Viral Artis Buka Cadar Depan Publik, Berdosakah?

Tengah viral di media sosial, seorang artis IR yang buka cadar di depan khalayak umum. Pelepasan cadar tersebut yang telah bertahun-tahun telah pakai. Alasannya, memutuskan membuka cadar karena demi pekerjaan. Sebab ia harus tetap bertahan hidup meskipun tanpa Virgoun, suami yang menceraikannya. Lantas artis buka cadar depan publik, berdosakah?

Sejatinya, Pemakaian cadar adalah praktik yang umum di beberapa masyarakat Muslim. Namun, pendapat ulama mengenai hukum mengenakan cadar masih menjadi perdebatan dalam dunia Islam. Artikel ini akan membahas pandangan beberapa ulama terkenal tentang hukum mengenakan cadar, serta merujuk kepada kitab-kitab penting yang menjadi referensi mereka.

Pendapat Ulama tentang Cadar

Pertama, Imam Abu Hanifah: Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa cadar tidak wajib bagi perempuan Muslim. Dia berargumen bahwa menutup wajah bukanlah kewajiban yang ditetapkan oleh Allah dalam Al-Qur’an atau Sunnah Nabi Muhammad. Pendapat ini sebagaimana dijelaskan oleh Ali bin Abu Bakar al-Marghinani, al-Hidayah Syarh Al-Bidayah, juz 1, halaman 285;

وَبَدَنُ الْحُرَّةِ كُلُّهَا عَوْرَةٌ إِلَّا وَجْهَهَا وَكَفَّيْهَا

“Dan keseluruhan badan perempuan merdeka adalah aurat, kecuali wajahnya dan kedua telapak tangannya.”.

Kedua, Imam Malik: ulama mazhab Maliki menyatakan, memakai cadar hukumnya makruh karena termasuk berlebih-lebihan dalam beragama.

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Mausu’atul Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, juz XLI, halaman 134;

الاِنْتِقَابُ فِيهَا لِأجْلِهَا أَوْ لاَ ، لِأَنَّهُ مِنَ الْغُلُوِّ.وَيُكْرَهُ النِّقَابُ لِلرِّجَال مِنْ بَابِ أَوْلَى إِلاَّ إِذَا كَانَ ذَلِكَ مِنْ عَادَةِ قَوْمِهِ ، فَلاَ يُكْرَهُ إِذَا كَانَ فِي غَيْرِ صَلاَةٍ ، وَأَمَّا فِي الصَّلاَةِ فَيُكْرَهُ .وَقَالُوا : يَجِبُ عَلَى الشَّابَّةِ مَخْشِيَّةِ الْفِتْنَةِ سَتْرٌ حَتَّى الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ إِذَا كَانَتْ جَمِيلَةً ، أَوْ يَكْثُرُ الْفَسَادُ.

Artinya, “Madzhab Maliki berpendapat bahwa dimakruhkan wanita memakai cadar—artinya menutupi wajahnya sampai mata—baik dalam shalat maupun di luar shalat atau karena melakukan shalat atau tidak karena hal itu termasuk berlebihan (ghuluw).

Dan lebih utama cadar dimakruhkan bagi laki-laki kecuali ketika hal itu merupakan kebiasaan yang berlaku di masyarakatnya, maka tidak dimakruhkan ketika di luar shalat.

Adapun dalam shalat maka dimakruhkan. Mereka menyatakan bahwa wajib menutupi kedua telapak tangan dan wajah bagi perempuan muda yang dikhawatirkan bisa menimbulkan fitnah, apabila ia adalah wanita yang cantik, atau maraknya kebejatan moral,” .

Ketiga,  Imam Asy-Syafi’i. Imam Asy-Syafi’i berpendapat bahwa cadar adalah sunnah dan ada juga yang mengatakan wajib [sangat dianjurkan]. Menurutnya,  menutup wajah dengan cadar adalah bagian dari ketaatan kepada Allah dan menjaga kehormatan perempuan.

وَاخْتَلَفَ الشَّافِعِيَّةُ فِي تَنَقُّبِ الْمَرْأَةِ ، فَرَأْيٌ يُوجِبُ النِّقَابَ عَلَيْهَا ، وَقِيل : هُوَ سُنَّةٌ ، وَقِيل : هُوَ خِلاَفُ الأَوْلَى

Artinya, “Madzhab Syafi’i berbeda pendapat mengenai hukum memakai cadar bagi perempuan. Satu pendapat menyatakan bahwa hukum mengenakan cadar bagi perempuan adalah wajib. Pendapat lain (qila) menyatakan hukumnya adalah sunah. Dan ada juga yang menyatakan khilaful awla,”

Selanjutnya Syekh Syarqawi dalam kitab Hasyiyatus Syarqawi Ala Tuhfathit Tullab, juz 1, h. 174 mengatakan bahwa aurat perempuan di depan laki-laki sejatinya seluruh dirinya, termasuk wajah dan telapak tangannya. Simak penjelasannya:

 أَمَّا عَوْرَتُهَا خَارِجَ الصَّلَاةِ بِالنِّسْبَةِ لِنَظَرِ الْأَجْنَبِيِّ إِلَيْهَا فَجَمِيْعُ بَدَنِهَا حَتَّى الْوَجْهَ وَالْكَفَّيْنِ

   “Adapun aurat perempuan di luar shalat dari sisi pandangan laki-laki lain terhadap dirinya adalah seluruh badannya, sampai wajah dan kedua telapak tangan.”

Empat, Imam Ahmad bin Hanbal: Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa cadar adalah tidak wajib bagi perempuan muslimah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Ibnu Qudamah al-Hanbali:

 وَالْمَرْأَةُ كُلُّهَا عَوْرَةٌ إِلَّا الْوَجْهَ، وَفِي الْكَفَّيْنِ رِوَايَتَانِ

“Dan seluruh tubuh perempuan adalah aurat, kecuali wajah. Sedangkan terkait kedua telapak tangan terdapat dua riwayat.”

