Berlebihan dalam Beragama; Trik Iblis Menyesatkan Manusia

Cap iblis sebagai pembangkang setelah terang-terangan menolak perintah Tuhan supaya bersujud kepada Nabi Adam menjadi tantangan tersendiri bagi manusia. Sebab setelah itu, iblis memproklamirkan diri sebagai musuh utama manusia sampai hari kiamat karena permintaannya untuk hidup abadi dikabulkan. Kerjaannya tidak lain adalah menjerumuskan keturunan Adam ke dalam lembah kesesatan. Kata iblis, “Dan pasti aku akan menyesatkan mereka semua”. (QS. al Hijr: 39).

Usaha penyesatan iblis itu dilakukan dengan seribu cara, mulai dari yang halus sampai yang kasar. Salah satunya ghuluw atau berlebihan dalam beragama yang menjadi sumber sikap fanatisme. Sikap ini, apabila telah akut dalam pribadi seseorang akan menjadi virus berbahaya, apalagi fanatisme berlebihan dalam agama, dan lebih berbahaya lagi kultus individu. Apabila berlarut-larut akan mengkristal menjadi kebutaan dan ketulian sehingga yang bersangkutan menjadi individu yang tertutup dan susah untuk diajak berdialog.

Ghuluw sangat berbahaya karena menjadi model kesesatan yang sulit disembuhkan. Beda jika seseorang hanya sesat karena keliru memahami teks-teks keagamaan, ia lebih mudah diluruskan dengan penyadaran intelektual. Tapi apabila ghuluw sudah merasuki kalbu manusia menjadi sulit dikembalikan ke jalan asal keagamaannya yang “waras”. Inilah salah satu trik iblis menyesatkan manusia.

Hari ini dan kemaren, media memberitakan penyerangan terhadap ustad. Mungkin saja kasus kriminal biasa . Namun, penyebabnya yang paling mungkin karena soal materi ceramah yang disampaikan tidak sesuai dengan anutan penyerang atau aktor dibaliknya. Kalau kemungkinan kedua yang menjadi penyebabnya, maka, ini jelas sebuah kegilaan sikap beragama.

Fenomena kegilaan seperti ini jelas dilakukan oleh orang yang tidak waras dan bukan oleh orang yang waras. Benar, ini akibat ghuluw yang telah merasuki hati pelaku. Untuk itu, hal seperti ini harus diungkap seterang-terangnya karena akibatnya sangat serius. Persatuan dan solidaritas sosial-keagamaan yang selama ini terbangun dengan indah akan hancur. Dan jelas ini mengancam kesatuan dan keutuhan bangsa.

Nabi Muhammad sebagai juru selamat manusia kemudian mewanti-wanti dan memberi solusi terlepas dari perangkap ghuluw. Seperti diriwayatkan oleh Imam Muslim, beliau bersabda, “agama itu mudah, jangan berlebih-lebihan dalam agama, karena jika demikian agama yang akan menundukkanmu (menjadi fanatik)”.

Celakanya, masih banyak yang terpedaya oleh ghuluw meski Nabi telah mengingatkan. Mereka membentuk ruang-ruang pembenaran yang dipaksakan atas nama agama. Mereka menganggap mencaci, menghina, memaksa, mengintimidasi, mempersekusi, menuduh kafir dan sejenisnya sebagai pekerjaan agama yang bernilai pahala.

Lebih jauh, tentu akan berakibat pada tumbuhnya sikap intoleransi. Selanjutnya bisa ditebak, pasti kekacauan dan bahkan kekerasan pasti lahir sebagai reaksi atas perbedaan yang ada dan atas kenyataan-kenyataan sosial yang semakin berkembang. Dan itu, bila dibiarkan terus berlanjut akan menjadi petaka bagi bangsa Indonesia yang plural; agama, etnis dan golongan.

Solusinya, “Yang waras jangan mengalah”. Dalam arti terus melakukan upaya membentengi umat Islam dari virus ghuluw. Maka konsep moderasi beragama seperti digagas NU dan Muhammadiyah harus terus ditingkatkan gairahnya sebagai basis perjuangan menjaga keutuhan bangsa dari rongrongan orang-orang “gila bergama” yang mafsadatnya menjadi bom waktu dan kapan saja bisa meledak menghancurkan tatanan kedamaian di negeri ini.

ISLAM KAFFAH

Membaca Alquran Tanpa Suara, Tetap Dapat Pahala?

Sebagian umat Islam saat membaca Alquran tanpa menggerakkan bibir, serta tidak memunculkan suara. Pertanyaan, apakah hal tersebut tetap mendapat pahala?

Menjawab pertanyaan tersebut, Sekretaris lembaga Fatwa Mesir Dar al Ifta, Ahmad Mamduh menjelaskan, jika bibirnya tidak bergerak maka tidak disebut dengan membaca, melainkan hanya sebagai salah satu jenis dzikir hati, dan orang tersebut mendapatkan pahala karenanya.

Ahmad Mamduh menunjukkan bahwa bacaan Alqur’an itu perlu untuk menggerakkan bibir. Menurut Imam Syafi’I dan Maliki, kata dia, membuat jiwa terdengar itu hanya sebagian dari menggerakkan bibir.

