Wukuf Menahan Diri Merusak Bumi

Saat wukuf di padang Arafah, manusia diajari hidup harmonis dengan alam.

Oleh FUJI EKA PERMANA dari MAKKAH, ARAB SAUDI

Pada 9 Dzulhijah 1444 Hijriyah bertepatan dengan 27 Juni 2023 jamaah haji dari seluruh dunia berkumpul di padang Arafah menggunakan pakaian ihram. Ketika jamaah haji menggunakan pakaian ihram, maka berlaku larangan ihram.

Di antara larangan ihram saat wukuf adalah memburu, menganiaya, dan membunuh
binatang dengan cara apapun. Kecuali membunuh binatang yang membahayakan jamaah haji. Bahkan, membunuh nyamuk, semut dan lalat pun dilarang.

Jamaah haji juga dilarang memotong kayu-kayuan, mencabut rumput atau memetik daun saat wukuf di padang Arafah.

Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan

QS ALARAF AYAT 56

Direnungkan sekilas saja, pesannya sudah sangat jelas. Saat wukuf di padang Arafah, manusia diajari hidup harmonis dengan alam. Manusia diajari untuk tidak membunuh binatang jika tidak dalam kondisi terpaksa, dan dilarang merusak tumbuhan.

“Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (QS al-A’raf [7]: 56).

Dalam ayat ini Allah melarang manusia agar tidak membuat kerusakan di muka bumi. Larangan membuat kerusakan ini mencakup semua bidang, seperti merusak kehidupan dan sumber-sumber penghidupan.

Artinya dilarang melakukan pencemaran udara, karena dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi umat manusia. Contohnya, banyak masyarakat yang paru-parunya rusak akibat paparan debu batu bara yang mencemari udara. Bahkan polusi udara dikatakan bisa membuat harapan hidup berkurang atau membuat umur seseorang menjadi lebih pendek.

Manusia dilarang melakukan pencemaran air tanah, sungai dan laut, karena dapat menimbulkan masalah kesehatan, perekonomian dan lain sebagainya. Contoh kasusnya banyak ikan laut yang telah terpapar mikroplastik, jika dikonsumsi dalam waktu lama dapat menimbulkan masalah kesehatan serius. Bahkan air tanah di suatu kota besar bisa tercemar bakteri escherichia coli (E Coli) sehingga tidak layak konsumsi lagi, akibat eksploitasi air tanah berlebihan.

Manusia juga dilarang merusak kesuburan tanah, karena dapat menimbulkan permasalahan seperti banjir, kekeringan, gagal panen, dan lain sebagainya. Contoh kasusnya banyak terjadi banjir bandang akibat penggundulan hutan, banjir bandang tersebut merusak lahan pertanian hingga merenggut harta dan nyawa.

Dalam ayat ini Allah melarang manusia agar tidak membuat kerusakan di muka bumi. Larangan membuat kerusakan ini mencakup semua bidang, seperti merusak kehidupan dan sumber-sumber penghidupan.

Artinya dilarang melakukan pencemaran udara, karena dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi umat manusia. Contohnya, banyak masyarakat yang paru-parunya rusak akibat paparan debu batu bara yang mencemari udara. Bahkan polusi udara dikatakan bisa membuat harapan hidup berkurang atau membuat umur seseorang menjadi lebih pendek.

Manusia dilarang melakukan pencemaran air tanah, sungai dan laut, karena dapat menimbulkan masalah kesehatan, perekonomian dan lain sebagainya. Contoh kasusnya banyak ikan laut yang telah terpapar mikroplastik, jika dikonsumsi dalam waktu lama dapat menimbulkan masalah kesehatan serius. Bahkan air tanah di suatu kota besar bisa tercemar bakteri escherichia coli (E Coli) sehingga tidak layak konsumsi lagi, akibat eksploitasi air tanah berlebihan.

Manusia juga dilarang merusak kesuburan tanah, karena dapat menimbulkan permasalahan seperti banjir, kekeringan, gagal panen, dan lain sebagainya. Contoh kasusnya banyak terjadi banjir bandang akibat penggundulan hutan, banjir bandang tersebut merusak lahan pertanian hingga merenggut harta dan nyawa.

