Rohingya Penuhi Syarat Penerima Zakat, Infak, Sedekah

Jakarta – Sekretaris Jenderal World Zakat Forum, Ahmad Juwaini, menyatakan pengungsi Rohingya memenuhi syarat sebagai penerima manfaat atas zakat, infak dan sedekah.

“Kami minta lembaga zakat dan lembaga kemanusiaan dunia untuk membantu pengungsi Rohingya,” katanya di Banda Aceh, Selasa 9 Juni 2015.

Pernyataan yang disampaikan itu merupakan beberapa poin dari pernyataan sikap lembaga zakat dan organisasi kemanusiaan internasional tentang masalah Rohingya.

Pihaknya meminta seluruh umat muslim dan komunitas dunia agar memberikan bantuan khusus secara spesifik untuk membantu pengungsi Rohingya.

“Kami juga meminta ASEAN, OKI, PBB dan organisasi multilateral lainnya untuk menjatuhkan sanksi politik atau ekonomi kepada Myanmar,” katanya.

Mereka juga meminta kepada seluruh negara khususnya negara di sekitar Myanmar untuk menerima para pengungsi Rohingya dan memberikan bantuan yang diperlukan.

Pihaknya juga berpendapat tindakan pengusiran dan kekerasan terhadap warga negara adalah sebuah kejahatan yang bertentangan dengan hukum internasional dan nilai-nilai kemanusiaan. (Ant/Bob/Ado)

sumber: Liputan6.com

Jelang Ramadan, Raja Arab Cuci Kabah

Sebelum mencuci, Raja Salman sempat menjalankan salat sunah di dalam Kabah.

Dream – Pelayan Dua Tanah Suci, Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud menjalankan kebiasaan raja-raja Arab Saudi sebelumnya menjelang Ramadan. Raja Salman bersama para pejabat kerajaan mencuci Kabah, kiblat Muslim sedunia.

Kegiatan tersebut dilakukan pada Minggu, 31 Mei 2015 lalu. Sebelum mencuci, Raja Salman bersama para pejabat menyempatkan diri salat sunah di dalam Kabah.

Usai salat, Raja Salman memegang kain putih yang sudah diberi minyak wangi. Raja Salman kemudian menyapukan kain tersebut ke dinding Ka’bah.

Langkah tersebut diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan seperti Putra Mahkota Mohammed bin Nayef serta Gubernur Mekah, Pangeran Khalid Al Faisal. Secara bergantian, para pejabat tersebut menyapukan kain ke dinding Ka’bah.

Sepanjang kunjungan ke Mekah, Raja Salman berdiskusi dengan Pangeran Khalid terkait rencana pengembangan Masjidil Haram dan beberapa tempat ibadah di Mekah.

Dia meminta Pangeran Khaled menindaklanjuti program yang telah dibuat oleh mendiang Raja Abdullah.

(Ism, Sumber: alarabiya.net, saudigazette.com.sa)

 

sumber: Dream.co.id

Kisah Jenderal Jujur Tolak Biaya Haji dari Kapolri

Mantan Gubernur Sumatera Barat ini tergolong teguh pendirian, menolak segala bentuk gratifikasi, apalagi korupsi. Setidaknya itu tercermin kala Kaharoedin ditawari naik haji oleh Kapolri.

Dream – Kisah Brigjen Polisi Kaharoeddin Datuk Rangkayo Basa ini layak dicontoh. Terutama oleh pejabat di negeri ini. Mantan Gubernur Sumatera Barat ini tergolong teguh pendirian, menolak segala bentuk gratifikasi, apalagi korupsi. Setidaknya itu tercermin kala Kaharoeddin ditawari naik haji oleh Kapolri.

Cerita ini terjadi tahun 1967. Setelah pensiun, Kaharoeddin didatangi oleh Brigjen Polisi Amir Machmud. Amir Machmud adalah keluarga sekaligus sahabat Kaharoeddin. Hubungan mereka sangat dekat sejak awal kemerdekaan. Amir yang merupakan junior Kaharoeddin menjadi jenderal polisi yang paling bersinar saat itu.

