Saudi: Tidak Ada Perpanjangan Visa Umrah Jamaah Luar Negeri

Pihak berwenang Saudi telah memutuskan tidak akan memperpanjang visa umrah yang dikeluarkan untuk Muslim di luar negeri. Mereka mengatakan izin tersebut berlaku untuk tinggal 30 hari di Kerajaan.

Kementerian Haji dan Umrah menyebut, visa Umrah memungkinkan pemegangnya bebas berpindah antara kota suci Makkah dan Madinah, serta semua kota lainnya di Saudi selama masa berlakunya masih bekerja. 

Dilansir di Gulf News, Sabtu (29/1), peziarah luar negeri diharuskan mendaftarkan vaksinasi Covid-19 mereka di platform Qoddum sebelum tiba di kerajaan. Pendaftaran juga harus dilakukan melalui aplikasi ponsel pintar “Tawakkalna” dan “Eatmarna” setelah kedatangan. 

Setelah memperbarui status kesehatan di Tawakkalna, para peziarah diizinkan untuk memesan izin melalui kedua aplikasi, untuk melakukan ritual umrah di Masjidil Haram di Makkah dan kunjungan ke Masjid Nabawi di Madinah. 

Arab Saudi baru-baru ini membatasi pengulangan umrah dengan jeda 10 hari untuk Muslim di luar negeri, karena Kerajaan tersebut sedang mengalami lonjakan infeksi Covid-19. Muslim dari luar negeri, yang datang ke Arab Saudi untuk melakukan umrah, harus berusia 12 tahun ke atas.

Mereka juga diwajibkan menunjukkan status imunisasi di aplikasi kesehatan Tawakkalna. 

Berdasarkan interval 10 hari untuk mengulangi umrah, umat Islam di luar negeri dapat melakukan ritual paling banyak tiga kali selama 30 hari mereka tinggal. 

Awal bulan ini, kementerian mengaitkan keputusannya membatasi pengulangan umrah dengan tindakan pencegahan terhadap Covid-19, yang baru-baru ini diterapkan kembali di dua masjid suci di Makkah dan Madinah. 

Pada Oktober 2020, Arab Saudi memulai kembali umrah setelah sekitar tujuh bulan ditangguhkan karena pandemi global. 

Bulan lalu, Arab Saudi menerapkan kembali pemakaian masker dan menjaga jarak sosial di dalam maupun luar ruangan, di tengah peningkatan infeksi Covid-19. 

IHRAM

Saudi Terbitkan Lebih dari 282 Ribu Visa Umrah

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi (KSA) sudah mengeluarkan 282.124 visa umrah tahun ini. Berdasarkan data Kementerian Haji dan Umrah Saudi, sebanyak 96.038 jamaah umrah telah tiba di Kerajaan Arab Saudi.

Dilansir di Arab News pada Ahad (7/10), saat ini ada 87.232 jamaah berada di KSA. Perinciannya, 65.967 jamaah di Makkah dan 21.265 jamaah di Madinah.

Mayoritas jamaah umrah atau sebanyak 89.990 datang ke KSA melalui jalur udara. Sebanyak 6.048 jamaah masuk melalui jalur darat. KSA mengatakan belum ada jamaah umrah yang masuk melalui jalur laut.

Jumlah jamaah umrah terbesar berasal dari Pakistan dengan 46.202 orang. Kemudian disusul India dengan 25.580 orang, Indonesia 5.853 orang, Sri Lanka 2.663 orang, dan Yordania dengan 2.585 orang.

Rencana reformasi Visi Saudi 2030 bertujuan menarik lebih dari 30 juta jamaah umrah masuk ke KSA. Selain itu, pemerintah berkomitmen memberi jamaah layanan terbaik dan pengalaman yang luar biasa selama berada di Saudi. Tahun lalu, total ada 19.079.306 umat Islam dari luar negeri tercatat melakukan ibadah umrah.

Direktur Jenderal Bandara Jeddah, Essam Fouad menargetkan lebih dari 10 juta jamaah umrah datang melalui bandara. Bandara adalah fasilitas terbesar dan pertama di Arab Saudi yang melayani jamaah melalui jalur udara.

Jamaah umrah mewakili 40 persen pergerakan jumlah penumpang di KSA. Manajemen bandara telah menerapkan sejumlah proyek pembangunan di terminal utara dan selatan untuk meningkatkan efisiensi operasional serta memberikan layanan yang lebih baik kepada penumpang.

