Membunuh Semut yang Mengganggu, Padahal Semut Diharamkan untuk Dibunuh

Bolehkah membunuh semut yang mengganggu? Padahal semut itu diharamkan untuk dibunuh.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى عَنْ قَتْلِ أَرْبَعٍ مِنَ الدَّوَابِّ النَّمْلَةُ وَالنَّحْلَةُ وَالْهُدْهُدُ وَالصُّرَدُ.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang membunuh empat hewan: semut, lebah, burung Hudhud dan burung Shurad.” (HR. Abu Daud, no. 5267; Ibnu Majah, no. 3224; Ahmad 1:332. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).

Ada soal yang pernah diajukan pada Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah dalam kajian Liqaat Al-Bab Al-Maftuh, “Ada hadits tentang larangan membunuh empat hewan, yaitu semut, lebah, burung Hudhud, dan burung Shurad. Namun semut di rumah kadang mengganggu, kadang masuk ke kamar dan biasa bergerombol. Apakah boleh kami membunuh semut tadi dengan racun dan semisal itu?”

Jawab Syaikh rahimahullah:

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang membunuh empat hewan yaitu semut, lebah, burung Hudhud, dan burung Shurad.

Allah juga meralang membunuh seorang muslim. Namun jika ada muslim yang mengganggu seperti pelaku begal di jalanan atau pelaku semisal itu yang halal dibunuh, maka hukumnya boleh dibunuh.

Kalau ada seseorang yang menghalangimu lantas ingin merampas hartamu, maka janganlah berikan ia harta. Jika ia ingin membunuhmu, lawanlah dia. Engkau halal untuk membunuhnya (dalam rangka membela diri, pen.). Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan tentang orang yang merampas harta, “Janganlah memberikan harta padanya.” “Bagaimana jika ia sampai mencoba membunuhku?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Bunuhlah dia.” “Bagaimana jika ia malah membunuhku?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau syahid.” “Bagaimana jika aku membunuhnya?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Dia di neraka.” Kesimpulannya, yang mengganggu berarti boleh dibunuh.

Maka semut yang mengganggu yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan membunuhnya, maka silakan membunuhnya. Melakukan seperti itu tidaklah berdosa. Namun ada cara lain sebelum membunuhnya, yaitu di rumah diberi sesuatu untuk mengusir semut (seperti kapur semut dan semacamnya, pen.). Kami sendiri sudah mencobanya. Kami pandang seperti itu akan mengusir semut yang mengganggu tadi, akhirnya semut-semut tersebut pergi, tidak tersisa lagi dalam rumah. Jika mungkin lakukan demikian, itu lebih baik. Jika tidak mungkin seperti itu, maka tidaklah masalah membunuhnya.

(Liqaat Al-Bab Al-Maftuh, 6:277, pertemuan ke-130 dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Penerbit Muassasah Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Cetakan pertama, Tahun 1438 H)

Sumber https://rumaysho.com/20781-membunuh-semut-yang-mengganggu-padahal-semut-diharamkan-untuk-dibunuh.html

Jemaah Haji Sakit Diberangkatkan ke Makkah dengan Ambulans

Madinah (Kemenag) —- Dua jemaah haji sakit asal embarkasi Surabaya kloter 01 (SUB 01) dan Batam kloter 02 (BTH 02) pada Senin (15/7) diberangkatkan ke Makkah dengan menggunakan Ambulans.

Itah Sri Utama, dokter di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah mengatakan bahwa kedua jemaah ini dianggap tidak sanggup untuk bersama kloternya berangkat ke Mekkah dari Madinah yang memakan waktu 4-6 jam perjalanan dengan bus.

Itah mengatakan, jemaah yang dievakuasi “harus sudah stabil kondisinya” untuk bisa dievakuasi dengan ambulans ke Makkah. Selain itu, jemaah tersebut juga telah dinyatakan tertinggal oleh kloternya sebab rombongan kloter kedua jemaah tersebut telah lebih dulu berangkat ke Makkah.

Kedua jemaah SUB 01 dan BTH 02 diberangkatkan terpisah, jemaah asal Surabaya dievakuasi pada Senin pagi dengan ambulans karena menjalani operasi kaki. Sedangkan jemaah asal Batam dievakuasi ke Mekkah pada Senin malam karena menderita penyakit paru-paru.

“Pemberangkatan (evakusi) jemaah dengan ambulans turut dikawal oleh seorang dokter dan perawat,” ujar Itah saat ditemui di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), Senin (15/07) malam WAS.

Itah menambahkan bahwa proses evakuasi ini juga dilakukan bekerja sama dengan tim bimbingan ibadah (bimbad) PPIH untuk memastikan jemaah memenuhi syarat dan kewajiban umrah dan haji. Sebelum diberangkatkan, jemaah dipakaikan ihram di KKHI, lalu mendapatkan bimbingan dari konsultan ibadah.

Konsultan ibadah PPIH Tulus Sastrowijoyo menjelaskan, jemaah tersebut selanjutnya tetap akan berhenti di Masjid Bir Ali untuk mengambil miqat. 