Kesimpulan

Perbedaan pendapat ulama tentang hukum mengenakan cadar menggambarkan keragaman dalam pemahaman Islam. Ada ulama yang berpendapat bahwa cadar tidak wajib, sementara yang lain menganggapnya sunnah atau bahkan wajib.

Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslimah untuk memahami argumen-argumen dari berbagai ulama dan merujuk kepada kitab-kitab yang menjadi referensi mereka. Memahami konteks sosial, budaya, dan hukum negara juga merupakan faktor penting dalam menentukan pendekatan pribadi terhadap penggunaan cadar.

Dengan demikian, perdebatan tentang hukum mengenakan cadar adalah bagian dari diskusi yang berkelanjutan dalam dunia Muslim. Hal ini menekankan pentingnya menghormati pendapat dan pandangan ulama, sambil juga memahami bahwa konteks dan interpretasi dapat berbeda di antara individu dan masyarakat yang berbeda.

BINCANG SYARIAH

Petugas Haji Diminta Perlakukan Jamaah Layaknya Orang Tua Sendiri

Melayani jamaah haji merupakan sebuah kemuliaan.

Kementerian Agama menggelar Pelepasan Pemberangkatan Petugas Haji Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi Tahun 1444 H/2023 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Jumat (19/5/2023). Hadir dalam acara pelepasan, Direktur Bina Haji, Ditjen Penyelenggara Haji dan Umroh (PHU), Kementerian Agama, Arsad Hidayat.

Arsad mengatakan, melayani jamaah  haji merupakan sebuah kemuliaan. Tidak setiap orang mendapatkan tugas kemuliaan tersebut. Arsad pun memaparkan ada tujuan petugas haji diberangkatkan lebih dulu.

“Keberangkatan petugas dilaksanakan lebih awal guna memastikan layanan untuk jamaah haji sudah siap seperti akomodasi, kesehatan, pemondokan, katering dan transportasi, ” paparnya di hadapan ratusan petugas haji.

Dia mengatakan petugas haji harus mengedepankan 3S yakni senyum, salam, dan sapa kepada para jemaah haji Indonesia. “Jadi jangan nanti ketika jamaah haji datang ada keluhan, kita tidak boleh menghindar, harus dihadapi minimal mendengarkan, senyum,” kata dia.

Arsad mengatakan petugas haji harus memperlakukan jamaah layaknya seperti orang tua sendiri. “Kalau kita mau mendatangkan orang tua ke rumah kita, persiapkan makanannya paling enak, tempat istirahat agar mereka merasa senang, nyaman dan puas dengan pelayanan,” kata dia.

Pada Sabtu pagi (20/5/2023), sebanyak 492 petugas haji bertolak ke Jeddah, Arab Saudi. Dari total 492 petugas, 363 orang dari Kemenag dan 129 orang dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang terdiri dari dokter dan perawat. Adapun Kementerian Agama terdiri dari unsur pelayanan jemaah (linjam), media center haji, akomodasi, katering, transportasi, hingga petugas khusus menangani jemaah lanjut usia (lansia).

Dari total 492 petugas haji akan ditempatkan di daerah kerja (daker) Madinah dan daker bandara. Sementara petugas haji daker Makkah akan diberangkat pada 27 Mei dan 30 Mei 2023.

Seperti diketahui, Tanggal 24 Mei 2023 (4 Zulkaidah 1444): Awal pemberangkatan jemaah haji gelombang I dari tanah air ke Madina. Pada tanggal 2 Juni 2023 (13 Zulkaidah 1444): Awal pemberangkatan jemaah haji gelombang I dari Madinah ke Makkah hingga jelang puncak ibadah haji.

IHRAM

Respons Jamaah Haji soal Living Cost Dipotong 50 Persen

Kementerian Agama mengumumkan adanya pengurangan dana kebutuhan hidup (living cost) para calon jamaah haji 1444 H. Tak tanggung-tanggung, dana dipangkas hingga 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun ini, ongkos hidup selama di tanah suci yang diberikan hanya sebanyak 750 riyal atau Rp 3.030.000 saja. Jumlah ini hanya setengahnya dari dana living cost tahun sebelumnya yang mencapai 1.500 riyal atau sekitar Rp 6 juta.

Salah satu calhaj asal Kota Bandung Titi Maria (61) mengaku cukup kecewa dengan keputusan ini. Menurutnya informasi mengenai besaran living cost kerap kali berubah-ubah. Padahal, mayoritas jamaah mengandalkan dana living cost sebagai anggaran selama berada di tanah suci, sambungnya.

“Living cost itu kan kadang-kadang kita awalnya beritanya segini taunya segitu, harusnya dari awal ada kepastian. Kan maaf kata tidak semua orang punya kemampuan anggaran yang cukup, kan ada yang mungkin mengharapkan living cost dari sana,” keluh Titi saat ditemui Republika usai acara pelepasan Calhaj Kota Bandung tahun 2023 di Pusdai Jawa Barat, Sabtu (20/5/2023).

Kepala Bidang Penyelenggara Haji Umrah Kemenag Jabar Boy Hari Novian mengatakan, untuk calhaj 2023, dana living cost yang diberikan hanya sebanyak 750 riyal atau Rp 3.030.000 saja. Jumlah ini hanya setengah dari dana living cost tahun sebelumnya yang mencapai 1.500 riyal atau sekitar Rp 6 juta.