REPUBLIKA

 

MAU cek Visa Umrah? Download aplikasinya, di sini!
Share Aplikasi Android ini ke Sahabat dan keluarga Anda lainnya
agar mereka juga mendapatkan manfaat!

Musim Umrah dan Bisnis Wisata Saudi

10 September lalu, bertepatan dengan 1 Muharram 1440 H, gelombang jamaah umrah mulai berdatangan ke Tanah Suci. Ada yang masuk melalui Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah dan Bandara Internasional Prince Muhammad Bin Abdulaziz di Madinah. Mereka ada berasal dari Pakistan, India, Sri Lanka. Ada juga yang datang melalui jalur darat seperti serombongan kecil jamaah dari Kuwait dan Yordania.

Rombongan jamaah umrah dari Indonesia pun termasuk di antaranya. Rombongan jamaah umrah dari Dewan Masjid Indonesia (DMI) dipimpin oleh Wakil Ketua DMI, Komjen Pol Syafruddin, termasuk yang beruntung bisa menjalankan ibadah umrah pertama di bulan Muharram.

Saat kedatangan mereka, boleh jadi sejumlah jamaah haji yang baru tuntas menunaikan ibadah masih berada di Tanah Suci. Karena kelompok terbang terakhir jamaah haji Indonesia saja, baru tiba di Tanah Air, Senin (24/9) malam.

Ini memang agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Ya, tahun ini, Arab Saudi memajukan musim umrah satu bulan lebih cepat, yakni dimulai pada 1 Muharram. Biasanya, awal kedatangan jamaah umrah dimulai pada bulan Safar atau bulan kedua penanggalan Hijriyah.

Langkah ini, tentu menjadi salah satu kebijakan pemerintah Arab Saudi untuk menjalankan Visi Saudi 2030. Visi Saudi 2030 adalah rencana mengurangi ketergantungan Arab Saudi pada sektor minyak bumi. Negara penghasil minyak ini mulai mendiversifikasi ekonomi Arab Saudi, dengan mengembangkan sektor layanan umum seperti kesehatan, pendidikan, infrastruktur, rekreasi dan pariwisata. Haji dan umrah, tentu saja termasuk di dalamnya.

Keberadaan Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah menjadi daya tarik terbesar negara ini, terkhusus bagi umat Muslim sedunia. Tanpa perlu jor-joran berpromosi, jutaan manusia akan pergi ke Saudi untuk menjalankan haji dan umrah.

Haji memang hanya berlangsung setahun sekali. Itupun, jumlahnya dibatasi. Namun bagi yang ingin melaksanakan umrah, kesempatan itu terbuka sepanjang tahun, selama 10 bulan.

Saya tak ingin berpanjang lebar mengulas betapa matangnya negara ini menyiapkan Visi Saudi 2030 tersebut. Dari satu sektor saja, yakni umrah,  bisa dibayangkan berapa banyak devisa yang bisa diraup.

Wakil Menteri Haji dan Umrah untuk Urusan Umrah, Abdulaziz Wazzan mengatakan, bagian dari Visi Saudi 2030 bertujuan menarik 30 juta jamaah umrah dalam beberapa tahun mendatang. Wazzan menyebutkan, sebanyak 25 ribu visa umrah telah diterbitkan dalam lima hari belakangan. Sedikitnya 8,5 juta visa umrah akan diterbitkan selama sepuluh bulan mendatang. Kerajaan Saudi menargetkan, sebanyak 15 juta jamaah umrah per tahun bisa dicapai seturut Visi 2030 Kerajaan Saudi.

Tak hanya ‘menjual’ dua kota suci, Makkkah dan Madinah. Mulai tahun ini, kerajaan Arab Saudi pun secara resmi memperluas pemberlakuan visa umrah. Artinya, jika selama ini jamaah dengan visa umrah hanya mengunjungi Makkah dan Madinah dan sesekali ke Jeddah, maka tahun jamaah umrah bisa mengunjungi kota manapun di Arab Saudi.

 

Visa umrah yang diberikan selama ini berlaku 30 hari. Ibadah umrah jika dihitung-hitung, sudah sangat longgar dijalankan tuntas selama 15 hari. Artinya, masih ada waktu tersisa 15 hari untuk para peziarah mengunjungi tempat-tempat menarik dan bersejarah yang ada di Arab Saudi.

