Salat dengan Bekas Air Mani Mengering di Baju

DARI Aisyah berkata:

“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah mencuci mani, kemudian keluar menuju salat dengan memakai baju tersebut, dan aku melihat bekas cuciannya.” (Muttafaqun alaih)

Dalam riwayat Muslim: “Aku mengeriknya dari baju Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lalu beliau salat memakainya.”

Dan dalaam lafadz Muslim juga: “Aku mengerik (mani) yang telah kering di bajunya dengan kukuku.”

Fawaid hadis:

1. Sucinya air mani, karena Aisyah tidak mencucinya, tapi hanya mengeriknya.

2. Adapun hadis yang menyebutkan mencuci mani, tidak menunjukkan kenajisan mani, karena sama dengan ingus, bila kena ingus, kita cuci bukan karena najisnya, tapi karena menjijikan. Dan ini hanya menunjukkan sunah saja.

3. Istri yang salihat adalah yang melayani suaminya dengan baik.

4. Ibnul Mulaqqin berkata: “Hadis ini dijadikan dalil oleh sebagian ulama bahwa cairan lembab dari kemaluan wanita (keputihan) tidak najis.”

[Ust. Badrusalam Lc]

 

INILAH MOZAIK

Mengapa Allah Menciptakan Setan?

Allah memerintahkan agar kita patuh dan taat kepada-Nya. Allah juga memerintahkan agar kita jangan tergoda untuk meninggalkan perintah-perintah itu.

Perintah patuh dan taat dibarengi dengan godaan. Sebab kalau tidak ada godaan, sikap taat dan patuh menjadi persoalan biasa. Taat dan patuh yang sejati yaitu apabila ada rayuan dan dorogan untuk berbuat maksiat, tetapi orang tersebut mampu menahan.

Allah menghendaki agar ketaatan dan kepatuhan seseorang timbul karena rasa takut kepada-Nya. Ini adalah ibadah.

Ibadah hanya karena Allah semata, bukan untuk siapa-siapa, walaupun besar godaan setan kepada kita mengalihkan tujuan ibadah itu.

Allah menciptakan setan adalah hikmah. Seperti hikmahnya Allah menciptakan kejahatan, maksiat, atan munkar.

Setan menurut Al-Quran adalah makhluk yang kerjanya mengajak kepada perbuatan jahat dan keji serta berbohong.

Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah: 169)

Setan adalah musuh manusia. Allah SWT telah menegaskan bahwa setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS Al-Baqarah: 208)

Manusia diuji, apakah kuat imannya menolak ajakan dan godaan setan. Karenanya manusia diberi alat, sarana, dan kemampuan oleh Allah untuk menjauhi kejahatan itu.

Bila sadar dan mengerti ajakan (dakwah) amar ma’ruf nahi munkar, setan dan kejahatan tidak akan berhasil memperdaya manusia. Wallahua’lam.

BersamaDakwah

Direktur Ahda Barori Bicara Soal Asuransi Haji

Jemaah haji yang wafat akan mendapatkan asuransi jiwa. Besaran asuransi yang diterima jemaah haji berbeda antara kematian biasa, kecelakaan, dan wafat di dalam pesawat.

Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri, Ahda Barori menjelaskan klausul pemberian asuransi jemaah wafat tahun ini.

“Jemaah wafat menerima asuransi sebesar Rp 18.500.000,00 (delapan belas juta lima ratus ribu rupiah),” terang Ahda, Senin (3/9/2018) kemarin.

Nilai asuransi berbeda dengan jemaah haji yang wafat akibat kecelakaan. “Jemaah yang wafat akibat kecelakaan menerima asuransi dan santunan yang totalnya Rp 37 juta,” lanjut Direktur yang akan mengakhiri masa tugasnya di tahun 2018 ini.

Sedangkan bagi jemaah yang wafat di dalam pesawat akan menerima asuransi yang lebih besar lagi. Pihak maskapai penerbangan ikut memberikan asuransi sebesar Rp 125 juta kepada jemaah haji yang wafat di dalam pesawat baik saat keberangkatan atau pun kepulangan haji.

“Selain asuransi haji, jemaah yang wafat sejak boarding di bandara hingga mendarat di bandara tujuan (baik keberangkatan maupun pemulangan) juga mendapat asuransi dari maskapai penerbangan yang biasa disebut dengan extra cover,” jelas Ahda.