Ahmad Mamduh mencontohkan dalam sebuah video di saluran Dar Al Ifta di YouTube, bahwa bacaan Alqur’an seseorang minimum adalah menggerakkan bibirnya. Dia menjelaskan bahwa membaca Alqur’an di hati atau dzikir di hati tidak berlaku dalam hadits nabi berikut ini.

Rasulullah Saw bersabda,

من قرأ حرفًا من كتابِ اللهِ فله به حسنةٌ، والحسنةُ بعشرِ أمثالِها لا أقولُ (الـم) حرفٌ ولكنْ (ألفٌ) حرفٌ و(لامٌ) حرفٌ و(ميمٌ) حرفٌ

“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Alqur’an maka baginya satu kebaikan, dan kebaikan itu akan dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan bahwa ألم (alif laam mim) itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.”

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang yang membaca Alqur’an tanpa bersuara tidak disebut dengan membaca Alqur’an, tapi hanya sekadar berzikir dalam hati atau tafakkur, dan itu tak diganjar dengan pahala baca yang bertingkat-tingkat dari tingkatan 10 kebaikan setiap hurufnya.

KHAZANAH REPUBLIKA

Islam Memberikan Kemudahan Beribadah, Ini Penjelasannya

Kemudahan dalam beribadah untuk memberikan keringanan pada hamba

Dalam syariat Islam, ibadah merupakan ketundukan atau ketaatan seorang hamba secara khusus kepada Allah SWT. Setiap keutamaan dari ibadah yang ditaklifkan kepada umat Islam pasti akan kembali kepada sang pelaku ibadah itu sendiri. 

Namun, Allah sama sekali tidak ingin membebani para hamba-Nya dengan tugas-tugas ibadah tersebut. Sebaliknya, Allah menginginkan keutamaan ibadah yang terkandung di dalamnya bisa kembali kepada hamba-Nya tanpa membuat sang hamba merasakan kepayahan.

Nabi Muhammad SAW juga telah mengingatkan kepada para sahabatnya untuk tidak terlalu memaksakan dalam melaksanakan ibadah. Hal ini disampaikan Nabi kepada salah satu sahabatnya yang bernama Abdullah bin Amr bin Al Ash. 

Dikutip dari buletin Tanwirul Afkar terbitan Ma’had Aly Sukorejo, Abdullah bin Amr bin Al Ash dikenal sebagai ahli ibadah. Namun, diceritakan bahwa dia sangat menyesal ketika usianya telah lanjut. Bagaimana tidak, ketika dia masih muda, Rasulullah SAW telah memberikan berbagai macam keringanan dalam beribadah kepadanya namun dia tolak.

Suatu saat Nabi SAW. bertanya kepadanya: “Benarkah kamu selalu berpuasa di siang hari dan tidak pernah berbuka?” ‘Abdullah menjawab, “Benar, wahai Rasulullah.” Nabi pun memberi saran, “Cukuplah berpuasa tiga hari dalam sebulan.”

Merasa masih muda dan memiliki kemampuan, dia pun menanggapi saran Nabi: “Aku sanggup melakukan lebih banyak dari itu.”

Kemudian Nabi SAW memberikan saran yang lebih ringan lagi, “Kalau begitu, kamu cukup berpuasa dua hari dalam seminggu.” Lagi-lagi Abdullah menjawab: “Aku sanggup lebih banyak lagi.” 

Rasulullah kembali berkata, “Kalau begitu, lakukanlah puasa yang lebih utama, yaitu puasa Nabi Daud (puasa sehari lalu berbuka sehari).” 

Setelah diam sejenak, Nabi kembali bertanya, “Benarkah kamu membaca Alquran sepanjang malam sampai tidak tidur?” Abdullah menjawab, “Benar, wahai Rasulullah.” 

Rasulullah menimpali, “Perbuatanmu itu baik sekali. Tetapi aku khawatir kamu akan jenuh membaca Alquran, terutama bila kamu telah tua nanti.” 

Nabi memberi saran, “Sebaiknya kamu membaca Alquran sampai khatam selama satu bulan. Kalau kamu bisa lebih cepat, khatam dalam sepuluh hari. Dan kalau bisa lebih cepat lagi, khatam dalam tiga hari.” Abdullah diam dan berusaha memahami saran-saran Nabi tersebut. 

Tak lama kemudian, Rasulullah SAW pun mencontohkan dirinya sendiri, “Aku berpuasa dan berbuka. Aku sholat dan tidur. Aku menikahi perempuan. Ketahuilah, tubuhmu juga punya hak untuk istirahat. Maka siapa yang tidak suka sunahku, tidak akan termasuk dalam golongan umatku.” 

Abdullah baru menyadari saran-saran dari Rasulullah tersebut ketika usianya sudah mulai lanjut dan tulang-tulangnya mulai renta, sampai dia kesulitan mempertahankan kesetiaannya pada amal-amalnya saat muda dahulu, dan dia berkata, “Andai saja dahulu aku terima kemudahan-kemudahan dari Rasulullah SAW.” 

