Bagaimana cara membayar zakat fitrah orang yang telah meninggal?

Imam Hanbali menegaskan bahwa kewajiban membayar zakat fitrah tidak akan gugur meski orang itu sudah meninggal saat Ramadan atau sebelum 1 Syawal. Harta tersebut biasa diambil dari harta yang dia tinggalkan

“Diambil dari harta peninggalannya,” kutip buku buku Rahasia Puasa menurut 4 Mahzab karya Thariq Muhammad Suwaidan, Selasa (7/7).

Selain itu keempat Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali juga mengatakan boleh menzakati orang yang belum berhak berzakat jika dilakukan dengan sukarela tanpa paksaan.

Zakat juga boleh diberikan kepada sanak keluarga, “Jika mereka bukan dalam tanggungan nafkah kita dan mereka berhak mendapatkan zakat, zakat lebih baik diberikan kepada mereka daripada diberikan kepada orang lain (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali).

Zakat fitrah, menurut Rahasia Puasa Menurut 4 Mahzab, adalah zakat yang dikeluarkan pada akhir bulan Ramadan. Zakat ini diwajibkan sebagai penutup kesalahan yang dilakukan saat menjalankan puasa.

Abu Dawud pernah meriwayatkan dari Ibnu Abbas,”Rasulullah mewajibkan zakat fitrah sebagai penyucian diri bagi orang yang berpuasa dari hal yang melalaikan dan perbuatan buruk. Sekaligus rezeki bagi orang-orang miskin,”

sumber: Merdeka.com

Smart Woman! Haid di Bulan Ramadan, Amalannya Seperti Ini

Wanita sedang haid masih bisa beribadah saat bulan Ramadan dengan melakukan amalan ini.

Mumpung hari ini masih bulan Ramadan yang penuh berkah.

Sudah pasti banyak yang berlomba-lomba menimbun amal kebaikan nih. Alhamdulillah.

Tapi bagi wanita, pasti sebagian belum bisa puasa penuh selama 30 hari, dan menjalankan ibadah sunnah lainnya.

Tapi jangan khawatir smart woman, dilansir musmus.me, ada beberapa amalan yang bisa kamu lakukan diwaktu haid. Jadi Ramadanmu tahun ini lebih bermakna;

1. Memperbanyak Dzikir kepada Allah
Membaca dzikir mutlak sebanyak mungkin, seperti memperbanyak tasbih (subhanallah), tahlil (la ilaha illallah), tahmid (alhamdulillah), dan zikir lainnya.

Ulama sepakat wanita haid atau orang junub boleh membaca dzikir. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 25881).

Berdzikir dan berdoa. Baik yang terkait waktu tertentu, misalnyadoa setelah adzan, doa seusai makan, doa memakai baju atau doahendak masuk WC, dan banyak lagi yang bisa dilakukan. Kalau belum pada hafal, hafalan dulu yuk.

2. Menghadiri Majelis-Majelis Ta’lim.
Setiap bulan Ramadan pasti banyak sekali majelis ta’lim yang diadakan oleh remaja masjid atau intansi agama lain.

Jadi aktif ya smart woman buat menghadiri majlis ta’lim, supaya ilmu agamanya bertambah.

3. Membaca Buku-Buku Agama.amalan membaca buku agama
Sekalipun di sana ada kutipan ayat Al-Quran, namun para ulama sepakat itu tidak dihukumi sebagaimana Al-Quran, sehingga boleh disentuh.

Jadi, enggak apa-apa mengisi waktu di masa haid dengan memperkaya ilmu melalui buku. Itu boleh.

4. Bergaul dengan Orang-Orang Shalihah yang dapat Menjaga Semangatnya
Mendengarkan ceramah, bacaan Al-Quran atau semacamnya.

Bahkan lebih baik jika mengulang hafalan Al-Qur’an.

Hal ini akan mempertemukan kamu dengan banyak orang yang shalihah, yang bersama-sama mengkaji bacaan Al-Qur’an dan mendengarkan ceramah.

5. Bersholawat pada Nabi
Amalan ini sangat mudah dilakukan, baik saat haid atau tidak haid.

Bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW merupakan sebuah keharusan, supaya kelak mendapatkan syafaatnya di hari kiamat. Amiin.

6. Membaca Al-Ma’tsurat di Waktu Pagi dan Sore
Boleh menyentuh ponsel atau tablet yang ada konten Al-Qurannya.

Karena benda semacam ini tidak dihukumi Al-Quran.

