Siksa Kubur Bagi Orang yang Meremehkan Cebok

Islam datang dengan membawa peraturan yang semuanya demi kemaslahatan umat manusia, di antaranya tentang menghilangkan najis.

Islam mensyariatkan agar umatnya melakukan istinja (cebok dengan air) dan istijmar (membersihkan kotoran dengan batu), lalu menerangkan cara melakukannya, sehingga tercapai kebersihan yang dimaksud.

Sebagian orang menganggap enteng masalah menghilangkan najis. Akibatnya badan dan bajunya masih kotor. Dengan begitu, shalatnya menjadi tidak sah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa perbuatan tersebut salah satu sebab dari azab kubur.

Ibnu Abbas radhiallahu anhu berkata, “Suatu kali Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melewati salah satu kebun di Madinah. Tiba-tiba beliau mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di dalam kuburnya. Lalu Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,”Keduanya diazab, tetapi tidak karena masalah besar (dalam anggapan keduanya) -lalu bersabda- benar (dalam riwayat lain, “Sesungguhnya ia masalah besar”), salah satunya tidak meletakkan sesuatu untuk melindungi diri dari percikan kencingnya dan yang satu lagi suka mengadu domba.”( HR. Al-Bukhari , lihat Fathul Bari; 1/317.)

Bahkan Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan,”Kebanyakan azab kubur disebabkan oleh buang air kecil.”( HR. Ahmad, 2/236; Shahihul Jami’; 1213.)

Termasuk tidak cebok setelah buang air kecil adalah orang yang menyudahi hajatnya dengan tergesa-gesa sebelum kencingnya habis, atau sengaja kencing dalam posisi tertentu atau di suatu tempat yang menjadikan percikan air kencing itu mengenainya atau sengaja meninggalkan istinja dan istijmar tidak teliti dalam melakukannya.

Saat ini, banyak umat Islam yang menyerupai orang-orang kafir dalam masalah kencing. Beberapa kamar kecil hanya dilengkapi dengan bejana air kencing permanen yang menempel di tembok dalam ruangan terbuka. Setiap yang kencing, dengan tanpa malu berdiri dengan disaksikan orang yang lalu lalang keluar masuk kamar mandi. Selesai kencing ia mengangkat pakaiannya dan mengenakannya dalam keadaan najis.

Orang tersebut telah melakukan dua perkara yang diharamkan; pertama, ia tidak menjaga auratnya dari penglihatan manusia dan kedua, ia tidak cebok dan membersihkan diri dari kencingnya.

Sumber: Kitab Muharramat Istahana Bihan Naaskarya Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Munajjidatau alsofwah

7 Manfaat Diam, Pelajaran Sekaligus Peringatan untuk Setiap Muslim

Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk mengucapkan kata-kata yang baik, atau diam. Hal ini bermakna jika tidak tidak mampu, maka sebaiknya diam saja.

Diam sendiri memiliki banyak kelebihan. Dalam kitab Muraqi Ubudiyyah karangan seorang ulama besar, Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jaawi, disebutkan ada 7 manfaat dari diam. Ketujuh manfaat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Merupakan Ibadah tanpa harus kerja keras atau berusaha

Dalam bahasa Arabnya adalah أولها أن الصمت عبادة غير أولها أن الصمت راحة غير عناء. Diam bisa dikatakan suatu ibadah yang sangat mudah. Kita hanya perlu diam, tidak harus melakukan apapun dan tidak membutuhkan biaya.

2. Merupakan hiasan diri tanpa perhiasan

Dalam bahasa Arabnya adalah والثاني زينة من غير حلي. Tanpa perhiasan sekalipun orang yang diam karena dasar ilmu akan terhias.

3. Wibawa tanpa kekuasaan

Bahasa Aranya adalah والثالث هيبة من غير سلطان. Sering kali kita menemukan orang yang diam justru sangat berwibawa dibandingkan yang berkoar-koar.

4. Benteng tanpa dinding (selalu terkawal tanpa perlu pengawal atau penjaga )

Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jaawi menulis dengan kalimat والرابع حصن من غير حافظ. Orang yang diam akan senantiasa terlindungi dari berbagai hal yang mungkin saja ditimbulkan jika tidak diam.