“Di Bir Ali, petugas bimbad akan datang ke ambulans dan membimbing niat serta bacaan talbiyah, lalu langsung menuju Makkah,” kata Tulus kepada tim Media Center Haji (MCH).Setibanya di Makkah, jemaah akan diserahkan ke KKHI dan bimbad setempat. Nantinya akan diputuskan apakah jemaah bisa melanjutkan ibadah haji sendiri atau dibadalkan. Jika kondisinya masih belum stabil, jemaah haji yang sakit akan menjalani safari wukuf di padang Arafah. Jemaah akan diantarkan dengan ambulans ke Arafah untuk wukuf yang merupakan rukun haji.

Tulus mengatakan bahwa pembimbingan jemaah haji dalam proses evakuasi ini merupakan salah satu  upaya dilakukan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) untuk memastikan kemabruran ibadah haji jemaah Indonesia.

KEMENAG RI

Jamaah Haji Suriah, Kesabaran Yang Tak Berbatas

Seorang jamaah haji Suriah. Dia kehilangan istrinya, lima anak, rumah, dan tanah airnya. Tragedi dan bencana yang ia alami di tanah airnya, Suriah, bertubi-tubi menimpanya tanpa jeda di saat ia telah tua. Meskipun banyak kehilangan dan mengalami duka lara, ia tetap membulatkan niatnya untuk datang berziarah ke Baitullah al-Haram untuk mendoakan tanah airnya. Jiwa yang rapuh itu ia kuatkan. Perasaan yang lebur berkeping-keping, terus ia tata untuk terus istiqomah tidak berputus asa dari rahmat Allah.

Nama pria tua asal Suriah itu adalah Muhammad Husein. Ia mengatakan, “Saya di Mina dengan tubuh yang cacat dan perasaan yang hancur. Perang di Suriah telah merenggut seluruh keluarga saya –istri dan lima anaknya-, dan jari-jari tangan kanan saya pun lumpuh karena luka tembak.”

Husein menceritakan kepada surat kabar al-Hayat bahwa semua anggota keluarganya meninggal ketika rumahnya di Aleppo rata berubah menjadi puing-puing oleh serangan jet tempur pasukan pemerintah Suriah. “Tidak ada yang selamat dari serangan itu. Kami menyeret semua mayat dari reruntuhan kemudian menguburkan mereka. Sejak saat itu, saya pun hidup sendiri.” katanya.

Ia melanjutkan, “Mimpi yang telah saya idam-idamkan selama lebih dari 50 tahun, melihat anak-anak saya menikah dan hidup bahagia, sirna begitu saja oleh hujan bom pada hari itu.”

Dengan kesedihan, ia tetap melanjutkan ceritanya, “Selain kehilangan istri, anak-anak, dan tempat tinggal, saya juga merasakan kehilangan yang sangat besar, yaitu kehilangan negeri saya Suriah. Negeri yang direnggut oleh Presiden Bashar al-Assad dan kroni-kroninya.”

Husein menggambarkan perang adalah sebuah “kutukan”, tapi ia tetap menasihatkan agar rakyat Suriah tetap bersabar atas apa yang menimpa mereka. Betapapun lamanya bencana ini menghujam malam-malam Suriah, suatu hari ia pun akan berakhir.

Dalam kesabaran dan harapan terhadap rahmat Allah, cinta dan kasih sayangnya terhadap anak dan istrinya terus hidup di sanubarinya. “Mereka selalu terukir di dalam hatiku. Mungkin dari luar, orang-orang melihatku seolah-olah tidak apa-apa. Namun di dalam ragaku, kurasakan luka besar yang menganga karena kehilangan mereka.”

Pelajaran:

Pertama: Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah. Sebgaimana firman Allah,

لَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

“Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf: 87).

Berharap jalan keluar dan rahmat dari Allah adalah sifat orang yang beriman. Sedangkan berputus asa dari rahmat Allah adalah sifat orang-orang kafir.

Kedua: Sabar terhadap takdir dan ketetapan Allah. Muhammad Husein ditimpa ujian yang sangat berat dengan kehilangan keluarga, harta, tanah air, bahkan anggota tubuhnya, namun ia tetap bersabar atas ketetapan Allah. Lebih dari itu, ia juga mengajak agar semua rakyat Suriah bersabar.

Ketiga: Berprasangka baik terhadap Allah. Muhammad Husein tidak mencela Allah atas duka lara yang ia terima. Ia terus berprasangka baik kepada Allah dengan keyakinan semua musibah itu akan berakhir pada waktu yang Allah tetapkan.

Keempat: Semakin dekat kepada Allah saat mendapatkan ujian. Banyak orang ketika mendapatkan ujian, ia malah menjauh dari Allah. Ujian yang ia terima, direspon dengan malas beribadah, atau bahkan bermaksiat kepada Allah, wal ‘iyadzubillah. Hal ini sama saja dengan mendapat musiah terbesar karena kehilangan Allah. Muhammad Husein merespon ujian yang ia terima dengan cara yang sangat positif. Ia semakin dekat dengan Allah, dengan menunaikan haji ke Baitullah.

Kelima: Tetap berdoa meminta kebaikan terahadap tanah air. Pemandangan di Suriah adalah pemandangan yang mengenaskan. Melihat apa yang terjadi di sana, seolah-olah tidak ada lagi harapan untuk hidup. Setiap jengkal adalah gedung yang hancur, darah yang mengalir, mayat yang terkapar, atau derai air mata dan kelaparan. Namun Husein tetap mendoakan negerinya. Demikian juga semestinya kita rakyat Indonesia, tetap mendoakan kebaikan untuk negeri kita dan pemimpin-pemimpin kita.