Sehingga, bagi wanita haid yang ingin tetap menjaga rutinitas membaca Al-Quran, sementara dia tidak memiliki hafalan, bisa menggunakan bantuan alat, komputer, atau tablet atau semacamnya.

7. Bersedekah
Memberikan sebagian rizki yang kita miliki untuk orang lain tidak perlu menunggu waktu haid kan, seperti infak, atau amal sosial keagamaan lainnya.

Meski begitu, saat haid, bisa melakukan kegiatan bersedekah ini, karena dalam keadaan haid atau tidak, bersedekah sangat di anjurkan, karena amalannya tidak akan putus.

8. Menyampaikan Kajian atau Suatu Ilmubelajar dan mengajarkan kebaikan
Sekalipun harus mengutip ayat Al-Quran.

Karena dalam kondisi ini, dia sedang berdalil dan bukan membaca Al-Qur’an.

Intinya Mengisi waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat bagi akhiratnya. Sekedar bonus, di hari-hari Ramadhan kita menebar kemanfaatan.

9. Menghidangkan dan Menyediakan Takjil dan Membantu Orang Lain
Ini sih hikmah yang bisa didapet di bulan puasa. Kalian bisa meringankan beban orang lain, dapet pahala plus-plus loh. (*)

 

sumber: Tribun Jabar

Ummu Ma’bad, Penolong Hijrah Nabi

Ummu Ma’bad Al Khuza’iyah, satu nama yang terselip di tengah peristiwa hijrah Nabi Muhammad ke Madinah. Pada masa jahiliyah, ia bukan siapa-siapa. Ia hanyalah seorang wanita Badui sederhana.

Dikisahkan oleh Mahmud Al Mishri dalam Biografi 35 Shahabiyah Nabi, Ummu Ma’bad memiliki nama asli Atikah binti Khalid bin Munqidz.  Ummu Ma’bad menjadi salah satu perempuan ternama dalam Islam setelah Nabi bertamu di tendanya di tengah perjalanan hijrah ke Madinah.

Kala itu, dalam perjalanan hijrah, Rasul dan Abu Bakar melewati tenda milik Ummu Ma’bad. Ummu Ma’bad biasa duduk di depan tenda memberi makan minum kepada siapapun yang lewat, tapi hari itu tak ada apapun yang tersisa.

“Demi Allah, andai kami punya persediaan makanan, tentu sudah aku sediakan untuk kalian. Saat ini, kambing-kambing kami tidak menghasilkan susu, tahun ini juga tahun paceklik,” kata Ummu Ma’bad saat Rasul menanyakan apakah ia memiliki persediaan makanan.

Rasulullah kemudian mengarahkan pandangan kepada seekor domba betina di samping tenda. Domba itu sudah tidak bisa melahirkan dan terlalu tua untuk menghasilkan susu. Rasul pun bertanya, “Apa engkau berkenan jika aku memerah susunya?” Ummu Ma’bad mengizinkan.

Rasulullah kemudian mengusap kantung susu domba itu seraya berdoa. Seketika, kantungnya yang semula kempes menjadi besar dan menggelembung. Beliau pun memerah susu domba itu dan meminumnya hingga puas. Rasul bahkan masih menyisakan satu bejana penuh untuk Ummu Ma’bad.

Tatkala suaminya datang sambil menggiring domba, ia heran melihat ada air susu di dekat istrinya. Ummu Ma’bad menceritakan secara detail tentang sosok yang bertamu ke tenda mereka. Mendengar penuturan istrinya, suami Ummu Ma’bad langsung mengenali Rasulullah dan menyatakan keinginan untuk masuk Islam.

Angin keimanan pun rupanya telah menerpa hati Ummu Ma’bad. Ketika para pemuda Quraisy yang tengah mengejar Rasul itu melintas dan menanyakan keberadaan beliau padanya, ia menjawab, “Kau menanyakan sesuatu yang belum pernah aku dengar sebelumnya.”

Tak lama setelah itu, Ummu Ma’bad dan suami datang ke Madinah untuk berbaiat pada Nabi. Para sahabat mengakui kedudukan Ummu Ma’bad di hadapan Nabi. Hingga akhir hayatnya, Ummu Ma’bad hidup dalam lingkup iman, rajin shalat malam, puasa, dan beribadah pada Allah.