Asuransi extra cover dari pihak maskapai sebesar Rp125 juta. Alhasil, total asuransi yang diterima jemaah yang wafat di pesawat sebesar Rp 143.500.000,00.

Menurut Ahda, klaim asuransi jemaah yang wafat sedang berlangsung. “Klaim asuransi jemaah sedang berlangsung. Jumlahnya sudah sekitar seratusan klaim jemaah yang cair. Kami yang mengurus klaim ke pihak asuransi bukan ahli waris karena akan merepotkan keluarga,” jelas Ahda.

Sementara itu, pencairan asuransi penerbangan, lanjutnya, menunggu masa pemulangan haji selesai. “Tidak lama setelah musim haji selesai. Nanti ada seremonial serah terima asuransi extra cover di tiap embarkasi,” katanya.

Ahda menambahkan bahwa premi asuransi jiwa jemaah pada tahun ini sebesar Rp49 ribu. Pembayaran premi asuransi jiwa jamaah haji diambil dari uang optimalisasi dana haji.

”Dana itu sekarang dikelola BPKH (Badan Pengelola Keuangan Haji,” katanya.

Perusahaan yang menangani asuransi jemaah haji tahun ini adalah Asuransi Takaful. “Perusahaan asuransi bisa berbeda setiap tahun karena ada proses lelangnya. Bagi yang berani di bawah pagu Rp 50 ribu/jemaah itu yang menang,” tutur Ahda.

Pengiriman dananya, kata Ahda, bisa ke rekening jemaah yang wafat asal rekeningnya masih aktif. Jika tidak, lanjutnya,  asuransi dikirim ke rekening ahli waris yang telah disepakati pihak keluarga. “Proses klaimnya maksimal 5 hari kerja,” ungkapnya.

Ahda mengakui masih ada kendala dalam pencairan klaim. “Banyak rekening (jemaah) yang sudah tidak aktif. Menunggu agak lama untuk mengirim rekening yang aktif. Belum lagi rumahnya jauh dari kantor Kemenag kab/kota untuk dihubungi,” ungkapnya.

Jumlah jemaah haji yang wafat pada musim haji tahun lalu sebanyak 657 jemaah. Jumlah sebesar itu, kata Ahda, proses pencairannya memakan waktu 2,5 bulan. Adapun jemaah haji yang wafat tahun ini hingga Selasa (4/9) pagi, tercatat sebanyak 259 orang. Sedangkan dalam rentang yang sama tahun lalu, hari ke-8 pemulangan gelombang satu, jemaah haji wafat telah mencapai 508 orang.  (mch/ab).

KEMENAG RI

Menyelami Sejarah Dua Masjid Suci di Museum Harramain

Menginjakkan kaki di Kota Makkah sepertinya belum lengkap tanpa melihat sisi sejarah perkembangan dua masjid suci umat Islam yakni Masjidil Haram serta Masjid Nabawi. 17 Tahun silam akhirnya pemerintah Arab Saudi membangun sebuah museum yang dapat menyimpan benda-benda bersejarah yang diambil dari beberapa bagian dua masjid suci ini.

Kali ini, di sela padatnya tugas peliputan musim haji tahun ini, tim Media Center Haji (MCH) Daerah Kerja Makkah mengunjungi Museum Haramain, Selasa (4/9). Agenda ini difasilitasi Bidang Transportasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi yang dinahkodai Subhan Cholid.

Banyak informasi terkait dua masjid haram yakni Masjid Al Haram di Makkah dan Masjid Al Nabawi di Madinah yang didapat dari museum yang terletak di perbukitan Ummul Joud, Makkah ini. Kawasan ini terletak di tengah antara Hudaibiyah dan kota Makkah. Jadi biasanya jemaah setelah ambil miqat untuk umrah sunnah di Hudaibiyah, mereka akan mampir di museum ini.

Museum yang dibangun Raja Fahd bin Abdul Aziz ini juga dikenal dengan sebutan Exibition Two Holy Mosque Architecture. Mengunjungi museum ini berarti kita mempelajari kilasan peristiwa dan sejarah dua masjid mulia umat Islam.