Strategi ini tentu saja sangat cerdas untuk meraih tambahan devisa. Agen umrah pun dipersilakan mengatur tur ke kota manapun di Arab Saudi dengan mengirimkan proposal ke Kementerian Haji dan Umrah Saudi. Pengajuan itu tentu saja harus diselesaikan sebelum kedatangan jamaah umrah terkait.

Kabar perluasan visa umrah ini mungkin akan disambut antusias sejumlah biro perjalanan umrah di Indonesia. Namun di tengah kondisi

perekonomian Indonesia saat ini dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang cukup tinggi, dikhawatirkan kenaikan peminat umrah tidak terlalu signifikan. Apalagi dengan adanya ketentuan visa progresif yang diberlakukan oleh Arab Saudi terhadap jamaah umrah.

Celakanya, kabar terbaru, visa progresif ini kemudian direvisi oleh Arab Saudi yang tadinya berlaku dua tahun, kini menjadi hitungan progresif lima tahun. Ketentuan visa progresif ini mulai dikeluarkan pada 1438 H (2016). Artinya, mereka yang berumrah pada 2016, dan akan berumrah lagi tahun 2018 ini (1440 H), sudah dikenakan visa progresif. Namun dengan adanya revisi menjadi lima tahun, maka hitungan mereka yang terakhir umrah pada 2013, akan dikenakan visa progresif jika ingin melaksanakan umrah lagi tahun ini.

Adapun ketentuan visa progresif itu adalah penambahan biaya sekitar 2.000 riyal saudi atau sekitar Rp 8 juta per orang. Katakanlah jika biaya umrah saat ini Rp 20 juta, maka mereka yang terkena wajib visa progresif harus membayar Rp 28 juta!

Tambahan biaya dari pengenaan visa progresif ini saja tentu memberatkan jamaah. Apalagi jika memang perluasan visa diterapkan, dan travel umrah mengatur perjalanan ke beberapa tempat lagi. Artinya, lama tinggal dan kunjungan wisata bertambah, maka bertambah pulalah biaya yang akan dikeluarkan. Trik cerdas? Jawabannya ya.

Untuk mendukung rencana ini, berbagai sarana dan prasarana memang terus digarap oleh Saudi. Pembangunan hotel, bandara baru, pelebaran jalan, sarana transportasi kereta haramain yang segera beroperasi hingga pusat-pusat perbelanjaan dan lainnya. Kita tentu berharap, selama berada di Arab Saudi, jamaah tidak hanya diberlakukan secara komersial. Karena umrah bukan sekadar jalan-jalan biasa namun ini adalah ibadah.

Oleh: Andi Nur Aminah, redaktur Republika.co.id

REPUBLIKA

MAU cek Visa Umrah? Download aplikasinya, di sini!
Share Aplikasi Andoid ini ke Sahabat dan keluarga Anda lainnya
agar mereka juga mendapatkan manfaat!

Visa Umrah Bisa Untuk Wisata di Luar Kota Suci

Konsul Jenderal (Konjen) RI di Jeddah Mohamad Hery Saripudin mengiyakan pihaknya sudah menerima notifikasi soal kebijakan perluasan visa umrah. Kebijakan itu menurut dia harus diikuti sosialisasi oleh Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) atau travel umrah di Tanah Air.

“Pihak Kerajaan Saudi melalui Kedutaan Besar Saudi di Jakarta juga tentunya telah mengirimkan notifikasi kepada pihak-pihak di Indonesia,” kata Hery di Jeddah, Kamis (20/9) lalu. Ia mengatakan, pihak KJRI Jeddah masih akan mendalami regulasi tersebut.

Sebelumnya, Kerajaan Arab Saudi secara resmi menerapkan penerbitan visa umrah yang diberlakukan untuk seluruh wilayah Arab Saudi sejak Selasa (18/9). Biasanya, visa umrah dan haji hanya diberikan kepada jemaah luar negeri untuk kunjungan ke dua Kota Suci Makkah dan Madinah serta sesekali ke Jeddah.

Menurut Hery, sebelumnya pihak Kerajaan Saudi sudah menerbitkan visa turis untuk berbagai negara Eropa dan Asia. Hal itu terkait upaya penambahan devisa negara dari sisi pariwisata.

