskan lawannya (syirik), bahwa salah satu bentuk syirik adalah taat kepada ulama dan ahli ibadah dalam menghalalkan yang haram (tahlil) atau mengharamkan yang halal (tahrim). Karena hal itu berarti menyembah ulama dan ahli ibadah. Ini bertentangan dengan dasar tauhid.

Tauhid adalah hanya menujukan ketaatan kepada Allah saja dalam tahlil dan tahrim, karena tahlil dan tahrim adalah hak Allah semata. Wallahu a’lam.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ

[Selesai]

***

Penulis: Sa’id Abu ‘Ukkasyah

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/78970-mengenal-lebih-dekat-kunci-surga-bag-2.html

Benarkah Orang Finlandia lebih Bahagia dari Orang Indonesia?

Menurut World Hapiness Report, warga Finlandia tercatat sebagai negara dengan penduduk paling bahagia dibanding Indonesia, menurut Al-Quran, negara bahagia ketika penduduknya beriman dan bertaqwa pada Allah

LAMAN www.detik.com (3/8/2022), memuat satu berita berjudul: “Daftar 10 Negara Paling Bahagia di Dunia 2022, Indonesia Nomor Berapa?” Disebutkan, bahwa menurut publikasi Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan PBB, World Happiness Report mengeluarkan data negara paling bahagia di dunia tahun 2022.

Data ini mengacu pada survei global dari orang-orang di sekitar 150 negara. Salah satu tujuannya adalah untuk menyoroti secercah harapan di masa-masa pandemi yang melanda dunia dalam beberapa tahun. Menurut data ini, ada 10 negara yang dikategorikan sebagai negara paling bahagia, yaitu: (1) Finlandia, (2) Denmark, (3) Swiss (4) Islandia (5) Belanda, (6) Norwegia,  (7)  Swedia (8) Luxembourg (9) Selandia Baru, (10) Austria.  Indonesia berada pada nomor 80.

Dari tahun ketahun, posisi Indonesia tidak banyak berubah. Tahun 2020, Indonesia berada diurutan ke-84 dari 106 negara yang disurvei.

Tahun 2019, dari 156 negara paling bahagia, Indonesia menempati ranking ke-92; hanya satu poin di atas negara China. Beberapa contoh negara berikut ini mengungguli Indonesia: Finlandia (1), Israel (13), Inggris (15), USA (19), UEA (21), Saudi Arabia (28), Brazil (32), Singapura (34), Thailand (52), Jepang (58), Pakistan (67), Filipina (68), Libya (72), Turki (79), Malaysia (80), Nigeria (85), Aljazair (88). (https://worldhappiness.report/ed/2019/)

Beberapa kriteria yang diukur, yaitu:  pendapatan per kapita, kesehatan masyarakat, dukungan sosial, kebebasan memilih, kedermawanan, tingkat korupsi, dan sebagainya. Bagaimana sepatutnya, kaum muslim dan bangsa Indonesia, menyikapi Laporan Kebahagiaan Global versi PBB itu?

Jawabnya: itu tergantung pada kriteria yang digunakan. Mungkin lebih tepat jika dikatakan, orang Finlandia rata-rata lebih nyaman hidupnya daripada rata-rata orang Indonesia. Jadi, bukan bahagia dalam arti yang kebahagiaan jiwa yang hakiki.

Pakar pemikiran Islam, Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud pernah menulis makalah berjudul “Budaya Ilmu dan Gagasan 1Malaysia dalam Konteks Pembinaan Negara Maju”.  Prof. Wan Mohd Nor menegaskan:                “Dalam pandangan alam kita, kesejahteraan dan kebahagiaan  (sa’adah) adalah aspek penting dalam kemajuan individu dan masyarakat. Itulah kebaikan sebenar yang dicita-citakan di dunia dan di akhirat. Negara yang maju ialah negara yang mensejahterakan dan membahagiakan  rakyatnya – yang mencapai maqasid al-syariah. Itulah negara (baldah thayyibah) yang diredhai Allah SWT.”