Museum terdiri dari 7 (tujuh) bagian. Tiga yang pertama adalah foto dan model bangunan dua masjid suci; kekhasan dan keterangan terkait Masjidil Haram; serta tentang Ka’bah dan segala yang terkait seperti kiswah (penutup), pintu lama, dan segala perniknya.

Kemudian foto-foto dua masjid berikut dengan detail interior dan eksterior dua masjid yang menawan; manuskrip kuno yang dimiliki perpustakaan keduanya termasuk salinan al-Qur’an mushaf Usman bin Affan. Juga ada keterangan terkait pembangunan sumur zamzam berikut foto dan alat pemompa air zamzam; dan yang terakhir, museum ini menyajikan model dan contoh arsitektur Masjid Nabawi dilengkapi koleksi foto yang ada.

Cukup banyak jemaah Indonesia yang menyempatkan diri mengunjungi museum. Aya Suraya dan Ahmad Rofiq, pasutri asal kloter JKG-057 misalnya, mengungkapkan kekaguman dengan aneka informasi yang disuguhkan. “Bagus sekali, komplet isinya,” kata mereka.(mch/ha)

KEMENAG RI

Jaga Lisan, Sibukkan Diri dengan Aib Sendiri!

BERIKUT diantaranya tips agar hati selalu nyaman terhadap orang lain:

1. Senantiasa berbaik sangka terhadap orang lain. Berkata Umar ibnul khattab, “Tidaklah engkau mendapati apapun dari saudaramu yang cenderung ke hal negatif kecuali selalu engkau arahkan ke hal positif.”

2. Jaga lisan, banyak diam di rumah dan lebih menyibukkan aib sendiri

3. Selalu berdoa, “Allahummak finiihim bima syita” (Ya Allah, lindungilah aku dari mereka menurut apa yang Engkau kehendaki)

4. Jangan terlalu menghiraukan perkataan orang lain. Berkata imam Syafii:

“Barangsiapa yang mengira akan terbebas dari kata-kata orang lain, maka ia akan menjadi gila. Allah saja yang Maha Sempurna, dikatakan, salah satu dari yang tiga. Demikian juga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, yang merupakan manusia yang paling sempurna akhlaknya, dibilang tukang sihir dan orang gila. Maka, masih adakah orang yang bisa selamat dari mulut manusia setelah Allah dan rasul-Nya?”

Semoga bermanfaat! [Ust. Djazuli Lc]

 

INILAH MOZAK

Serba-serbi Haji (14): Oleh-oleh Haji Mat Kelor

ADA yang mengagetkan saya saat saya sidak ke kamar para jamaah. Koper-koper sudah mulai banyak tidak muat, penuh dengan oleh-oleh. Tak terkecuali koper Mat Kelor. Yang paling mengagetkan saya adalah bahwa oleh-oleh terbanyak yang dibeli Mat Kelor adalah kaca cermin.

Bukankah cermin di Indonesia banyak dijual? Mungkin saja jawabannya adalah mengharap barakah tanah suci atau karena ada gambar Mekah Madinahnya. Ternyata jawaban Mat Kelor sangat filosofis, setara dengan pola pikir para bijak masa lalu. Dari mana Mat Kelor belajar?

Kata Mat Kelor: “Cermin itu adalah guru kejujuran, mengajarkan obyektifitas. Wajah jelek ya ditampilkan jelek, wajah ganteng ya ditampilkan ganteng. Tak peduli apakah orang jelek yang bercermin menganggap dirinya ganteng atau tidak. Ingat cermin, ingat kejujuran apa adanya.” Saya menikmati uraian Mat Kelor sambil tersenyum saat ada upil di ujung hidungnya. Rupanya dia lupa bercermin

Mat Kelor melanjutkan kata: “Cermin itu adalah guru kehidupan yang baik. Walau ia tahu kejelekan wajah orang yang bercermin padanya, ia tidak pernah pengumuman kepada orang lain. Ingat cermin, ingat untuk tidak menyebarkan aib orang lain.”

Waduh, saya semakin kagum akan kedalaman makna cermin. Tidak seperti biasanya, Mat Kelor sering menatap ke lantai, tak menatap wajah saya. Saya berpikir jangan-jangan dia menunduk itu sedang kesurupan para ahli filsafat masa lalu. Tiba-tiba dia bilang: “Punggung saya sakit, kayaknya kolestrol saya naik.”