5. Tidak perlu meminta maaf kepada siapapun yang disebabkan oleh perkataan

والخامس استغناء عن الاعتذار إلى الناس

Karena memang tidak mengucapkan sesuatu yang keji, karena memang memilih diam, tentu yang yang diam tidak perlu meminta maaf kepada siapapun. Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jaawi menulis dengan kalimat bahasa Arab seperti ini.

6. Malaikat pencatat amal menjadi rehat dan tidak lelah

والسادس إراحة الكرام الكاتبين

Malaikatpun punya waktu untuk beristirahat dengan diamnya orang yang diam.

7. Penutup keburukan dan sisi-sisi kejahiliyahan dan kekurangan diri

والسابع ستر لعيوبه

Diam akan senantiasa menutup kejahiliyyahan dan kekuranga diri seseorang. Maka, akan lebih baik memilih diam jika takut kekurangan diri kita akan terbuka.

 

sumber: Fimadani.com

Inilah Penghalang Qiyamul Lail

Sufyan Ats-Tsauri pernah terhalang (tidak bisa bangun) shalat malam selama 5 bulan hanya karena bersu’udzon kepada orang lain.

BERAPA kali dalam seminggu kita melaksanakan qiyamul lail(shalat malam)? Tentu masing-masing yang tahu jawabannya. Tak sedikit orang berusaha keras agar mampu bangun shalat malam, namun begitu sulit mencobanya. Apa yang menjadi penyebab sulitnya kita bangun shalat malam?

Syeikh Fudhail bin Iyadh pernah berkata: “Jika engkau tidak mampu menunaikan shalat malam dan puasa di siang hari, maka ketahuilah bahwa engkau sebenarnya sedang dalam keadaan terhalang, karena dosa-dosamu begitu banyak.”

Syeikh Ibrahim bin Adham pernah didatangi oleh seseorang untuk meminta nasehat agar ia bisa mengerjakan shalat malam.

Beliau kemudian berkata kepadanya, “Janganlah engkau bermaksiat kepada Allah Azza Wajála di siang hari, niscaya Allah akan membangunkanmu untuk bermunajat dihadapan-Nya malam hari. Sebab munajatmu di hadapan-Nya di malam hari merupakan kemuliaan yang paling besar, sedangkan orang yang bermaksiat tidak berhak mendapatkan kemuliaan itu”.

Seseorang datang kepada Imam Ghazali untuk menanyakan kepada beliau mengenai sesuatu yang menyebabkannya tidak bisa bangun malam untuk mengerjakan shalat.
Beliau menjawab, “Dosa dosamu telah membelenggumu.“

Al-Hasan pernah berkata, “Tidaklah seseorang itu meninggalkan shalat malam kecuali karena dosa yang dilakukannya. Oleh karena itu , periksalah diri kalian setiap malam ketika matahari terbenam, kemudian bertaubatlah kepada Robb kalian, agar kalian bisa mengerjakan shalat malam.”

Dalam kesempatan lain, beliau menjelaskan, “Di antara pertanda seseorang itu tenggelam dalam dosa adalah bahwa dadanya tidak pernah lapang untuk bisa mengerjakan puasa di siang hari dan mengerjakan shalat sunnah di malam hari.”

Sufyan Ats-Tsauri pernah berkata, “Aku pernah terhalang (tidak bisa bangun) untuk mengerjakan shalat malam selama lima bulan disebabkan satu dosa yang telah aku lakukan.”

Ditanyakanlah kepada beliau, “Dosa apakah itu ? “

Beliau menjawab, “Aku melihat seorang laki-laki yang menangis, lalu aku katakan di dalam hatiku bahwa itu dilakukan nya sebagai bentuk kepura-puraan saja.”

Abdullah bin Mas’ud pernah ditanya oleh seseorang, “Kami tidak bisa bangun malam untuk mengerjakan shalat.”

Ia pun menjawab, “Dosa-dosamu telah membelenggumu.“

Demikian juga memakan barang yang haram akan menghalangi pelaksanaan shalat malam.

Salah seorang dari kalangan ulama mengatakan, ‘Betapa sering sesuap makanan itu menghalangi pelaksanaan shalat malam. Betapa sering pandangan itu menghalangi seseorang dari membaca satu surat dari Al-Qur’an. Sungguh seorang hamba itu akan menyantap satu makanan atau melakukan sesuatu perbuatan yang menyebabkannya tidak bisa mengerjakan shalat malam selama satu tahun.”