Pengurangan ini, menurut Boy, disebabkan naiknya ketentuan biaya haji yang ditetapkan Pemerintah Arab Saudi, sehingga perlu adanya langkah penyesuaian yang dilakukan. Dia juga menegaskan bahwa kenaikan ini bukan keinginan atau intervensi dari Pemerintah Indonesia.

“Penurunan ini memang turun setengahnya, itu disebabkan adanya kenaikan biaya oleh pihak Saudi jadi pemerintah indonesia tidak menaikkan biaya haji tapi kita menyesuaikan dengan pihak penentu kebijakan biaya yaitu pemerintah Arab Saudi,” tegasnya.

“Karena memang ada beberapa komponen biaya yang naik dari sebelumnya, makanya kita lakukan efisiensi dengan mengkurangi living cost agar biaya haji tidak terlalu membebani jamaah,” sambung Boy.

Kepala Kemenang Kota Bandung Tedi Ahmad Junaedi juga mengungkapkan pernyataan serupa. Menurutnya, kenaikan ini merupakan upaya penyesuaian yang dilakukan Pemerintah Indonesia atas kenaikan biaya yang ditetapkan Pemerintah Saudi. Kenaikan biaya tersebut, sambung dia, diantaranya berasal dari kenaikan biaya penginapan dan katering.

“Jadi kami alihkan kenaikan biaya tersebut dengan mengurangi dana living cost, dan memang pengurangan ini sudah diinformasikan ke jamaah dan tidak ada masalah sehingga kita concern pada upaya menyukseskan ibadah haji,” ujarnya.

IHRAM

Berhala Ketiga di Muka Bumi: Kisah Kaum Tsamud

Artikel ini merupakan kelanjutan dari artikel yang lalu (Berhala Kedua di Muka Bumi). Sebelumnya telah dikisahkan tentang Kaum ‘Ad (keturunan Sam bin Nuh) yang pertama kali menyembah berhala setelah banjir di zaman Nabi Nuh ’alaihis salam yang saat itu hanya menyisakan sedikit manusia yang selamat.

Kemudian, karena kesyirikan dan keangkuhan kaum ‘Ad, maka Allah Yang Mahaperkasa menimpakan azab yang mengerikan kepada mereka. Di akhir kisah, tidak ada yang tersisa dari azab dahsyat ini selain Nabi Hud ’alaihis salam dan orang-orang beriman yang berlindung di sebuah lembah. Setelah kaum ‘Ad binasa, Nabi Hud, dan orang mukmin hijrah ke Hadramaut memulai kehidupan baru.

Munculnya kembali penyembahan kepada berhala

Sebagian keturunan kaum ‘Ad yang beriman di Hadramaut kemudian ada yang berpindah menuju bagian utara Jazirah Arab. Menurut keterangan dari `Abdullah bin ʿUmar radhiyallahu ‘anhu dan Ibnu Katsir rahimahullah, bahwa daerah tempat tinggal mereka disebut Al-Hijr (letaknya di kota Al-‘Ula, sekitar +-300 km sebelah utara kota Madinah). Anak keturunan kaum ‘Ad di Al-Hijr inilah yang disebut sebagai kaum Tsamud atau disebut juga sebagai sebagai kaum ‘Ad yang kedua (Tafsir Ibnu Katsir, 3: 439). Sedang kaum ‘Ad sebelumnya disebutkan dalam Qur’an sebagai kaum ‘Ad pertama (Lihat QS. An-Najm: 50).

Kaum Tsamud merupakan kaum penyembah berhala selanjutnya. Allah Ta’ala kemudian mengutus Nabi Saleh ’alaihis salam untuk menyeru kaum Tsamud agar menyembah Allah semata, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ

Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Saleh berkata, ‘Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya. Karena itu, mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).’” (QS. Hud: 61)

Nabi Saleh ’alaihis salam juga mengingatkan kaumnya agar selalu bersyukur atas berbagai kenikmatan yang telah diberikan. Beliau ’alaihis salam berkata,

وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ عَادٍ وَبَوَّأَكُمْ فِي الْأَرْضِ تَتَّخِذُونَ مِنْ سُهُولِهَا قُصُورًا وَتَنْحِتُونَ الْجِبَالَ بُيُوتًا فَاذْكُرُوا آلَاءَ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ

Dan ingatlah ketika Tuhan menjadikan kamu khalifah-khalifah (yang berkuasa) setelah kaum ‘Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah. Maka, ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi.” (QS. Al-A’raf: 74)

Dari ayat di atas disebutkan bahwa tempat tinggal kaum Tsamud ada di lembah dan gunung-gunung. Di lembah tersebut, mereka membangun rumah yang kokoh dengan memahat gunung-gunung. Bahkan, peninggalannya masih ada hingga saat ini dan menjadi tempat wisata warisan dunia UNESCO.

Setelah Nabi Saleh mendakwahkan dan mengingatkan kaumnya agar tidak menyembah berhala, (akan tetapi sama halnya seperti kaum ‘Ad) mereka mendustakan Nabi Saleh sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَلَقَدْ كَذَّبَ أَصْحَابُ الْحِجْرِ الْمُرْسَلِينَ. وَآتَيْنَاهُمْ آيَاتِنَا فَكَانُوا عَنْهَا مُعْرِضِينَ. وَكَانُوا يَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا آمِنِينَ

Dan sesungguhnya penduduk-penduduk kota Al-Hijr telah mendustakan rasul-rasul, dan Kami telah mendatangkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami, tetapi mereka selalu berpaling daripadanya, dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman (kokoh, penj.).” (QS. Al-Hijr: 80-82)

Dalam ayat yang lain kaum Tsamud berkata,

قَالُوا يَا صَالِحُ قَدْ كُنْتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَذَا أَتَنْهَانَا أَنْ نَعْبُدَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ

“Wahai Saleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan (menjadi pemimpin). (Tetapi) mengapa engkau melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh nenek moyang kami? Sungguh, kami benar-benar dalam keraguan dan kegelisahan terhadap apa (agama) yang engkau serukan kepada kami.’” (QS. Hud: 62)

Baca juga: Islam Bukan Warisan

Mukjizat Nabi Saleh

Meskipun Nabi Saleh ‘alaihis salam didustakan dan diingkari oleh kaumnya, Nabi Saleh tetap berdakwah mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah semata. Hingga akhirnya kaumnya merasa bosan dengan ajakan Nabi Saleh dan meminta untuk didatangkan bukti atas kebenaran kerasulannya. Mereka meminta didatangkan unta dari sebuah batu dengan ciri-ciri putih, tinggi, sedang hamil kembar 10 bulan. Dan jika keluar, mereka berjanji akan beriman. Namun, perlu diketahui bahwa itu hanyalah argumen bagi mereka agar tidak beriman dengan meminta kepada Nabi Saleh melakukan sesuatu yang mustahil.

Nabi Saleh kemudian salat dan berdoa kepada Allah. Kemudian meminta unta seperti yang diinginkan oleh kaumnya. Lalu, Allah kabulkan doa Nabi Saleh dengan mengeluarkan unta dari batu persis seperti yang disyaratkan. Ternyata, setelah nampak mukjizat tersebut bagi kaum Tsamud, hanya sebagian kecil dari mereka yang beriman dan sebagian besar yang lain tetap kafir (Lihat QS. Al-A’raf: 79 dan Tafsir Ibnu Katsir 3: 440). Demikianlah, orang yang sejak awal tidak menghendaki keimanan, mukjizat sehebat apapun tidak akan bisa membuat mereka beriman. Bahkan, Nabi Saleh dianggap tukang sihir sebagaimana firman Allah Ta’ala,

قَالُوٓا۟ إِنَّمَآ أَنتَ مِنَ ٱلْمُسَحَّرِينَ

Mereka berkata, “Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir.” (QS. Asy-Syuara: 153)

Unta Nabi Saleh dibunuh

Singkat cerita, karena kaum Tsamud mulai jengkel terhadap pantangan dan peraturan terhadap unta Nabi Saleh (Lihat QS. Asy-Syu’ara: 155), Maka, mereka dan 9 pembesar kaum Tsamud berencana membunuh unta Nabi Saleh (Lihat QS. An-Naml: 48). Lalu, ada seorang wanita tua membuat sayembara. Bahwa siapa saja yang berani membunuh unta Nabi Saleh, dia boleh memilih salah satu putrinya untuk dijadikan istri. Disebutkan dalam buku tafsir bahwa orang yang bangkit membunuh unta tersebut adalah Qaddar bin Salif (Lihat HR. Bukhari no. 4942,  Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 3: 444).

Lantas, laki-laki tersebut berdiri membunuh unta tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

إِذِ انْبَعَثَ أَشْقَاهَا

Ketika orang yang paling celaka bangkit di antara mereka.” (QS. Asy-Syams: 12)

فَكَذَّبُوهُ فَعَقَرُوهَا فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُمْ بِذَنْبِهِمْ فَسَوَّاهَا

Lalu, mereka mendustakan (Nabi Saleh) dan menyembelih unta itu. Karena itulah, Tuhan membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah meratakan mereka (dengan tanah).” (QS. Asy-Syams: 14)

Ketika mendengar kabar untanya telah dibunuh, Nabi Saleh ‘alaihissalam sangat sedih. Kemudian Nabi Saleh mendatangi mereka dan memberikan peringatan tentang azab yang akan datang tiga hari ke depan.

تَمَتَّعُوا فِي دَارِكُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ ذَلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوبٍ

Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari (karena itu hari-hari terakhir kalian di dunia dan sesungguhnya siksaan akan turun pada kalian setelahnya, penj. tafsir muyasar). Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.” (QS. Hud: 65)

Walaupun mereka menyesal karena telah membunuh unta tersebut (Lihat QS. Asy-Syu’ara: 157), (karena sudah merasa tanggung) mereka berencana juga membunuh Nabi Saleh.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari.” (QS. An-Naml: 50)

Pada malam harinya, mereka mendatangi rumah Nabi Saleh untuk membunuhnya. Tetapi, sebelum niat mereka tercapai, Allah mengutus para malaikat untuk menghujani mereka dengan batu hingga kepala mereka pecah. Demikianlah Allah melindungi Rasul-Nya dari perbuatan jahat hamba-hamba-Nya yang ingkar.

Turunnya azab tiga hari yang dijanjikan

Kemudian, kaum Tsamud menunggu selama tiga hari yang dijanjikan dengan ketakutan. Ketika lewat hari pertama, wajah mereka menguning. Pada hari kedua wajah mereka menjadi merah. Dan pada hari ketiga wajah mereka menghitam dan mereka pun bertanya-tanya tentang apa yang akan terjadi. Maka, pada hari keempat tersebut Allah membinasakan mereka semua dengan menimpakan azab dari tanah berupa gempa besar (Lihat QS. Al-A’raf: 78) beriringan dengan suara halilintar yang menggelegar (Lihat QS. Hud: 67 dan Tafsir Ibnu Katsir 3/442).

Allah Ta’ala berfirman,

فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا صَالِحًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَمِنْ خِزْيِ يَوْمِئِذٍ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ

“Maka, tatkala azab Kami datang, Kami selamatkan Saleh beserta orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami dan dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia­lah Yang Mahakuat lagi Mahaperkasa.” (QS. Hud: 66)

Setelah kaum Nabi Saleh mati dan binasa, kemudian beliau mendatangi mayat mereka dan berkata,

فَتَوَلَّى عَنْهُمْ وَقَالَ يَا قَوْمِ لَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ رِسَالَةَ رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ وَلَكِنْ لَا تُحِبُّونَ النَّاصِحِينَ

“Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat.’” (QS. Al-A’raf: 79)

Demikianlah akhir bagi orang-orang yang berbuat syirik lagi sombong. Semoga kisah ini dapat diambil hikmah dan faedahnya, agar kita senantiasa menjadi hamba yang bertauhid dan bersyukur atas segala yang diberikan kepada kita, bukan malah untuk kita sombongkan.

