Malaysia: Sistem Pengendalian Jemaah Haji Indonesia, Terbaik!

Makkah (Kemenag) — Apresiasi tentang penyelenggaraan ibadah haji oleh pemerintah Indonesia kali ini datang dari negeri tetangga, Malaysia. Ketua Rombongan Haji Malaysia 1440H Dato Sri Syed Saleh Syed Abdul Rahman menyebut Indonesia memiliki sistem pengendalian jemaah haji terbaik. Hal ini diungkapkannya saat bertemu dengan Misi Haji Indonesia, di Makkah. 

“Saya amat kagum sekali. Karena dengan jumlah jemaah yang begitu besar, hampir 231 ribu berbanding dengan Malaysia yang hanya 30 ribu, tapi bisa begitu dikendalikan dengan begitu tersusun, sistematik,” kata Dato Sri Syed Saleh, Selasa (20/08).

Menurutnya, hal senada juga diungkapkan oleh Kerajaan Arab Saudi. “Bukan saja dari segi pengendalian, tapi juga dari segi jemaah haji Indonesia itu sendiri penuh disiplin, punya ilmu secukupnya, dan dari segi ibadah haji mereka sungguh teratur dan tidak menimbulkan perkara-perkara yang tidak diingini,” ungkapnya.

Rasa kagum itu yang menurut Dato Sri Syed Saleh membuat Malaysia ingin terus bekerjasama dengan Indonesia. Ia menambahkan, dalam beberapa tahun terakhir Tabung Haji Malaysia rutin mengadakan pertemuan dengan Misi Haji Indonesia guna melakukan sharing terkait penyelenggaraan ibadah haji.

Dalam pertemuan kali ini, Dato Sri Syed Saleh mengungkapkan ada beberapa hal yang dipelajari oleh Tabung Haji Malaysia atas penyelenggaran haji yang dilakukan oleh Misi Haji Indonesia. Antara lain terkait masalah kesehatan haji, bimbingan ibadah haji dan penggunaan IT dalam pelayanan haji.

Menanggapi hal ini, Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis menyampaikan Indonesia terbuka untuk berbagi mengenai perbaikan pelayanan ibadah haji. Ia juga mengungkapkan Indonesia terus melakukan inovasi pelayanan haji. Dalam bidang bimbingan ibadah misalnya, selain pembimbing ibadah yang terdapat pada masing-masing kloter, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) juga menghadirkan konsultan dan pembimbing ibadah di masing-masing sektor yang ada di Makkah dan Madinah.

“Ini agar jemaah dapat lebih dekat bila ingin melakukan konsultasi ibadah,” kata Sri Ilham.

Sementara penggunaan IT dalam penyelenggaraan ibadah haji menurut Sri Ilham telah digunakan beberapa tahun lalu oleh Indonesia, dengan kehadiran aplikasi Haji Pintar. “Haji Pintar ini dapat dimanfaatkan oleh jemaah haji Indonesia, untuk mencari informasi-informasi tentang penyelenggaraan ibadah haji. Mulai dari rute bis, pemondokan, manasik, dan sebagainya,” kata Sri Ilham.

Sri Ilham pun mengapresiasi kegiatan rutin yang dilakukan oleh Tabung Haji Malaysia dan Misi Haji Indonesia ini. Turut hadir dalam pertemuan ini, Ketua PPIH Arab Saudi Endang Jumali, Direktur Pengelolaan Dana Haji Maman Saefuloh, Kepala Daerah Kerja Makkah Subhan Cholid, dan Kepala Bidang Bina Petugas PPIH Affan Rangkuti.

Di akhir pertemuan Sri Ilham menutup paparannya dengan sebuah pantun

Melancong ke Kuala Trengganu kota jiran tetangga

Hendak Menengok Masjid Kristal yang elok beruntai

Alhamdulillah awak sampaikan pada Tabung Haji Malaysia

Semakin kuat hubungan Indonesia Malaysia silaturrahim tentang urusan haji.

Tak mau kalah, Dato Sri Syed Saleh pun membalas pantun dengan apik.