Demikian juga kecintaan kepada dunia (Hubbud Dunya) bisa menghalangi seseorang untuk melaksanakan shalat malam.

Abu Thalib Al-Makki berkata, “Yang bisa menghalangi seorang hamba dari melakukan shalat malam, atau yang menjadikannya lalai dalam waktu sekian lama, ada tiga hal. Yaitu, menyantap makanan yang syubhat, terus-menerus melakukan perbuatan dosa, dan dominasi pikiran keduniaan terhadap hati.”

Kita bisa menyimpulkan bahwa yang bisa membantu seseorang agar bisa mengerjakan shalat malam itu adalah: memakan makanan yang halal, istiqomah di dalam bertaubat, menjauhi makanan yang haram dan syubhat, menjauhi dosa dan maksiat serta, menolak dominasi pikiran keduniaan dan kecintaan kepada dunia dari dalam hati dengan cara selalu ingat mati dan memikirkan akhirat atau apa saja yang akan ditemui sesudah mati.*/H.A. Faiz Basori Alwi. Artikel dirangkum dari sumber Al Hilyah (VIII/91), Tanbihul Mughtarrin, Qashash wa Atsar fil Khithabah wal Irsyad (V/34), Latha’iful Ma’arif, Ash-Shalah wat Tahajjud dan Qútúl Qúlúb (I/88)

 

sumber: Hidayatullah

Antara Dr. Zakir Naik, Aliran Syi’ah, serta Sebutan Wahabi

Diantara adab seorang Muslim, jika menyebut Nama Sahabat Nabi maka ditambahkan kata ‘Radhiallahu’anhu’ yang maknanya, “Semoga Allah senantiasa melimpahkan keridhaan kepadanya”.

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah….”

Hal ini berdasarkan Surat At-Taubah ayat 100, dan ayat-ayat lain yang Allah telah memuji para Sahabat Nabi dibanyak tempat.

Berbeda dengan Syi’ah (semoga Allah melaknat mereka semua), Syi’ah mengkafirkan seluruh para Sahabat Nabi kecuali hanya beberapa orang saja.

Dulu, ada Syi’ah yang paling rendah kadar kesesatannya, yaitu Syi’ah Zaidiyah (sekarang sudah langka), mereka hanya mengkafirkan Muawiyyah bin Abu Sufyan dan Yazid bin Muawiyyah -radhiyallah taa’la anhum ; semoga Allah meridhai mereka-

Dalam sebuah Konferensi Damai di Mumbai pada tahun 2007, Dr. Zakir Naik membela kedudukan mereka (Muawiyyah dan Yazid), pendapat Dr. Zakir Naik ini adalah mengikuti pendapat paraulama besar kaum Muslimin empat mazhab dari dulu hingga sekarang,

Dalam ceramahnya tersebut, Dr. Zakir Naik menambahkan kata pujian ‘Radhiallahu’anhu’, saat setiap kali menyebut nama ‘Yazid’. Inilah yang menjadi sebab Dr. Zakir Naik dicaci maki oleh Sekte Syiah

Dr. Zakir Naik menjelaskan, “Syiah memiliki aqidah yang mengharuskan kita melaknat para Sahabat, mereka paling benci kepada Umar bin Khattab, dan setiap bulan Muharram mereka memiliki ritual melaknat tiga sahabat utama, lalu bagaimana bisa mereka melaknat para sahabat sementara kita bisa diam saja?”

Menghadapi kemarahan Syi’ah ini, Dr. Zakir Naik berkata kepada mereka, “Silahkan kalian melaknat aku 1000 kali! Aku tidak permasalahkan, tapi.. hentikan laknat kalian kepada Abu Bakar, Umar dan Utsman!”

Dan setelah saat itu, mulai terlihat orang-orang yang tidak bertanggung jawab mulai menebar fitnah, setelah orang-orang Syiah, sebagian kaum muslimin pun mulai terhasut untuk menghembuskan isu/sebutan “Wahabi” kepada Dr. Zakir Naik

Padahal, sebutan yang sering diucapkan Syiah itu adalah untuk menipu kaum Muslimin sejak lama, oleh karenannya jangan heran jika Anda Anti Syi’ah pasti akan disebut sebagai Wahabi.