 

 

sumber: Republika Online

Buat Para Ibu Menyusui, Sebaiknya Berbuka Puasa Jika ASI Kurang

Bulan Ramadhan adalah bulan yang selalu dinanti oleh semua umat Muslim untuk menjalankan ibadah puasa bersama. Meski ibu menyusui diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan menggantinya dengan hari lain dan membayar fidiah, banyak ibu menyusui yang tetap ingin dan bersemangat turut menjalankan ibadah puasa. Sebenarnya boleh saja, tetapi ada beberapa kondisi yang sebaiknya ibu menyusui tidak berpuasa atau membatalkan puasanya.

“Kalau masih dalam masa menyusui ASI eksklusif 6 bulan pertama, sebaiknya tidak ikut puasa. Karena, selama enam bulan pertama kan asupan bayi hanya ASI. Jadi, jangan sampai produksi ASI terhambat karena berpuasa. Puasa kan berarti ibu tidak minum selama 12 jam lebih, padahal minum air adalah salah satu modal untuk melancarkan produksi ASI,” kata Dr Sandra Fikawati, MPH, penulis buku Gizi Ibu dan Bayi.

Menurut Dr Fika yang juga pengajar Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), kondisi tubuh juga memengaruhi kelancaran produksi ASI. Ibu menyusui tidak boleh terlalu lelah, tidak boleh stres, dan usahakan tidur cukup.

“ASI paling banyak diproduksi pada malam hari. Nah, kalau puasa, berarti ibu menyusui harus memotong waktu tidur untuk bangun sahur. Selesai sahur, bayinya bangun, dan setelah itu ibu menyusui takkan tidur lagi. Inilah yang bisa membuat produksi ASI berkurang,” ujarnya kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Dr Fika menambahkan, saat ibu menyusui berpuasa, sebaiknya langsung berbuka atau menghentikan puasanya ketika merasakan produksi ASI-nya berkurang. Ini bisa dilihat dari jumlah ASI yang diperah dan dari kepuasan bayi saat menyusu. Jika sudah menyusu cukup lama, tetapi bayi masih belum mau melepaskannya atau bahkan rewel, bisa jadi bayi belum kenyang karena jumlah ASI yang keluar berkurang.

 

sumber: Kompas.com

Sedekahi baju satu-satunya, Rasulullah telanjang tak berani keluar

Nabi Muhammad SAW sudah terbiasa hidup prihatin karena beliau lebih banyak memberi daripada menerima. Para fakir terbiasa meminta sedekah padanya meski beliau sendiri kekurangan.

Suatu kali seorang anak mengaku disuruh ibunya untuk meminta sedekah kepada Nabi. “Tetapi, hari ini aku sama sekali tidak punya apa-apa,” jawab beliau seperti dikutip dari buku Bilik-Bilik Cinta Muhammad, Kamis (2/7).

Namun sang anak tetap memaksa,”Kata ibu bajumu juga boleh,”. Rasulullah langsung mencopot bajunya lalu diserahkan ke anak tersebut.

Di rumah Nabi sudah tidak punya pakaian lagi, Nabi malu untuk keluar rumah. Umat muslim yang mengetahui hal ini heran sekaligus cemas.

Umar lalu menghampiri Nabi,”Apakah ini perintah Allah?”

Lalu turun lah wahyu surat Al Isra ayat 29 yang berbunyi, “Dan jangan jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena dengan begitu kamu menjadi tercela dan menyesal,”

Para istri Rasulullah pun turut mencontoh perilaku Rasulullah. Bahkan Aisyah pernah bersedekah hingga dia tidak punya makanan sama sekali untuk berbuka puasa.

Diriwayatkan Al Baihaqi diriwayatkan Aisyah berkata,” Tak pernah Rasulullah kenyang tiga hari berturut-turut. Padahal kalau mau, kami bisa kenyang. Tetapi beliau lebih memilih mendahulukan orang lain,”

 

 

sumber: Merdeka.com

Pasca bom WTC, banyak gereja disulap menjadi masjid

Tragedi pemboman World Trade Center (WTC) dan WTC7, Negara Bagian Manhattan, Kota New York, Amerika Serikat, pada 11 September 2001 lalu menuai banyak hikmah di Amerika. Saat itu nama Islam diopinikan negatif namun karena hal itu banyak orang Amerika mulai ingin mempelajari Islam.

Orang Amerika mulai terbuka pada Islam karena menyadari ajaran Muhammad ini tidak pernah mengajarkan teror. Bahkan para jamaah gereja mulai menyerahkan bangunan mereka untuk dijadikan masjid.