Bumi ini sudah diciptakan Allah dengan segala kelengkapannya, seperti gunung, lembah, sungai, lautan, daratan, hutan dan lain-lain. Semuanya ditujukan untuk keperluan manusia, agar dapat diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, manusia dilarang membuat kerusakan di muka bumi.

Ketika saya wukuf di padang Arafah, saya merenungkan bahwa larangan ihram saat wukuf ini benar-benar membuat jamaah haji harus selalu sadar apa yang dilakukannya. Sekecil apapun gerakan dan perbuatan, harus dilakukan dalam kondisi sadar dan ingat larangan saat wukuf.

Misalnya, ketika ada semut di sekitar tempat kita duduk atau tidur, kita harus berhati-hati agar tidak menginjak semut tersebut. Misalkan, saat ada nyamuk hinggap di bagian tubuh, saya tidak bisa menepoknya karena akan membuatnya mati. Ketika di sekitar saya ada rumput atau pohon, saya harus hati-hati agar gerakan dan perbuatan saya tidak merusaknya.

Hal ini bagi saya mengandung arti bahwa setiap perbuatan manusia harus dilakukan dengan sadar sambil mengingat perintah Allah SWT dan larangan Allah SWT. Sebelum berbuat, harus dipikirkan terlebih dahulu apakah perbuatan ini akan menimbulkan kerusakan atau kemaslahatan.

Dalam Surah Al-Baqarah Ayat 205, Allah menegaskan bahwa tidak menyukai kerusakan. Manusia yang beriman kepada Allah SWT tentu harus menghindari agar perbuatannya tidak menimbulkan kerusakan.

Apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, sedang Allah tidak menyukai kerusakan

QS AL-BAQARAH AYAT 205

“Apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, sedang Allah tidak menyukai kerusakan.” (QS Al-Baqarah [2] Ayat 205)

Alquran menjelaskan ada orang yang melakukan kerusakan-kerusakan di atas bumi. Tanaman-tanaman dan buah-buahan dirusak dan binatang ternak dibinasakan, terlebih kalau mereka sedang berkuasa, di mana-mana mereka berbuat sesuka hatinya dan wanita-wanita dinodainya.

Tidak ada tempat yang aman dari perbuatan jahatnya. Fitnah di mana-mana mengancam, masyarakat merasa ketakutan dan rumah tangga serta anak-anak berantakan karena tindakannya yang sewenang-wenang.

Sifat-sifat semacam itu tidak disukai Allah SWT. Allah SWT murka kepada orang yang berbuat demikian, begitu juga kepada setiap orang yang perbuatannya kotor dan menjijikkan.

Dalam QS Ar Rum [30] Ayat 41, Alquran juga telah memperingatkan manusia bahwa kerusakan alam itu terjadi akibat perbuatan manusia. Tapi manusia yang sungguh-sungguh beriman kepada Allah SWT tidak akan menimbulkan kerusakan.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Dalam ayat ini diterangkan bahwa telah terjadi al-fasad (perusakan) di daratan dan lautan. Al-Fasad adalah segala bentuk pelanggaran atas sistem atau hukum yang dibuat Allah, yang diterjemahkan dengan perusakan.

Perusakan itu bisa berupa pencemaran alam sehingga tidak layak lagi didiami atau penghancuran alam sehingga tidak bisa lagi dimanfaatkan. Di daratan misalnya, hancurnya flora dan fauna, dan di laut seperti rusaknya biota laut. Perampokan, perompakan, pembunuhan, pemberontakan, dan sebagainya juga termasuk al-fasad.

Perusakan itu terjadi akibat perilaku manusia, misalnya eksploitasi alam yang berlebihan, peperangan, percobaan senjata, dan lain sebagainya. Perilaku perusakan itu tidak mungkin dilakukan orang yang beriman dengan keimanan yang sesungguhnya, karena orang beriman tahu bahwa semua perbuatannya akan dipertanggungjawabkan nanti di hadapan Allah SWT.

Lamunan saya saat wukuf di padang Arafah, yang muncul dari pemikiran saya yang dangkal; seandainya semua jamaah haji berusaha menjalin hubungan baik dengan alam untuk mencegah kerusakan di muka bumi.