Pergi ke pasar membeli pepaya

Pepaya di beli di pasar kakiyah

Hubungan yang baik malaysia indonesia

Semoga berkekalan dan dapat rapatkan ukhuwah

KEMENAG RI

Menag : Hanya Indonesia yang Memberikan Uang Saku ke Jemaah Haji

donesia yang membekali jemaahnya dengan uang saku,” kata Menag, usai memberikan tausiyah di Zamazem Al Rawdah, kawasan Syisyah Rawdah, Makkah. Rabu (15/08) siang,

Menurut Menag, uang saku sebesar SAR 1.500 itu dimaksudkan agar jemaah terjamin kebutuhan pokoknya.

“Apalagi H-3 hingga H+2 fase Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna) layanan katering dihentikan karena tidak ada angkutan,” jelas Menag

Penghentian angkutan salawat merujuk keputusan Komisi Tertinggi Pengawas Transportasi Haji Saudi yang memang melarang moda transportasi beroperasi di Makkah pada periode tersebut.

Di sisi lain, Menag kembali mengingatkan kepada jemaah untuk menjaga kesehatan. “Kesehatan merupakan syarat mutlak beribadah, juga untuk menikmati semua fasilitas yang telah disediakan pemerintah,” katanya.

Untuk itu, pihaknya berharap seluruh jemaah dapat mengendalikan diri dan mengukur daya tahan tubuh masing-masing. “Inti haji adalah wukuf di Arafah sehingga untuk saat ini jangan memforsir berlebihan yang bisa berimplikasi buruk pada kesehatan kita,” pungkas Menag.(mch/ha)

 

KEMENAG RI

Inilah Standar Akomodasi Jemaah Haji Indonesia di Saudi

Tugas Tim Perumahan Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) berada di Arab Saudi, yaitu  mempersiapkan akomodasi bagi jemaah haji Indonesia.

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis mengatakan bahwa tim beranggotakan 14 orang ini akan bertugas selama kurang lebih 89 hari (sampai Mei) untuk menyiapkan akomodasi  jemaah, di Makkah dan Madinah. Mereka akan bekerja berdasarkan pakta integritas serta pedoman dan standard operating procedure (SOP) yang telah ditetapkan.

“Tugas tim ini adalah mengidentifikasi calon hotel, memverfikasi dokumen kepemilikan dan penawaran, serta melakukan pengukuran jarak hotel,” kata  Sri Ilham Lubis.

“Selain itu, mereka juga akan melakukan pemeriksaan rumah (kasfiyah), tamtir/taksir (menaksir rasio luas kamar dengan jumlah jemaah), negosiasi, dan melakukan kesepakatan harga,” sambungnya.

Ada sejumlah standar penyediaan akomodasi yang harus dipenuhi. Standar tersebut meliputi:

  1. Standar administrasi. Hal ini mencakup masalah status kepemilikan, manajemen, dan spesifikasi hotel yang akan ditetapkan.
  2. Standar wilayah. Tim harus memastikan lokasi hotel mudah diakses (layanan transportasi) sehingga jemaah juga mendapat kemudahan akses untuk beribadah, baik di hotel maupun di Masjidil Haram.
  3. Standar jarak, kualitas, dan harga.

Selain ketiga standar tersebut, penyediaan akomodasi juga harus memenuhi standar kelayakan dengan  memperhatikan aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan.

Tidak hanya untuk jemaah, tim juga akan mempersiapkan penyediaan akomodasi untuk petugas kloter, PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) Arab Saudi, layanan sektor, dan kesehatan.

“Sewa akomodasi di Madinah akan diusahakan agar tahun ini bisa menggunakan pola full musim,” ujarnya.

“Sebagian akomodasi di Makkah yang disewa adalah hotel yang sudah di-repeat order dan sewa multy years (musim jamak),” tandasnya. (Dimas)

sumber: Kemeng RI

 


Informasi Akomodasi HAJI? Donwload Aplikasi Haji, klik di sini! Anda juga bisa mendapatkan Informasi Aomodasi Haji selama di Tanah Suci.

Survei BPS dan Naik Turunnya Indeks Kepuasan Jamaah Haji

Oleh: Eko Oesman*

Butuh delapan tahun bagi Kementerian Agama melalui Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) untuk meraih indeks kepuasan jamaah tertinggi, yaitu 84,85 persen. Bayangkan lama waktu dan ragam upaya yang telah dilakukan.

Salah satu aspek yang paling penting adalah, Kemenag mempercayakan survei penilaian kepuasan ini kepada BPS. Sesuai undang-undang yang dimiliki BPS diperbolehkan membantu kementerian lembaga dalam hal melakukan konsultasi, bimbingan dan kerja sama terkait penyediaan data.