Simak Video Pandangan Dr. Zakir Naik tentang Peristiwa Karbala

Doa Mohon Kesembuhan Penyakit

Sakit adalah takdir yang tidak ada seorangpun yang tahu kapan akan datang. Semua orang pernah mengalami sakit. Dan semua yang mengalami sakit pasti menginginkan kesembuhan dari Allah. Ikhtiar yang dilakukan adalah konsultasi ke dokter dan mengkonsumsi obat-obatan.

Maka sempurnakanlah ikhtiar itu dengan do’a, memohon pada Allah. Ini adalah doa memohon kesembuhan atas penyakit yang diderita.

اللّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذهِبِ البَأسَ اشفِ أَنتَ الشَّافِيء لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاوءُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا

Allahuma rabbannas, adz-hibil ba’sa isyfi antasy-syafi laa syifa’a illa syifa’uka, syifa’an laa yughadiru saqaman.

Terjemah: Wahai Allah Tuhan manusia, hilangkanlah rasa sakit ini, sembuhkanlah, Engkaulah Yang Maha Penyembuh, tidak ada kesembuhan yang sejati kecuali kesembuhan yang datang dari-Mu. Yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan komplikasi rasa sakit dan penyakit lain.

Sumber:Fimadani.com

Hidangan Penduduk Surga

Matan hadits

1. Abdul Malik bin Syu’aib bin Al-Laits telah memberitahukan kepada kami, bapakku telah memberitahukan kepadaku, dari kakekku, Khalid bin Yazid telah memberitahukan kepadaku, dari Sa’id bin Abi Hilal, dari Zaid bin Aslam, dari Atha` bin Yasar, dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Pada hari kiamat nanti, bumi bagaikan sepotong roti yang digoyang-goyangkan oleh Rabb Yang Maha Kuasa dengan tangan-Nya, sebagaimana seorang di antara kalian menggoyang-goyangkan rotinya dalam perjalanan yang menjadi hidangan bagi penduduk surga.”

Tiba-tiba datang seorang Yahudi lalu berkata, “Semoga Rabb Yang Maha Pengasih memberkatimu, wahai Abul Qasim! Maukah engkau mendengar pemberitahuanku tentang hidangan penduduk surga pada hari kiamat?”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, “Ya”

Orang itu berkata, “Bumi bagaikan sepotong roti,” persis seperti yang disabdakan oleh RasulullahShallallahu Alaihi wa Sallam.

Mendengar perkataan itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memandang ke arah kami kemudian tertawa hingga tampak gigi-gigi geraham beliau.

Orang itu berkata lagi, “Maukah engkau aku beritahukan tentang lauk mereka?“

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, “Ya!“

Orang itu berkata, “Lauk mereka adalah palam dan nun.“ Para sahabat bertanya, “Apakah itu?“ Orang itu menjawab, “Yaitu banteng dan ikan paus, yang kelebihan hatinya saja (segumpal daging yang terpisah dan tergantung pada hati) dapat dimakan oleh tujuh-puluh ribu orang.“            (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

2. Yahya bin Habib Al-Haritsi telah memberitahukan kepada kami, Khalid bin Al-Harits telah memberitahukan kepada kami, Qurrah telah memberitahukan kepada kami, Muhammad telah memberitahukan kepada kami, dari Abu Hurairah ia berkata, “Bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Seandainya ada 10 orang Yahudi yang mengikutiku; tentu semua orang yahudi di muka bumi ini masuk agama Islam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Tafsir hadits

Masalah makna Tangan Allah Ta’ala sudah dimaklumi dan maksudnya bukanlah tangan yang digunakan untuk menyakiti sesuai dengan keagungan-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuraa: 11).

Makna hadits, bahwa Allah Ta’ala menjadikan bumi ini seperti roti, roti yang besar seperti hidangan bagi penduduk surga. Dan Allah Ta’ala Maha Berkuasa atas segala sesuatu.

Perkataannya, “Lauk mereka adalah palam dan nun.” Para sahabat bertanya, “Apakah itu?“ Orang itu menjawab, “Yaitu banteng dan ikan paus, yang kelebihan hatinya saja (segumpal daging yang terpisah dan tergantung pada hati) dapat dimakan oleh tujuh-puluh ribu orang.”

