Orang-orang yang Celaka dalam Alquran

ADA beberapa kelompok yang disebut celaka dalam Alquran. Beberapa kali Allah menggunakan kata “Celaka !” bagi tipe-tipe manusia tersebut.

Siapa saja mereka?

1.Yahudi

“Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri), kemudian berkata, “Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah mereka, karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat.”(Al-Baqarah 79)

2.Musyrik

“Dan celakalah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya), (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka ingkar terhadap kehidupan akhirat.”(Fussilat 6-7)

3.Kafir

“Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka celakalah orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang agung!”(Maryam 37)

4.Pembohong

“Celakalah bagi setiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa.”(Al-Jatsiyah 7)

5.Pendusta Agama

“Maka celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.”(At-Thur 11)

“Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan (kebenaran).”(Al-Mursalat 15, 19,24,28,34,37,40,45,47,49)

*Kata “Celaka bagi mereka yang mendustakan (kebenaran)” disebut 10x dalam surat Al-Mursalat

6.Berhati Keras

“Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.”(Az-Zumar 22)

7.Pengumpat

“Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela.”(Al-Humazah 1)

8.Lalai Terhadap Waktu Salat

“Maka celakalah orang yang salat. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap (waktu) salatnya”(Al-Maun 4)

9.Mengurangi Timbangan

“Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)!”(Al-Muthoffifin 1). [khazanahalquran]

 

MOZAIK

Inilah 8 Keutamaan Hari Jumat yang Masih Jarang Diketahui Banyak Orang

Di dalam ajaran Islam, semua hari adalah baik. Namun, ada satu hari yang yang mempunyai kemuliaan dan keutamaan tersendiridi antara 7 hari yang ada dalam satu pekan,karena di hari itu juga memiliki nilai historis dalam sejarah islam.

Ya, hari tersebut adalah hari Jum’at, yang menurut kalender hijriah, jum’at adalah hari yang keenam dalam satu pekan.

Kata Jumat berasal dari Bahasa Arab – Jumu’ah – yang berarti berkumpul, karena pada hari itu semua orang islam yang laki-laki akan berkumpul ketika sholat jum’at.

Hari Jumat mempunyai beberapa keutamaan dibandingkan dengan hari-hari lainnya karena berbagai hal, sedikitnya ada 8 keistimewaannya seperti di bawah ini seperti dikutip dari kabarmakkah.com.

1. Hari Jum’at adalah Sebaik-baik Hari.

Dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW beliau bersabda:

“Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya (hari cerah) adalah hari Jum’at, (karena) pada hari ini Adam diciptakan, hari ini pula Adam dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan darinya, dan tidaklah akan datang hari kiamat kecuali pada hari Jum’at.” (HR Muslim).


2. Di Hari Jumat Terdapat Waktu Yang Mustajab untuk Berdo’a.

Abu Hurairah berkata Rasulullah SAW bersabda:

Sesungguhnya di hari Jum’at terdapat satu waktu yang mustajab bila seorang hamba muslim melaksanakan shalat dan memohon sesuatu kepada Allah pada waktu itu, niscaya Allah akan mengabulkannya. Rasulullah SAW mengisyaratkan dengan tangannya menggambarkan sedikitnya waktu itu” (HR. Muttafaq Alaih)

Seorang ulama’ ternama, Ibnu Qayyim Al Jauziah mengatakan bahwa waktu yang mustajab itu ada versi, sebagaimana ditunjukan dalam banyak hadits yang shohih, pertama saat duduknya khatib sampai selesainya shalat. Kedua, sesudah Ashar, dan ini adalah pendapat yang terkuat dari dua pendapat tadi” (Zaadul Ma’ad Jilid I/389-390).

3. Shodaqoh Di Hari Jumat Lebih Utama Dibanding Hari Lainnya

Ibnu Qayyim menambahkan: “Sadekah pada hari itu dibandingkan dengan sedekah pada enam hari lainnya ibarat sadekah pada bulan Ramadhan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.

4. Hari Diturunkannya Ampunan

Salman Al Farisi berkata, Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang mandi pada hari Jum’at, bersuci sesuai kemampuan, merapikan rambutnya, mengoleskan parfum, lalu berangkat ke masjid, dan masuk masjid tanpa melangkahi diantara dua orang untuk dilewatinya, kemudian shalat sesuai tuntunan dan diam tatkala imam berkhutbah, niscaya diampuni dosa-dosanya di antara dua Jum’at”. (HR. Bukhari).