Jika kita telusuri lebih jauh, sebenarnya apa yang disarankan oleh Rasulullah kepada Abdullah bin Amr bin al-Ash tersebut sejalan dengan firman Allah dalam Alquran yang mengisyaratkan bahwa alih-alih menghendaki kesukaran, Allah justru menghendaki kemudahan bagi para hamba-Nya sehingga Dia tidak membebani seseorang melebihi batas kesanggupan orang tersebut. Sebagaimana firman Allah SWT:

 لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِه وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.” (QS Al Baqarah 286)     

KHAZANAH REPUBLIKA

Rezeki Seret, Perbanyak Baca Surat Al Fatihah

Pandemi Covid-19 telah berdampak besar terhadap perekonomian masyarakat. Di masa-masa ini, sebagian masyarakat mungkin masih merasa sulit untuk mendapatkan rezeki, meskipun telah telah berusaha secara maksimal.

Karena itu, umat Islam disarankan untuk mengamalkan surat Alquran, salah satunya adalah dengan membaca surat al-Fatihah. Dengan mengamalkan surat yang disebut ummul kitab ini, rezeki umat Islam akan diberi kelancaran.

“Jika rezeki Anda terasa seret, tidak berkah dan kehidupan Anda terasa sulit dan sumpek, silahkan mengamalkan surat al-Fatihah secara istikamah,” kata Muhammad Zaairul Haq dalam buku Rahasia Keutamaan Surat Alquran terbitan Rene Islam, 2021.

Menurut Zaairul Haq, salah satu keutamaan surat al-Fatihah adalah untuk memperlancar rezeki, mendapatkan berkah, dan lain sebagainya. Adapun caranya yaitu dengan membaca surat al-Fatihah sebanyak 20 kali setiap kali selesai melaksanakan sholat fardhu.

Dalam kitab Khazinatul Asrar juga disebutkan amat banyak keutamaan surat al-Fatihah ini. Menurut Zaairul Haq, lebih dari 20 keutamaan akan didapatkan para hamba Allah yang bersedia mengamalkan dengan tata cara pengamalan tersebut.

“Di antara keutamaan itu adalah akan diluaskan rezekinya, akan mendapatkan kemudahan dalam hidup, akan diijabah doa dan hajatnya, dan lain sebagainya,” jelas Zaairul Haq.

Cara lain mengamalkan surat al-Fatihah untuk meluaska rezeki dan mempermudah setiap urusan adalah dengan bangun pada waktu sahur. Setelah itu, kemudian mengambil wudhu dan diteruskan dengan membaca surat al-Fatihah sebanyak 41 kali.

“Akan lebih baik apabila dilanjutkan dengan sholat tahajut dan sholat hajat,” katanya.

KHAZANAH REPUBLIKA

Mengapa Allah SWT Terkadang tak Kunjung Kabulkan Doa Kita?

Allah SWT menjanjikan akan mengabulkan doa yang kita panjatkan

 Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Allah SWT tak kunjung mengabulkan doa yang Anda panjatkan? 

Tentang pertanyaan ini, pernah dibahas Lembaga Fatwa Mesir Dar Al Ifta melalui jejaring resmi media sosial Facebook. 

Sebagaimana dilansir elbalad pada Jumat (24/9) anggota Lembaga Fatwa Mesir Dar Al Ifta, Syekh Mahmud Syalabi, menjelaskan sebagaimana ditegaskan dalam hadits Nabi Muhammad ﷺ:

أن الدعاء قد يغير من القدر “Sesungguhnya doa itu terkadang dapat mengubah dari takdir.” 

Jadi doa itu benar-benar bisa mengubah takdir kecuali yang diinginkan itu buruk atau jahat. Dan doa benar-benar dapat mengubah takdir menjadi baik. 

Karena itu seyogianya jangan tergesa-gesa bagi seorang manusia dalam memutuskan doa itu diterima atau tidak.  

Syekh Mahmud menekankan bagi seseorang yang berdoa itu harus memenuhi tiga hal yaitu, mengambil langkah atau berusaha terlebih dahulul, berdoa, lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT.  

Begitu juga dijelaskan Syekh Ahmad Mamduh. Dia mengatakan, Allah itu mengabulkan doa baik itu cepat atau pun lambat. Sebagaimana Allah telah berfirman:  

ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ “Berdoalah kepadaKu niscaya Aku kabulkan doamu.” (QS Gafir ayat 60).   

“Yakinlah bahwa Allah akan menjawab doamu, dan ketahuilah bahwasanya keyakinanmu dengan akan dikabulkannya doa oleh Allah SWT itu adalah syarat doa bisa diijabah. Dan kamu harus bersungguh-sungguh dalam berdoa, dan bersabar, karena Allah itu mencintai hamba yang gigih dalam berdoa lebih dari sekali.” 

Selain itu syekh Mamduh juga menyebutkan syarat untuk doa agar diijabah adalah jaga selalu makanan dan minuman yang kita konsumsi halal murni. Maksudnya jauhkan diri dari dari perkara haram sebab itu bisa menghambat terkabulnya doa. Selain itu bersihkan hati sehingga doa dapat cepat diijabah.  

Sumber: elbalad 

KHAZANAH REPUBLIKA

4 Amalan yang Bisa Melapangkan Rezeki hingga tak Terhingga

Terdapat sejumlah amalan sederhana yang bisa lapangkan rezeki

Rezeki berlimpah yang berupa kekayaan hingga kesehatan adalah dambaan bagi banyak orang. 