Mungkin perlahan tapi pasti, bumi ini akan menjadi lebih menyenangkan dan damai. Penderitaan dan kesedihan akan sedikit berkurang dari muka bumi ini.

IHRAM

Haji Bawa Pesan Kasih Sayang

Haji bukan semata-mata ritual. Di dalamnya terdapat pesan-pesan kasih sayang yang harus ditangkap para jamaah dan membawanya dalam kehidupan di Tanah Air.

Wakil pemimpin rombongan haji Indonesia KH Yahya Cholil Staquf menyitir hadis Rasulullah dari Jabir, Rasulullah bersabda, tiada ganjaran untuk haji mabrur kecuali surga. Lalu sahabat bertanya, apa itu kemabruran haji? Rasulullah menjawab, “Memberi makan  dan menyebarluaskan kedamaian.” Hadis sahih ini diriwayatkan Imam Hakim.

Kiai Staquf menjelaskan menolong sesama dan menebarkan kedamaian adalah kunci haji mabrur. Asalnya dari mental rahmah, yaitu sikap menghadirkan diri seperti rahim ibu: merengkuh, melindungi, dan menghidupi.

Allah menyayangi manusia, sehingga mengirimkan utusannya, Rasulullah, untuk memperbaiki kehidupan. Dengan dakwah Rasulullah, perilaku manusia merujuk kepada nilai agama, sehingga menjadi makhluk mulia yang disegani ciptaan Allah lainnya.

Kiai Staquf juga menyampaikan tiga tema pokok haji: menahan hawa nafsu (la rafats), menghindari maksiat (la fusuq) dan kerukunan atau menghindari adu argumentasi (la jidal). Ketiganya juga menjadi larangan selama jamaah mengenakan ihram dan berwukuf.

Imam Masjid al-Haram Syekh Su’ud bin Ibrahim bin Muhammad as-Syuraim dalam khotbah Jumatnya pekan lalu mengatakan, ibadah agung yang dinantikan sepanjang kehidupan. Ketika melaksanakan rentetan haji, jamaah akan merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan.

Kebahagiaan itu terasa jelas ketika jamaah melaksanakan tawaf. Mereka selama ini hanya diarahkan menghadap kiblat saat shalat. Kini mereka melihat dengan mata-kepala langsung kiblat itu: ka’bah. “Rasanya sangat menyejukkan hati,” kata Syuraim.

Karena ibadah yang agung ini, manusia dari berbagai penjuru dunia berdatangan ke al-Haram. Dulu jamaah haji berdatangan dengan bersusah payah. Ada yang berjalan kaki, menunggangi kuda dan onta kurus. Kini mereka berdatangan dengan kendaraan canggih, seperti pesawat, bus, dan mobil.

Syuraim menyebutkan sejumlah manfaat haji. Pertama adalah menyucikan hati dari dosa. Tawaf tujuh putaran merupakan salah satu caranya. Dari satu putaran ke lainnya hati akan dibersihkan dan batin akan terasa seperti diangkat ke langit ke tujuh, tempat para malaikat mengagungkan asma Allah.

Haji juga wasilah untuk membangun kedekatan (muraqabah) kepada Allah. selama melaksanakan haji, jamaah akan selalu menyebut asma-Nya dalam berzikir dan bershalawat. Ruang-ruang suci (al-masyair al-muqaddasah) terbuka untuk mereka tempati, seperti Masjid al-Haram yang menjadi ruang shalat dengan 100 ribu pahala, Arafah yang menjadi tempat bertobat, Muzdalifah yang menjadi tempat mabit, dan Mina yang merupakan tujuan jamaah melempar jumrah hingga akhir hari tasyriq.

Syuraim mengimbau jamaah memanfaatkan waktu untuk beribadah sebaik mungkin. Kesempatan mereka mendatangi Tanah Suci belum tentu berulang.

 

REPUBLIKA

Khutbah Wukuf Ajak Kerukunan dalam Keberagaman

Khutbah untuk amalan wukuf jamaah calon haji di Padang Arafah menyampaikan sejumlah pesan. Salah satunya mengenai kerukunan dalam keberagaman sebagaimana pesan pokok prosesi berdiam diri di kawasan Armuzna itu.