5. Jalannya Orang yang Shalat Jum’at adalah Pahala

Aus bin Aus berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Siapa yang mandi pada hari Jum’at, kemudian bersegera berangkat menuju masjid, dan menempati shof terdepan kemudian dia diam, maka setiap langkah yang dia ayunkan setara dengan pahala puasa dan shalat selama satu tahun, dan itu adalah hal yang mudah bagi Allah”. (HR. Ahmad dan Ashabus Sunan, dinyatakan shahih oleh Ibnu Khuzaimah).


6. Hari Tatkala Allah SWT Menampakkan Diri Pada hamba-Nya yang Beriman di Surga

Sahabat Anas bin Malik ketika mengomentari ayat: – Dan Kami memiliki pertambahannya – (QS.50:35) mengatakan:

“Allah menampakkan diri pada mereka setiap hari Jum’at”.

7. Hari Besar Islam Yang Berulang Setiap Pekan

Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda:

“Hari ini adalah hari besar yang Allah tetapkan bagi umat Islam, maka siapa yang hendak menghadiri shalat Jum\at hendaklah mandi terlebih dahulu.” (HR. Ibnu Majah).

8. Orang Islam Yang Wafat di Malam atau Hari Jum’at Insyaallah Khusnul Khatimah

Diriwayatkan oleh Ibnu Amru, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Setiap muslim yang mati pada siang hari Jum’at atau malamnya, niscaya Allah akan menyelamatkannya dari fitnah kubur”. (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

 

 

TRIBUN JABAR

Khatib Jumat Diminta Sampaikan Kondisi Miris Masjid Al-Aqsha

Khatib shalat Jumat  diharapkan menyampaikan informasi terbaru kepada jamaah tentang kondisi Masjid Al-Aqsa di Palestina yang hari ini mengalami kondisi yang miris. Sebagaimana diketahui, sejak beberapa hari terakhir Masjid Al-Aqsa telah ditutup oleh penjajah Israel.

Hal tersebut disampaikan Sekjend Pengurus Wilayah Badan Koordinasi Mubaligh Indonesia (PW Bakomubin) Provinsi  Aceh, Teuku Zulkhairi MA.  Menurut Zulkhairi, Masjid Al-Aqsa merupakan salah satu simbol terpenting peradaban umat Islam. Masjid ini merupakan kiblat pertama umat Islam, juga disebut dalam Alquran sebagai tempat di mana Nabi Muhammad SAW  memulai perjalanan Mi’raj untuk menerima kewajiban shalat sehari semalam lima waktu bagi umat Islam.

“Oleh sebab itu, kata Zulkhairi, sangat layak dan bahkan merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk peduli pada kemuliaan Al-Aqsa,” kata Zulkhairi dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (20/7).

Sementara hari ini, kata Zulkhairi,  kabar terakhir dari berbagai sumber, kondisinya sangat miris sekali. Bahkan untuk shalat  Jumat  di Al-Aqsa saja umat Islam di Gaza dilarang oleh Israel. Begitu juga azan turut dilarang untuk dikumandangkan. Ini kondisi paling buruk bagi Al-Aqsa sejak puluhan terakhir, yaitu sejak terakhir kali Israel menutup masjid ini pada tahun 1967.

“Ini merupakan penghinaan paling berat Israel kepada umat Islam saat di mana kita menyaksikan dunia Islam sedang berpecah belah sehingga tidak mampu mencegah Israel dari kebiadabannya menghina Masjid Al-Aqsha dan seluruh umat Islam, “ ujar mahasiswa Program Doktor UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.

Dengan penyampaikan informasi tentang Al-Aqsa kepada jamaah, kata Zulkhairi lagi, diharapkan umat Islam sadar dan memahami tanggung jawab besar di pundak mereka untuk membantu keselamatan Masjid Al-Aqsa. “Sebab, kondisi miris Masjid Al-Aqsa hari ini menandakan bahwa umat Islam saat ini berada di puncak kelemahannya,” tuturnya.

Oleh sebab itu, peran khatib untuk menyampaikan kondisi ini kepada umat sangat diharapkan. “Bagi masyarakat biasa membantu dengan cara mendoakan agar penjajah Israel segera hengkang dari bumi Palestina. Sementara bagi pejabat atau politisi dan siapa saja yang memiliki kekuasaan agar melakukan upaya diplomasi-diplomasi untuk meminta dunia internasional agar memaksa Israel menghentikan provokasi mereka di Masjid Al-Aqsa, “ pungkas Zulkhairi.