Setiap berdoa, baik setelah sholat atau di waktu yang lain, permohonan ini jadi salah satu yang sering diminta seorang Muslim.

Lembaga fatwa Mesir, Dar Al Ifta bahkan menjelaskan beberapa cara agar rezeki seseorang bisa bertambah. Setidaknya ada empat tips amalan yang disebut dapat membuka pintu rezeki lebih banyak lagi:

Pertama, bertakwa kepada Allah SWT

Cara pertama yang dijelaskan Dar Al Ifta, bukan dengan amalan yang dikerjakan dengan peluh seperti membaca tasbih ratusan kali. Saran pertama lembaga tersebut adalah dengan menanamkan ketakwaan dalam diri. 

Ketakwaan, seperti yang disebutkan dalam Alquran akan memberikan kemudahan bagi setiap kesulitan yang dihadapi. Allah SWT berfirman:

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ “Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.” (QS At Talaq 2).

Kedua, silaturahim

Amalan lain yang disebutkan Dar Al Ifta adalah dengan menjalin tali silaturahim. Silaturahim dikatakan bisa membuka pintu rezeki seseorang dan membuat mudah segara urusan. Rasulullah SAW Bersabda: 

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ  “Barang siapa yang ingin diperbanyak rezekinya dan dipermudah segala urusannya, maka jalinlah tali silaturahim,” (HR. Bukhari).

Ketiga, memperbanyak istighfar

Amalan lain yang mudah dilakukan tapi manfaatnya besar adalah dengan memperbanyak meminta ampun kepada Allah SWT atau beristighfar. Alquran sendiri telah menjelaskan khasiat dari memperbanyak istigfar. Allah SWT berfirman :

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا . يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

Artinya : “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Mahapengampun. niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS Nuh 10–12) 

Keempat, memperbanyak doa

Memohon kepada Allah SWT atas hajat kita terkait rezeki yang banyak tentunya adalah keharusan. Hal ini karena Allah SWT yang Maha Kaya dan Maha Pengasih dan satu-satunya tempat seorang hamba bisa menggantungkan harapan.  

Kendati demikian, ada satu doa yang dianjurkan dibaca saat menginginkan rezeki berupa harta yang banyak:

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ مُكَاتَبًا جَاءَهُ فَقَالَ إِنِّي قَدْ عَجَزْتُ عَنْ كِتَابَتِي فَأَعِنِّي قَالَ أَلَا أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ عَلَّمَنِيهِنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ كَانَ عَلَيْكَ مِثْلُ جَبَلِ صِيرٍ دَيْنًا أَدَّاهُ اللَّهُ عَنْكَ قَالَ قُلْ اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Artinya: “Dari Ali RA bahwa seorang budak mukatab (yang mengadakan perjanjian pembebasan dengan tuannya) datang kepadanya dan berkata; aku tidak mampu membayar pembebasanku, maka tolonglah aku! Ali berkata, “Maukah aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat yang telah Rasulullah SAW ajarkan kepadaku, yang seandainya engkau memiliki hutang sebesar gunung Shir niscaya Allah akan membayarkannya untukmu? Ali berkata, “Ucapkanlah:

Allaahummakfinii bihalaalika ‘an haraamik, wa aghninii bifadhlika ‘amman siwaak (Ya Allah, cukupkanlah aku dengan kehalalanMu sehingga tidak memerlukan keharaman-Mu, dan jadikanlah aku kaya sehingga tidak butuh kepada selain-Mu).” (HR Tirmidzi) 

Anggota Fatwa Dar Al Ifta Mesir, Syekh Muhammad Wissam juga menganjurkan untuk membiasakan membaca:

سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم

Latin: Subhanallahu wa bihamdihi, subhanallahil Adzim

أستغفر الله العظيم

Latin: Astagfirullahal Adzim

Menurutnya, dua kalimat itu dibaca sebanyak 100 kali antara adzan subuh dan iqamah. Amalan ini akan membantu membuka pintu rezeki seseorang. Alkhaledi kurnialam

Sumber:elbalad  

KHAZANAH REPUBLIKA

Khutbah Panjang Sayyidina Ali yang Tanpa Huruf Alif

 Sayyidin Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah keempat yang berkuasa dalam sejarah awal Islam. Secara silsilah, Sayyidina Ali merupakan sepupu dari Nabi Muhammad SAw. Pernikahannya dengan Fatimah az-Zahra juga menjadikannya sebagai menantu Rasulullah.

Selama hidupnya, Sayyidina Ali juga kerap menyampaikan pesan atau nasihat kepada umat Islam. Namun, uniknya Sayyidina juga pernah menyampaikan sebuah khutbah cukup panjang, yang di dalamnya tidak terdapat satu pun huruf alif.

Dalam potongan khutbah yang fenomenal ini memang tidak menyampaikan pesan khusus. Akan tetapi, nilai sastra dalam khutbah Sayyidina Ali sangat luar biasa. Dalam ilmu sastra bahasa Arab, susunan kalimat dalam khutbah Sayyidina Ali ini disebut “badi’ hadzf” atau suatu kalimat yang penyusunnya berkomitmen untuk tidak menggunakan huruf tertentu.

