Kunci Agar Jamaah tak Tersesat

Ketua Sektor 4 Daker Madinah Khalilurrahman mengatakan berupaya semaksimal mungkin meminimalisir jamaah tersesat saat beribadah di Masjid Nabawi. Ketika bus jamaah tiba di hotel, petugas akan naik dan memberikan panduan selama mereka berada di Madinah.

Kami sampaikan lokasi mereka saat ini ada di mana, nama hotelnya, jarak ke hotel ke Nabawi, masuk ke Masjid Nabawi lewat pintu mana, berangkat pulang harap perhatikan pintu yang dimasuki. Lalu jika tersesat berikan kartu hotel kepada petugas bila kesasar, katanya saat ditemui, Selasa (1/8).

Dia meminta jamaah tidak sungkan meminta bantuan kepada petugas haji berseragam. Untuk menghindari jamaah tersesat di Masjid Nabawi atau di mana pun, Khalilurrahman meminta jamaah pergi berkelompok, jangan sendirian.

“Kami mengistilahkan penguatan regu. Ketua regu harus memantau pergerakan jamaahnya di mana pun berada,” katanya.

Yang sering terjadi di lapangan adalah jamaah berpisah karena ada yang ke Raudhah dan ke Makam Baqi. Banyak juga anggota rombongan terpisah saat ada yang ke toilet.

Mereka masuk bersamaan tapi keluar sendiri-sendiri. Kami ingatkan harus bersama-sama, kalau ke toilet harus saling tunggu. Kalau regu kuat. maka yang jamaah sepuh tidak akan tertinggal, ujarnya.

Di Sektor 4 ada sebanyak 34 hotel yang disediakan pemerintah dan 11 unit di antaranya sudah terisi sejumlah 2.775 jamaah pada hari ke empat. Dia menambahkan, khusus di Madinah jamaah haji Indonesia tinggal bersama jamaah dari negara lain.

 

IHRAM

Tips Mencegah Meningitis Jamaah Haji

Meningitis adalah penyakit peradangan selaput otak yang disebabkan oleh bakteri Meningitis Meningokok yang banyak terdapat di Arab Saudi. Penyakit ini ditularkan melalui cairan yang berasal dari saluran pernapasan seperti air liur dan lendir ketika bersin, batuk atau menggunakan alat makan dan minum penderita penyakit.

Bakteri ini hanya menginfeksi manusia. Tidak ada hewan yang menularkan bakteri ini. Berdasarkan data yang dilansir dari WHO.int, sebanyak 10 hingga 20 persen populasi manusia di dunia membawa bakteri ini di tenggorokan mereka pada waktu tertentu. Namun, mereka yang membawa bakteri ini, lebih tinggi ditemui di daerah endemi.

Berdasarkan petunjuk teknis Permenkes Nomor 15 tahun 2016 tentang Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan Haji mencapai istithaah kesehatan jamaah haji untuk menuju keluarga sehat, gejala umum penyakit meningitis ini adalah sakit kepala, leher kaku, demam tinggi, penurunan kesadaran, dan takut dengan cahaya hingga muntah. Apabila terdapat gejala ini, jamah haji harus segera menemui dokter.

Ketika penyakit ini didiagnosa dini dan dilakukan pengobatan lima hingga 10 persen meninggal. Gejala ini diketahu setelah 24 hingga 48 jam.

Jika pasien selamat dari meningitis, biasanya tetap menyebabkan kerusakan otak, gangguan pendengaran atau kehilangan kemampuan belajar pada 10 hingga 20 persen pasien yang selamat. Gejala meningitis yang lebih parah biasanya ditandai dengan ruam hemoragik.

Dokter Penyakit Dalam RSCM dan juga Internal Medicine Fakultas Kedokteran UI Anna Uyainah memberikan, tips mencegah terkena penyakit ini. Pertama sebelum berangkat ke Saudi, jamaah haji harus melakukan vaksin meningitis.

“Seluruh jamaah haji harus memiliki sertifikat imunisasi internasional sebagai bukti telah mendapatkan vaksin meningitis dan sebagai syarat memperoleh izin visa dari pemerintah Arab Saudi,” ujar dia.