Hery menambahkan, kebijakan baru soal visa umrah harus diikuti PPIU dengan menggencarkan sosialisasi kepada jemaahnya. Sosialisasi itu terutama terkait dengan aturan-aturan yang berlaku di Saudi. Misalnya soal larangan memotret kantor-kantor pemerintahan maupun militer.

“Aturan di sini berbeda dengan di Indonesia. Itu perlu disampaikan kepada jemaah haji dan umrah,” terangnya.

Menurut dia, aturan baru soal visa juga terkait implementasi dari program Saudi Vision 2030. Sesuai program tersebut, Saudi memiliki target kunjungan jemaah haji dan umrah mencapai 30 juta orang pada 2030. Saat ini jumlah jemaah haji masih mencapai sekitar 3 juta orang dan jemaah umrah 7,5 juta.

Dengan demikian, dalam setahun kurang dari 10 juta jemaah haji dan umrah. Khusus untuk tahun ini, Saudi memiliki target kedatangan jemaah umrah sebanyak 10 juta orang.

Untuk mencapai target itu, Saudi juga memulai jadwal umrah lebih awal. Musim umrah yang biasanya dimulai pada 15 Muharram dimajukan menjadi 1 Muharram.

“Jadi, saat jemaah haji Indonesia belum seluruhnya pulang, sudah ada jemaah umrah yang datang ke Arab Saudi,” kata dia.

Seperti pantauan pada beberapa hotel di Madinah pada Sabtu (22/9), banyak jemaah umrah yang telah datang. Mereka banyak menempati hotel yang sama dengan jemaah haji Indonesia. Hal itu tentu membuat pengawasan kepada jemaah harus ditingkatkan.

“Sudah banyak jemaah umrah dari Malaysia dan negara-negara Afrika yang menginap satu hotel dengan jemaah haji kita,” ujar Maskat Ali Jasmun, Kepala Seksi Perlindungan Jemaah Haji Daker Madinah. (mch/ab).

KEMENAG RI

Kini Visa Umrah Berlaku di Semua Kota Arab Saudi

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi memberlakukan aturan baru untuk jemaah umrah. Mulai tahun ini, pemegang visa umrah diizinkan berkunjung ke semua kota di Saudi. Sebelumnya, visa umrah hanya berlaku di dua kota, yakni Makkah dan Madinah.

Konsul Jenderal (Konjen) RI di Jeddah Mohamad Hery Saripudin menjelaskan, pihaknya sudah menerima notifikasi soal kebijakan tersebut. Menurut dia, aturan baru itu merupakan implementasi dari program Saudi Vision 2030.

“Saudi Vision 2030 itu seperti GBHN kalau di Indonesia,” kata Hery.

Sesuai program tersebut, Saudi memiliki target kunjungan jemaah haji dan umrah mencapai 30 juta orang pada tahun 2030. Saat ini jumlah jemaah haji masih mencapai 2,3 juta orang dan jemaah umrah 7 juta. Dengan demikian, dalam setahun baru ada 9,3 juta orang. Khusus untuk tahun ini, Saudi memiliki target kedatangan jemaah umrah sebanyak 10 juta orang. Untuk mencapai target itu, bukan hanya aturan visa yang diubah. Saudi juga memulai jadwal umrah lebih awal. Biasanya, musim umrah dimulai pada 1 Safar. Mulai tahun ini, umrah bisa dilaksanakan pada 1 Muharram.

“Jadi, saat jemaah haji Indonesia belum seluruhnya pulang, sudah ada jemaah umrah yang datang ke Arab Saudi,” terangnya.

Hery menambahkan, kebijakan baru itu harus disambut biro-biro umrah dengan menyosialisakan kepada jemaahnya. Sosialisasi itu terutama terkait dengan aturan-aturan yang berlaku di Saudi. Misalnya soal larangan memotret kantor-kantor pemerintahan maupun militer. Imbauan itu perlu disampaikan karena Konjen sering menerima laporan mengenai jemaah umrah dan haji yang ditahan polisi Saudi gara-gara berfoto selfie di tempat terlarang.

“Aturan di sini berbeda dengan di Indonesia. Itu perlu disampaikan kepada jemaah haji dan umrah,” ujarnya.