Mat Kelor masih terus berfilsafat: “Cermin itu adalah guru persahabatan yang baik, mengajarkan bagaimana harus berempati. Saat aku menangis, cermin tak mentertawaiku. Cermin ikut menangis. Itulah sahabat sejati.” Saya ngakak sengakak ngakaknya. Sambil menepuk punggung Mat Kelor saya berkata: “Kalau kamu menangis tapi cerminmu tertawa, yakinlah bahwa cerminmu itu hantu.” Mat Kelor ikut ketawa ngakak menyadari bahwa kesimpulan terakhir itu ada yang kurang pas.

Kami terdiam. Lalu Mat Kelor tolah toleh dan kepalanya dangak ke atas. Dia berkata: “Lho, punggungku sembuh. Alhamdulillaah.” Saya bilang: “Pola pikir yang salah memang bisa menjadi sebab sakit punggung. Tertawa itu adalah sebagian obatnya. Jangan lupa, punggungmu sembuh setelah aku tepuk. Apanya yang masih sakit, kan kutepuk.” Tiba-tiba adzan berkumandang.

INILAH MOZAIK

Serba-serbi Haji (13): Pertengkaran yang Tak Perlu

HARUSNYA saat ini kita bersama-sama merasa bangga dan bahagia karena pencapaian perolehan medali Sea Games telah melampaui target. Ternyata di pojok sebuah hotel di Mekah ada tiga orang bertengkar karena rokok. Seorang kakek, sepertinya dari desa, berusia sekitar 81 tahun diadili oleh dua pemuda gara-gara si kakek itu merokok. “Haram…haram…haraaam. Hajimu tidak mabrur. Haji mabrur tidak merokok.”

Awalnya kakek itu diam tidak membeli jualan dua pemuda tadi. Namun akhirnya kakek itu mengeluarkan nada suara tertinggi yang dimilikinya: “Sejak kapan rokok menjadi penghalang haji mabrur. Ente jangan ngarang. Rasul tidak pernah bilang gitu. Jaman Rasul tidak ada rokok, apalagi rokok merek seperti ini, mana ada Rasul sebut rokok. Bid’ah kelas berat ente.” Suasana memanas hampir kakek ini dipukul. Bersyukurlah Mat Kelor segera datang membawa tongkat, tepatnya tongkat tongsis.

Mat Kelor melerai dan menasehati agar jangan ramai-ramai di tanah suci. Satu-satunya ramai yang boleh adalah talbiah dan takbir. Dua pemuda ini terus bicara bahaya rokok yang katanya memperpendek umur. Kakek itu menjawab: “Faktanya saya sudah usia 81 tahun lho, merokok mulai usia 9 tahun.” Pemuda itu kaget dengan jawabannya. Lalu pemuda itu mengemukakan data rusaknya paru-paru karena rokok.

Mat Kelor membantu mendamaikan bahwa benar rokok itu mengandung bahaya, tapi minuman energi dan bersoda yang dipegang dua pemuda itu juga berbahaya untuk ginjal dan diabetes. Pemuda itu bilang tak bahaya kalau sedikit. Kakek bersuara lagi bahwa rokok juga tak apa kalau sedikit.

Mat Kelor akhirnya berkata: “Sudahlah. Berhentilah bertengkar bab rokok ini. Malu sesama Indonesia bertengkar. Rokok memang berpotensi membuat badan sakit. Tapi merengut, melotot dan marah itu berpotensi membuat hati sakit. Mana yang lebih bahaya? Tersenyumlah dan akrablah, lalu diskusilah bagaimana cara agar korupsi di negeri kita itu teratasi. Koruptor lebih pantas diharamkan dan dimarahi ketimbang perokok. Kakek ini merokok untuk menenangkan diri karena pajak yang dibayarkannya dikorupsi.”

Kakek itu senang dibela Mat Kelor. Sebungkus rokok diberikan kepada Mat Kelor. Mat Kelor tersenyum dan berkata: “Maaf, saya tidak merokok, kakek. Saya lebih suka daun kelor dan bijinya, mengobati banyak penyakit kronis.” Luar biasa santunnya Mat Kelor.