“Ada tiga tema pokok dalam haji yaitu menahan hawa nafsu, menghindari kemaksiatan dan membina kerukunan,” kata penceramah Wukuf Arafah KH Yahya Cholil Staquf di Arafah, Senin (20/8).

Tema pokok itu merupakan buah dari kesadaran moral dan nalar. “Nukan karena dorongan hasrat dan emosi,” kata Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu.

Menurut Naib Amirul Hajj tersebut, dalam berihram, saat wukuf setiap calon haji akan menanggalkan segala status sosial dan kehidupan dunianya untuk sementara.

Tidak ada lagi perbedaan status dan semua ada dalam kesetaraan. Di masa kini, dia mengatakan umat manusia berada dalam pertentangan karena perbedaan. Parahnya, hal itu justru menjadi akar dari terjadinya permusuhan antarsesama.

“Jika keadaan ini diteruskan maka Indonesia tidak akan bertahan sebagai bangsa,” kata dia.

Untuk itu, dia mendorong jamaah haji Indonesia untuk selalu mengedepankan cinta kasih atau “rahmah” untuk bisa merajut kerukunan meski berbeda satu sama lain.

“Bangsa Indonesia dan seluruh umat manusia membutuhkan rekonsiliasi. Rekonsiliasi bangsa dan peradaban. Dan jika kita mencari titik tolak untuk rekonsiliasi, itu adalah ‘rahmah’,” katanya.

 

REPUBLIKA

Kisah Jamaah Saat Badai di Arafah

ARAFAH — Angin kencang disertai hujan yang mendera Arafah pada Ahad (19/8) malam sempat membuat risau jamaah di tenda-tenda jamaah haji Indonesia. Kendati demikian, pada Senin (20/8) pagi menjelang pelaksanaan wukuf, jamaah mengatakan sudah tenang.

Rustam (65 tahun) menuturkan, begitu angin kencang dan hujan melanda, ia sempat keluar tenda untuk berlindung di bawah pohon. Namun, seturut angin yang kian kencang, pohon tempatnya berlindung bergoyang hebat.

“Takut saya, Pak. Nanti kalau roboh bisa-bisa saya yang kena dam,” kata warga Samarinda itu saat ditemui di Maktab 21, Arafah.

Jamaah yang telah berihram memang dilarang mencabut tumbuh-tumbuhan. Ia kemudian masuk lagi ke dalam tenda dan bergabung dengan jamaah lainnya.

Di dalam tenda, kata Zainal Abidin (40), jamaah yang setenda dengan Rustam, jamaah berzikir dan membaca talbiyah. “Kami baca keras-keras sampai akhirnya berhenti. Alhamdulillah, semua selamat,” kata dia.

Hingga angin kencang selesai, tenda itu hanya robek sedikit di bagian bawah. Seperti seluruh tenda jamaah lainnya, ia masih berdiri tegak.

Angin kencang dan hujan yang melanda Arafah berhenti sekitar pukul 20.30 waktu setempat. Listrik yang sempat padam menyala lagi sekitar sejam setelah angin reda.

Ada sejumlah tenda yang roboh, tetapi seluruhnya tenda logistik. Kendati demikian, sejumlah jamaah dari Kloter 79 Surabaya yang tinggal di Maktab 52 sempat dievakuasi sementara ke tenda Kloter 53 Jakarta-Pondok Gede akibat tenda yang sempat doyong.

Kasatgas Arafah Arsyad Hidayat menyatakan, tak ada korban jiwa akibat angin kencang semalam. Tenda-tenda yang roboh juga telah didirikan kembali. “Alhamdulillah, tenda-tenda kita masih kuat,” kata dia, Senin (20/8) pagi.

Pagi itu, jamaah sudah tampak beraktivitas menjelang wukuf. Sebagian mereka tampak sarapan, lainnya duduk-duduk di luar tenda. Sebagian lainnya menyibukkan diri dengan membaca Alquran dan berzikir.

