KONFLIK di kawasan Syam yang hingga kini masih berlangsung, seyogianya memantik kesadaran umat Islam untuk mengkaji kembali hadits-hadits akhir zaman terkait Syam. Paling tidak, jika tanda-tanda itu belum terjadi, umat Islam bisa mempersiapkan diri, mensikapinya secara tepat dan tak terpengaruh oleh dinamika konflik yang sedang terjadi.
Bumi Syam (sekarang Suria, Lebanon, Palestina, Yordania dan Syam Jura) yang diberkati, sejak diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam hingga hari kiamat menempati posisi strategis dalam sejarah kehidupan umat Islam, bahkan umat yang lainnya.
Surah Al-Isra [17] ayat 1 misalnya, sejak awal menanamkan kesadaran mendasar bahwa bumi sekitar Al-Aqsha (Baitul Maqdis) adalah wilayah-wilayah yang diberkati. Ke tempat suci itu Nabi diisrakan (diperjalankan pada malam hari), di situ pula beliau shalat dan menjadi imam para nabi. Maka tidak mengherankan jika dalam sejarah wilayah Syam ini begitu penting di mata nabi dan generasi-generasi selanjutnya.
Salah satu bentuk kepedulian nabi pada tanah Syam bisa dilihat dari upaya awal pembebasan tanah ini. Perang Mu`tah dan Tabuk, adalah dua contoh konkret kepedulian beliau. Sepeninggal beliau, Abu Bukar radhiyallahu ‘anhu ketika menghadapi masalah pelik pemurtadan dan orang-orang yang enggan berzakat, beliau tetap mengirim pasukan Usamah bin Zaid menuju Syam sebagai amanah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelang wafatnya.
Khalifah-khalifah selanjutnya pun sangat peduli dalam masalah ini. Sebelum Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu membebaskan Baitul Maqdis, salah satu PR utama yang dipecahkan terlebih dahulu adalah pembebasan tanah Syam. Melalui sinergi yang apik antara Khalid dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah radhiyallahu ‘anhuma, Syam akhirnya bisa terbebaskan dari tirani.
ampak dari terbebasnya Syam ini begitu besar. Terbebasnya Baitul Maqdis –yang kelak didatangi langsung oleh Umar radhiyallahu ‘anhu- serta terbebasnya Mesir dari hegemoni Romawi Timur baru bisa terealisasi saat bumi Syam bisa dibebaskan. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Syam (khususnya Baitul Maqdis) adalah poros stabilitas dunia. Dan itu menjadi rebutan sepanjang masa karena menjadi tolak ukur penguasa dunia.
Pembebasan-pembebasan lain pun memang keberhasilannya tidak bisa dilepas dari konsentrasi pembebasan tanah Syam. Sebagaian wilayah Afrika, Eropa, bahkan Konstatinopel –di zaman Muhammad Al-Fatih- apa bisa terbebas jika jauh-jauh hari tidak ada kepedulian terhadap bumi yang diberkati ini?
Oleh karena itu, membahas hadits-hadit akhir zaman tentang Bumi Syam ini sangatlah penting. Urgensi memahami persoalan ini, bukan semata urusan sejarah, kepedulian lintas generasi, atau karena wilayah ini sejak lama menjadi rebutan antar negara. Nyatanya, di dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga banyak digambarkan bahwa negeri ini adalah “wilayah panas” tempat terjadinya huru-hara akhir zaman. Dengan bekal informasi ini, seharusnya umat Islam tidak kehilangan arah dan tidak salah dalam menyikapi konflik yang terjadi di bumi yang diberkati ini.
Dalam buku “Ahâdîts al-Fitan wa al-Malâhim wa Asyrâth al-Sâ’ah al-Mu’allaqah bi al-Syâm” (2014) yang disusun oleh bagian (kajian) ilmiah Yayasan al-Durar al-Sunniyah yang disupervisi oleh Syeikh Alawi bin Abdul Qadir al-Saqqaf, terdapat kajian khusus mengenai hadits-hadits akhir zaman berikut kaitannya dengan fenomena yang terjadi.
Di antara kandungan buku ini: Pertama, membahas fitnah-fitnah dan huru-hara yang berkaitan dengan tanah Syam. Pada pembahasan ini disebutkan hadits yang menunjukkan bahwa fitnah yang terjadi di Bumi Syam di akhir zaman adalah fitnah besar dan kelam.
Selain itu, jika penduduk Syam sudah rusak, maka sudah tidak ada lagi kebaikan bagi umat Islam. Di akhir zaman, saat terjadi huru-hara dan fitnah, letak keimanan sejati adalah di Bumi Syam. Dan kelak, bumi yang diberkati ini akan menjadi basecamp kuat umat Islam akhir zaman. Tentara-tentara pilihan yang di akhir zaman membawa bendera hitam pun akan muncul dari Syam. Di daerah Al-Ghauthah (Syam) nanti, akan menjadi pangkalan militer umat Islam.
Kedua, buku ini juga membahas hadits-hadits tentang tanda-tanda akhir zaman yang terkait dengan Syam. Sebagai contoh: keluarnya Imam Mahdi, Dajjal dan Isa adalah di wilayah ini. Belum lagi api yang muncul dari Aden yang akan menggiring manusia ke Bumi Syam. Sampai pada puncaknya adalah hembusan angin dingin ke arah Syam. Siapa saja waktu itu di seluruh bumi yang masih menyimpan keimanan, akan meninggal dunia ketika menghirup angin ini. Kemudian setelah itu yang tersisa hanyal orang-orang yang amat buruk.
Melihat posisi Syam yang begitu strategis baik di masa lampau dan akhir zaman, seyogianya umat Islam mengkaji secara serius masalah ini. Setidaknya adalah sebagai persiapan untuk menhadapi huru-hara yang akan terjadi menjelang kiamat. Karena Bumi Syam adalah gerbong akhir zaman. Bisa jadi sekarang memang belum saatnya, tapi jika umat Islam peduli dengan masalah ini, setidaknya itu akan tetap berguna bagi generasi mendatang yang akan menghadapinya.*/ Mahmud Budi Setiawan