Brigjen Amir ditugasi Kapolri Jenderal Sutjipto Judodihardjo untuk menjemput Kaharoeddin ke Jakarta. Selanjutnya Kaharoeddin akan naik haji diongkosi Kapolri. Mungkin Kapolri saat itu sengaja menyuruh Amir yang menjemput karena tahu kedekatan mereka.

Amir diharapkan mampu membujuk Kaharoeddin yang terkenal keras menolak semua gratifikasi, termasuk dari atasannya sendiri.

Maka tanggal 16 Agustus 1967, Amir datang ke kediaman Kaharoeddin di Jl Tan Malaka no 8, Kota Padang. Suasana pertemuan berlangsung hangat dan penuh kekeluargaan. Namun Kaharoeddin menolak pemberian Kapolri untuk naik haji.

“Malu kalau naik haji diuruskan Kapolri,” kata Kaharoeddin seperti dikutip dalam buku Brigadir Jenderal Polisi Kaharoeddin Datuk Rangkayo Basa, Gubernur di Tengah Pergolakan, terbitan Pustaka Sinar Harapan tahun 1998.

“Dia saklek kalau urusan seperti ini. Tak mau menerima pemberian apa pun,” kata cucu Kaharoeddin, Aswil Nasir, membenarkan kisah ini saat berbincang dengan merdeka.com.

Cerita tak berakhir di sana. Pada Lebaran tahun 1970, Bupati Tanah Datar Mahjoeddin Algamar dan Wali Kota Padang Achirul Jahja datang ke rumah Kaharoeddin. Bagi keduanya dan Bupati Pariaman M Noer, Kaharoeddin memang sudah dianggap ayah sendiri.

Saat berbincang, mereka merayu dengan halus agar Kaharoeddin mau naik haji. Maklum, Kaharoeddin dianggap ahli agama, taat beribadah dan jujur. Sayang kalau Rukun Islamnya belum lengkap jika tak ke Tanah Suci.

Begitu dirayu, Kaharoeddin langsung memotong pembicaraan itu. “Jadi maksud kalian mau menggunakan uang negara untuk ongkos naik haji saya?” tanyanya tegas.

Buru-buru dua bupati itu menggeleng. “Bukan begitu Bapak. Bapak jangan berpikiran seperti itu. Kami kan anak-anak bapak. Kami akan iuran agar bapak bisa naik haji,” kata mereka.

Keduanya berkali-kali menjelaskan ini sama sekali bukan uang negara, melainkan uang pribadi mereka. Sengaja ditabung sebagai pemberian agar Kaharoeddin bisa berhaji.

Setelah lama dibujuk dan yakin uang ini merupakan uang halal, Kaharoeddin mau juga berangkat. Tapi masalah baru muncul, keluarga ingin agar Kaharoeddin naik haji bersama istrinya. Pasangan ini memang sama-sama berusia lanjut.

Tapi Kaharoeddin enggan meminta pada siapa pun. Demi ongkos naik haji istrinya, keluarga Kaharoeddin akhirnya menjual tanah milik mereka. Dengan itu Kaharoeddin mampu berhaji tahun 1971. Padahal dia menjadi Komandan Polisi Sumatera Tengah bertahun-tahun. Dia juga menjadi Gubernur Sumatera Barat selama tujuh tahun. Dia gubernur pertama Sumatera Barat.

Jika mau, enteng saja Kaharoeddin naik haji bersama keluarganya dengan biaya dinas. Atau malah mengkorupsi uang negara untuk naik haji atau umroh. Sudah rahasia umum, banyak sekali pejabat yang melakukan hal itu. Tapi Kaharoeddin tak mau. Dia tidak ingin jadi koruptor.

Seandainya semangat Brigjen Kaharoeddin masih diteladani sampai saat ini, tentu rakyat Indonesia tak akan sengsara. (Ism)

 

sumber: Dream.co.id

Dua Strategi Bentengi Jamaah Haji dari Risiko Penyakit

JAKARTA — Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementrian Kesehatan Fidiansyah mengungkapkan jamaah haji Indonesia memang rentan akan risiko penyakit.  Karena itu,  Kementerian Agama memprioritaskan jamaah haji Indonesia yang sudah lanjut usia (lansia).