Kata النُّوْنُ (nun) berdasarkan kesepakatan ulama maknanya ikan paus. Sedangkan بَالاَمُ banyak sekali pendapat ulama tentang maknanya, di antara pendapat yang shahih yang dipilih oleh Al-Qadhi dan ulama-ulama pentahqiq lainnya bahwa ternyata lafazh itu dari bahasa ibrani yang ditafsirkan maknanya dengan sapi jantan (banteng).

Karenanya ketika mendengar kalimat itu para shahabat bertanya kepada orang Yahudi tersebut; seandainya kalimat itu dari bahasa Arab; tentu para shahabat mengetahuinya dan tidak perlu bertanya tentang maknanya kepada orang Yahudi itu.

Pendapat inilah yang dipilih tentang penjelasan makna lafazh hadits tersebut.

Sedangkan lafazh, “kelebihan hatinya“ maksudnya, segumpal daging yang terpisah dari hati tapi bergantung padanya, dan itu merupakan bagian yang paling bagus dari hati.

Adapun perkataannya, “dapat dimakan oleh tujuh-puluh ribu orang.“

Al-Qadhi berkata, “Ada kemungkinan mereka itu adalah 70.000 orang yang masuk surga tanpa dihisab; maka disuguhkan pada mereka hidangan khusus yang paling bagus.

Mungkin juga lafazh 70.000 itu untuk mengungkapkan jumlah yang banyak dan bukan maksudnya membatasi jumlahnya sampai 70.000 orang saja; hal semacam ini sudah maklum dalam perkataan bahasa arab.“ Wallahu A‘lam.

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Seandainya ada 10 orang Yahudi yang berbai‘at kepadaku; tentu semua orang yahudi di muka bumi ini masuk agama Islam“ Pengarang kitab At-Tahrir berkata, maksudnya 10 orang yahudi itu adalah 10 rabi Yahudi.

 

sumber: Fimadani.com

Hanya Bila Hati Bunda Rela

Alkisah, Rasulullah Muhammad saw berada di sisi seorang pemuda yang tengah mengalami sakaratul maut. “Wahai pemuda, ucapkanlah kalimat tauhid laa ila ha ila llah,” kata Rasul membimbing.

Lidah pemuda itu kaku. Dia tak mampu lagi mengucapkan syahadat. Rasulullah bertanya ke hadirin, “Apakah ibu pemuda ini ada di tengah-tengah kalian?”

Dengan ragu-ragu, seorang perempuan tua yang berdiri di bagian kepala pemuda itu berkata, “Ya, saya adalah ibunya.”

“Apakah engkau merasa rela dan senang dengan anakmu?” Ibu itu menjawab apa adanya. “Tidak, saya tidak bertegur-sapa dengannya selama enam tahun.”

“Wahai Ibu, relakanlah kesalahannya.” “Demi menyenangkan hati Anda, Ya Rasulullah, saya rela kepadanya dan semoga Allah juga rela kepadanya.”

Kemudian Rasulullah menghadap pemuda itu seraya bertanya, “Wahai pemuda, apa yang sekarang engkau saksikan?”

Dia menjawab, ” Saya menyaksikan seorang berwajah buruk dan berbau busuk dan sekarang tengah mencekik saya.”

Rasulullah mengajarkan suatu doa kepadanya sebagai berikut, “Wahai Tuhan yang menerima amal yang sedikit dan memaafkan dosa yang banyak, terimalah amalku yang sedikit dan ampunilah dosaku yang banyak; Duhai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.”

Pemuda itu membaca doa tersebut. Kemudian, Rasul bertanya, “Sekarang apa yang kau saksikan?”

Dia menjawab, “Sekarang saya melihat seseorang yang berwajah putih, bersih, rupawan, tubuhnya harum, mengenakan pakaian indah, dan bersikap baik kepada saya.”

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut dan ditutup dengan kalimat tauhid, dia pun meninggal. Laki-laki itu meninggal dalam dekapan sang ibunda yang telah meridhainya.

 

sumber: Inilah.com

Perilaku Berdagang yang Dilarang Keras dalam Islam, Apa Saja?

Berdangan memang merupakan sebuah usaha yang sangat menjanjikan. Di Islam sendiri juga di jelaskan bahwa usaha dagang adalah usaha yang sangat baik. Dagang memang menjadi salah satu usaha yang di geluti banyak orang. Dagang memang memiliki peluang sangat besar, terutama dagang bahan pokok. Karena setiap hari orang selalu membutuhkan bahan pokok. Untuk menentukan harga suatu barang penjual memang memiliki kewenangan. Meskipun demikian penjual juga tidak di perbolehkan mengambil keuntungan yang berlebihan. Hal tersebut adalah salah satu ajaran Islam.