Kebijakan baru tentang visa umrah juga diberitakan banyak media Saudi. Deputy Haj and Umrah Minister Abdul Fattah Mashat mengatakan, mulai tahun ini biro-biro perjalanan umrah bisa mengatur jadwal tur ke semua kota di Saudi.

“Jika butuh waktu tambahan, operator umrah bisa mengajukannya kepada kami, ” jelasnya seperti dilansir Gulfnews dan koran harian Al Yaum kemarin.

Visa umrah berlaku selama 30 hari. Namun, selama ini perjalanan umrah rata-rata hanya 15 hari. Sisa waktu tersebut kini bisa dimanfaatkan untuk mengunjungi berbagai destinasi wisata selain di Makkah dan Madinah. Misalnya berkunjung ke Kota Thaif, Al-Ula, Jeddah, Riyadh, dan beberapa daerah lain. Hingga kini, sudah lebih dari 25 ribu visa umrah yang diterbitkan pemerintah Arab Saudi.

Sementara itu, General Manager Saudi Arabia and Middle East Garuda Indonesia Deni Karnabi Ibrahim mengatakan, kebijakan tersebut akan menambah angka jemaah umrah dari Indonesia. Garuda Indonesia siap mengakomodasi peningkatan jumlah jemaah umrah. Dia mengatakan, sejak lima tahun belakangan memang terjadi peningkatan drastis jemaah umrah dari Indonesia.

“Bahkan sekarang penerbangan ke Saudi dan Timur Tengah jadi tulang punggung penerbangan internasional Garuda,” kata Deni di Jeddah, Rabu lalu (19/9).

Ia mengatakan, Garuda Indonesia (GI) tahun ini juga menambah penerbangan langsung dari sejumlah daerah di Indonesia menuju Arab Saudi. GI juga telah menampilkan profil-profil daerah wisata selain Makkah dan Madinah di Timur Tengah melalui inflight magazine. Bulan ini, mereka menampilkan profil soal Thaif, sebuah kota di dataran tinggi Saudi yang memilki banyak atraksi wisata dan sejarah.

Saat ini GI melayani 34 penerbangan dari sejumlah bandara di Tanah Air ke Saudi. “Dengan penambahan destinasi baru, pasti ada peningkatan wisatawan dan bisnis di Indonesia,” kata dia.(mch/ha)

KEMENAG RI

Visa Jamaah Haji Mulai Diproses di Kedubes Arab Saudi

Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah mulai memproses visa jamaah haji Indonesia. Kasubdit Dokumen Haji Nasrullah Jassam mengatakan, sudah ada 145 ribu paspor yang akan mulai diproses.

“Sampai saat ini sudah 145 ribu paspor jamaah haji reguler yang terkumpul untuk proses visa. Bahkan, visa jamaah yang berangkat pada kloter-kloter awal sudah diajukan ke Kedutaan Besar Arab Saudi,” jelas Nasrullah dalam acara Sosialisasi Peningkatan Pelayanan Jamaah Haji di Arab Saudi 1439H/2018M di Medan, Sumatera Utara, Jumat (29/06/2018).

“Visa 600 petugas haji dan lebih dua ribu jamaah sudah selesai dan jumlah ini akan terus bertambah,” sambungnya.

Menurut Nasrullah,  tahapan pemvisaan dimulai dengan verifikasi dokumen. Setelah itu dilakukan permohonan visa dan grouping kloter.

“Sudah 120 ribu jamaah yang di-grouping atau sekitar 280 kloter,” terangnya.

Nasrullah berharap pemvisaan sudah bisa selesai sebelum fase keberangkatan jamaah haji. Sebab, menurut Nasrullah, Kedubes Arab Saudi dalam sehari bisa memproses visa 10-15 ribu. Sementara kloter awal akan mulai diterbangkan ke Saudi pada 17 Juli mendatang.

Kepada Kanwil Kemenag Provinsi yang belum mengirim, Nasrullah minta agar segera dikirim. Apalagi, Kemenag telah menerbitkan edaran pengiriman sejak Desember tahun lalu, demikian laman resmi Kementerian.*

 

HIDAYATULAH

 


MAU cek Visa Umrah? Download aplikasinya, di https://play.google.com/store/apps/details?id=com.toyo.porsi
Share Aplikasi Andoid ini ke Sahabat dan keluarga Anda lainnya
agar mereka juga mendapatkan manfaat!