“Jamaah haji kita ini sudah tergolong resiko tinggi itu di atas 50 persen,  karena iklim yang tinggi, maka kekuatan fisik juga membutuhkan kebugaran,” ujar Fidiansyah Selasa (9/6)

Fidiansyah menyebut dua strategi untuk mencegah atau setidaknya dapat mengurangi resiko kesehatan jamaah menurun saat di tanah suci, terutama saat di Arofah melihat bulan-bulan haji jatuh pada musim kemarau. Fidiansyah menjelaskan ada dua startegi yang disiapkan, yaitu program Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan progam pembinaan.

Dimaksud dengan Program BHPS ini adalah untuk pemenuhan kebutuhan dasar seperti makan harus bergizi, kemudian sebelum makan harus cuci tangan terlebih dahulu, minum minimal dua liter air mineral setiap hari, menggunakan penutup hidung atau master, kebersihan lingkungan jiga, tidak merokok, dan istirahat cukup.

Istirahat cukup artinya, merupakan imbauan dari kementerian kesehatan supaya para jamaah untuk tidak memforsir tenaganya untuk melakukan semua ibadah-ibadah sunnah, namun harus disiapkan istrahat untuk menjaga stamina tubuhnya menghadapi wukuf di Arofah nanti.

“Jika kemudian seluruh jamaah haji memperhatikan himbauan ini, tentu saja saya berharap program PHBS ini dapat melindungi jamaah dari resiko berat kesehatan,” kata dia.

 

Redaktur : Agung Sasongko
Reporter : c30

sumber: Republika Online

Jangan Takut Miskin dengan Bersedekah

Tidak jarang seseorang yang bersedekah atau yang akan bersedekah mendapat bisikan dalam hatinya, baik dari dalam dirinya atau dari orang lain, yang menganjurkannya untuk tidak bersedekah atau tidak terlalu banyak memberi. Hal itu dengan alasan untuk memeroleh rasa aman dalam bidang materi menyangkut masa depan diri dan keluarganya di masa mendatang.

Sering bisikan ini mengakibatkan seseorang tidak jadi bersedekah atau mengurangi jumlah materi yang akan disedekahkan. Yang paling berperan dalam membisikkan rasa takut akan kemiskinan dalam bersedekah adalah setan. Setan sering membisikkan dalam hati manusia, “Jangan bersedekah, jangan menyumbang, hartamu akan berkurang, padahal engkau memerlukan harta itu. Jika kamu menyumbang, kamu akan terpuruk dalam kemiskinan.”

Perhatikan ayat ini, QS Al-Baqarah ayat 268. “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Imbas dari tergodanya seseorang akan gangguan setan dalam bersedekah adalah kikir, di samping dia tidak akan tulus dalam bersedekah. Siapa yang takut miskin, dia pasti kikir. Karena, ketakutan itu akan mengarahkan tindakan kepada menumpuk harta sebagai persiapan. Seorang yang kikir apalagi dia memiliki kelebihan harta, kekikirannya akan membuahkan dengki dan iri hati. Dengan sifat ini maka setan akan mendorong untuk melakukan aneka kejahatan, seperti pencurian, perampokan, pembunuhan, dan sebagainya. Di sisi lain, kekikiran melahirkan sifat rakus dan pada gilirannya menjadi lahan yang subur bagi setan untuk mengantar kepada aneka kejahatan.

Padahal, sedekah tidak akan menjadikan seseorang miskin, tapi justru sebaliknya. Sedekah bisa melipatgandakan harga dan pahala dari Allah Allah SWT.

“Perumpamaan orang yang menginfakkan harta mereka di jalan Allah seperti sebiji tanaman yang tumbuh darinya tujuh tangkai dan setiap tangkai menghasilkan seratus buah dan Allah melipatgandakan kepada siapa yang Ia inginkan. Allah Mahalapang dan Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 261).

Masih banyak lagi anggapan-anggapan yang salah tentang sedekah. Kesalahan-kesalahan ini bisa mengakibatkan kita tidak mendapatkan nilai yang sempurna dari sisi Allah SWT jika tidak segera diperbaiki. Nah, di dalam buku “100 Kesalahan dalam Sedekah” karya Reza Pahlevi Dalimunthe, Lc, M.Ag dibahas secara lengkap tentang kesalahan-kesalahan kita dalam bersedekah.