Secara umum, orang Indonesia jauh lebih religius dibandingkan dengan orang Finlandia. Sebuah survei yang dilakukan oleh Pew Research Center menunjukkan, bahwa Indonesia termasuk diantara negara yang paling religius di dunia. “Indonesians are among the most religious people in the world, a recently released survey from the Pew Research Center says. Nearly all Indonesian respondents (96 percent) surveyed stated that belief in God was necessary to be moral and have good values, revealed the Pew Research Center’s “The Global God Divide” report, published on July 20.” (https://www.thejakartapost.com/news/2020/07/30/indonesia-ranks-among-most-religious-countries-in-pew-study.html).

Sementara itu, kondisi keberagamaan di Finlandia sangat jauh dari ideal. Hasil penelitian pendeta Ir. Herlianto di Eropa menunjukkan, bahwa kondisi agama dan gereja di Eropa sudah sangat menyedihkan.

Di Prancis, yang 95 persen penduduknya tercatat beragama Katolik, hanya 13 persennya saja yang menghadiri kebaktian di gereja seminggu sekali. Pada 1987, di Jerman, menurut laporan Institute for Public Opinian Research, 46 persen penduduknya mengatakan, bahwa “agama sudah tidak diperlukan lagi.”

Di Finlandia, yang 97 persen Kristen, hanya 3 persen saja yang pergi ke gereja tiap minggu. Di Norwegia, yang 90 persen Kristen, hanya setengahnya saja yang percaya pada dasar-dasar kepercayaan Kristen. Juga, hanya sekitar 3 persen saja yang rutin ke gereja tiap minggu. (Lihat: Herlianto, Gereja Modern Mau Kemana, Bandung: Saint Joseph’s University, 1995).

Sementara itu, jumlah penduduk Finlandia yang atheis atau agnostik terus meningkat. Sebuah survei menyebutkan, bahwa jumlah penduduk yang menyatakan tidak beragama di Finlandia mencapai 22 persen. Jumlah ini telah meningkat 100 persen dalam 20 tahun terakhir.

“The number of people with no religious affiliation is approximately 22% of the population. This number has increased 100% over the last 20 years although, secularist ideology has existed in the country since the 1800’s. Increases in people identifying as non-religious are linked to increases in urban living, higher educational levels, and younger generations.”  (Religion In Finland Today).

Meskipun kondisi keberagamaan penduduk Indonesia rata-rata lebih religius ketimbang orang Finlandia, akan tetapi kita harus bersikap adil. Berbagai kekurangan dalam soal nilai-nilai akhlak perlu diakui.

Manusia Indonesia perlu mengaktualisasikan pemahaman agama dalam bentuk internalisasi nilai-nilai akhlak mulia, seperti jujur, kedisiplinan waktu, kerja keras, cinta kebersihan, dan sebagainya.

Jadi, keberagamaan jangan hanya berhenti dalam bentuk-bentuk ritual formal (ibadah mahdhah). Shalat yang baik adalah yang mampu mencegah seorang mukmin untuk melakuan hal-hal yang keji dan munkar. Artinya, orang muslim harus bersedia untuk mengakui kelemahan-kelemahannya, dan tidak bersikap a-priori menolak hal-hal yang baik pada masyarakat Finlandia dan masyarakat lainnya.

Akan tetapi, dalam Islam, kebahagiaan terkait dengan sikap jiwa seorang muslim yang kokoh imannya dan hidup sesuai dengan keyakinannya. Negara bahagia adalah negara yang penduduknya beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. (QS al-A’raf: 96). Tentu disini termasuk aspek kebersihan, tingkat korupsi, kedisiplinan, kejujuran, dan sebagainya. Artinya, jika iman benar-benar ditanamkan, maka pasti akan terwujud masyarakat bahagia.

Bahkan dalam al-Quran Surat Ibrahim (14) ayat 24-26, disebutkan: “Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah membuat kalimat yang baik adalah seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit. (Pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizing Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka ingat (mengambil pelajaran). Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk seperti pohon yang buruk yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat (tegak) sedikit pun.”