Berikut kutipan khutbah Sayyidina Ali:

حَمِدْتُ مَنْ عَظُمَتْ مِنَّتُهُ وَسَبَغَتْ نِعْمَتُهُ وَتَمَّتْ كَلِمَتُهُ وَنَفَذَتْ مَشِيَّتُهُ وَبَلَغَتْ حُجَّتُهُ وَعَدَلَتْ قَضِيَّتُهُ وَسَبَقَتْ غَضَبَهُ رَحْمَتُهُ حَمِدْتُهُ حَمْدَ مُقِرٍّ بِرُبُوبِيَّتِهِ مُتَخَضِّعٍ لِعُبُودِيَّتِهِ مُتَنَصِّلٍ مِنْ خَطِيئَتِهِ مُعْتَرِفٍ بِتَوْحِيدِهِ مُسْتَعِيذٍ مِنْ وَعِيدِهِ مُؤَمِّلٍ مِنْ رَبِّهِ مَغْفِرَةً تُنْجِيهِ يَوْمَ يَشْغَلُ كُلٌّ عَنْ فَصِيلَتِهِ وَبَنِيهِ وَشَهِدْتُ لَهُ شُهُودَ عَبْدٍ مُخْلِصٍ مُوقِنٍ ، وَفَرَّدْتُهُ تَفْرِيدَ مُؤْمِنٍ مُتَيَقِّنٍ، وَوَحَّدْتُهُ تَوْحِيدَ عَبْدٍ مُذْعِنٍ لَيْسَ لَهُ شَرِيكٌ فِي مُلْكِهِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ فِي صُنْعِهِ، جَلَّ عَنْ مُشِيرٍ وَوَزِيرٍ وَعَوْنٍ وَمُعِينٍ وَنَظِيرٍ عَلِمَ فَسَتَرَ وَبَطَنَ فَخَبَرَ وَمَلَكَ فَقَهَرَ وَعُصِيَ فَغَفَرَ وَعُبِدَ فَشَكَرَ وَحَكَمَ فَعَدَلَ وَتَكَرَّمَ وَتَفَضَّلََ لمْ يَزَلْ وَلَنْ يَزُولَ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْ‏ءٌ وَهُوَبَعْدَ كُلِّ شَيْ‏ءٍ ، رَبٌّ مُتَعَزِّزٌ بِعِزَّتِهِ مُتَمَكِّنٌ بِقُوَّتِهِ مُتَقَدِّسٌ بِعُلُوِّهِ مُتَكَبِّرٌ بِسُمُوِّهِ ، لَيْسَ يُدْرِكُهُ بَصَرٌ وَ لَمْ يُحِطْ بِهِ نَظَرٌ ، قَوِيٌّ مَنِيعٌ بَصِيرٌ سَمِيعٌ رَءُوفٌ رَحِيم عَجَزَ عَنْ وَصْفِهِ مَنْ وَصَفَهُ وَضَلَّ عَنْ نَعْتِهِ مَنْ عَرَفَهُ ، قَرُبَ فَبَعُدَ وَبَعُدَ فَقَرُبَ ، يُجِيبُ دَعْوَةَ مَنْ يَدْعُوهُ وَيَرْزُقُهُ وَيَحْبُوهُ ، ذُو لُطْفٍ خَفِيٍّ وَبَطْشٍ قَوِيٍّ وَرَحْمَةٍ مُوسَعَةٍ وَعُقُوبَةٍ مُوجِعَةٍ ، رَحْمَتُهُ جَنَّةٌ عَرِيضَةٌ مُونِقَةٌ ، وَعُقُوبَتُهُ جَحِيمٌ مَمْدُودَةٌ مُوبِقَةٌ

“Aku memuji Dzat yang anugerah-Nya agung, nikmat-Nya sempurna, Kalimat-Nya purna, dan kehendak-Nya selalu terjadi. Dzat yang bukti-bukti-Nya nyata, keputusan-Nya adil, dan Dzat yang rahmat-Nya selalu mendahului murka-Nya. Aku memuji-Nya dengan pujian orang yang mengakui ketuhanan-Nya, yang tunduk karena kehambannya, yang meminta maaf katena kesalahannya, yang mengakui ketauhidan-Nya, yang berlindung dari ancaman-Nya, serta memuji seperti orang yang senantiasa mengharap ampunan-Nya pada hari di mana semua orang tidak peduli kepada keluarga dan anaknya.

Dan aku bersaksi untuk-Nya sebagaimana kesaksian seorang hamba yang ikhlas dan yakin. Mengesakan-Nya sebagaimana pengesaan orang beriman nan mantap. Serta mentauhidkan-Nya sebagaimana tauhid hamba yang taat. Dia tak memiliki sekutu di kerajaan-Nya, serta tidak memiliki pembantu dalam ciptaan-Nya.

Maha agung Dia dari segala penunjuk, wazir, pertolongan, pembantu, serta sekutu. Ia mengetahui namun Ia menutup Dzat-Nya. Ia tersimpan namun Ia menunjukkan. Ia menguasai lalu Ia perkasa. Ia didurhakai namun Ia memaafkan. Ia disembah namun Ia menerima syukur. Ia memutuskan namun Ia tetap adil. Ia mulia dan Ia tetap memberi anugerah. Dia tidak sirna dan tidak akan sirna. Tidak ada yang menyerupai-Nya.