Muncul pertanyaan, mengapa butuh waktu lama? Pertama, jika saja BPS melaksanakan survei sesuai pesanan, maka cukup satu dua tahun saja angka indeks 85 persen yang selalu jadi target Indikator Kinerja Utama (IKU) Dirjen PHU akan sangat mudah tercapai.

Kebetulan saya terlibat dalam pengawalan tim survei ini selama kurun waktu delapan tahun itu. Dan kebetulan ke dua adalah sesuai izin dan rezeki dari Allah saya dua kali menjadi petugas survei haji. Sebagian teman menjuluki saya Haji Muhidin seorang tokoh dalam sinetron yang berkali-kali naik haji. Lainnya menggelari saya Haji Abidin Mansur Kosasih yang berarti Haji Atas Biaya Dinas Melaksanakan Survei Ongkos Dikasih. Alhamdulillah.

Selama kurun waktu delapan tahun itu saya mengamati langsung upaya dan program perbaikan yang dilakukan PHU. Satu catatan menarik, tidak ada upaya terstruktur mulai dari level Dirjen hingga petugas di lapangan yang mencoba memengaruhi independensi petugas survei. Saya masih ingat persis ketika kami melaporkan hasil survei kepada bapak Anggito Abimayu selaku Dirjen PHU tahun 2011 lalu, dia berujar “silakan saja BPS mengumumkan hasil survei ini secara transparan, apa adanya, merah atau biru itulah rapor kami”.

Waktu itu angka indeks naik dari 81.45 ke 83.31 persen. Setahun kemudian angka terjun bebas ke 81.32 persen. Penurunan tajam 1.99 poin itu perlu perhatian khusus. Pertaruhan yang mahal untuk kursi Dirjen PHU.

Waktu terus berjalan, Dirjen PHU berganti, Prof Abdul Jamil mantan Kepala Balitbang Kementerian Agama, seorang profesor yang sangat paham pentingnya statistik menggantikan Pak Anggito Abimayu. Kasus korupsi yang membelit Kemenag sedikit menimbulkan riak politik bangsa kita. Tahun 2014 saya kembali mendapat rezeki menjadi petugas survei. Yang mengejutkan adalah angka indeks 2014 kembali turun dari 82.69 ke 81.52 persen.

Sang profesor menyambut angka ini dengan takzim. Tidak ada intervensi apapun. Beliau menerima hasil pengamatan kami di lapangan dengan lapang dada. Instruksinya jelas, lakukan perbaikan, inovasi dan terobosan berdasarkan data yang dihasilkan BPS. Sangat menyenangkan bekerja di bawah kepercayaan penuh dari mitra kerja.

Kemarin (1/11/2017), ketika Kepala BPS yang di dampingi Menteri Agama menyampaikan hasil rilis angka survei saya tidak terkaget lagi. Semua sumringah, kerja keras selama ini mendapat respons baik dari jemaah. Walaupun begitu kita tetap perlu pemahaman mendalam melihat angka ini.

Masih ada sekitar lima belas persen lagi jemaah yang merasa belum puas dengan pelayanan peyelenggara haji. Wajar, hanya Allah sang pemilik kesempurnaan. Jadi mari kita berikan masukan terus menerus kepada Kemenag dan jajarannya, lalu biarkan BPS memotret dengan kameranya.

Tidak usah memperdebatkan metodologi atau cara BPS melaksanakan surveinya. Pahami dulu, pelajari proses, tahapan, dan lakukan analis terhadap data yang dihasilkan. Dengan cara seperti itulah baru kita bisa mengkritisi dan berfikir bagaimana melakukan perbaikan pelayanan ke depan.

Sangat disayangkan kalau pengalaman yang dirasakan satu atau beberapa orang lalu menjadi pendapat secara umum. Jika ada kejadian yang tidak mengenakkan yang anda alami ya wajar saja. Mungkin anda termasuk diantara lima belas persen jemaah yang belum puas itu. Tapi untuk menghukum penyelenggara haji dengan kritik yang tidak membangun hanya akan mendatangkan kemudaratan bagi bangsa ini. Barakallah.

*Eko Oesman, Peneliti dan mantan petugas survei Kepuasan Haji BPS tahun 2011.