Badan Meteorologi Arab Saudi mencatat kecepatan angin semalam berkecepatan sekitar 37 kilometer per jam. Selain di Arafah, angin kencang dan hujan juga terjadi di wilayah Makkah dan Mina. Badan Meteorologi juga memperkirakan kemungkinan terjadinya banjir di Makkah.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, angin kencang juga sempat menunda dibagikannya katering pada jamaah. “Jadi, ini bukan karena katering-nya tidak ada, tapi dihentikan dulu karena cuaca,” kata Lukman.

Menurutnya, ia sempat menyaksikan ada tenda yang roboh semalam. Kendati demikian, tak ada jamaah di dalam tenda tersebut. “Tampaknya, memang tenda itu bukan buat jamaah,” ujar Amirul Haj tersebut.

 

REPUBLIKA

10 Tips Sehat Jamaah Haji Jelang Wukuf di Arafah

Dua pekan lagi, jamaah haji akan melaksanakan wukuf di Arafah. Karena menguras tenaga, tentunya Anda harus menjaga kesehatan fisik mulai sekarang. Ketika menghadapi puncak ibadah haji, semua orang pasti akan mengalami banyak rintangan dari segala hal. Termasuk menjaga kesehatan fisiknya, apalagi bagi kaum lansia.

Pastinya setiap hari Anda diingatkan oleh para petugas kesehatan untuk melakukan kebiasaan baik, supaya tubuh tetap bugar. Mulai dari makan sehat, sering minum air putih, melakukan aktivitas fisik ringan di waktu senggang, dan sebagainya.

Agar kesehatan jamaah haji tidak terganggu selama ibadah di Tanah Suci, khususnya saat wukuf nanti, Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusuf berbagi 10 tips bagi Anda. Simak ulasannya, dirangkum Okezone berikut ini.

1. Makan teratur agar tubuh bertenaga dan tidak mudah sakit

Sayangnya, setiap orang cenderung malas makan saking semangatnya ibadah. Apalagi kalau menu makanannya kurang menggoda. Sebaiknya jangan, sebaiknya Anda tetap makan teratur dengan nutrisi seimbang, yang disajikan oleh panitia haji.

2. Sering minum, jangan menunggu haus

Ketika wukuf, kegiatan Anda banyak dihaluskan di luar ruangan. Pastinya risiko dehidrasi pun besar. Anda harus sering minum air putih, jangan menunggu haus. Waspadai risiko kekurangan cairan dan heat stroke saat di Tanah Suci.

3. Gunakan masker untuk menghindari debu

Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker sangat penting digunakan. Terutama saat keluar pondokan atau tenda termasuk, atau saat antre di toilet di Armina. Debu ada di mana saja, yang bisa memicu infeksi saluran pernapasan.

4. Kurangi aktivitas fisik yang tidak perlu

Simpan tenaga untuk menyelesaikan wukuf. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan, mungkin seperti belanja atau pergi ke tempat lain yang bikin Anda penasaran. Perbanyak istirahat jelang wukuf agar tenaga tidak terkuras sia-sia.

5. Peduli serta saling menjaga antar jamaah

Setiap regu harus mematuhi aturan dari panitia. Saat wukuf pastikan Anda pergi dan pulang bersama-sama dengan teman. Jangan memudahkan diri karena bisa mengganggu aktivitas ibadah Anda yang seharusnya khusyuk.

6. Jangan pinjam pisau cukur

Saat wukuf Anda dianjurkan untuk mencukur rambut dan sebagainya. Jangan pinjam pisau cukur orang lain, karena mungkin saja bisa menularkan penyakit.

7. Hati-hati saat wukuf di atas tebing

Ketika di area Armina nanti jangan naik ke atas bukit, tebing atau bebatuan. Jangan pula berbaring di jalan atau dikolong kendaraan yang terparkir.

8. Pilih rute melempar jamarat yang aman

Biasanya petugas haji akan merekomendasikan rute yang aman. Rutenya akan melalui tenda-tenda jamaah Indonesia dan masuk melalui terowongan. Di jalur tersebut tersebar petugas dan pos kesehatan. Sedangkan jalur lainnya tidak ada perlindungan petugas atau pos kesehatan, sehingga berbahaya jika dilewati jamaah Indonesia.