 

REPUBLIKA

4 Manfaat Berbuat Baik

Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni).

Hadis di atas menunjukkan bahwa Rasullullah SAW menganjurkan umatnya selalu berbuat baik terhadap orang lain dan makhluk lainnya. Berbuat baik adalah indikator seorang Mukmin sebenarnya. Eksistensi manusia ditentukan oleh bagaimana ia bisa memberi manfaat kepada orang lain. Adakah dia berguna bagi orang lain, atau malah sebaliknya, menjadi parasit buat yang lainnya.

Setiap perbuatan yang kita tanam, maka akan kembali kepada orang yang berbuat. Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman, “Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri.” (QS Al-Isra:7)

Manfaat yang dimaksud bukan sekadar manfaat materi, tapi juga bisa berupa antara lain; pertama, baik ilmu agama maupun ilmu umum/dunia. Manusia bisa memberikan kemanfaatan kepada orang lain dengan ilmu yang dimilikinya.

Ilmu syar’i dan umum yang diajarkan kepada orang lain juga merupakan bentuk kemanfaatan tersendiri. Terlebih, jika dengan ilmu itu orang lain mendapatkan life skill (keterampilan hidup), lalu dengan life skill itu, ia mendapatkan nafkah untuk sarana ibadah dan menafkahi keluarganya.

Ilmu yang diajarkan itu kelak akan menjadi amal jariyah. Nabi SAW bersabda, “Jika seseorang meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal; sedekah jariyah, ilmu yang manfaat, dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR Muslim).

Kedua, materi (harta/kekayaan). Manusia juga bisa memberikan manfaat kepada sesamanya dengan harta/kekayaan yang ia punya. Bentuknya bisa bermacam-macam. Secara umum, mengeluarkan harta di jalan Allah (infak). Infak yang wajib adalah zakat. Dan yang sunah biasa disebut sedekah. Memberikan kemanfaatan harta juga bisa dengan pemberian hadiah kepada orang lain. Tentu, yang nilai kemanfaatannya lebih besar adalah pemberian kepada orang yang paling membutuhkan.

Ketiga, tenaga/keahlian. Manusia bisa memberikan kemanfaatan kepada orang lain dengan tenaga yang ia miliki. Misalnya, jika ada perbaikan jalan kampung, ia bisa memberikan kemanfaatan dengan ikut bergotong royong. Ketika ada pembangunan masjid, ia bisa membantu dengan tenaganya.

Keempat, sikap yang baik. Sikap yang baik kepada sesama juga termasuk kemanfaatan. Baik kemanfaatan itu terasa langsung ataupun tidak langsung. Maka Rasulullah SAW memasukkan senyum kepada orang lain sebagai sedekah, karena mengandung unsur kemanfaatan. Dengan senyum dan sikap baik kita, kita telah mendukung terciptanya lingkungan yang baik dan kondusif.

Agar hidup kita benar-benar memberi manfaat yang banyak bagi manusia, maka lakukanlah segala kebaikan itu semata-mata hanya karena mengharap ridha Allah.

 

Oleh: Bahron Ansor

REPUBLIKA

Berbuat Baik, Cara Ampuh untuk Awet Muda

Tidak perlu susah-susah melakukan perawatan wajah rutin yang mahal untuk mencegah penuaan dini. Sebab, para ilmuwan telah menemukan cara ampuh agar awet muda, yakni berbuat baik kepada sesama.

Hal tersebut dirangkum oleh David Hamilton, penulis buku The Five Side Effects Of Kindness. Doktor di bidang kimia organik itu banyak mempelajari studi yang menunjukkan bahwa berbuat baik sangat bermanfaat bagi tubuh dan psikis seseorang.

“Banyak riset telah menunjukkan bahwa memberi dan menerima kebaikan mampu meningkatkan sistem imun, membuat tubuh lebih kebal penyakit, termasuk memperlambat pembentukan kerut,” tuturnya.

Ia menjelaskan, kelompok molekul tidak stabil alias radikal bebas menghasilkan stres oksidatif yang menyebabkan reaksi fisiologis pengerasan arteri, kehilangan memori, juga penuaan. Dengan berbuat baik, tubuh menghasilkan oksitosin yang melawan radikal bebas tersebut.