***

Penulis: Arif Muhammad N.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/84878-kisah-kaum-tsamud.html

Belalang Merajalela Masjid Nabawi Kerahkah Seribu Petugas Kebersihan

Pengunjung dan jamaah umrah di Masjid Nabawi tidak hanya diuji dengan hawa panas yang memanggang Madinah tetapi juga diganggu dengan belalang yang merajalela.

Oleh karena itu badan pengelola Masjid Nabawi, bekerja sama dengan berbagai badan lain di bawah Badan Presidensi Umum Dua Masjid Suci, mengerahkan lebih dari 1.000 petugas kebersihan setiap hari guna memastikan masjid senantiasa dalam keadaan layak untuk dikunjungi.

Dalam pernyataan yang dimuat di situs webnya hari Rabu (17/5/2023), badan tersebut mengatakan para petugas dibekali lebih dari 600 peralatan listrik dan manual untuk membersihkan jutaan serangga yang berterbangan dan berserakan di lantai masjid.

Kedatangan berjuta-juta belalang di Arab Saudi, seperti tampak dalam video di bawah, merupakan peristiwa musiman yang biasanya terjadi antara bulan Januari dan Juni.*

HIDAYATULLAH

Kiat Jaga Kebugaran Tubuh untuk Lansia

Calon jamaah haji lansia diimbau menjaga kebugaran tubuh menjelang keberangkatan haji.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengimbau calon jamaah haji lansia untuk menjaga kebugaran tubuh menjelang keberangkatan haji pada 24 Mei 2023.

Kepala Dinkes Kepri Mohammad Bisri mengatakan, dalam pelaksanaan manasik haji yang dilakukan di tingkat kota dan kecamatan telah disampaikan kiat-kiat atau tips menjaga daya tahan tubuh saat menjalan ibadah di Tanah Suci.

“Jamaah harus ikuti instruksi yang telah disampaikan dalam manasik haji. Apa saja yang harus dilakukan dan menjaga kesehatannya. Perlu menjaga kesehatan agar selalu bugar saat pelaksanaan haji,” kata Bisri saat dihubungi di Batam, Kamis.

Ia menyampaikan untuk tetap menjaga kebugaran tubuh pada saat menjalankan ibadah haji, lansia juga harus dalam pengawasan tim medis selama di Tanah Suci.

“Kalau yang harus minum obat, ya harus teratur minumnya, ikuti arahan dokter. Jadi ambil jalan tengahnya, yang penting jamaah lansia itu dalam pengawasan dan terkontrol kondisi kesehatannya. Lansia itu risiko dari sisi sakit,” kata dia.

Lebih lanjut, Bisri memastikan sebelum diberangkatkan ke Tanah Suci, jamaah calon haji akan dilakukan pengecekan kesehatan secara berkala. “Semua jamaah diperiksa kesehatannya sebelum berangkat, makanya di dalam kloter ada nakes yang mengawal mereka,” ujar dia.

Kata Bisri, jika dari hasil pemeriksaan yang menyatakan kemampuan fisik calon haji lansia tidak diperbolehkan berangkat karena alasan medis, calon haji yang bersangkutan tidak akan diberangkatkan.

“Begitu juga sebaliknya, walaupun tua tidak bisa jalan tapi fisiknya kuat dan sehat tetap boleh berangkat. Walaupun dia di kursi roda, yang penting jantungnya terkontrol, misalnya kena sakit kencing manis, tapi terkontrol juga tidak apa, yang dipastikan itu,” ujar dia.

sumber : Antara

Nasihat Sebelum Berhaji, Luruskan Niat

Ikhlas adalah landasan utama agar ibadah haji diterima oleh Allah SWT.

Ibadah haji tahun ini akan digelar dalam beberapa bulan mendatang. Bagi calon jamaah haji, hendaknya kembali memperhatikan niatnya dalam ibadah yang mulia ini.

Dikutip dari buku Panduan Ibadah Haji Sesuai Sunnah Nabi karya Ustadz Abu Ubaidah, terdapat beberapa nasihat dan pesan penting sebagai bekal untuk jamaah haji dan umroh sebelum mereka berangkat menuju tanah suci, di antaranya meluruskan niatnya.

Sebelum jamaah haji berangkat hendaknya menata niat bahwa ibadah haji yang ia lakukan hanya mengharap pahala Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan untuk pamer, kebanggan, atau agar dipanggil oleh masyarakat “pak haji” atau “bu haji”.

Ikhlas adalah landasan utama agar ibadah haji diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ

“Mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan.” (QS. Al-Bayyinah ayat 5).

Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu berkata: “Sewaktu Nabi SAW berangkat haji beliau memakai kendaraan yang sudah tua dan baju yang nilainya tidak sampai empat dirham, beliau berkata:

اللهم حجةً لا رياءَ فيها ولا سمعةَ

“Ya Allah, semoga ini adalah ibadah haji yang tidak ada riya dan sum’ah di dalamnya.” (HR. Ibnu Majah)

IHRAM

Ini Dia Jamaah Haji Usia 103 Tahun dari Tasikmalaya dan Cerita Mau Naik Haji

Jamaah haji dari Tasikmalaya sudah bersiap untuk diberangkatkan ke Tanah Suci.