Keenam: Semangat berhaji di tengah berbagai kekurangan yang dialami.

Sumber: saudigazette.com.sa

Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)

Read more https://kisahmuslim.com/4623-jamaah-haji-suriah-kesabaran-yang-tak-berbatas.html

Kakek Ini Menjual Kebunnya Untuk Berangkat Haji Bersama Istrinya

Ia memang sudah tua. Ia juga sangat miskin tak berpunya. Tapi hatinya kaya dan bahagia.

Seorang pria India, yang bernama Muhammad Said, usia 70-an tahun, beberapa bulan lalu menjual perkebunan kecil miliknya. Perkebunan itu adalah satu-satunya sumber penghidupannya dan istrinya. Ia sudah membulatkan tekad untuk menjual harta satu-satunya itu untuk menggenapi biaya menuju tanah suci bersama sang istri.

“Saya tidak punya pilihan lain selain menjual perkebunan kecil saya.” kata Muhammad Said kepada kepada surat kabar Al-Watan. Ia dan istrinya yang sudah sama-sama sepuh harus berkorban untuk dapat datang ke Arab Saudi untuk memenuhi rukun Islam kelima.

Pada tahun 1435 H atau haji tahun 2014 M, Allah mengundang Muhammad Said beserta istri datang ke rumah-Nya yang mulia.

“Pengorbanan kami adalah murni untuk Allah. Kami senang berhasil sampai ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji.” katanya.

Saat diwawancarai, Said dan istrinya sedang berada di Mina bersama jamaah haji India lainnya.

Ia kembali bercerita “Ini adalah pertama kalinya saya dan istri menunaikan ibadah haji.”

Dia mengatakan sejak dahulu, ia sudah berkali-kali berpikir untuk datang ke Arab Saudi, menunaikan rukun Islam yang kelima ini. Namun keadaan ekonominya saat itu tidak memungkinkannya untuk mewujudkan cita-citanya yang mulia ini. “Saya tidak bisa mengumpulkan uang yang dibutuhkan untuk perjalanan haji. Saya tidak bekerja. Satu-satunya sumber pendapatan untuk saya dan istri adalah pertanian kecil kami.” katanya.

Said mengatakan, selama di Arab Saudi, ia telah beberapa kali shalat dan berdoa di dekat Ka’bah yang suci. “Setiap kali saya shalat, saya merasa gembira. Saya juga menyukai suara imam Masjid al-Haram saat mereka melantunkan Alquran saat shalat.” katanya.

Dia berkesan, rasaya sulit dipercaya bahwa dia benar-benar shalat dan berdoa menghadap Ka’bah dalam Masjidi al-Haram.

“Saya merasa seolah-olah saya baru lahir ketika saya pertama kali menjejakkan kaki di Arab Saudi.”

Said mengatakan selama bertahun-tahun ia sangat ingin berhaji, namun kendala keuangan datang di tengah jalan. Sampai akhirnya ia berpikir untuk menjual tanah perkebunannya.

“Saya memiliki keyakinan yang kuat kepada Allah, dan saya tidak menyesal menjual perkebunan itu demi datang ke rumah Allah.” katanya.

Dia mengatakan dia yakin bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan ganti dengan peternakan lain atau memberinya sumber pendapatan lain ketika ia kembali ke rumahnya di India.

Pelajaran:

– Jika hati kita jujur menginginkan datang ke Baitullah al-Haram, maka Allah akan mengundang kita datang ke sana menjadi tamunya. Allah akan mencukupkan yang kurang dan memberikan kesehatan.

– Orang yang beriman itu rindu datang ke rumah Allah.

– Orang yang miskin dan tua mengorbankan jiwa dan hartanya untuk datang berhaji ke Baitullah, bagaimana dengan orang-orang yang mampu dan sehat? Apakah mereka beralasan Allah tidak mengundangnya?

Sumber: saudigazette.com.sa

Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)

Read more https://kisahmuslim.com/4617-kakek-ini-menjual-kebunnya-untuk-berangkat-haji-bersama-istrinya.html

Muslimah, Tetap Produktif di Rumah

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, dan sahabatnya. Wa ba’du.

Allah Ta’ala berfirman:

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

Dan hendaknya kalian tetap di rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dulu.” (QS. Al-Ahzab: 33).

Rumah adalah kantor terbaik bagi muslimah, disanalah ia membangun karir dan merajut cita-cita untuk kebaikan kehidupan dunia dan akhiratnya kelak.

Perintah agar muslimah menetap di rumahnya mengandung banyak hikmah, diantaranya agar terjaga kehormatan, kesucian diri dan kemuliaannya. Bahkan, tempat ibadah terbaik bagi muslimah adalah di rumahnya.