Pemberian vaksin dilakukan maksimal dua pekan sebelum keberangkatan, karena efektivitas vaksin mulai terbentuk 10 hingga 14 hari setelah pemberian. Bagi jamaah haji yang alergi atau kontraindikasi terhadap vaksin meningitis meningokokkus, maka akan dilakukan tindakan perlindungan terhadap kontak yang memungkinkan peningkatan penularan bakteri meningitis.

Jamaah haji yang alergi vaksin meningitis dapat memperoleh sertifikat imunisasi internasional yang menjelaskan tentang adanya alergi tersebut.

Kedua, menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Ketiga, menjaga sistem kekebalan tubuh dengan cukup istirahat, olahraga teratur, dan makan makanan yang sehat dan bergizi. Keempat, menghindari tempat yang terlalu padat.

 

REPUBLKA

5 Tips Sehat untuk Calon Jemaah Haji

MUSIM HAJI sudah dekat. Para calon jamah haji perlu mempersiapkan diri secara matang keberangkatannya. Agar bisa menunaikan semua ibadah dan rukun haji, menjaga kesehatan sangat penting dilakukan. Badan yang sehat akan membuat Anda lebih khusyuk dalam menjalani serangkaian ibadah haji.

Berikut ini sejumlah cara sehat untuk Anda para calon jemaah haji.

1. Menjaga Kebersihan
Dilansir situs Kementerian Kesehatan Arab Saudi, menjaga kebersihan dan higienitas sangat penting untuk dilakukan. Beberapa cara sederhana yang dapat dilakukan antara lain mandi secara rutin, membersihkan tangan dengan air dan sabun, terutama jika Anda setelah bersin dan batuk. Selain itu, penting juga bagi Anda memelihara kebersihan mulut dan gigi.

Menjaga kebersihan dari luar tubuh, seperti berganti pakaian setiap hari juga diperlukan. Tak lupa, perhatikan kebersihan asrama Anda dengan rajin membersihkannya dan membuang sampah pada tempatnya, serta jangan meludah sembarangan karena bisa menjadi sumber infeksi penyakit.

2. Menggunakan Masker
Masker wajah sangat direkomendasikan saat berhaji. Masker ini akan sangat berguna ketika Anda berada di tempat-tempat yang ramai, seperti saat Tawaf dan berjalan dari Safa dan Marwa. Masker sebaiknya diganti secara berkala, yakni setiap 6 jam sekali. Jangan lupa untuk mencuci tangan Anda setelahnya.

3. Hati-hati saat Makan
Dilansir Alarabiya, penyakit saat haji kerap kali diakibatkan karena salah makan. Diare, salah satunya sering disebabkan oleh makanan yang sudah tidak baik. Jika ada rasa yang salah atau Anda berpikir makanan itu sudah terlalu lama, lebih dari dua jam dibiarkan begitu saja, jangan ragu untuk membuangnya.

Jika Anda terkena diare, segera lakukan pencegahan dini. Hindari makanan yang mengandung serat. Selain itu, kurangi makanan yang mengandung lemak dan makanan yang digoreng karena justru akan membuat perut Anda terasa lebih buruk.

4. Cukupkan Minum Air Putih
Selain itu, Anda harus tetap terhidrasi dengan cara minum air putih yang cukup. Banyak melakukan kegiatan selama haji akan membuat Anda banyak mengeluarkan cairan. Minum 8 hingga 10 gelas air putih adalah jumlah ideal untuk Anda yang berada di cuaca panas maupun yang melakukan aktivitas tinggi.

5. Beristirahat yang Cukup
Terakhir, masih dari Alarabiya, jangan sepelekan istirahat. Anda harus mengetahui kapan tubuh Anda memberi sinyal lelah. Jangan berlebihan dan tenangkan diri Anda. Cari tempat teduh dan beristirahat jika Anda mulai lelah saat melakukan aktivitas haji jika dibutuhkan.