Usia tak menjadi halangan bagi Mutiroh untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Di usia yang sudah menginjak 103 tahun, warga asal Kampung Kabandungan, Desa Pakalongan, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, itu tetap semangat untuk melaksanakan rukun Islam kelima.

Republika mencoba mengunjungi rumah Mak Mut –sapaan akrab Mutiroh, yang terletak di Kampung Kabandungan, Kamis (18/5/2023). Rumahnya nampak sederhana, selayaknya kondisi rumah di perdesaan pada umumnya. Berdinding kayu dan tidak ada gerbang yang menghalanginya. 

Di rumah itu, Mak Mut tinggal seorang diri. Suaminya telah meninggal pada 2017. Namun, anak-anak Mak Mut juga tinggal di kampung itu, sehingga ketika malam perempuan kelahiran Februari 1920 itu tidur di rumah anaknya.

Keseharian Mak Mut kini lebih banyak dihabiskan di rumah. Meski begitu, ia masih sering ikut pengajian yang ada di sekitar kampungnya.

Mak Mut mengisahkan, keinginannya untuk naik haji sudah lama muncul. Namun, baru sejak sekitar 13 tahun lalu, ia bersama almarhum suaminya memantapkan niat pergi ke Tanah Suci. Salah satu usaha yang dilakukan pasangan suami istri itu adalah menjual sawah dan kolam ikan untuk biaya berangkat ibadah haji bersama. Uang hasil jual tanah itulah yang digunakan untuk mendaftar haji pada 2017.

“Saya daftar bersama suami,” kata Mak Mut.

Suami wafat 

Nahas, tak sampai setahun usai pendaftaran, suami Mak Mut meninggal dunia. Uang pendaftaran milik suaminya pun dikembalikan, karena keluarganya memilih jatah itu tak diwariskan kepada anaknya yang lain. Kendati demikian, Mak Mut tetap mantap dengan niatnya untuk pergi haji, meski harus berangkat tanpa didampingi keluarganya.

“Tidak takut. Tetap semangat, karena ke Makkah adalah cita-cita saya,” ujar dia.

Mak Mut termasuk beruntung…

Karena masa tunggunya untuk bisa berangkat ke Tanah Suci cenderung sebentar, tak sampai belasan tahun.

Perempuan itu semula dijadwalkan berangkat pergi haji pada 2021. Pandemi Covid-19 membuat jadwal itu berantakan, lantaran ketika itu lansia tak diperkenankan pergi ke Arab Saudi untuk beribadah haji.

Namun, kini Mak Mut telah mendapatkan kepastian. Ia dijadwalkan berangkat dari Tasikmalaya ke Tanah Suci pada 4 Juni 2023. 

“Saya bahagia bisa berangkat. Alhamdulillah masih sehat,” kata dia.

Mak Mut meyakini dirinya siap untuk menunaikan ibadah haji. Ia mengaku sudah menjalani berbagai pemeriksaan kesehatan. Fisiknya masih dianggap kuat untuk ibadah di Tanah Suci.  

Perempuan yang kini memiliki tujuh anak, 20 cucu, dan 14 cicit, itu pun tak banyak memiliki kekhawatiran. Meski berangkat seorang diri dari rumah, ia meyakini petugas haji dari Kabupaten Tasikmalaya akan menuntunnya saat menjalani ibadah di Arab Saudi. 

“Nanti ada yang menuntun lansia dari kantor (Kemenag),” ujar Mak Mut. 

Anak Mak Mut, Suartika (44 tahun), mengatakan orang tuanya itu sudah sangat ingin menunaikan ibadah haji sejak lama. Keinginan itu mungkin sudah dimiliki orang tuanya sejak muda. Namun, nasib membawa orang tuanya baru dapat pergi ke Tanah Suci di usia senja.

Menurut dia, Mak Mut bersama almarhum ayahnya mendaftar untuk pergi haji pada 2017. Ketika itu, usia Mak Mut sudah 97 tahun. Uang untuk mendaftar haji itu diperoleh dari hasil jual sawah dan kolam ikan. 

Namun, pada akhir 2017 ayahnya meninggal dunia. Keinginan Mak Mut untuk pergi haji bersama suaminya pun pupus. Meski begitu, Mak Mut tetap bertekad untuk pergi menunaikan ibadah haji. 

“Sebenarnya (Mak Mut) harusnya pergi pada 2021. Namun terhalang pandemi Covid-19,” kata anak keenam dari tujuh bersaudara itu.

Meski harus tertunda dua tahun, Suartika menilai semangat ibunya untuk pergi haji tak pernah padam. Bahkan, seluruh kegiatan bimbingan manasik diikuti ibunya tanpa pernah absen, kecuali kegiatan manasik terakhir karena kondisi Mak Mut kurang fit. 

Menurut dia, ibunya itu masih sehat dari segi fisik. Mak Mut masih bisa berjalan dengan normal. Hanya penghilatan dan pendengaran Mak Mut yang mulai terganggu karena usia tak lagi muda. Namun, pihak keluarga tetap terus mendukung Mak Mut untuk menggapai cita-citanya itu. 

Kini, Mak Mut telah mendapatkan jadwal untuk berangkat ke Tanah Suci. Seluruh persiapan pun telah dilengkapi untuk bisa menunaikan ibadah haji.  

“Kami sangat mendukung. Semoga di sana tetap sehat dan selamat sampai kembali lagi,” kata Suartika. 

Sebelumnya, Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kantor Kemenag Kabupaten Tasikmalaya, Yayat Kardiyat, mengatakan terdapat 1.514 calhaj yang akan berangkat dari Kabupaten Tasikmalaya pada tahun ini. Sekitar 20 persen di antaranya merupakan lansia. 