Sebagai negeri Muslim terbesar, semoga Indonesia bisa menjadi teladan dunia dalam mewujudkan negara yang bahagia, adil dan makmur, dalam naungan ridha Allah SWT. Aamiin. (Depok, 20 September 2022).*

Oleh: Dr. Adian Husaini

Penulis pendiri Pesantren At-Taqwa (ATCO), Depo, Jabar. Arsip lain Catatan Akhir Pekan (CAP) Dr Adian Husaini bisa diklik di SINI

HIDAYATULLAH

Keutamaan Shalawat atas Nabi Muhammad ﷺ

Siapa saja yang bershalawat untukku sekali, niscaya Allah bershalawat untuk dirinya sepuluh kali, demikian hadist Nabi

SALAH SATU kalimah thayyibah yang disunnahkan untuk sering dilafalkan oleh seorang Muslim adalah shalawat atas Baginda Rasulullah ﷺ. Shalawat atas Baginda Nabi Muhammad ﷺ memiliki banyak keutamaan.

Di antaranya, sebagaimana sabda beliau:

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

“Siapa saja yang bershalawat untukku sekali, niscaya Allah bershalawat untuk dirinya sepuluh kali.” (HR: Muslim).

Beliau juga bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ

“Siapa saja yang bershalawat untukku sekali, niscaya Allah bershalawat untuk dirinya sepuluh kali, menghapus sepuluh dosanya, dan mengangkat derajatnya sepuluh derajat.” (HR: an-Nasa’i)

Bahkan orang yang paling berhak bersama Baginda Rasulullah ﷺ di akhirat nanti adalah orang yang paling banyak bershalawat untuk beliau. Demikian sebagaimana sabda beliau:

أَوْلى النَّاسِ بِي يوْمَ الْقِيامةِ أَكْثَرُهُم عَليَّ صَلاَةً

“Orang yang paling berhak bersamaku pada Hari Kiamat ialah yang paling banyak bershalawat untukku.” (HR: at-Tirmidzi).

Di antara waktu yang disunnahkan untuk banyak bershalawat untuk Baginda Rasulullah ﷺ adalah Hari Jumat. Demikian sebagaimana sabda beliau:

أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً

“Perbanyaklah oleh kalian bershalawat untukku pada setiap Hari Jumat. Sebabnya, shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Hari Jumat. Siapa saja yang banyak bershalawat untukku, dialah yang paling dekat kedudukannya denganku pada Hari Kiamat nanti.” (HR: al-Baihaqi).

Karena itulah Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha ad-Dimyathi menganjurkan agar kita tidak menyia-nyiakan waktu tanpa membaca shalawat untuk Baginda Nabi Muhammad ﷺ . Beliau menyatakan:

اخواني أكثروا من الصلاة على هذا النبي الكريم فإن الصلاة عليه تكفر الذنب العظيم وتهدي إلى الصراط المستقيم وتقي قائلها عذاب الجحيم ويحظي في الجنة بالنعيم المقيم

“Saudaraku sekalian, perbanyaklah bershalawat untuk Nabi yang mulia ini. niscaya shalawat itu akan menghapus dosa besar, menunjuki ke jalan lurus serta melindungi pembacanya dari siksa Neraka Jahim dan memasukkan dirinya ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan abadi.” (Sayyid Bakri, Kifaayah al-Atqiyaa wa Minhaaj al-Ashfiyaa, hlm. 229).

Yuk, kita istiqamahkan diri untuk banyak bershalawat atas Baginda Nabi Muhammad ﷺ. Wa maa tawfiiqii illaa bilLaah ‘alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib.*/ Al-Faqir Arief B. Iskandarkhadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor

HIDAYATULLAH

Berhati-hatilah Mengambil Ilmu Agama dari Internet

Allah ta’ala tidak memerintah Nabi-Nya di dalam al Qur’an untuk meminta tambahan sesuatu kecuali meminta tambahan ilmu. Allah ta’ala berfirman:

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا (سورة طه :١١٤) ـ

Maknanya: “Dan Katakanlah: Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu” (QS Thaha: 114).

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman:

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ (سورة التوبة : ١٢٢) ـ

Maknanya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (QS at-Taubah: 122).

Dalam ayat ini, Allah menjadikan orang-orang mukmin terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok bertugas menjaga kaum muslimin dan satu kelompok yang lain bertugas menjaga ajaran-ajaran Islam, yaitu para ulama.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ (رواه الترمذي) ـ

Maknanya: “Barangsiapa yang keluar rumah untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah, hingga ia kembali” (HR at-Tirmidzi).

Manfaat Ilmu Agama

llmu agama adalah senjata yang dapat digunakan oleh seorang mukmin untuk melawan setan dari bangsa jin, melawan setan dari bangsa manusia, melawan hawa nafsunya sendiri, membedakan antara hal-hal yang bermanfaat baginya dan perkara-perkara yang membahayakan dirinya di akhirat, serta membedakan antara perbuatan yang diridhai oleh Allah dan amal yang dibenci oleh Allah.

Dengan ilmu agama, kita bisa membedakan antara kufur dan iman, antara tauhid dan syirik, antara tanzih (keyakinan yang menyucikan Allah dari menyerupai makhluk-Nya) dan tasybih (keyakinan yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Dengan ilmu agama, kita tahu bahwa Allah tidak menyerupai sesuatu pun di antara makhluk-Nya dan tidak satu pun makhluk yang menyerupai-Nya, Allah bukan benda yang bisa dipegang oleh tangan seperti manusia dan bukan benda yang tidak bisa dipegang oleh tangan seperti cahaya.

Dengan ilmu agama, kita mengetahui bahwa Allah ta’ala ada tetapi tidak menyerupai semua yang ada, ada tanpa tempat dan tanpa arah. Dengan ilmu agama, kita mengetahui apa yang boleh kita katakan dan kenapa kita mengatakannya, dan kita tahu kapan kita diam dan kenapa kita diam.

Kita semua tahu bahwa manusia tidak terlahir sebagai orang yang berilmu. Oleh karenanya, menuntut ilmu adalah sebuah keharusan sebagaimana ditegaskan Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Ilmu hanya akan diperoleh dengan proses belajar” (HR. Al-Bukhari).

Baik dan Buruknya Kemudahan dalam Mempelajari Ilmu Agama

Salah satu hikmah besar kemajuan teknologi adalah kemudahan dalam mempelajari ilmu agama. Bagaimana tidak, dengan duduk santai di rumah, kita dapat memilih dan menyimak sekian banyak kajian daring yang disampaikan oleh para kiai, ustadz, pakar, intelektual muslim, bahkan mahasiswa, santri dan berbagai kalangan yang lain. Mereka semua seakan berlomba mengadakan kajian daring (online).

Kajian-kajian daring itu tidak melulu berupa ceramah tematik, akan tetapi banyak pula yang melakukan kajian kitab secara serius. Tidak hanya kitab-kitab kecil namun juga kitab-kitab besar. Fan yang dikaji pun sangat beragam, mulai dari tafsir, ilmu tafsir, hadits, ilmu hadits, fikih, ushul fiqih sampai tasawuf, nahwu, balaghah dan lain-lain.

Kemudahan mendapatkan ilmu agama melalui internet ini tidak hanya dapat menjadi hikmah. Akan tetapi bisa pula menjadi musibah bagi kita semua. Menjadi hikmah apabila yang menyampaikan kajian adalah orang yang tepat dan layak. Dan menjadi musibah apabila yang menyampaikan kajian adalah orang yang tidak tepat dan tidak layak.

Orang yang tepat dan layak untuk menyampaikan kajian adalah orang yang betul-betul memiliki sanad keilmuan terkait ilmu yang ia kaji. Ia belajar ilmu agama dengan bimbingan seorang guru, gurunya punya guru, guru dari gurunya memiliki guru, dan begitu seterusnya sampai bersambung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Oleh karena itu, kita harus berhati-hati ketika mengikuti kajian daring. Kita harus teliti betul, apakah yang menyampaikan kajian tersebut memiliki sanad keilmuan ataukah tidak. Kita harus tahu, orang yang menyampaikan kajian tersebut, gurunya siapa, belajarnya di mana, aqidahnya lurus ataukah tidak, pemahamannya sesuai dengan pemahaman para ulama Ahlussunnah ataukah tidak.

Janganlah kita menyimak kajian daring dari sembarang orang. Ilmu agama adalah bagian dari agama itu sendiri. Karenanya, kita harus sangat berhati-hati dari mana kita mengambil agama kita. Ibnu Sirin mengatakan: “Sesungguhnya ilmu agama ini adalah agama itu sendiri, maka cermatilah dari siapa kalian mengambil ilmu agama”. Imam Nawawi menegaskan: “Tidak boleh meminta fatwa (dan belajar ilmu agama) kepada selain orang berilmu yang terpercaya”

ISLAM KAFFAH