Buku terbitan QultumMedia ini mengurai permasalahan konsep bersedekah secara gamblang dan beberapa i’tibar di akhir pembahasannya dengan harapan pembaca termotivasi untuk lebih mencermati dan memahami aspek sedekah.

Tujuannya, pemberi sedekah, penerima sedekah, dan barang yang disedekahkan, terhindar dari kesia-siaan sebagai fungsinya dalam memberi catatan pahala kepada pihak terkait dalam sedekah.

 

sumber: Qultum Media

Kisah Sedekah Mbah Asrori yang Menggetarkan Hati

Kakek berusia 92 tahun itu setiap Jumat menyediakan minimal 70 nasi bungkus untuk kaum duafa di sekitarnya.

Dream – Ini kisah inspiratif dari seorang kakek asal Semarang, Jawa Tengah. Mbah Asrori. Begitu dia disapa. Pria yang kini berusia 92 tahun tersebut selalu bersedekah untuk kaum duafa di sekitarnya.

“Seperti biasa setiap hari Jum’at beliau selalu membagikan nasi bungkus beruapa nasi kuning komplit dengan lauk-pauk yang lezat kepada tukang becak, pemulung, atau siapapun yang membutuhkan makan hari Jum’at itu minimal 70 bungkus,” demikian tulis tetangga Mbah Asrori, Fajar Ali Imron Rosyid, dalam akun Facebook.

Untuk bersedekah, kakek yang masih bersemangat di usia senja ini menyisihkan sebagian dari penghasilannya. “Setiap bulan beliau menyisihkan minimal Rp400 ribu untuk sedekah setiap Jum’at itu walaupun saya tahu penghasilan beliau tidak menentu,” tambah Fajar.

Menurut Fajar, Mbah Asrori telah menunaikan ibadah haji enam tahun lalu. Meskipun, menurut Fajar, jika dihitung-hitung penghasilan Mbah Asrori kala itu tak akan cukup untuk pergi ke Tanah Suci. “Namun Allah memampukan beliau.”

Mbah Asrori memiliki kebiasaan mengayuh sepeda ke manapun pergi. Selain itu, dia selalu membawa radio kecil. “Dia selalu menyetel saluran radio Masjid Agung Semarang,” tulis Fajar.

“Benar sabda Rasulullah, barangsiapa senang bersedekah dan silaturahim maka Allah akan panjangkan umurnya dengan barokah rejeki tiada disangka-sangka,” tambah dia.

sumber: Dream.co.id

Calon Jamaah Haji Jangan Lupa Bawa Spray Air

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Calon jamaah haji asal Indonesia diingatkan untuk tidak lupa membawa spray atau pemercik air ketika puncak haji, yaitu wukuf di Armina. Sebab, cuaca di Arab Saudi diperkirakan mencapai 50 derajat celcius.

“Selama manasik sudah disebarkan diimbau bawa semprotam air kurangi panas. Petugas non-kloter juga menyiapkan banyak air ketika prosesi armina,” kata Kepala Satuan Operasional Arafah-Mudzalifah-Mina (Armina) Abu Haris Mutohar di Jakarta, Selasa (9/6).

Namun, panas bukan menjadi hambatan bagi penyelenggaraan ibadah di Armina. Abu Haris menyatakan ada dua persoalan utama yang selalu muncul pada penyelenggaran prosesi Armina, yaitu jamaah tersesat dan kendaraan yang terhambat.

Abu Haris menjelaskan prosesi Armina merupakan sesuatu yang baru bagi semua jamaah.  Jamaah memang sudah manasik tapi ini berhadapan dengan medan sesungguhnya.

Prosesi Armina mengkonsentrasikan jamaah haji dari seluruh dunia di satu lokasi sehingga tidak mudah bagi setiap orang untuk keluar dan masuk tenda. Perbedaan lainnya,jalan yang berkelok dan ribuan tenda dengan bentuk serupa.