Studi yang dilakukan oleh para psikolog dari University of California, juga telah membuktikan bahwa berbuat baik efektif menekan tingkat depresi. Tim tersebut mengujinya pada sekelompok orang yang diminta melakukan lima jenis kebaikan berbeda secara terus menerus selama enam pekan.

Hamilton menganjurkan untuk terlebih dulu berbuat baik kepada orang terdekat seperti pasangan dan keluarga, baru menerapkannya pada lingkungan yang lebih luas. Wujudnya bisa berupa apa saja, seperti berterima kasih, mendengarkan, memuji, memberi hadiah, menawarkan kursi bus kepada penumpang yang membutuhkan, hingga aksi sosial seperti donor darah.

“Berbuat baik adalah perekat hubungan. Bagian terhebatnya, kegiatan yang bermanfaat bagi tubuh ini amat menular, memicu orang lain untuk ikut melakukannya,” ujarnya, dilansir dari laman Daily Mail.

 

REPUBLIKA

Hasil Penelitian: Berbuat Baik Bisa Memunculkan Rasa Bahagia

Sekelompok peneliti dari Universitas Zurich, Swiss, menemukan hubungan antara aktivitas berbuat baik dengan munculnya kebahagiaan. Hasil penelitian tersebut menyatakan, orang yang melakukan perbuatan baik, dalam hal ini digambarkan dengan kegiatan berderma atau memberikan sesuatu kepada orang lain, memiliki kecenderungan untuk lebih mudah merasakan bahagia.

Penelitian tersebut dilakukan terhadap 50 orang, yang mendapatkan jatah uang sebesar 25 franc swiss setiap pekan dalam beberapa bulan. 50 orang itu kemudian dibagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama diminta untuk memberikan uang tersebut kepada orang lain, bisa dalam bentuk hadiah ataupun makan malam gratis.

Sementara kelompok kedua diinstruksikan untuk menghabiskan uang tersebut guna kepentingan dirinya sendiri. Hasil scan otak, yang dilakukan terhadap dua kelompok besar, itu pun berbeda. Kegiatan berbuat baik terhadap orang lain itu mengaktifkan neuron di otak, temporo-parietal junction (TPJ).

TPJ inilah akhirnya ikut mengaktifkan neurons di ventral striatum, atau bagian otak yang diasosiasikan dengan munculnya kebahagiaan atau rasa bahagia. ”Pada kelompok pertama, yang diminta untuk berbuat baik kepada orang lain, neuron-neuron ini begitu aktif,” tulis hasil penelitian tersebut, seperti dikutip The Independent, Selasa (17/7).

Tingkat kebahagiaan ini juga diukur secara subjektif, sebelum dan sesudah masa penelitian. Para peneliti pun menemukan, kelompok pertama memiliki kecenderungan untuk berbuat baik ketimbang kelompok kedua. Kelompok pertama juga mengaku lebih bahagia sesudah mengikuti penelitian tersebut. Data lain juga menunjukan, saat orang berbuat baik kepada orang lain, maka area otak yang berkaitan dengan apresiasi, kebahagian, dan rasa empati, menjadi lebih aktif.

Dalam keterangannya, kelompok peneliti itu menambahkan, janji untuk melakukan perbuatan baik juga menjadi dasar yang cukup kuat dan pendorong orang untuk berbuat baik. Pun dengan kebahagiaan yang mereka rasakan pasca perbuatan tersebut. ”Studi kami memberikan bukti, ada hubungan antara perilaku dan saraf dan akhirnya mendukung adanya hubungan kuat antara kebaikan hati dengan rasa bahagia yang kemudian muncul,” tulis kelompok peneliti tersebut.

 

REPUBLIKA

Imam Palestina Ingatkan Umat Islam: Wajib Bebaskan Masjidil Aqsha

Imam asal Palestina Syeikh Muhammad bin Ibrahim bin Hasan Al-Iyadi mengingatkan umat Islam akan pentingnya menjaga tanah Palestina khususnya Masjidil Aqsha.

Syeikh Al-Iyadi menegaskan, Masjidil Aqsha bukan semata milik umat Islam di Palestina, tapi juga milik kaum Muslimin seluruh dunia.

“Masjidil Aqsha pastinya dan tentunya adalah milik seluruh kaum Muslimin. Maka wajib bagi kita untuk selalu menjaga Masjidil Aqsha,” ujarnya tegas dalam acara Silaturrahim Ramadhan Imam-imam Palestina ke Indonesia (Siraman Manis) 1438 H di Masjid Ummul Quraa, Kalimulya, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Ahad (28/05/2017).

Syeikh asli Palestina yang telah mengungsi ke Jordania ini mengatakan, saat ini Masjidil Aqsha tengah dikuasai dan dijajah oleh orang-orang Yahudi.

Sedangkan kaum Muslimin yang akan shalat di kiblat pertama umat Islam itu dilarang oleh penjajah, terangnya, kecuali ketika para penjajah itu lagi membolehkan.

“Kalau tidak (dibolehkan), tidak (boleh shalat),” tekannya.

Lantas apa yang diinginkan orang-orang Yahudi itu? Menurut Syeikh Al-Iyadi, mereka ingin membunuh seluruh kaum Muslimin serta mengusir seluruh orang-orang Palestina di Palestina.

“(Dan) mereka ingin menghancurkan Masjidil Aqsha, mereka selalu berusaha menguasainya,” imbuhnya.

Meski demikian, ia menegaskan, masih banyak kalangan umat Islam yang selalu berusaha menjaga Masjidil Aqsha, termasuk para Mujahidin dari Palestina. “Mereka masih berjihad untuk menjaga Masjidil Aqsha,” imbuhnya.

Di penghujung penyampaiannya, Syeikh Al-Iyadi menyampaikan apresiasinya atas kepedulian masyarakat Indonesia terhadap Palestina selama ini.

“Terima kasih kepada masyarakat Indonesia seluruhnya yang telah memberikan bantuan ke Palestina, seperti Sahabat Al-Aqsha dan Baitul Maal (Hidayatullah/BMH),” ujarnya menyebut dua lembaga yang bekerja sama menggelar acara itu.

Acara Siraman Manis 1438 H di Masjid Ummul Quraa itu dihadiri ratusan jamaah masjid dan warga sekitar. Berlangsung sejak bakda shalat shubuh berjamaah yang diimami langsung oleh Syeikh Al-Iyadi hingga sekitar pukul 16.10 WIB.

“Saya sangat bahagia sekali berada di dekat teman di Indonesia,” ujar syeikh di awal ceramahnya.

Selain di masjid itu, acara serupa digelar di tempat-tempat lain se-Jabodetabek, bahkan pulau-pulau lain di luar Jawa.

 

HIDAYATULLAH

Cukup Allah yang Jadi Pelindung dan Penolong

MEMILIH jalan kebaikan bukanlah hal yang mudah. Memilih jalan kebenaran tak akan lepas dari hambatan dan gangguan musuh.

Namun Allah swt berfirman, “Cukuplah Allah menjadi pelindung dan cukuplah Allah menjadi penolong (bagimu).”(An-Nisa 45)

Ayat ini adalah wujud penjagaan ilahi dan janji-Nya untuk memberikan rasa aman bagi hamba-hamba-Nya yang mukmin. Dan ayat-ayat yang senada dengan ayat ini begitu banyak. Ini menunjukkan bahwa Allah selalu melindungi dan menjaga.

Barangsiapa yang memilih hidup dengan menyandang kebaikan, melakukan kebaikan dan menyeru kebaikan maka tenanglah. Karena Allah tidak akan menelantarkan hamba-hamba-Nya yang mengikuti jalan kebenaran.

“Dan cukuplah Allah yang Maha Mengetahui.”(An-Nisa 70)

“Cukuplah Allah yang menjadi Pelindung.”(An-Nisa 81)

Seperti kisah para pengikut setia Rasulullah saw yang diancam oleh musuh-musuh Allah. Bukannya takut, tapi iman mereka menjadi semakin kuat dan hati mereka hanya berharap pada perlindungan Allah swt.

(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya, “Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi Penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik Pelindung.”(Ali Imran 173)

Ketika mereka hanya berharap pada pertolongan Allah, maka inilah hasil yang mereka dapatkan.

“Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti keridaan Allah. Allah Mempunyai karunia yang besar.”(Ali Imran 174)

Akankah kita masih takut dengan ancaman musuh-musuh Allah setelah mendengar janji perlindungan dari Sang Pencipta?Mengapa kita masih berharap dengan perlindungan manusia dan mengabaikan pertolongan-Nya?Semoga kita termasuk orang-orang yang berada di jalan kebenaran dan hanya berharap pada pertolongan-Nya.[ ]

 

MOZAIK

Doa Ibu Menyelesaikan Semua Masalah Keluarga

IBU adalah penentu keberuntungan seorang anak. Ia bagai cahaya yang terang dalam rumah tangga. Surga berada di bawah telapak kakinya dan kerelaan Allah pun bergantung pada kerelaannya.

Setiap dari kita mungkin pernah merasakan ditinggal oleh seorang ibu. Ditinggal pergi keluar kota atau ditinggal selama-lamanya. Seketika rumah yang biasanya terang kini nampak gelap dan suram. Karena ibu adalah matahari yang tak pernah bosan menyinari anak-anaknya.

Allah pun menempatkan posisi ibu begitu tinggi di sisi-Nya. Bahkan Dia menggandengkan perintah tauhid dengan perintah berbakti kepada orang tua.

“Dan Tuhan-mu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orangtua.” (QS.Al-Isra: 23).

Bahkan dalam masalah bakti kepada orangtua, Allah selalu menyebut ibu terlebih dahulu sebelum ayah. “Dan kami diperintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu.” (QS.Luqman 14).

Suatu hari, Rasulullah saw sedang duduk berbincang dengan para sahabatnya. Lalu datanglah seorang pemuda untuk menghadapnya. Rasul pun mempersilahkan, lalu pemuda itu berkata, “Wahai Rasulullah, tolong doakan aku! Aku sudah tak mampu lagi menahan beban dan berbagai masalah yang kuhadapi.”

Rasulullah bertanya, “Apakah kau masih memiliki orangtua? “Ia menjawab, “Ibuku telah meninggal tapi ayahku masih hidup.”

Rasul pun menjawab, “Mintalah doa kepada ayahmu! “Pemuda itu menerima perintah dari Rasulullah dan langsung pergi menemui ayahnya. Setelah ia keluar, Rasulullah bersabda di hadapan sahabatnya. “Andai ibunya masih hidup maka semua masalahnya akan selesai.”

Sungguh beruntung setiap anak yang masih memiliki ibu. Jangan sia-siakan keberuntungan besar yang masih kita miliki. Bahagiakan ibu, buat ia tersenyum karena kita. Karena senyumannya adalah doa yang paling mustajab bagi anak-anaknya. [khazanahalquran]

 

MOZAIK

Anak Saleh Investasi yang tak Ternilai

Pada masa itu, tahun 51 Hijriyah, al-Rabi’ bin Ziyad al-Haritsy, sahabat Rasulullah SAW, ditunjuk menjadi gubernur Khurasan. Penunjukan Rabi’ bukan tanpa alasan. Rabi’ bin Ziyad merupakan sahabat Rasulullah yang bersemangat menegakkan panji-panji tauhid melalui jihad.

Setelah dipercaya menjabat gubernur di Khurasan, Rabi’ berjanji menyeberangi Sungai Saihun, sungai besar yang terletak setelah Kota Samarkand. “Dengan izin Allah juga akan aku pandang panji tauhid di barisan negeri ma wara’a an nahar (negeri-negeri di seberang sungai istilah yang ditujukan untuk negeri-negeri bekas jajahan Rusia itu),” bisik Rabi bin Ziyad seperti yang ditulis buku Kerinduan Seorang Mujadid.

Hal yang paling mengesankan dari Rabi’ bukan hanya semangatnya membela agama Allah, melainkan juga kebijaksaannya dalam membebaskan seorang budak dan membagi harta hasil rampasan secara merata. Budak yang selama ini diajak Rabi’ berperang di jalan Allah adalah seorang pemuda bernama Farrukh. Farrukh merupakan budak yang paling setia menyertai Rabi sebagai tuannya menjemput surga di bawah kilatan pedang.

Dari kebijaksanaan Rabi’ memerdekakan Farrukh sebagai budak dan membagi harta rampasan perang yang pada akhirnya menjadikan putra Farrukh seorang yang alim karena disekolahkan dengan harta warisan Farrukh.

“Terimalah bagianmu dari rampasan perang ini! Dan sejak hari ini, aku bukan tuanmu lagi. Mulai hari ini engkau adalah orang merdeka,” kata Rabi’.

