Redaktur : Karta Raharja Ucu |
Sumber : Antara |
Tag: haji2016
Ketika Niat Selalu Diuji
Ada sebuah dorongan yang membuat kami dari Media Center Haji (MCH) Daker Makkah akhirnya memutuskan hal ini. Malam itu kami memilih untuk menyisihkan barang satu dua jam waktu kami untuk mengabdikan diri di Masjidil Haram. Dasarnya keikhlasan dan kelonggaran waktu.
Hari-hari pertama kami di Makkah memang tidak ada aktivitas signifikan terkait jamaah haji Indonesia di Masjidil Haram. Maklum, berangkat dari Jakarta bersama jamaah kloter pertama pada 9 Agustus, kami tiba di Makkah ketika belum ada satu pun jamaah haji Indonesia di kota kelahiran Nabi Muhammad SAW tersebut. Liputannya pun baru sebatas persiapan Daker Makkah menyambut jamaah haji Indonesia dari Madinah.
Jamaah kloter pertama dari Madinah pun akhirnya tiba di Makkah Rabu (16/8) malam waktu setempat setelah mereka selama delapan hari melakukan shalat Arbain di Masjid Nabawi. Dan sejak itu Masjidil Haram mulai menggeliat oleh berbagai cerita jamaah haji Indonesia.
Ada jamaah yang harus pulang dari Masjidil Haram dengan telanjang kaki karena sandalnya hilang atau lupa di mana ia meletakkannya. Cerita jamaah tersasar hampir tiap hari ada. Begitu pula jamaah yang terlepas dari rombongan dan akhirnya bingung mencari jalan pulang ke pemondokan.
Dorongan itu yang akhirnya membuat kami memutuskan untuk mengabdikan diri di Masjidil Haram. Kami malam itu akhirnya memutuskan untuk menyisihkan barang satu dua jam waktu kami untuk membantu jamaah haji Indonesia yang tersasar di Masjidil Haram.
Tapi, niat memang selalu diuji. Seusai menunaikan shalat Jumat di Masjidil Haram, kami mendapati tiga kasus jamaah tersasar di pintu Marwah. Kami pun berbagi-bagi tugas. Saya menuju terminal Syib Amir untuk mengantarkan dua jamaah wanita yang tersasar akibat terpisah dari rombongan. Satu wanita muda kira-kira berusia 40-an dan satu lagi kira-kira berusia 60-an lebih.
Keduanya hanya mengenakan kaos kaki. Sandalnya tertinggal di dalam Masjidil Haram. Dengan jarak pintu Marwah ke Syib Amir yang lumayan jauh, berjalan tanpa alas kaki di siang hari bolong sungguh sangat panas sekali.
Beberapa kali saya mencoba memberikan bantuan untuk mengguyurkan kaki si ibu agar tidak kepanasan, berulang kali pula ditolaknya. Mereka hanya ingin segera sampai di pemondokan.
Uniknya, kedua jamaah wanita ini ternyata tidak saling kenal. Si ibu muda mengaku terlepas dari rombongan gara-gara tangannya tiba-tiba dipegang erat oleh si nenek. Tapi, si nenek berkeras memegang tangan si ibu karena dia rombongannya.
Ketika beberapa puluh meter lagi akan sampai di Terminal Syib Amir, kejadian lainnya terjadi. Ada jamaah kakek-kakek asal Indonesia yang mengalami kejang-kejang. Sungguh bingung ketika kita tak terbiasa menghadapi situasi seperti itu. Niat benar-benar diuji saat itu.
Ketika bingung harus melakukan apa, Allah SWT hadir memberikan bantuan lewat seorang perawat dari Turki. Perawat paruh baya itu langsung mengguyurkan air ke sekujur tubuh jamaah kakek-kakek yang rupanya mengalami dehidrasi tersebut.
Beberapa jamaah dari negara lain ikut membantu dengan memberikan air minum perbekalan mereka. Ada juga yang membantu mengipasi si kakek. Alhamdulillah, si kakek akhirnya kesehatannya membaik sebelum akhirnya dibantu petugas kesehatan dilarikan ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Khalidiyah.
Kami mendapat kabar Jumat itu ternyata ada jamaah haji Indonesia lainnya yang wafat di Syib Amir. Jamaah atas nama Suhaimi bin Kadir Abdillah (62) meninggal dunia dalam perjalanan pulang dari Masjidil Haram ke pemondokan akibat gangguan jantung.
Sehari setelah peristiwa Jumat yang luar biasa itu, PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) Daerah Kerja Makkah memutuskan untuk menempatkan tim kesehatan dan ambulans di wilayah Syib Amir. Alasannya terkait dengan semakin banyaknya jamaah haji Indonesia yang melewati rute Syib Amir tersebut.