 

IHRAM

Kunci Agar Jamaah tak Tersesat

Ketua Sektor 4 Daker Madinah Khalilurrahman mengatakan berupaya semaksimal mungkin meminimalisir jamaah tersesat saat beribadah di Masjid Nabawi. Ketika bus jamaah tiba di hotel, petugas akan naik dan memberikan panduan selama mereka berada di Madinah.

Kami sampaikan lokasi mereka saat ini ada di mana, nama hotelnya, jarak ke hotel ke Nabawi, masuk ke Masjid Nabawi lewat pintu mana, berangkat pulang harap perhatikan pintu yang dimasuki. Lalu jika tersesat berikan kartu hotel kepada petugas bila kesasar, katanya saat ditemui, Selasa (1/8).

Dia meminta jamaah tidak sungkan meminta bantuan kepada petugas haji berseragam. Untuk menghindari jamaah tersesat di Masjid Nabawi atau di mana pun, Khalilurrahman meminta jamaah pergi berkelompok, jangan sendirian.

“Kami mengistilahkan penguatan regu. Ketua regu harus memantau pergerakan jamaahnya di mana pun berada,” katanya.

Yang sering terjadi di lapangan adalah jamaah berpisah karena ada yang ke Raudhah dan ke Makam Baqi. Banyak juga anggota rombongan terpisah saat ada yang ke toilet.

Mereka masuk bersamaan tapi keluar sendiri-sendiri. Kami ingatkan harus bersama-sama, kalau ke toilet harus saling tunggu. Kalau regu kuat. maka yang jamaah sepuh tidak akan tertinggal, ujarnya.

Di Sektor 4 ada sebanyak 34 hotel yang disediakan pemerintah dan 11 unit di antaranya sudah terisi sejumlah 2.775 jamaah pada hari ke empat. Dia menambahkan, khusus di Madinah jamaah haji Indonesia tinggal bersama jamaah dari negara lain.

 

IHRAM

Wahai Tamu Allah, Jagalah Kesehatan di Tanah Suci

Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kawnil Kemenag DKI, Sadirin mengatakan, dalam setiap tahunnya ada ratusan jamaah haji yang meninggal saat melakukan ibadah haji di Makkah. Rata-rata jamaah haji yang meninggal berada di atas usia 65 tahun.

Menurut dia, dalam dua tahun terakhir ini jumlah jamaah yang berangkat ke tanah suci ada sekitar 168 ribu. Dari jumlah tersebut, biasanya yang meninggal kurang lebih ada sekitar 350-an jamaah haji.
“Tapi dengan dengan jumlah 221 ribu jamaah haji tahun ini, ya mungkin yang meninggal bisa satu kloteran, yaitu sekitar 400-an, itu sudah menahun,” ujar Sadirin kepada Republika.co.id di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (27/6).
Menurut dia, ratusan jamaah tersebut biasanya meninggal dalam keadaan biasa, bukan karena terkena musibah kecelakaan dan lain-lain. Kata dia, jamaah tersebut meninggal karena memang sudah dipanggil oleh Allah SWT. “Setelah kami pelajari yang meninggal itu di atas usia 65 tahun. Mereka meninggal karena memang sudah dipanggil oleh Allah,” ucap Sadirin.
Kendati demikian, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta, Abdurrahman mengatakan bahwa tidak ada batasan umur bagi setiap orang yang ingin melakukan ibadah haji. Apalagi, menurut dia, jamaah haji lansia akan tetap didampingi oleh petugas kesehatan.
“Lansia tidak menghalangi seseorang untuk beribadah haji sepanjang mereka itu sehat,” kata Abdurrahman.
Ia hanya berpesan kepada para calon jamaah haji Indonesia agar tetap menjaga kesehatan, dan tidak melakukan hal-hal yang berlebihan selama melakukan ibadah haji.
“Jamaah haji itu harus menjaga kesehatan dan tidak melakukan tidak melakukan hal-hal yang di luar kemampuan dia. Apalagi, perbedaan cuaca antara Arab Saudi dan Indonesia cukup signifikan. Karena itu, jangan sungkan-sungkan untuk minum air agar tubuh tidak dehidrasi,” jelasnya.

Jamaah Haji Indonesia Harus Miliki BPJS

JAKARTA — Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Dokter Eka Jusuf Singka mengatakan seluruh jamaah haji Indonesia harus memiliki kartu Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS).

“Faktanya sampai saat ini masih terdapat jamaah haji yang mendapat perawatan tidak memiliki kartu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), ini akan memberatkan jamaah haji jika mendapat perawatan di rumah sakit,” ujar dia dalam website kemkes.go.id, Ahad (30/7).