Dia akan tetap ada setelah segala sesuatu sirna. Dia adalah Tuhan yang mulia karena memang Dia mulia. Dia Maha Mampu dengan kekuatan-Nya. Maha Suci karena keluhuran-Nya. Maha Sombong karena kebesaran-Nya. Tidak ada penglihatan yang bisa mengetahuinya. Tidak pula pandangan mampu meliputinya. Dia Maha Kuat, Maha Mencegah, Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang.

Orang yang mendeskripsikannya akan kesulitan menjelaskan. Dan orang yang mengetahuinya akan tersesat dari sifatnya. Dia dekat namun jauh dan ia jauh namun dekat. Dia mengabulkan sesiapa yang berdoa; Dia memberinya rizki dan menganugerahkannya nikmat. Dia memiliki kelembutan yang samar, namun siksa yang juga besar. Dia memilki rahmat yang luas namun juga memliki siksa yang menyakitkan. Rahmatnya adalah surga yang lebar dan indah, siksanya adalah neraka yang panjang dan merusak.”

IHRAM

Mengapa Malaikat Selalu Taat Kepada Allah?

Di dalam Al-Quran, Allah menegaskan dalam banyak ayat bahwa para malaikat adalah para hamba-Nya yang mulia. Mereka senantiasa mengikuti perintah-Nya, selalu taat dan tidak pernah maksiat kepada-Nya. Mereka hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah.

Ini sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Anbiya’ ayat 26-27 berikut;

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمٰنُ وَلَدًا سُبْحٰنَهٗ بَلْ عِبَادٌ مُّكْرَمُوْنَ لَا يَسْبِقُوْنَهٗ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِاَمْرِهٖ يَعْمَلُوْنَ

Dan mereka berkataTuhan Yang Maha Pengasih telah menjadikan (malaikat) sebagai anak. Mahasuci Dia. Sebenarnya mereka (para malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka tidak berbicara mendahului-Nya dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.

Juga dalam surah Al-Tahrim ayat 6, Allah berfirman sebagai berikut;

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Para ulama telah menjelaskan mengenai sebab mengapa para malaikat selalu taat kepada Allah dan tidak pernah maksiat kepada-Nya. Salah satu sebabnya adalah karena para malaikat hanya dibekali akal semata, dan tidak dibekali syahwat. Para malaikat tidak memiliki syahwat sehingga tidak ada potensi di dalam diri mereka untuk bermaksiat kepada Allah.

Ini berbeda dengan manusia. Selain dibekali akal, manusia juga dibekali syahwat. Sehingga selain berpotensi melakukan taat dengan akalnya, manusia juga berpotensi melakukan maksiat dengan syahwatnya.

Ini sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab Thariq Al-Hijratain berikut;

فإن الله سبحانه خلق خلقَه أطواراً ، فخلق الملائكة عقولاً لا شهوات لها ولا طبيعة تتقاضى منها خلاف ما يراد من مادة نورية لا تقتضي شيئاً من الآثار والطبائع المذمومة

Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk-Nya dalam bentuk yang bermacam-macam. Dia menciptakan malaikat dengan dibekali akal dan tidak dibekali syahwat dan watak yang memungkinkan menyelisihi maksud tujuan mereka yang diciptakan dari cahaya yang tidak mungkin memiliki tabiat-tabiat yang tercela.

Dalam kitab Majmu Al-Fatwa, Ibnu Taimiyah menyebutkan sebagai berikut;

خُلقَ للملائكة عقولٌ بلا شهوة وخُلق للبهائم شهوة بلا عقل وخُلق للإنسان عقل وشهوة فمَن غلب عقلُه شهوتَه : فهو خير من الملائكة ومَن غلبت شهوتُه عقلَه : فالبهائم خير منه

Diciptakan untuk malaikat akal tanpa syahwat, dan diciptakan untuk hewan syahwat tanpa akal, serta diciptakan untuk manusia akal dan syahwat. Siapa saja yang mendayagunakan akalnya dibanding syahwatnya, maka dia lebih baik dari malaikat, dan siapa saja yang mendayagunakan syahwatnya dibanding akalnya, maka hewan lebih baik darinya.

BINCANG SYARIAH

Mengapa Allah Menciptakan Malaikat?

Di antara makhluk ciptaan Allah yang wajib diimani keberadaannya adalah para malaikat. Malaikat adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dari cahaya, tidak makan dan tidak minum, dan mereka senantiasa taat melakukan segala yang diperintahkan oleh kepada mereka. Berdasarkan ayat-ayat Al-Quran, setidaknya ada tiga alasan mengapa Allah menciptakan para malaikat ini.