 

INILAH MOZAIK

Pasar Ukaz, Pasar Rakyat Bangsa Arab

Makkah (PHU)–Selain Kota Makkah dan Madinah yang menjadi saksi bisu sejarah keislaman didunia, Kota Thaif pun tak luput dari perjalanan sejarah berkembangnya islam di tanah Arab. Di Kota yang berada di ketinggian 1700 m diatas permukaan laut (mdpl) banyak menyimpan bukti peninggalan sejarah berkembangnya Agama Islam diantaranya adalah Pasar Ukaz. Jika orang-orang modern mengenal pasar hanya sebagai tempat transaksi jual-beli, maka orang-orang Arab klasik tidak mengenal fungsi pasar hanya sebatas itu saja. Jika orang-orang abad modern ini memahami bahwa pasar itu dibuka setiap hari, maka beda lagi dengan orang-orang Arab kuno, pasar itu bisa jadi hanya berlangsung satu tahun sekali. Dan pasar yang paling terkenal bagi bangsa Arab kuno adalah Pasar Ukaz.

Pasar Ukaz adalah pasar dimana para pedagang dan pebisnis mengadakan transaksi jual-beli. Para politisi mengadakan lobi-lobi penting. Mereka merundingkan perdamaian, persekutuan, atau bahkan membicarakan rencana peperangan. Dan di Pasar Ukaz pula para penyair dan orator unjuk kemampuan, membacakan untaian kalimat indah yang mereka susun sekaligus mengungkapkan isu-isu hangat yang sedang terjadi.

Ukaz merupakan pasar kuno yang paling terkenal di Semenanjung Arabia. Nama tersebut diambil dari apa yang dikerjakan orang Arab di tempat tersebut, mereka memamerkan prestasi dan nenek moyang mereka. Pasar tersebut tercatat untuk pertama kalinya pada 500 Sebelum Masehi. Pasar tersebut terletak diantara Thaif dan Makkah, tepatnya di kota Al-Athdia. Pasar terkenal diadakan bersamaan dengan pasar di Hadramaut. Pasar ini melebihi pasar lainnya, dalam kemegahan, hubungan dagang, manifestasi syair, kesukuan dan dikunjungi oleh suku Quraisy, Hawazin, Ghatafan, Aslam, Ahabish, Adl, ad-Dish, al-Haya dan al-Mustaliq.

Diadakan pada 15-30 Dzu al-Qa’dah. Para pedagang membawa barang menggunakan onta atau keledai menuju pasar Ukaz. Barang dagangan yang dijual pedagang Badui antara lain permadani, tenda, bulu domba, tembikar, peralatan, perhiasan, parfum, hasil bumi dan rempah-rempah. Di pasar Ukaz juga diadakan berbagai pertunjukan baik syair maupun nyanyian. Para penyair dan penyanyi datang ke Ukaz untuk berpartisipasi dalam lomba syair dan nyanyian tersebut. Menurut arkeolog Saudi yang telah mempelajari daerah ini, memperkirakan pasar Ukaz berakhir sampai 760 Sesudah Masehi.

Quraisy merupakan suku Arab yang terkenal, yang di dalamnya termasuk Nabi Muhammad s.a.w. mempunyai gagasan untuk mempunyai sebuah tempat orang Arab dapat berkumpul dan bersatu untuk melawan musuh. Mereka memilih tempat tersebut adalah Ukaz. Tempat tersebut merupakan pasar ketika para calon haji tiba di Makkah dan pergi selama empat bulan ke tempat tersebut. Orang Arab mempunyai bulan khusus yang selama itu disepakati oleh mereka untuk tidak menggunakan senjata atau memulai berperang. Terhadap mereka diberikan jaminan atas keselamatan di lingkungan kota tersebut untuk melakukan aktivitas dan berdagang.

Sebagai perbandingan terhadap mal yang modern, Ukaz tidak hanya menawarkan barang untuk dijual, tetapi pengunjung mempunyai banyak hal untuk dikerjakan disamping berbelanja. Mereka masing-masing memperoleh tantangan untuk membuktikan siapa yang terbaik sebagai pembuat syair di Arab. Mereka membanggakan prestasi sukunya dan mereka juga mencoba menyelesaikan perselisihan dan pertentangan antar suku. Sejak pasar dibuka, banyak aktivitas budaya di pasar tersebut membantu memelihara dan melindungi bahasa Arab, membantu menghasilkan syair-syair yang baik dan mendorong para penyair untuk menghasilkan syair lebih banyak.