“Kenyataan berbeda, akan ada kebingungan. Masalah yang sudah pasti ada adalah jamaah tersesat,” kata Abu Haris.

Masalah lain yang krusial, kendaraan yang beroperasi dengan sistem taraddudi, yaitu angkut jalan, dan turunkan ketika berputar. Abu Haris menyatakan perpindahan Mudzalifah ke Arafah tidak masalah.

Tapi, perpindahan dari Arafah ke Mina karena akan bersamaan dengan jamaah yang jalan kaki. Kendaraan akan terhambat karena putarannya terhambat sehingga batas waktunya melewati. “Ini yang kita mohon doanya agar pelaksanaan tahun ini lebih baik,” kata Abu Haris.

Sebanyak 168 ribu jamaah akan beribadah haji tahun ini. Kloter pertama berangkat pada 21 Agustus 2015 dan puncak haji atau wukuf pada 22 September 2015.

Ketika wukuf, jamaah haji akan berada dalam tenda berukuran 4×4 meter persegi. Abu Haris menyebutkan, tenda-tenda untuk jamaah Indonesia menempati area seluas 105 hektare di Arafah.

Abu Haris juga menyatakan, kontrak untuk layanan katering, transportasi, dan pemondokan sudah diselesaikan. “Termasuk bus shalawat, bus yang melayani pemondokan-Masjidil Haram,” kata dia.

Redaktur : Agung Sasongko
Reporter : Ratna Puspita

sumber: Repubika Online

Hal yang Ditakutkan Rasulullah Menimpa Umatnya

Oleh: M Sinwani   

Suatu kali, Rasulullah SAW pernah mengingatkan para sahabat akan hal yang paling beliau takutkan dengan berkata, ”Sesungguhnya hal yang paling aku takutkan atas diri kalian adalah syirik kecil.”

Para sahabat langsung bertanya, ”Apakah yang dimaksud dengan syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Rasul menjawab, ”Riya.”

Riya adalah harapan untuk mendapatkan sanjungan, kemuliaan, atau kedudukan di hati manusia dengan memperlihatkan tindakan yang baik dalam ibadah ataupun kegiatan sehari-hari. Seseorang yang memperturutkan riya dalam ibadah mahdhah, seperti shalat maka tiada sedikitpun balasan pahala yang ia terima. (QS al-Ma’un [107]: 4-6)

Dalam ibadah ghairu mahdhah pun seperti itu. Berinfak di jalan Allah dengan maksud bisa mendapat julukan dermawan atau menuntut ilmu dengan niat mendapat gelar seorang alim maka segala usaha tersebut akan sia-sia.

Selain itu, pelaku riya juga akan mendapat laknat dari Allah SWT karena ia telah menyandingkan Sang Khalik dengan makhluk ciptaan-Nya. Dalam Hadis qudsi disebutkan bahwa Allah SWT menantang kala hari perhitungan kepada manusia dengan berkata, ”Pergilah kalian kepada orang-orang yang kala di dunia kalian mengedepankan riya atas mereka dan lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari sisi mereka.” (HR Ahmad dan Baihaqi).

Demikian betapa besarnya laknat Allah terhadap pelaku riya. Riya hukumnya haram. Ia merupakan penyakit hati yang bersumber dari sifat rububiyyah dalam diri manusia, yakni sifat yang menganggap diri lebih mulia ketimbang orang lain sehingga senantiasa ingin mendapatkan pujian dan menampakkan perilaku baik dalam tutur kata dan perbuatan.

Sifat ini sejatinya ada dalam hati setiap pribadi manusia, meski takarannya berbeda-beda, bergantung iman dan ketaatan kepada Allah SWT. Barang siapa yang imannya kuat maka ia akan mampu menekan penyakit riya tidak sampai tampak ke permukaan, tapi sebaliknya, manakala lemah maka ia akan terseret oleh arus penyakit ini.