Sesuai dengan Permenkes Nomor 62 tahun 2016 semua jamah haji masuk dalam JKN. Ini penting karena jamaah haji sebagian besar tidak bisa dicover melalui penerima bantuan iuran (PBI) yang dibiayai negara. Mereka adalah masyarakat yang tidak tergolong penduduk miskin.

Semua jamaah haji Indonesia wajib memiliki kartu JKN. Sehingga ketika mereka mendapat perawatan di RS Embarkasi atau Debarkasi memperoleh jaminan kesehatan.

Menurut dia, Kemenkes, BPJS dan Kemenag telah berkoordinasi sejak 2016. Namun memang sampai saat ini belum semua jamaah haji memiliki kartu JKN yang dikeluarkan BPJS.

“Mulai tahun ini, jika ada jamaah haji yang masuk perawatan rumah sakit ketika masih berada di Indonesia tidak ditanggung kami, tapi harus menggunakan BPJS,”jelas dia dalam Lokakarya Berhaji sehat di RS Haji Jakarta, Sabtu (29/7).

Eka mengatakan ada satu orang yang terpaksa harus dirawat di rumah sakit saat berada di asrama haji. Pasien ini menghabiskan biaya dua juta rupiah, tetapi tidak ditanggung oleh PBI dan harus mengunakan BPJS.

 

IHRAM

Ketika Niat Selalu Diuji

Ada sebuah dorongan yang membuat kami dari Media Center Haji (MCH) Daker Makkah akhirnya memutuskan hal ini. Malam itu kami memilih untuk menyisihkan barang satu dua jam waktu kami untuk mengabdikan diri di Masjidil Haram. Dasarnya keikhlasan dan kelonggaran waktu.

Hari-hari pertama kami di Makkah memang tidak ada aktivitas signifikan terkait jamaah haji Indonesia di Masjidil Haram. Maklum, berangkat dari Jakarta bersama jamaah kloter pertama pada 9 Agustus, kami tiba di Makkah ketika belum ada satu pun jamaah haji Indonesia di kota kelahiran Nabi Muhammad SAW tersebut. Liputannya pun baru sebatas persiapan Daker Makkah menyambut jamaah haji Indonesia dari Madinah.

Jamaah kloter pertama dari Madinah pun akhirnya tiba di Makkah Rabu (16/8) malam waktu setempat setelah mereka selama delapan hari melakukan shalat Arbain di Masjid Nabawi. Dan sejak itu Masjidil Haram mulai menggeliat oleh berbagai cerita jamaah haji Indonesia.

Ada jamaah yang harus pulang dari Masjidil Haram dengan telanjang kaki karena sandalnya hilang atau lupa di mana ia meletakkannya. Cerita jamaah tersasar hampir tiap hari ada. Begitu pula jamaah yang terlepas dari rombongan dan akhirnya bingung mencari jalan pulang ke pemondokan.

Dorongan itu yang akhirnya membuat kami memutuskan untuk mengabdikan diri di Masjidil Haram. Kami malam itu akhirnya memutuskan untuk menyisihkan barang satu dua jam waktu kami untuk membantu jamaah haji Indonesia yang tersasar di Masjidil Haram.

Tapi, niat memang selalu diuji. Seusai menunaikan shalat Jumat di Masjidil Haram, kami mendapati tiga kasus jamaah tersasar di pintu Marwah. Kami pun berbagi-bagi tugas. Saya menuju terminal Syib Amir untuk mengantarkan dua jamaah wanita yang tersasar akibat terpisah dari rombongan. Satu wanita muda kira-kira berusia 40-an dan satu lagi kira-kira berusia 60-an lebih.

Keduanya hanya mengenakan kaos kaki. Sandalnya tertinggal di dalam Masjidil Haram. Dengan jarak pintu Marwah ke Syib Amir yang lumayan jauh, berjalan tanpa alas kaki di siang hari bolong sungguh sangat panas sekali.

Beberapa kali saya mencoba memberikan bantuan untuk mengguyurkan kaki si ibu agar tidak kepanasan, berulang kali pula ditolaknya. Mereka hanya ingin segera sampai di pemondokan.