Di antara tujuan mengapa Allah menciptakan malaikat itu pertama, untuk beribadah kepada Allah, bersujud dan bertasbih kepada-Nya, dan mengagungkan-Nya. Ini sebagaimana disebutkan dalam surah Al-A’raf ayat 206 berikut;

اِنَّ الَّذِيْنَ عِنْدَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِهٖ وَيُسَبِّحُوْنَهٗ وَلَهٗ يَسْجُدُوْنَ

Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nyalah mereka bersujud.
Kedua, menjalankan perintah Allah untuk mengurus makhluk-makhluk-Nya. Misalnya, malaikat Hamalatul ‘Arsy yang bertugas memikul ‘Arsy. Jumlah malaikat Hamalatul ‘Arsy adalah delapan. Ini sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Haqqah ayat 17 berikut;

وَالْمَلَكُ عَلَىٰ أَرْجَائِهَا ۚوَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ

Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas mereka.

Selain malaikat Hamalatul ‘Arsy, terdapat beberapa malaikat yang mendapatkan tugas mengurus makhluk-makhluk Allah yang lain. Misalnya, Malaikat Ridhwan yang bertugas menjaga surga, Malaikat Malik yang bertugas menjaga neraka, dan lainnya.

Ketiga, menjalankan perintah Allah untuk mengurus manusia secara khusus. Misalnya, Malaikat Maut yang bertugas mencabut ruh manusia, Malaikat Rokib dan Atid yang bertugas mencatat amal baik dan buruk manusia, dan para malaikat yang bertugas mendoakan ampunan untuk orang-orang beriman.

Para malaikat yang bertugas mendoakan ampunan atas orang-orang beriman sebagaimana disebutkan dalam surah Ghafir ayat 7 berikut;

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

Para malaikat yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhan mereka dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan); Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala.

BINCANG SYARIAH

Memperingatkan Neraka, tapi Malah Masuk Neraka

“Ada duta anti-korupsi, malah dia korupsi. Ada duta anti-narkoba, malah pengguna dan pengedar narkoba. Semoga kita yang memperingatkan dari masuk neraka, tidak masuk neraka kelak. Terlihat alim di depan manusia, tapi banyak bermaksiat saat sendiri. Wal ‘iyadzu billah.”

Kaum muslimin dan para aktivis dakwah yang semoga dimuliakan oleh Allah. Semoga kita tidak termasuk yang sering memperingatkan manusia akan neraka, akan tetapi kita sendiri yang masuk neraka. Kita banyak menasihati orang lain, tetapi malah kita sendiri yang melanggarnya. Wal ‘iyadzu billah.

Allah Ta’ala berfirman,

أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَٰبَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Al-Quran)?  Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. al-Baqarah: 43)

Adakah yang demikian? Jawabannya, ada. Sebagaimana hadis tentang orang yang selalu melakukan amal ahli surga, tetapi di akhir hayatnya justru ia masuk neraka dengan su-ul khatimah.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞَ ﻟَﻴَﻌْﻤَﻞُ ﻋَﻤَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﻳَﺒْﺪُﻭ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻭَﻫُﻮَ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭ

“Sesungguhnya seseorang benar-benar melakukan amalan surga – menurut yang tampak bagi masyarakat – padahal ia termasuk penduduk neraka.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Mengapa bisa demikian? Ibnul Qayyim Rahimahullah menjelaskan alasannya dikarenakan hal buruk  yang tersembunyi dalam hatinya. Dia selama ini menyembunyikan keburukan dan ia tidak sabar beramal sampai sempurna. Beliau Rahimahullah berkata,

قال ابن القيم رحمه الله في “الفوائد” ص 163: لما كان العمل بآخره وخاتمته ، لم يصبر هذا العامل على عمله حتى يتم له ، بل كان فيه آفة كامنة ونكتة خُذل بها في آخر عمره

“Karena amal itu dilihat dari penutupnya. Dia tidak sabar mengamalkan sampai sempurna, bahkan ada yang tersembunyi berupa penyakit hati dan noda yang nampak pada akhit hayatnya.” (al-Fawaid, hal. 163)

Semoga Allah menjaga kita dari hal seperti ini karena ancamannya sangat keras. Dalam hadis disebutkan bahwa manusia yang pertama kali diadili oleh Allah pada hari kiamat salah satunya adalah orang yang mengajarkan agama dan Al-Quran, tetapi tidak ikhlas. Akhirnya ia termasuk yang pertama kali masuk neraka.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ

“Dan didatangkan pula seseorang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas. Allah bertanya, ‘Apa yang telah kamu perbuat? ‘ Dia menjawab, ‘Saya telah belajar ilmu dan mengajarkannya, saya juga membaca Al Qur’an demi Engkau.’ Allah berfirman, ‘Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Qur’an agar dikatakan seorang yang mahir dalam membaca. Dan kini kamu telah dikatakan seperti itu. Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim no. 3527)

Ada beberapa sebab mengapa hal ini bisa terjadi. Akan kami sebutkan beberapa saja dan semoga Allah menjaga kita dari hal ini. Beberapa sebabnya antara lain sebagai berikut:

1. Berdakwah tanpa ilmu

2. Tidak ikhlas dan menginginkan dunia

3. Ingin ketenaran dan pujian manusia

4. Banyak bermaksiat tatkala sendiri

Berikut ini penjelasannya.