 

 

VIVA

9 Tips Menjaga Kesehatan Bagi Jemaah Haji

Ibadah haji membutuhkan kondisi fisik yang prima. Banyaknya kegiatan ibadah yang harus diikuti dan udara panas di Madinah dan Mekah membuat fisik cepat lelah. Karena itu, menjaga kesehatan sejak dalam perjalanan dan selama berada di Tanah Suci sangat penting agar bisa menjalankan ibadah haji secara sempurna.

Staf Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB mengatakan, para jemaah haji dianjurkan memeriksakan kesehatan secara rutin dan segera menghubungi petugas kesehatan yang berada di kelompok atau kloter apabila merasa kurang sehat. Hal tersebut sangat penting agar gangguan kesehatan jemaah dapat segera diatasi dan tidak berlarut.

Menjaga stamina fisik dan kesehatan adalah yang utama. Namun, para jamaah bisa saja tertukar penyakit dari jemaah lain yang sedang sakit, misalnya penyakit flu serta batuk pilek yang mudah menyebar.

Bila jemaah mengalami sakit tersebut, segera periksakan kesehatan. Sesama jemaah juga harus saling mengingatkan apabila ada anggota kelompoknya yang sakit untuk menghubungi petugas kesehatan di masing-masing kloter.

Persiapan sebelum keberangkatan ke Tanah Suci juga mesti dilakukan. Para calon jemaah haji harus menjaga kesehatan, olahraga rutin, dan tidur yang cukup sebelum berangkat ke Tanah Suci.
Sedangkan bagi calon jemaah haji yang menderita penyakit kronis sebaiknya membawa obat-obat yang memang harus dikonsumsi rutin dan juga obat-obatan lainnya.

Berikut, sembilan tips menjaga kesehatan bagi jemaah haji.
  1. Menjaga kesehatan dan olah raga rutin ketika sebelum berangkat ke Tanah Suci.
  2. Membawa obat-obatan khusus bagi calon jamaah haji yang punya penyakit kronis. Disarankan membawa obat-obatan sederhana seperti obat anti diare, obat sakit kepala, obat anti alergi, obat anti mual-muntah.
  3. Untuk mencegah dehidrasi selama di Arab Saudi, minum air mineral sebanyak 3-4 liter. Periksakan warna urin untuk mengetahui apakah telah terjadi dehidrasi.
  4. Tetap makan dan memperhatikan kualitas makanan yang dikonsumsi.
  5. Jangan menunda konsumsi jatah makanan yang baru dibagikan.
  6. Gunakan waktu sebaiknya untuk istirahat saat tiba di penginapan.
  7. Segera konsultasi ke petugas kesehatan di kloter jika merasakan gangguan kesehatan.
  8. Banyak mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran.
  9. Hindari aktivitas yang tidak berhubungan dengan rangkaian ibadah haji, terutama di tempat terbuka untuk menghindari udara panas di Tanah Suci.

Pergi Umrah, Bawa Dolar atau Rupiah?

Anda tengah bersiap melaksanakan umrah? Kemudian bingung, bagaimana seharusnya membawa uang ke Tanah Suci.

Nah, berikut tips Ihram.co.id, untuk Anda yang masih bingung.

Para jamaah sebaiknya cukup membawa dolar Amerika Serikat (AS) ke Tanah Suci, mengingat uang tersebut berlaku di mana-mana.

Tetapi, begitu sampai di Tanah Suci, barulah dolar AS itu ditukar ke riyal sesuai kebutuhan. Kalau ditukar di Indonesia, kursnya tinggi, sehingga merugikan jamaah, karena itu lebih baik ditukar di Arab Saudi. Tempat penukaran uang (money changer) banyak ditemui di sekeliling Masjidil Haram Makkah maupun di Masjid Nabawi Madinah.

Namun, idealnya sebelum berangkat ke Tanah Suci, jamaah harus sudah mempersiapkan uang riyal terlebih dahulu dari Indonesia. Bagi majaaah reguler, biasanya akan mendapat uang living cost dalam bentuk riyal.