“Kalau dari Kabupaten Tasikmalaya, hanya 20 persen calhaj lansia. Usia paling tua dari Kabupaten Tasikmalaya 103 tahun,” kata dia saat dihubungi Republika, Rabu (17/5/2023).

Menurut Yayat, pihaknya telah menyiapkan penanganan untuk para calhaj lansia agar dapat menjalani ibadah haji dengan lancar. Apalagi, tagline penyelenggaraan haji tahun ini bertema haji berkeadilan dan ramah lansia, lantaran hampir 40 persen calhaj dari Jawa Barat (Jabar) adalah lansia.

“Kami juga sudah siapkan pembimbing yang sudah terlatih dalam menangani lansia,” kata dia.

IHRAM

Dua Hal yang Menjauhkan Kita dari Al-Qur’an

Saudaraku, pernahkah engkau meluangkan waktu khusus dengan Al-Qur’anmu? Bersuci sebelum menyentuhnya? Bersiwak sebelum melantunkannya? Dan berniat untuk mendapatkan rida Allah sebelum membaca dan mentadabburinya? Kemudian, pernahkah engkau bertekad untuk dirimu sendiri bahwa setiap kata yang engkau lantunkan dari kalimat-kalimat Allah itu terlebih dahulu engkau pahami maknanya dan memperdalam tafsirnya sebelum beranjak ke ayat-ayat berikutnya?

Saudaraku, jika engkau belum pernah melakukannya, maka mulai saat ini didiklah diri untuk mengamalkannya. Bulan suci Ramadan telah berlalu. Kita begitu sangat antusias berinteraksi dengan Al-Qur’an di bulan mulia tersebut. Akan tetapi, adakah kita berkomitmen untuk menjaga interaksi itu di bulan-bulan lainnya? Bukankah tanda amalan diterima adalah mudahnya kita melakukan amalan-amalan saleh setelahnya?

Ajaibnya Al-Qur’an

Al-Qur’an ketika dibawa oleh Malaikat Jibril, maka beliau ‘alaihissalam menjadi sebagai sayyidul malaikah (Pemimpin para malaikat). Ketika Al-Qur’an turun di kota Makkah dan Madinah, maka jadilah kota tersebut sebagai tempat paling suci bagi umat. Ketika Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka jadilah beliau sebagai sayyidul anbiya’ (pemimpin para nabi). Ketika Al-Qur’an diturunkan di bulan Ramadan, maka jadilah bulan tersebut sebagai sayyidul asyhur (bulan paling utama). Dan ketika Al-Qur’an diturunkan pada malam lailatulqadar, maka jadilah malam tersebut lebih baik dari seribu bulan. Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana pula jika Al-Quran itu ada di hati kita?

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya (kepada orang lain).” (HR. Bukhari no. 4739)

Syekh Syamsuddin Al-Barmawi menjelaskan tentang maksud hadis di atas dengan berkata,

“Bahwa sebaik-baik manusia yang dimaksudkan dalam hadis tersebut adalah mereka yang hanya mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an, bukan selainnya. Karena, apabila sebaik-baik ‘kalam’ adalah ‘kalam’ Allah Ta’ala, maka begitu pula dengan sebaik-baik manusia setelah para nabi adalah mereka yang menyibukkan diri dengan Al-Qur’an.” (Lihat Kitab Al-Lami’ As-Shabih Bi Syarhi Al-Jami’ As-Shahih, Nomor 13: 129 )

Saudaraku, renungkanlah! Ketika kita membaca Al-Qur’an, mentadabburinya, menghafalnya, dan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah yang termaktub dalam kandungannya? Bukankah engkau akan menjadi hamba Allah yang terpuji?

Hal yang membuat kita jauh dari Al-Qur’an

Pertama: Belum mengenali Al-Qur’an

Ketertarikan kita terhadap sesuatu tentu saja karena kita mengenal dan mengetahui dengan baik apa yang kita sukai tersebut. Begitu pula dengan Al-Qur’an, bagaimana kita dapat mencintai kitab suci mulia ini jika kita belum mengenal dan mengetahui dengan pemahaman yang baik tentang Al-Qur’an?!

Oleh karenanya, hal pertama kali yang wajib kita yakini adalah bahwasanya Al-Qur’an adalah kalamullah sebagaimana firman-Nya,

الر ۚ كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ

“Alif lam ra, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Mahatahu.” (QS. Hud: 1)

Bagaimana perasaan kita jika membaca kalimat-kalimat yang bersumber langsung dari Allah Ta’ala Rabbul ‘Alamin?! Di dalamnya terdapat petunjuk bagi umat manusia. Bukankah dengan hanya mendengarnya saja, seorang yang beriman hatinya akan bergetar?!

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, hati mereka bergetar. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, iman mereka bertambah karenanya. Dan mereka bertawakal hanya kepada Rabb mereka.” (QS. Al-Anfal: 2)

Selain itu, kita perlu menyadari bahwa Allah Ta’ala telah memberikan anugerah kepada kita berupa kemudahan-kemudahan dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an. Oleh karena itu, jemput dan ambillah anugerah itu dan jadilah ahli Al-Qur’an!

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.” (QS. Al-Qamar:17)

Maka, mengenal Al-Qur’an melalui jalan pemahaman para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum adalah bagian dari cara agar kita tidak jauh dari Al-Qur’an.

Kedua: Kemaksiatan

Saudaraku, sadarilah bahwa Allah Ta’ala telah memberikan kepada kita jalan terbaik, mudah, dan terjangkau untuk menuju keridaan-Nya. Yaitu, dengan meninggalkan segala hal yang dilarang, dan mengerjakan segala yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

ما نهيتكم عنه فاجتنبوه، وما أمرتكم به فأْتُوا منه ما استطعتم، فإنما أَهلَكَ الذين من قبلكم كثرةُ مسائلهم واختلافهم على أنبيائهم

“Apa yang telah aku larang untuk kalian, maka jauhilah! Dan apa yang telah aku perintahkan kepada kalian, maka lakukanlah semampu kalian! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa disebabkan oleh banyaknya pertanyaan dan perselisihan mereka terhadap nabi-nabi mereka.” (Muttafaqun ‘alaihi dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Lihat kitab Takhrij Musykil Al-Atsar, hal. 548.)