Uniknya, kedua jamaah wanita ini ternyata tidak saling kenal. Si ibu muda mengaku terlepas dari rombongan gara-gara tangannya tiba-tiba dipegang erat oleh si nenek. Tapi, si nenek berkeras memegang tangan si ibu karena dia rombongannya.

Ketika beberapa puluh meter lagi akan sampai di Terminal Syib Amir, kejadian lainnya terjadi. Ada jamaah kakek-kakek asal Indonesia yang mengalami kejang-kejang. Sungguh bingung ketika kita tak terbiasa menghadapi situasi seperti itu. Niat benar-benar diuji saat itu.

Ketika bingung harus melakukan apa, Allah SWT hadir memberikan bantuan lewat seorang perawat dari Turki. Perawat paruh baya itu langsung mengguyurkan air ke sekujur tubuh jamaah kakek-kakek yang rupanya mengalami dehidrasi tersebut.

Beberapa jamaah dari negara lain ikut membantu dengan memberikan air minum perbekalan mereka. Ada juga yang membantu mengipasi si kakek. Alhamdulillah, si kakek akhirnya kesehatannya membaik sebelum akhirnya dibantu petugas kesehatan dilarikan ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Khalidiyah.

Kami mendapat kabar Jumat itu ternyata ada jamaah haji Indonesia lainnya yang wafat di Syib Amir. Jamaah atas nama Suhaimi bin Kadir Abdillah (62) meninggal dunia dalam perjalanan pulang dari Masjidil Haram ke pemondokan akibat gangguan jantung.

Sehari setelah peristiwa Jumat yang luar biasa itu, PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) Daerah Kerja Makkah memutuskan untuk menempatkan tim kesehatan dan ambulans di wilayah Syib Amir. Alasannya terkait dengan semakin banyaknya jamaah haji Indonesia yang melewati rute Syib Amir tersebut.

Jumlah jamaah haji Indonesia yang memadati kota Makkah kini terus bertambah. Kasus jamaah tersasar atau kasus lainnya pastinya akan bertambah pula. Dan, niat sekali lagi akan kembali diuji. Wallahu a’lam Bish-shawab.

 

Oleh: Didi Purwadi dari Tanah Suci

sumber: Republika Online

Ini Daftar 60 Jamaah Haji yang Meninggal di Tanah Suci

Penyelenggaraan haji di Arab Saudi memasuki hari ke-25 sejak jamaah haji Indonesia kloter pertama diberangkatkan pada 9 Agustus, lalu. Per Sabtu (3/9) pukul 08.00 waktu setempat, jumlah jamaah haji asal Indonesia yang meninggal dunia mencapai 60 orang.

Dilaporkan wartawan Republika.co.id, Didi Purwadi di Makkah, sebanyak 31 jamaah haji Indonesia meninggal dunia di rumah sakit Arab Saudi. “Sebagian besar memang jamaah risiko tinggi yang sudah ada bawaan penyakit dari Tanah Air,’’ kata Penghubung Instansi Kesehatan Daker Makkah, dr Ramon Andreas, di Syisyah, Arab Saudi, Sabtu (3/9).

Data Siskohat TUH (Teknis Urusan Haji) mencatat sebanyak 15 jamaah wafat di rumah sakit Saudi di Makkah, sementara selebihnya menghembuskan hafas terakhir di rumah sakit Saudi di Madinah. Pada Jumat (2/9) lalu, tiga jamaah wafat di rumah sakit Arab Saudi. Ketiganya atas nama Nipi bin Mad Ambri Mungkar (69), Hawang binti Bungku ilham (59), dan Boniatun binti Dulkahir Kartak (60).

Ramon mengatakan, pasien dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi karena Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daker Makkah tidak mampu menanganinya. Karena KKHI tidak memiliki peralatan medis yang selengkap dan sedetail milik rumah sakit.

“KKHI memang punya ruang ICU, tapi standarnya beda dengan standar ICU rumah sakit,’’ katanya. “KKHI memang bisa memantau pasien terus menerus, tapi peralatan medisnya terbatas.’’

Ramon mengatakan, tim dokter rumah sakit pastinya sudah berupaya membantu pasien semampu mungkin. Jika meninggal di rumah sakit, itu berarti pasien sudah mendapat pertolongan maksimal. “Tapi, memang tidak bisa ditolong lagi karena sudah waktunya,’’ katanya.

Data Siskohat juga mencatat hampir sembilan puluh enam persen lebih jamaah wafat merupakan jamaah usia lanjut. Dari total 54 jamaah wafat, hanya dua jamaah yang usianya kepala empat. Selebihnya wafat dalam usia 50an dan 60an tahun.

Berikut daftar jamaah haji wafat hingga tanggal 2 September:

  1. Senen bin Dono Medjo (79). Laki-laki. Kloter 007 Embarkasi Surabaya
  2. Siti Nurhayati binti Muhammad Saib (68). Perempuan. Kloter 002 Embarkasi Aceh.
  3. Martina binti Sabri Hasan (47). Perempuan. Kloter 006 Embarkasi Batam.
  4. Khadijah Nur binti Imam Nurdin (66). Perempuan. Kloter 004 Embarkasi Aceh.
  5. Dijem Djoyo Kromo (53). Perempuan. Kloter 18 Embarkasi Solo.
  6. Sarjono Bin Muhammad (60). Laki-laki. Kloter 006 Embarkasi Batam.
  7. Oom Eli Asik (66). Perempuan. Kloter 003 Embarkasi Jakarta-Bekasi.
  8. Nazar Bakhtiar bin Batiar (82). Kloter 001 Embarkasi Padang.
  9. Juani bin Mubin Ben (61). Kloter 006 Embarkasi Aceh.
  10. Asma binti Mian (78). Kloter 001 Embarkasi Padang.
  11. Tasniah binti Durakim Datem (73). Kloter 003 Embarkasi Padang.
  12. Jamaludin bin Badri Kar (58). Kloter 005 embarkasi Palembang.
  13. Abdullah bin Umar Gamyah (68). Embarkasi Aceh kloter 001.
  14. Rubiyah binti Mukiyat Muntari (71). Embarkasi Surabaya kloter 020.
  15. Muhammad Tahir bin Abdul Razak (68). Embarkasi Batam kloter 011.
  16. Siti Maryam binti Ismail (60). Embarkasi Solo kloter 001.
  17. Misnawar bin Kasimo Kamujo (76). Embakarsi Surabaya kloter 015
  18. Din Azhari Nurina bin Sadid (73). Embarkasi Padang kloter 005.
  19. Noorsi Fatimah binti M Saleh Mardiwiyono (60). Embarkasi Balikpapan kloter 009.
  20. Muhammad Nasir bin Abdul Hamid (64). Jemaah asal embarkasi Batam kloter 010.
  21. Manih binti Siyan Muhammad (71). Jemaah asal embarkasi Jakarta Pondok Gede kloter 006.
  22. Joko Pramono bin H Ali Pramono (41). Jemaah asal embarkasi Surabaya kloter 26.
  23. Wahono Wilik bin Walijo Kartodimejo (65) dari embarkasi Batam kloter 002.
  24. Udju Sumiati binti Marhati (62) dari kloter Jakarta Bekasi kloter 038.
  25. Siti Fatonah Binti Supangat Kasmungin (68) dari embarkasi Surabaya kloter 028.
  26. Imam Rifai bin Ngali (60) dari embarkasi Palembang kloter 005
  27. Suhaimi bin kadir Abdillah (62) dari embarkasi Medan kloter 005
  28. Siti Maskanah binti Djumri (66) dari kloter Banjarmasin kloter 013
  29. Zainabon binti Umar Muhammad (71) dari embarkasi Aceh kloter 008.
  30. Awaludin bin Abu Sahar Tanjung (58). Embarkasi Medan kloter 0111
  31. Kadiran bin Molyadi Sokaryo (71). Embarkasi Surabaya kloter 022.
  32. Yudha Arifin bin Kasah (55). Jemaah haji khusus.
  33. Abdul Hamid bin Lapewa Palewa (53). Jemaah haji khusus.
  34. Roman bin H. Maeji Suhaedi (58). Embarkasi Jakarta kloter 020.
  35. Mochamad Subarjah bin Sumawinata R (64). Embarkasi Jakarta kloter 048.
  36. Taggi bin Haseng Maggu (57). Embarkasi Surabaya kloter 048
  37. Saifuddin bin Buchori Abdullah (64). Embarkasi Solo (SOC) kloter 003.
  38. Semi Parsinah binti Wamu Adam (65). Embarkasi Aceh (BTJ) loter 002.
  39. Siti Maryam binti Haram (79). Embarkasi Surabaya (SUB) kloter 020.
  40. Aceng bin Nuroddin Hasyim (58). Embarkasi Jakarta Bekasi (JKS) kloter 018.
  41. Adisman Rasidin Salin bin St. Salam (63). Jamaah haji khusus dengan nomor paspor  B4513393.
  42. Warniti binti Samadi Rimin (67). Embarkasi Solo (SOC) kloter 051.
  43. Sukardi As Haryanto bin Abu Bakar (78). Embarkasi Surabaya (SUB) kloter 009.
  44. Rukiyah bt Muhammad Arif Pane (62). Embarkasi Medan (MES) kloter 011.
  45. Sumin Adinoto bn Suto Karso (73). Embarkasi Jakarta – Pondok Gede (JKG) kloter 028.
  46. Zahadi bin Muhayadin Asir (58). Embarkasi Palembang (PLM) kloter 007.
  47. Imo binti Ahmad Umar (73). Embarkasi Lombok (LOP) kloter 006.
  48. Carwit binti Karjani Sarip (51). Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) kloter 037.
  49. Mukijan bin Sodimejoh Muhammad (62). Embarkasi Surabaya (SUB) kloter 032
  50. Siti Sarah binti Abdul Kapi (53). Embarkasi Banjarmasin (BDJ) kloter 014.
  51. Abdul Sani bin Hayani (59). Embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG) kloter 026.
  52. Emuh Sutrisna Atmadja bin Wiardi (79). Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) kloter 008.
  53. Ali bin Lapantje Lakoro (77). Embarkasi Balikpapan (BPN) kloter 011.
  54. Cholik bin Aguscik Usman (65). Embarkasi Palembang (PLM) kloter 005.
  55. Nipi binti Mad Ambri Mungkar (69). Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) kloter 034.
  56. Marfuah Aminah Toyib binti Mustofa (76). Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) kloter 034.
  57. Hawang binti Bungku Ilham (59). Embarkasi Balikpapan (BPN) kloter 007.
  58. Boniatun binti Dulkahir Kartak (60). Embarkasi Batam (BTH) kloter 017.
  59. Hariri bin Mustofa Soleh (73). Embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG) kloter 037.
  60. Dain Nariya bin Satimin (69). Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) kloter 029.