Ini mengingat sulitnya umat muslim di Amerika untuk mendapatkan tempat ibadah. Salah satu gereja yang disulap menjadi masjid adalah, Masjid Imaam di Maryland, Washington DC, Amerika Serikat.

Masjid yang didirikan pada 26 September 2014 dengan luas 1,5 hektar ini, dipelopori oleh komunitas Indonesia di Washington DC.

“Susah berjuangnya panas dingin tapi sudah dilewati karena semangat dakwah komunitas. Ini lahir dari segelintir orang Indonesia di Paman Sam bagaimana menjaga aqidah ketika jauh dari Indonesia,” ungkap salah satu pengurus Masjid Imaam Arif Mustofa dalam program Muslim Traveller Net TV di America Culture Center, Jakarta, Kamis (9/7).

Penulis ternama, Ahmad Fuadi yang pernah menimba ilmu di Amerika menjadi salah satu saksi perubahan perilaku orang Amerika terhadap muslim.

Dulu Fuadi dan mahasiswa muslim di George Washington University memimpikan adanya masjid yang luas dan strategis untuk salat jumat.

“Ada sebuah gereja di tengah kampus kita ngomong ke pengurus gereja dan mereka setuju mengizinkan masyarakat kampus untuk salat Jumat di basement gereja. Setelah 9-11 gereja itu tetap jumatan dan semakin besar,” terang Fuadi panjang lebar.

Fuadi juga mengaku mengalami hal yang menakjubkan selepas tragedi tersebut. “Mereka jadi lebih tahu Islam, buku Islam menjadi best seller. Waktu 9-11 terjadi orang-orang berhijab menyumbang darah, yang lain malah respek dan engga menyalah-nyalahkan,” tuturnya.

 

sumber: Merdeka.com

Jangan Sampai Salah, Ini Takaran Bayar Fidyah Menurut Al-Quran dan Sunnah

Ada satu hal pelik yang dirasakan Muslim yang berhalangan untuk berpuasa pada setiap bulan Ramadan, yakni bagaimana takaran dalam membayar fidyah.

Ada yang mengatakan boleh dibayar sesuai harga nominal makan kita untuk satu porsi dikalikan jumlah puasa yang harus diganti, ada pula yang menyarankan dengan memberi makan orang miskin sebanyak 1 mud (1,25 kilogram cerealia, seperti gandum, beras dan lainnya, red.).

Lantas bagaimana kaidah fiqih mengatur pembayaran fidyah yang sesuai dengan perintah Allah dan seperti yang diteladankan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam? Seperti yang dikutip dari arrahmah.com lewat penjelasan Ustadz Ahmad Sarwat Lc., dalam Rumah Fiqih Indonesia, belum lama ini.

Membayar fidyah memang ditetapkan berdasarkan jumlah hari yang ditinggalkan untuk berpuasa. Setiap satu hari seseorang meninggalkan puasa, maka dia wajib membayar fidyah kepada satu orang fakir miskin.

Sedangkan teknis pelaksanaannya, apakah mau perhari atau mau sekaligus sebulan, kembali kepada keluasan masing-masing orang. Kalau seseorang nyaman memberi fidyah tiap hari, silahkan dilakukan.

Sebaliknya, bila lebih nyaman untuk diberikan sekaligus untukpuasa satu bulan, silahkan saja. Yang penting jumlah takarannya tidak kurang dari yang telah ditetapkan.

Berapakah besar fidyah?
Sebagian ulama seperti Imam As-Syafi’i dan Imam Malik menetapkan bahwa ukuran fidyah yang harus dibayarkan kepada setiap satu orang fakir miskin adalah satu mud gandum sesuai dengan ukuran mud Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.

Yang dimaksud dengan mud adalah telapak tangan yang ditengadahkan ke atas untuk menampung makanan, kira-kira mirip orang berdoa.

Sebagian lagi seperti Abu Hanifah mengatakan dua mud gandum dengan ukuran mud Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam atau setara dengan setengah sha‘ kurma atau tepung.

Atau juga bisa disetarakan dengan memberi makan siang dan makan malam hingga kenyang kepada satu orang miskin.

Dalam kitab Al-Fiqhul Islami Wa Adillatuhu oleh Dr. Wahbah Az-Zuhaili jilid 1 halaman 143 disebutkan bahwa bila diukur dengan ukuran zaman sekarang ini, satu mud itu setara dengan 675 gram atau 0,688 liter.

Sedangkan 1 sha‘ setara dengan 4 mud . Bila ditimbang, 1 sha‘ itu beratnya kira-kira 2.176 gram. Bila diukur volumenya, 1 sha‘ setara dengan 2,75 liter.