Pertama, berdakwah tanpa ilmu

Berdakwah tanpa ilmu sangat berbahaya karena mendahului Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ سَمِيعٌ عَلِيمُُ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Hujuraat: 1)

Sebagian ulama menjelaskan bahwa ada dosa yang lebih besar dari dosa kesyirikan, yaitu berkata-kata atas nama Allah tanpa ilmu. Hal ini didasarkan pada firman Allah Ta’ala,

قُلْ إنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Katakanlah, ‘Rabbku hanya mengharamkan: (1) perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi; (2) perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan); (3) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan); (4) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu).” (QS. Al A’raf: 33)

Mengapa dosanya di atas dosa kesyirikan? Karena dosa syirik sumbernya adalah berkata-kata atas nama Allah tanpa ilmu.

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata menjelaskan ayat ini,

فرتب المحرمات أربع مراتب، وبدأ بأسهلها وهو الفواحش، ثم ثنى بما هو أشد تحريما منه وهو الإثم والظلم، ثم ثلث بما هو أعظم تحريما منهما وهو الشرك به سبحانه، ثم ربع بما هو أشد تحريما من ذلك كله وهو القول عليه بلا علم، وهذا يعم القول عليه سبحانه بلا علم في أسمائه وصفاته وأفعاله وفي دينه وشرعه

“Allah mengurutkan keharaman menjadi empat tingkatan. Allah memulai dengan menyebutkan tingkatan dosa yang lebih ringan yaitu al fawaahisy (perbuatan keji). Kemudian Allah menyebutkan keharaman yang lebih dari itu, yaitu melanggar hak manusia tanpa jalan yang benar. Kemudian Allah beralih lagi menyebutkan dosa yang lebih besar lagi, yaitu berbuat syirik kepada Allah. Lalu terakhir Allah menyebutkan dosa yang lebih besar dari itu semua, yaitu berbicara tentang Allah tanpa ilmu. Larangan berbicara tentang Allah tanpa ilmu ini mencakup berbicara tentang nama dan shifat Allah, perbuatan-Nya, agama, dan syari’at-Nya.” (I’lamul Muwaqqi’in, hal. 31, Dar Kutubil ‘Ilmiyah)

Kedua, tidak ikhlas dan menginginkan dunia

Sebagaimana hadis yang kita bawakan sebelumnya, ia menjadi orang pertama yang dicampakkan ke dalam neraka karena tidak ikhlas kepada Allah.

Rasa ikhlas harus senantiasa kita perhatikan. Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah mengatakan,

ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي ؛ لأنها تتقلب علي

“Tidaklah aku berusaha untuk mengobati sesuatu yang lebih berat daripada meluruskan niatku, karena niat itu senantiasa berbolak-balik.” (Jami’ Al-‘ulum wal hikam, hal. 18, Darul Aqidah)

Ketiga, ingin ketenaran dan pujian manusia

Para aktivis dakwah dan dai bisa jadi terjerumus dalam hal ini.

Asy-Syathibi Rahimahullah berkata,

آخر الأشياء نزولا من قلوب الصالحين : حب السلطة والتصدر

“Hal yang paling terakhir luntur dari hati orang-orang salih adalah cinta kekuasaan dan cinta eksistensi (popularitas).” (Al-I’tisham, karya Asy-Syatibiy)

Keempat, banyak bermaksiat tatkala sendiri

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ﺃَﻣَﺎ ﺇِﻧَّﻬُﻢْ ﺇِﺧْﻮَﺍﻧُﻜُﻢْ ﻭَﻣِﻦْ ﺟِﻠْﺪَﺗِﻜُﻢْ ﻭَﻳَﺄْﺧُﺬُﻭﻥَ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻛَﻤَﺎ ﺗَﺄْﺧُﺬُﻭﻥَ ﻭَﻟَﻜِﻨَّﻬُﻢْ ﺃَﻗْﻮَﺍﻡٌ ﺇِﺫَﺍ ﺧَﻠَﻮْﺍ ﺑِﻤَﺤَﺎﺭِﻡِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻧْﺘَﻬَﻜُﻮﻫَﺎ

“Sesungguhnya mereka adalah saudara kalian dan dari golongan kalian. Mereka salat malam sebagaimana kalian. Akan tetapi, mereka adalah kaum yang jika bersendirian, mereka menerjang hal yang diharamkan Allah.” (HR. Ibnu Majah, sahih)

Semoga Allah menjaga ketakwaan kita di saat sendiri. Tidak lupa kita juga memperbanyak melakukan amal kebaikan saat sendiri, seperti sedekah sembunyi-sembunyi, salat sunnah, salat malam, dan lain-lainnya.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ

“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup, dan yang suka menyembunyikan amalannya.” (HR. Muslim)

Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ خَبْءٌ مِنْ عَمَلٍ صَالِحٍ فَلْيَفْعَلْ

“Barang siapa di antara kalian yang mampu untuk memiliki amal salih yang tersembunyi, maka lakukanlah.” (Lihat As-Shahihah, no. 2313)

Seorang ulama, Salamah bin Dinar Rahimahullah berkata,

اُكْتُمْ مِنْ حَسَنَاتِكَ كَمَا تَكْتُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكَ

“Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu, sebagaimana Engkau menyembunyikan keburukan-keburukanmu.” (Hilyah auliya, no. 12938)

Demikian, semoga bemanfaat.

***

Penulis: Raehanul Bahraen

Sumber: https://muslim.or.id/68893-memperingatkan-neraka-tapi-malah-masuk-neraka.html