 

sumber: Republika Online

Masalah Haji Ini Kompleks

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Abdul Djamil menghadiri Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas pembukaan program studi atau fakultas haji dan umrah di IAIN Bengkulu, Jumat (8/4). Dalam FGD tersebut Djamil memberikan informasi terkait komponen-komponen yang dibahas dalam haji.

“Kami berharap dapat memberikan informasi mengenai haji agar gagasan untuk mengangkat persoalan haji dan umrah sebagai satu bidang kajian seperti yang diajukan Rektorat IAIN Bengkulu,” jelas dia di Kantor Rektorat IAIN Bengkulu, Jumat (8/4).

Djamil menyarankan agar haji ini tidak berada di bawah Fakultas Dakwah, karena haji tidak hanya membahas masalah fikih dan dakwah saja, tetapi di dalamnya terdapat manajemen, keuangan, dan banyak masalah lainnya. Beberapa kendala yang dapat dijadikan pembahasan dalam mata kuliah di antaranya kasus hukum mabit di Mina.

Beberapa tahun terakhir Mina tak lagi menampung seluruh jamaah haji dunia, maka ada jamaah beberapa negara yang ditempatkan di Mina Jadid, termasuk 20 ribu jamaah haji Indonesia. Aturan hukum fikih soal mabit di luar Mina ini dapat dibahas lebih jauh oleh kajian ilmiah untuk membantu menemukan solusi.

“Masalah haji ini sangat kompleks, berdasarkan perspektif akademik betapa luasnya problem masalah haji yang layak dijadikan objek studi,” jelas dia. Masalah lain adalah mengularnya masa tunggu haji.

Saat ini masa tunggu haji sudah mencapai 24 tahun seperti yang terjadi di Sulawesi Selatan menyusul Kalimantan Selatan dengan masa tunggu 22 tahun. Ini berkaitan dengan usia pendaftar, yang saat ini tak ada batas maksimal usia pendaftaran.

Kemenag memberikan solusi bagi mereka yang lanjut usia diatas 75 tahun dapat didahulukan, asalkan mendaftar minimal 2 tahun sebelumnya. Namun, banyak yang mendaftar berada di usia 50 tahun keatas, karena logikanya mereka telah siap secara materil.

 

sumber:Republika Online