Meskipun demikian masih banyak saja penjual yang menggunakan cara yang tidak baik demi meraup keuntungan yang lebih. Hal tersebut sebenarnya sangat di larang oleh ajaran Islam. Berikut 3 perilaku dagang yang sangat di larang oleh Islam :

Penipuan

Penipuan adalah suatu perilaku yang sangat tidak baik dan di benci oleh Islam. Akan tetapi perilaku ini sering di lakukan oleh banyak pedagang. Biasanya pedagang melakukan penipuan pada konsumen yang ingin membeli dagangan mereka. Agar konsumen tersebut tidak menawar dengan harga yang rendah pedagang biasanya mengatakan bahwa sebelumnya sudah ada konsumen lain yang menawar dengan harga yang lebih tinggi. Padahal dalam keadaan nyata tidak demikian. Dengan penipuan ini biasanya konsumen akan melakukan penawaran yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Penimbunan

Penimbunan pun juga sangat di benci oleh agama Islam. Banyak pedagang yang menimbun barang agar mereka dapat memperoleh untung yang lebih. Dengan menimbun barang tersebut akan menjadi langka. Dengan kelangkaan tersebut konsumen pasti akan membeli barang tersebut meskipun di jual dengan harga yang sangat mahal.

Pemalsuan

Pemalsuan barang adalah hal yang sangat tercela, Maka dari itu hal ini sangat di benci Islam. Para pedagang biasanya memalsukan barang dengan mencampurkan barang yang memiliki kualitas buruk dan mencampurnya dengan barang yang memiliki kualitas tinggi. Dengan begitu penjual akan tetap mendapatkan keuntungan meskipun dengan barang yang sudah tidak berkualitas.

Itulah beberapa perilaku dagang yang sangat di benci oleh Islam. Jika ingin menjadi seorang muslim yang baik sebaiknya perilaku di atas tidak di lakukan. (fastabiqmedia)

 

sumber: Akhwat Indonesia

Siapakah Orang Fasiq Itu?

Siapakah yang disebut atau layak disebut sebagai orang fasik? Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaiminberfatwa tentang hal itu.

Para ulama rahimahullah mengatakan bahwa orang fasiq adalah orang yang melakukan dosa besar dan tidak bertaubat darinya, atau orang yang melakukan dosa kecil secara terus menerus. Demikian karena jika orang terus menerus melakukan dosa kecil, maka itu menjadi dosa besar.

Dalil dari hal ini adalah firman Allah Taala:

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasiq. kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. An Nur: 4).

Dalam ayat ini Allah menghukumi orang yang menuduh zina kepada wanita baik-baik sebagai orang fasiq, bukan karena orang tersebut melakukan suatu banyak dosa kecil namun karena ia melakukan suatu dosa besar (yaitu menuduh zina).[ ]

Sumber muslimorid – Inilah.com

Ummatku…ummatku…ummatku…

 

بكى رسول الله يوماً فقالوا : ما يبكيك يا رسول الله ؟ قال : اشتقت لأحبابي قالوا : أولسنا أحبابك يا رسول الله قال : لا انتم اصحابي اما احبابي فقوم ياتون من بعدي يؤمنون بي ولم يروني

 

Suatu hari Rasulullah saw menangis. Maka para sahabat bertanya, “Apa kiranya yang menyebabkan engkau menangis wahai Rasulullah?”

 

Beliau bersabda, “Aku rindu kepada para kekasihku.”

 

Para sahabat bertanya, “Bukankah kami adalah kekasihmu wahai Rasulullah?”

 

Beliau bersabda , “Bukan, kalian semua adalah sahabatku, sedangkan para kekasihku adalah kaum yang datang setelah sepeninggalanku, mereka beriman kepadaku, padahal mereka belum pernah berjumpa denganku”

 

Mari bershalawat kepada Rasulullah, manusia yang menangis karena rindu dengan kita.

 

Manusia yang menyimpan jatah do’a mustajabnya untuk ummatnya,

 

Manusia yang menyebut,  “Umatku, umatku, umatku” di ujung hayatnya…

 

Manusia yang cintanya luar biasa kepada ummatnya…

 

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد