7 Kewajiban Anak Laki-laki kepada Ibu Setelah Menikah

KEWAJIBAN anak laki-laki kepada ibu meskipun telah menikah anak laki-laki harus terus taat kepada ibunya. Kita sebagai anak wajib berbuat baik kepada orang tua, layaknya orang tua yang telah menyayangi dan memenuhi hak hak anaknya sewaktu masih kecil.

Dan kewajiban anak laki-laki terhadap orang tuanya (khususnya adalah ibu) akan terus berlanjut walaupun anak laki-laki tersebut sudah memiliki istri, oleh sebab itu anak laki-laki harus terus mengabdi kepada ibunya, dan memenuhi kewajiban anak laki-laki terhadap ibunya.

Apa saja kewajiban anak laki-laki kepada ibunya? Berikut 7 kewajibannya:

Kewajiban anak laki-laki: Berbakti Kepada Ibu

Dalam QS. Maryam: 14, Allah SWT sudah berfirman: “Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka”

Berbakti bisa juga diwujudkan dengan menghormati, menyayangi dengan sepenuh hati, bersikap sopan, dan lain sebagainya. Seorang laki-laki yang telah menikah, seringkali mengesampingkan, bahkan melupakan ibunya hanya karena sudah memiliki keluarga sendiri.

Padahal kalau kita mau menyadari, kewajiban anak laki-laki meski sudah menikah adalah, tetap memerhatikan kedua orang tuanya dengan baik apabila hal ini terabaikan, maka insyaallah. Allah SWT akan memberikan peringatan kepada kita (suami).

Oleh sebab itu, janganlah mengabaikan kewajiban sebagai anak laki laki kepada orang tuanya. Supaya ridho Allah selalu menyertai keluarga saudaraku semuanya.

Kewajiban anak laki-laki: Menyayangi dengan sepenuh hati

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa’:24)

Perjuangan seorang ibu untuk membesarkan anaknya tidaklah mudah. Maka itu, anak wajib membalas kebaikan-kebaikan ibunya ketika ia telah dewasa. Salah satunya dengan cara menyayangi.

Bahkan walau sudah menikah, anak laki-laki tetap berkewajiban mencintai ibunya melebihi cinta kepada istrinya.

Apabila hal ini memicu rasa iri di hati istri, cobalah berikan pengertian kepadanya bahwa ibu adalah hal yang utama dalam islam. Sebisa mungkin, berusahalah menciptakan kedamaian diantara istri dan ibumu.

Kewajiban anak laki-laki: Meringankan Beban Ibunya

Seorang ibu berhak mendapatkan perlindungan dari anak laki lakinya, sekalipun orang tua laki laki kita masih hidup dan masih sehat Apabila kita mampu meringankan beban seorang ibu.

Maka insyaallah, Allah SWT akan memudahkan jalan dari saudaraku semuanya, supaya kebutuhan orangtua kita bisa terpenuhi Kalaupun tidak bisa dengan kekayaan, setidaknya bisa kita lakukan dengan kasih sayang.

Karena sedikit sekali orangtua yang menginginkan kekayaan dari anaknya orangtua justru akan merasa senang apabila melihat anak anaknya bisa menjadi orang yang sukses. Sukses dalam bekerja dan sukses dalam agama.

Kewajiban anak laki-laki: Menghormati dan sopan

Menghormati juga merupakan kewajiban anak laki-laki terhadap ibunya setelah menikah. Anak diperintahkan untuk bertutuk kata yang sopan kepada orang tua. Apabila orang tua melakukan kesalahan, seorang anak tidak boleh membentaknya.

Ingatkan mereka dengan ucapan yang lembut. Dan sebagai suami, bimbinglah istrimu untuk turut menghormati ibumu. Sebab bagi seorang istri, mertua adalah ibunya. Jadi harus dihormati dan disayangi layaknya ibu sendiri.

Kewajiban anak laki-laki: Selalu menjaga perasaan ibu

Dari Abdullah bin ‘Amru radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

“Ridho Allah tergantung pada ridho orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim).

Dikala kondisi orang tua sudah tidak muda lagi. seorang anak hendaknya selalu menjaga perasaan orang tuanya, terutama adalah perasaan seorang ibu Meski kita dalam kondisi tidak baik sekalipun, sebisa mungkin tunjukkanlah senyum terindah saat bertemu orangtua kita.

Hal ini semata mata kita lakukan hanyalah untuk menentramkan hatinya. Dikala hati orangtua tenteram, pikiran menjadi tenang, dan doa kebaikan dari orangtua akan terus mengalir kepada kita Kalaupun itu menjadi senyum terakhir yang bisa kita berikan kepada orangtua kita.

Setidaknya kita tidak memberikan beban kepada orangtua kita saat hendak menghadap kepada Sang Pencipta. Saya berharap kepada semua saudaraku (terutama laki-laki) khususnya yang sudah menikah.

Sebisa mungkin untuk terus menjaga dan memerhatikan orangtua kita Karena penyesalan si anak adalah ketika orang tuanya meninggal, dan anak belum bisa membahagiakan orangtuanya Semoga Allah selalu melindungi dan menjaga kedua orang tua kita, seperti mereka menjaga kita diwaktu kecil.

Kewajiban anak laki-laki: Bersikap adil terhadap nafkah ibu dan istri

Perihal masalah menafkahi, hal ini seringkali menjadi pemicu konflik dalam keluarga. Siapakah yang harus didahulukan oleh suami? Kebutuhan istri dan anak-anak atau kebutuhan ibunya? Islam memang mewajibkan seorang suami untuk menafkahi istri secara lahir dan batin.

Dan jika kebutuhan pokok istri telah tercukupi, suami harus memenuhi kebutuhan ibunya. Ingatlah bahwa seorang anak tidak boleh menelantarkan ibunya. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist:

Diriwayatkan bahwa Aisyah Ra bertanya kepada Rasulullah ﷺ, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang wanita?” Rasulullah menjawab, “Suaminya” (apabila sudah menikah). Aisyah Ra bertanya lagi, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang laki-laki?” Rasulullah menjawab, “Ibunya” (HR. Muslim)

Seorang istri yang melarang suaminya memberikan nafkah kepada mertua, maka perbuatan itu bisa jadi memicu dosa. Namun apabila ia turut merelakannya insyaAllah rezeki suaminya bertambah dan ia memperoleh pahala.

Kewajiban anak laki-laki: Merawat dengan baik

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (Q.S Luqman:14)

Perintah untuk berbuat baik dan merawat orang tua telah dituliskan secara jelas dalam Al-Quran. Sebagai seorang anak, kita wajib merawat orang tua yang telah lanjut usia. Jangan malah mengirimkannya ke panti jompo.

Perlakukan orang tua dengan baik, sayangi mereka, berikan tempat tinggal yang layak. Apabila kondisi mereka sudah lemah dan tidak ada yang merawatnya, cobalah berbicara dengan istri untuk mengajak orang tua tinggal bersama-sama dalam satu rumah. []

SUMBER: UMMA | MANTRASUKABUMI

Kisah Mualaf: Islam Menjadikan Saya ‘Yahudi’ yang Lebih Baik

Kali ini kami akan membagikan kisah mualaf seorang wanita mantan penganut Yahudi yang bahkan sangat pro terhadap Zionis ‘Israel’ yang akhirnya masuk Islam.

Melalui akun Youtubenya @Alhamddd, mualaf wanita bercerita dirinya lahir di Montreal, Kanada.

Sampai berusia empat tahun, Alhamdd dibesarkan dalam keluarga Yahudi Hasidic.

Hal itu terjadi karena kedua orang tuanya beragama Yahudi.

Sang ayah adalah Yahudi Ashkenazi yang berasal dari Eropa utara. Sementara sang ibu adalah Yahudi Mizrahi yang berasal dari Maroko.

Meski beragama Yahudi, sang ibu sebenarnya lahir di wilayah Palestina yang diduduki atau yang kini disebut ‘Israel’. Jadi bisa disebut bahwa Alhamdd adalah Yahudi baik secara agama maupun etnis.

Selama remaja dia jarang sekali mengenal orang selain Yahudi, karena saat menginjak bangku SMP maupun SMA, dia belajar di sekolah Yahudi.

Bahkan kala itu, Alhamdd merupakan pendukung kuat Zionis yang mengklaim Palestina adalah tanah yang dijanjikan untuk Bangsa Ibrani.

Semua berubah saat Alhamdd lulus SMA dan dia pun mulai bertemu orang-orang non Yahudi. Banyak dari mereka bertanya tentang ajaran Yudaisme kepadanya.

Seringkali Alhamdd berhasil menjawab pertanyaan mereka. Namun, tak jarang pula dia gagal.

Sehingga ia sendiri pun mulai mempertanyakan ajaran Yudaisme dan mulai menjauhi agama yang dianutnya.

Keraguan terhadap Yahudi, membuat Alhamdd berani melanggar ajaran agamanya dengan bermain ponsel saat Shabbat.

Padahal pada Shabbat, atau hari Sabtu, orang Yahudi dilarang menyentuh ponsel dan akan beristirahat dari semua kegiatan. Keadaan ini terjadi selama beberapa bulan.

Hingga suatu saat, Alhamdd merasa hatinya hampa tanpa agama dan merasa harus kembali mendekatkan diri kepada Tuhan.

Diapun mulai membaca salah satu kitab Yahudi, yaitu kitab Mazmur yang ditulis Raja Daud dengan harapan hal tersebut dapat meningkatkan keimanannya.

Dalam kitab itu, Alhamdd menemukan ada satu kata yang terus menerus diulang oleh Raja Daud yaitu kata “sujud” dan “menyembah” Tuhan.

“Lantas mengapa Yahudi tidak sujud saat beribadah?” tanya Alhamdd dalam hati.

Ia lantas melakukan berbagai cara untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut

Mulai dari google, membaca buku Yahudi hingga bertanya kepada Rabi.

Hingga akhirnya Alhamdd menemukan sebuah jawaban, yaitu bahwa ajaran Yudaisme yang dianut orang Yahudi saat ini berasal dari penafsiran para Rabi terdahulu terhadap Taurat.

Bahkan ada sejumlah larangan dan aturan yang ada dalam ajaran Yahudi padahal dalam kitab Taurat tidak ada.

Setelah itu, menurut Alhamdd, semua pertanyaan yang ada benaknya mulai terjawab satu per satu.

Ia pun mulai beralih mempelajari Islam, agama yang menurutnya paling dekat dengan Yahudi.

“Mereka (Muslim) meyakini Taurat, mereka meyakini Injil, mereka percaya para Nabi Yudaisme yang juga dipercayai orang Yahudi,” ujar Alhamdd dalam video Youtubenya.

Yang membedakan dari orang Yahudi, orang Islam meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penutup para Nabi dan Al-Quran adalah wahyu Tuhan yang diturunkan untuk melengkapi kitab-kitab suci sebelumnya.

Dulu ia heran mengapa ajaran Islam meniru ajaran Yahudi. Ternyata itu bukanlah meniru, melainkan “update” atau pembaruan terhadap ajaran-ajaran Yahudi dan Kristen.

Alhamdd kembali teringat bahwa cara beribadah yang disebutkan dalam kitab Taurat adalah dengan “bersujud”, seperti yang dilakukan umat Islam.

Menurut Alhamdd, dalam Taurat juga dikisahkan bahwa Moses atau Nabi Musa diperintahkan untuk melepas alas kakinya saat menyembah Tuhan, itu seperti yang dilakukan umat Islam saat mereka beribadah di Masjid, mereka melepas alas kaki mereka saat sholat.

Hal-hal kecil itulah yang membuat Alhamdd semakin sadar dan meyakini bahwa Islam adalah agama yang masuk akal dan sempurna.

Meski meyakini Islam, Alhamdd belum berani berpindah agama. Hal tersebut lantaran ia merasa belum siap untuk benar-benar meninggalkan semua budaya dan tradisi yang selama ini ia yakini. Karena semua itu telah menjadi bagian dari diri dan identitasnya.

Namun, akhirnya Alhamdd menyadari bahwa dengan masuk Islam dia sebenarnya tidak meninggalkan ajaran Yudaisme. Malahan, menurut Alhamdd, memeluk Islam dan menjadi Muslim membuatnya menjadi seorang “Yahudi” yang lebih baik.

“(Dengan masuk Islam) saya tidak meninggalkan ajaran Yudaisme. Itu (Islam dan Yahudi) menyembah Tuhan yang sama,” kata Alhamdd.

Alhamdd pun akhirnya bersyahadat dan masuk Islam pada bulan suci Ramadhan tahun 2017.

Tak seperti orang dari agama lain, Alhamdd telah terbiasa berpuasa saat perayaan Yahudi, Yom Kippur sehingga ia tak merasa kesulitan mengerjakan salah satu rukun Iman tersebut.

Alhamdd mengaku, Allah SWT banyak memberinya kemudahan dalam hidupnya. Seperti saat ia belajar untuk sholat. Alhamdd tak pernah belajar bahasa Arab, namun ia dengan cepat dapat menghafal bacaan sholat.

Mari kita doakan semoga Allah SWT terus menguatkan iman Alhamdd yang kini bercadar, Amiiiin.*

HIDYATULLAH

Allah Wujud Sebelum Adanya Ada, Ini Penjelasan Quraish Shihab

Allah wujud sebelum adanya ada adalah salah satu sifat wajib Allah SWT. Ini berarti bahwa Allah SWT sudah ada sebelum adanya semua yang diciptakan, termasuk alam semesta, waktu, dan ruang. Allah SWT tidak diciptakan oleh siapapun dan tidak memiliki awal atau akhir. Nah berikut penjelasan Profesor Quraish Shihab tentang Allah wujud sebelum adanya ada. 

Sudah mafhum bahwa, Allah Swt. tidak terpaku dengan waktu, karena Allah Swt. adalah pencipta dari waktu itu sendiri, sehingga tidak ada masa lalu, masa kini atau masa depan bagi Allah Swt. Berkaitan dengan waktu, Allah Swt. mempunyai dua nama yang dinisbahkan pada-Nya, yaitu Ya Awwalu dan Ya Akhiru. Keduanya sangat berkaitan dengan wujud Allah Swt. sebelum dan sesudah adanya ada.

Pertanyaannya adalah, bagaimana makna dari kedua nama Allah itu? Apakah dua nama ini bisa kita teladani? Syahdan, secara umum orang berkata bahwa Tuhan tidak mengalami waktu, karena waktu adalah gerak (seperti geraknya matahari dan bulan itu adalah waktu. Sehari, seminggu, sebulan dan setahun adalah waktu dan gerak). Sedangkan Allah Swt. sudah wujud sebelum wujudnya gerak. Jadi tidak mempunyai waktu.

Itu sebabnya, dalam al-Qur’an misalnya ada ayat-ayat yang menggunakan kata masa lalu, past tense dan madhi. Akan tetapi, ketika dinisbahkan kepada Allah Swt., buat kita itu adalah masa datang (padahal buat Allah Swt. itu sudah masa lalu). Allah berfirman dalam al-Qur’an surah An-Nahl ayat 1:

اَتٰۤى اَمۡرُ اللّٰهِ فَلَا تَسۡتَعۡجِلُوۡهُ‌ ؕ سُبۡحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشۡرِكُوۡنَ

Artinya: “Ketetapan Allah pasti datang, maka janganlah kamu meminta agar dipercepat (datang)nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. An-Nahl [16]: 1).

Telah datang ketetapan Allah Swt., karena itu jangan minta cepat-cepat didatangkan. Quraish Shihab mengatakan ini adalah kontradiksi. Akan tetapi, ketika dinisbahkan kepada Allah Swt., dikatakan sudah terjadi itu. Kenapa demikian? Karena Tuhan tidak mengenal dari sisi Dzat-Nya waktu. Tidak mengenal tempat. Namun, kepada makhluk, tidak bisa ada wujud makhluk tanpa ada tempat dan tanpa berkaitan dengan waktu.

Tentang waktu

Buat manusia, waktu itu bermacam-macam. Ada masa lalu, masa kini dan ada masa datang. Masa lalu buat kita sudah dilewati, masa datang belum tentu kita temui, dan sekarang adalah masa kini.

Syahdan, dalam bahasa Indonesia, waktu mempunyai banyak arti. Pertama, seluruh saat yang lalu, yang sekarang, atau masa datang itulah namanya waktu. Misalnya jika ada pertanyaan, kapan waktunya dia datang? Bisa sebelum kita wujud dan bisa sesudah kita wujud. Inilah yang dalam bahasa al-Qur’an dinamai dengan dahr. Dalam al-Qur’an surah Al-Insan ayat 1 dikatakan:

هَلۡ اَتٰى عَلَى الۡاِنۡسَانِ حِيۡنٌ مِّنَ الدَّهۡرِ لَمۡ يَكُنۡ شَيۡـٴً۬ـا مَّذۡكُوۡرًا

Artinya: “Bukankah pernah datang kepada manusia waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?” (QS. Al-Insan [76]: 1).

Kata Quraish Shihab, pernah kan kita belum wujud? Yang umur 60 tahun dan 70 tahun yang lalu dia belum wujud. Sebelum manusia diciptakan Allah Swt., sudah ada waktu. Itulah dahr.

Tak hanya itu, lanjut Quraish Shihab, bisa juga dalam bahasa Indonesia, waktu itu peluang, kesempatan. Misalnya, “tolong dong datang kerumah saya. Maaf ya, saya tergesa-gesa tidak ada waktu, tidak ada kesempatan, tidak ada peluang.”

Bahkan, waktu juga bisa bermakan periode, masa tertentu. Kita misalkan berkata, kalau dalam studi Islam ada Periode Nabi. Masa yang ada awalnya dan akhirnya itulah periode yang dalam bahasa al-Qur’an dinamau ashr.

Waktu dalam bahasa al-Qur’an, dan ini juga salah satu makna dari waktu dalam bahasa Indonesia, semua ia namai waktu. Itu masa dimana disiapkan untuk memulai pekerjaan dan mengakhirinya. Itulah waktu sebenarnya. Misalnya ada waktu salat? Memulai dan mengakhiri. Ini sebenarnya bermakna waktu.

اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا 

Artinya: “Sungguh, salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’ [4]: 103).

Ya, ada waktunya. Misalnya ada waktu untuk kita menyelesaikan studi (dan ini sudah dibagi. Ada waktu ini dan ini). Ada juga satu dalam arti waktu ajal (batas akhir dari sesuatu). Misalnya, “oh ini sudah tiba waktunya, sudah tiba ajalnya, sudah berakhir.”

Waktu tersingkat yang digambarkan oleh al-Qur’an kepada manusia adalah kedipan mata. Allah Swt. melukiskan kuasanya dalam melakukan sesuatu dengan sekedipan mata. Allah Swt. berfirman:

وَمَاۤ اَمۡرُنَاۤ اِلَّا وَاحِدَةٌ كَلَمۡحٍۢ بِالۡبَصَرِ

Artinya: “Dan perintah Kami hanyalah (dengan) satu perkataan seperti kejapan mata.” (QS. Al-Qamar [54]: 50).

Waktu Nabi Sulaiman As. meminta agar supaya didatangkan singgasana ratu Balqis dinyatakan dalam al-Qur’an:

قَالَ الَّذِيْ عِنْدَهٗ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتٰبِ اَنَا۠ اٰتِيْكَ بِهٖ قَبْلَ اَنْ يَّرْتَدَّ اِلَيْكَ طَرْفُكَۗ فَلَمَّا رَاٰهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهٗ قَالَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْۗ لِيَبْلُوَنِيْٓ ءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُۗ وَمَنْ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ

Artinya: “Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, Maha Mulia.” (QS. An-Naml [27]: 40).

Kata Quraish Shihab, itulah waktu paling singkat dalam diri kita. Itu sebabnya, setiap kita menghembuskan nafas, maka habislah waktu kita. Itulah waktu manusia. Hal ini juga dilukiskan oleh al-Qur’an dengan kata sa’ah. Jika sa’ah dalam bahasa sehari-hari umumnya orang bilang jam tangan atau 60 menit (1 jam), namun makna sebenarnya adalah kedipan mata.

Lalu apa yang dinamakan awal dan akhir?

Kata Quraish Shihab, awal tidak dapat digambarkan kecuali dengan membandingkannya dengan yang lain. misalnya saya berkata: “dia datang awal”, pasti ada yang lain yang saya bandingkan yang datang sesudahnya. Begitupun akhir yang tidak dapat tergambarkan kecuali jika anda membandingkannya dengan yang lain. Al-Qur’an menyatakan:

هُوَ الۡاَوَّلُ وَالۡاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالۡبَاطِنُ‌ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيۡمٌ

Artinya: “Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Hadid [57]: 3).

Allah Swt. al-awwal. Kenapa dia awal? Apakah anda tahu masanya? Tidak perlu anda tahu masa, dalam konteks memahami awwal, karena tidak tergambar kata awwal itu kecuali ada selainnya. Sekali lagi, Allah Swt. awwal dibanding semua makhluk. Karena semua makhluk ciptaan-Nya.

Jadi, kata Quraish Shihab, ketika saya berkata awwal, maka itu saya harus bandingkan ke depan (misalnya ada ini dan ini). Bahwa apa yang ada di awal tidak dicakup oleh itu. Itulah arti Allah Huwa Al-Awwal. Namun, dia juga akhir. Akhir itu adalah, ketika dibandingkan dengan yang terakhir.

Karena itu Sayyidina Ali berkata: “huwal awwal laa qabla lahu” bahwa “Dia yang awal tidak ada sebelum-Nya.” Sebab, semua yang ada diadakan oleh-Nya. Dengan demikian, tak heran jika ada istlah “Dia wujud sebelum adanya ada”.

Menariknya, orang yang jeli dalam memilih kata tentu saja tidak mau menamai atau mensifati Tuhan dengan kata “ada”, melainkan wujud. Lalu kenapa dia tidak mau menamai “ada”? Karena ada mengesankan sebuah tempat. Misalnya, dimana dompet anda? Maka orang akan menjawab ini ada di saku.

Jadi Allah wujud sebelum adanya ada. Dia al-awwal (yang awal) dan Dia wujud setelah tiadanya ada. Sudah tidak ada yang ada, tetapi Dia masih wujud. Itulah namanya Huwa al-Awwalu wa al-Akhiru.

Penyebaran kata al-awwal dalam al-Qur’an

Dalam al-Qur’an, kata awwal ditemukan 23 kali. Anehnya hanya sekali yang menunjukkan Allah Swt. Dan itu dengan menggunakan alif lam, Huwa al-Awwal, sementara lainnya tidak memakai alif lam. Dalam al-Qur’an dikatakan:

اِنَّ اَوَّلَ بَيۡتٍ وُّضِعَ لِلنَّاسِ لَـلَّذِىۡ بِبَكَّةَ مُبٰرَكًا وَّهُدًى لِّلۡعٰلَمِيۡنَ‌‌ۚ

Artinya: “Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam.” (QS. Ali Imran [3]: 96).

وَاٰمِنُوۡا بِمَآ اَنۡزَلۡتُ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمۡ وَلَا تَكُوۡنُوۡآ اَوَّلَ كَافِرٍۢ بِهٖ‌ وَلَا تَشۡتَرُوۡا بِاٰيٰتِىۡ ثَمَنًا قَلِيۡلًا وَّاِيَّاىَ فَاتَّقُوۡنِ

Artinya: “Dan berimanlah kamu kepada apa (Al-Qur’an) yang telah Aku turunkan yang membenarkan apa (Taurat) yang ada pada kamu, dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya. Janganlah kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga murah, dan bertakwalah hanya kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah [2]: 41).

Kata Quraish Shihab, asmaul husna itu perlu diteladani. Dalam konteks meneladani, ulama-ulama mendapatkan kesan dari ayat-ayat yang berbicara tentang awwal. Jadi katanya, jangan menjadi awwal orang terkemuka dalam kekufuran, melainkan jadilah orang terkemuka dalam hal ibadah. Barulah disebut telah meneladani Allah Swt. dalam sifat-Nya, yaitu al-Awwal.

Demikian juga dengan kata akhir. Apa akhir yang di dalam al-Qur’an?

دَعۡوٰٮهُمۡ فِيۡهَا سُبۡحٰنَكَ اللّٰهُمَّ وَ تَحِيَّـتُهُمۡ فِيۡهَا سَلٰمٌ‌ۚ وَاٰخِرُ دَعۡوٰٮهُمۡ اَنِ الۡحَمۡدُ لِلّٰهِ رَبِّ الۡعٰلَمِيۡنَ

Artinya: “Doa mereka di dalamnya ialah, “Subhanakallahumma” (Mahasuci Engkau, ya Tuhan kami), dan salam penghormatan mereka ialah, “Salam” (salam sejahtera). Dan penutup doa mereka ialah, “Al-Hamdu lillahi Rabbil alamin” (segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam).” (QS. Yunus [10]: 10).

Jadikan segala akhir dari usaha anda bersyukur kepada Allah Swt. Gagal atau tidak gagal, berhasil atau tidak berhasil maka ucapkanlah Alhamdulillah. Beginilah cara meneladani asmaul husna.

Demikian penjelasan terkait Allah wujud sebelum adanya ada. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bisshawab.

BINCANG SYARIAH

Khutbah Jumat: Keutamaan Menuntut Ilmu dalam Kehidupan

Salah satu hal yang sangat ditekankan dalam Islam adalah menuntut ilmu. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Berikut “Khutbah Jumat: Keutamaan Menuntut Ilmu dan Urgensitasnya dalam Kehidupan”.

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْعِلْمَ مِفْتَاحَ النَّجَاحِ، وَطَرِيْقَ النَّجَاةِ وَالْفَلَاحِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ، جَعَلَ الْعِلْمَ أَسَاسَ كُلَّ نَهْضَةٍ، وَالْمَعْرِفَةَ حِلْيَةَ كُلِّ أُمَّةٍ، ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، رَفَعَ شَأْنَ الْعِلْمَ فَأَقْسَمَ بِالْقَلَمِ، وَامْتَنَّ عَلى الْإنْسَانِ فَعَلَّمَهُ مَا لَمْ يَكُنْ يَعْلَمْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدٌ عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ رَبُّهُ هَادِيًا، وَإِلَى التَّزَوُّدِ بِالمَعْرِفَةِ وَالْعِلْمِ دَاعِيًا، -صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ-، وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِي النُّهى وَالْعِلْمِ وَالْعِرْفَانِ، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحَسَانٍ, أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Pada khutbah Jumat kali ini yang berjudul keutamaan menuntut ilmu, pertama marilah kita selalu meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah SWT. Takwa adalah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. 

Dengan modal takwa ini, maka kita akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Selain itu, ketakwaan juga menyebabkan seseorang akan mendapatkan ampunan dari Allah dan kepribadiannya akan menjadi lebih baik dan berkah.

Hadirin jamah Khutbah Jumat keutamaan menuntut ilmu yang dirahmati Allah SWT

Tidak bisa dipungkiri bahwa menuntut ilmu merupakan perkara yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Hal ini, karena seseorang dalam menjalani kehidupannya di dunia ini tidak akan bisa terlepas dari kebutuhan terhadap ilmu. 

Semua aktivitas memerlukan ilmu tentang bagaimana melakukan aktivitas yang hendak dilakukan, baik yang menyangkut ibadah maupun muamalah. Semisal untuk melakukan shalat, seseorang harus mempelajari terlebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan shalat, mulai dari rukun, syarat, hal-hal yang membatalkan, dan lain-lain. Tanpa mengetahui hal semacam ini, akan besar kemungkinan shalat seseorang tidak akan sah dalam pandangan syariat. 

Demikian juga halnya dalam berbisnis misalnya, seseorang harus mengetahui tentang bagaimana cara berbisnis, mendistribusikan barang, dan lain-lain. Ini artinya semua aspek dalam kehidupan ini memerlukan ilmu. 

Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT.

Al-Qur’an sebagai sumber primer hukum Islam telah banyak berbicara tentang keutamaan ilmu dan orang yang menuntut ilmu.  Dalam surah al-Mujadalah ayat 11, Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.

Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Niscaya Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Diantara hal yang dijelaskan dalam ayat di atas adalah tentang bagaimana keutamaan yang diperoleh orang yang memiliki ilmu. Derajat dan kedudukan mereka akan diangkat oleh Allah SWT. 

Hal ini bisa kita lihat dalam realita kehidupan sehari-hari, dimana seorang guru misalnya mendapatkan kemulian di hadapan muridnya, sebab ilmu yang dimilikinya. Dan memang, orang yang berilmu tidak akan sama dengan orang yang tidak berilmu. Dengan ilmu yang dimiliki, seseorang akan mudah untuk mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.

Selain al-Qur’an, Hadits Nabi juga telah banyak menyebutkan tentang keutamaan menuntut ilmu. Rasulullah SAW memotivasi umatnya agar menuntut ilmu, sebab keutamaannya yang begitu luar biasa. Diantara Hadits yang berbicara tentang keutamaan menuntut ilmu adalah Hadits Nabi berikut:

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلُمًا، سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلآئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ، وَالْحِيْتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَمًا، وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ 

Artinya: “Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan menyediakan baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu karena ridha kepadanya. Orang yang berilmu akan dimintakan ampunan oleh semua makhluk yang ada di langit dan bumi, bahkan ikan yang ada di laut. 

Keutamaan orang alim atas orang ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan atas bintang pada malam purnama. Para ulama merupakan pewaris para Nabi. Mereka tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan ilmu. Oleh karena itu, barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka ia telah mengambil bagian yang sempurna”.

Hadits di atas menunjukkan betapa besar keutamaan ilmu dan orang yang menuntut ilmu. Selain derajat tinggi yang diperoleh, orang yang menuntut ilmu akan dipermudah jalannya menuju syurga, didoakan oleh semua makhluk, dan lain-lain.

Oleh karena itu, jangan sampai waktu yang ada ini kosong dan hampa dari menuntut ilmu. Sebab sangat merugi orang yang membiarkan waktunya berlalu begitu saja tanpa ada pengetahuan yang didapat. Ilmu sangat penting dalam kehidupan ini. 

Hadirin Jamaah Khutbah Jumat keutamaan menuntut ilmu yang dirahmati Allah SWT.

Kemudian tentang urgensitas ilmu dalam kehidupan sehari-hari, maka kita bisa melihat bagaimana para ulama salaf pada masa lalu sangat memperhatikan urusan ilmu. Ilmu yang pertama kali mereka ajarkan kepada anak-anak mereka adalah al-Qur’an dan Hadits. Selain itu, ilmu-ilmu lain pun diajarkan juga kepada mereka, karena setiap ilmu saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. 

Akhlak juga mereka tanamkan dalam jiwa dan kepribadian anak-anak mereka dengan tujuan agar pada diri mereka terhimpun dua hal, yaitu ilmu dan akhlak. Hal ini, karena seseorang selain harus diberikan nutrisi ilmu yang cukup, ia juga harus ditopang dengan akhlak yang baik.

Sehingga, jika kedua hal ini ada pada diri seseorang maka akan terbentuk manusia yang berkualitas dan bermanfaat. Ia tidak hanya bermanfaat pada dirinya sendiri, melainkan juga bermanfaat kepada yang lain.

 Ilmu akan dapat membuat seseorang memiliki rasa takut yang tinggi kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Abu Ishak al-Huwaini berikut:

فَالْعِلْمُ هُوَ الَّذِيْ يَحْمِلُكَ عَلَى خَشْيَةِ اللهِ، وَمَنْ زَادَ عِلْمُهُ زَادَتْ خَشْيَتُهُ لِلّهِ، وَمَنْ خَشِيَ اللهَ لَمْ يَعْصِهِ

Artinya: “Ilmu akan menjadikanmu sebagai orang yang memiliki rasa takut kepada Allah. Barangsiapa yang bertambah ilmunya, maka bertambah rasa takutnya kepada Allah. Dan Barangsiapa yang takut kepada-Nya maka ia tidak akan maksiat kepada-Nya”.

Ilmu ibarat sebuah pohon yang menghasilkan buah. Buah dari ilmu adalah terbentuknya kepribadian dan akhlak yang baik. Semoga kita semua tetap bisa istikamah dalam menuntut ilmu, dan ilmu yang diperoleh bermanfaat dan barokah.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْاٰنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاَٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ  الْعَلِيْمِ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: (وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر(ِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

Demikian penjelasan terkait Khutbah Jumat: keutamaan menuntut ilmu dan urgensitasnya dalam Kehidupan. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Keutamaan Menjaga Lisan

Lisan adalah salah satu anggota tubuh yang paling penting bagi manusia. Dengan lisan, kita dapat berkomunikasi dengan orang lain, menyampaikan ide dan gagasan, serta mengungkapkan perasaan. Namun, lisan juga dapat menjadi senjata yang berbahaya jika tidak digunakan dengan baik. Nah berikut ini penjelasan keutamaan menjaga lisan.

Umat muslim hendaknya menjaga dan mengawasi lisan mereka. Sebab lisan laksana pisau yang tajam, apabila salah menggunakannya maka dapat melukai hati banyak orang. Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari bersabda bahwa, Rasulullah SAW juga bersabda:

سلامة الإنسان في حفظ اللسان

“Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.” (H.R. al-Bukhari).

Islam Melarang Umatnya Banyak Berbicara Keburukan

Allah SWT berfirman: 

لَا خَيْرَ فِيْ كَثِيْرٍ مِّنْ نَّجْوٰىهُمْ اِلَّا مَنْ اَمَرَ بِصَدَقَةٍ اَوْ مَعْرُوْفٍ اَوْ اِصْلَاحٍۢ بَيْنَ النَّاسِۗ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا

“Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kami akan memberinya pahala yang besar.” (Q.S. an-Nisaa'[4]: 114).

Kemudian dalam riwayat lain dari Abu Hurairah disebutkan, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam (jika tidak mampu berkata baik)” (HR: al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW jugaberpesan pada umatnya:

عليك بطول الصمت فإنه مطردة الشيطان وعون لك علي أمردينك

“Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu.” (H.R. Ahmad).

Allah memperingatkan bahwa terdapat malaikat yang mencatat setiap ucapan manusia, yang baik maupun yang buruk. 

Allah Ta’ala berfirman,

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf [50]: 18)

Surga Bagi yang Menjaga Lisannya dan Neraka Bagi yang Tidak

Dalam riwayat Muslim disebutkan:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat.” (HR. Muslim no. 2988).

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no. 6474 dari Sahl bin Sa’id bahwa Rasulullah bersabda:

مَنْ يَضْمَنَّ لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga”.

Yang dimaksud dengan apa yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut. Sedangkan apa yang ada di antara kedua kakinya adalah kemaluan.

Demikian penjelasan tentang keutamaan menjaga lisan. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Solusi Saat Anggapan Sial Menghampiri

Saat ini kita hidup di zaman yang maju dan serba modern, di mana perkembangan teknologi dan informasi berlangsung begitu cepat, berubah dan bertransformasi. Zaman di mana diri kita mendapatkan banyak kemudahan karena pesatnya teknologi yang berkembang.

Seiring dengan kemajuan teknologi dan kemodernan dalam hidup ini, jauh-jauh hari sebelumnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengabarkan kepada kita bahwa akan tetap ada keyakinan-keyakinan dan pemikiran terbelakang lagi primitif (jahiliah) yang bersarang di dalam hati masyarakat modern ini. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

أَرْبَعٌ فِى أُمَّتِى مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لاَ يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِى الأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِى الأَنْسَابِ وَالاِسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ ». وَقَالَ النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ

“Empat hal yang terdapat pada umatku yang termasuk dalam perbuatan jahiliah yang susah untuk ditinggalkan: (1) membangga-banggakan kebesaran leluhur, (2) mencela keturunan, (3) mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu, dan (4) meratapi mayit (niyahah).” Lalu, beliau bersabda, “Orang yang meratapi mayit, apabila ia wafat sebelum bertobat, maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal.” (HR. Muslim no. 934)

Di dalam hadis tersebut disebutkan bahwa di antara sifat-sifat primitif dan terbelakang (jahiliah) yang tidak mudah untuk dihilangkan dan ditinggalkan masyarakat adalah tathayyur atau biasa disebut juga dengan ‘anggapan sial’.

Sejarah tathayyur dan keberagamannya di Indonesia

Tathayyur berasal dari kata tha’ir yang artinya burung. Anggapan sial diistilahkan dan dikaitkan dengan burung karena dahulu kala, orang Arab jahiliyah apabila hendak melakukan perjalanan, mereka akan melihat pergerakan burung terlebih dahulu. Apabila ada burung yang terbang ke arah kanan, maka itu adalah pertanda baik untuk melakukan perjalanan. Namun, apabila mereka mendapati burung terbang ke arah kiri, maka mereka tidak akan memulai perjalanan tersebut. Karena mereka menganggap hal tersebut adalah pertanda buruk atau kesialan.

Di lingkungan masyarakat Indonesia, anggapan sial sangatlah merebak dan perlu diwaspadai. Dimulai dari anggapan bahwa seseorang yang kejatuhan cicak, maka ia akan mendapatkan musibah pada hari tersebut. Atau ketika mendengar burung gagak, seseorang beranggapan akan mendapatkan kesialan atau bahkan kematian. Banyak juga yang beranggapan bahwa angka tiga belas adalah angka sial, sampai-sampai lift-lift di gedung-gedung tinggi tidak memuat angka tiga belas di dalamnya.

Parahnya lagi, keyakinan dan anggapan-anggapan batil tersebut seringkali menjadi bahan pertimbangan sebagian masyarakat kita di dalam menentukan tanggal dan bulan pernikahan. Bahkan, sebagian masyarakat menunda pernikahan atau bahkan menggagalkan pernikahan hanya karena perselisihan dan perbedaan pendapat di dalam menentukan tanggal pernikahan tersebut.

Sungguh ini semua adalah perbuatan syirik yang harus kita waspadai dan kita jauhi. Kesyirikan karena mengaitkan sesuatu bukan pada sebab hakikinya, meyakini bahwa sesuatu dapat menimbulkan mara bahaya tanpa seizin Allah Ta’ala.

Manfaat dan mudarat adalah ketetapan Allah Ta’ala

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengajarkan sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu yang ketika itu masih kecil,

وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ ، وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ

“Ketahuilah, sesungguhnya jika seluruh makhluk (di langit dan di bumi) berkumpul untuk mendatangkan suatu manfaat untukmu, niscaya mereka tidak dapat memberikan manfaat untukmu, kecuali apa yang Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka berkumpul untuk mendatangkan bahaya untukmu, niscaya mereka tidak dapat mendatangkan suatu pun bahaya untukmu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Pena (penulis takdir) telah diangkat dan catatan (takdir) telah mengering.” (HR. Tirmizi no. 2516, dinyatakan sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Tirmizi)

Saat kita membutuhkan atau mengkhawatirkan sesuatu, maka yang kita perlukan hanyalah bertawakal dan bersandar kepada Allah Ta’ala. Memasrahkan seluruh urusan kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman di dalam surah At-Thalaq,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. At-Thalaq: 3)

Allah Taala juga berfirman,

قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ

“Katakanlah (hai Muhammad kepada orang-orang musyrik), ‘Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudaratan kepadaku, apakah berhala-berhala itu dapat menghilangkan kemudaratan itu? Atau jika Allah menghendaki untuk melimpahkan suatu rahmat kepadaku, apakah mereka mampu menahan rahmat-Nya?’ Katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku, hanya kepada-Nyalah orang orang yang berserah diri bertawakkal.’” (QS. Az-Zumar: 38)

Bahaya menganggap sial sesuatu

Menganggap sial sesuatu minimalnya akan mengurangi kadar ketauhidan dan keimanan seorang hamba. Lebih parah lagi, menganggap sial sesuatu dapat meniadakan tauhid dan iman secara total. Pertama, karena orang tersebut tidak memiliki rasa tawakal kepada Allah Ta’ala dan justru bergantung kepada selain Allah. Dan kedua, ia bergantung kepada sesuatu yang tidak ada hakikatnya dan merupakan sesuatu yang termasuk takhayyul, dikarang-karang, dan hasil dari keragu-raguan.

Thiyarah, menganggap sial sesuatu termasuk perbuatan syirik yang menafikan kesempurnaan tauhid. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلاَّ، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ.

“Thiyarah (anggapan sial) itu syirik. Thiyarah itu syirik. Thiyarah itu syirik dan setiap orang pasti (pernah terlintas dalam hatinya sesuatu dari hal ini). Hanya saja, Allah menghilangkannya dengan tawakal kepada-Nya.” (HR. Abu Dawud no. 3910, Tirmidzi no. 1614, Ibnu Majah no. 3538, dan Ahmad no. 3687)

Di hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ

“Barangsiapa mengurungkan niatnya dari menunaikan sebuah kebutuhan karena thiyarah (anggapan sial), maka ia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad no. 7045 dan At-Thabrani 14: 35 no. 14622)

Ibnul Qayyim rahimahullah pernah menuturkan,

“Orang yang melakukan tathayyur itu tersiksa jiwanya, sempit dadanya, tidak pernah tenang, buruk akhlaknya, dan mudah terpengaruh oleh apa yang dilihat dan didengarnya. Mereka menjadi orang yang paling penakut, paling sempit hidupnya, dan paling gelisah jiwanya. Banyak memelihara dan menjaga hal-hal yang tidak memberi manfaat dan justru memberikan mudarat kepadanya. Tidak sedikit dari mereka yang kehilangan peluang dan kesempatan (untuk berbuat kebaikan-pent.).” (Miftah Daris Sa’adah, 3: 273)

Orang yang terbiasa menganggap sial sesuatu, maka akan menjadi orang yang pesimis, mudah putus asa, dan pada akhirnya sering melewatkan kesempatan untuk berbuat baik atau mendapatkan kebaikan. Hanya karena kejatuhan cicak misalnya, ia pun menunda keluar untuk bekerja atau melakukan ibadah. Padahal keduanya jelas merupakan kebaikan bagi dirinya. Ini menunjukkan betapa buruknya anggapan sial terhadap sesuatu.

Solusi saat anggapan sial menghampiri

Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa salah seorang sahabat radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Di antara kami ada orang-orang yang bertathayyur (di masa jahiliah).”

Lalu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ذاكَ شيءٌ يَجِدُهُ أحَدُكُمْ في نَفْسِهِ، فلا يَصُدَّنَّكُمْ

“Itu adalah sesuatu yang akan kalian temui dalam diri kalian. Akan tetapi, janganlah engkau jadikan hal tersebut sebagai penghalang bagimu (untuk melakukan sesuatu).” (HR. Muslim no. 537)

Beliau mengabarkan bahwa rasa sial dan nasib malang yang ditimbulkan dari sikap tathayyur ini hanya ada pada diri dan keyakinan orang tersebut. Perasaan semacam ini mungkin saja timbul di hati kita. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadis ini memberikan solusi agar diri kita tidak terjatuh ke dalam kesyirikan. Yaitu, dengan tidak menjadikan hal tersebut sebagai penghalang bagi diri kita untuk melakukan suatu perbuatan.

Di hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya perihal tebusan yang harus dilakukan oleh seseorang yang terpengaruh oleh thiyarah sehingga mengurungkan niatnya untuk melakukan sesuatu. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَنْ يَقُوْلَ أَحَدُهُمْ :اَللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ.

“Hendaklah ia mengucapkan, ‘Ya Allah, tidak ada kebaikan, kecuali kebaikan dari Engkau. Tiadalah burung itu (yang dijadikan objek tathayyur) melainkan makhluk-Mu. Dan tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau.’” (HR. Ahmad no. 7045 dan At-Thabrani 14: 35 no. 14622)

Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan hidayah dan taufik-Nya kepada kita semua. Menjadikan kita salah satu hamba yang tidak bergantung kepada siapapun selain Allah Ta’ala. Karena hanya Allahlah satu-satunya yang dapat memberikan manfaat dan menimpakan kemudaratan.

Wallahu A’lam bis-shawab.

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

Dua Sholat yang Pahalanya Melebihi Qiyamullail

Di antara lima sholat ini terdapat beberapa sholat yang nilainya sungguh besar.

Setiap Muslim wajib hukumnya melaksanakan sholat lima waktu. Di antara lima sholat ini terdapat beberapa sholat yang nilainya sungguh besar.

Hal itu disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Utsman bin Affan RA sebagaimana berikut ini:

 دَخَلَ عُثْمَانُ بنُ عَفَّانَ المَسْجِدَ بَعْدَ صَلَاةِ المَغْرِبِ، فَقَعَدَ وَحْدَهُ، فَقَعَدْتُ إلَيْهِ فَقالَ: يا ابْنَ أَخِي، سَمِعْتُ رَسولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يقولُ: مَن صَلَّى العِشَاءَ في جَمَاعَةٍ فَكَأنَّما قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ، وَمَن صَلَّى الصُّبْحَ في جَمَاعَةٍ فَكَأنَّما صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ.

Utsman bin Affan memasuki masjid setelah sholat maghrib, ia lalu duduk seorang diri, maka aku pun duduk menyertainya. Dia (Utsman) berkata, “Wahai anak saudaraku, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Siapa yang sholat isya berjamaah, maka seolah-olah ia sholat malam selama separuh malam. Dan siapa yang sholat Subuh berjamaah, maka seolah-olah ia telah sholat pada seluruh malamnya.” (HR. Muslim)

Hadits itu menunjukkan bahwa Allah SWT melipatgandakan pahala sholat wajib secara berjamaah hingga melampaui sholat yang dilakukan seorang diri, sampai dua puluh tujuh derajat. Keutamaan sholat wajib berjamaah bertambah jika sholat tersebut dilakukan di malam hari.

Dilansir di Dorar, sebab dengan sholat berjamaah di waktu malam hari, berarti seorang Muslim mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan penuh keikhlasan dan ini merupakan salah satu kedekatan yang paling besar dengan Allah SWT.

Dalam hadits ini Al-Taba’i meriwayatkan dari Abdurrahman bin Abi Umar bahwa Utsman bin Affan RA memasuki masjid setelah sholat maghrib, lalu menunggu hingga masuk waktu sholat Isya.

Kemudian Utsman ditanya mengapa dia sampai duduk dan menunggu masuknya waktu sholat Isya. Lalu Utsman RA mengawali jawaban dengan ‘Wahai anak saudaraku’. Maksudnya di sini ialah anak dari saudaranya sesama Muslim, bukan saudara berdasarkan garis keturunan.

Utsman mengatakan berdasarkan apa yang didengarnya dari Rasulullah SAW, orang yang sholat isya berjamaah, maka seolah-olah ia sholat malam selama separuh malam. Artinya, pahala orang yang melaksanakannya seperti pahala orang yang mengabdikan dirinya untuk beribadah dari awal malam hingga tengah malam dan menghidupkannya dengan sholat dan dzikir.

Adapun ‘Siapa yang sholat Subuh berjamaah, maka seolah-olah ia telah sholat pada seluruh malamnya’, maksudnya ialah orang yang mengerjakannya mendapat pahala seperti pahala seseorang yang mengerjakan ibadah sepanjang malam, dan menghidupkannya dengan shalat dan dzikir. Karena itu, pahala sholat Subuh berjamaah adalah dua kali lipat pahala sholat magrib berjamaah.

Hal ini menunjukkan menghidupkan waktu Subuh dengan ibadah itu lebih utama daripada menghidupkan malam dengan ibadah. Sholat Subuh lebih sulit dilaksanakan bagi jiwa. Orang yang pergi tidur lalu bangun itu lebih sulit daripada orang yang dalam kondisi bangun lalu ingin tidur.

Secara keseluruhan, ini merupakan nasihat dan penyemangat untuk menunaikan sholat subuh dan isya secara berjamaah. Pahalanya jauh lebih besar karena sulitnya menghadiri masjid di dua waktu tersebut. Dua waktu sholat tersebut, Isya dan Subuh, merupakan waktu untuk istirahat atau tidur nyenyak, atau berkumpul bersama keluarga.

IQRA

Banyak Karyawan Depresi, 70% Sektor Teknologi “Israel” Terancam Bangkrut

Pertempuran antara penjajah dengan perlawanan Palestina sudah berjalan hampir tiga pekan. Pihak penjajah mulai merasakan dampaknya, khususnya pada sektor industri teknologi tinggi.

Survei menemukan 70% sektor teknologi tinggi “Israel” mengalami kesulitan di masa perang, media penjajah Ynetnews.com (10/24/2023) melaporkan.

Pada hari Senin, Otoritas Inovasi “Israel” dan Institut SNPI menerbitkan survei yang dilakukan terhadap 500 perusahaan teknologi tinggi yang beroperasi di wilayah pendudukan, baik milik lokal maupun asing.

Dalam dua minggu terakhir, sebagian besar perusahaan teknologi tinggi di wilayah pendudukan “Israel” melaporkan bahwa, rata-rata, sekitar 10% karyawannya telah didaftarkan untuk tugas cadangan, sehingga menyulitkan mereka untuk beroperasi dengan lancar.

Menurut survei, 70% dari perusahaan-perusahaan ini terkena dampak operasional karena banyak karyawan cadangan, perusahaan juga mencatat adanya penurunan kinerja karyawan, sebagian karena kurangnya pengaturan penitipan anak, dan lainnya karena tekanan emosional.

Dan lebih dari 40% perusahaan melaporkan adanya pembatalan atau penundaan kesepakatan investasi, dan hanya sedikit perusahaan yang berhasil mengadakan pertemuan dengan investor.*

HIDAYATULLAH

Seperti Apa Nepotisme yang Dilarang Agama?

Dalam Alquran banyak kisah-kisah yang mengarah pada nepotisme.

Nepotisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kecenderungan untuk mengutamakan (menguntungkan) sanak saudara sendiri terutama dalam jabatan. Sifat ini oleh sebagian manusia dikatakan negatif atau buruk. Karena itu, bagaimana nepotisme menurut Islam?

Musthofa Mu’in dalam bukunya berjudul Menggapai Kebahagiaan yang Hakiki menjelaskan bahwa dalam Alquran banyak kisah-kisah yang mengarah pada nepotisme. Ia mencontohkan seperti hampir para nabi-nabi terdahulu adalah dari keluarga sendiri. Nabi Musa adalah saudara nabi Harun sekaligus menantu nabi Syuaib, nabi Ibrahim adalah ayah dari nabi Ismail. 

Begitu juga para Khulafaur Rasyidin hampir mereka adalah keluarganya sendiri. Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Khattab keduanya adalah merupakan mertua dari nabi Muhammad SAW. Begitu pula Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib keduanya adalah menanti nabi Muhammad SAW. 

Dalam bukunya itu Musthofa Mu’in berpendapat selama nepotisme menajdi wajar selagi dimandatkan kepada keluarga yang mempunyai kemampuan di bidangnya. Namun hal itu dilarang bila keluarga tidak mempunyai kemampuan. 

“Selama nepotisme tersebut dimandatkan kepada keluarga yang mempunyai kemampuan di bidangnya mengapa tidak? Karena apapun dengan jabatan yang diberikan kepada keluarga yang mempunyai kemampuan maka akan lebih baik, karena ada unsur darah atau keluarga. Nepotisme yang dilarang oleh agama adalah nepotisme yang mengutamakan keluarga walaupun yang bersangkutan tidak mempunyai kemampuan di bidangnya,” jelas Musthofa Mu’in dalam bukunya berjudul Menggapai Kebahagiaan yang Hakiki yang diterbitkan oleh Pustaka Media, 2020, halaman 59).

Lebih lanjut Musthofa Mu’in menuliskan bahwa dalam Alquran banyak menceritakan akan hal itu. Seperti ketika nabi Nuh meminta keringanan atas hukuman Allah SWT yang diberikan kepada putranya (Kan’an), maka Allah SWT menolaknya. Sebagaimana dapat ditemukan pada Alquran surat Hud ayat 46. 

Nabi Ibrahim tidak bisa memberikan keringanan sedikitpun kepada ayahnya di saat berbuat durhaka kepada Allah SWT. Bahkan Allah SWT mengancam kepada istri-istri nabi yang berbuat kejahatan, mereka akan mendapatkan dua kali hukuman dari manusia biasa. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Akhzab ayat 30. 

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ مَنْ يَأْتِ مِنْكُنَّ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ يُضَاعَفْ لَهَا الْعَذَابُ ضِعْفَيْنِ ۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا

Artinya: Hai isteri-isteri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan di lipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah. (Alquran surat Al Ahzab ayat 30).

“Ini adalah fakta sejarah yang memberikan pelajaran kepada kita bahwa sepanjang sanak famili tersebut mempunyai kemampuan dan keahlian maka nepotisme dianggap suatu kewajaran. Namun apabila mereka tidak mempunyai kemampuan di bidang itu maka nepotisme dianggap sebagai pelanggan,” kata Musthofa Mu’in.

Musthofa menjelaskan karenanya Islam mengajarkan agar selalu mempersiapkan sumber daya keluarga sebelum dipanggil oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT: 

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (Alquran surat An Nisa ayat 9).

“Dalam kaitan sedekah umpamanya justru Islam mengajarkan agar kita lebih memprioritaskan sanak famili yang hidup dalam kekurangan dari pada orang lain. Sehingga keluarga tersebut tidak menjadi tanggungan yang merepotkan orang lain, sekaligus sebagai media untuk mempererat silaturahmi antar keluarga. Hal-hal semacam ini nepotisme yang ditolerir oleh agama. Yang termasuk pelanggaran adalah nepotisme yang tidak melihat kapasitas dan kemampuan yang bersangkutan,” jelas Musthofa Mu’in.

IQRA

Arab Saudi Targetkan 30 Juta Jamaah Haji dan Umroh Setiap Tahun

Arab Saudi telah mengganti stiker visa dengan visa elektronik.

Arab Saudi telah menetapkan rencana untuk menarik lebih dari 30 juta jamaah haji dan umrah serta lebih dari 100 juta wisatawan setiap tahunnya. Hal ini sebagai bagian dari visi ambisius 2030.

Menteri Transportasi dan Logistik Saleh Al Jasser menyampaikan pengumuman tersebut dalam sesi dialog di Forum Investasi Saudi-Eropa. Al Jasser menyoroti dedikasi Kerajaan Arab Saudi untuk memperkuat sektor pariwisata dan ziarah dengan berkomitmen melakukan investasi sebesar 1,6 triliun riyal Saudi selama dekade berikutnya.

Investasi ini akan diwujudkan melalui kerja sama dengan sektor swasta dan berbagai negara mitra. Dia menekankan tujuan Kerajaan Arab Saudi untuk memastikan kualitas hidup yang unggul, menawarkan layanan yang efisien bagi individu, dan menjauhi model-model yang sudah ketinggalan zaman.

“Cakupan ambisi Saudi sangat tinggi, dan kami siap dengan kemampuan canggih dan tenaga kerja nasional yang kompetitif,” kata Al Jasser, seperti dilansir Gulf News, Selasa (24/10/2024).

Al Jasser juga mencatat pendirian dua pusat penerbangan penting untuk mendukung kebutuhan warga dan menekankan upaya Arab Saudi dalam membangun koneksi ke 250 tujuan wisata global.

Forum Investasi Saudi-Eropa, yang diadakan di Riyadh, menyoroti meningkatnya hubungan antara Arab Saudi dan Uni Eropa. Pertemuan ini berfungsi sebagai penghubung untuk menggali usaha investasi kolaboratif di berbagai sektor, terutama transportasi dan logistik.

Forum ini bertujuan untuk mendorong investasi timbal balik, memperkuat hubungan ekonomi, mendorong pertukaran pengetahuan, dan mencapai integrasi ekonomi yang lebih dalam antara kedua wilayah.

Arab Saudi telah mengganti stiker visa dengan visa elektronik atau e-visa di tujuh negara. Kementerian Luar Negeri Saudi mengatakan, inisiatif baru untuk menggunakan e-visa dengan kode QR mulai berlaku pada 1 Mei 2023 di misi Kerajaan di Uni Emirat Arab, Yordania, Mesir, Bangladesh, India, Filipina, dan Indonesia.

Langkah tersebut dilakukan sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk mengotomatisasi prosedur dan meningkatkan kualitas layanan konsuler yang disediakan oleh kementerian. Selain itu, untuk mengembangkan mekanisme penerbitan visa kerja, residensi, dan kunjungan.

Kerajaan juga telah memperbaiki prosedur visa dan melonggarkan aturan visa untuk menarik lebih banyak wisatawan dan bisnis asing. Itu juga muncul di tengah pembicaraan tentang kemungkinan visa regional bergaya Schengen terpadu di antara negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk (GCC).

IHRAM