Perhatikanlah kalimat pertama pada hadis di atas! Larangan adalah yang terlebih dahulu diucapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Artinya, tidak ada tawar-menawar dalam kemaksiatan sekecil dan sebesar apapun jenisnya. Sementara untuk perintah, kita diminta untuk melaksanakan sesuai kemampuan kita.

Oleh karenanya, mohonlah pertolongan kepada Allah Ta’ala agar diberikan kekuatan untuk menjaga diri dari segala perbuatan maksiat. Sehingga dengannya kita lebih dimudahkan untuk dapat berinteraksi dengan kalamullah (Al-Qur’an).

Azam untuk Al-Qur’an dan meninggalkan maksiat

Saudaraku, telah kita ketahui bahwa di antara hal-hal yang dapat menjauhkan kita dari Al-Qur’an adalah karena belum mengenal lebih jauh tentang Al-Qur’an dan kemaksiatan yang selalu menguasai diri. Maka, saat ini juga, mohonlah pertolongan kepada Allah untuk dua hal ini. Kemudian, berikhtiarlah dengan semaksimal mungkin mempelajari lebih dalam faedah dan keutamaan Al-Qur’an. Serta bertekadlah untuk membaca, mentadabburi, dan menghafalnya setiap hari semampu yang kita bisa.

Terhadap kemaksiatan yang dapat menghalangi ikhtiar kita, hal yang perlu kita lakukan adalah menyibukkan diri dengan berbagai macam aktivitas ketaatan kepada Allah Ta’ala. Jauhi lingkungan yang berpotensi membawa kita kepada jurang kemaksiatan.

Namun, apabila kita saat ini sedang terjatuh dalam bermaksiat kepada Allah, segeralah bertobat dan bertekadlah untuk tidak mengulangi. Yakinlah bahwa Allah Ta’ala Maha Pengampun dan akan memberikan jalan terbaik bagi kita untuk kehidupan dunia dan akhirat.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Wallahu a’lam.

***

Penulis: Fauzan Hidayat

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/84861-2-hal-yang-menjauhkan-kita-dari-al-quran.html

Berhala Kedua di Muka Bumi: Kisah Kaum ‘Ad

Pada artikel sebelumnya (Berhala Pertama di Muka Bumi) telah dibahas mengenai asal usul berhala pertama di dunia yang menjadi sumber dosa yang paling besar, yaitu kesyirikan yang terjadi pada zaman Nabi Nuh ‘alaihis salam. Beberapa riwayat menerangkan bahwa jarak antara Nabi Adam ‘alaihis salam dan Nabi Nuh ‘alaihis salam adalah 10 generasi. Padahal umur manusia kala itu bisa mencapai ribuan tahun. Selama itu pula, tidak ada rasul yang diutus di muka bumi. Kemudian, Allah Ta’ala mengutus Nabi Nuh ‘alaihis salam sebagai rasul pertama ke muka bumi kepada kaum Bani Rasib karena semakin merebaknya penyembahan terhadap berhala yang dilakukan.

Dikisahkan dalam hadis Bukhari bahwa pada masa Nabi Nuh ‘alaihis salam, ada orang-orang saleh dari kaumnya. Ketika orang-orang saleh tersebut meninggal, maka setan membisikkan kepada kaumnya, “Buatlah patung-patung di bekas majelis-majelis pertemuan mereka (sebagai simbol dan untuk mengenang kesalehan mereka)! Kemudian namailah patung-patung tersebut dengan nama-nama mereka!” Maka, kaumnya melaksanakannya dan belum menyembah patung-patung tersebut. Ketika mereka meninggal, dan ilmu telah hilang, maka patung-patung tersebut disembah oleh generasi setelahnya.

Selama Nabi Nuh ‘alaihis salam hidup (menurut Ibnu Abbas, beliau berumur 1.050 tahun), beliau tinggal di tengah-tengah kaumnya untuk berdakwah dan mengajak kaumnya menyembah Allah selama 950 tahun. Karena hanya sedikit sekali yang beriman, maka Allah memberikan azab berupa thufan (banjir bandang).

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ (١٤)فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ وَجَعَلْنَاهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ (١٥

“Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya. Maka, dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim. Maka, Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang berada di kapal itu, dan menjadikan peristiwa itu sebagai pelajaran bagi semua manusia.” (QS. Al-Ankabut 14-15)

Di antara orang-orang mukmin yang selamat dan Nabi Nuh ‘alahis salam tersebut, hanya dari beliaulah yang Allah karuniakan keturunan. Ham, Sam, dan Yafits membawa keturunan manusia selanjutnya. Sam adalah kakek moyang bangsa Arab. Ham adalah moyang orang Habsy/Afrika (termasuk India). Dan Yafits adalah moyang Ya’juj-Ma’juj, Turki, Rusia, dan negara pecahan Uni Soviet sekarang, Perancis, Yunani, Amerika, Salves, Cina, Jepang, dan bangsa Melayu. Oleh karenanya, Nabi Nuh juga disebut Bapaknya atau nenek moyangnya seluruh umat manusia.

Allah Ta’ala berfirman,

(77) وَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ (76) وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ

“Kami telah menyelamatkan dia dan pengikutnya dari bencana yang besar. Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan”. (QS. Ash-Shaffat: 76-77)

Daftar Isi

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/84838-kisah-kaum-ad.html