Jumlah jamaah haji Indonesia yang memadati kota Makkah kini terus bertambah. Kasus jamaah tersasar atau kasus lainnya pastinya akan bertambah pula. Dan, niat sekali lagi akan kembali diuji. Wallahu a’lam Bish-shawab.
Oleh: Didi Purwadi dari Tanah Suci
Berhaji Di Usia Muda, Andi Rahmat Ingin Berubah dan Doakan Orang Tua
Namanya Andi Rahmat. Remaja kelahiran Makassar tahun 1998 ini menjadi salah satu jemaah Indonesia termuda pada musim haji tahun ini. Dia tergabung dalam kloter 7 Embarkasi Makassar yang diisi oleh masyarakat Maluku Utara.
Lahir di Makassar, Andi besar di Halmahera Utara. Lulus SMA, Andi memilih untuk membantu orang tua berdagang di sana. Mendaftar pada tahun 2011, Andi tahun ini diberi kesempatan memenuhi panggilan Allah menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.
“Naik haji karena dibiayai orang tua. Karena orang tua sudah janji waktu masih kecil untuk memberangkatkan Andi berhaji,” katanya saat ditemui tim Media Center Haji (MCH) Daker Makkah di Pemondokan 102 Mahbas Jin, Makkah, Sabtu (27/08).
Andi Rahmat masih mengenakan kain ihram, saat tim MCH menemuinya di lantai 11 Hotel Safwat Al Bait 1. Dia bersama rombongannya baru saja tiba dari Madinah, setelah menyelesaikan ibadah Arbain di Masjid Nabawi. Meski berhaji karena dibiayai orang tua, namun Andi mengaku tidak akan melewatkan kesempatan itu untuk mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik.
“Teman-teman saya bilang, mudah-mudahan kamu berubah dari sana. Dan saya memang mempunyai niat untuk berubah,” kata Andi menegaskan komitmennya untuk menjadi lebih baik lagi. Komitmen ini menemukan momentumnya karena Andi akan berulang tahun ke-18 persis saat puncak haji, Wukuf di Arafah, 10 September mendatang.
Sebagai anak remaja, Andi mengaku kalau dunianya saat ini adalah dunia bermain dan mencari tantangan bersama teman-teman. Namun demikian, Andi memiliki caranya tersendiri. “Sambil bergaul, menjalankan ibadah juga,” katanya sembari mengatakan kalau teman-temanya juga minta untuk didoakan. Spesial, salah satu teman wanitanya menitip doa agar bisa lolos seleksi menjadi Polwan.
Anak sulung dari empat bersaudara ini mengaku tidak memiliki persiapan khusus saat akan berangkat haji. Namun, diakuinya bahwa pengalaman berumrah pada tahun 2014 memberi wawasan dasar tentang apa yang harus dia lakukan saat beribadah haji. “Saya pernah umrah pada tahun 2014, sekeluarga. Sudah tahu manasik haji,” katanya.
Ditanya soal makna haji, Andi polos menjawab kalau itu adalah memenuhi panggilan Allah. Angannya melayang oleh rasa bahagia setibanya di Makkah Al-Mukarramah. “Pertama kali tiba, rasanya senang dan bahagia karena masih muda sudah mendapat kesempatan ke sini,” tuturnya.
Di Baitullah, Andi ingin melangitkan harapan semoga orang tuanya senantiasa diberi kesehat, banyak rezeki, dan terhindar dari masalah.
Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) UPG 07 Mahmud Zul Kirom M Khoiruddin, mengaku tidak repot mendampingi Andi yang berangkat sendiri di usianya yang masih remaja. Menurutnya, anak muda cenderung bisa mengikuti manasik dan kuat secara fisik. Mahmud justru mengkhawatirkan anggota rombongannya yang lansia karena harus didampingi dengan ekstra pengawasan.
“Kalau yang muda, dari sisi bimbingan manasik bisa mereka pahami. Dari sisi kemampuan fisik, mereka juga istithaah secara jasmani dan rahani sehingga lebih mudah untuk diarahkan,” tuturnya.
“Kalau jamaah lansia, lebih riskan sehingg pola pembinaannya juga butuh ektra pengawasan, tida hanya pada masalah ibadah, tapi termasuk juga pengawasan tim kesehatan,” tambahnya.
Namun demikian, Mahmud mengaku kagum dengan semangat jemaah lansia dalam berbadah. Menurutnya, hal itu dimungkinkan karena proses panjang yang harus mereka alami dalam mewujudkan cita-cita memenuhi panggilan Allah, berhaji di Tanah Suci. (mkd/mkd)
Tetap Tenang di Masjidil Haram Walau Ketinggalan Rombongan
Anda ketinggalan rombongan saat sedang khusyuk thawaf dan sa’i di Masjidil Haram? Tak perlu khawatir. Banyak petugas Panitia Penyelanggara Ibadah Haji (PPIH) yang siap membantu Anda.