Lalu, Siapa Saja yang Harus Membayar Fidyah?

– Orang yang sakit dan secara umum ditetapkan sulit untuk sembuh lagi.

– Orang tua atau lemah yang sudah tidak kuat lagi berpuasa.

– Wanita yang hamil dan menyusui apabila ketika tidak puasamengakhawatirkan anak yang dikandung atau disusuinya itu. Mereka itu wajib membayar fidyah saja menurut sebagian ulama, namun menurut Imam Syafi’i selain wajib membayar fidyah juga wajib mengqadha’ puasanya. Sedangkan menurut pendapat lain, tidak membayar fidyah tetapi cukup mengqadha’.

– Orang yang menunda kewajiban mengqadha’ puasa Ramadhan tanpa uzur syar’i hingga Ramadhan tahun berikutnya telah menjelang. Mereka wajib mengqadha’nya sekaligus membayar fidyah, menurut sebagian ulama. Wallahu a’lam bish shawab. (*)

 

sumber: Tribun Jabar

Riba Menjerat Anda Menuju Kefakiran

Allah swt berfirman :

“Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencari keridhaan Allah, maka {yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya) (ar Ruum : 39)

Maksudnya , apa yang engkau keluarkan dari harta kalian, wahai orang-orang kaya, dengan jalan riba demi menambah banyak harta kalian, maka tidak akan bertambah, tidak akan dianggap zakat dan akan dilipat gandakan disisi Allah, karena ia adalah usaha yang jelek dan tidak diberkahi oleh Allah.

Imam Az –Zamkhsyari berkata,” Ayat ini senada dengan firman Allah yang mengatakan , “ Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah . Dan Allah tidak menyukai setiap orang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa (al Baqarah: 276).

Maksudnya bahwa Allah akan memusnahkan tunas kebaikannya dan menghapus semua amalnya, meskipun dilihat dari zahir ia bertambah. Allah akan memperbanyak kualitas sedekah seseorang dan mengembangkannya, meskipun secara zahir terlihat berkurang dan sedikit.

Allah berfirman :

“ Orang-orang yang makan (mengambil riba) tidak dapat berdiri mItulah cirri mereka, dapat diketahui pada hari mashyar yang akan menghancurkan mereka dan sebagai penyingkap keburukan merekaelainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila” (al Baqarah: 275)

Maksudnya, orang-orang yang bermuamalah dengan riba dengan keuntungan yang telah ditentukan dan memeras darah manusia, ia tidak akan bisa berdiri dari kuburnya di hari kiamat kecuali seperti orang yang mati karena terkena gila. Ia merasa kesusahan berdiri, jatuh bangun dan tidak dapat berjalan dengan lurus. Mereka akan berdiri dalam keadaan gila, seperti orang yang telah mati. Itulah ciri mereka , dapat diketahui pada hari mahsyar yang akan menghancurkan mereka dan sebagai penyingkap keburukan mereka.

“ Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman (al baqarah : 278)

Maksudnya takutlah kalian kepada Allah . Selalulah merasa diawasi oleh-Nya atas apa yang kalian lakukan. Bersihkanlah harta kalian dari riba yang ada pada tangan manusia, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah.

Riba secara etimologis adalah ‘penambahan’. Jika dikatakan rabaa as-syaiu artinya sesuatu itu bertambah. Dari asal kata ini muncul ar-rabwah wa ar-raabiah. Secara syar’i yang dimaksud dengan riba adalah penambahan pada modal semula yang di ambil oleh orang yang mengutangi kepada orang yang diutangi dengan tempo waktu yang ditentukan.

Allah berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat beberuntungan.” (Ali-Imran:130)

“Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah melarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara yang bathil. (Ali-Imran:130)

Maksudnya, mereka memakan harta riba padahal Allah telah mengharamkannya di dalam Taurat. Dan mereka memakan harta manusia dengan jalan suap dan semua cara yang haram, yang jelasnya tidak dibenarkan dalam ajaran agamanya.

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (Al-Baqarah:276)

Maksudnya, Allah telah menghalalkan jual beli karena di dalamnya mengandung banyak manfaat dan Dia mengharamkan riba karena didalamnya mengandung banyak mudharat yang besar, baik itu bagi diri pribadi maupun masyarakat. Karena di dalam muamalah tersebut terdapat penambahan nilai yang sifatnya sangat mencekik dan menguras pihak yang mengutang.