Saudi: Visa Umrah Diperluas untuk Wisata

Komisi Pariwisata dan Warisan Budaya Saudi (SCTH) akan mengumumkan rincian tentang visa turis pada akhir kuartal pertama fiskal tahun ini. SCTH mengkonfirmasi bahwa persyaratan, peraturan, dan rincian yang relevan untuk visa turis akan dipublikasikan di lembaran berita resmi pada akhir Q1 2018 untuk pelaksanaannya. Semua rincian juga akan tersedia di situs resmi SCTH.

Aturan akan dikeluarkan setelah mendapat persetujuan dewan komisaris komisi tersebut. SCTH menugatakan,  berita tentang rincian, persyaratan, dan spesifikasi kebangsaan yang disebutkan di media tidak akurat dan terkadang berdasarkan pertimbangan yang belum disetujui.

Menurut SCTH, persiapan peluncuran visa turis terus dilakukan dalam koordinasi penuh dengan kementerian dalam dan luar negeri. Kedua kementerian tersebut bekerja sama dengan SCTH untuk meletakkan standar yang membentuk fondasi terkait dikeluarkannya peraturan visa turis, yang akan didasarkan sesuai dengan Undang-undang Pariwisata yang dikeluarkan oleh sebuah keputusan kerajaan pada 9/1/1438 Hijriah.

Sebelumnya, pada awal Januari, direktur Otoritas Pariwisata dan Warisan di wilayah Makkah, Mohammed Al-Omari, mengatakan, warga negara dari semua negara yang memiliki akses ke Kerajaan dapat memperoleh visa turis. Kata dia, semua umat Muslim dari negara-negara di seluruh dunia dapat memperoleh visa turis pasca-Umrah.

“Jadi, ketika Umrah selesai mereka bisa menjadi turis. Ini disebut visa umrah yang diperluas untuk wisata pasca-umrah,” kata Al-Omari, dilansir dari Arab News, Selasa (23/1).

Selama masa percobaan Arab Saudi dalam menerapkan sistem visa turis antara 2008 dan 2010, lebih dari 32 ribu wisatawan mengunjungi Kerajaan. Prosedur visa mereka difasilitasi oleh sejumlah operator tur yang dilisensi oleh SCTH.

Inisiatif Visa Pariwisata dimaksudkan untuk menghidupkan kembali sistem visa turis sebelumnya yang memungkinkan pengunjung untuk menemukan destinasi baru di wilayah Kerajaan. Yang mana, hal itu dapat meningkatkan sektor pariwisata, dan mengembangkan layanan dan fasilitas pariwisata dan warisan budaya di Kerajaan.

 

IHRAM

Visa Umrah Diusulkan Gunakan Sistem Elektronik

Visa umrah jemaah haji asal Indonesia kerap bermasalah. Terakhir, terdapat masalah karena keterlambatan kedatangan stiker.

Ketua Dewan Kehormatan Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI), Rinto Rahardjo, meminta Indonesia ikut menggunakan sistem visa elektronik bagi jemaah umroh. Ia menilai sistem ini lebih efisien, karena akan menghilangkan ketergantungan kepada stiker.

“Mengusulkan agar visa menggunakan sistem elektronik seperti di Turki, jadi tidak tergantung stiker,” kata Rinto kepada Republika, Selasa (5/4).

Rinto mengatakan, usulan ini sebenarnya sudah sering dijadikan masukan oleh para travel, namun belum direalisasikan sampai hari ini. Ia merasa, permasalahan kehabisan stiker akan menimbulkan kerugian dari beberapa aspek, seperti ketentuan tiket.

Ia membenarkan permasalahan ketentuan tiket yang terjadi belakangan, dikarenakan kehabisan stiker dan masih menunggu kiriman tiket dari Arab Saudi. Rinto memperkirakan stiker itu akan datang hari Selasa (5/4), sehingga jemaah umroh sudah bisa diberangkatkan pada Rabu (6/4).

Meski begitu, ia menyayangkan kondisi kehabisan stiker dapat terjadi kembali, karena kendala serupa hampir setiap tahun terjadi di Indonesia. Rinto menambahkan, seharusnya stiker sudah didatangkan sebelum stok yang ada habis, dan tidak terulang kembali pada pelaksanaan umroh tahun ini.

 

 

sumber: Republika Online