Lantas, bagaimana usaha kita untuk menghindari syirik kecil ini? Pertama, dengan mengetahui akar pemicu timbulnya riya. Penyakit akan tumbuh kembali manakala penderita sekadar mengobati titik sakitnya bukan pada akarnya. Adapun secara terperinci ada tiga akar riya, yakni perasaan senang mendapatkan pujian,  takut akan hinaan dan celaan, serta tamak atas apa yang dimiliki oleh orang lain. Ketiga akar ini akan tercerabut dari dalam hati kita dengan mengingat bahwa keagungan hanya mutlak milik Allah SWT dan tiada kemuliaan yang abadi di dunia.

Namun, apabila riya masih terketuk dalam hati meski kita sudah mengetahui akar pemicunya maka cara yang kedua adalah dengan mengucap taawuz dan terus beristighfar kepada Allah SWT agar setan yang kala itu membuhulkan bisikan dapat menjauh dari kita karena sejatinya setan menjauh dari orang-orang yang hatinya bersih dan ikhlas.

Dari itu semua, apalah arti sebuah sanjungan kalau ia putus ditelan kematian. Sebab, sanjungan yang abadi hanya datang dari Allah SWT kelak di hari akhir. Masing-masing dari kita akan mampu meraih sanjungan-Nya dengan amal saleh dan ketakwaan yang hakiki. Wallahu a’lam.

 

sumber: Republika Online

15 Tips Sehat Selama di Tanah Suci Makkah

Menunaikan ibadah haji dan umrah, dibutuhkan stamina tubuh yang prima. Karena untuk dapat  dapat menjalankan runtutan ibadah yang baik dan benar, seorang jamaah harus sehat secara jasmani dan rohani.

Oleh karena itu, perhatikan 15 tips sehat selama di tanah cuci:

  1. Membatasi aktivitas fisik di luar Masjidil Haram dan Pemondokan secara berlebihan.
  2. Jamaah perlu istirahat yang cukup.
  3. Gunakan selalu masker untuk menghindari  polusi udara.
  4. Perbanyak mengkonsumsi air putih, sekitar 3-4 liter per hari.
  5. Membatasi minuman dingin.
  6. Makanlah secara teratur. Hindari mengonsumsi makanan basi atau kedaluarsa.
  7.  Perbanyak mengonsumsi buah-buahan banyak mengandung air atau vitamin C.
  8. Buanglah Sampah pada tempatnya.
  9. Menutup mulut atau hidung saat batuk dan bersin dengan sapu tangan atau tisu.
  10. Tidak meludah di sembarang tempat.
  11. Mencuci tangan secara teratur sebelum/sesudah makan atau buang air besar.
  12. Jaga kebersihan dan kerapian kamar. Tidak menjemur pakaian dan memasak di dalam kamar.
  13. Tidak merokok di dalam kamar jamaah/di ruangan ber-AC.
  14. Jamaah yang sudah menderita penyakit tertentu di Tanah Air tetap mengonsumsi obat yang biasa digunakan.
  15. Segera lapor kepada petugas bila mengalami gangguan kesehatan.

 

 

Sumber: Republika Online

Petugas Haji Harus Melayani Jamaah

Setiap tahunnya, permasalahan yang terjadi dalam penyelenggara haji selalu berbeda. Oleh karena itu, layanan yang diberikan kepada jamaah pun harus selalu berubah. Begitulah yang disampaikan Ketua Panitia Pembekalan Petugas PPIH Arab Saudi 1436H/2015M Khoirizi di Asrama Haji, seperti yang dikutip Republika Online.

Menurut Khoirizi, setiap Muslim yang berangkat ke tanah suci selalu berpikir untuk beribadah. Namun, sebagai petugas, keberaan mereka di tanah suci, tidak lain  adalah untuk melayani para jamaah.

Perbedaan layanan dan permasalahan yang kompleks itulah yang dihadapi oleh petugas. “Kalau petugasnya berpikir ibadah maka akan merepotkan,” kata Khoirizi.

Karena itulah, pemerintah memilih lebih banyak petugas berpengalaman. “Tapi kan tidak mungkin semua, maka komposisinya 60 persen sudah berpengalaman dan 40 persen belum berpengalaman,” ujar dia.

“Pembekalan ini penting, kita bukan leha-leha. Output yang dihasilkan adalah komitmen untuk melayani,” kata Khoirizi.

Sumber: Jurnal Haji Umrah- Republika Online