Saudaraku. Hindarilah bermuamalah dengan riba sebagaimana engkau lari dan menghindar dari penyakit lepra. Karena ia dapat menjerat Anda ke dalam jurang kefakiran dan penyakit-penyakit lain yang berbahaya, serta kehidupan yang serba sulit. Apapun sebabnya anda harus menghindar darinya, jangan tergiur oleh bujukan-bujukan yang mengajakmu bermuamalah dengan riba. Satu hal yang paling penting anda ketahui adalah bahwa Allah telah mengharamkannya untuk memakan riba, maka anda harus menjauhinya selama hal tersebut haram.

-/Yasir Syalabi/-

sumber: Era Muslim

Merasa Diri Paling Merana

Saat itu saya tengah berada di kota Jeddah, Saudi Arabia. Terpapar dihadapan saya sebuah koran berbahasa Arab di lobby hotel. Tergerak saya melihat berita dan artikel yang tertulis di sana, hingga saya temukan sebuah tulisan yang amat bermanfaat ini.

Tersebutlah kisah nyata seorang kaya raya berkebangsaan Saudi bernama Ra’fat. Ia diwawancarai setelah ia berhasil sembuh dari penyakit liver akut yang ia idap. Pola hidup berlebihan dan mengkonsumsi makanan tak beraturan membuat Ra’fat mengalami penyakit di atas.

Ra’fat berobat untuk mencari kesembuhan. Banyak dokter dan rumah sakit ia kunjungi di Saudi Arabia sebagai ikhtiar. Namun meski sudah menyita banyak waktu, tenaga, pikiran dan biaya, sayangnya penyakit itu tidak kunjung sembuh juga. Ra’fat mulai mengeluh. Badannya bertambah kurus. Tak ubahnya seperti seorang pesakitan.

Demi mencari upaya sembuh, maka Ra’fat mengikuti saran dokter untuk berobat ke sebuah rumah sakit terkenal spesialis liver di Guangzhou, China. Ia berangkat ke sana ditemani oleh keluarga. Penyakit liver semakin bertambah parah. Maka saat Ra’fat diperiksa, dokter mengatakan bahwa harus diambil tindakan operasi segera. Ketika Ra’fat menanyakan berapa besar kemungkinan berhasilnya. Dokter menyatakan kemungkinannya adalah fifty-fifty.

“50% kalau operasi berhasil maka Anda akan sembuh, 50% bila tidak berhasil mungkin nyawa Anda adalah taruhannya!” jelas sang dokter.

Mendapati bahwa boleh jadi ia bakal mati, maka Ra’fat berkata, “Dokter, kalau operasi ini gagal dan saya bisa mati, maka izinkan saya untuk kembali ke negara saya untuk berpamitan dengan keluarga, sahabat, kerabat dan orang yang saya kenal. Saya khawatir bila mati menghadap Allah Swt namun saya masih punya banyak kesalahan terhadap orang yang saya kenal.” Ra’fat berkata sedemikian sebab ia takut sekali atas dosa dan kesalahan yang ia perbuat.

Dengan enteng dokter membalas, “Terlalu riskan bagi saya untuk membiarkan Anda tidak segera mendapatkan penanganan. Penyakit liver ini sudah begitu akut. Saya tidak berani menjamin keselamatan diri Anda untuk kembali ke tanah air kecuali dalam 2 hari. Bila Anda lebih dari itu datang kembali ke sini, mungkin Anda akan mendapati dokter lain yang akan menangani operasi liver Anda.”

Bagi Ra’fat 2 hari itu cukup berarti. Ia pun berjanji akan kembali dalam tempo itu. Serta-merta ia mencari pesawat jet yang bisa disewa dan ia pun pergi berangkat menuju tanah airnya.

Kesempatan itu betul-betul digunakan oleh Ra’fat untuk mendatangi semua orang yang pernah ia kenal. Satu per satu dari keluarga dan kerabat ia sambangi untuk meminta maaf dan berpamitan. Kepada mereka Ra’fat berkata, “Maafkan aku, Ra’fat yang kalian kenal ini sungguh banyak kesalahan dan dosa… Boleh jadi setelah dua hari dari sekarang saya sudah tidak lagi panjang umur…”

Itulah yang disampaikan Ra’fat kepada orang-orang. Dan setiap dari mereka menangis sedih atas kabar berita yang mereka dengar dari orang yang mereka cintai dan kagumi ini.