Jika uang riyal masih tersisa, sementara jamaah akan pulang ke Tanah Air, ada baiknya menukarkan kembali uang tersebut ke rupiah di Arab Saudi, jangan di Indonesia.

Mengapa?

Karena, jika ditukar di Indonesia, selisihnya lumayan jauh. Artinya, jamaah akan lebih untung menukarkan riyal di Arab dibanding menjualnya di Tanah Air.

 

IHRAMcoID

Antisipasi Perubahan Cuaca, Perbanyak Minum Air Putih

Untuk mengantisipasi gangguan kesehatan akibat perubahan cuaca, selama tinggal di Tanah Suci, para jamaah haji disarankan banyak minum.
Kesibukan para jamaah untuk beribadah sering kali melalaikan minum. Padahal, kebutuhan minum menjadi hal penting untuk menjaga stamina tubuh. Minimal dalam satu hari seorang jamaah harus minum air putih rata-rata sampai tiga liter.

Mengonsumsi air putih yang banyak adalah cara terbaik untuk mengatasi perubahan cuaca dan gangguan kesehatan.

Jika jamaah sedang berada di Makkah maupun Madinah minumlah air zam-zam karena air zam-zam tersedia di setiap sudut masjid. Minum air yang banyak akan menghindari dehidrasi yang akan mengakibatkan gangguan kesehatan.

Terpenuhinya kebutuhan tubuh terhadap cairan merupakan hal yang paling pokok bila para  jamaah mengharapkan tetap dalam kondisi sehat selama di Tanah Suci.

Bahkan, tidak peduli dalam kondisi cuaca yang panas, pada waktu kondisi cuaca dingin pun tubuh tetap harus mendapat pasokan cairan yang cukup. Sebab, bila tidak, maka tubuh akan mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi.

Ini Tiga Tempat Memanjatkan Doa: Raudah, Multazam, dan Arafah

Orang terkadang lupa, mana pokok mana cabang. Maksudnya, mana yang bila dikerjakan memperoleh pahala besar dan mana pula yang beroleh secukupnya. Padahal, ada tiga tempat penting untuk memanjatkan doa. Tempat ini memberi kemungkinan doa ‘langsung dan cepat’ sampai kepada Allah SWT dan cepat pula beroleh ‘tanggapan’.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tempat sebaik-baiknya berdoa di Medinah adalah antara mimbar dan rumahku”. Mimbar itu adalah tempat pertama-tama Nabi berkhutbah di masjidnya. Sedang yang dimaksud ‘rumahku’ sekarang adalah makam beliau. Kedua tempat itu kini berada di bagian depan Masjid Nabawi yang anggun. Namanya Raudah, sebuah ruang sempit yang dibatasi sisi makam Nabi (bersama Umar dan Abu Bakar) dan tiang-tiang yang berbeda dengan tiang lain. Tempat ini bisa menampung 100 orang lebih.

Jamaah selalu berebut untuk memperoleh kesempatan salat, membaca Alquran, zikir, dan berdoa di tempat ini. Tidak jarang orang hanya memperoleh tempat selebar amplop surat untuk meletakkan kepala ketika sujud. Itu pun, tidak jarang harus dilangkahi dan disenggol oleh kaki-kaki orang lain.

Yang terpenting di Raudah ini –selain berdoa– kita mengulang kembali dua kalimat syahadat sekhusyuk-khusyuknya. Jamaah pria memperoleh kesempatan tiap hari asal sabar dan tekun menyusup ke Raudah. Jamaah wanita seminggu hanya memperoleh kesempatan dua atau tiga hari, itu pun hanya beberapa jam.

Di sisi lain, kelakuan orang macam-macam terhadap makam ini. Sebenarnya sudah termasuk syirik. Misalnya meratap, mengelus-elus dinding, bahkan menciumnya. Sebenarnya ucapan yang paling tepat di dekat makam Nabi adalah “Assalammualaikum, ya Rasulullah”. Jamaah wanita lebih seru lagi. Mereka meratap dan melolong-lolong, terutama mereka yang dari Afrika.