Nabi Muhammad s.a.w. mengunjungi pasar sebanyak tujuh kali dan mencoba untuk menjelaskan kepada orang Arab tentang Islam dipasar tersebut. King Faisal ibn Abdul Aziz meminta kepada para ahli dan ilmuwan untuk mengidentifikasi lokasi dari Ukaz, dengan mencari kembali catatan kuno dan dokumen sejarah yang akhirnya diputuskan lokasinya di dekat Taif ditempat yang dikenal Al-Athdia. Setelah 1300 tahun, pasar tersebut dioperasikan kembali dan diresmikan oleh Gubernur Makkah, Pangeran Khalid Al-Faisal, putra Raja Faisal. Peristiwa tersebut berlangsung selama 7 hari, terjadi penjualan bermacam-macam barang dan bahan, baik tradisional maupun modern. Di tempat tersebut juga terdapat tulisan syair Arab kuna dalam emas dan diperuntukkan untuk pengunjung untuk melihatnya dan diramaikan oleh penyanyi Arab terkenal.

Pasar ini diprediksi pertama kali diadakan sebelum tahun 500 M. Pasar Ukaz bukanlah sekedar pasar biasa. Ia adalah pekan raya kebanggan masyarakat Arab. Di sana terdapat perniagaan, pameran budaya, penyebaran agama, hingga aktivitas politik. Ukaz juga sebagai media informasi tentang info-info yang terjadi di masyarakat jazirah.(dirangkum dari berbagai sumber/mch)

KEMENAG RI

Menyusuri Sejuknya Kota Thaif Sambil Menggali Sejarah Keislaman

Kaum Muslim yang pernah menjalankan ibadah haji atau umrah ke Tanah Suci mungkin sudah tak asing dengan nama kota yang satu ini. Kota Thaif, kota yang dikenal berhawa sejuk karena berada di lembah antara Pegunungan Asir dan Pegunungan Al-Hada.

Kota yang dapat ditempuh 1 jam 45 menit dari Kota Mekah ini populer dengan perkebunan delima, kurma, sayuran, termasuk juga pohon langka yang namanya tercantum dalam Al-Quran, pohon Zaqqum.

Thaif merupakan kota di Provinsi Makkah, Arab Saudi pada ketinggian 1.700 m di lereng Pegunungan Sarawat. Setiap musim panas, Pemerintahan Saudi pindah dari panasnya Riyadh ke Thaif. Kota ini juga merupakan pusat area agrikultur yang terkenal akan anggur dan madunya.

Jalan menuju Thaif, khususnya ketika melewati Pegunungan Asir dan Pegunungan Al-Hada berkelok-kelok, panjang dan menanjak hingga puncaknya. Tak seperti pegunungan pada umumnya, area pegunungan di sini nyaris tak ditumbuhi pepohonan, tandus, berbatu dan berpasir.

Namun saat memasuki kota Al-Hada sebelum Thaif, akan terlihat pemandangan sebaliknya. Di sepanjang jalan ditemukan sejumlah pepohonan, dan hamparan rumput hijau. Tampak beberapa rumah modern dan tradisional berdiri sepanjang jalan menuju Thaif.

Di sekeliling kawasan ini juga dipenuhi tempat-tempat wisata bagi penduduk Arab Saudi di antaranya adalah wisata menaiki unta, taman-taman bermain untuk anak-anak serta took buah-buahan. Kawasan ini terdapat pula tempat untuk bermiqot atau berihram saat haji dan umrah yakni Wadi Sair Kabir.

Memasuki kota Thaif, kesejukan mulai terasa yang menyebabkan tempat ini kerap dijadikan sarana berwisata kala musim panas. Bahkan kabarnya, para raja Saudi dan kerabatnya banyak membangun tempat peristirahatan di kota Thaif. Karena itu pula kota ini dijuluki Qaryah Al-Mulk yang berarti ‘Desa Para Raja’.