Dari Ummu Humaid radhiallahuanha, beliau berkata: “Wahai Rasulullah, saya sangat ingin sekali shalat bersama Anda.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab :

قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ الصَّلاةَ مَعِي وَصَلاتُكِ فِي بَيْتِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاتِكِ فِي حُجْرَتِكِ وَصَلاتُكِ فِي حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلاتِكِ فِي دَارِكِ وَصَلاتُكِ فِي دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاتِكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ وَصَلاتُكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاتِكِ فِي مَسْجِدِي قَالَ فَأَمَرَتْ فَبُنِيَ لَهَا مَسْجِدٌ فِي أَقْصَى شَيْءٍ مِنْ بَيْتِهَا وَأَظْلَمِهِ فَكَانَتْ تُصَلِّي فِيهِ حَتَّى لَقِيَتْ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ

Aku sudah tahu bahwa engkau sangat ingin shalat (berjamaah) bersamaku, namun shalatmu di dalam kamar khususmu (bait) lebih utama daripada shalatmu di ruang tengah rumahmu (hujrah),
dan shalatmu di ruang tengah rumahmu lebih baik daripada shalatmu di ruang depan rumahmu,
dan shalatmu di ruang depan rumahmu lebih baik daripada shalatmu di masjid kaummu,
dan shalatmu di masjid kaummu, lebih baik daripada shalatmu di masjidku ini (Masjid Nabawi).
Ummu Humaid lalu meminta untuk dibangunkan tempat shalat di pojok kamarnya yang paling gelap. Dan ia melakukan shalat di sana hingga berjumpa dengan Allah Azza wa Jalla” (HR. Ahmad no. 27090 dan Ibnu Hibban no. 2217, Ibnu Khuzaimah no. 1689, dishahihkan Al Albani rahimahullah).

Sayangnya, muncul anggapan bahwa membangun karir dan produktifitas hanya bisa dilakukan di luar rumah hingga kadang melanggar batasan syariat (ikhtilath, tabarruj).

Tentu anggapan ini keliru. Muslimah tetap bisa produktif walaupun menetap di dalam rumah. Bukan karena ia hanya dirumah, lantas tertutuplah jalan-jalan kebaikan untuknya.

Abu Darda radhiyallahu ‘anhu pernah menulis surat kepada Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu agar kembali ke tanah yang disucikan (Baitul Maqdis). Salman al-Farisi mengatakan :

إِنَّ الْاَرْضَ لَا تُقَدِّسُ أَحَدًا وَإِنَّمَا يُقَدِّسُ الْإِنْسَانَ عَمَلُهُ

Tempat tidaklah mensucikan seseorang. Namun yang mensucikan seseorang adalah amalnya.” (Al-Muwatta’ No. 2232, bab Jaami’ al-Qadha wa Karahiyyatih)

Maksudnya, bahwa semata-mata tinggal dan menetap di tempat tertentu tidaklah menghapuskan dosa atau menaikkan derajat seseorang, namun yang menaikkan derajat seseorang di sisi Allah adalah amal shalih yang ia lakukan dimanapun ia berada.

Agar muslimah tetap produktif di rumah, ia bisa melakukan langkah-langkah di bawah ini:

1. Bertaqwa kepada Allah dan mengharapkan keberkahan di setiap aktivitas

Kunci produktivitas adalah keberkahan waktu dan tidak melakukan aktivitas yang sia-sia. Ruang gerak bisa terbatas, tapi jalan mendapatkan pahala Allah terbuka sangat luas dengan porsi yang sama bagi muslim maupun muslimah.

Bagi muslimah yang menetap di rumah karena ketaqwaannya kepada Allah Ta’ala tentu sudah mendapatkan balasan di sisi Allah karena niatnya untuk ketaatan. Luruskan niat dan jujur kepada Allah bahwa kita memang ingin pengoptimalkan waktu untuk kebaikan.

Dimanapun kita berada, mintalah keberkahan kepada Allah untuk setiap aktivitas. Diantara tanda keberkahan waktu adalah Allah jauhkan kita dari aktivitas yang sia-sia.

Ibnu ‘Aqil al-Hanbali rahimahullaah menuturkan :

Saya persingkat waktu makan saya sesingkat mungkin sehingga saya lebih memilih kue basah daripada roti tawar kering karena antara keduanya ada perbedaan waktu dalam mengunyahnya, hal tersebut saya lakukan untuk mendapatkan waktu yang lebih untuk menelaah dan menulis ilmu yang belum saya dapatkan.” (Dzail Thabaqat Al-Hanabilah, Ibnu Rajab Al-Hanbali)

2. Senantiasa memperbanyak dzikir

Muslimah yang tinggal di rumah sering berhadapan dengan berbagai pekerjaan rumah. Kadang muslimah merasa amat lelah dan bosan. Salah satu obat mujarabnya adalah dengan memperbanyak dzikir kepada Allah. Dzikir akan menyejukkan hati dan mendatangkan ketenangan.

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan berdzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’du : 28).

3. Menyibukkan diri dengan ilmu

Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan muslimah. Dengan mudahnya akses belajar saat ini, muslimah bisa menuntut ilmu di rumahnya. Ia bisa belajar melalui rekaman kajian, membaca buku-buku bermanfaat dan mengkajinya.

Sebagian muslimah lalai dari kesungguhan menuntut ilmu, sehingga kita dapati muslimah yang semangat beramal tanpa ilmu. Ia menyangka telah mendekatkan diri kepada Allah, padahal amalnya jauh dari apa yang Allah perintahkan melalui Rasul-Nya.

Banyak muslimah yang lalai dari mempelajari hukum-hukum yang khusus untuk dirinya seperti tatacara berhijab yang sesuai syariat, hukum seputar haid, istihadhoh dan nifas, adab berinteraksi dengan non-mahram, dll.

4. Memiliki aktivitas bermanfaat yang digemari

Cobalah miliki hobi yang positif yang dilakukan di rumah sehingga muslimah merasa bermanfaat dan tidak bosan.

Misalnya menulis, membaca dan menelaah buku, menjahit, berkebun, mengajar, dll.

Tentu waktu dan porsinya disesuikan dengan keluangan setiap muslimah dan tidak mengganggu kewajibannya kepada Allah, Rasul-Nya, suami maupun keluarganya.

5. Mendidik anak-anak

Rumah adalah madrasah pertama setiap manusia. Wanita dengan perannya sebagai ibu akan menjadi guru pertama untuk anak-anaknya. Seorang ibu yang sadar akan peran dan pengaruhnya kepada anak-anaknya akan berusaha membangun pondasi yang kokoh untuk madrasahnya sehingga anak-anaknya tumbuh menjadi anak-anak yang shalih dan muslih. Anak yang shalih akan menjadi investasi berharga bagi orangtuanya.

Apa yang ia tanamkan kepada anaknya berupa ilmu, adab dan akhlaq mulia akan akan menghasilkan banyak pahala, yaitu pahala mendidik anak, pahala berdakwah dan pahala jariah jika sang anak mengamalkannya.

Mendidik dan merawat buah hati sudah cukup membuat muslimah produktif di dalam rumahnya dengan berbagai aktivitas mendidik dan belajar.

Setiap sudut rumahmu ada pahala

Muslimah menjadi tidak produktif di rumah karena ia merasa sibuk dengan aktivitas yang sia-sia seperti membereskan rumah, menyiapkan makanan, mencuci pakaian keluarganya atau aktivitas lainnya yang terkesan tidak menghasilkan apa-apa.

Padahal, tidak ada kebaikan yang sia-sia di sisi Allah. Allah Ta’ala berfirman,

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Al-Zalzalah: 7).

Bahkan seorang wanita akan mendapatkan kemuliaan memasuki surga dari pintu manapun yang ia suka, hanya dengan empat syarat yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam haditsnya :

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

Ketika wanita shalat lima waktu, berpuasa ramadhan, menjaga kehormatan kemaluannya, dan taat kepada suaminya, akan dikatakan kepadanya (diakherat kelak) : ‘masuklah surga dari pintu mana saja yang engkau kehendaki’” (HR. Ahmad no. 1161 dan Al-Albani rahimahullah mengatakan hasan lighairi).

Kuncinya adalah ikhlas, melakukannya karena Allah Ta’ala. Niatkan setiap aktivitas rumah tangga untuk mendapatkan ridho Allah dengan berbakti kepada orangtua atau suami dan memudahkan urusan mereka.

Semoga para muslimah Allah mudahkan untuk meraih banyak keutamaan di rumahnya. Wallaahu a’lam.

***

Referensi :

  • Mubasysyirah binti Mahruz Ali, 2013, Begini Seharusnya Menjadi Muslimah Cerdas, Penerbit At-Tibyan, Solo.
  • Al-Muwaththa’ Imam Malik

Penulis: Titi Komalasari
Murojaah: Ustadz Ratno, Lc

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/11326-muslimah-tetap-produktif-di-rumah.html

Sebab Hilangnya Keberkahan dalam Jual Beli

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, dan sahabatnya. Wa ba’du.

Seseorang yang menghendaki keberkahan dalam jual belinya hendaknya merenungkan hadits berikut:

Rasulullah shallallaahu ‘alahi wa sallam bersabda,

اَلْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا، فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا، وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

Penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila keduanya berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan pada transaksi mereka berdua” (HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532).

Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan tentang hadits ini:

لازم قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بِوَرِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا) أَيْ بَيَّنَ كُلُّ وَاحِدٍ لِصَاحِبِهِ مَا يَحْتَاجُ إِلَى بَيَانِهِ مِنْ عَيْبٍ وَنَحْوِهِ فِي السِّلْعَةِ وَالثَّمَنِ وَصَدَقَ فِي ذَلِكَ وَفِي الْإِخْبَارِ بِالثَّمَنِ وَمَا يَتَعَلَّقُ بِالْعِوَضَيْنِ وَمَعْنَى مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا أَيْ ذَهَبَتْ بَرَكَتُهُ وَهِيَ زِيَادَتُهُ وَنَمَاؤُهُ

Sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak khiyar selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut’ maksudnya adalah masing-masing dari keduanya harus menjelaskan setiap informasi yang dibutuhkan oleh pihak lain, seperti : cacat (aib) atau kekurangan lainnya yang ada pada barang maupun harga dan bersikap jujur dalam menyampaikan harga maupun hal-hal yang terkait dengan transaksi timbal balik antara penjual dan pembeli. Adapun maksud (مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا), yaitu hilangnya berkah, sedangkan “berkah” bermakna tumbuh dan bertambahnya kebaikan.” (Syarh an-Nawawi ‘ala Muslim, 10/176).

Efek ketidakjujuran dalam jual beli tidak hanya menjadikan pelakunya berdosa, namun juga menghilangkan berkah dalam jual belinya. Padahal keberkahan inilah yang hendaknya kita cari dalam setiap kebaikan sehingga kebaikan itu akan terus tumbuh dan bertambah. Wallaahu a’lam.

Referensi: Iman An-Nawawi, Syarh an-Nawawi ‘ala Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah

Penulis : Titi Komalasari
Murojaah : Ustadz Ratno, Lc

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/11320-sebab-hilangnya-keberkahan-dalam-jual-beli.html

Pemerintah Arab Saudi Apresiasi Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia

Madinah (Kemenag) —- Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengapresiasi kinerja pemerintah Indonesia dalam menyelenggarakan dan melayani jemaah haji. Hal ini disampaikan Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel dalam keterangan persnya di Kantor Urusan Haji Indonesia, Madinah, Ahad (14/07).

Sebelumnya, Agus Maftuh ikut mendampingi Gubernur Madinah Pangeran Faishol bin Salman menyapa jemaah haji Indonesia. 

“Ini kejadian yang sangat istimewa. Pertama kalinya dalam sejarah, jamaah haji Indonesia disambut langsung oleh Pangeran Arab Saudi, putra Raja Salman, yakni Pangeran Faishol Bin Salman Bin Abdulaziz As Saud, yang juga Gubernur Madinah,” ujarnya.

Putra Raja Salman menyambut langsung rombongan jemaah haji Indonesia kloter 11 Embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG 11) di terminal Makkah Route (Jalur Fast Track) Bandara Prince Mohammed Bin Abdul Aziz Madinah.

Dubes Agus Maftuh mengatakan bahwa penyambutan Pangeran Faishol Bin Salman Bin Abdulaziz As Saud  didampingi Menteri Urusan Haji dan Umrah Arab Saudi Muhammad Saleh Benten ini adalah bentuk penghargaan Saudi terhadap jemaah Indonesia dan buah dari hubungan baik kedua negara.Hal ini, kata dia, menunjukkan betapa dekatnya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Arab Saudi. Pihaknya sering menyebut hubungan kedua negara ini dengan istilah Poros Saunesia, yakni Saudi Arabia dan Indonesia. “Beliau menyatakan gembira dan bahagia, karena penyelenggaraan haji Indonesia terbilang sangat bagus dibandingkan negara lainnya. Beliau memuji sistem penyelenggaraan haji Indonesia yang mampu memberangkatkan jemaah haji dalam jumlah yang sangat besar, bahkan terbesar di dunia, dan paling rapi,” ujar Agus.

“Jemaah Indonesia akan dijadikan Saudi prototipe model haji masa depan,” ujar Agus.

Di antara bentuk apresiasi Saudi terhadap jemaah Indonesia adalah ditambahnya kuota 10 ribu dan pemberlakuan fast track di bandara Madinah.

KEMENAG RI

Menuntun Langkah Jemaah Haji pada Lintasan Sai

Makkah (Kemenag) — Ratusan orang masih tampak memutari lintasan thawaf di Baitullah, ketika petugas Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (P3JH) Ferry menemukan sosok perempuan paruh baya berjalan terseok. Perempuan tersebut tampak kelelahan usai menyelesaikan thawafnya. 

Siti (bukan nama sebenarnya), adalah jemaah haji Indonesia yang tergabung dalam kelompok terbang 02 embarkasi Batam (BTH-02). Ia terpisah dari rombongannya yang sedang melaksanakan rangkaian umrah wajib usai mereka tiba di Kota Makkah, Minggu (14/07) malam. 

“Beliau ada di sekitar mathaf dalam kondisi kelelahan. Tapi, semangatnya menggebu untuk meneruskan prosesi umrahnya,” ujar Ferry, Senin (15/07). 

Bersama Taufik, rekannya sesama perawat di RS Haji Jakarta  yang juga anggota P3JH, Ferry pun menawarkan bantuan  untuk membantu Siti menyelesaikan umrahnya. “Alhamdulillah beliau bersedia untuk dibantu untuk melintasi lantai sai ini,” tutur Ferry. 

Air mata pun tak terbendung dari dua kelopak mata Siti kala dirinya mampu menyelesaikan sai berkat bantuan dua pemuda tersebut. 

Sementara, tak lama berselang,  di sekitar bukit Marwah, paramedis P3JH Agus tengah memberikan penanganan awal kepada jemaah yang keram kaki. Eni (bukan nama sebenarnya), merasakan keram pada kakinya usai menahan dinginnya lantai sai. 

“Lantai sai ini cukup dingin sehingga seringkali jemaah mengalami keram saat melintasinya. Kami sarankan jemaah beristirahat terlebih dahulu bila merasakan kakinya mulai lelah. Jangan paksakan diri,”pesan Agus. 

P3JH merupakan salah satu bagian Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang bertugas untuk memberikan pelayanan, perlindungan, dan pembinaan bagi jemaah saat mereka mengerjakan ibadah umrah setibanya di tanah suci Makkah. Bersama dengan tim perlindungan jemaah (linjam) dan tim gerak cepat (TGC), P3JH berjaga di enam titik yang telah ditetapkan di bawah koordinasi Sektor Khusus Haram.

“Setiap hari, secara bergiliran kami akan berjaga di enam titik yang telah ditentukan,” ungkap Taufik. 

Taufik menyatakan bahwa P3JH juga hadir untuk membantu jamaah yang kesulitan dalam menyelesaikan ibadah wajibnya. Pembentukan tim ini diinisiasi oleh Kementerian Agama pada pelaksanaan haji 2018 lalu.

P3JH kembali diturunkan dalam musim haji kali ini dengan beranggotakan 26 orang yang memiliki latar belakang kedokteran, tenaga kesehatan, serta para medis. Tim ini gabungan dari dokter yang berasal dari Perguruan Tinggi Islam Negeri dan TNI. 

Untuk menunjang tugas mereka, tim ini juga dilengkapi perlengkapan penunjang seperti tandu dan kursi roda. P3JH tidak hanya membantu jemaah bila mengalami gangguan kesehatan saja, tapi juga mendampingi jemaah yang kesulitan dalam penyelesaian rukun ibadah.

KEMENAG RI

Amalan Istimewa di Hari Jumat

Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala aalihi wa shohbihi ajma’in.

Dalam tulisan kali kami akan memberikan pembahasan mengenai amalan-amalan istimewa di hari Jum’at yang penuh berkah yang bisa dimanfaatkan oleh setiap muslim sebagai tabungan pahala baginya di hari kiamat yang hanya bermanfaat amalan.

Pertama: Terlarang mengkhususkan malam Jum’at dengan shalat dan siang harinya dengan berpuasa

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَخْتَصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِى وَلاَ تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الأَيَّامِ إِلاَّ أَنْ يَكُونَ فِى صَوْمٍ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ

Janganlah mengkhususkan malam Jum’at dengan shalat tertentu dan janganlah mengkhususkan hari Jum’at dengan berpuasa kecuali jika berpapasan dengan puasa yang mesti dikerjakan ketika itu.”[1]

An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini menunjukkan dalil yang tegas dari pendapat mayoritas ulama Syafi’iyah dan yang sependapat dengan mereka mengenai dimakruhkannya mengerjakan puasa secara bersendirian pada hari Jum’at. Hal ini dikecualikan jika puasa tersebut adalah puasa yang berpapasan dengan kebiasaannya (seperti berpapasan dengan puasa Daud, puasa Arofah atau puasa sunnah lainnya, pen), ia berpuasa pada hari sebelum atau sesudahnya, berpapasan dengan puasa nadzarnya seperti ia bernadzar meminta kesembuhan dari penyakitnya. Maka pengecualian puasa ini tidak mengapa jika bertepatan dengan hari Jum’at dengan alasan hadits ini.”[2]

Kedua: Ketika shalat Shubuh di hari Jum’at dianjurkan membaca Surat As Sajdah dan Surat Al Insan

Sebagaimana terdapat dalam hadits Abu Hurairah, beliau berkata,

أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَقْرَأُ فِى الصُّبْحِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِ (الم تَنْزِيلُ) فِى الرَّكْعَةِ الأُولَى وَفِى الثَّانِيَةِ ( هَلْ أَتَى عَلَى الإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا)

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca pada shalat Shubuh di hari Jum’at “Alam Tanzil …” (surat As Sajdah) pada raka’at pertama dan “Hal ataa ‘alal insaani hiinum minad dahri lam yakun syai-am madzkuro” (surat Al Insan) pada raka’at kedua.”[3]

Catatan: Maksud membaca surat As Sajdah adalah membaca suratnya bukan memaksudkan untuk mengkhususkan ketika itu dengan surat yang ada ayat sajdahnya sebagaimana hal ini disalahpahami oleh sebagian orang. Sehingga tidak perlu mencari surat-surat lain yang terdapat ayat sajdah dan dibaca ketika Shalat Shubuh pada hari Jum’at. Ini sungguh salah dalam memahami hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Cukup perkataan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berikut sebagai nasehat,

اتَّبِعُوا، وَلا تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيتُمْ، كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ

“Ikutilah (petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen), janganlah membuat bid’ah. Karena (sunnah) itu sudah cukup bagi kalian. Semua bid’ah adalah sesat.”[4]

Ketiga: Memperbanyak shalawat Nabi di hari Jum’at

Dari Abu Umamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً

Perbanyaklah shalawat kepadaku  pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.”[5]

Keempat: Dianjurkan membaca Surat Al Kahfi

Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إن من قرأ سورة الكهف يوم الجمعة أضاء له من النور ما بين الجمعتين

Barangsiapa membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, maka ia akan disinari oleh cahaya di antara dua jum’at”[6]. Dalam lafazh lainnya dikatakan,

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ.

Barangsiapa membaca surat Al Kahfi pada malam Jum’at, maka ia akan mendapat cahaya antara dirinya dan rumah yang mulia (Mekkah).”[7]

Juga dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من قرأ سورة الكهف كما أنزلت ، كانت له نورا يوم القيامة من مقامه إلى مكة ، ومن قرأ عشر آيات من آخرها ثم خرج الدجال لم يسلط عليه ، ومن توضأ ثم قال : سبحانك اللهم وبحمدك لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك كتب في رق ، ثم طبع بطابع فلم يكسر إلى يوم القيامة

“Barangsiapa membaca surat Al Kahfi sebagaimana diturunkan, maka ia akan mendapatkan cahaya dari tempat ia berdiri hingga Mekkah. Barangsiapa membaca 10 akhir ayatnya, kemudian keluar Dajjal, maka ia tidak akan dikuasai. Barangsiapa yang berwudhu, lalu ia ucapkan: Subhanakallahumma wa bi hamdika laa ilaha illa anta, astagh-firuka wa atuubu ilaik (Maha suci Engkau Ya Allah, segala pujian untuk-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau, aku senantiasa memohon ampun dan bertaubat pada-Mu), maka akan dicatat baginya dikertas dan dicetak sehingga tidak akan luntur hingga hari kiamat.”[8]

Dari hadits-hadits di atas menunjukkan dianjurkannya membaca surat Al Kahfi, bisa dilakukan pada malam Jum’at atau siang hari di hari Jum’at.

Kelima: Memperbanyak do’a di hari Jum’at

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membicarakan mengenai hari Jum’at lalu ia bersabda,

فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ ، وَهْوَ قَائِمٌ يُصَلِّى ، يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ

“Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta” Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut.[9]

Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari ketika menjelaskan hadits ini beliau menyebutkan 42 pendapat ulama tentang waktu yang dimaksud. Namun secara umum terdapat 4 pendapat yang kuat.

Pendapat pertama, yaitu waktu sejak imam naik mimbar sampai selesai shalat Jum’at, berdasarkan hadits:

هي ما بين أن يجلس الإمام إلى أن تقضى الصلاة

Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar sampai shalat Jum’at selesai”[10]. Pendapat ini dipilih oleh Imam Muslim, An Nawawi, Al Qurthubi, Ibnul Arabi dan Al Baihaqi.

Pendapat kedua, yaitu setelah ashar sampai terbenamnya matahari. Berdasarkan hadits:

يوم الجمعة ثنتا عشرة يريد ساعة لا يوجد مسلم يسأل الله عز وجل شيئا إلا أتاه الله عز وجل فالتمسوها آخر ساعة بعد العصر

Dalam 12 jam hari Jum’at ada satu waktu, jika seorang muslim meminta sesuatu kepada Allah Azza Wa Jalla pasti akan dikabulkan. Carilah waktu itu di waktu setelah ashar”[11]. Pendapat ini dipilih oleh At Tirmidzi, dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Pendapat ini yang lebih masyhur dikalangan para ulama.

Pendapat ketiga, yaitu setelah ashar, namun diakhir-akhir hari Jum’at. Pendapat ini didasari oleh riwayat dari Abi Salamah. Ishaq bin Rahawaih, At Thurthusi, Ibnul Zamlakani menguatkan pendapat ini.

Pendapat keempat, yang juga dikuatkan oleh Ibnu Hajar sendiri, yaitu menggabungkan semua pendapat yang ada. Ibnu ‘Abdil Barr berkata: “Dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa pada dua waktu yang disebutkan”.

Dengan demikian seseorang akan lebih memperbanyak doanya di hari Jum’at tidak pada beberapa waktu tertentu saja. Pendapat ini dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu ‘Abdil Barr.[12]

Semoga bermanfaat.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Sumber https://rumaysho.com/917-amalan-istimewa-di-hari-jumat.html

Batas Makanan untuk Jamaah Haji Dua Jam Setelah Diberikan

Jamaah haji Indonesia diminta untuk memperhatikan petunjuk penggunaan makanan paket yang diberikan oleh PPIH Daker Makkah. Hal tersebut untuk mengantisipasi terjadinya makanan kedaluwarsa atau basi.

“Di dalam boks sudah tertera maksimal jamaah haji diharapkan makanan maksimal dua jam setelah menerima makanan,” kata Kepala Seksi Konsumsi PPIH Daker Makkah, Beny Darmawan di tempat salah satu produksi katering di Kota Makkah, Ahad (14/7).

Misalnya, Beny mencontohkan, jamaah haji menerima makanan siang yang didistribusikan mulai pukul 08.00 WAS hingga 11.00 WAS maka maksimal mengkonsumsinya hingga pukul 13.00 WAS. Sementara untuk makan siang, distribusi dilakukan mulai pukul 19.00 WAS hingga 22.00 WAS, maka batas akhir konsumsi terakhir pukul 00.00 WAS. 

Beny juga menjelaskan, pada distribusi makanan malam, jamaah akan diberikan paket roti croissant atau dua cupcake untuk dimakan pada pagi hari. “Mudah-mudahan dimakannya pagi hari, ya. Kadang-kadang, jamaah malam diberikan malam itu juga sudah dimakan. Padahal sudah dikasih tahu, itu untuk pagi,” kata Beny.

Terkait kebiasaan orang Indonesia yang makan pagi, Beny menjelaskan, jika makanan belum datang, jamaah diimbau untuk membeli makanan. “Jamaah kan sudah dapat uang saku juga, tetapi mudah-mudahan belinya tidak sembarangan. Artinya, harus diperhatikan juga dari segi higienitasnya pada saat itu,” kata Beny.

Jamaah tiba di Makkah

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Daerah Kerja Makkah (PPIH Daker Makkah) memastikan semua jamaah haji yang baru tiba di Kota Makkah akan mendapatkan menu makanan selamat datang. Makanan itu akan diberikan ketika jamaah sudah sampai di hotel.

“Iya, semua yang pertama kali tiba di Makkah akan mendapat menu selamat datang dengan catatan tiba di bawah pukul 22.00 malam waktu Saudi,” kata Kepala Seksi Konsumsi PPIH Daker Makkah Beny Darmawan saat ditemui di rumah produksi katering di Kota Makkah, Ahad (14/7).

Menunya, yaitu, nasi, satu buah apel, ayam, dan kripik kentang. Khusus untuk kloter pertama yang akan tiba yaitu Kloter I Surabaya yang diperkirakan tiba pada Ahad (14/7) pukul 20.00 WAS, akan diberikan satu botol air mineral.

Kemudian, selanjutnya jamaah yang sudah tiba akan diberikan menu makanan sesuai zonasinya. Mereka akan mendapatkan pada siang dan malam hari hingga mendapat makanan 40 kali selama berada di Kota Makkah. 

“Ada 36 perusahaan katering yang siap melayani makan jamaah,” kata Beny.

IHRAM