Lain lagi dengan di Masjidil Haram. Incaran orang hampir selalu Hajar Aswad (batu hitam) yang tertempel di sudut tenggara Ka’bah. Garis lurus di lantai berwarna coklat dari sudut ini adalah sebagai pertanda awal dan akhir orang tawaf. Banyak orang berjuang keras, berdesakan, sikut-sikutan untuk bisa mencium Hajar Aswad.

Anjurannya adalah akan lebih baik setiap kali selesai satu putaran tawaf, mencium Hajar Aswad. Tapi, kini tidak mungkin karena jumlah yang tawaf demikian banyaknya. Karena itu, anjurannya adalah orang yang tawaf cukup menghadap atau menengok Hajar Aswad dan mengangkat tangan sambil berucap, “Bismillahi Allahu Akbar”.

Tempat terpenting di sekitar Ka’bah adalah justru hanya setengah langkah dari Hajar Aswad, yaitu antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. Tempat ini bernama Multazam. Sering orang mengabaikan tempat yang sangat penting tersebut, malah berjuang mati-matian untuk mencium Hajar Aswad.

Tempat berikut yang sangat penting adalah Arafah. Wisuda haji hanya sekali setahun dan itu dilakukan di padang pasir Arafah. Waktu yang paling tepat adalah setelah shalat Zhuhur dan Asar, qosor jamak takdim, yang diikuti khutbah wukuf dan doa-doa. Doa bersama berakhir sekitar pukul 16.00 waktu setempat.

Setelah itu, jamaah diminta ke luar kemah. Panas matahari masih terik. Dengan menghadap ke Jabal Rahmah, masing-masing berdoa, apa saja yang dimaui setelah –tentu saja– bertobat dan mohon ampun. Ketika itulah orang seperti berhubungan langsung dengan Tuhan. Berkas-berkas matahari seperti langsung mengebor ubun-ubun. Setelah memohon habis-habisan ini, orang bertangis-tangisan, laki-laki dan perempuan, bersalaman minta maaf, dan lain-lain. Orang harus percaya, setelah dari Arafah ini seperti lahir kembali dengan bersih. Dosa-dosanya dimaafkan Allah.

 

sumber: IHRAM

Saat Mengunjungi Masjid Al-Haram

Mengunjungi Masjid Al Haram di Makkah, Arab Saudi merupakan kesempatan emas yang diinginkan setiap Muslim. Ketika berhasil menginjakkan kaki di Tanah Suci ersebut, khususnya di Majidil Haram, Anda diharapkan mematuhi etika untuk menjaga kesopanan dan kesucian tempat tesebut.

Ada beberapa etika yang harus diikuti oleh jamaah haji dan umrah, atau siapapun yang berada di dalam kompleks tersebut. Apa saja? Simak penjelasan berikut:

1. Menjaga kebersihan diri.

Hal ini dapat ditunjukan dengan mengenakan pakaian rapi dan bersih saat mengunjungi Masjid Al-Haram. Pastikan tubuh dan pakaian yang bersih dan murni. Jika Anda baru saja mengonsumsi bawang, sebaiknya tunggu sampai aroma bawang di mulut Anda hilang. Barulah pergi ke masjid.

Jaabir Ibnu ‘Abdullah (RA) melaporkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dia yang telah memakan bawang putih atau bawang merah harus menjauhkan diri dari kami atau masjid kami. Barangsiapa makan bawang putih atau bawang merah harus tinggal jauh dari kami atau dari masjid kami, dan ia harus tetap di rumahnya (Al-Bukhari dan Muslim).

Hadits tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang telah memakan bawang putih atau bawang merah (atau semacamnya) harus menjauh sementara agar jangan sampai menyebabkan ketidaknyamanan kepada sesama jamaah lain yang datang untuk beribadah karena bau menyengat.

2. Saat masuk ke dalam masjid, melangkahlah dengan kaki kanan dan membaca doa.

Berapa banyak dari kita yang telah menghafal doa memasuki masjid? Jika Anda belum, maka sudah saatnya menghafal doa tersebu. Hal ini sangat dianjurkan ketika memasuki Masjidil Haram dan masjid lainnya.

3. Melakukan shalat tahiyyatul masjid.

Etika yang tak kalah penting yaknj melakukan shalat dua rakaat. Hal ini terlihat dari hadis berikut. Abu Qatadah melaporkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ketika salah satu dari Anda datang ke masjid, dia harus shalat dua rakaat sebelum ia duduk” (Fiqh Us Sunnah, Volume 2, Halaman 70). Shalat ini didirikan untuk menghormati kesucian dan kebesaran rumah Allah.

4. Habiskan waktu dengan mengingat Allah SWT.

Saat Anda berada di Masjidil Haram atau masjid lainnya, manfaatkanlah kesempatan tersebut untuk berdzikir kepada Allah SWT. Berdzikir lebih banyak mendatangkan manfaat daripada mengobrol terus menerus dengan siapapun di sebelah Anda. Sibukkanlah diri dengan menyebut nama Allah SWT, memuji-Nya, serta memohon ampunan-Nya.

5. Bacalah doa ketika meninggalkan masjid.

Tak hanya ketika memasuki masjid. Sebaiknya Anda pun membaca doa tatkala meninggalkan masjid. Lalu melangkahlah keluar dengan menggunakan kaki kiri terlebih dahulu. Dalam hadits riwayat Ibnu Majah disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pasar adalah tempat terburuk dan masjid adalah tempat terbaik di Bumi.” Pasar disebut- sebagai tempat terburuk karena dapat membuat umat lebih mengutamakan urusan duniawi melalui perdagangan dan belanja. Sebaliknya, masjid adalah tempat terbaik karena mampu melepaskan umat dari urusan dunia dan membawa lebih dekat kepada Allah SWT.

 

sumber: IhramCoID

Persiapan Umrah Bagi Lansia

Pelaksanaan ibadah umrah dari segi waktu lebih fleksibel daripada ibadah haji. Setiap tahunnya, jumlah jamaah umrah asal Indonesia merupakan yang terbesar dibanding negara lainnya. Sebagian dari jamaah umrah tersebut adalah kaum lanjut usia atau biasa disebut lansia.

Ibadah umrah mempunyai keutamaan untuk memperoleh ampunan Allah SWT dan menutupi (kafarat) kesalahan-kesalahan yang diperbuat. Selain itu, dengan berjiarah ke Tanah Suci seorang Muslim dapat memperbaharui dan meningkatkan iman.

Ada beberapa kesiapan yang perlu dipersiapkan kaum lansia sebelum menunaikan umrah.

Pertama adalah setiap Muslim yang hendak berumrah perlu mempersiapkan niat yang bersih beribadah hanya karena Allah SWT. Meminta ampun dan bertobat kepada Allah SWT.

Niat yang baik hanya karena Allah harus dimiliki siapa saja, baik jamaah lajut usia maupun muda, yang ingin melaksanakan umrah.

Pasalnya, setiap Muslim yang memiliki niat beribadah karena Allah dengan tulus tidak akan merasa berat dalam melaksanakan seluruh rangkaian ibadah umrah. Selian itu, niat yang ikhlas akan mendorong seseorang untuk beribadah lebih khusyu dan maksimal.

Tips kedua, adalah dengan memperdalam ilmu umrah  (rukun, wajib, sunnah, urutan, dan geraknya). Oleh karena itu, manasik umrah,, seperti ihram dari miqat, tawaf, dan sa’i sangat penting untuk dilakukan agar para lansia benar-benar memahami tata cara berumrah. Karena itu, peran pembimbing umrah sangat penting’”

Dari segi kekuatan fisik, kaum lansia memiliki keterbatasan dibandingkan orang muda. Oleh karena itu, imbuh dia, sebelum berangkat ke Tanah Suci, para lansia sebaiknya menjaga kesehatan.

Itu dapat dilakukan dengan  makan-makanan yang mengandung gizi seimbang, banyak serat, dan tak banyak mengandung lemak. Jangan lupa pula istirahat yang cukup, dan olahraga ringan yang cocok untuk lansia. Ada baiknya, para lansia juga divaksin meningitis dan influenza agar tidak tertular penyakit. Persiapan obat-obatan juga sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan.

Para lansia diimbau untuk membawa perlengkapan seperlunya, antara lain pakaian secukupnya, bahan makanan yang kering, peralatan makan, kain ihram, sandal, pelengkapan mandi dan shalat.

Sebaiknya, golongan orangtua ini juga membawa uang secukupnya, dan tidak perlu membawa perhiasan mencolok. Saifullah mengungkapkan, bagi lansia yang kondisi fisiknya sudah tidak memungkinkan, dapat membawa pendamping untuk membantu segala aktivitas di Tanah Suci.

 

sumber:IhramCoID

Para Calon Haji Bersiaplah Agar Mampu Berjalan Jauh!

Tanpa terasa renovasi Masjidil Haram akan segera tuntas. Semenjak Ramadhan lalu bentuk perluasan mataf (pelataran tawaf) sudah bisa terlihat. Bagian bangunan berbentuk kerucut putih peninggalan Kesultanan Otoman sudah tidak akan terlihat lagi. Satu persatu pilar, atap, dan tembok banguan yang berdiri pada 1920-an dirobohkan. Lantai mataf kian leluasa hingga makin terasa lapang ketika melakukan tawaf,

Saat itu, sebelum tiba bulan Ramadhan, atau berbarengan dengan penggusuran bangunan atap berbentuk kubus putih tersebut, tempat tawaf sementara knock down juga ikut dibongkar. Satu persatu besi penyangganya dicopoti. Pagi, siang, malam, ratusan pekerja sibuk melakukan pembongkaran. Pekerjaan hanya berhenti ketika waktu shalat tiba.

Maka keluhan bila melakukan tawaf di lantai dasar atau berada di tempat tawaf yang di seputaran Ka’bah terasa sesak kini mereda. Namun, meski berbagai penyekat dari proyek perluasan masjidil haram dan bangunan lama di sekitar mataf itu sudah tak ada lagi, khusus untuk jamaah yang memakai kursi roda  tetap dilarang melakukan tawaf di mataf. Mereka diminta melakukan tawaf di lantai dua Masjidil Haram.

Sebagai akibat kian purnanya perluasan Masjidil Haram, maka bangunan ini pun akan segera semakin luas. Bangunan masjid baru yang berada di samping belakang kini sudah siap disambungkan. Tinggal beberapa pengerjaan finishing yang tengah dilakukan seperti pembuatan jembatan, pemasangan lantai, dan pengerjaan berbagai panel listrik, pendingin udara, dan lainnya.

Memang bagi jamaah umrah atau jamaah haji yang muda dan berbadan sehat suasana masjid yang lapang dan indah kini telah hadir di depan mata. Luas lantai tawaf (maaf) menjadi berlipat-lipat, kapasitasnya empat kali dari yang dahulu. Dipastikan, suasana berdesakan akan lumayan terurai terutama di masa akhir Ramadhan dan puncak haji.

Namun, setelah pacaperluasan lantai mataf usai,  beban baru jamaah lanjut usia atau mereka yang jamaah yang mengunakan kursi roda bertambah berat. Mereka harus melakukan tawaf di lantai dua Masjidil Haram. Akibatnya, jarak tempuh putaran tawaf enjadi semakin panjang. Setiap satu putarannya akan mencapai sekitar  satu kilo meter. Jadi kalau jumlah putaran tawaf mencapai tujuh putaran, maka nanti jamaah lansia dan mengenakan kursi roda tersebut, harus menempuh perjaanan hingga lebih dari tujuh kilo meter.

Tentu saja, setelah melakukan tawaf untuk menuntaskan ibadah haji atau umrah sebelum diperbolehkan melakukan tahalul, para jamaah harus juga melakukan sa’i. Prosesi untuk mengenang gerak Siti Hajar yang ini dilakukan dengan berjalan biasa hingga berlari kecil antara buit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali, maka bila satu putaran tawaf jaraknya mencapai 500 meter, maka untuk tujuh kali jalan tersebut jamaah pun harus berjalan hingga 3,5 kilometer.