Mendengar perkataan yang jarang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki budak, Farrukh seakan tidak percaya. Untuk itu, dia menegaskan lagi dengan bertanya kepada tuannya. “Benarkah apa yang dikatakan Tuan tentang kemerdekaan untukku?” Rabi’ tersenyum melihat kebahagiaan Farrukh melalui pertanyaan singkatnya itu dan menjawab sebagai penegasan.

“Iya. Farrukh. Sejak sekarang engkau bebas membawa dirimu ke mana saja engkau mau. Dan engkau berhak mendapatkan itu semua,” ujarnya.

Setelah mendengarkan perkataan dari mantan tuannya itu, cahaya kebahagiaan tidak bisa disembunyikan dari wajah Farrukh.

Hari itu ia mendapatkan dua karunia duniawi sebelum kelak mendapatkan karunia akhirat karena memiliki anak saleh dan berilmu. Dua tahun setelah peristiwa itu, bekas tuannya meninggal. Farrukh pun bersedih dan mendoakan kepergian sang mentor di medan perang itu. Hari-hari setelah kepergian mantan tuannya, dia merasa kesepian dan memutuskan untuk kembali ke Madinah.

“Aku akan kembali ke Madinah,” ujar Farrukh kepada teman sejawatnya.

Setelah kembalinya di kota Rasulullah, ia bergumam. “Kota ini semakin hari semakin ramai saja,” kata Farrukh ketika pertama kali menginjakkan kakinya kembali di Madinah.

Karena tidak ingin terlalu lama dalam kesepian, Farrukh yang sudah berkepala tiga itu akhirnya memutuskan untuk menikah dengan seorang gadis pilihannya. Meski tinggal di rumah bersama istri yang salehah, semua itu tak mampu meredam kerinduannya untuk berjihad di jalan Allah.

Suatu hari seorang khatib Jumat memberi kabar gembira tentang berbagai kemenangan yang diraih kaum Muslimin. Ia mendorong para jamaah untuk terus melanjutkan perjuangan.

Dengan semangat yang tinggi, Farrukh bergabung dengan pasukan perang yang akan berangkat. Saat itu istrinya sedang hamil tua. Ia hanya meninggalkan uang 30 ribu dinar. “Pergunakanlah secukupnya untuk keperluanmu dan bayi kita nanti kalau sudah lahir,” ujarnya seraya berpamitan.

Beberapa bulan setelah keberangkatan Farrukh, istrinya melahirkan seorang bayi laki-laki tampan. Sang ibu menyambutnya penuh bahagia sehingga melupakan perpisahannya dengan sang suami.

Bayi laki-laki itu diberi nama Rabi’ah. Begitu menginjak dewasa, Rabi’ah diserahkan kepada beberapa guru untuk diajarkan ilmu agama dan akhlak. Untuk itu, sang ibu memberikan imbalan yang memadai dan hadiah bagi guru-guru itu. Setiap kali ia melihat perkembangan ilmu putranya, setiap kali itu pula ia menambah hadiah untuk pengajar Rabi’ah.

Rabi’ah terus menimba berbagai ilmu pengetahuan. Ia tak bosan-bosan belajar dan menghafal apa yang diberikan gurunya. Akhirnya ia menjadi seorang alim yang pandai dan terkenal.

Malam terang di musim panas. Seorang prajurit tua berjalan pelan memasuki Madinah. Usianya hampir 60 tahun, tapi langkahnya masih tegap dan mantap. Ia telusuri lorong-lorong menuju sebuah rumah. Dalam benaknya bergejolak berbagai pertanyaan. Apakah yang sedang dilakukan istrinya di rumah? Apakah anaknya sudah lahir? Laki-laki atau perempuan? Di jalan-jalan masih terlihat orang lalu lalang.

Namun, tak seorang pun yang memedulikannya. Ia memandang sekeliling. “Ah, ternyata telah banyak perubahan,” gumamnya. Tiba-tiba, tanpa disadari ia telah berada di depan sebuah pintu yang terbuka. Spontan ia menyeruak masuk.

Si empunya rumah yang mengetahui seorang laki-laki tua menyandang senjata masuk ke rumahnya tanpa permisi segera melompat menghadang. Pergulatan seru pun terjadi karena laki-laki tua itu memaksa masuk.

Para tetangga yang mendengar keributan itu segera berdatangan. Termasuk ibu tua yang sedang tidur nyenyak terbangun. Melihat siapa yang sedang bergulat, ibu tua itu segera sadar dan berteriak, “Rabiah, lepaskan! Ia ayahmu. Wahai Abu Abdurrahman, ia anakmu. Jantung hatimu.”