Selain hawa sejuk, satu hal yang membuat kota Thaif kian membuat penasaran adalah keberadaan pohon-pohon Zaqqum. Pohon berduri tajam dan besar itu merupakan jenis pohon langka yang tak tumbuh di Indonesia atau negara lainnya.

Kota ini juga menjadi begitu istimewa karena menyimpan sejarah kehidupan dan perjuangan syiar Rasulullah Muhammad SAW yang berat.

Tiga tahun sebelum hijrah, Rasulullah melakukan perjalanan ke Thaif untuk berdakwah. Perjalanan ini dilakukan tak lama setelah wafatnya sang istri, Khadijah RA serta sang paman sekaligus pelindung utama beliau, Abu Thalib.

Wafatnya kedua sosok yang disegani itu membuat kaum Quraisy semakin berani menentang dan mengganggu Rasul. Untuk mengantisipasi kekejaman kaum kafir Quraisy kala itu, akhirnya secara diam-diam Rasul melakukan perjalanan syiar dengan berjalan kaki ke Thaif.

Rasul tinggal di Thaif selama 10 hari untuk berdakwah sekaligus meminta perlindungan. Namun ternyata, penduduk kota itu melakukan penolakan dan memperlakukan Rasul dengan kasar.

Bahkan mereka melempari Rasul hingga kakinya terluka. Tindakan brutal ini membuat sahabat Rasul, Zaid bin Haritsah ikut turun tangan membela dan melindungi beliau. Namun kepala sang sahabat juga terluka akibat lemparan batu.

Kisah dakwah Rasulullah di kota Thaif ini merupakan satu dari sekian banyak perjuangan berat beliau dalam menyebarkan agama Allah. Meski tak mudah, Rasul senantiasa ikhlas, sabar dan tidak pernah berputus asa dalam menghadapi segala bentuk perlakuan kaumnya.

Banyak peninggalan sejarah Islam dikota ini antara lain : Masjid Ibn Abbas dan pasar Ukaz.(mch/ha)

 

KEMENAG RI

Rumahmu, Wahai Ummul Mukminin

Seturut pengembangan dan perluasan Masjdil Haram, banyak lokasi-lokasi bersejarah yang tergerus dan sukar diketahui. Berdasarkan kisah dari jamaah-jamaah haji terdahulu, wartawan Republika.co.id, Fitriyan Zamzami mencoba menelusuri beberapa di antaranya. Berikut tulisannya.

Jika dicerabut dari konteksnya, tempat itu sekadar bangunan di antara berlaksa-laksa lainnya di Makkah. Berada sekira sepuluh meter dari pintu keluar Masjidil Haram dekat Bukit Marwah, ia semacam benteng dengan desain yang futuristik. Terlihat janggal dibandingkan kiri-kanannya yang didesain dengan ornamental lawas.

Di depannya ada plasa dengan sebuah tiang lampu yang menjulang. Dasar tiang lampu itu dikelilingi pembatas-pembatas plastik hijau membentuk lingkaran. Bangunan dengan warna coklat pasir itu punya banyak tangga dan undakan. Di salah satu anak tangga utama pada bagian dasar, saya bertemu Faturrahman dan Aswiyah, sedang duduk berehat selepas melakukan tawaf perpisahan dengan Ka’bah.

“Yang bener, Mas, di sini tempatnya? Saya ndak tahu  sama sekali,” Kata Faturrahman yang berasal dari Malang, Jawa Timur tersebut. Aswiyah membagi ketakpercayaan suaminya soal lokasi tersebut. Keheranan itu wajar saja karena bangunan tempat mereka bersandar itu hari fungsinya saat ini adalah toilet umum.

Mereka tak sendiri. Banyak jamaah lalu lalang tanpa menolehkan muka atau berhenti sejenak. Tanpa konteks, yang mereka lintasi hanya satu dari tempat lain di Masjidil Haram.

Tapi Oman Abdurrahman, seorang jamaah dari Ciamis, tahu apa yang tak diketahui kebanyakan jamaah. Ini kali keempatnya pengasuh Pondok Pesantren Alhuda di Turalag, Baregbeg, Ciamis itu berangkat haji. “Iya, di sekitar sini rumah Siti Khadijah,” kata dia saat saya temui di bagian sayap barat pelataran bangunan tersebut.

Ini bukan informasi yang ia dapatkan dari brosur-brosur perjalanan, bahkan buku-buku sejarah kontemporer. Bukan pula sekadar cerita yang diturunkan dari jamaah ke jamaah melintasi waktu.

Oman mengaku mendapatkan kisah soal lokasi kediaman Khadijah yang juga ditempati Rasulullah selepas keduanya menikah selama 25 tahun mereka menikah dari kiainya di pesantren. “Dan cerita itu divalidkan kitab-kitab lain yang saya baca,” kata dia.

Berabad-abad Makkah dikuasai berbagai kerajaan, sedianya tempat-tempat yang punya signifikansi historis maupun spiritual di Masjidil Haram dan sekitarnya biasa diberi tanda atau dipelihara. Namun sejak 1925, saat Bani Saud mulai melancarkan pemberontakan yang didukung Inggris di Hijaz, banyak tempat-tempat itu diratakan.

Seturut proyek perluasan Masjidil Haram sejak 2008, tanda-tanda yang menunjukkan lokasi-lokasi itu makin sukar ditemukan. Kenangan-kenangan dan konteks lokasi-lokasi itu hanya bertahan seturut kisah yang dituturkan dari mulut ke mulut. “Saya sedih juga, Mas. Ini rumah Umul Mukminin, ibunya orang-orang beriman,” kata Oman tercenung.

Tak hanya tempat tinggal, jika benar itu loksinya, di tempat itu juga Muhammad ibn Abdullah diselimuti dan ditenangkan Khadijah binti Khuwailid sembari diyakinkan bahwa ia benar-benar telah menerima wahyu di Gua Hira. Dalam satu dan lain hal, gestur itu menunjukkan bahwa Khadijah telah mengakui kenabian bahkan saat Muhammad SAW masih meragu.

Lokasi itu juga tempat tinggal orang-orang pertama yang menerima Islam seperti sahaya pengasuh Rasulullah, Umm Ayman; sepupunya Ali ibn Abi Thalib; dan tempat lahir putri terkasih Rasulullah, Fatimah Azzahra.

Nabi Muhammad SAW mulai pindah ke rumah Khadijah selepas keduanya menikah saat Rasulullah berusia sekitar 25 tahun. Khadijah yang saat itu berusia 40 tahun mewarisi kediaman itu dari suami terdahulunya.

Sebelum keduanya menikah, perempuan cemerlang itu mengomandoi perusahaan ekspedisi dagangnya dari rumah tersebut dan akhirnya memekerjakan Muhammad SAW hingga keduanya jatuh cinta dan menikah. Sepanjang 25 tahun pernikahan mereka, Rasulullah tak mengambil istri lain.

Bahkan selepas kematian Khadijah dan menikahi sejumlah perempuan lainnya, seperti diriwayatkan penuh cemburu oleh Aisyah salah satu istrinya, Nabi Muhammad tak pernah menyintai perempuan lainnya sebesar cintanya pada Khadijah. Menurut Aisyah, Nabi selalu menyisakan bagian kambing yang ia potong untuk sahabat-sahabat Khadijah semasa hidup.

Titik presisi kediaman Khadijah, menurut Oman memang sukar dipastikan. Jika tidak masuk dalam lokasi gedung toilet, ia kemungkinan juga di tiang lampu yang dikelilingi pembatas di depan bangunan itu. “Tapi pasti di sini. Karena tempat ini lurus dengan Babussalam, tempat Kanjeng Nabi biasanya ke Ka’bah,” kata Oman menuturkan.

Namun tanpa pengakuan, apalagi dengan upaya pengaburan konteks dari Kerajaan Saudi, lokasi itu akan selamanya tersembunyi. Hanya kisah yang diturunkan dan perlahan-lahan memudar seiring waktu.

Bagi Siti Khadijah, hilangnya rumah itu tentunya tak menyusahkan. Karena dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, Jibril pernah menjanjikan yang lebih megah buat Radiallahuanha saat melihat yang bersangkutan membawakan bekal buat Rasulullah. ”Apabila ia datang kepada engkau, maka sampaikanlah salam dari Allah dan dariku kepadanya. Selain itu, beritahukan pula kepadanya bahwa rumahnya di surga terbuat dari emas dan perak, tidak ada kebisingan dan kepayahan di dalamnya”.

 

REPUBLIKA