9. Tidak memaksakan diri melempar jumrah saat sakit dan ikuti aturan

Melontar jumrah harus mengikuti waktu yang sudah ditentukan oleh pemerintah Arab Saudi. Untuk jamaah Indonesia waktu melontar yang disarankan untuk tanggal 10 Zulhijah yaitu setelah ashar atau setelah maghrib dan pada tanggal 11 Zulhijah setelah Subuh. Jika melontar di waktu selain itu akan berisiko terpapar suhu yang sangat panas dan berdesakan dengan jemaah dari negara lain yang postur tubuhnya lebih besar dari jemaah Indonesia.

10. Gunakan pakaian dan alas kaki yang nyaman

Sangat penting sekali Anda mengenakan pakaian dengan bahan nyaman. Meski sudah diwajibkan menggunakan pakaian sejenis, tapi pilih bahan yang menyerap keringat. Lalu, pakaian harus pas di badan, jangan kebesaran. Pakai alas kakinya pun demikian. Pakailah sandal atau sepatu yang nyaman agar tidak terinjak dengan orang lain. (ren)

 

OKEZONE

Saat Wukuf, Suhu Diprediksi Capai 51 Derajat Celcius

Wukuf di Arafah adalah inti dari perjalanan ibadah haji. Sehingga jika tak wukuf di Arafah maka haji seseorang tidak sah.

Maka dari itu, jamaah harus berjuang melakukan wukuf meski suhu nanti diperkirakan akan menyentuh angka 51 derajat celsius.

Jemaah haji diminta menjaga kesehatan diri dan rajin menyemprotkan air ke wajah selain minum air putih yang banyak.

“Diperkirakan panasnya mencapai 51 derajat celsius. Jemaah meski menyiapkan diri untuk menghadapinya,” ujar Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah Endang Jumali saat ditemui Media Center Haji (MCH) di Kantor Daker Makkah, seperti dilansir dari laman resmi Kemenag.

Endang mengatakan jemaah haji tetap mengenakan alas kaki ke mana pun berpergian.

“Kalau tak pakai sandal, kaki akan melepuh. Kadang yang sakit diabetes tak merasakan panas padahal kakinya sudah melepuh,” kata Endang.

OKEZONE

Membersihkan Jiwa dan Membebaskan Kesulitan Manusia Lewat Wukuf di Arafah

Jamaah Calon Haji Disarankan Bawa Bekal Makanan Saat Wukuf

REPUBLIKA.CO.ID,JEDDAH — Jamaah calon haji Indonesia disarankan membawa perbekalan makanan dan minuman saat bergerak ke Padang Arafah untuk mengikuti wukuf.

Bekal makanan dan minuman harus dibawa terutama bagi jamaah yang mendapat jatah pindah dari pemondokan di Makkah menuju Arafah pada 8 Dzulhijjah pagi dan siang hari.

Kepala Daerah Kerja Bandara Jeddah-Madinah PPIH Arab Saudi yang menjadi penanggung jawab satuan tugas Arafah Nurul Badruttamam mengatakan, berdasarkan jadwal, jamaah calon haji Indonesia akan mulai bergerak ke Arafah pada Selasa (22/9) pukul 08.00 waktu Arab Saudi.

Pemberangkatan selanjutnya akan dilakukan pada pukul 12.00 WAS dan 16.00 WAS. Waktu tempuh dari pemondokan ke Padang Arafah dengan menggunakan bus yang sudah disiapkan Maktab diperkirakan mencapai satu jam.

Nah, jatah makan di Arafah baru diberikan pada malam hari, karena itu jamaah harus membawa bekal makanan dan minuman sendiri,” ujar Nurul di Jeddah, Arab Saudi, Rabu (16/9).

Jika tidak membawa bekal makan dan minum yang mencukupi, kata Nurul, jamaah dikhawatirkan bakal kesulitan mencari makan dan minum. Apalagi, kebanyakan jamaah haji Tanah Air adalah jamaah berusia uzur yang tidak terlalu leluasa melakukan pergerakan mencari makanan dan minuman yang tersedia di Arafah.

Nurul menyarankan, jamaah calon  haji Indonesia yang berjumlah 155.200 orang mulai mencicil belanja aneka kebutuhan untuk bekal ke Arafah mulai saat ini. Selain makanan, jamaah juga perlu membeli voucher pulsa untuk komunikasi dan buah-buahan.