Ra’fat menyambangi satu per satu dari mereka. Meski dengan tubuh yang kurus tak berdaya, ia berniat mendatangi mereka untuk meminta doa dan berpamitan. Dan kondisi itu membuat Ra’fat menjadi sedih. Ia merasa menjadi manusia yang paling merana. Ia merasa tak berdaya dan tak berguna. Sering dalam kesedihannya ia membatin, “Ya Allah…. rupanya keluarga yang mencintai aku…. harta banyak yang aku miliki… perusahaan besar yang aku punya…. semuanya itu tidak ada yang mampu membantuku untuk kembali sembuh dari penyakit ini! Semuanya tak ada guna… semuanya sia-sia!”

Rasa emosi batin itu membuat tubuh Ra’fat bertambah lemah.  Ia hanya mampu perbanyak istighfar memohon ampunan Tuhannya. Memutar tasbih sambil berdzikir kini menjadi kegiatan utamanya. Ia masih merasa bahwa dirinya adalah manusia yang paling merana di dunia.

Hingga saat ia sedang berada di mobilnya. duduk di kursi belakang dengan tangan memutar tasbih seraya berdzikir. Hanya Ra’fat dan supirnya yang berada di mobil itu. Mereka melaju berkendara menuju sebuah rumah kerabat dengan tujuan berpamitan dan minta restu. Saat itulah menjadi moment spesial yang tak akan terlupakan untuk Ra’fat.

Beberapa ratus meter di depan, mata Ra’fat melihat ada seorang wanita berpakaian abaya (pakaian panjang wanita Arab yang serba berwarna hitam) tengah berdiri di depan sebuah toko daging. di sisi wanita tadi ada sebuah karung plastik putih yang biasa menjadi tempat limbah toko tersebut. Wanita tadi mengangkat dengan tangan kirinya sebilah tulang sapi dari karung. Sementara tangan kanannya mengumpil dan mencuil daging-daging sapi yang masih tersisa di pinggiran tulang.

Ra’fat memandang tajam ke arah wanita tersebut dengan pandangan seksama. Rasa ingin tahu membuncah di hati Ra’fat tentang apa yang sedang dilakukan wanita itu. Begitu mobilnya melintasi sang wanita, sekilas Ra’fat memperhatikan. Maka ia pun menepuk pundak sang sopir dan memintanya untuk menepi.

Saat mobil sudah berhenti, Ra’fat mengamati apa yang dilakukan oleh sang wanita. Entah apa yang membuat Ra’fat menjadi penasaran. Keingintahuannya membuncah. Ia turun dari mobil. lemah ia membuka pintu, dan ia berjalan tertatih-tatih menuju tempat wanita itu berada.

Dalam jarak beberapa hasta Ra’fat mengucapkan salam kepada wanita tersebut namun salamnya tiada terjawab. Ra’fat pun bertanya kepada wanita tersebut dengan suara lemah, “Ibu…, apa yang sedang kau lakukan?”

Rupanya wanita ini sudah terlalu sering diacuhkan orang, hingga ia pun tidak peduli lagi dengan manusia. Meski ada yang bertanya kepadanya, wanita tadi hanya menjawab tanpa menoleh sedikitpun ke arah si penanya. Sambil mengumpil daging wanita itu berkata, “Aku memuji Allah Swt yang telah menuntun langkahku ke tempat ini. Sudah berhari-hari aku dan 3 orang putriku tidak makan. Namun hari ini, Dia Swt membawaku ke tempat ini sehingga aku dapati daging limbah yang masih bertengger di sisi tulang sisa. Aku berencana akan membuat kejutan untuk ketiga putriku malam ini. Insya Allah, aku akan memasakkan sup daging yang lezat buat mereka….”

Subhanallah. …! bergetar hebat relung batin Ra’fat saat mendengar penuturan kisah kemiskinan yang ada di hadapannya. Tidak pernah ia menyangka ada manusia yang melarat seperti ini. Maka serta-merta Ra’fat melangkah ke arah toko daging. Ia panggil salah seorang petugasnya. Lalu ia berkata kepada petugas toko, “Pak…, tolong siapkan untuk ibu itu dan keluarganya 1 kg daging dalam seminggu dan aku akan membayarnya selama setahun!”

Kalimat yang meluncur dari mulut Ra’fat membuat wanita tadi menghentikan kegiatannya. Seolah tak percaya, ia angkat wajah dan menoleh ke arah Ra’fat. Kini mata wanita itu menatap dalam mata Ra’fat seolah ia berterima kasih lewat sorot pandang.