Di sejumlah pos tertentu, ada petugas dari sektor khusus Masjidil Haram yang berjaga. Lalu, ada juga tim dari tenaga kesehatan yang bersiaga di sejumlah titik di Masjidil Haram. Nah, terkait prosesi ibadah, ada juga tim pembimbing ibadah yang siaga membantu kesulitan Anda.
Petugas PPIH yang siap membantu jamaah haji yang tertinggal rombongan (Foto: Rachmadin Ismail/detikcom)
|
Para petugas itu memakai atribut resmi seperti rompi bertuliskan ‘Petugas Haji Indonesia’, topi bertuliskan PPIH dan yang paling penting memakai identitas resmi berupa id card dan tanda pengenal di bagian dada. Mereka berjaga selama 24 jam khusus untuk melayani jemaah di Masjidil Haram.
Kompol Risben, adalah salah satu anggota tim Sektor Khusus Masjidil Haram yang ikut melayani jemaah tersebut. Dia berjaga di pos-pos sekitar Masjidil Haram dan kerap memberikan arahan pada jemaah yang mencari arah pulang. Bahkan dia juga ikut membantu beberapa jemaah yang ketinggalan rombongan sampai menemukan kembali bus pulang atau rekan-rekannya.
Zaenuri, anggota tim pembimbing ibadah juga menjadi salah satu petugas yang berjaga di Masjidil Haram. Menurutnya, tim pembimbing ibadah dari tiap sektor memang memiliki jadwal tugas di Haram khusus untuk membantu prosesi ibadah para jemaah.
Petugas PPIH yang siap membantu jamaah haji yang tertinggal rombongan (Foto: Rachmadin Ismail/detikcom)
|
Salah satu aktivitas yang ditunjukkannya adalah membimbing ibadah salah seorang jemaah yang ketinggalan rombongan. Dia membantu jemaah tersebut sampai proses tahalul.
Kepala Sektor Khusus Masjidil Haram Ali Nurokhim mengatakan, ada empat pos yang bisa dijadikan tempat untuk para jemaah bertanya. Berikut lokasinya:
1. Pos 1 di Marwah. Para petugas akan berdiri di pintu keluar bukit marwah (lokasi setelah sa’i) untuk mengantisipasi jamaah yang datang Syib Amir dan Bab Ali dan mengarahkan jamaah yang selesai sa’i.
2. Pos 2 Thawaf. Ada petugas yang akan berjaga di lokasi thawaf, tepatnya di dekat rukun Hajar Aswad dan sekitar maqam Ibrahim. Tujuannya agar membantu jamaah yang butuh bantuan setelah thawaf.
3. Pos 3 di depan tower Zamzam. Petugas akan membantu jamaah yang datang dari Ziyad dan Misfalah.
4. Pos 4 di pintu King Abdullah, dekat hotel Dar al Tawhid. Petugas akan membantu jamaah yang datang dari arah Jarwah.
Sisa Kuota Haji Reguler Tersisa Lima Orang
Pelunasan tahap kedua Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Reguler ditutup pada Kamis (30/6) lalu. Hingga kini, menurut Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama Abdul Djamil, kuota haji tersisa untuk lima orang calon jamah.
“Mudah-mudahan bisa segera diisi,” ujar Abdul kepadaRepublika.co.id, Ahad (24/7).
Abdul mengatakan pelunasan BPIH masih dibuka selama masih ada kuota yang tersisa. Kementerian Agama terus mengupayakan agar kuota yang tersisa dapat terisi.
Jika masih ada sisa kuota, maka hal itu diperuntukan bagi kuota cadangan. Dalam keputusan Dirjen PHU ditegaskan, Jamaah haji cadangan mengisi sisa kuota setelah pelunasan tahap kedua berakhir.
Pengisian sisa kuota oleh jamaah haji cadangan berdasarkan urutan nomor porsi, kecuali bagi penggabungan mahram, jamaah haji lanjut usia, dan pendampingan jamaah haji lanjut usia. Proses pelunasan BPIH untuk jamaah haji cadangan sudah dilakukan bersamaan dengan pelunasan tahap pertama.
Demikian pula dengan kuota haji khusus. Menurut Abdul, kuota haji khusus masih belum terisi seluruhnya. Namun, ia tidak dapat memastikan berapa kuota lagi yang tersisa untuk haji khusus.
“Pastinya masih sisa tapi tidak banyak,” kata Abdul.