“Belanja kebutuhan ini jangan mepet saat mau berangkat. Khawatirnya kehabisan karena yang persiapan itu semua jamaah haji dari berbagai negara,” kata Nurul.

Guna mengantisipasi jamaah sakit, PPIH Arab Saudi sudah menyiapkan klinik kesehatan di bagian pojok tenda Misi Haji. Jamaah yang kelelahan akan langsung ditangani oleh dokter dan paramedis yang sudah disiagakan.

“Memang ada usulan kliniknya ada di setiap maktab, tapi tahun ini belum terlaksana. Ini akan menjadi rekomendasi kita untuk musim haji tahun depan,” kata Nurul.

Redaktur : Indah Wulandari
Reporter : Ratna Puspita

‘Mewukufkan’ Ketauhidan Allah dalam Hati

Wukuf di Padang Arafah menjadi aktivitas puncak dalam ritual ibadah haji. Seluruh jamaah haji wajib melakukan wukuf atau berdiam di Padang Arafah dalam kondisi apa pun.

Namun, apa itu wukuf?
Guru Besar Ilmu Quran dan Tafsir UIN Sunan Ampel, Surabaya, Aswadi mengatakan, jamaah perlu memaknai wukuf dalam prosesi ibadah haji. “Mengapa sih di Arafah? Apa yang dilakukan di Arafah? Apa itu wukuf?” kata dia, kepada jamaah haji yang tinggal di Pemondokan 208, Sektor 2, Mahbas Jin, Makkah, seperti dilaporkan wartawan Republika, Ratna Puspita, Selasa (8/9)

Secara harafiah, wukuf berarti berdiam diri atau berhenti. Namun, menurut Aswadi, pemahaman wukuf jangan terbatas pada berdiam diri di Arafah. Jamaah perlu mencamkan dalam diri bahwa wukuf di Arafah untuk mendapatkan ma’rifat atau pengertian yang maksimal.

Untuk mendapatkan pengertian yang maksimal, jamaah perlu mewukufkan ketauhidan dan iman kepada Allah Swt dalam hatinya. Setelah mewukufkan ketauhidan dan iman kepada Allah SWT, jamaah dapat mengembangkan agar menjadi pengajaran dalam kehidupannya.

Aswadi menerangkan makna wukuf di Padang Arafah harus dapat dikembangkan ketika jamaah berada di tanah air. Lalu, makna itu ditularkan sehingga jamaah dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat itu harus dikembangkan.

“Bukan berarti wukuf di sana lalu itu hanya berada di sana. Wukuf itu iman dan takwa berada di dalam hatinya menjadi pedoman sehingga dalam kehidupannya dapat menjadi kebaikan bagi masyarakat,” kata Aswadi.

Wukuf di padang Arafah merupakan salah satu rukun haji. Jika prosesi ini tidak dilakukan maka tidak sah ibadah haji seorang jamaah. Jika jamaah sakit maka dia harus disafariwukufkan. Apabila dia meninggal dunia sebelum sempat melaksanakan wukuf di Arafah maka dia harus dibadalhajikan. Ritual ini dilakukan mulai dari tergelincirnya matahari pada 9 Dzulhijjah.

Ikhlas

Prosesi setelah wukuf, yaitu mabit atau bermalam di Mudzalifah. Dari Mudzalifah, jamaah bergerak ke Mina untuk bermalam dan melontar jumrah. Aswadi menerangkan makna melontar jamrah aqabah adalah jamaah siap meninggalkan keburukan, dosa, dan noda. “Kita lempar sampai tujuh kali, itu adalah lapisan sistem kemanusiaan, sampai ruhnya terkena,” kata dia.

Aswadi mengatakan prosesi melontar jamrah jangan disertai dengan kebencian, kecongkakan, dan kebohongan. “Doa melontar itu dengan ridho Allah Swt,” kata dia. Dia menambahkan melontar disertai hati senang dan ikhlas untuk melepaskan segala yang buruk.

Setelah tahalul, Aswadi mengatakan, tidak berarti jamaah bebas melakukan hal yang buruk. Sebaliknya, jamaah harus meneruskan melakukan perbuatan positif dan menghindari hal-hal buruk.

 

sumber: Republika Online