Mendengar seruan itu, dua orang yang sedang bergulat segera berdiri. Hampir tak percaya mereka berpelukan, melepaskan rindu. Mereka benar-benar tak menyangka pertemuan itu akan berlangsung begitu rupa.

Kini Farukh duduk bersama istrinya. Ia menuturkan segala pengalamannya selama di medan jihad. Namun, dalam hati, istrinya tidak bisa tenang karena bingung menjelaskan pengeluaran uang yang ditinggalkan suaminya sebelum berangkat.

“Bagaimana aku menjelaskannya? Apakah suamiku akan percaya kalau uang sebesar 30 ribu dinar itu habis untuk biaya pendidikan anaknya?” ujar sang istri dalam hati. Dalam keadaan bingung, tiba-tiba Furukh berkata, “Wahai istriku, aku membawa uang 4.000 dinar. Gabungkan dengan uang yang kutinggalkan dulu.” Sang istri semakin bingung. Ia terdiam tak menjawab ucapan suaminya.

“Lekaslah, mana uang itu?” tanya Farukh lagi.

 

Dengan wajah agak pucat dan bibir bergetar, istrinya menjawab, “Uang itu kuletakkan di tempat yang aman. Beberapa hari lagi akan aku ambil, insya Allah.”

Azan Subuh tiba-tiba berkumandang. Istrinya menarik napas lega. Farrukh bergegas mengambil air wudhu, lalu keluar sambil bertanya, “Mana Rabi’ah?” “Ia sudah berangkat lebih dahulu ke masjid!” jawab istrinya. Setibanya di masjid ruangan sudah penuh. Para jamaah mengelilingi seorang guru yang sedang mengajar mereka.

Farrukh berusaha melihat wajah guru itu, tetapi tak berhasil karena padatnya jamaah. Ia terheran-heran melihat ketekunan mereka mengikuti majelis ilmu tersebut. “Siapakah ia sebenarnya?” tanya Furukh kepada salah seorang jamaah.

“Orang yang Anda lihat itu adalah seorang alim besar. Majelisnya dihadiri oleh Malik bin Anas, Sufyan Ats-Tsauri, Laits bin Sa’ad, dan lainnya. Di samping itu, ia sangat dermawan dan bijaksana. Ia mengajar dan mengharapkan ridha Allah semata,” jawab orang itu.

“Siapakah namanya?” tanya Farrukh.
“Rabi’atur Ra’yi.”
“Rabi’atur Ra’yi?” tanya Farukh keheranan.
“Benar.”
“Dari manakah ia berasal?”
“Ia adalah putra Farrukh yang berjuluk Abu Abdurrahman. Ia dilahirkan tak lama setelah ayahnya meninggalkan Madinah sebagai mujahid. Ibunyalah yang membesarkan dan mendidiknya,” kata orang itu menjelaskan.

Tanpa terasa air mata Farukh menetes karena gembira. Ketika kembali ke rumah, ia segera menemui istrinya. Melihat suaminya menangis, sang istri bertanya, “Ada apa wahai Abu Abdurrahman?”

“Tidak ada apa-apa. Saya melihat Rabiah berada dalam kedudukan dan kehormatan yang tinggi yang tidak kulihat pada orang lain,” jawab Furukh.

Ibu Rabiah melihat hal tersebut merupakan kesempatan untuk menjelaskan amanat suaminya berupa uang 30 ribu dinar. Ia pun segera berkata, “Manakah yang lebih baik dan kau sukai antara uang 30 ribu dinar atau ilmu dan kehormatan yang telah dicapai putramu?”

“Demi Allah, inilah yang lebih kusukai daripada dunia dan segala isinya,” jawab Farukh.

“Ketahuilah suamiku. Aku telah menghabiskan semua harta yang engkau amanatkan untuk biaya pendidikan putra kita. Apakah engkau rela dengan apa yang telah kulakukan?” tanya ibu Rabiah.

“Aku rela dan berterima kasih atas namaku dan nama seluruh kaum Muslimin,” jawab Farrukh gembira.

Kebahagiaan Farrukh dan tidak lagi masalah dengan harta 30 ribu dinar yang telah habis digunakan istrinya untuk biaya pendidikan putranya yang menjadi seorang yang berilmu.

 

REPUBLIKA