Merasa malu ditatap seperti itu, Ra’fat menoleh ke arah petugas toko. Ia pun berkata, “Pak…, tolong jangan buat 1 kg dalam seminggu, aku rasa itu tidak cukup. Siapkan 2 kg dalam seminggu dan aku akan membayarnya untuk setahun penuh!” Serta-merta Ra’fat mengeluarkan beberapa lembar uang 500-an riyal Saudi lalu ia serahkan kepada petugas tadi.

Usai Ra’fat membayar dan hendak meninggalkan toko daging, maka terhentilah langkahnya saat ia menatap wanita tadi tengah menengadah ke langit sambil mengangkat kedua belah tangannya seraya berdoa dengan penuh kesungguhan:

“Allahumma ya Allah… berikanlah kepada tuan ini keberkahan rezeki. Limpahkan karunia-Mu yang banyak kepadanya. Jadikan ia manusia mulia di dunia dan akhirat. Beri ia kenikmatan seperti yang Engkau berikan kepada para hamba-Mu yang shalihin. Kabulkan setiap hajatnya dan berilah ia kesehatan lahir dan batin…..dst”

Panjang sekali doa yang dibaca oleh wanita tersebut. Kalimat-kalimat doa itu terjalin indah naik ke langit menuju Allah Swt. Bergetar arsy Allah Swt atas doa yang dibacakan sehingga getaran itu terasa di hati Ra’fat. Ia mulai merasakan ketentraman dan kehangatan. Kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Hampir saja Ra’fat menitikkan air mata saat mendengar jalinan indah kalimat doa wanita tersebut. Andai saja ia tidak merasa malu, pastilah buliran air mata hangat sudah membasahi pipinya. Namun bagi Ra’fat pantang menangis…, apalagi dihadapan seorang wanita yang belum ia kenal.

Ra’fat lalu memutuskan untuk meninggalkan wanita tersebut. Ia berjalan tegap dan cepat menuju mobilnya. Dan ia belum juga merasakan keajaiban itu! Ya, keajaiban yang ditambah saat Ra’fat membuka dan menutup pintu mobil dengan gagah seperti manusia sehat sediakala!!!

Sungguh doa wanita itu memberi kedamaian pada hati Ra’fat. Sepanjang jalan di atas kendaraan Ra’fat terus tersenyum membayangkan doa yang dibacakan oleh sang wanita tadi. Perjalanan menuju rumah seorang kerabat itu menjadi indah.

Sesampainya di tujuan lalu Ra’fat mengutarakan maksudnya. Ia berpamitan dan meminta restu. Ia katakan boleh jadi ia tidak lagi berumur panjang sebab sakit liver akut yang diderita.

Anehnya saat mendengar berita itu dari Ra’fat, sang kerabat berkata, “Ra’fat…, janganlah engkau bergurau. Kamu terlihat begitu sehat. Wajahmu ceria. Sedikit pun tidak ada tanda-tanda bahwa engkau sedang sakit.”

Awalnya Ra’fat menganggap bahwa kalimat yang diucapkan kerabat tadi hanya untuk menghibur dirinya yang sedang sedih. Namun setelah ia mendatangi saudara dan kerabat yang lain, anehnya semuanya berpendapat serupa.

Dua hari yang dimaksud pun tiba. Ia didampingi oleh istri dan beberapa anaknya kembali datang ke China. Hari yang dimaksud untuk menjalani operasi sudah disiapkan. Sebelum masuk ruang tindakan, beberapa pemeriksaan pun dilakukan. Setelah hasil pemeriksaan itu dipelajari maka ketua tim dokter pun bertanya keheranan kepada Ra’fat dan keluarga:

“Aneh….! dua hari yang lalu kami dapati liver tuan Ra’fat rusak parah dan harus dilakukan tindakan operasi. Tapi setelah kami teliti, mengapa liver ini menjadi sempurna lagi?!”

Kalimat dokter itu membuat Ra’fat dan keluarga menjadi bahagia. Berulangkali terdengar kalimat takbir dan tahmid di ruangan meluncur dari mulut mereka. Mereka memuji Allah Swt yang telah menyembuhkan Ra’fat dari penyakit dengan begitu cepat. Siapa yang percaya bahwa Allah yang memberi penyakit, maka ia pun akan yakin bahwa hanya Dia Swt yang mampu menyembuhkan. Jangan bersedih dan merasa hidup merana. Sadari bahwa dalam kegetiran ada hikmah bak mutiara!

 

sumber: Era Muslim