Alhasil bila ditotal, untuk menyelesaikan prosesi tawaf dan sa’i seorang jamaah haji dan umrah harus menempuh perjalanan sekitar 11 kilometer. Sebuah jarak yang lumayan jauh.

 

Lalu berapa lama tawaf diselesaikan seandainya ada jamaah yang mengantarkan orang tuanya melakukan tawaf dengan menggunakan kursi roda? Jawabnya: Memang relatif!

Mengapa demikian? Ini karena tergantung dari kemampuan jasmani, kesempatan waktu, suasana kepadatan area  tawaf yang ada di Masjidil Haram. Pada hari ketika tidak ada jamaah umrah (yakni setelah Idul Fitri sampai datangnya rombongan pertama jamaah haji), suasana arena tawaf memang masih lenggang. Orang tawaf memang masih tetap ada sepanjang waktu, cuma jumlahnya tak terlalu banyak. Bahkan antrean untuk mencium Hajar Aswad hanya sekitar sepuluh orang saja.

Nah, pada saat itu orang yang berada di Masjidil Haram dapat mencium Hajar Aswad secara lebih leluasa. Waktu untuk tawaf pun sangat singkat, tak lebih hanya 10 menit untuk tujuh putaran. Saking longgarnya pada saat itu bisa shalat sunat di Hijir Ismail sepuasnya atau berulang kali.

Namun, suasana ini sontak berbalik ketika jamaah haji sudah mulai berdatangan atau pada bulan-bulan biasa ketika kesempatan umrah dibuka. Area tawaf menjad hiruk-pikuk. Mencium Hajar Aswad dan shalat di Hijir Ismail atau berdoa persis di depan Multazam menjadi barang langka.

Nah, dalam suasana padat itu maka tawaf di lantai dua bersama para lansia dan jamaah yang memakai kursi roda benar-benar jadi pilihan. Bahkan, para asykar yang pada hari biasa masih mau memberikan sedikit kelonggaran bagi jamaah berkursi roda untuk tawaf di mataf, maka kala itu yakni bila  menjumpai jamaah seperti ini mereka pun  langsung mengarahkan agar naik tempat tawaf yang berada di lantai dua.

Alhasil, karena memakai area tawaf di lantai dua itu, waktu tawaf menjadi panjang yang awalnya tak lebih dari 10 menit itu. Berangkat dari pengalaman melakukan umrah pada awal pertengahan tahun lalu, bila melakukan tawaf di lantai dua sembari mendorong kursi roda, proses ini bisa memakan waktu hingga 3,5 jam. Dan total jendral, bila disertai dengan Sa’i ditambah istirahat serta mengerjaan berbagai shalat sunat dan istirahat, maka proses ini akan memakan waktu sekitar lima jam. Ini dijalani dalam suasana hari umrah biasa, bukan pada masa puncak haji atau akhir Ramadhan.

Semakin panjangnya jalur tawaf setelah usainya proyek perluasan Masjidil Haram dibenarkan salah satu pejabat di Kantor Urusan Haji (KUH) KBRI di Jeddah. Menurutnya, dengan semakin luasnya area tawaf, maka proses tawaf akan memakan jarak yang lama. Memang kalau memakai tempat tawaf di lantai dua dan sealigus menyelesaikan sa’i maka setiap jamaah harus menempuh perjalanan sepanjang 11 kiometer.

“Maka para calon jamaah haji harus menyiapkan kebugaran jasmani yang baik. Ingat ibadah haji itu lebih banyak merupakan ibadah fisik,’’ katanya.

Menyadari kenyataan tersebut, terutama untuk para calon haji dan umrah yang lanjut usia atau memakai kursi roda, mulai sekarang bersiaplah secara serius. Pahamilah bahwa haji itu ibadah yang membutuhkan kesemaptaan fisik. Paling tidak kepada para calon jamaah yang akan berangkat pada tahun ini, hendaklah semenjak hari ini hingga tiba waktu keberangkatan haji, merekai sudah terbiasa berjalan jauh.

 

sumber:RepublikaOnline